KATA PENGANTAR
1
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Kami juga bersyukur
atas berkat rezeki dan kesehatan yang diberikan kepada kami sehingga kami dapat
mengumpulkan bahan-bahan materi makalah ini dari buku yang kami pelajari. Kami telah
berusaha semampu kami untuk mengumpulkan berbagai macam bahan tentang mata
kuliah EPIDEMIOLOGI PERENCANAAN yang berjudul “ANALISIS SITUASI KESEHATAN”.
Kami sadar bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kesempurnaan, karena
itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan makalah
ini menjadi lebih baik lagi. Oleh karena itu kami mohon bantuan dari para pembaca,
Demikianlah makalah ini kami buat, apabila ada kesalahan dalam penulisan, kami
mohon maaf yang sebesarnya dan sebelumnya kami mengucapkan terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
2
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................1
A. LATARBELAKANG.......................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH....................................................................................2
C. TUJUAN PENULISAN......................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN.........................................................................................3
BAB 3 PENUTUP................................................................................................15
A. KESIMPULAN................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk mengatur para
petugas kesehatan dan non-kesehatan guna meningkatkan kesehatan masyarakat
melalui program kesehatan.Dengan kata lain manajemen kesehatan adalah penerapan
manajemen umum dalam sistem pelayanan kesehatan sehingga menjadi objek atau
sasaran manajemen adalah sistem pelayanan kesehatan masyarakat. Sistem adalah
suatu kesatuan yang utuh, terpadu dari berbagai elemen (sub-sistem) yang saling
3
menghubungkan dalam suatu proses atau struktur dalam upaya menghasilkan sesuatu
atau mencapai suatu tujuan tertentu.
Sistem pelayanan kesehatan adalah sturktur atau gabungan dari suatu sub sistem
dalam suatu unit atau dalam suatu proses untuk mengupayakan pelayanan kesehatan
masyarakat baik preventif, kuratif, promotif dan rehabilitatif. Sistem pelayanan
kesehatan ini dapat berbentuk Puskesmas, Rumah sakit, Balkesmas, dan unit-unit atau
organisasi lain yang mengupayakan peningkatan kesehatan.
Perencanaan merupakan kegiatan inti manajemen, karena semua kegiatan
manajemen diatur dan diarahkan oleh perencanaan tersebut. Dengan perencanaan
tersebut memungkinkan para pengambil keputusan atau manajer untuk menggunakan
sumber daya mereka secara berhasil guna dan berdaya guna. Di bidang kesehatan,
proses perencanaan ini pada umumnya menggunakan pendekatan pemecahan masalah
(problem solving).
Perencanaan menjadi keterampilan yang utama dalam manajemen modern. Tetapi
banyak kemudian orang frustrasi dengan perencanaan karena kegiatan yang sudah
direncanakan gagal dilaksanakan karena dana dan sumber lain tidak tersedia dan tidak
cukup orang yang termotivasi untuk pelaksanaan. Dalam konteks Indonesia, setiap orang
yang terlibat dalam perencanaan seperti diberi harapan bahwa kegiatan mereka akan
dibiayai. Tetapi kemudian kenyataannya biaya tidak cukup dan pelaksanaan kegiatan
yang direncanakan tetap sebagai rencana.
Perencanaan merupakan suatu fungsi penganalisaan tujuan yang telah di tetapkan
terlebih dahulu menjadi urutan tindakan yang sistematis. Perencanaan merupakan suatu
organisasi adalah suatu proses yang berkesinambungan, tidak akan pernah berhenti,
karena organisasi akan terus menghasilkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh unit-
unit pelaksanaan.
Dalam problem solving cycle proses pemecahan masalah selalu dimulai dari analisis
situasi. Analisis situasi bertujuan untuk mengumpulkan informasi sebanyak banyaknya
tentang kondisi kesehatan daerah yang akan berguna dalam menetapkan permasalahan.
Proses pemecahan masalah harus dapat benar- benar memecahkan masalah
kesehatan yang ada dimasyarakat.semua itu memerlukan dukungan informasi yang
tepat dari proses analisis situasi.
4
B. Rumusan masalah
Bagaimana sebenarnya proses analisis situasi dalam proses perencanaan kesehatan
dalam memecahkan suatu masalah kesehatan dan aspek-aspek apa saja yang termasuk
dalam proses analisis situasi kesehatan akan di bahas di dalam makalah ini.
C. Manfaat
Untuk menambah wawasan penulis dalam menganalisa masalah-masalah kesehatan dan
mencari alternatif pemecahannya.
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Hendrik L Blum ada 4 faktor yang mempengaruhi status derajat kesehatan
masyarakat atau perorangan. Faktor-faktor tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Lingkungan
5
Lingkungan memiliki pengaruh yang dan peranan terbesar diikuti perilaku, fasilitas
kesehatan dan keturunan. Lingkungan sangat bervariasi, umumnya digolongkan menjadi
tiga kategori, yaitu yang berhubungan dengan aspek fisik dan sosial. Lingkungan yang
berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah, air, udara, tanah, ilkim,
perumahan, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial merupakan hasil interaksi
antar manusia seperti kebudayaan, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya
2. Perilaku
3. Pelayanan kesehatan
4. Keturunan
Keturunan (genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia yang
dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit keturunan seperti diabetes melitus
dan asma bronehial.
6
Faktor lingkungan/Environment
Contoh : Akses terhadap air bersih, Jamban/ tempat BAB, Sampah, Lantai Rumah, Breeding
places, Polusi, Sanitasi tempat umum, Bahan Beracun Berbahaya (B3), Kebersihan TPU
(Tempat Pelayanan Umum)
7
Derajat kesehatan bukan ditentukan oleh satu faktor saja, sehingga dalam
menganalisis suatu masalah kesehatan sebagai proses dalam analisis situasi mengharuskan
kita menganalisis masalah kesehatan secara multifaktoral pula.
1. Mortalitas
Mortalitas adalah ukuran jumlah kematian (umumnya, atau karena akibat yang spesifik)
pada suatu populasi, skala besar suatu populasi, per dikali satuan. Mortalitas khusus
mengekspresikan pada jumlah satuan kematian per 1000 individu per tahun, hingga, rata-
rata mortalitas sebesar 9.5 berarti pada populasi 100.000 terdapat 950 kematian per tahun.
Mortalitas berbeda dengan morbiditas yang merujuk pada jumlah individual yang memiliki
penyakit selama periode waktu tertentu. Ada beberapa jenis angka kematian yang
mempunyai kepekaan lebih terhadap masalah kesehatan dibandingkan jenis angka
kematian lainnya.
8
a. Angka kematian bayi ( infant mortality rate )
Penelitian menunjukkan bahwa IMR sangat erat kaitannya dengan kualitas
lingkungan hidup, gizi masyarakat, keadaan sosial ekonomi, tingginya IMR menunjukkan
bobot masalah mengenai perinatal,: komplikasi kehamilan, perawatan kehamilan,
komplikasi persalinan dan perawatan bayi. Kematian balita sangat berkaitan dengan kualitas
sanitasi rumah tangga dan keadaan gizi anak
2. Morbiditas
Setiap gangguan di dalam fungsi maupun struktur tubuh seseorang dianggap sebagai
penyakit. Penyakit, sakit, cedera, gangguan dan sakit, semuanya dikategorikan di dalam
istilah tunggal MORBIDITAS. Morbiditas merupakan derajat sakit, cedera atau gangguan
pada suatu populasi. Morbiditas juga merupakan suatu penyimpangan dari status sehat dan
sejahtera atau keberadaan suatu kondisi sakit. Morbiditas juga mengacu pada angka
kesakitan, yaitu jumlah orang yang sakit dibandingkan dengan populasi tertentu yang sering
kali merupakan kelompok yang sehat atau kelompok yang beresiko. Di dalam Epidemiologi,
ukuran utama morbiditas adalah angka insidensi & prevalensi dan berbagai ukuran turunan
dari kedua indikator tersebut. Setiap kejadian penyakit, kondisi gangguan atau kesakitan
dapat diukur dengan angka insidensi dan angka prevalensi.
a. Incidence rate
Incidence rate adalah jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu
jangka waktu tertentu (umumnya 1 tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk yang
mungkin terkena penyakit baru tersebut pada pertengahan jangka waktu yang
bersangkutan . Yang dimaksud kasus baru adalah perubahan status dari sehat menjadi sakit.
Periode waktu adalah jumlah waktu yang diamati selama sehat hingga menjadi sakit.
jumlah kasusbaru
Incidence rate = x 1000
jumlah penduduk beresiko
Misalnya di kecamatan x yang berpenduduk 11.345 jiwa, jumlah kasus baru penyakit DBD g
ditemukan selama tahun 1995 sebanyak 234 orang . dalam kasus DBD , seluruh penduduk
beresiko terhadap penyakit ini, oleh karena itu angka insidensnya :
9
234
x 100 = 2,06 %
11.345
Atau 2,06 kasus baru per seribu penduduk selama setahun.
b. Angka prevalens
Gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru yang ditemukan pada suatu
jangka waktu tertentu di sekelompok masyarakat tertentu. Pada perhitungan angka
Prevalensi, digunakan jumlah seluruh penduduk tanpa memperhitungkan orang/penduduk
yang Kebal atau Pendeuduk dengan Resiko (Population at Risk). Sehingga dapat dikatakan
bahwa Angka Prevalensi sebenarnya BUKAN-lah suatu RATE yang murni, karena Penduduk
yang tidak mungkin terkena penyakit juga dimasukkan dalam perhitungan. Secara umum
nilai prevalen dibedakan menjadi 2, yaitu :
Jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu jangka
waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan jangka waktu
yang bersangkutan Nilai Periode Prevalen Rate hanya digunakan untuk penyakit yang
sulit diketahui saat munculnya, misalnya pada penyakit Kanker dan Kelainan Jiwa.
jumlah penderita
Period prevalence rate = x 100
jumlah penduduk
Jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit pada suatu saat dibagi dengan
jumlah penduduk pada saat itu. Dapat dimanfaatkan untuk mengetahui Mutu
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
Rumus :
10
C. Analisis lingkungan kesehatan
Aspek lingkungan adalah faktor yang memiliki pengaruh yang paling besar terhadap
derajat kesehatan. Secara spesifik aspek lingkungan yang berhubungan dengan kesehatan
dapat digolongkan menjadi 3 yaitu aspek lingkungan fisik, biologis, dan lingkungan sosial.
1. Lingkungan fisik
Kinerja manusia dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor
lingkungan fisik. Lingkungan fisik bisa berupa suhu, cuaca, manusia lain, pemandangan,
suara, bau, dan lain-lain. Yang semua aspek tersebut besar kecilnya dapat mempengaruhi
terjadinya penyakit dan tingkat kesehatan masyarakat.
Analisis lingkungan fisik ini dapat dilakukan dengan mempergunakan data yang
diperoleh dari sumber-sumber data yang ada seperti Badan Meteorologi dan Geofisika, BPS,
dan lain-lain.
2. Lingkungan biologis
Komponen yang termasuk dalam lingkungan biologis adalah sanitasi, kuman
penyakit, vektor, binatang tenak, dan lain-lain. Ada berbagai jenis indikator dalam
menganalisis lingkungan bilogis seperti akses terhadap air bersih, jumlah jamban dan
pembuangan sampah, keberadaan vektor penyakit. Tergantung dari jenis datanya.
3. Linkungan sosial-ekonomi
Informasi mengenai keadaan sosial ekonomi masyarakat juga sangat bermanfaat
dalam menganalisis faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan.
Tingkat ekonomi masyarakat juga juga dapat menjadi indikator dari kemampuan
masyarakat untuk ikut menikmati pelayanan kesehatan. Adanya akses ke pelayanan
kesehatan saja belum dapat dijadikan jaminan bahwa mereka akan dapat pelayanan
kesehatan secara optimal.
Mengenai lingkungan sosial dapat berguna dalam menganalisis situasi kesehatan.
Misalnya secara sosial diketahui bahwa penderita penyakit kusta selalu dikucilkan dari
pergaulan karena dianggap dapat menularkan ke orang lain.
Data yang diperlukan untuk menganalisis lingkungan kesehatan diantaranya adalah
indikator ekonomi daerah seperti produk domestik bruto per kapita, perkembangan
11
pendapatan asli daerah, dan lain-lain. Sedangkan untuk data lingkungan sosial diperoleh
dari lembaga-lembaga yang ada dalam masyarakat seperti organisasi sosial kemasyarakatan.
12
Ada berbagai input upaya kesehatan, seperti tenaga, dana, fasilitas dan sarana,
kebijakan, teknologi dan lain-lain. Langkah dalam analisis input adalah merinci secara jelas
input yang ada untuk setiap jenis input baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Misalnya
analisis keadaan fasilitas kesehatan yang ada di DATI II dapat dilakukan dengan membuat
daftar dari semua fasilitas yang ada :
Keadaan fasilitas kesehatan di kabupaten “X” tahun 2012
No Jenis fasilitas Jumlah
1 Rumah sakit umum 2
2 Rumah sakit khusus 1
3 Rumah bersalin 5
4 Puskesmas DTP 11
5 Puskesmas non-DTP 27
6 Puskesmas pembantu 52
7 Poliklinik swasta 12
8 Praktek dokter 70
9 Laboratorium klinik 3
10 apotek 5
Dari tabel –tabel di atas dapat diambil beberapa indikator berupa rasio antara
jumlah jumlah puskesmas dengan jumlah penduduk, rasio kapasitas tempat tidur dengan
jumlah penduduk dan lain-lain. Gambaran ini penting untuk menganalisis kebutuhan
masyarakat akan akses ke fasilitas kesehatan.
13
Analisis juga perlu dilakukan untuk aspek-aspek lain dari komponen input. Contoh
berikut adalah analisis sumber daya tenaga kesehatan yang ada dikabupaten “X” tahun
2012.
Dari hasil rincian dapat dianalisis lebih lanjut tentang kecukupan tenaga kesehatan di
daerah tersebut. Indikatornya dapat berupa rasio tenaga dengan jumlah penduduk yang
dilayani, rasio dokter dengan jumlah ibu hamil dan lain-lain.
14
Peran serta masyarakat sering kali menjadi faktor penting dalam keberhasilan
program kesehatan. Kesulitannya adalah bahwa belum adanya ukuran standar peran serta
masyarakat dalam program kesehatan, sehingga indikatornya tidak dapat dibandingkan
dengan pengukuran pada daerah atau waktu yang lain.
Contoh analisis peran serta masyarakat ini adalah tingkat partisipasi masyarakat
dalam mengikuti posyand, rasio kader kesehatan yang aktif dan lain-lain.
15
Analisis kecenderungan sangat berguna dilakukan untuk melihat kecenderungan
kejadian penyakit disuatu daerah . bila pada suatu daerah yang diketahui endemis tb,paru
diketemukan bahwa prevalens penderita semakin meningkat pada tahun-tahun terakhir,
maka patut dicurigai terjadi peningkatan tingkat resistansi basil tuberculosis terhadap
antibiotika.
Analisis kecenderungan juga berguna dalam melihat apakah kejadian penyakit
tertentu mempunyai kecenderungan siklus atau tidak. Dapat pula diperkirakan hubungan
kejadian penyakit dengan terjadinya kasus kasus tertentu, misalnya dengan adanya kasus
kerusuhan belakangan ini diberbagai daerah yang mengakibatkan tururnnya aktivitas
imunisasi . dapat diperkirakan terjadi peningkatan penyakit yang terkait pada masa yang
akan datang.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Derajat kesehatan bukan ditentukan oleh satu faktor saja, sehingga dalam menganalisis
suatu masalah kesehatan sebagai proses dalam analisis situasi mengharuskan kita
menganalisis masalah kesehatan secara multifaktoral pula.
Dalam analisis situasi kesehatan selayaknya meliputi 5 aspek yaitu :
a. analisis derajat ( masalah kesehatan )
b. analisis perilaku kesehatan
c. analisis lingkungan kesehatan
d. analisis faktor kependudukan termasuk faktor keturunan
e. analisis program dan pelayanan kesehatan.
17
DAFTAR PUSTAKA
http://bempsikm.blogspot.com/2012/01/analisa-situasi-sistem-kesehatan.html
http://yudhim.blogspot.com/2008/01/analisis-situasi-kesehatan-
reproduksi.html
18