Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Pengarahan” ini dengan
lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu
tugas mata
kuliah Manajeman Keperawatan.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menemui beberapa kesulitan dan
hambatan, namun berkat bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai
pihak,
kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis harap dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi
pembaca, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai
“Konsep Pengarahan”, khususnya bagi penulis. Makalah ini masih jauh dari
sempurna, maka penulis harapkankritik dan saran daripembaca demi perbaikan
menuju arah
yanglebih baik.

Pekanbaru, Maret 2017

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................i


DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................................1
B. Tujuan ...............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar dan Tujuan Pengarahan .............................................................3
B. Kegiatan Manajer Keperawatan pada Fungsi Pengarahan.................................3
C. Indikator Pengarahan yang Baik .......................................................................5
D. Langkah Supervisi Ruang Rawa .......................................................................7
E. Praktik Pengarahan Kepala Ruangan Sesuai Akreditasi ...................................9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................................10
B. Saran.................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengarahan merupakan suatu keinginan untuk membuat orang
lain mengikuti keinginannya dengan menggunakan kekuatan pribadi atau
kekuasaan jabatan secara efektif dan pada tempatnya demi kepentingan
jangka panjang perusahaan. Termasuk didalamnya memberitahukan orang lain
apa yang harus dilakukan dengan nada yang bervariasi mulai dari nada tegas
sampai meminta atau bahkan mengancam. Tujuannya adalah agar tugas-tugas
dapat terselesaikan
dengan baik (Nursalam, 2003).
Para ahli banyak berpendapat kalau suatu pengarahan merupakan fungsi
terpenting dalam manajemen. Karena merupakan fungsi terpenting
maka hendaknya pengarahan ini benar-benar dilakukan dengan baik oleh
seorang
pemimpin.
Seorang manajer yang baik hendaknya sering memberi
masukan- masukan kepada anggotanya karena hal tersebut dapat menunjang
prestasi kerja anggota. Seorang anggota juga layaknya manusia biasa yang
senang dengan adanya suatu perhatian dari yang lain, apabila perhatian tersebut
dapat membantu
meningkatkan kinerjamereka (Wijono, 2000).
Suatupengarahan dapat diberikan pada suatubatasan,baik yang bersifat
umum maupun spesifik, tergantung pada frekuensi kerja dan motif usaha yang
dikembangkan. Pengarahan dapat diberikan sebagai suatu proses
bimbingan, pemberian petunjuk dan intruksi kepada bawahan agar mereka
bekerja sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan.

1
Organisasi yang tidak secara maksimal menerapkan fungsi
pengarahan, dapat mengakibatkan antara lain : karyawan kurang disiplin,
karyawan dalam bekerja tidak sesuai dengan standar operasional prosedur
yang telah ditetapkan,
atau bahkankaryawan kurangbisa menghargai peran dan fungsi pimpinan.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahuikonsep dasar dantujuan daripengarahan
2. Untuk mengetahui kegiatan manajerkeperawatan pada fungsipengarahan
3. Untuk mengetahui indikator pengarahan yang baik
4. Untuk mengetahui langkah supervisiruang rawat
5. Untuk mengetahui praktik pengarahan kepala ruangan sesuai
standar akreditasi

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar dan Tujuan Pengarahan


Pengarahan adalah suatu proses pembimbingan, pemberi petunjuk,
dan instruksi kepada bawahan agar mereka bekerja sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan. Pengarahan mencakup beberapa proses operasi standar,
pedoman dan
bukupanduan, bahkan manajemen berdasarkan sasaran.
Tujuan pengarahan, yaitu :
1. Menjaminkontinuitas perencanaan
2. Membudayakan prosedur standart
3. Menghindarikemungkinanyang tidak berarti
4. Membinamotivasi yang terarah

B. Kegiatan Manajer Keperawatan pada Fungsi Pengarahan


Pengarahan adalah fase kerja manajemen, dimana manajer
berusaha memotivasi, membina komunikasi, menangani konflik, kerja sama, dan
negosiasi (Marquis dan Huston, 2010). Pengarahan adalah fungsi
manajemen yang memantau dan menyesuaikan perencanaan, proses, dan
sumber yang efektif dan efisien mencapai tujuan (Huber, 2000).
Pengarahan yang efektif akan meningkatkan dukungan perawat untuk
mencapai tujuan manajemen keperawatan dan tujuan asuhan keperawatan
(Swanburg, 2000). Motivasi sering disertakan dengan kegiatan orang lain
mengarahkan, bersamaan dengan
komunikasi dankepemimpinan (Huber, 2006).
Fungsi pengarahan selalu berkaitan erat dengan perencanaan
kegiatan keperawatan di ruang rawat inap dalam rangka menugaskan
perawat untuk melaksanakan mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kepala

3
ruangan dalam
melakukan kegiatan pengarahan melalui: saling memberi motivasi, membantu

3
pemecahan masalah, melakukan pendelegasian, menggunakan komunikasi
yang efektif, melakukan kolaborasi dan koordinasi (Swanburg, 2000).
Memotivasi adalah menunjukkan arah tertentu kepada perawat atau staf dan
mengambil langkah yang perlu untuk memastikan mereka sampai pada
tujuan (Soeroso,
2003).
Manajer keperawatan harus memiliki keterampilan komunikasi
interpersonal yang baik. Kepala ruangan setiap hari berkomunikasi
dengan pasien, staf, dan atasan setiap hari (Nursalam, 2012). Komunikasi
membentuk inti kegiatan manajemen dan melewati semua proses manajemen
(Marquis dan
Huston, 2010).
Prinsip komunikasi manajer keperawatan menurut Nursalam (2012),
yaitu:
1. Manajer harus mengerti struktur organisasi, siapa yang terkena dampak
dari keputusan yang dibuat. Jaringan komunikasi formal dan informal
perlu dibangun antaramanajer dan staf

2. Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, tetapi sebagai proses yang


tak terpisahkan dalam organisasi
3. Komunikasi harusjelas, sederhana, dantepat.
4. Perawat profesional adalah mampu berkomunikasi dengan secara
adekuat, lengkap dan cepat.
5. Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasi dapat diterima
6. Menjadipendengaryang baik adalah komponen pentingdalam komunikasi.
Douglas dalam Swansburg (2000) mengatakan bahwa ada dua
belas
aktivitas teknis yang berhubungan dengan pengarahan padamanajemen, yaitu:
1. Merumuskan tujuan perawatan yang realistis untuk pelayanan
keperawatan, pasien dan perawat pelaksana

2. Memberikan prioritas utama untuk kebutuhan klien sehubungan


4
dengan tugas-tugas perawat pelaksana
3. Melaksanakankoordinasi untuk efisiensi pelayanan

4
4. Mengidentifikasitanggung jawab dariperawat pelaksana
5. Memberikan perawatan yang berkesinambungan
6. Mempertimbangkan kebutuhanterhadaptugas-tugas dariperawat pelaksana
7. Memberikankepemimpinan untuk perawat dalam hal pengajaran, konsultasi,
dan evaluasi
8. Mempercayai anggota
9. Menginterpretasikan protokol
1 0 . Menjelaskan proseduryangharus diikuti
11. Memberikan laporan ringkas danjelas
1 2 . Menggunakan proseskontrolmanajemen

C. Indikator Pengarahanyang Baik


Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengarahan Arni (2009)
menyatakan bahwa arus komunikasi melalui media pengarahan dipengaruhi
oleh struktur hierarki dalam organisasi. Namun arus komunikasi ini tidaklah
berjalan lancar,
tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain sebagai berikut :

a. Keterbukaan Kurangnya sifat terbuka diantara pimpinan dan pegawai


akan menyebabkan pemblokan atau tidak mau menyampaikan pesan atau
gangguan dalam pesan. Umumnya para pimpinan tidak begitu
memperhatikan arus komunikasi kebawah. Pimpinan mau memberikan
informasi kebawah bila mereka merasa bahwa pesan itu penting bagi
penyelesaian tugas. Tetapi apabila suatu pesan tidak relevan dengan
tugas, pesan tersebut tetap dipegangnya. Misalnya seorang pimpinan
akan mengirimkan pesan untuk memotivasi pegawai guna
penyempurnaan hasil kerja, tetapi tidak mau mendiskusikan
kebijaksanaan baru dalam mengatasi masalah-masalah
organisasi.
b. Kepercayaan Pada Pesan Tulisan Kebanyakan para pimpinan lebih
percaya pesan tulisan dan metode diskusi yang menggunakan alat-alat
5
elektronik dari
padapesan yang disampaikan secara lisan dan tatap muka. Hal ini menjadikan

5
pimpinan lebih banyak menyampaikan pesan secara tertulis berupa
bulletin, manual yang mahal, buklet dan film sebagai pengganti kontak
personal secara
tatapmuka antara pimpinan danbawahan.
c. Pesan Yang Berlebihan Karena banyaknya pesan-pesan yang dikirim
secara tertulis, maka pegawai dibebani dengan memo-memo, bulletin,
surat-surat pengumuman, majalah, dan pernyataan kebijaksanaan sehingga
banyak sekali pesan-pesan yang harus dibaca oleh pegawai. Reaksi pegawai
terhadap pesan tersebut biasanya cenderung untuk tidak membacanya.
Banyak karyawan hanya membaca pesan-pesan tertentu yang dianggap
penting bagi dirinya dan
yang lain diberikan sajatidak dibaca.
d. Timing atau ketepatan waktu pengiriman pesan mempengaruhi
komunikasi ke bawah. Pimpinan hendaklah mempertimbangkan saat
yang tepat bagi pengiriman pesan dan tampak yang potensial kepada
tingkah laku karyawan. Pesan seharusnya dikirim kebawah pada saat saling
menguntungkan kepada kedua belah pihak yaitu pimpinan dan karyawan.
Tetapi bila pesan yang dikirimkan tersebut tidak pada saat dibutuhkan oleh
karyawan maka mungkin
akan mempengaruhikepada efektifitasnya.
e. Penyaringan Pesan-pesan yang dikirimkan kepada bawahan hendaklah
semuanya diterima mereka, tetapi mereka saring mana yang mereka perlukan.
Penyaringan pesan ini dapat disebabkan oleh bermacam-macam
faktor diantaranya perbedaan persepsi diantara pegawai, jumlah mata rantai
dalam
jaringan komunikasi dan perasaan kurang percaya kepada pimpinan.

6
D. Langkah Supervisi Ruang Rawa
Supervisi keperawatan merupakan suatu proses pemberian
sumber- sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaiakan tugas
dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dengan supervisi
memungkinkan seorang manajer keperawatan dapat menemukan berbagai
kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan asuahan keperawatan di ruang
yang bersangkutan melalui analisis secara komprehensif bersama-sama
dengan anggota perawat secara efektif dan efesien. Melalui kegiatan
supervisi seharusnya kualitas dan mutu pelayanan keperawatan menjadi fokus
dan menjadi tujuan utama, bukan malah
menyibukkan diri mencarikesalahan ataupenyimpangan (Arwani, 2006).
Teknik supervisi dibedakan menjadi dua, supervisi langsung dan tak
langsung.
1. Teknik Supervisi Secara Langsung
Supervisi yang dilakukan langsung pada kegiatan yang
sedang dilaksanakan. Pada waktu supervisi diharapkan supervisor
terlibat dalam kegiatan agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak
dirasakan sebagai
perintah Bittel, 1987 (dalam Wiyana, 2008).
Cara memberikan supervisi efektif adalah : 1) pengarahan
harus lengkap dan mudah dipahami; 2) menggunakan kata-kata yang
tepat; 3) berbicara denganjelas dan lambat; 4) berikan arahan yang logis;
5) Hindari banyak memberikan arahan pada satu waktu; 7) pastikan
arahan yang diberikan dapat dipahami; 8) Pastikan bahwa arahan
yang diberikan dilaksanakn atau perlu tindak lanjut Supervisi lansung
dilakukan pada saat perawat sedang melaksanakan pengisian formulir
dokumentasi asuhan keperawatan. Supervisi dilakukan pada kinerja
pendokumentasian dengan mendampingi perawat dalam pengisian setiap
komponen dalam proses
keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.
7
Langkah-langkah yang digunakan dalam supervisi langsung
(Wiyana, 2008) :

7
a. Informasikan kepada perawat yang akan disupervisi bahwa
pendokumentasiannya akan disupervisi.
b. Lakukan supervisi asuhan keperawatan pada saat perawat
melakukan pendokumentasian. Supervisor melihat hasil
pendokumentasian secara
langsung dihadapan perawat yang mendokumentasikan.
c. Supervisor menilai setiap dokumentasi sesuai standar dengan asuhan
keperawatan pakai yaitu menggunakan form A Depkes 2005.
d. Supervisor menjelaskan, mengarahkan dan membimbing perawat
yang disupervisi komponen pendokumentasian mulai dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi kepada perawat yang sedang menjalankan pencacatan
dokumentasi asuhan
keperawatan sesuai form A dari Depkes.
e. Mencatat hasil supervisi dan menyimpan dalam dokumen supervisi.

2. Secara Tidak Langsung


Supervisi tidak langsung adalah supervisi yang dilakukan
melalui laporan baik tertulis maupun lisan. Perawat supervisor tidak
melihat langsung apa yang terjadi di lapangan sehingga memungkinkan
terjadinya kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan secara tertulis
(Bittel, 1987)
dalam Wiyana, 2008.
Langkah-langkah Supervisitak langsung, yaitu :
a. Lakukan supervisi secara tak langsung dengan melihat hasil
dokumentasipadabukurekam medik perawat.
b. Pilih salah satu dokumen asuhankeperawatan.
c. Periksa kelengkapan dokumentasi sesuai dengan standar
dokumentasi asuhan keperawatan yang ditetapkan rumah sakit yaitu
form A dari
8
Depkes.

8
d. Memberikan penilaian atas dokumentasi yang di supervisi
dengan memberikan tanda bila ada yang masih kurang dan berikan
cacatan
tertulis padaperawat yang mendokumentasikan.
e. Memberikan catatan pada lembar dokumentasi yang tidak lengkap atau

sesuai standar.
E. Praktik Pengarahan Kepala Ruangan Sesuai Akreditasi
1. Memberi pengarahan tentang penugasankepadaketua TIM
2. Memberipujian kepada anggota TIM yang melakukantugas dengan baik
3. Memberi motifasi dalampeningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap
4. Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan
dengan ASKEP pasien
5. Melibatkanbawahan sejak awal hingga akhirkegiatan
6. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya
7. Meningkatkankolaborasi dengan anggota TIM lain
8. Mengembangkan sistempengarahan formal dan informal

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Fungsi pengarahan dalam manajemen merupakan salah satu fungsi
yang sangat diperlukan karena fungsi ini memberikan bimbingan, arahan dan
petunjuk kepada anggota lainnya untuk memiliki rasa tanggungjawab terhadap
tugasnya masing-masing. Dalam fungsi pengarahan ini juga terkait
dengan hal kepemimpinan dan motivasi kedua hal tersebut tidak dapat
dipisahkan karena adnya unsure yang saling mendukung dimana dalam
mengarahkan dapat dilakukan oleh seorang manajemen atau seorang
pemimpin yang dapat bertanggungjawab dan untuk menghasilkan
pengarahan yang maximal seorang manajemen atau pemimpin harus
mampu memotivasi bawahannya untuk melaksanakan perencanaan yang
telah ditetapkan dan menghasilkan hasil yang
optimal.

B. Saran
Sebagai manajer ataupun pemimpin organisasi yang baik,
hendaknya dapat mengimplementasikan fungsi pengarahan dengan optimal di
dalam suatu manajemen atau organisasi tersebut, sehingga tujuan organisasi
yang hendak
dicapai akanterwujud.

10
DAFTAR PUSTAKA

Dexter, Akbar. 2012. Fungsi Pengarahan dalam Management.


https://www.scribd.com/doc/96274382/Fungsi-Pengarahan-Dalam-Manajemen
Swamburg, Russel C. 2000. Pengantar kepemimpinan dan manajemen keperawatan.
Jakarta : EGC
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39138/4/Chapter%20ll.pdf diakses
tanggal 8 Maret 2017

11

Anda mungkin juga menyukai