Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH KESELAMATAN KERJA(SAFETY

HAZARD) DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI MATA


KULIAH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
(K3)
Dosen pengampu :Kuzzairi S.kep.,Ns.M.H.,M.Kes

KELOMPOK 1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan dan
Keselamatan Kerja program studi DIII Keperawatan di POLTERA. Saya selaku penulis
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mengarahkan saya,
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu. Semoga Tuhan Yang
Maha Esa selalu melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada semua pihak yang membantu
terselesainya makalah ini.

Saya sangat menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Oleh karena itu,penulis berharap mendapatkan , kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Sampang , September 2021


Penulis,
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keselamatan kerja merupakan faktor penting yang harus diperhatikan

dan dikondisikan oleh pihak perusahaan. Dengan kondisi keselamatan kerja

yang baik pekerja dapat melaksanakan pekerjaannya dengan aman, nyaman

dan selamat. Pekerja yang merasa aman, nyaman dan selamat saat bekerja di

tempat kerja akan mendorong tercapainya hasil kerja yang lebih baik

dibandingkan dengan pekerja yang merasa tidak aman, nyaman dan selamat

saat bekerja di tempat kerja.

Menurut Suma’mur (1996), banyak faktor yang berpengaruh dalam

setiap kejadian kecelakaan kerja. Beberapa diantaranya yaitu faktor manusia,

peralatan pendukung keselamatan dan juga Sistem Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang ada di dalam organisasi. Sebagaimana

tercantum dalam Pasal 3 Undang - Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang

keselamatan kerja, telah diatur di dalamnya mengenai kewajiban bagi setiap

tempat kerja untuk menerapkan K3, termasuk peraturan mengenai

implementasi Alat Pelindung Diri (APD). Terkait implementasi APD banyak

aspek yang berpengaruh diantaranya faktor manusia, kondisi atau spesifikasi

APD dan kenyamanan penggunaan APD. Penggunaan APD yang tepat dapat

mengurangi tingkat terjadinya kecelakaan secara signifikan. Hal tersebut dapat


dicapai jika APD yang dipergunakan didesain berdasarkan studi tentang ergonomi dan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

Kemajuan pengetahuan dan teknologi yang terjadi di era globalisasi saat ini

tidak saja dialami oleh negara industri tetapi juga oleh negara yang sedang

berkembang seperti Indonesia. Berdasarkan data dari International Labour

Organization (ILO) tahun 2013, 1 pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena

kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja. Tahun sebelumnya

2012, ILO mencatatat angka kematian dikarenakan kecelakaan dan Penyakit Akibat

Kerja (PAK) sebanyak 2 juta kasus setiap tahun (Depkes, 2014).

Keberhasilan dalam penerapan K3 di suatu perusahaan dapat dilihat dari

kasus - kasus kecelakaan kerja yang terjadi. Kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia

menunjukkan angka - angka yang harus diberikan perhatian serius untuk pekerja

Indonesia. Data kecelakaan kerja di Indonesia atas populasi tenaga kerja 7 - 8 juta

menujukan 100.000 peristiwa kecelakaan kerja dengan hilang hari kerja setiap

tahunya. Kerugian rata - rata Rp. 100 - 200 milyar per tahunnya dan korban meninggal

per tahunnya rata - rata antara 1500 - 2000 orang, penelitian kasus untuk tahun 2000

akibat kecelakaan kerja 70 juta hari kerja atau 500 juta jam kerja hilang. Peristiwa

kecelakaan kerja yang terjadi selain kecelakaan kerja berat terdapat juga kecelakaan

kerja ringan atau hampir kecelakaan (Suma’mur, 2009).

4
1.2 Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah yang akan penulis angkat dalam makalah ini sesuai dengan
latar belakang yang telah penulis paparkan sebelumnya, yaitu

1. Apa pengertian dari keselamatan kerja


2. Apa fungsi dari keselamatan kerja
3. Bagaimana perkembangan sejarah keselamatan kerja
4. Prinsip prinsip dasar yang diterapkan oleh keselamatan kerja
5. Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi pada keselamatan kerja

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari keselamatan kerja


2. Mengetahui istilah istilah dari keselamatan kerja
3. Mengetahui bagaimana perkembanga sejarah keselamatan kerja
4. mengetahui prinsip dasar yang diterapkan oleh keselamatan kerja
5. untuk mengetahui terjadinya bahaya mekanik pada keselamatan kerja

1.4 manfaat

Manfaat dari penyusunan makalah ini penulis berharap pembaca dapat mengetahui dan mempelajari
tentang keselamatan kerja serta penanggulangannya

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 pengertian Keselamatan Kerja

Pengertian keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana


kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
Sedangkan menurut Mathis dan Jackson, menyatakan keselamatan adalah merujuk pada
perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cidera yang terrkait dengan
pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi
secara umum.19 Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu usaha dan upaya untuk
menciptakan perlindungan dan keamanan dari risiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental
maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan.Dapat
disimpulkan, keselamatan dan kesehatan kerja adalah rangkaian usaha dan upaya menciptakan
suasana kerja yang aman dari risiko kecelakaan kecelakaan baik fisik, mental maupun emosional
sehingga memberikan perlindungan kepada tenaga kerja, yang menyangkut aspek keselamatan,
kesehatan, pemeliharaan moral kerja, perlakuan sesuai martabat manusia dan moral agama.
Dengan demikian, tenaga kerja secara aman dapat melakukan pekerjaannya guna meningkatkan
hasil kerja dan produktivitas kerja sehingga para tenaga kerja harus memperoleh jaminan
perlindungan keselamatan dan kesehatannya di dalam setiap pelaksanaan pekerjaannya sehari-
hari.

2.2 . Fungsi dari keselamatan kerja yaitu :

a. Identifikasi dan melakukan penilaian terhadap risiko dari bahaya kesehatan di


tempat kerja
b. Memberikan saran terhadap perencanaan, pengorganisasian dan praktek kerja
termasuk desain tempat kerja
c. Memberi saran, informasi, pelatihan dan edukasi tentang kesehatan kerja dan
APD
d. Melaksanakan surveilans terhadap kesehatan kerja
e. Terlibat dalam proses rehabilitasi
f. Mengelola tindakan P3K dan tindakan darurat
g. Antisipasi, identifikasi dan evaluasi kondisi praktek yang berbahaya
h. Membuat desain pengendalian bahaya, metode, prosedur dan program
i. Menerapkan pengendalian bahaya dan program pengendalian bahaya
j. Mengukur dan memeriksa kembali keefektifan pengendalian bahaya dan program
pengendalian bahaya.

6
2.3 Sejarah keselamatan kerja

Keselamatan kerja di Negara Indonesia (k3) di mulai setelah Belanda hadir ke Indonesia
pada era ke-17. Saat itu, permasalahan keselamatan kerja di lokasi Indonesia mulai terasa untuk
melindungi modal yang ditanam untuk industri. Saat jumlah ketel uap yang dipakai industri
Indonesia sekitar 120 ketel uap, hingga munculah undang-undang tentang kerja ketel uap di
tahun 1853.

Pada tahun 1898, jumlah ketel uap yang dipakai industri kerja makin bertambah jadi 2.277 ketel
uap. Tahun 1890 lalu dikeluarkan ketentuan mengenai pemasangan serta penggunaan jaringan
listrik di lokasi Indonesia. Menyusul pada tahun 1907, dikeluarkan ketentuan mengenai
pengangkutan obat, senjata, petasan, peluru serta beberapa bahan yang bisa meledak serta
berdampak pada keselamatan kerja.

Veiligheids Reglement serta pengaturan khusus menjadi pelengkap ketentuan pengerjaannya


dikeluarkan pada tahun 1905. Lalu direvisi pada tahun 1910 di mana pengawasan undang-
undang kerja dikerjakan oleh Veiligheids Toezich. pada tahun 1912 muncul pelarang pada
pemakaian fosfor putih.

Undang-undang pengawasan kerja yang berisi kesehatan serta keselamatan kerja atau K3


dikeluarkan tahun 1916. Pada tahun 1927 lahir undang-undang masalah serta di tahun 1930
pemerintah Hindia Belanda membuat revisi undang-undang ketel uap.Riwayat keselamatan kerja
di Negara Indonesia (k3) di mulai setelah Belanda hadir ke Indonesia pada era ke-17.

Saat terjadi perang dunia ke II, sedikit catatan riwayat tentang keselamatan dan kesehatan
industri kerja, karena waktu itu masih dalam situasi perang hingga banyak industri yang berhenti
beroprasi. Semenjak zaman kemerdekaan, riwayat keselamatan kerja berkembang sama dengan
dinamika bangsa Indonesia. Beberapa waktu setelah Proklamasi, undang-undang kerja serta
undang-undang kecelakaan (khususnya tersangkut permasalahan kompensasi) mulai dibuat. Di
tahun 1957 didirikanlah Instansi Kesehatan serta Keselamatan Kerja.

Sedang di tahun 1970, undang-undang no I mengenai keselamatan kerja dibuat. Undang-undang


ini sendiri dibuat jadi alternatif Veiligheids Reglement tahun 1920. Sejarah selanjutnya pada
tahun 1969, berdirilah ikatan Higiene Perusahaan, Kesehatan serta keselamatan kerja, serta di
tahun 1969 dibuat laboratorium keselamatan kerja.

Di tahun 1957, diselenggarakan seminar nasional Higiene Perusahaan serta Keselamatan Kerja
K3 dengan topik penerapan Keselamatan Kerja Untuk Pembangunan. Persisnya di bulan
Februari 1990, Fakultas Kedokteran Unissula yang bekerja bersama dengan Rumah Sakit Sultan
Agung Semarang mengadakan symposium gangguan pendengaran karena kerja yang di buka
oleh Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia yang saat itu dijabat oleh Cosmas Batubara.

7
2.4 Faktor factor yang mempengaruhi keselamatan kerja

5 (lima) faktor bahaya K3 di tempat kerja, antara lain : faktor bahaya biologi(s), faktor bahaya
kimia, faktor bahaya fisik / mekanik, faktor bahaya biomekanik serta faktor bahaya social –
psikologis.

1. Biomechanical Hazard ( Bahaya Ergonomi )


Jenis bahaya ini berasal dari ketidak sesuaian desain layout kerja /  mesin, gerakan yang berulang
serta postur / posisi kerja yang dapat mengakibatkan adanya gangguan kesehatan
seperti musculoskeletal disorders (MSDs), carpal turner syndrome (CTS), badan menjadi mudah
pegah dan lelah serta gangguan lainnya
.

2. Physical Hazard ( Bahaya Fisik )


Bahaya fisik merupakan potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan – gangguan
kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar secara terus menerus oleh faktor fisik.

Faktor fisik adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisika antara lain kebisingan,
penerangan, getaran, iklim kerja, gelombang mikro dan sinar ultra ungu. Faktor – faktor ini
mungkin berasal dari bagian tertentu yang dihasilkan dari proses produksi atau produk samping
yang tidak diinginkan.

Contoh kasusnya adalah mesin las, speaker, atau suara kendaraan yang sudah di modifikasi
sehingga mengeluarkan suara yang terlalu bising diatas nilai ambang batas yang memekakan
telinga. Jika terlalu lama terpapar oleh bising, pekerja dapat mengalami gangguan pendengaran
seperti penurunan pendengaran hingga tuli.

Contoh kasus kedua adalah memegang peralatan yang bergetar sering mempengaruhi tangan dan
lengan pengguna sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah dan sirkulasi di
tangan. Sebaliknya, mengemudi traktor di jalan bergelombang dengan kursi yang dirancang tidak
sesuai dengan antoprometri pekerja sehingga menimbulkan getaran ke seluruh tubuh dapat
mengakibatkan nyeri punggung bagian bawah.

3. Chemical Hazard ( Bahaya Kimia )


Bahaya kimia adalah bahaya yang berasal dari bahan bahan kimia dari mulai yang ber substansi
cair, padat, ataupun juga gas yang berada di tempat kerja.

Risiko kesehatan timbul dari pajanan berbagai bahan kimia. Banyak bahan kimia yang memiliki
sifat beracun dapat memasuki aliran darah dan menyebabkan kerusakan pada sistem tubuh dan
organ lainnya yang dapat masuk ke dalam tubuh melalui tiga cara utama yaitu :

 Inhalasi (menghirup) : Dengan bernapas melalui mulut atau hidung, zat beracun dapat
masuk ke dalam paru-paru. Seorang dewasa saat istirahat menghirup sekitar lima liter udara per
menit yang mengandung debu, asap, gas atau uap. Beberapa zat, seperti fiber / serat, dapat

8
langsung melukai paru – paru. Lainnya diserap ke dalam aliran darah dan mengalir ke bagian
lain dari tubuh.
 Pencernaan (menelan) : Bahan kimia dapat memasuki tubuh jika makan makanan yang
terkontaminasi, makan dengan tangan yang terkontaminasi atau makan di lingkungan yang
terkontaminasi. Zat di udara juga dapat tertelan saat dihirup, karena bercampur dengan lendir
dari mulut, hidung atau tenggorokan.
 Penyerapan ke dalam kulit atau kontak invasif : beberapa diantaranya adalat zat yang
melewati kulit dan masuk ke pembuluh darah, biasanya melalui tangan dan wajah.
 

4. Biological Hazard ( Bahaya Biologi )


Bahaya biologi adalah bahaya yang berasal dari tanaman, binatang, organisme atau mikro
organisme yang kemudian masuk kedalam tubuh kita yang dapat mengancam kesehatan serta
dapat juga dari pekerja yang menderita penyakit tertentu yang dapat menularkan virusnya kepada
pekerja lain seperti TBC, Hepatitis A/B.

5. Psychosocial Hazard ( Bahaya psikologi )


Jenis bahaya ini dari beberapa ahli menyebutnya sebagai bahaya dalam pengorganisasian
pekerjaan, merupakan bahaya yang berasal dari konflik batin dengan lingkungan yang ada di
tempat kerja, baik itu dengan rekan kerja maupun dengan fasilitas yang ada di lingkungan kerja
dimana kemudian dapat menganggu aspek psikologis pekerja sehingga dapat menyebabkan
produktivitas pekerja menurun.

Contohnya: aksi bullying, kekerasan, pelecehan, pengucilan, tekanan dan himpitan pekerjaan,


tuntutan deadline pekerjaan, persaingan kerja tidak sehat, pekerjaan yang monoton, jenjang karir
tidak bagus, alat bantu kerja yang tidak memadai dan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai