KELOMPOK 1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya panjatkan atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan dan
Keselamatan Kerja program studi DIII Keperawatan di POLTERA. Saya selaku penulis
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mengarahkan saya,
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu. Semoga Tuhan Yang
Maha Esa selalu melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada semua pihak yang membantu
terselesainya makalah ini.
Saya sangat menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Oleh karena itu,penulis berharap mendapatkan , kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dan selamat. Pekerja yang merasa aman, nyaman dan selamat saat bekerja di
tempat kerja akan mendorong tercapainya hasil kerja yang lebih baik
dibandingkan dengan pekerja yang merasa tidak aman, nyaman dan selamat
APD dan kenyamanan penggunaan APD. Penggunaan APD yang tepat dapat
Kemajuan pengetahuan dan teknologi yang terjadi di era globalisasi saat ini
tidak saja dialami oleh negara industri tetapi juga oleh negara yang sedang
Organization (ILO) tahun 2013, 1 pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena
kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja. Tahun sebelumnya
2012, ILO mencatatat angka kematian dikarenakan kecelakaan dan Penyakit Akibat
kasus - kasus kecelakaan kerja yang terjadi. Kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia
menunjukkan angka - angka yang harus diberikan perhatian serius untuk pekerja
Indonesia. Data kecelakaan kerja di Indonesia atas populasi tenaga kerja 7 - 8 juta
menujukan 100.000 peristiwa kecelakaan kerja dengan hilang hari kerja setiap
tahunya. Kerugian rata - rata Rp. 100 - 200 milyar per tahunnya dan korban meninggal
per tahunnya rata - rata antara 1500 - 2000 orang, penelitian kasus untuk tahun 2000
akibat kecelakaan kerja 70 juta hari kerja atau 500 juta jam kerja hilang. Peristiwa
kecelakaan kerja yang terjadi selain kecelakaan kerja berat terdapat juga kecelakaan
4
1.2 Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang akan penulis angkat dalam makalah ini sesuai dengan
latar belakang yang telah penulis paparkan sebelumnya, yaitu
1.3 Tujuan
1.4 manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini penulis berharap pembaca dapat mengetahui dan mempelajari
tentang keselamatan kerja serta penanggulangannya
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
2.3 Sejarah keselamatan kerja
Keselamatan kerja di Negara Indonesia (k3) di mulai setelah Belanda hadir ke Indonesia
pada era ke-17. Saat itu, permasalahan keselamatan kerja di lokasi Indonesia mulai terasa untuk
melindungi modal yang ditanam untuk industri. Saat jumlah ketel uap yang dipakai industri
Indonesia sekitar 120 ketel uap, hingga munculah undang-undang tentang kerja ketel uap di
tahun 1853.
Pada tahun 1898, jumlah ketel uap yang dipakai industri kerja makin bertambah jadi 2.277 ketel
uap. Tahun 1890 lalu dikeluarkan ketentuan mengenai pemasangan serta penggunaan jaringan
listrik di lokasi Indonesia. Menyusul pada tahun 1907, dikeluarkan ketentuan mengenai
pengangkutan obat, senjata, petasan, peluru serta beberapa bahan yang bisa meledak serta
berdampak pada keselamatan kerja.
Saat terjadi perang dunia ke II, sedikit catatan riwayat tentang keselamatan dan kesehatan
industri kerja, karena waktu itu masih dalam situasi perang hingga banyak industri yang berhenti
beroprasi. Semenjak zaman kemerdekaan, riwayat keselamatan kerja berkembang sama dengan
dinamika bangsa Indonesia. Beberapa waktu setelah Proklamasi, undang-undang kerja serta
undang-undang kecelakaan (khususnya tersangkut permasalahan kompensasi) mulai dibuat. Di
tahun 1957 didirikanlah Instansi Kesehatan serta Keselamatan Kerja.
Di tahun 1957, diselenggarakan seminar nasional Higiene Perusahaan serta Keselamatan Kerja
K3 dengan topik penerapan Keselamatan Kerja Untuk Pembangunan. Persisnya di bulan
Februari 1990, Fakultas Kedokteran Unissula yang bekerja bersama dengan Rumah Sakit Sultan
Agung Semarang mengadakan symposium gangguan pendengaran karena kerja yang di buka
oleh Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia yang saat itu dijabat oleh Cosmas Batubara.
7
2.4 Faktor factor yang mempengaruhi keselamatan kerja
5 (lima) faktor bahaya K3 di tempat kerja, antara lain : faktor bahaya biologi(s), faktor bahaya
kimia, faktor bahaya fisik / mekanik, faktor bahaya biomekanik serta faktor bahaya social –
psikologis.
Faktor fisik adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisika antara lain kebisingan,
penerangan, getaran, iklim kerja, gelombang mikro dan sinar ultra ungu. Faktor – faktor ini
mungkin berasal dari bagian tertentu yang dihasilkan dari proses produksi atau produk samping
yang tidak diinginkan.
Contoh kasusnya adalah mesin las, speaker, atau suara kendaraan yang sudah di modifikasi
sehingga mengeluarkan suara yang terlalu bising diatas nilai ambang batas yang memekakan
telinga. Jika terlalu lama terpapar oleh bising, pekerja dapat mengalami gangguan pendengaran
seperti penurunan pendengaran hingga tuli.
Contoh kasus kedua adalah memegang peralatan yang bergetar sering mempengaruhi tangan dan
lengan pengguna sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah dan sirkulasi di
tangan. Sebaliknya, mengemudi traktor di jalan bergelombang dengan kursi yang dirancang tidak
sesuai dengan antoprometri pekerja sehingga menimbulkan getaran ke seluruh tubuh dapat
mengakibatkan nyeri punggung bagian bawah.
Risiko kesehatan timbul dari pajanan berbagai bahan kimia. Banyak bahan kimia yang memiliki
sifat beracun dapat memasuki aliran darah dan menyebabkan kerusakan pada sistem tubuh dan
organ lainnya yang dapat masuk ke dalam tubuh melalui tiga cara utama yaitu :
Inhalasi (menghirup) : Dengan bernapas melalui mulut atau hidung, zat beracun dapat
masuk ke dalam paru-paru. Seorang dewasa saat istirahat menghirup sekitar lima liter udara per
menit yang mengandung debu, asap, gas atau uap. Beberapa zat, seperti fiber / serat, dapat
8
langsung melukai paru – paru. Lainnya diserap ke dalam aliran darah dan mengalir ke bagian
lain dari tubuh.
Pencernaan (menelan) : Bahan kimia dapat memasuki tubuh jika makan makanan yang
terkontaminasi, makan dengan tangan yang terkontaminasi atau makan di lingkungan yang
terkontaminasi. Zat di udara juga dapat tertelan saat dihirup, karena bercampur dengan lendir
dari mulut, hidung atau tenggorokan.
Penyerapan ke dalam kulit atau kontak invasif : beberapa diantaranya adalat zat yang
melewati kulit dan masuk ke pembuluh darah, biasanya melalui tangan dan wajah.