Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“PENDIDIKAN KESEHATAN DAN PERUBAHAN PERILAKU”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Promosi Kesehatan

Dosen Pengampu : Qurnia Handayani M.K.M

NAMA KELOMPOK 2:

1. Mohammad Akbar Ramadhani (33412101057)


2. Putri Fatma Sari (33412101060)
3. Dian Puteri Andini (33412101071)
4. Ajeng Arsyananda (33412101074)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


JURUSAN
KESEHATANPOLITEKNIKNEGERIMADURA
TAHUNPELAJARAN 2023-2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT , yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-nya kepada kita semua,
sehingga kami dapat menyesaikan makalah kami yang berjudul Pendidikan
Kesehatan Dan Perubahan Perilaku

Makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Promosi
kesehatan program studi DIII Keperawatan di POLTERA. Saya selaku penulis
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yag telah membantu dan
mengarahkan saya, sehingga dapat menyelesaikan tugas makah ini tepat waktu.
Semoga tuhan yang maha esa selalu melimpahkan rahmat serta hidayah-nya
kepada semua pihak yang membantu terselesainya makalah ini.

Tentang“ Pendidikan Kesehatan Dan Perubahan Perilaku”Saya sangat


menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh
karena itu dimohon saran dan kritik yang membangun.Akhir kata semoga makalah
yang saya buat dapat bermanfaat bagi pembaca.

Penyusun

Sampang, 09 februari2023
DAFTAR ISI

Cover ....................................................................................................................................... 1

Kata Pengantar ......................................................................................................................... 3

Daftar Isi.................................................................................................................................. 4

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 5

1.1 Latar belakang.................................................................................................................... 5

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................. 5

1.3 Tujuan ............................................................................................................................... 5


BAB II Pembahasan ................................................................................................................. 5

2.1Prinsip-prinsip Pendidikan Kesehatan ................................................................................. 8

2.2 Ruang lingkup pendidikan kesehatan ................................................................................. 9


2.3 Metode pendidikan kesehatan ............................................................................................ 10
2.4 Alat bantu media pendidikan kesehatan .............................................................................. 11
2.5 Perubahan perilaku kesehatan ............................................................................................ 12
2.6 Bentuk-bentuk perilaku kesehatan ...................................................................................... 12

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 13

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................... 29

3.2 Saran.................................................................................................................................. 29

Daftar Pustaka ......................................................................................................................... 2


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang


Berbicara kesehatan masyarakat tidak terlepas dari dua tokoh metologi
Yunani yaitu Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita Mitos Yunani tersebut
Asclepius disebutkan sebagai seorang dokter pertama yang tampan dan pandai
meskipun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya,
tetapi diceritakan bahwa ia telah dapat mengobati penyakit dan bahkan melakukan
bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu dengan baik.
Menurut Winslow (1920) bahwa Kesehatan Masyarakat (Public Health)
adalah Ilmu dan Seni : mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan
meningkatkan kesehatan, melalui “Usaha-usaha Pengorganisasian masyarakat “
untuk :

a. Perbaikan sanitasi lingkungan


b. Pemberantasan penyakit-penyakit menular
c. Pendidikan untuk kebersihan perorangan
d. Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk
diagnosis dini dan pengobatan.
e. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang
terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara
kesehatannya.

Menurut Ikatan Dokter Amerika (1948) Kesehatan Masyarakat adalah


ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat
melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat.

Dari batasan kedua di atas, dapat disimpulkan bahwa kesehatan


masyarakat itu meluas dari hanya berurusan sanitasi, teknik sanitasi, ilmu
kedokteran kuratif, ilmu kedokteran pencegahan sampai dengan ilmu sosial, dan
itulah cakupan ilmu kesehatan masyarakat. Untuk itu perlu adanya pendidikan
kesehatan agar kesehatan masyarakat dapat lebih ditingkatkan dan dilaksanakan
oleh masyarakat. Oleh karena itu penulis ingin membahasnya dalam makalah ini
dengan judul “PENDIDIKAN DAN PERILAKU KESEHATAN”

1.2 rumusan masalah


1. Apa saja prinsip-prinsip pendidikan kesehatan?
2. Bagaimana ruang lingkup pendidikan kesehatan?
3. Apa saja metode dalam pendidikan kesehatan?
4. Apa saja alat bantu dan media yang dipakai dalam pendidikan kesehatan?
5. Bagaimana perubahan-perubahan perilaku kesehatan?
6. Apa saja bentuk-bentuk perilaku kesehatan?

1.3 tujuan
1.untuk mengetahui prinsip – prinsip pendidikan kesehatan

2.untuk mengetahui ruang lingkup pendidikan kesehatan

3.untuk mengetahui metode dalam pendidikan kesehatan

4.untuk mengetahui alat bantu dan media dalam pendidikan kesehatan

5.untuk mengetahui bagaimana perubahan perilaku kesehatan

6. untuk mengetahui bentuk-bentuk perilaku kesehatan


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Prinsip-Prinsip Pendidikan Kesehatan


Pendidikan kesehatan penting untuk menunjang program kesehatan yang
lain. Tetapi ini tidak sesuai dengan kenyataannya. Dalam program-program
pelayanan kesehatan kurang melibatkan pendidikan kesehatan. Meskipun sudah
melibatkan namun kurang memberikan bobot. Argument mereka adalah karena
pendidikan kesehatan tidak segera dan jelas memperlihatkan hasil. Pendidikan
kesehatan itu tidak segera membawa manfaat bagi masyarakat, dan yang mudah
dilihat atau diukur. Pendidikan adalah merupakan “Behavioral Investment”
jangkan panjang. Hasil investment pendidikan kesehatan baru dapat dilihat
beberapa tahun kemudian. Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada
perilaku sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact) dari pendidikan
kesehatan.
a. Peranan Pendidikan Kesehatan
Ahli kesehatan masyarakat dalam membicarakan status kesehatan
mengacu kepada H.L.Blum. Blum menyimpulkan bahwa lingkungan mempunyai
andil yang paling besar terhadap status kesehatan. Disusul oleh perilaku
mempunyai andil nomor dua. Pelayanan kesehatan, dan keturunan mempunyai
andil kecil terhadap status kesehatan.
Lawrence Green menjelaskan bahwa perilaku itu dilatar belakangi atau
dipengaruhi 3 faktor pokok yakni :
1) Faktor-faktor prediposisi (predisposing factors)
2) Faktor-faktor yang mendukung (enabling factors)
3) Faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong (reinforcing factors)
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa peranan
pendidikan kesehatan adalah melakukan intervensi faktor perilaku sehingga
perilaku individu kelompok atau masyarakat sesuai dengan nila-nilai kesehatan.
Dengan kata lain pendidikan kesehatan adalah suatu usaha ntuk menyediakan
kondisi psikologis dari sasaran agar mereka berperilaku sesuai dengan tuntutan
nilai-nilai kesehatan.
b. Konsep Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan didalam
bidang kesehatan. Pendidikan kesehatan adalah suatu pedagogik praktis atau
praktek pendidikan. Konsep dasar pendidikan adalah proses belajar yang berarti
didalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau
perubahan yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri individu,
kelompok atau masyarakat. Berangkat dari suatu asumsi bahwa manusia sebagai
makhluk social dalam kehidupannya untuk mencapai nilai-nilai hidup didalam
masyarakat selalu memerlukan bantuan orang lain yang mempunyai kelebihan
(lebih dewasa, lebih pandai, lebih mampu, lebih tahu dan sebagainya). Dalam
mencapai tujuan tersebut, seorang individu, kelompok atau masyarakat tidak
terlepas dari kegiatan belajar.
Seseorang dapat dikatakan belajar apabila didalam dirinya terjadi
perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat mengerjakan menjadi
dapat mengerjakan sesuatu.
Kegiatan belajar tiu mempunyai ciri-ciri :
1) Belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan diri pada individu,
kelompok atau masyarakat yang sedang belajar, baik actual maupun potensial
2) Hasil belajar adalah bahwa perubahan tersebut di dapatkan karena kemampuan
baru yang berlaku untuk waktu yang relative lama
3) Perubahan itu terjadi karena usaha dan disadari bukan karena kebetulan
Bertolak dari konsep pendidikan, maka konsep pendidikan kesehatan itu
juga proses belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu
tentang nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah-
masalah kesehatannya sendiri menjadi mampu dan lain sebagainya.
Pendidikan didefinisikan sebagai usaha atau kegiatan untuk membantu
individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan (Prilaku)
nya/mereka untuk mencapai kesehatannya/mereka secara optimal. Batasan-
batasan konsep pendidikan kesehatan yang sering dijadikan acuan antara lain dari
: Nyswander, Stuart, Green, tim ahli WHO dan lain sebagainya.
c. Proses Pendidikan Kesehatan
Pokok dari pendidikan kesehatan adalah proses belajar. Kegiatan belajar
terdapat tiga persalan pokok, yakni :
1. Persoalan masukan (input)
Persoalan masukan dalam pendidikan kesehatan adalah menyangkut
sasaran belajar (sasaran didik) yaitu individu, kelompok atau masyarakat yang
sedang belajar itu sendiri dengan berbagai latar belakangnya.
2. Persoalan proses
Persoalan proses adalah mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan
kemampuan (prilaku) pada diri subjek belajar tersebut. Di dalam proses ini terjadi
pengaruh timbale balik antara berbagai faktor, antara lain : subjek belajar,
pengajar (pendidik atau fasilitator) metode dan teknik belajar, alat bantu belajar,
dan materi atau bahan yang dipelajari.
3. Keluaran (output)
Keluaran adalah merupakan hasil belajar itu sendiri yaitu berupa kemampuan atau
perubahan perilaku dari subjek belajar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar ini ke dalam 4 kelompok
besar, yakni : Faktor materi (bahan mengajar), lingkungan, instrumental, dan
subjek belajar. Faktor instrumental ini terdiri dari perangkat keras (hardware)
seperti perlengkapan belajar dan alat-alat peraga, dan perangkat lunak (software)
seperti fasilitator belajar, metode belajar, organisasi dan sebagainya
2.2 Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi


antara lain
1. Dimensi sasaran pendidikan
Dari dimensi ini dapat di kelompokkan menjadi 3 yakni :
a. Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu
b. Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok
c. Pendidikan kesehatan masyrakat dengan sasarn masyarakat
2. Dimensi tempat pelaksanaan
Dapat berlangsung di berbagai tempat, misalnya:
a. Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran murid
b. Pendidikan kesehatan di rumah sakit, dilakukan di rumah sakit dengan sasaran
pasien atau keluarga pasien, di Puskesmas dan sebagainya
c. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh atau
karyawan yang bersangkutan
3. Dimensi tingkat pelayanan kesehatan
Pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five
levels of presentation) dari leavel and clark, sebagai berikut :
a. Promosi kesehatan
Dalam tingkat ini pendidikan diperlukan misalnya dalam peningkatan gizi,
kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan hygiene perorangan, dan
sebagainya
b. Perlindungan khusus (Specifik Protection)
Dalam program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus ini
pendidikan kesehatan sangat diperlukan terutama dinegara-negara berkembang.
Hal ini karena kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi sebagai
perlindungan terhadap penyakit pada dirinya maupun pada anak-anaknya masih
rendah
c. Diagnosis dini dan pengobatan segera
Dikarenakan rendahnya pngetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan
dan penyakit, maka sering sulit mendeteksi penyakit-penyakit yang terjadi dalam
masyarakat.
d. Pembatasan Cacad (Disability Limitation)
Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan orang yang
bersangkutan cacad atau ketidakmampuan. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan
juga diperlukan pada tahap ini.
e. Rehabilitasi (rehabilitation)
Setelah sembuh dari suatu penyakit, seringkali seseorang tidak mau melakukan
latihan-latihan untuk pemulihannya, untuk itu diperlukan pendidikan kesehatan
2.3 Metode Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan pada hakekatnya adalah suatu kegiatan atau usaha
untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau
individu. Adanya pesan tersebut, masyarakat, kelompok atau individu dapat
memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Dengan kata lain,
dengan adanya pendidikan tersebut dapat membawa akibat terhadap perubahan
perilaku sasaran.
Pendidikan kesehatan juga sebagai suatu proses dimana proses tersebut
mempunyai masukan (input) dan keluaran (output). Faktor-faktor yang
mempengaruhi suatu proses pendidikan disamping masukannya sendiri juga
metode materi atau pesannya, pendidik atau petugas yang melakukannya, dan
alat-alat bantu / alat peraga pendidikan. Agar tercapai suatu hasil yang optimal
maka faktor-faktor tersebut harus bekerjasama secara harmonis.
Dibawah ini akan diuraikan beberapa metode pendidikan individual,
kelompok dan massa (public).
a) Metode Pendidikan Individual (Perorangan)
Dalam pendidikan kesehatan, metode pendidikan yang bersifat individual
ini digunakan untuk membina perilaku baru atau seseorang yang telah mulai
tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Misalnya seorang ibu yang
baru saja menjadi akseptor atau seorang ibu hamil yang sedang tertarik terhadap
imunisasi TT karena baru saja memperoleh / mendengarkan penyuluhan
kesehatan. Pendekatan yang digunakan agar ibu tersebut menjadi akseptor yang
lestari atau ibu hamil tersebut segera minta imunisasi maka harus didekati
perorangan. Dasar digunakannya pendekatan individual ini disebabkan karena
setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan
dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut.
Bentuk dari pendekatan ini, antara lain :
1. Bimbingan dan Penyuluhan (Guidance and Counseling)
2. Interview (Wawancara)
b) Metode Pendidikan Kelompok
1) Kelompok Besar
Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta penyuluhan itu lebih
dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara lain :
1) Ceramah
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah :
 Persiapan
Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi dari yang
akan diceramahkan. Untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri dengan :
 Mempelajari materi dengan sistematika yang baik, lebih baik lagi kalau disusun
dalam diagram atau skema.
 Menyiapkan alat-alat bantu pengajaran misalnya makalah singkat, slide,
transparan, sound system, dan sebagainya.
 Pelaksanaan
Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah tersebut
dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk dapat menguasai sasaran (dalam arti
psikologis), penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai berikut :
 Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu dan
gelisah.
 Suara hendaknya cukup keras dan jelas.
 Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah.
 Berdiri di depan (di pertengahan), tidak boleh duduk.
 Menggunakan alat-alat bantu (AVA) semaksimal mungkin.
2) Seminar
Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli atau beberapa
ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di
masyarakat. Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan
pendidikan menengah ke atas.
2) Kelompok Kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut
kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil antara lain :
1) Diskusi Kelompok
Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas
berpartisipasi dalam diskusi maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian
rupa sehingga mereka dapat berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama
lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi empat.
Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan pancingan-
pancingan berupa pertanyaan-pertanyaan atas kasus sehubungan dengan topik
yang dibahas. Agar terjadi diskusi yang hidup, pemimpin kelompok harus
mengarahkan dan mengatur sedemikian rupa sehingga semua orang dapat
kesempatan berbicara sehingga tidak menimbulkan dominasi dari salah seorang
peserta.
2) Curah Pendapat (Brain Storming)
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya
sama dengan metode diskusi kelompok. Bedanya, pada permulaannya pemimpin
kelompok memancing dengan satu masalah kemudian tiap peserta memberikan
jawaban-jawaban atau tanggapan (cara pendapat).
Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam
flipchart atau papan tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya,
tidak boleh diberi komentar oleh siapa pun. baru setelah semua anggota
mengeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari dan akhirnya
terjadilah diskusi.
3) Bola Salju (Snow Balling)
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang, 2 orang).
Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah, setelah lebih kurang 5
menit, tiap 2 pasang bergabung menjadi 1. Mereka tetap mendiskusikan masalah
tersebut dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah
beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian
seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas.
4) Kelompok Kecil-Kecil (Bruzz Group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil (buzz group)
kemudian dilontarkan suatu permasalahan sama / tidak dengan kelompok lain dan
masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya
kesimpulan dari tiap kelompok tersebut dan dicari kesimpulannya.
5) Memainkan Peranan (Role Play)
Dalam metode ini, beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai
pemegang peranan tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai dokter
puskesmas, sebagai perawat atau bidan dan sebagainya, sedangkan anggota yang
lain sebagai pasien atau anggota masyarakat. Mereka meragakan misalnya
bagaimana interaksi / komunikasi sehari-hari dalam melaksanakan tugas.
6) Permainan Simulasi (Simulation Game)
Metode ini adalah merupakan gambaran antara role play dengan diskusi
kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk permainan
seperti permainan monopoli. Cara memainkannya persis seperti bermain monopoli
dengan menggunakan dadu, gaco (penunjuk arah), selain beberan atau papan
main. Beberapa orang menjadi pemain dan sebagian lagi berperan sebagai nama
sumber
c) Metode Pendidikan Massa (Public)
Metode pendidikan (pendekatan) massa untuk mengkomunikasikan pesan-
pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau
publik maka cara yang paling tepat adalah pendekatan massa.
Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah awareness atau
kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi, belum begitu diharapkan sampai
dengan perubahan perilaku. Namun demikian bila sudah sampai berpengaruh
terhadap perubahan perilaku adalah wajar.
Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) massa ini tidak langsung.
Biasanya menggunakan atau melalui media massa. Beberapa contoh metode ini,
antara lain :
a. Ceramah umum (public speaking)
Pada acara-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan Nasional,
menteri kesehatan atau pejabat kesehatan lainnya berpidato di hadapan massa
rakyat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Safari KB juga merupakan
salah satu bentuk pendekatan massa.
b. Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV
maupun radio, pada hakekatnya adalah merupakan bentuk pendidikan kesehatan
massa.
c. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya
tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan melalui TV atau radio adalah juga
merupakan pendekatan pendidikan kesehatan massa. Contoh "Praktek Dokter
Herman Susilo" di televisi pada waktu yang lalu.
d. Sinetron "Dokter Sartika" didalam acara TV juga merupakan bentuk pendekatan
pendidikan kesehatan massa.
e. Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya
jawab / konsultasi tentang kesehatan atau penyakit juga merupakan bentuk
pendekatan pendidikan kesehatan massa.
f. Billboard yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dan sebagainya adalah
juga bentuk pendidikan kesehatan massa. Contoh billboard "Ayo ke Posyandu".
2.4 Alat Bantu dan Media Pendidikan Kesehatan
a. Alat Bantu (peraga)
a) Pengertian
Yang dimaksud alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh
pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan / pengajaran.
alat peraga ini dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin
kepada suatu objek sehingga mempermudah persepsi.
Elgar Dale membagi alat peraga tersebut menjadi 11 macam dan sekaligus
menggambarkan tingkat intensitas tiap-tiap alat tersebut dalam suatu kerucut.
Alat peraga akan membantu dalam melakukan penyuluhan, agar pesan-
pesan kesehatan dapat disampaikan lebih jelas dan masyarakat sasaran dapat
menerima pesan orang tersebut dengan dengan jelas dan tetap pula. Dengan alat
peraga, orang dapat lebih mengerti fakta kesehatan yang dianggap rumit sehingga
mereka dapat menghargai betapa bernilainya kesehatan itu bagi kehidupan.
b) Faedah Alat Bantu Pendidikan
Secara terperinci, faedah alat peraga antara lain sebagai berikut :
1. Menimbulkan minat sasaran pendidikan.
2. Mencapai sasaran yang lebih banyak.
3. Membantu mengatasi hambatan bahasa.
4. Merangsang sasaran pendidikan untuk melaksanakan pesan-pesan kesehatan.
5. Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat.
6. Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima
kepada orang lain.
7. Mempermudah penyampaian bahan pendidikan / informasi oleh para pendidik /
pelaku pendidikan.
8. Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan.
9. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui kemudian lebih mendalami dan
akhirnya memberikan pengertian yang lebih baik.
10. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh. Didalam menerima sesuatu
yang baru, manusia mempunyai kecenderungan untuk melupakan atau lupa.
c) Macam-Macam Alat bantu Pendidikan
Pada garis besarnya, hanya ada 2 macam alat bantu pendidikan (alat peraga) :
1) Alat Bantu Lihat (Visual Aids)
Alat ini berguna didalam membantu menstimulasi indera mata
(penglihatan) pada waktu terjadinya proses pendidikan. Alat ini ada 2 bentuk :
 Alat yang diproyeksikan, misalnya slide, film, film strip, dansebagainya.
 Alat-alat yang tidak diproyeksikan :
1) Dua dimensi, gambar, peta, bagan, dan sebagainya.
2) Tiga dimensi misal bola dunia, boneka, dan sebagainya.
2) Alat-Alat Bantu Dengar (Audio Aids)
Ialah alat yang dapat membantu menstimulasi indera pendengar pada
waktu proses penyampaian bahan pendidikan / pengajaran. Misalnya piringan
hitam, radio, pita suara, dan sebagainya.
3) Alat Bantu Lihat-Dengar
Seperti televisi dan video cassette. Alat-alat bantu pendidikan ini lebih
dikenal dengan Audio Visual Aids (AVA).
Disamping pembagian tersebut, alat peraga juga dapat dibedakan menjadi
2 macam menurut pembuatannya dan penggunaannya.
 Alat peraga yang complicated (rumit), seperti film, film strip slide dan
sebagainya yang memerlukan listrik dan proyektor
 Alat peraga yang sederhana, yang mudah dibuat sendiri dengan bahan-bahan
setempat yang mudah diperoleh, seperti bambu, karton, kaleng bekas, kertas
koran, dan sebagainya. Beberapa contoh alat peraga yang sederhana yang dapat
dipergunakan di berbagai tempat, misalnya :
 Di rumah tangga seperti leaflet, model buku bergambar, benda-benda yang nyata
seperti buah-buahan, sayur-sayuran, dan sebagainya.
 Di kantor-kantor dan sekolah-sekolah, seperti papan tulis, flipchart, poster,
leaflet, buku cerita bergambar, kotak gambar gulung, boneka dan sebagainya.
 Di masyarakat umum, misalnya poster, spanduk, leaflet, fanel graph, boneka
wayang, dan sebagainya.
Ciri-ciri alat peraga kesehatan yang sederhana antara lain :
 Mudah dibuat
 Bahan-bahannya dapat diperoleh dari bahan-bahan lokal
 Mencerminkan kebiasaan, kehidupan dan kepercayaan setempat.
 Ditulis (digambar) dengan sederhana.
 Bahasa setempat dan mudah dimengerti oleh masyarakat.
 Memenuhi kebutuhan-kebutuhan petugas kesehatan dan masyarakat.
d) Sasaran yang Dicapai Alat Bantu Pendidikan
Menggunakan alat peraga harus didasari pengetahuan tentang sasaran pendidikan
yang akan dicapai alat peraga tersebut.
1) Individu atau kelompok
2) Kategori-kategori sasaran seperti kelompok umur, pendidikan, pekerjaan, dan
sebagainya.
3) Bahasa yang mereka gunakan
4) Adat-istiadat serta kebiasaan
5) Minat dan perhatian
6) Pengetahuan dan pengalaman mereka tentang pesan yang akan diterima.
Tempat memasang (menggunakan) alat-alat peraga :
1) Didalam keluarga antara lain dalam kesempatan kunjungan rumah, waktu
menolong persalinan, merawat bayi atau menolong orang sakit dan sebagainya.
2) Di masyarakat, misalnya seperti pada waktu perayaan hari-hari besar, arisan-
arisan, pengajaran, dan sebagainya; serta dipasang juga di tempat-tempat umum
yang strategis.
3) Di instansi-instansi, antara lain puskesmas, rumah sakit, kantor-kantor, sekolah-
sekolah, dan sebagainya.
Alat-alat peraga tersebut sedapat mungkin dapat dipergunakan oleh :
1) Petugas-petugas puskesmas / kesehatan
2) Kader kesehatan
3) Guru-guru sekolah dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya.
4) Pamong desa.
e) Merencanakan dan Menggunakan Alat Peraga
Sebelum mempergunakan alat peraga lain sebagai pengganti benda-benda
asli, perlu ditelaah terlebih dahulu apakah penggunaan benda-benda asli
memungkinkan atau tidak.Sebaliknya kalau tidak ada benda-benda asli maka
dibuatlah alat peraga dari benda-benda pengganti.
Sebelum membuat alat peraga kita harus merencanakan dan memilih alat
peraga yang paling tepat untuk digunakan.Untuk itu perlu diperhatikan antara lain
hal-hal sebagai berikut:
Tujuan yang Hendak Dicapai
1) Tujuan pendidikan. Tujuan ini dapat untuk :
 Mengubah pengetahuan / pengertian, pendapat dan konsep-konsep.
 Mengubah sikap dan persepsi
 Menanamkan tingkah laku / kebiasaan yang baru
2) Tujuan penggunaan alat peraga
 Sebagai alat bantu dalam latihan / penataran / pendidikan
 Untuk menimbulkan perhatian terhadap sesuatu masalah
 Untuk mengingatkan sesuatu pesan / informasi
 Untuk menjelaskan fakta-fakta, prosedur, tindakan.
Perancanaan dan pemilihan alat peraga ditentukan sebagian besar oleh tujuan ini..
Persiapan Penggunaan Alat Peraga
Semua alat peraga yang dibuat berguna sebagai alat bantu belajar dan tetap
harus diingat bahwa alat ini dapat berfungsi mengajar dengan sendirinya. Kita
harus mengembangkan keterampilan dalam memilih, mengadakan alat peraga
secara tepat sehingga mempunyai hasil yang maksimal.
Sebelum penggunaan alat peraga sebaiknya petugas mencoba terlebih
dahulu alat-alat tersebut, yang masih dalam bentuk kasar sebelum diproduksi
seluruhnya. Gunanya tes percobaan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana alat
peraga tersebut dapat dimengerti oleh sasaran pendidikan.
Cara melakukan percobaan tersebut antara lain sebagai berikut :
1) Merencanakan terlebih dahulu tes pendahuluan untuk suatu media yang akan
diproduksi.
2) Menentukan pokok-pokok yang akan dipesankan dalam media tersebut.
3) Menentukan gambar-gambar pokok atau simbol-simbol yang disesuaikan dengan
ciri-ciri sasaran.
4) Memperlihatkan alat peraga / media tersebut kepada sasaran tercoba.
5) Menanyakan kepada sasaran tercoba :
 Apakah mereka mengalami kesukaran dalam memahami pesan-pesan, kata-kata
dan gambar-gambar didalam media tersebut.
 Menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti.
 Mencatat komentar-komentar dari sasaran tercoba.
 perbaikan alat peraga (media) tersebut.
6) Mendiskusikan alat yang dibuat tersebut dengan orang lain (teman-teman) atau
dengan para ahli.
Cara Mempergunakan Alat Peraga
Cara mempergunakan alat peraga sangat tergantung pada alatnya.
Menggunakan gambar sudah barang tentu lain dengan menggunakan film strip
dan sebagainya. Disamping itu juga dipertimbangkan faktor sasaran
pendidikannya. Untuk masyarakat yang buta huruf akan lain dengan masyarakat
yang telah berpendidikan. Dan yang lebih penting lagi alat yang digunakan harus
menarik sehingga menimbulkan minat para pesertanya. Pada waktu menggunakan
AVA hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Senyum adalah lebih baik untuk mencari simpati.
2) Tunjukkan perhatian bahwa hal yang akan dibicarakan / diragakan itu adalah
penting.
3) Pandangan mata hendaknya ke seluruh pendengar agar mereka tidak kehilangan
kontrol dari pihak pendidik.
4) Nada suara hendaknya ditukar-tukar agar pendengar tidak bosan dan tidak
mengantuk.
5) Ikut sertakan para peserta / pendengar, berikan kesempatan untuk memegang dan
atau mencoba alat-alat tersebut.
6) Bila perlu, berilah selingan humor, guna menghidupkan suasana dan sebagainya.
b. Media Pendidikan Kesehatan
Yang dimaksud dengan media pendidikan kesehatan pada hakekatnya
adalah alat bantu pendidikan (AVA). Disebut media pendidikan karena alat-alat
tersebut merupakan alat saluran (channel) untuk menyampaikan kesehatan karena
alat-alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan
kesehatan bagi masyarakat atau klien.
Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan (media),
media ini dibagi menjadi 3, yakni :
1) Media cetak
2) Media elektronik
3) Media papan (bill board)
1) Media cetak
Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat
bervariasi antara lain :
 Booklet
 Leaflet
 Flyer (selebaran) ialah
 Flip chart (lembar balik)
 Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah
 Poster
 Foto yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.
2) Media Elektronik
Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan-pesan atau
informasi-informasi kesehatan, jenisnya berbeda-beda antara lain :
 Televisi
 Radio
 Video
 Slide
 Film strip
3) Media Papan (Billboard)
Papan (billboard) yang dipasang di tempat-tempat umum dapat dipakai dan diisi
dengan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan. Media papan disini juga
mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada
kendaraan-kendaraan umum (bus dan taksi).
2.5 Perubahan-perubahan Perilaku
Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan
dan perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan pendidikan
atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan yang
lainnya. Banyak teori tentang perubahan perilaku ini, antara lain akan diuraikan
dibawah.
a. Teori Stimulus-Organisme-Respons (SOR)
Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan
perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi
dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya
kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan
perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.
Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada
hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut
menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :
a) Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak.
b) Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia
mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.
c) Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan
untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).
d) Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka
stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan
perilaku).
Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya
apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus
semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang
diberikan harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini,
faktor reinforcement memegang peranan penting.
b. Teori Festinger (Dissonance Theory)
Finger (1957) ini telah banyak pengaruhnya dalam psikologi sosial. Teori
ini sebenarnya sama dengan konsep imbalance (tidak seimbang). Hal ini berarti
bahwa keadaan cognitive dissonance merupakan keadaan ketidakseimbangan
psikologis yang diliputi oleh ketegangan diri yang berusaha untuk mencapai
keseimbangan kembali. Apabila terjadi keseimbangan dalam diri individu maka
berarti sudah tidak terjadi ketegangan diri lagi dan keadaan ini disebut consonance
(keseimbangan).
Dissonance (ketidakseimbangan) terjadi karena dalam diri individu
terdapat 2 elemen kognisi yang saling bertentangan. Yang dimaksud elemen
kognisi adalah pengetahuan, pendapat, atau keyakinan. Apabila individu
menghadapi suatu stimulus atau objek dan stimulus tersebut menimbulkan
pendapat atau keyakinan yang berbeda / bertentangan didalam diri individu
sendiri maka terjadilah dissonance.
Sherwood dan Borrou merumuskan dissonance itu sebagai berikut :
Pentingnya stimulus x jumlah kognitif dissonance
Dissonance = Pentingnya stimulus x jumlah kognitif consonance
Rumus ini menjelaskan bahwa ketidakseimbangan dalam diri seseorang
yang akan menyebabkan perubahan perilaku terjadi disebabkan karena adanya
perbedaan jumlah elemen kognitif yang seimbang dengan jumlah elemen kognitif
yang tidak seimbang serta sama-sama pentingnya. Hal ini akan menimbulkan
konflik pada diri individu tersebut.
c. Teori Fungsi
Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu itu
tergantung kepada kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat
mengakibatkan perubahan perilaku seseorang apabila stimulus tersebut dapat
dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut. Menurut Katz (1960)
perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan. Katz
berasumsi bahwa :
a) Perilaku itu memiliki fungsi instrumental
b) Perilaku dapat berfungsi sebagai defence mecanism atau sebagai pertahanan diri
dalam menghadapi lingkungannya.
c) Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan memberikan arti.
d) Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab
suatu situasi.
Teori ini berkeyakinan bahwa perilaku itu mempunyai fungsi untuk
menghadapi dunia luar individu dan senantiasa menyesuaikan diri dengan
lingkungannya menurut kebutuhannya. Oleh sebab itu didalam kehidupan
manusia, perilaku itu tampak terus-menerus dan berubah secara relatif.
d. Teori Kurt Lewin
Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu
keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces) dan
kekuatan-kekuatan penahan (restrining forces). Perilaku ini dapat berubah apabila
terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut didalam diri seseorang.
2.6 Bentuk-bentuk perilaku
Perilaku dapat diartikan suatu respons organism atau seseorang terhadap
rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Respon ini ada 2 macam:
1. Bentuk pasif adalah respon internal, yangtejadi di dalam diri manusia dan tidak
secara langsung dapat terlihatoleh orang lain.misalnya berfikir, tanggapan atau
sikap batin dan engetahuan. Misalnya seorang ibu tahu bahwa imunisasi itu dapat
mencegah suatu penyakit tetentu, meskipun ibu tersebut tidak membawa anaknya
ke Puskesmas untuk diimunisasi. Contoh lain seorang yang menganjurkan orang
lain untuk mengikuti keluarga berencana meskipun ia sendiri tidak ikut keluarga
berencana. Dari kedua contoh tersebut mereka telah sama-sama telah mempunyai
sikap yang positip untuk mendukung kegiatan tersebut meskipun mereka sendiri
belum melakukannya
2. Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung.
Misalnya dari contoh diatas si ibu telah membawa anaknya ke Puskesmas atau
fasilitas lain untuk imunisasi dan pada kasus kedua dia sudah mengikuti program
KB
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap adalah
merupakan respons seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih
bersifat terselubung, dan disebut “covert behavior”. Sedangkan tindakan nyata
seseorang sebagai respons seseorang terhadap stimulus (practice) adalah
merupakan “overt behavior
BAB III

KESIMPULAN

3.1 KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari makalah diatas adalah sebagai berikut:


1. Bahwa peranan pendidikan kesehatan adalah melakukan intervensi faktor perilaku
sehingga perilaku individu kelompok atau masyarakat sesuai dengan nila-nilai
kesehatan
2. Konsep pendidikan kesehatan adalah proses belajar pada individu, kelompok atau
masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak
mampu mengatasi masalah-masalah kesehatannya sendiri menjadi mampu dan
lain sebagainya.
3. Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku itu kedalam 3
domain (ranah / kawasan) yaitu :
a. Pengetahuan
b. Sikap atau tanggapan
c. Praktek
4. Bentuk perilaku kesehatan
1. Pasif artinya mengetahui namun belum melaksanakan
2. Aktif yaitu mengetahui dan melaksanakannya serta dapat diobservasi
3.2 SARAN
Saran yang dapat penulis sampaikan adalah bahwa pendidikan kesehatan
itu perlu untuk diteapkan dalam masyarakat Indonesia. Dengan adanya pendidikan
kesehatan masyarakat Indonesia dapat bertindak sesuai dengan ketentuan dalam
kesehatan sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit-penyakit yang
membahayakan diri sendiri.
Meskipun hasilnya akan terlihat dalam beberapa tahun kedepan, namun
pendidikan ini baik adanya untuk membantu masyarakat Indonesia terlepas dari
serangan penyakit serta terhindar dari tindakan pencegahan yang membahayakan.
DAFTAR PUSTAKA

Febroll (2012) . Pendidikan Kesehatan


Sumber http://febroll.blogspot.com/2012/04/pendidikan-kesehatan.html
Diakses tanggal 01/11/2012 waktu 15.32.wib

Geocities (2012), Prinsip-Prinsip Pendidikan Kesehatan


Sumber : http://www.geocities.ws/klinikikm/pendidikan-perilaku/prinsip.htm
Diakses tanggal 01/11/2012 waktu 12.30.wib

Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT


Rineka Cipta.

Notoatmojo, Soekidjo. (2003). Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan


Masyarakat. Cetakan ke-2. Jakarta: Rineka Cipta.

Soekidjo Notoatmodjo (2003) Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.


Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta.

Wiadiatun Dian. (2012). Peran dan Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatn


Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/peran-dan-ruang-
lingkup-pendidikan.html#ixzz2Ax77l3ut. Diakses tanggal 01/11/2012
waktu 14.15.wib

Anda mungkin juga menyukai