Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Komunitas di Desa Ringinanom
Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang ”.
Ambon. 30-11-2022
Penulis
i
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................. ii
DAFTAR ISI ...................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................
A. Latar Belakang...................................................................
B. Tujuan Penulisan................................................................
C. Ruang Lingkup...................................................................
D. Metode Penulisan...............................................................
E. Sistematika Penulisan........................................................
ii
BAB III TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DESA RINGINANOM
TABULASI HASIL PENGKAJIAN KEPERAWATAN
MASYARAKAT......................................................................... 25
A. Data Umum/Data Sekunder ...............................................
B. Data Primer.........................................................................
C. Pengkajian...........................................................................
D. Analisa Data........................................................................
E. Diagnosa Keperawatan.......................................................
F. Perencanaan Keperawatan Komunitas...............................
BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................
A. Persiapan Pengambilan Data.............................................
B. Tabulasi /Analisa Data........................................................
C. Diagnosa.............................................................................
D. Rencana Tindakan..............................................................
E. Implementasi.......................................................................
F. Evaluasi...............................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945 alinea keempat untuk melindungi segenap
bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, untuk
mencapai tujuan tersebut diselenggarakan pembangunan nasional
secara berkelanjutan, terencana dan terarah. Pembangunan
kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari
pembangunan nasional.
Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan tanggungjawab
bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta.
Perilaku masyarakat adalah perilaku proaktif untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit,
melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berpartisipasi aktif dalam
gerakan kesehatan masyarakat melalui usaha yang bersifat promotif,
preventif yang didukung oleh upaya kuratif dan rehabilitatif
diharapkan dapat mengurangi angka morbiditas dan mortalitas dan
kecacatan dalam masyarakat (Depkes RI, 2009).
Masalah kesehatan yang semakin kompleks menuntut asuhan
keperawatan pada komunitas yang membutuhkan perawatan
kesehatan bagi yang mempunyai gangguan kesehatan dan juga
komunitas yang terjaga kesehatannya dan untuk ditingkatkan derajat
kesehatan pada komunitas tersebut.
Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin modern
dan jumlah penduduk yang semakin meningkat, maka pola dan gaya
hidup semakin beraneka ragam serta ditambah dengan aktivitas
manusia yang tidak memperhatikan lingkungan sehingga dapat
berdampak negatif bagi kesehatan.
1
Menurut H.L. Bloom ada 4 faktor yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat, yaitu : lingkungan, perilaku, keturunan dan
pelayanan kesehatan. Lingkungan merupakan faktor terbesar yang
dapat berpengaruh terhadap kesehatan manusia.
Salah satu penyakit yang disebabkan oleh lingkungan adalah
Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA) yang merupakan penyakit
yang terjadi pada masyarakat dan termasuk salah satu dari 10 besar
penyakit. ISPA merupakan penyakit yang apabila tidak ditangani
dengan baik akan menyebabkan penyakit yang lebih serius antara
lain pneumonia.
Penyakit lain yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan
perilaku, adalah hipertensi. Hipertensi adalah penyakit dimana
apabila tidak ditangani dengan baik maka akan menimbulkan
komplikasi seperti stroke, gagal ginjal, gagal jantung dan lain
sebagainya.
Selain itu, lingkungan dan perilaku dapat berpengaruh pada
status gizi komunitas. Pada bayi dan balita kekurangan gizi dapat
menyebabkan terjadinya gangguan pertumbuhan dan perkembangan
fisik, mental dan spiritual.
Diare juga merupakan masalah yang dapat ditimbulkan karena
pengaruh lingkungan dan perilaku. Penyakit ini bila tidak dilakukan
penanganan dengan benar dapat menjadi masalah yang serius
karena penyakit ini dapat menyebar dengan cepat.
Berdasarkan data yang diperoleh di Dusun Kiringan Desa
Ringinanom Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang, jumlah
penderita ISPA 68,75%, hipertensi 12,5% dan ditemukan adanya
balita dengan gizi kurang sebesar 4,55%, maka kami membuat
laporan dengan judul “Asuhan Keperawatan Komunitas di Desa
Ringinanom Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2
Membantu memandirikan masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatan dengan menggunakan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan keperawatan komunitas, masyarakat
mampu :
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami.
b. Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah
tersebut.
c. Merumuskan serta memecahkan masalah.
d. Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka alami.
e. Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka
hadapi yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam
memelihara kesehatan secara mandiri ( self care ).
C. Ruang Lingkup
Laporan ini membahas tentang asuhan keperawatan komunitas
dengan masalah kesehatan di Desa RinginanomKecamatan
Tempuran Kabupaten Magelang.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
B. Tujuan Keperawatan Komunitas
Keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan
kesehatan yang dilakukan sebagai upaya dalam pencegahan dan
peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui pelayanan
keperawatan langsung (direction) terhadap individu, keluarga dan
kelompok didalam konteks komunitas serta perhatian lagsung
terhadap kesehatan seluruh masyarakat dan mempertimbangkan
masalah atau isu kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi
individu, keluarga serta masyarakat. Tujuan keperawatan adalah
untuk pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui
upaya:
1. Pelayanan keperawatan secara langsung ( direct care ) terhadap
individu, keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas.
2. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat
(health general community) dan mempertimbangkan bagaimana
masalah atau isu kesehatan masyarakat dapat mempengaruhi
keluarga, individu dan kelompok.
Dan selanjutnya secara spesifik diharapkan : individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk :
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami
2. Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah
tersebut
3. Merumuskan serta memecahkan masalah
4. Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka alami
5. Mengevaluasi sejauh mana pemecahan maslah yang mereka
hadapi yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam
memelihara kesehatan secara mandiri ( self care ).
5
C. Sasaran Keperawatan Komunitas
Seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga dan kelompok
baik yang sehat maupun yang sakit khususnya mereka yang beresiko
tinggi dalam masyarakat.
1. Individu
Individu adalah anggota keluarga sebagai kesatuan utuh dari
aspek biologi, psikologi, soaial dan spiritual. Maka peran perawat
adalah membantu agar individu dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya karena kelemahan fisik dan mental yang dialami,
keterbatasan pengetahuannya dan kurangnya kemampuan
menuju kemandirian. Perawat memberikan asuhan keperawatan
kepada individu yang mempunyai masalah kesehatan tertentu
(misalnya TBC, ibu hamil ) yang dijumpai di poliklinik, Puskesmas
dengan sasaran dan pusat perhatian pada masalah kesehatan
dan pemecahan masalah kesehatan individu.
2. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
atas kepala keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul
dan tinggal dalam satu rumah tangga karena pertalian darah dan
ikatan perkawinan atau adopsi. Antara keluarga satu dan yang
lainya saling tergantung dan berinteraksi, bila salah satu atau
beberapa anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan
maka akan berpengaruh terhadap anggota yang lainya dan
keluarga yang ada disekitarnya. Dari permasalahan tersebut,
maka keluarga merupakan fokus pelayanan kesehatan yang
strategis :
a. Keluarga sebagai lembaga yang perlu diperhitungkan
b. Keluarga mempunyai peran utama dalam pemeliharaan
kesehatan seluruh anggota keluarga
6
c. Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan
d. Keluarga sebagai tempat pengambilan keputusan dalam
perawatan kesehatan
e. Keluarga merupakan perantara yang efektif dalam berbagai
usaha – usaha kesehatan masyarakat.
7
hamil, bayi baru lahir, anak balita, anak usia sekolah dan usia
lansia atau lanjut usia.
b.Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan
pengawasan dan bimbingan serta asuhan keperawatan,
antara lain : kasus penyakit kelamin, tuberculosis, AIDS,
kusta dan lain – lain.
8
D. Prinsip Pemberian Pelayanan Keperawatan Komunitas.
Pada saat memberikan pelayanan kesehatan, perawat
komunitas harus rnempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu
kemanfaatan dimana semua tindakan dalam asuhan keperawatan
harus memberikan manfaat yang besar bagi komunitas, pelayanan
keperawatan kesehatan komunitas dilakukan bekerjasama dengan
klien dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan serta
melakukan kerjasama lintas program dan lintas sektoral, asuhan
keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi,
klien dan lingkungannya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta
fisik mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan, pelayanan
keperawatan komunitas juga harus memperhatikan prinsip keadilan
dimana tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan
atau kapasitas dari komunitas itu sendiri, prinsip yang lain yaitu
otonomi dimana klien atau komunitas diberi kebebasan dalam
memilih atau melaksanakan beberapa alternatif terbaik dalam
menyelesaikan masalah kesehatan yang ada.
Prinsip dasar lainnya dalam keperawatan kesehatan komunitas, yaitu:
1. Keluarga adalah unit utama dalam pelayanan kesehatan
masyarakat
2. Sasaran terdiri dari, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
3. Perawat kesehatan bekerja dengan masyarakat bukan bekerja
untuk masyarakat
9
4. Pelayanan keperawatan yang diberikan lebih menekankan pada
upaya promotif dan preventif dengan tidak mengesampingkan
upaya kuratif dan rehabilitatif.
5. Dasar utama dalam pelayanan perawatan kesehatan masyarakat
adalah menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang
dituangkan dalam proses keperawatan.
6. Kegiatan utama perawatan kesehatan komunitas adalah
dimasyarakat dan bukan di rumah sakit.
7. Klien adalah masyarakat secara keseluruhan baik yang sakit
maupun yang sehat.
8. Perawatan kesehatan masyarakat ditekankan kepada pembinaan
perilaku hidup sehat masyarakat.
9. Tujuan perawatan kesehatan komunitas adalah meningkatkan
fungsi kehidupan sehingga dapat meningkatkan derajat
kesehatan seoptimal mungkin.
10. Perawat kesehatan komunitas tidak bekerja secara sendiri tetapi
bekerja secara tim.
11. Sebagian besar waktu dari seorang perawat kesehatan komunitas
digunakan untuk kegiatan meningkatkan kesehatan, pencegahan
penyakit, melayani masyarakat yang sehat atau yang sakit,
penduduk sakit yang tidak berobat ke puskesmas, pasien yang
baru kembali dari rumah sakit.
12. Kunjungan rumah sangat penting.
13. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan utama.
14. Pelayanan perawatan kesehatan komunitas harus mengacu pada
sistem pelayanan kesehatan yang ada.
15. Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan di institusi
pelayanan kesehatan yaitu puskesmas, institusi seperti sekolah,
panti, dan lainnya dimana keluarga sebagai unit pelayanan.
10
Perawat kesehatan komunitas melakukan pekerjaan pada
berbagai posisi dengan fokus utama klien individu, keluarga, dan
komunitas. (Archer, 1976). Tatanan praktik dalam keperawatan
kesehatan komunitas sangat luas, karena pada semua tatanan
perawat komunitas dapat memberikan pelayanan dengan penekanan
tingkat pencegahan primer, sekunder dan tertier. Perawat yang
bekerja di komunitas dapat bekerja sebagai perawat keluarga,
perawat sekolah, perawat kesehatan kerja atau pegawai gerontology,
dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Perawat Keluarga
Keperawatan kesehatan keluarga adalah tingkat keperawatan
tingkat kesehatan masyarakat yang dipusatkan pada keluarga
sebagai satu kesatuan yang dirawat dengan sehat sebagai tujuan
pelayanan dan perawatan sebagai upaya (Bailon dan Maglaya,
1978). Perawat keluarga adalah perawat teregistrasi dan telah
lulus dalam bidang keperawatan yang dipersiapkan untuk praktik
memberikan pelayanan individu dan keluarga disepanjang
rentang sehat sakit. Peran yang dilakukan perawat keluarga
adalah melaksanakan asuhan keperawatan keluarga,
berpartisipasi dan menggunakan hasil riset, mengembangkan dan
melaksanakan kebijakan dibidang kesehatan, kepemimpinan,
pendidikan, case management dan konsultasi.
2. Perawat Kesehatan Sekolah
Keperawatan sekolah adalah keperawatan yang difokuskan pada
anak ditatanan pendidikan guna memenuhi kebutuhan anak
dengan mengikut sertakan keluarga maupun masyarakat sekolah
dalam perencanaan pelayanan (Logan, BB, 1986). Fokus utama
perawat kesehatan sekolah adalah siswa dan lingkungannya dan
sasaran penunjang adalah guru dan kader.
3. Perawat Kesehatan Kerja
11
Perawatan kesehatan kerja adalah penerapan prinsip-prinsip
keperawatan dalam memelihara kelestarian kesehatan tenaga
kerja dalam segala bidang pekerjaan. Perawat kesehatan kerja
mengaplikasikan praktik keperawatan dalam upaya memenuhi
kebutuhan unik individu, kelompok dan masyarakat ditatanan
industri, pabrik, tempat kerja, tempat konstruksi, universitas dan
lain-lain.
4. Perawat Gerontologi
Perawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang
mempelajari dan memberikan pelayanan kepada orang lanjut usia
yang dapat terjadi diberbagai tatanan dan membantu orang lanjut
usia tersebut untuk mencapai dan mempertahankan fungsi yang
optimal. Lingkup praktik keperawatan gerontologi adalah
memberikan asuhan keperawatan, melaksanakan advokasi dan
bekerja untuk memaksimalkan kemampuan atau kemandirian
lanjut usia, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan,
mencegah dan meminimalkan kecacatan dan menunjang proses
kematian yang bermartabat.
12
85% ), pelayanan yang diperlukan oleh kelompok ini bersifat
pelayanan kesehatan dasar ( basic health services ), atau juga
merupakan pelayanan kesehatan primer atau utama ( primary
health care ). Bentuk pelayanan ini di Indonesia adalah
puskesmas yaitu puskesmas pembantu, puskesmas keliling dan
balkesmas.
13
1945 dan Undang Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan
Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi
untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia, yang diukur
dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Keadaan lain di
Negara Indonesia yang masih merupakan masalah yang harus
dihadapi dalam permasalahan Bidang Kesehatan meliputi :
14
sosial, ekonomi dan budaya. Ini meliputi kecerdasan rakyat,
kesadaran rakyat untuk memlihara kesehatan dirinya sendiri.
Makin bertambah tinggi tingkat pendidikan masyarakat kan
tercipta perilaku dan sikap yang baik terhadapa hidup sehat yang
menguntungkan uipaya kesehatan. Masyarakat agraris pada
umumnya lebih lamban menanggapi perubahan nilai sosila
budaya termasuk ekonomi, hingga sulit mengatasi masalah
kemiskinan maupun pengembangan sosial dan budaya, yang
justru berpengaruh pada sikap dan perilaku hidup sehat.
2. Mobilitas penduduk yang cukup tinggi ;
Upaya pengendalian pertumbuhan telah berhasil dengan baik
terutama melalui gerakan Keluarga Berencana. Namun
pertambahan jumlah penduduk dan perbandingan penduduk usia
muda yang masih besar, serta penyebaran peduduk yang masih
belum merata, menimbulkan masalah. Perbandingan jumlah
penduduk wanita dan pria, tidak akan banyak berubah dari
keadaan sekarang, yaitu 100 orang wanita terhadap 96,8 pria.
Jumlah penduduk berusia 40 tahun keatas, secara relatif akan
bertambah. Ini berarti perlunya peningkatan pelayanan untuk
penyakit-penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit jantung,
dan penyakit degeneratif lainnya yang biasa diderita oleh
penduduk berusia 40 tahun keatas, yang relatif lebih mahal
pelayanannya dibandingkan dengan penyakit menular.
Dengan demikian ciri kependudukan di Indonesia sampai
sekarang masih cenderung bergerak lamban dari penduduk usia
muda ke arah penduduk usia tua. Karena itu upaya kesehatan
masih ditujukan terutama kepada penyakit-penyakit yang banyak
dideriita oleh anak-anak di bawah usia 5 tahun, dengan tidak
melupakan pula berbagai penyakit yang lazim diderita oleh
golongan umur produktif yang makin besar jumlahnya serta
perubahan ciri-ciri penyakit di masa akan datang
15
3. Kondisi kesehatan lingkungan masih rendah;
Pencemaran lingkungan dewasa ini selain terutama disebabkan
karena kebiasaan membuang kotoran yang tidak semestinya juga
disebabkan oleh pencemaran air dan tanah serta udara karena
bahan buangan industri, limbah pertanian dan pertambangan
serta pencemaran udara karena kenderaan bermotor.
Pencemaran makanan dan minuman dapat terjadi karena
hygiene dan sanitasi yang belum memadai, pemakaian bahan
tambahan, pemakaian pestisida untuk menyelamatkan produksi
pangan dan keadaan lingkungan yang makin tercemar.
Mengenai perumahan, bahwa dewasa ini masih banyak
penduduk menempati rumah dan pemukiman yang tidak layak,
yang merugikan kondisi kesehatan diri sendiri dan lingkungan.
4. Perilaku hidup sehat masyarakat yang masih rendah;
Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner tersebut, maka perilaku
kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap
stimulus objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan.
dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi
tiga kelompok, yaitu :
a. Tidak merokok. merokok adalah kebiasaan jelek yang
mengakibatkan berbagai macam penyakit. Ironisnya
kebiasaan merokok ini, khususnya di Indonesia seolah-olah
sudah membudaya. Hampir 50% penduduk Indonesia usia
dewasa merokok. bahkan dari hasil suatu penelitian, sekitar
15% remaja kita telah merokok. inilah tantangan pendidikan
kesehatan kita.
b. Tidak minum-minuman keras dan narkoba. Kebiasaan
minuman keras dan mengkonsumsi narkoba (narkotik dan
bahan-bahan berbahaya lainnya) juga cenderung meningkat.
16
Sekitar 1% penduduk Indonesia dewasa diperkirakan sudah
mempunyai kebiasaan minuman keras ini.
Istirahat cukup. dengan meningkatnya kebutuhan hidup
akibat tuntutan untuk penyesuaian lingkungan modern,
mengharuskan orang untuk bekerja keras dan berlebihan,
sehingga kurang waktu istirahat. hal ini dapat juga
membahayakan kesehatan.Mengendalikan stres. Stres akan
terjadi pada siapa saja, dan akibatnya bermacam-macam
bagi kesehatan. Lebih-lebih sebagai akibat dari tuntutan
hidup yang keras seperti diuraikan di atas. Kecenderungan
stres akan meningkat pada setiap orang. stres tidak dapat
kita hindari, maka yang penting agar stres tidak
menyebabkan gangguan kesehatan, kita harus dapat
mengendalikan atau mengelola stres dengan kegiatan-
kegiatan yang positif.
c. Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan,
misalnya : tidak berganti-ganti pasangan dalam hubungan
seks, penyesuaian diri kita dengan lingkungan, dan
sebagainya. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yaitu
Upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau
menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga,
kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur
komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi
untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui
pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social
support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment)
sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali
dan mengetahui masalahnya sendiri, dalam tatanan rumah
tangga, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam
rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan
kesehatannya.
17
5. Keterbatasan pelayanan kesehatan ; Dalam rangka pemerataan
pengembangan dan pembinaan kesehatan masyarakat,
khususnya yang berpenghasilan rendah, telah dibangun Pusat-
Pusat Kesehatan Masyarakat. Dewasa ini seluruh kecamatan
sudah mempunyai sekurang-kurangnya sebuah Puskesmas serta
beberapa Puskesmas Pembantu. Jangkauan upaya pelayanan
Puskesmas dan Puskemsas pemantu masih belum memadai
terutama di daerah pedesaan yang sulit perhubungannya atau
daerah terpencil. Untuk mengatasi itu diadakan Puskesmas
Keliling dan Polindes untuk membantu memberiakan pelayanan
kepeda penduduk. Namun belum semua desa bisa terjangkau.
Upaya pelayanan kesehatan yang mmenyeluruh dan terpadu
hanya mungkin diwujudkan jika sistem rujukan dikembangkan
dengan meningkatkan sarana dalam arti luas, yakni
pengembangan rumah sakit yang memenuhi syarat medis teknis
serta kejelasan tanggung jawab antara Puskesmas dan Rumah
sakit, baik pemerintah maupun swasta.
6. Jumlah tenaga kesehatan masih kurang merata, masih
rendahnya kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas dan
jaringannya, masih rendahnya kinerja SDM Kesehatan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa baik tenaga medis maupun
tenaga paramedis jumlah dan mutunya serta pemerataannya
masih belum memadai. Hampir seluruh dokter dan sebagian
besar tenaga paramedis adalah pegawai negeri, sedangkan
banyak tenaga medis merangkap melayani usaha kesehatan
swasta. Hal ini dapat mengurangi mutu pelayanan kesehatan-
kesehatan pemerintah. Perbandingan jumlah dokter dan
paramedis serta tenaga kesehatan lainnya terhadap jumlah
penduduk masih jauh dari memuaskan. Pola ketenagaan untuk
unit-unit pelayanan kesehatan serta pendidikan dan latihannya
masih perlu dimantapkan.
18
Sistem pengelolaan tenaga kesehatan yang baru dirintis belum
sepenuhnya memungkinkan pembinaan tenaga kesehatan
berdasarkan sistem karier dan prestasi kerja. Dengan
meningkatnya kecepatan pembangunan bidang kesehatan sebagi
bagian dari pembangunan nsional, kiranya masalah ketenagaan
tersebut juga akan cenderung meningkat pula. Karena itu
masalah ketenagaan perlu mendapatkan prioritas penggarapan
baik untuk jangka pendek maupun menengah dan jangka
panjang.
7. Pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada belum optimal ;
Pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan
kesehatan, atau sering disebut perilaku pencairan pengobatan
(health seeking behavior). Perilaku ini adalah menyangkut upaya
atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau
kecelakaan. tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati
sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar
negeri.
Fasilitas kesehatan sebagi salah satu sumber daya kesehatan
sampai dewasa ini telah dikembangkan tahap demi tahap sesuai
dengan keperluan. Jumlah dan fungsi rumah sakit baik
pemerintah maupun swasta telah pula ditingkatkan. Peningkatan
rumah sakit ini merupakan salah satu kegiatan dari peningkatan
upaya kesehatan rujukan, yang dimaksudkan untuk lebih
menunjang upaya kesehatan Puskesmas. Demikian pula fasilitas
kesehatan lainnya seperti laboratorium , kantor, perumahan
dinas, fasilitas pendidikan dan latihan dan yang lainnya telah pula
ditingkatkan. Namun pamanfaatan terhadap fasiltas tersebut
masih belum optimal, hal ini dapat kita lihat dari sedikitnya jumlah
kunjungan rawat jalan di Puskesmas dibandingkan dengan
kunjungan ke praktek pribadi medis maupun paramedis. Selain itu
19
masih adanya pemanfaatan pengobatan pada praktik perdukunan
pada sebagain masyarakat di pedesaan.
8. Akses masyarakat untuk mencapai fasilitas kesehatan yang ada
belum-optimal.
Akses yang dimaksud adalah sarana pendukung seperti sarana
jalan dan transportasi yang masih belum baik dan kurang. Di
daerah terbelakang dan terpencil sampai saat ini untuk sarana
jalan dan transportasi dapat dikatakan kurang mendukung. Untuk
mencapai fasilitas kesehatan terkadang membutuhkan waktu
berhari-hari hanya untuk mengobati sakit sanak keluarga
masyarakat di desa terpencil tersebut. Permasalah ini tidak lepas
juga dengan letak geografis darah tersebut. Selain itu tidak
semua desa tertinggal atau terpencil ditempatkan petugas
kesehatan dikarenakan masih kurangnya tenaga kesehatan.
9. Peran lintas sektor dalam bidang kesehatan belum optimal.
Di antara faktor-faktor yang perlu mendapatkan perhatian dalam
pembangunan antara lain adalah kerja sama lintas sektor. Kerja
sama yang dimaksud adalah kerja sama berbagai sektor
pembangunan, kerjasama pemerintah dengan masyarakat
termasuk swasta. Yang masih perlu ditingkatkan adalah kerja
sama lintas sektor yang diselenggarakan oleh pemerintah dan
swasta, baik dari segi teknis opersional maupun administratif,
ketengaan dan kejelasan mekanisme kerja bahkan termasuk
aspek-aspek hukum yang dapat memantapkan kerja sama secara
luas. Kerja sama lintas sektor sering sukar diwujudkan jika kerja
sama tersebut tidak didasari oleh saling pengertian dan
keterbukaan yang mendalam antara komponen yang terlibat serta
tidak ada kejelasan tentang tujuan bersama. Peran yang harus
dilakukan oleh masing-masing komponen dalam kerja sama itu
dan mekanisme kerjanya perlu dirumuskan.
20
J. Tren Keperawatan Komunitas dan Implikasinya di Indonesia.
Perawatan kesehatan menurut Ruth B. Freeman (1961) adalah
sebagai suatu lapangan khusus di bidang kesehatan, keterampilan
hubungan antar manusia danketerampilan terorganisasi diterapkan
dalam hubungan yang serasi kepadaketerampilan anggota profesi
kesehatan lain dan kepada tenaga sosial demi untuk memelihara
kesehatan masyarakat. Oleh karenanya perawatan kesehatan
masyarakatditujukan kepada individu-individu, keluarga, kelompok-
kelompok yangmempengaruhi kesehatan terhadap keseluruhan
penduduk, peningkatan kesehatan, pemeliharaan kesehatan,
penyuluhan kesehatan, koordinasi dan pelayanankeperawatan
berkelanjutan dipergunakan dalam pendekatan yang
menyeluruhterhadap keluarga, kelompok dan masyarakat.
Pengembangan kesehatan masyarakat di Indonesia yang telah
dijalankanselama ini masih memperlihatkan adanya ketidaksesuaian
antara pendekatan pembangunan kesehatan masyarakat dengan
tanggapan masyarakat, manfaat yangdiperoleh masyarakat, dan
partisipasi masyarakat yang diharapkan. Meskipun didalam Undang-
undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan telah ditegaskan
bahwatujuan pembangunan kesehatan masyarakat salah satunya
adalah meningkatkankemandirian masyarakat dalam mengatasi
masalah kesehatannya. Oleh karena itu pemerintah maupun pihak-
pihak yang memiliki perhatian cukup besar terhadap pembangunan
kesehatan masyarakat termasuk perawat spesialis comunitas
perlumencoba mencari terobosan yang kreatif agar program-program
tersebut dapatdilaksanakan secara optimal dan
berkesinambungan.Salah satu intervensi keperawatan komunitas di
Indonesia yang belum banyak digali adalah kemampuan perawat
spesialis komunitas dalam membangun jejaringkemitraan di
masyarakat. Padahal, membina hubungan dan bekerja sama
denganelemen lain dalam masyarakat merupakan salah satu
21
pendekatan yang memiliki pengaruh signifikan pada keberhasilan
program pengembangan kesehatan masyarakat(Kahan & Goodstadt,
2001). Pada bagian lain Ervin (2002) menegaskan bahwa perawat
spesialis komunitas memiliki tugas yang sangat penting untuk
membangundan membina kemitraan dengan anggota masyarakat.
Bahkan Ervin mengatakan bahwa kemitraan merupakan tujuan utama
dalam konsep masyarakat sebagai sebuahsumber daya yang perlu
dioptimalkan (community-as-resource)dimana perawat spesialis
komunitas harus memiliki ketrampilan memahami dan bekerja
bersamaanggota masyarakat dalam menciptakan perubahan di
masyarakat. Terdapat limamodel kemitraan yang menurut anggapan
kami cenderung dapat dipahami sebagaisebuah ideologi kemitraan,
sebab model tersebut merupakan azas dan nafas kitadalam
membangun kemitraan dengan anggota masyarakat lainnya. Model
kemitraan tersebut antara lain:
1. Kepemimpinan (manageralism) (Rees, 2005),
2. Pluralism baru (new-pluralism)
3. Radikalisme berorientasi pada Negara (state-oriented radicalism)
4. Kewirausahaan (entrepreneurialism)
5. Dan membangun gerakan (movement-building) (Batsler dan
Randall,1992).
Berkaitan dengan praktik keperawatan komunitas di atas,
maka modelkemitraan yang sesuai untuk mengorganisasi elemen
masyarakat dalam upaya pengembangan derajat kesehatan
masyarakat dalam jangka panjang adalah modelkewirausahaan
(entrepreneurialism). Model kewirausahaan memiliki dua prinsip
utama, yaitu prinsip otonomi (autonomy) kemudian diterjemahkan
sebagai upaya advokasi masyarakat dan prinsip penentuan nasib
sendiri (self-determination) yangselanjutnya diterjemahkan sebagai
prinsip kewirausahaan.
22
Praktik keperawatanmandiri atau kelompok hubungannya
dengan anggota masyarakat dapat dipandangsebagai sebuah
institusi yang memiliki dua misi sekaligus, yaitu sebagai
institusiekonomi dan institusi yang dapat memberikan pembelaan
pada kepentinganmasyarakat terutama berkaitan dengan azas
keadilan sosial dan azas pemerataan bidang kesehatan. Oleh
karenanya praktik keperawatan sebagai institusi sangat terpengaruh
dengan dinamika perkembangan masyarakat (William, 2004;
Korsching& Allen, 2004), dan perkembangan kemasyarakatan
tentunya juga akanmempengaruhi bentuk dan konteks kemitraan
yang berpeluang dikembangkan(Robinson, 2005) sesuai dengan
slogan National Council for Voluntary Organizations(NCVO) yang
berbunyi : “New Times, New Challenges” (Batsler dan Randall, 1992).
Pada bagian lain, saat ini mulai terlihat kecenderungan adanya
perubahan pola permintaan pelayanan kesehatan pada golongan
masyarakat tertentu dari pelayanan kesehatan tradisional di rumah
sakit beralih ke pelayanan keperawatan dirumah disebabkan karena
terjadinya peningkatan pembiayaan kesehatan yang cukup besar
dibanding sebelumnya (Depkes RI, 2004a, 2004b; Sharkey, 2000;
MacAdam,2000).Sedangkan secara filosofis, saat ini telah terjadi
perubahan “paradigma sakit” yangmenitikberatkan pada upaya kuratif
ke arah “paradigma sehat” yang melihat penyakitdan gejala sebagai
informasi dan bukan sebagai fokus pelayanan (Cohen, 1996).
Sehingga situasi tersebut dapat dijadikan peluang untuk
mengembangkan praktik keperawatan komunitas beserta pendekatan
kemitraan yang sesuai di Indonesia.
23
24
BAB III
TINJAUAN KASUS
B. Data Primer
1. Kependudukan :
a. Jumlah Kepala Keluarga : 60 KK
b. Jumlah Penduduk : 229 jiwa
1) Laki-laki : 127 jiwa
2) Perempuan : 102 jiwa
c. Luas wilayah : 615,5 Ha.
25
d. Distribusi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin
1. 0 – 11 Bulan 4 - 4 1,75
2. 1 – 4 tahun 13 5 18 7,86
3. 5 – 6 tahun 6 5 11 4,8
4. 7 – 14 tahun 21 14 35 15,3
5. 15 – 49 tahun 56 61 117 51,1
6. 50 – 60 tahun 20 13 33 14,41
7. 60 tahun ke atas 7 4 11 4,8
Jumlah 127 102 229 100
26
g. Distribusi penduduk menurut mata pencaharian
2. Status Kesehatan
a. Kesakitan
1) Jumlah orang sakit (1 bulan) : 16 jiwa
2) Proporsi penyakit
a) ISPA : 11 jiwa (68,75 %)
b) Hipertensi : 2. jiwa (12,50%)
c) Rheumatik : 3 .jiwa (18,75%)
3) Yang termasuk penyakit menular : 11 kasus ( 68,75%)
4) Pengobatan:
a) Tidak berobat : -
b) Pengobatan alternatif : -
c) Yankes swasta : 6%
d) Puskesmas/RSUD : 5%
5) Warga yg memiliki Jaminan Pemeliharaan (Pembiayaan)
Kesehatan:165 jiwa (72,05 %)
6) Jenis Jaminan Pembiayaan Kesehatan yang dimiliki:
a) BPJS/Jamkesda : 165 jiwa (100 %)
b) Askes Pegawai/Jamsostek : ......-....jiwa (.....-...%)
c) Mandiri (JPKM), Tabulin, dll : ......-....jiwa (.....-...%)
27
b. Kematian (dalam satu tahun yang lalu)
No Kematian Jumlah
1. Umum 1
2. Bayi -
3. Anak balita -
4. Ibu maternal -
3. Pelayanan Kesehatan
a. KIA
1) Kehamilan
a) Jumlah Ibu Hamil : 3 jiwa
b) Paritas kehamilan
No Paritas Jumlah %
1. Primigravida (hamil I) 1 33,33
2. Multigravida (hamil II-IV) 2 66,67
3. Grande Multigravida (hamil >IV) - -
c) Usia kehamilan
28
e) Frekuensi pemeriksaan kehamilan
29
e) Bayi diberi ASI ekslusif (ASI saja hingga usia 6 bulan)
(1) Ya : 2 jiwa (50%)
(2) Tidak :2 jiwa (50%)
f) Imunisasi bayi
(1) BCG :3jiwa ( 75 %)
(2) Hepatitis B I : 3jiwa ( 75 %)
(3) DPT I+ HepB II :2 jiwa ( 50 %)
DPT II + HepB III :2 jiwa ( 50 %)
DPT III + Hep IV :1 jiwa ( 25 %)
(4) Polio I :2 jiwa ( 50 %)
Polio II :2 jiwa ( 50 %)
Polio III :2 jiwa ( 50 %)
Polio IV :1 jiwa ( 25 %)
(5) Campak :- jiwa ( - %)
g) Balita (umur 0 – 5 tahun kurang 1 hari)
(1) Jumlah Balita :22Balita
(2) Jumlah Balita yang punya KMS : 20 Balita (90,90 %)
(3) Jumlah Balita yang ditimbang bulan ini :12 balita
(54,54 %)
(4) Gizi balita.
Baik : 19 Balita (86,37%)
Kurang :1 Balita (4,55%)
Buruk :- Balita ( - %)
(5) Balita yang mendapatkan Kapsul Vitamin A :18 jiwa
(81,81%)
(6) Balita diberi ASI (umur max 2 tahun)
Ya : 13 Balita ( 59,1 %)
Tidak : - Balita ( - %)
(7) Balita dengan gangguan kebiasaan makan
: 2 Balita (9,1 %)
30
3) Keluarga Berencana (KB)
a) PUS (15 – 49 tahun) : 27 pasang
b) PUS ber-KB (Akseptor) : 16 pasang ( 59,26 %)
c) Jenis Alat/Obat Kontrasepsi yang digunakan
(1) Kondom : - pasang ( - %)
(2) Suntik : 13 pasang (81,25 %)
(3) Susuk : 2 pasang ( 12,5 %)
(4) Steril : - pasang ( -%)
(5) P i l : 1 pasang (6,25%)
(6) IUD : - pasang ( - %)
(7) Lain-lain : - pasang ( - %)
d) Tempat pelayanan KB:
(1) Posyandu/Polindes/Poskesdes : - jiwa
(2) Puskesmas/Pustu : 2 jiwa
(3) Bidan/dokter/Praktek swasta : 14 jiwa
5. P2M
a. Jumlah Anggota keluarga yang menderita demam diduga
Malaria/DBD : - jiwa
b. Bila ada yang demam, yang sudah diperiksa di Laboratorium ada: -
jiwa
6. Perkesmas
a. Jumlah anggota keluarga yang sakit dan dirawat di rumah : - jiwa.
1) Di rawat oleh keluarga :- jiwa
2) Di rawat oleh tenaga kesehatan :- jiwa
31
b. Keluarga memiliki kotak P3K
1) Ya :- KK
2) Tidak : 60 KK
c. Anggota keluarga menderita kelainan jiwa
1) Ya :- jiwa
2) Tidak : 229 jiwa
d. Pengobatan
1) Pelayanan Kesehatan :- jiwa
2) Tidak berobat :- jiwa
3) Di pasung :- jiwa
7. Laboratorium
a. Anggota keluarga yang diperiksa di laboratorium
1) Ya :- jiwa
2) Tidak : 229 jiwa
b. Jenis Pemeriksaan
1) Urine :- jiwa
2) Tinja :- jiwa
3) Darah :- jiwa
4) Lain-lain :- jiwa
8. Perilaku Kesehatan
Penilaian Strata PHBS
32
C. Pengkajian
Pengkajian Komunitas Menurut Betty Neuman
1. Perilaku kebersihan diri
a. Frekuensi mandi :
1) <2x/hari : 2KK(3,33%)
2) > 2x/ hari : 58 KK ( 96,67%)
b. Tempat mandi
1) KM sendiri : 32 KK( 53,33%)
2) Pancuran : - KK ( - % )
3) MCK umum : - KK ( - % )
4) Sungai : 28 KK ( 46,66%)
c. Pengguanaan sabun
1) Ya : 55 KK ( 91,67%)
2) Tidak : 5 KK ( 8,33% )
d. Kebiasaan menggosok gigi
1) Ya ( ≥2x/hari) : 60 KK ( 100%)
2) Tidak ( <2x/hari) : - KK ( -%)
e. Jumlah sikat gigi sesuai dengan jumlah anggota keluarga
1) Ya : 60 KK
2) Tidak : - KK
2. Perilaku BAB
a. Kebiasaan BAB
1) Jamban/ WC : 29 KK ( 48,33%)
2) Sungai : 31 KK ( 51.67%)
3) Kolam ikan : - KK
4) Kebun : - KK
b. Alasan BAB tidak di jamban
1) Tidak punya jamban/WC : 27 KK ( 87,1%)
2) Lokasi jauh : - KK ( - %)
3) Sulit air : 1 KK ( 3,2 % )
4) Tidak terbiasa : 3 KK ( 9,68%)
33
3. Perilaku Mengambil Air Minum
a. Sumber air minum
1) PMA : - KK
2) Sumur : 60 KK ( 100%)
b. Kebiasaan masak air
1) Ya : 60 KK ( 100% )
2) Tidak : - KK ( -% )
34
2) Tidak : 46 KK ( 76,67% )
6. Perilaku Mencuci Tangan
a. Cuci tangan pakai sabun sebelum makan
1) Ya : 22 KK ( 36,67% )
2) Tidak : 38 KK ( 63,33% )
b. Cuci tangan pakai sabun setelah BAB
1) Ya : 34 KK ( 56,67% )
2) Tidak : 26 KK ( 43,33% )
35
3 Keluarga gunakan 57 95 3 5 60
garam yodium dlm
makanan sehari-
hari
4 Ibu memberi ASI 26 43,33 34 56,67 60
smpai bayi
berumur 6 bln
5 Anggota keluarga 20 33,33 40 66,67 60
sdh mendapat
suplemen
NO Keluarga Jumlah %
1 Sadar Gizi 46 76,67
2 Blm Sadar Gizi 14 23,33
9. Lingkungan
a. Perumahan (jumlah rumah : 59 rumah )
No Variabel Jumlah %
1 Rumah Sehat 22 37,29 %
2 Rumah belum sehat 37 62,71 %
Total 59 100 %
36
3 Pembuangan 23 38,33 17 28,33 20 33,34 60 100
Sampah ,
4 Pembuangan 10 16,67 28 46,66 22 36,7 60 100
Air Limbah
5 Keadaan 11 18,33 26 43,33 23 38,34 60 100
Jendela,)
c. Kualitas Lingkungan
Ya Jumlah
No Variabel % Tidak %
(KK) %
1 Angka bebas Jentik 43 71,6 17 28,3 100
7 3
2 Bebas tikus 27 45 33 55 100
3 Bebas lalat 37 61,6 23 38,3 100
7 3
4 Angka pekarangan 26 43,3 34 56,6 100
3 7
penduduk bersih
5 Pekarangan yg di 16 26,6 44 73,3 100
7 3
manfaatkan
6 Angka kandang 17 28,3 43 71,6 100
3 7
No Pertanyaan Ya % Tidak %
1 Adakah organisasi sosial yg di 41 68,33 19 31,67
ikuti ya
2 Tahukah tentang desa siaga - - 60 100
3 Tahukah forum kesehatan desa 1 1,67 59 98,33
37
4 Tahukah tentang ambulan desa 3 5 57 95
5 Tahukah tentang manfaat 4 6,67 56 93,33
poskesdes
6 Tahukah tentang manfaat 60 100 - -
posyandu
7 Tahukah tentang adanya 7 11,67 53 88,33
penyuluhan kesehatan
8 Tahukah tentang malaria 16 26,67 44 73,33
9 Tahukah tentang TBC 31 51,67 29 48,33
10 Tahukah tentang ISPA, 41 68,33 19 31,67
11 Tahukah tentang Diare 53 88,33 7 11,67
12 Tahukah tentang hipertensi 36 60 24 40
13 Tahukah tentang DBD 41 68,33 19 31,67
14 Tahukah tentang Flu 8 13,33 52 86,67
Burung/Babi
15 Tahukah tentang P3K 14 23,33 46 76,67
16 Tahukah tentang 3 5 57 95
kesiapsiagaan bencana
No Pertanyaan Ya % Tidak %
1 Termasuk Desa Siaga - - 60 100
2 Ada Bidan di desa 39 65 21 35
3 Ada Poskesdes/PKD 3 5 57 95
4 Ada Forum Kesehatan Desa 1 1,66 59 98,34
5 Ada Ambulan Desa 2 3.33 58 96,67
6 Ada Posyandu Lansia 3 5 57 95
7 Lain_lain sebutkan - - - -
38
12. Kegiatan Kelompok Remaja Mengisi Waktu Luang
No Pertanyaan Ya % Tidak %
1 Kumpul_kumpul 14 31,81 30 68,18
2 Mengikuti kursus - - - -
3 Olah Raga 3 6,82 41 93,18
4 Remaja Masjid/Gereja 4 9,09 40 90,91
5 Karang Taruna - - -
6 Lain-lain 1 2,27 43 97,73
D. Analisa Data
Masalah
Data
Kesehatan
Angka Kejadian ISPA = 68,75 % ISPA
Frekuensi membersihkan sarang laba-laba, tidak
teratur= 71,67%, Lebih dari sebulan sekali =8,33%,
Sebulan sekali = 15 %, kurang dari sebulan = 5 %
Perilaku merokok 70 %
Pengetahuan tentang ISPA, ya= 68,33 % tidak
31,67%
Pengetahuan forum kesehatan desa, ya= 18,9%,
tidak = 81,1%
Angka kejadian Gizi Kurang = 11,11 % Gizi Kurang
Pengetahuan tentang poskesdes, ya =34,75 %,
tidak = 65,24 %,
Pengetahuan tentang manfaat posyandu, ya = 86
%, tidak 14 %
Keluarga dengan belum sadar gizi 39,64%
Pemanfaatan pekarangan = 73,33%
Rumah belum sehat = 62%
Angka kejadian Hipertensi = 12, 5 % Hipertensi
Pengetahuan tentang hipertensi, ya= 61,58%, tidak=
38%
Kebiasaan makan asin dan berlemak = %
39
Kegiatan olah raga = %
Rumah tidak punya jamban = 40% Resiko Diare
Tidak punya pembuangan sampah = 33,44 %,
Kandang ternak menempel dengan rumah
penduduk = 71,7 %
Pembuangan limbah tidak memenuhi syarat = 73,5
%
Keluarga tidak sadar gizi = 56,7 %
Kebiasaan BAB di sungai = 60 %
Buang sampah sembarangan = 61,7 %
Cuci tangan tidak pakai sabun = 63,33 %
Langkah berikutnya adalah memprioritaskan masalah dengan Metode Hanllon
Kualitatif dengan kriteria USG sebagai berikut :
Urgency
A B C D
MASALAH HIPERTE ISPA GIZI RESTI TOTAL
NSI KURANG DIARE
A
+ + + 3
HIPERTENSI
B
- + + 2
ISPA
C
- - + 1
GIZI KURANG
D
- - - 0
RESTI DIARE
TOTAL
3 2 1 0
VERTIKAL
TOTAL
3 2 1 0
HORISONTAL
TOTAL 6 4 2 0
40
Seriousness
A B C D
MASALAH HIPERTE ISPA GIZI RESTI TOTAL
NSI KURANG DIARE
A
+ + + 3
HIPERTENSI
B
- - + 1
ISPA
C
- + + 2
GIZI KURANG
D
- - - 0
RESTI DIARE
TOTAL
3 1 2 0
VERTIKAL
TOTAL
3 1 2 0
HORISONTAL
TOTAL 6 2 4 0
41
Growth
A B C D
MASALAH HIPERTE ISPA GIZI RESTI TOTAL
NSI KURANG DIARE
A
+ - + 2
HIPERTENSI
B
- - + 1
ISPA
C
+ + + 3
GIZI KURANG
D
- - - 0
RESTI DIARE
TOTAL
2 1 3 0
VERTIKAL
TOTAL
2 1 3 0
HORISONTAL
TOTAL 4 2 6 0
42
Berdasarkan metode Hanllon di dapat Prioritas masalah sebagai
berikut:
A. Hipertensi 6 6 4 16 I
B. Ispa 4 2 2 8 III
C. Gizi Kurang 2 4 6 12 II
D. Resiko Diare 0 0 0 0 IV
E. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Masalah hipertensi pada wargadi Desa Ringinanom
berhubungan dengan pola hidup yang tidak sehat ditandai dengan Angka
kejadian Hipertensi (12,5 %), Pengetahuan tentang hipertensi (61,58%),
Kebiasaan makan asin dan berlemak ,Kegiatan olah raga (0%)
2. Gangguan gizi kurang pada warga di Desa Ringinanom berhubungan
dengan faktor lingkungan dan perilaku yang tidak sehat ditandai dengan
Angka kejadian Gizi Kurang (11,11 %), Pengetahuan tentang poskesdes,
(tidak = 95 %), Pengetahuan tentang manfaat posyandu, (tidak 14 %),
Keluarga belum sadar gizi (39,64%).
3. Gangguan masalah ISPA pada warga di Desa Ringinanom berhubungan
dengan perilaku masyarakat yang kurang sehat ditandai dengan Angka
Kejadian ISPA ( 68,75 %),Frekuensi membersihkan sarang laba-laba,
tidak teratur (71,67%), Lebih dari sebulan sekali (8,33%),Perilaku
merokok 70 %, Pengetahuan tentang ISPA tidak (31,67%),Pengetahuan
forum kesehatan desa, tidak (81,1%)
4. Resiko tinggi diare berhubungan dengan lingkungan dan prilaku yang
tidak sehat ditandai dengan Rumah tidak punya jamban ( 40%), Tidak
punya pembuangan sampah (33,44 %), Kandang ternak menempel
43
dengan rumah penduduk (71,7 %), Pembuangan limbah tidak
memenuhi syarat (73,5 %), Keluarga tidak sadar gizi (56,7 %),Kebiasaan
BAB di sungai (60 %),Buang sampah sembarangan (61,7 %),Cuci
tangan tidak pakai sabun (63,33 %), Rumah belum sehat (62%)
a. Tujuan umum
Menurunkan angka kejadian gizi kurang di wilayah Desa Ringin
Anom
44
b. Tujuan Khusus
1) Meningkatkan pengertahuan masyarakat tentang Gizi Sembang
2) Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk selalu memeriksakan
balita rutin di posyandu
c. Intervensi
1) Penkes pada kader kesehatan tentang Gizi Seimbang
2) Penkes pada warga masyarakat mengenai Gizi Seimbang
3) Membuat poster Gerakan Makan Gizi Seimbang
4) Kerjasama lintas sektor dalam kegiatan pemberian makan
tambahan bagi balita gizi kurang
45
punya pembuangan sampah = 33,44 %, Kandang ternak menempel
dengan rumah penduduk = 71,7 %, Pembuangan limbah tidak memenuhi
syarat = 73,5 %, Keluarga tidak sadar gizi = 56,7 %,Kebiasaan BAB di
sungai = 60 %,Buang sampah sembarangan = 61,7 %,Cuci tangan tidak
pakai sabun = 63,33 %, Rumah belum sehat = 62%
a. Tujuan umum
Tidak terjadi kejadian penyakit diare di wilayah Desa Ringin Anom
b. Tujuan Khusus
1) Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang diare
2) Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup
bersih dan sehat.
c. Intervensi
1) Penkes pada warga masyarakat mengenai diare
2) Menganjurkan untuk selalu ber-PHBS
3) Kerja bakti masyarakat dalam membersihkan lingkungan
46
BAB IV
PEMBAHASAN
C. Diagnosa
Setelah dilakukan analisa data, maka kami prioritaskan dengan
metode Hanllon sehingga muncul diagnosa keperawatan sebagai
berikut ;
1. Gangguan Masalah hipertensi pada warga di Desa Ringinanom
berhubungan dengan pola hidup yang tidak sehat ditandai dengan
Angka kejadian Hipertensi (12,5 %), Pengetahuan tentang
hipertensi ( 61,58%), Kegiatan olah raga (0 %).
2. Gangguan gizi kurang pada warga di Desa Ringinanom
berhubungan dengan faktor lingkungan dan perilaku yang tidak
sehat ditandai dengan Angka kejadian Gizi Kurang (11,11 %),
47
Pengetahuan tentang poskesdes (34,75 %), Pengetahuan tentang
manfaat posyandu (86 %), Keluarga dengan belum sadar gizi
(39,64%).
3. Gangguan masalah ISPA pada warga di Desa Ringinanom
berhubungan dengan perilaku masyarakat yang kurang sehat
ditandai dengan Angka Kejadian ISPA (68,75%),Frekuensi
membersihkan sarang laba-laba, tidak teratur (71,67%), Lebih dari
sebulan sekali (8,33%), Perilaku merokok (70%), Pengetahuan
tentang ISPA (68,33%),Pengetahuan forum kesehatan desa
(18,9%).
4. Resiko tinggi diare berhubungan dengan lingkungan dan prilaku
yang tidak sehat ditandai dengan Rumah tidak punya jamban
(40%), Tidak punya pembuangan sampah (33,44%), Kandang
ternak menempel dengan rumah penduduk (71,7%), Pembuangan
limbah tidak memenuhi syarat (73,5%), Keluarga tidak sadar gizi
(56,7%),Kebiasaan BAB di sungai (60%),Buang sampah
sembarangan (61,7%),Cuci tangan tidak pakai sabun (63,33%),
Rumah belum sehat (62%).
D. Rencana Tindakan.
Dari beberapa diagnosa yang muncul, selanjutnya
merencanakan tindakan keperawatan sebagai berikut :
1. Diagnosa I
a. Tujuan
1) Menurunkan angka kejadian hipertensi di wilayah Desa
Ringinanom
2) Meningkatkanpengertahuan masyarakat tentang
hipertensi
3) Memberikan pengertian pada masyarakat tentang
pentingnya mengukur tekanan darah secara rutin.
48
b. Intervensi
1) Penkes pada kader kesehatan tentang Hipertensi
2) Penkes pada warga masyarakat mengenai Hipertensi
3) Membuat poster Hipertensi
4) Membuat posbindu untuk mangetasi permasalahan
hipertensi
2. Diagnosa 2
a. Tujuan
1) Menurunkan angka kejadian gizi kurang di wilayah Desa
Ringinanom
2) Meningkatkan pengertahuan masyarakat tentang Gizi
Sembang
3) Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk selalu
memeriksakan balita rutin di posyandu
b. Intervensi
1) Penkes pada kader kesehatan tentang Gizi Seimbang
2) Penkes pada warga masyarakat mengenai Gizi
Seimbang
3) Membuat poster Gerakan Makan Gizi Seimbang
4) Kerjasama lintas sektor dalam kegiatan pemberian
makan tambahan bagi balita gizi kurang
3. Diagnosa 3
a. Tujuan
1) Menurunkan angka kejadian ISPA di Desa Ringinanom
2) Meningkatkan pengertahuan masyarakat tentang ISPA
3) Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak
merokok
4) Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk
membersihkan sarang laba-laba
49
b. Intervensi
1) Penkes pada kader kesehatan tentang ISPA
2) Penkes pada warga masyarakat mengenai ISPA
3) Penkes pada warga masyarakat mengenai bahaya
merokok
4) Membuat poster anti merokok
5) Kerja bakti masyarakat dalam membersihkan lingkungan
4. Diagnosa 4
a. Tujuan
1) Tidak terjadi kejadian penyakit diare di wilayah Desa
Ringin anom
2) Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang diare
3) Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku
hidup bersih dan sehat.
b. Intervensi
1) Penkes pada warga masyarakat mengenai diare
2) Menganjurkan untuk selalu ber-PHBS
3) Kerja bakti masyarakat dalam membersihkan lingkungan
E. Implementasi
Implementasi belum dilaksanakan karena keterbatasan waktu.
F. Evaluasi
Evaluasi belum dilaksanakan karena keterbatasan waktu.
50
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan analisa masalah yang ditemukan di Dusun
Kiringan Desa Ringinanom Kecamatan Tempuran Kabupaten
Magelang, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Telah di lakukan identifikasi masalah kesehatan dengan cara
observasi, wawancara, pemeriksaan fisik, dan data sekunder.
2. Didapatkan masalah kesehatan penyakit Hipertensi (12,5%), Gizi
kurang (11,11%), ISPA (68,75%), dan resiko terjadi penyakit diare .
3. Memprioritaskan masalah kesehatan dengan metode Hanllon
Kualitatif dengan kriteria USG, dengan urutan Hipertensi, Gizi
kurang, ISPA, dan risiko diare.
4. Menetapkan 4 rumusan diagnosa keperawatan yaitu Gangguan
masalah hipertensi,gangguan gizi kurang, gangguan masalah
ISPA, Risiko tinggi diare.
5. Membuat rencana intervensi keperawatan antara lain
a. Memberikan penkes pada warga mengenai penyakit hipertensi,
Gizi, ISPA dan diare.
b. Menganjurkan pada warga untuk selalu hidup sehat ( PHBS).
c. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
kebersihan lingkungan.
6. Implementasi dan Evaluasi belum dapat dilakukan karena
keterbatasan waktu.
B. Saran
Bagi Puskesmas
1. Perlunya Petugas Kesehatan yang terlibat langsung seperti,
Perawat, Promkes, Sanitarian, Bidan dan Petugas gizi untuk lebih
meningkatkan pemantauan dan pembinaan kesehatan serta
51
memberikan pendidikan kesehatan mengenai penyakit hipertensi,
gizi, ISPA maupun penyakit diare.
2. Perlunya pemberdayaan masyarakat seperti pembentukan FKD,
kader kesehatan, untuk bersama-sama melakukan pembinaan
kesehatan di masyarakat.
3. Perlunya penyuluhan kesehatan masyarakat yang terus-menerus
dan komprehenship dalam upaya merubah perilaku masyarakat
yang tidak atau belum sehat, sehingga masyarakat mau dan
mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat
4. Perlunya program perkesmas lebih ditingkatkan dengan memberi
pendanaan yang cukup dan pembinaan yang berkesinambungan
serta terus menerus.
52
DAFTAR PUSTAKA
53