Anda di halaman 1dari 14

EDUKASI KESEHATAN DENGAN KONSELING KELUARGA

Disusun Oleh :

KELOMPOK VI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Rasa syukur Alhamdulillah yang sedalam-dalamnya kami panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang
Maha Kuasa karena dengan rahmat dan petunjuknya dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang
berjudul “EDUKASI KESEHATAN DENGAN KONSELING KELUARGA”

Kami menyadari akan keterbatasan kami, maka dalam hal ini kami mengharap kritik dan saran
dari pembaca. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi pembaca, sehinnga daapat menambah
pengetahuan.

Gorontalo, 16 Desember 2019


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................................................. 2
BAB I ............................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................................... 1
C. Tujuan .............................................................................................................................................. 2
D. Manfaat ............................................................................................................................................ 2
BAB II........................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 3
A. Konsep Edukasi Kesehatan ........................................................................................................... 3
1. Pengertian .................................................................................................................................... 3
2. Prinsip-prinsip Edukasi Kesehatan........................................................................................... 3
3. Ruang Lingkup Edukasi Kesehatan.......................................................................................... 4
4. Metode Edukasi Kesehatan ........................................................................................................ 4
B. Konseling Keluarga ........................................................................................................................ 5
1. Pengertian .................................................................................................................................... 5
2. Teori-teori Konseling .................................................................................................................. 6
3. Proses Konseling ......................................................................................................................... 7
4. Proses dan Tahapan Konseling Keluarga ................................................................................. 8
BAB III ....................................................................................................................................................... 10
PENUTUP .................................................................................................................................................. 10
A. Kesimpulan .................................................................................................................................... 10
B. Saran .............................................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Berbicara kesehatan masyarakat tidak terlepas dari dua tokoh meteologi Yunani yaitu Asclepius

dan Higeia. Berdasarkan cerita mitos Yunani tersebut Asclepius disebutkan sebagai seorang dokter

pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah atau edukasi apa yang telah

ditempuhnya, tetapi diceritakan bahwa ia telah mengobati penyakit dan bahkan melakukan bedah

berdasarkan prosedur-prosedur tertentu dengan baik.

Keberhasilan program edukasi kesehatan yang meliputi perilaku kesehatan dan domain kesehatan

sangat besar peranannya guna mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Edukasi kesehatan

yang meliputi perilaku kesehatan dan domain kesehatan ini harus didukung oleh semua pihak terutama

masyarakatnya. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan tentunya

menyadarkan mereka tentang pentingnya kesehatan itu sendiri.

Kesehatan sendiri adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan

meningkatkan kesehatan masyarakat melalui edukasi kesehatan. Dalam rangka meningkatkan kesehatan

masyarakat, maka perlu dilakukan edukasi, khususnya edukasi yang ditujukan kepada masyarakat.

Maka dari itu penulis tertarik untuk mengambil judul makalah “Edukasi Kesehatan Dan Konseling

Keluarga”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan judul makalah ini maka rumusan masalahnya adalah bagaimana edukasi kesehatan

dan konseling keluarga ?


C. Tujuan

Untuk mengetahui prinsip-prinsip edukasi kesehatan serta hal-hal yang berkaitan dengan edukasi

kesehatan dan konseling keluarga.

D. Manfaat

Manfaat dari penulisan ini adalah :

1. Agar mahasiswa mengetahui tentang edukasi kesehatan dan perilaku kesehatan.

2. Agar mahasiswa mengetahui tentang hal-hal yang berkaitan dengan edukasi kesehatan (prinsip-

prinsip edukasi kesehatan, ruang lingkup edukasi kesehatan, pengertian perilaku kesehatan, domain

perilaku kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Edukasi Kesehatan

1. Pengertian

Edukasi kesehatan adalah proses membuat orang mampu meningkatkan kontrol dam

memperbaiki kesehatan individu. Kesempatan yang direncanakan untuk individu, kelompok atau

masyarakat agar belajar tentang kesehatan dan melakukan perubahan-perubahan secara suka rela

dalam tingkah laku individu.

Edukasi kesehatan merupakan sejumlah pengalaman yang berpengaruh menguntungkan

secara kebiasaan, sikap dan pengetahuan ada hubungannya dengan kesehatan perseorangan,

masyarakat, dan bangsa. Kesemuanya ini, dipersiapkan dalam rangka mempermudah diterimanya

secara suka rela perilaku yang akan meninhkatkan dna memelihara kesehatan.

Unsur program ksehatan dan kedokteran yang didalamnya terkandung rencana untuk

merubah perilaku perseorangan dan masyarakat dengan tujuan untuk membantu tercapainya

program pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.

2. Prinsip-prinsip Edukasi Kesehatan

Edukasi kesehatan sangat penting untuk menunjang program-program kesehatan yang lain. Akan

tetapi pernyatan ini tidak didukung dengan kenyataan yang ada. karena program pelayanan kesehatan

yang ada kurang melibatkan edukasi kesehatan. Edukasi merupakan ‘behavior investment’ jangka

panjang. Artinya edukasi kesehatan baru dapat dilihat beberapa tahun kemudian. Dalam waktu yang

pendek, edukasi kesehatan hanya menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan masyarakat.

Sedangkan peningkatan pengetahuan saja belum akan berpengaruh langsung terhadap indikator

kesehatan.
Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh terhadap perilaku sebagai hasil jangka menengah dari

edukasi kesehatan. Selanjutnya akan berpengaruh pada peningkatan indikator kesehatan masyarakat

sebagai keluaran edukasi kesehatan.

3. Ruang Lingkup Edukasi Kesehatan

Ruang lingkup edukasi kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi, antara lain dimensi

sasaran edukasi, dimensi tempat pelaksanaan atau aplikasinya, dan dimensi tingkat pelayanan

kesehatan. Dimensi sasaran edukasi kesehatan dibagi menjadi 3 kelompok yaitu edukasi

kesehatan individual, edukasi kesehatan kelompok dan edukasi kesehatan masyarakat.

Dimensi tempat pelaksanaannya, edukasi kesehatan dapat berlangsung di berbagai

tempat, misal disekolah, rumah sakit, tempat kerja, dan lain-lain. Dimensi tingkat pelayanan

kesehatan dapat dilakukan berdasarkan 5 tingkat pencegahan yaitu promosi kesehatan (health

promotion), perlindungan khusus (specific protection), diagnosis dini dan pengobatan segera

(early diagnosis and prompt treatment), pembatasan cacat (disability limitation) dan rehabilitasi

(rehabilitation).

4. Metode Edukasi Kesehatan

Metode edukasi kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk

menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan harapan

bahwa dengan adanya pesan tersebut masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh

pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Dengan kata lain, dengan adanya pendidikan

tersebut diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan sikap sasaran. Didalam suatu

proses pendidikan kesehatan yang menuju tercapainya tujuan pendidikan yakni perubahan sikap

dipengaruhi oleh banyak faktor seperti, faktor yang mempengaruhi suatu proses pendidikan

disamping masukannya sendiri juga metode materi atau pesannya, pendidik atau petugas yang

melakukannya, dan alat-alat bantu atau alat peraga pendidikan. Agar dicapai suatu hasil yang
optimal, maka faktor-faktor tersebut harus bekerjasama secara harmonis. Metode pembelajaran

dalam pendidikan kesehatan dapat berupa: Metode Pendidikan Individual, metode pendidikan

kelompok, dan metode pendidikan massa.

B. Konseling Keluarga

1. Pengertian

Sebelum kepada model-model konseling keluarga maka berikut ini akan

dikemukakan defini konseling keluarga.

“Family therapy is an interactive proces which seeks to aid the family in

regaining a homeostatic balance with which all the members are confortable in pursuing

this objective the family therapist operates under certain basic assumptions”. Atau dalam

bahasa Indonesia dapat diartikan bahwa terapi keluarga adalah proses interaktif yang

berusaha membantu keluarga dalam mendapatkan kembali keseimbangan homeostatik

yang dengannya semua anggota merasa nyaman dalam mencapai tujuan ini. Ahli terapi

keluarga beroperasi berdasarkan asumsi dasar tertentu.

Definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa konseling keluarga adalah suatu proses

interaktif untuk membantu keluarga dalam memcapai keseimbangan dimana setiap

anggota keluarga merasakan kebahagiaan. Untuk mencapai hal tersebut ini dikemukakan

asumsi-asumsi dasar yang dapat menunjang pencapaian tujuan.

Konseling keluarga adalah usaha membantu individu anggota keluarga untuk

mengaktualisasikan potensinya atau mengantisipasi masalah yang dialaminya, melalui

sistem kehidupan keluarga, dan mengusahakan agar terjadi perubahan prilaku yang

positif pada diri individu yang akan memberi dampak positif pula terhadap anggota

keluarga lainnya.
2. Teori-teori Konseling

a. Pendekatan Psikoanalisis

Sigmud Freud 1896, sebagai pendiri aliran ini, mengemukakan pandangannya bahwa

struktur kejiwaan manusia sebagian besar terdiri dari alam ketidaksadaran. Alam kesadaran

dapat diumpamakan puncak gunung es yang muncul di tengah laut, sedangkan sebagian

gunung es yang terbenam adalah alam ketidaksadaran manusia. Struktur kepribadian menurut

Freud terdiri dari id ego dan super ego.

b. Terapi Terpusat pada Klien (Client- centered therapy)

Sering juga disebut terapi nondirektif adalah suatu metode perawatan psikis yang

dilakukan dengan cara berdialog antara konselor dan klien, agar tercipta gambaran yang

serasi dengan kenyataan klien yang sebenarnya.

c. Terapi Gestalt

Terapi ini dikembangkan oleh Federick S. Pearl (1894-1970) yang didasari oleh

empat aliran, yakni, psikoanalisis, fenomenologis, dan eksistensialisme serta psikologi

Gestalt. Menurut Parls, individu itu aktif sebagai keseluruhan. Individu bukanlah jumlah dari

bagian-bagin atau organ-organ semata. Individu yang sehat adalah individu yang seimbang

antara ikatan organism dengan lingkungan. Karena itu pertentangan antara keberadaan

sosial dengan biologis merupakan konsep dasar terapi Gestalt.

d. Terapi Behavioral

Terapi behavioral berasal dari dua arah konsep yakni Pavlovian dan Skinnerian.

Mula-mula terapi ini dikembangkan oleh Wolpe (1958) untuk melakukan treatment neurosis.

Kontribusi terbesar dari konseling behavioral atau perilaku adalah diperkenalkannya metode

ilmiah dibidang psikoterapi, yaitu bagaimana memodifikasi perilaku melalui rakayasa

llingkungan sehingga terjadi proses belajar untuk perubahan perilaku.


e. Logotherapy Frankl

Tujuan dari terapi logo adalah agar dalam masalah yang dihadapi klien, dia bisa

menemukan makna dari penderitaan atas kehidupan serta cinta. Dengan penemuan itu, klien

membantu dirinya sehingga bebas dari masalah tersebut. Teknik logo ini masih mengikuti

aliran psikoanalisis tetapi menganut paham eksistensialisme. Teknik konselingnya

menggunakan semua teknik yang sekiranya sesuai dengan kasus yang dihadapi.

f. Terapi Emotif Rasional (Rational emotive therapy/RET)

Teori ini dikembangkan seorang eksistensialis Albert Ellis 1962. Teori memandang

bahwa manusia adalah subjek yang sadar akan dirinya dan sadar akan objek-objek yang

dihadapinya. Manusia adalah makhluk berbuat dan berkembang dan merupakan individu

dalam satu kesatuan yang berarti, manusia bebas, berfikir, bernafsu, dan berkehendak. RET

menolak aliran psikoalanilis dengan mengatakan peristiwa dan pengalaman individu

menyebabkan terjadinya gangguan emosional. Gangguan emosi terjadi karena pikiran-pikiran

seseorang yang bersifat irasoinal terhadap peristiwa dan pengalaman yang dilaluinya.

3. Proses Konseling

Proses konseling keluarga berbeda dengan konseling individual karena ditentukan oleh

berbagai factor seperti jumlah kliennya yang lebih dari seorang. Relasi antar anggota keluarga

amat beragam dan bersifat emosional, dan konselo harus melibatkan diri dalam dinamika

konseling keluarga. Berdasarkan kenyataan, ada lima jenis relasi atau hubungan dalam konseling

keluarga, yaitu:relasi seorang konselor dengan klien, relasi satu klien dengan klien lainnya, relasi

konselor dengan sebagian kelompok, relasi konselor dengan keseluruhan anggota keluarga dan

relasi antar kelompok dengan kelompok lain.

Dalam konseling keluarga, konselor diharapkan mempunyai kemampuan professional

untuk mengantisipasi prilaku keseluruhan anggota keluarga yang terdiri dari berbagai kualitas

emosional dan kepribadiannya. Konselor yang profesional memiliki karakteristik yaitu: ilmu
konseling dan ilmu lain yang berkaitan dengan wawasan ilmiah, keterampilan konseling, dan

kepribadian konselor yang terbuka, menerima apa adanya, dan ceria.

4. Proses dan Tahapan Konseling Keluarga

Proses konseling keluarga berbeda dengan konseling individual karena ditentukan oleh

berbagai factor seperti jumlah kliennya yang lebih dari seorang. Relasi antar anggota keluarga

amat beragam dan bersifat emosional, dan konselo harus melibatkan diri dalam dinamika

konseling keluarga. Berdasarkan kenyataan, ada lima jenis relasi atau hubungan dalam konseling

keluarga, yaitu:relasi seorang konselor dengan klien, relasi satu klien dengan klien lainnya, relasi

konselor dengan sebagian kelompok, relasi konselor dengan keseluruhan anggota keluarga, dan

relasi antar kelompok dengan kelompok lain.

Dalam konseling keluarga, konselor diharapkan mempunyai kemampuan professional

untuk mengantisipasi prilaku keseluruhan anggota keluarga yang terdiri dari berbagai kualitas

emosional dan kepribadiannya. Konselor yang profesional memiliki karakteristik yaitu:ilmu

konseling dan ilmu lain yang berkaitan dengan wawasan ilmiah;keterampilan konseling; dan

kepribadian konselor yang terbuka, menerima apa adanya, dan ceria.

Secara umum proses konseling berjalan menurut tahapan berikut:

a. Pengembangan rapport

Hubungan konseling pada tahap awal seharusnya diupayakan pengembangan rapport

yang merupakan suasana hubungan konseling yang akrab, jujur, saling percaya sehingga

menimbulkan keterbukaan diri klien.

b. Pengembangan apresiasi emosional

Jika semua anggota keluarga yang sedang mengikuti anggota semua terlibat, maka

akan terjadi interaksi yang dinamik diantara mereka, serta memiliki keinginan yang kuat

untuk memecahkan masalah mereka dan mereka mampu saling menghargai perasaan amsing-

masing.
c. Pengembangan alternative modus perilaku

Pada pengembangan alternative ini, yaitu mempraktikan temuan baru dari semua

anggota keluarga yang bisa menjadi alternative perilaku yang baru dalam keluarga.

d. Fase membina hubungan konseling

Fase ini amat penting dalam proses konseling, dan keberhasilan tujuan konseling

secara efektif ditentukan oleh keberhasilan konselor dalam membina hubungan konseling

yang dilakukan dari tahap awal dan tahap berikutnya.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah diatas adalah sebagai berikut :

1. Peranan edukasi kesehatan adalah melakukan intervensi faktor perilaku sehingga perilaku individu,

kelompok atau masyarakat sesuai dengan nilia-nilai kesehatan.

2. Konsep edukasi kesehatan adalah proses belajar pada individu, kelompok stsu msdyarakat dari tidak

tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah-masalah

kesehatannya sendiri menjadi mampu, dan lain sebagainya.

3. Konseling keluarga adalah suatu proses interaktif untuk membantu keluarga dalam memcapai

keseimbangan dimana setiap anggota keluarga merasakan kebahagiaan. Untuk mencapai hal tersebut

ini dikemukakan asumsi-asumsi dasar yang dapat menunjang pencapaian tujuan.

B. Saran

Saran yang dapat kami sampaikan adalah bahwa edukasi kesehatan itu perlu untuk diterapkan

dalam masyarakat Indonesia. Dengan adanya edukasi kesehatan, masyarakat Indonesia dapat bertindak

sesuai dengan ketentuan dalam kesehatan sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit-penyakit yang

membahayakan diri sendiri.


DAFTAR PUSTAKA

Abu bakar M.luddin.(2009).dasar - dasar konseling, Jakarta:Citapustaka media perintis.

D.gunarsa Y.Singgih.(1995).psikologi untuk membimbing. Jakarta:gunung mulia.

Hendri novi.(1998).Psikologi dan konseling keluarga. Medan:Citapustaka.

Lumongga namora.(2011).memahami dasar-dasar konseling. Jakarta:Prenada Media Group.

Mahmud, Alimuddin dan Sunarty, Kustiah. (2006). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling
Keluarga. Makassar: Samudra Alif-MIM.

Sulistyarini dan Mohammad, Jauhar, 2014. Dasar-Dasar Konseling. Jakarta: Prestasi Pustakaraya

S. Wilis, Sofyan. 2009. Konseling Keluarga (Family Counseling).Bandung: Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai