Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

DASAR-DASAR ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN

Dosen Pengampuh :

Dr. Grace Esther Caroline Korompis MHSM,DrPH

Disusun Oleh :

Dewi Sartika Arunde 222021110035

PASCASARJANA

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2022
KATA PENGANTAR
uji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmatnya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Manajemen Pembangunan Kesehatan
Kabupaten Kota” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan oleh dosen Pengampuh : dr.Grace Esther Caroline
Korompis MHSM,DrPH pada program studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Pascasarjana
Univeristas Sam Ratulangi Manado Tahun 2022. Selain itu, tugas ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Administrasi dan Kebijakan Kesehatan bagi para pembaca dan juga
bagi kami mahasiswa.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah memberikan tugas ini
sehinga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni. Penyusun menyadari, tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Manado, 20 September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................1
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
2.1 Administrasi Kesehatan.....................................................................................................................5
2.1.1 Pengertian Administrasi..............................................................................................................5
2.1.2 Tiga Unsur Pokok Administrasi yaitu.........................................................................................6
2.1.3 Fungsi Administrasi....................................................................................................................6
2.1.4 Unsur Pokok Administrasi Kesehatan.........................................................................................8
2.2 Kebijakan Kesehatan.........................................................................................................................9
2.1.2 Pengertian Kebijakan Kesehatan................................................................................................9
2.2.2 karakteristik masalah pokok dari masalah kebijakan menurut Dunn (1988).............................10
2.2.3 Ciri-ciri Perencanaan Kebijakan Kesehatan..............................................................................11
2.2.4 Pengaruh Stakeholder Terhadap Kebijakan Kesehatan.............................................................12
2.2.5 Implementasi Kebijakan Kesehatan..........................................................................................13
2.2.6 Layanan Kesehatan Dalam Kebijakan Kesehatan.....................................................................14
2.3 Ruang Lingkup Administrasi dan Kebijakan Kesehatan..................................................................18
2.4 Peranan Administrasi dan Kebijakan Dalam Pemecahan Masalah Kesehatan.................................21
BAB III......................................................................................................................................................23
PENUTUP.................................................................................................................................................23
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................................23
3.2 Saran................................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu Kesehatan Masyarakat pada hakekatnya menghimpun potensi atau sumber
daya yang ada dalam masyarakat untuk melakukan upaya promotive, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif. Hal ini untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam bidang
pembangunan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat merupakan bagian dari
pelayanan kesehatan yang mengutamakan kegiatan pada upaya peningkatan kesehatan
serta pencegahan penyakit dan lebih terpusat perhatianya diberbagai masalah kesehatan
yang ditemukan di masyarakat secara keseluruhan.
Jika dibandingkan pelayanan medis dan pelayanan kesehatan masyarakat dimana
pelayanan kesehatan masyarakat memang mempunyai ciri tersendiri yaitu : Sarana
kesehatan yang bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat
disebut dengan nama sarana kesehatan masyarakat (Puskesmas) yang berada pada titik
depan dan dibantu oleh Dinas Kesehatan Tingkat II yang ada di Kabupaten serta Dinas
Kesehatan Tingkat II yang ada di Propinsi sebagai rujukan.
Proses berjalananya pemerintahan sangat berpengaruh, berbagai pola kebijakan
pemerintah menjadi sebuah moto utama penggerak pelayanan masyarakat. Berbagai
perubahan mekanisme politik yang mempengaruhi berubahnya pemerintah turut pula
merubah pola pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Sumber pembuatan kebijakan
disektor kesehatan yang mengalami perubahan setiap lima Tahun telah begitu
mempengaruhi proses pelayanan kesehatan di seluruh Indonesia.
Dalam amandemen UUD dan TAP No. VII/MPR/2001 merupakan Visi Indonesia
untuk bertanggung jawab dalam hal kesehatan warga negaranya, menjaga hak asasi
manusia dalam kesehatan dan menjadikannya sebagai jaminan sosial. Kesehatan
merupakan aspek penting dalam kehidupan karena tidak ada kegiatan yang dapat
dilaksanakan secara maksimal yang dapat dilakukan oleh orang sakit. Oleh karena itu
cerminan negara yang sejahtera bisa diukur dalam bentuk HDI ( Human Development
Indeks) atau pembangunan manusia yang mencakup kesehatan, pendidikan, ekonomi.
Jika HDI tinggi maka kesehatan, pendidikan dan ekonomi akan berada pada tingkat yang
tinggi pula.
Diukur dalam kesehatan salah satu adalah usia harapan hidup dimana berbanding
lurus dengan pendidikan dan ekonomi. Dimana jika ekonomi dan pendidikan seseorang
tinggi maka harapan hidupnya pun kan tinggi

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui Administrasi Kesehatan
2. Untuk mengetahui Kebijakan Kesehatan
3. Untuk mengetahui Ruang Lingkup Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
4. Untuk mengetahui Peranan Administrasi dan Kebijakan Dalam Pemecahan
Masalah Kesehatan

1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang dibahas yakni
Untuk mengetahui lebih jauh mengenai Dasar-dasar Administrasi dan Kebijakan
Kesehatan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Administrasi Kesehatan

2.1.1 Pengertian Administrasi


Secara terminologi, kata “administrasi” dalam bahasa Belanda, “administratie”
yang artinya segala kegiatan yang meliputi tulis-menulis, ketik-mengetik, surat-menyurat
atau korespondensi, kearsipan, agenda, dan pekerjaan tata usaha kantor lainnya. Selain itu
kata “administrasi” dalam bahasa Yunani, “Ad ministrare” yang artinya Ad = pada,
ministrare = melayani, berarti memberikan pelayanan.
Administrasi merupakan wadah dan proses yang menentukan kebijakan dimana
organisasi dan manajemen dipakai sebagai sarana untuk menentukan kebijakan umum,
dengan memanfaatkan organisasi dan proses manajemen dalam usahanya untuk mencapai
tujuan. Administrasi dalam dunia kesehatan sangat diperlukan agara dalam pelaksanaan
program kesehatan dapat berjalan dengan efisien dan efektif. Adminitrasi pada dasarnya
merupakam usaha untuk mencapai suatu tujuan (Maidin Alimin, 2004).
Beberapa pengertian administrasi menurut para ahli :
1. The Ling Gie
Administrasi adalah rangkaian perbuatan penyelenggaraan dalam setiap usaha
kerjasama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan.
2. Surtato
Administrasi adalah suatu proses penyelenggaraan dan pengurusan segenap
tindakan /kegiatan dalam setiap usaha kerjasama sekelompok manusia untuk mencapai
tujuan.
3. Sondang P Siagian
Administrasi adalah proses kerjasama antara dua orang atau lebih berdasarkan
rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditentukan.
4. Leonard D. White
Administrasi sebagai suatu proses yang pada umumnya terdapat pada semua kelompok
Negara (swasta, sipil atau militer, usaha besar maupun usaha kecil.
Secara umum administrasi dapat dibedakan dalam arti sempit dan arti luas :
 Administrasi dalam pengertian sempit
Dalam pengertian sempit di sini dimaksudkan ditinjau dari lingkup kerja yang
sempit yaitu hanya berkisar pada kegiatan tata usaha kantor seperti: tulis menulis,
pengetikan surat menyurat (termasuk menggunakan komputer), agenda,
kearsipan, pembukuan dan lain sebagainya.

3
 Administrasi dalam pengertian luas
Dalam pengertian luas administrasi dapat dibedakan dalam 3 (tiga) aspek, yaitu :
- Administrasi sebagai suatu proses
Ditinjau dari aspek proses, administrasi merupakan keseluruhan proses, mulai
dari proses pemikiran, proses perencanaan, proses pengaturan, proses
penggerakan, proses pengawasan sampai pada proses pencapaian tujuan.
Untuk mencapai suatu tujuan orang harus memikirkan terlebih dahulu apa
yang akan dicapai dan bagaimana cara mencapainya serta sarana dan prasana
apa yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut serta kemampuan
seseorang untuk menjalankannya.
- Fungsi atau tugas administrasi
Ditinjau dari fungsi atau tugas administrasi, maka administrasi adalah
keseluruhan tindakan (aktivitas) yang harus dilakukan oleh seseorang yang
berkedudukan sebagai “administrator” (memegang jabatan dalam manajemen
suatu organisasi).
- Kepranataan / institusi adminsitrasi
Ditinjau dari kepranataan (institusi), maka administrasi adalah melihat
kegiatan dalam suatu lembaga yang melakukan aktivitas tertentu, misalnya:
Dinas Kesehatan, Rumah Sakit, Puskesmas, maka ada orang-orang yang
melakukan kegiatan administrasi dalam lembaga itu.
2.1.2 Tiga Unsur Pokok Administrasi yaitu :
1. Menetapkan tujuan yang ingin di capai
2. Memilih jalan yang akan ditempuh atau alat yang akan dipergunakan
3. Mengarahkan manusia atau kelompok manusia untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan tersebut.
2.1.3 Fungsi Administrasi :
 Perencanaan (Planing)
Sebuah proses untuk merumuskan masalah-masalah kesehatan yang berkembang
dimasyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia,
menetapkan tujuan dan program yang paling pokok dan menyusun langkah-
langkah praktis untuk mecapai tujuan yang telah ditetapkan.
Manfaat Perencanaan :
- Mengetahui tujuan yang ingin dicapai organisasi dan cara mencapainya
- Mengetahui struktur dan jenis organisasi yang dibutuhkan
- Mengetahui jenis dan jumlah staf yang diinginkan dan uraian tugasnya
- Mengetahui sejauh mana efektivitas kepemimpinan dan pengarahan yang
diperlukan
- Bentuk dan standar pengawasan yang akan di bahas
Langkah-langkah perencanaan :

4
Untuk bidang kesehatan langkah yang sering digunakan dalam perencanaan
program kesehatan adalah mengikuti prinsip lingkaran pemecahan masalah
problem solving cycle.

ANALISIS
SITUASI ANALISIS
EVALUASI
SITUASI

PENGAWASAN DAN PRIORITAS


PENGENDALIAN MASALAH
PROBLEM
SOLVING CYCLE
PEMANTAUAN TUJUAN

PELAKSANAAN DAN ALTERNATIF


PENGGERAKAN PEMECAHAN
MASALAH

RENCANA PENGAMBILAN
OPERASIONAL KEPUTUSAN

PROBLEM SOLVING CYCLE

 Pengorganisasian (Organizing)
Merupakan proses penyusunan proses organisasi yang sesuai dengan tujuan
organisasi, sumberdaya-sumberdaya yang dimiliki dan lingkungan yang
melingkupinya.
Ruang lingkup pengorganisasian :
- Penentuan sumberdaya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk mecapai
tujuan organisasi
- Perancangan dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja yang
akan membawah hal-hal tersebut kearah tujuan
- Penugasan tanggungjawab tertentu
- Pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu-individu untuk
melaksanakan tugasnya.
Dua aspek utama dalam penyusunan struktur organisasi :
5
- Departementalisasi : pengelompokan kegiatan dalam organisasi
- Pembagian kerja : uraian atau perincian tugas pekerjaan agar setiap individu
dalam organisasi bertanggung jawab untuk melaksanakan sekumpulan
kegiatan yang terbatas.
 Pelaksanaan (Actuating)
Proses implementasi program agar bisa dijalankan oleh seluruh pihak dalam
organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut menjalankan
tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran dan produktivitas yang tinggi.
 Pengendalian (Controling)
Merupakan proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan
yang telah direncanakan, diorganisasikan dan dilaksanakan berjalan sesuai dengan
target yang diharapkan.

2.1.4 Unsur Pokok Administrasi Kesehatan


Dalam batasan administrasi kesehatan ada 5 unsur pokok yang berperan penting dalam
menentukan berhasil atau tidaknya pelaksanaan administrasi kesehatan yaitu :

1. Masukan (input)
Adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan pekerjaan
administrasi. Masukan ini dikenal dapat melaksanakan pekerjaan administrasi
(tools of administration)
2. Proses (process)
Adalah langkah-langkah yang harus mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Proses ini dikenal dengan nama fungsi administrasi (function of administration)
3. Keluaran (output)
Adalah hasil dari suatu pekerjaan administrasi. Untuk administrasi kesehatan,
keluaran tersebut dikenal dengan nama pelayanan kesehatan (health service).
Pelayanan kesehatan secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu pelayanan
kedokteran (medical services) dan pelayanan kesehatan masyarakat (public health
services)
4. Sasaran (Target)
Adalah kepada siapa keluaran yang dihasilkan, yakni upaya kesehatan tersebut
ditunjukan. Untuk administrasi kesehatan sasarannya dibedakan menjadi 4 yaitu
perseorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat. Dapat bersifat langsung dan
bersifat tidak langsung.
5. Dampak (impact)
Adalah akibat yang ditimbulkan oleh keluaran, untuk administrasi kesehatan,
dampak yang diharapkan adalah makin meningkatnya derajat kesehatan.
Peningkatan derajat kesehatan ini hanya dapat dicapai apabila kebutuhan dan
tuntutan perseorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat terhadap kesehatan,
pelayanan kedokteran serta lingkungan yang sehat dapat terpenuhi. Kebutuhan

6
dan tuntutan ini adalah sesuatu yang ada pada pihak pemakai jasa pelayanan
kesehatan (health consumer).
Hubungan Unsur-unsur Administrasi Kesehatan

MASUKAN PROSES KELUARAN

DAMPAK SASARAN

Manfaat administrasi kesehatan :

- Dapat dikelolah sumber, tatacara dan kesanggupan secara efektif dan efisien
- Dapat dipenuhi kebutuhan dan tuntutan secara tepat dan sesuai
- Dapat disediakan dan diselenggarakan upaya kesehatan sebaik-baiknya.

Ruang lingkup administrasi Kesehatan :

- Kegiatan administrasi
Melaksanakan segala fungsi administrasi (Perencanaan, Pengorganisasi,
Pelaksanaan dan Penilaian)
- Objek dan subjek administrasi
Objek dan subjek dalam administrasi kesehatan adalah ( Health System)

2.2 Kebijakan Kesehatan

2.1.2 Pengertian Kebijakan Kesehatan


Kata dasar “kebijakan” adalah “bijak” yang berarti selalu menggunakan akal budi,
pandai, mahir, cerdik, cakap; sehingga “kebijakan” diartikan sebagai kepandaian,
kemahiran, ataupun kecerdikan.
Kebijakan merupakan suatu konsensus atau kesepakatan para pengambil
keputusan dengan tujuan untuk menanggulangi suatu masalah atau untuk pencapaian
suatu tujuan tertentu dengan nilai-nilai tertentu dan merupakan pedoman utama untuk
bertindak. Hal ini sejalan dengan pengertian kebijakan menurut Perserikatan
BangsaBangsa (PBB) yang menegaskan bahwa kebijakan adalah pedoman untuk
bertindak. Sebagai pedoman untuk bertindak suatu kebijakan boleh jadi merupakan suatu
hal yang amat sederhana atau kompleks, bersifat umum atau khusus, luas atau sempit,
luas atau terperinci, bersifat kualitatif atau kuantitatif.

7
Menurut Walt (1994) dalam Ayuningtyas (2014), pengertian kebijakan kesehatan
melingkupi berbagai upaya dan tindakan pengambilan keputusan yang meliputi aspek
teknis medis dan pelayanan kesehatan, serta keterlibatan pelaku/aktor baik pada skala
individu maupun organisasi atau institusi dari pemerintah, swasta, LSM dan representasi
masyarakat lainnya yang membawa dampak pada kesehatan. Kebijakan kesehatan
dianggap penting karena sektor kesehatan merupakan bagian dari ekonomi.
Kebijakan publik bersifat multidisipliner termasuk dalam bidang kesehatan
sehingga kebijakan kesehatan merupakan bagian dari kebijakan publik. Dari penjelasan
tersebut maka diuraikanlah tentang pengertian kebijakan kesehatan yaitu konsep dan
garis besar rencana suatu pemerintah untuk mengatur atau mengawasi pelaksanaan
pembangunan kesehatan dalam rangka mencapai derajat kesehatan yang optimal pada
seluruh rakyatnya (AKK USU, 2010).
Kebijakan kesehatan merupakan pedoman yang menjadi acuan bagi semua
pelaku pembangunan kesehatan, baik pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan dengan memperhatikan kerangka
desentralisasi dan otonomi daerah (Depkes RI, 2009).
Oleh karena itu, dalam pembuatan kebijakan kesehatan tersebut dapat mengikuti
beberapa prinsip substansial yang mendukung agar kebijakan memiliki dasar dalam
melaksanakannya.

2.2.2 karakteristik masalah pokok dari masalah kebijakan menurut Dunn (1988)
a. Interdepensi (saling tergantung), yaitu kebijakan suatu bidang (energi) sering kali
memengaruhi masalah kebijakan lainnya (pelayanan kesehatan). Kondisi ini
menunjukkan adanya sistem masalah. Sistem masalah ini membutuhkan
pendekatan Holistik, satu masalah dengan yang lain tidak dapat dipisahkan dan
diukur sendirian.
b. Subjektif yaitu kondisi eksternal yang menimbulkan masalah diindentifikasi,
diklasifikasi dan dievaluasi secara selektif. Contoh: Populasi udara secara objektif
dapat diukur (data). Data ini menimbulkan penafsiran yang beragam (gangguan
kesehatan, lingkungan, iklim). Muncul situasi problematis, bukan problem itu
sendiri
c. Artifisial, yaitu pada saat diperlukan perubahan situasi problematis, sehingga
dapat menimbulkan masalah kebijakan.
d. Dinamis, yaitu masalah dan pemecahannya berada pada suasana perubahan yang
terus-menerus. Pemecahan masalah justru dapat memunculkan masalah baru,
yang membutuhkan pemecahan masalah lanjutan.
e. Tidak terduga, yaitu masalah yang muncul di luar jangkauan kebijakan dan sistem
masalah kebijakan.
Menurut pendapat Dunn bahwa kebijakan dibuat atas dasar ketergantungan (interdepensi)
antara kebijakan yang satu dengan kepentingan atau kebijakan lainnya. Dalam hal
subjektif, dipengaruhi oleh kondisi sebelum dan sesudahnya, sehingga mendorong untuk
membuat kebijakan baru. Sedangkan artifisial, memberikan pemahaman bahwa suatu
situasi atau keadaan yang di mana situasi tersebut membutuhkan kebijakan yang

8
berdasarkan apa yang terjadi, sehingga pandangan ini memberikan dua versi yaitu
kebijakan mendukung situasi atau mengarah pada hal antisipasi, sehingga tidak terjadi hal-
hal yang bisa berakibat fatal terhadap publik dari situasi tersebut.

2.2.3 Ciri-ciri Perencanaan Kebijakan Kesehatan


a. Bagian dari sistem administrasi suatu perencanaan yang baik adalah yang berhasil
menempatkan pekerjaan perencanaan sebagai bagian dari sistem administrasi secara
keseluruhan. Sesungguhnya, perencanaan pada dasarnya merupakan salah satu dari
fungsi administrasi yang amat penting. Pekerjaan administrasi yang tidak didukung
oleh perencanaan, bukan merupakan pekerjaan administrasi yang baik.
b. Dilaksanakan secara terus-menerus dan berkesinambungan suatu perencanaan
yang baik adalah yang dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan.
Perencanaan yang dilakukan hanya sekali bukanlah perencanaan yang dianjurkan.
Ada hubungan yang berkelanjutan antara perencanaan dengan berbagai fungsi
administrasi lain yang dikenal. Disebutkan perencanaan penting untuk pelaksanaan,
yang apabila hasilnya telah dinilai, dilanjutkan lagi dengan perencanaan. Demikian
seterusnya sehingga terbentuk suatu spiral yang tidak mengenal titik akhir.
c. Berorientasi pada masa depan Suatu perencanaan yang baik adalah yang
berorientasi pada masa depan. Artinya, hasil dari pekerjaan perencanaan tersebut,
apabila dapat dilaksanakan, akan mendatangkan berbagai kebaikan tidak hanya pada
saat ini, tetapi juga pada masa yang akan datang.
d. Mampu menyelesaikan masalah Suatu perencanaan yang baik adalah yang mampu
menyelesaikan berbagai masalah dan ataupun tantangan yang dihadapi. Penyelesaian
masalah dan ataupun tantangan yang dimaksudkan di sini tentu harus disesuaikan
dengan kemampuan. Dalam arti penyelesaian masalah dan ataupun tantangan
tersebut dilakukan secara bertahap, yang harus tercermin pada tahapan perencanaan
yang akan dilakukan.
e. Mempunyai tujuan Suatu perencanaan yang baik adalah yang mempunyai tujuan
yang dicantumkan secara jelas. Tujuan yang dimaksudkandi sini biasanya dibedakan
atas dua macam, yakni tujuan umum yang berisikan uraian secara garis besar, serta
tujuan khusus yang berisikan uraian lebih spesifik
f. Bersifat mampu kelola Suatu perencanaan yang baik adalah yang bersifat mampu
kelola, dalam arti bersifat wajar, logis, objektif, jelas, runtun, fleksibel serta telah
disesuaikan dengan sumber daya. Perencanaan yang disusun tidak logis serta tidak
runtun, apalagi yang tidak sesuai dengan sumber daya bukanlah perencanaan yang
baik.

9
2.2.4 Pengaruh Stakeholder Terhadap Kebijakan Kesehatan
Suatu analisis kebijakan kesehatan yang baik dan paripurna, tidak terlepas dari
keterlibatan Stakeholder dalam merumuskan dari setiap kebijakan-kebijakan yang berlaku
di tengah publik. Sebab dalam hal ini, stakeholderadalah selain mereka pihak yang
menggantungkan hidupnya terhadap kebijakan bahkan kebijakan itu dibuat untuk mereka.
Dengan sebuah pertimbangan bahwa tanpa ada stakeholdermaka kebijakan tersebut tidak
memberi arti apa-apa dalam ruang apa pun.
Stakeholder dalam berbagai kebijakan selain sebagai pihak yang berkepentingan juga
sebagai sosial kontrol terhadap setiap kebijakan tersebut yang berorientasi untuk
kepentingan publik. Dari pernyataan di atas maka dapat dinyatakan bebepara peran
stakeholder yang dapat memengaruhi analisis kebijakan kesehatan, yaitu sebagai berikut :
 Pengawasan.
Stakeholder dalam sebuah kebijakan dapat saja memosisikan sebagai pihak yang
melakukan suatu pengawasan dari berbagai aspek analisis kebijakan kesehatan.
Suatu peran pengawasan ini sangat memengaruhi perumusan-perumusan dalam
menganalisis kebijakan-kebijakan yang relevan. Apabila peran pengawasan ini
lemah maka bukan tidak mungkin suatu kebijakan akan tidak relevan. Berbagai
kebijakan publik selama ini pengawasannya secara formal hanya dilakukan
lembaga legislatif dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat. Namun,
stakeholder hanya dijadikan sebatas pihak yang berkepentingan tapi tidak diberi
peluang sebagai pengawas.
 Komunikator kebijakan. Berbagai kebijakan yang berlaku di publik dalam
mensosialisasikannya kepada masyarakat tidak terlepas dari peran
stakeholderKomunikasi yang dilakukan stakeholder ini dapat dilakukan dengan
berbagai metode walau pendekatan yang dilakukan tidak formal, seperti misalnya
diskusi namun dibalik itu memengaruhi perilaku publik akan sebuah kebijakan
kesehatan.
 Mediator kebijakan. Suatu kebijakan tidaklah selamanya akan terimplementasi
dengan baik dan paripurna dalam masyarakat. Bahkan banyak kebijakan
mendapat pertentangan dari setiap pihak yang pro dan kontra, yang demikian
membutuhkan peran dan pengaruh stakeholder
apakah dalam bentuk membangun image suatu kebijakan atau sebagai
perpanjangan tangan dari masyarakat untuk menyampaikan kepada aktor
kebijakan untuk dapat mengubah atau merevisi dari studi analisis-analisis yang
tidak relevan dengan publik.
 Motivator. Dalam menggolkan suatu kebijakan untuk diterima khalayak peran
stakeholder dalam memotivasi sangat kental. Hal ini disebabkan oleh beberapa
hal di antaranya, masyarakat dalam jumlah besar memiliki perbedaan perilaku
akan suatu pemahaman terhadap kebijakan.
Berbagai pengaruh stakeholder yang disebutkan di atas sangat berperan dalam
membangun analisis-analisis kebijakan yang akan diterapkan kepada publik.
Peran di atas dilakukan berdasarkan suatu pemahaman bahwa setiap publik
memiliki perbedaan perilaku.

10
2.2.5 Implementasi Kebijakan Kesehatan
Implementasi kebijakan kesehatan mempunyai arti adalah di mana semua proses
kebijakan kesehatan tersebut diberlakukan dalam berbagai konteks. Implementasi
kebijakan kesehatan tersebut sesuai dengan kebijakannya sendiri, apakah berlaku secara
nasional atau hanya diberlakukan dalam wilayah tertentu, yaitu sebagaimana disebutkan di
atas bahwa kebijakan berlaku berdasarkan kondisi atau kebutuhan masyarakat atau suatu
wilayah.
Dalam konteks implementasi kebijakan kesehatan tersebut, semua aktor yang terlibat
dalam pembuatan kebijakan sebelumnya mereka semua akan termasuk penerima pelayanan
kebijakan kesehatan, selain terkadang aktor terlibat dalam implementasi. Proses
implementasi kebijakan kesehatan haruslah didukung dan diawasi bersama, sehingga
implementasi akan berjalan efektif dan efisien.
Mazmanian dan sabatie dalam Leo Agustino (2008:139) mendefinisikan implementasi
kebijakan adalah sebagai: pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam
bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-
keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan
tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan
atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur
proses implementasinya.
Untuk menganalisis bagaimana proses implementasi kebijakan itu berlangsung maka
dapat dilihat dari berbagai model implementasi kebijakan.
Secara garis besar Parsons membagi model implementasi kebijakan menjadi empat,
yaitu: sebagai berikut.
1) The Analysis of failure (model analisis kegagalan)
2) Model rasional (top-down) untuk mengidentifikasi faktor-faktor mana yang
membuat implementasi sukses.
3) Model pendekatan (bottom-up) kritikan terhadap model pendekatan top-down
dalam kaitannya dengan pentingnya faktor-faktor terhadap sistem lain dan
interaksi organisasi.
4) Teori-teori hasil sintesis (hybrid theories).
Model yang digunakan sebagai dasar tema penelitian ini ialah turunan model
implementasi top-down yang disebut Direct and Indirect Impact on Implementation yaitu
model teori yang dikembangkan oleh George C. Edwards III (1980).
Menurut pandangan Edwards III dalam Subarsono (2011: 90), implementasi kebijakan
dipengaruhi oleh empat variabel yang saling berhubungan satu sama lain, diantaranya:
1) komunikasi
2) sumber daya
3) disposisi
4) struktur birokrasi.
Dalam praktiknya implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang kompleks
dan rumit. Untuk dapat melukiskan kerumitan dalam proses implementasi kebijakan
tersebut dapat dilihat dari definisi implementasi kebijakan yang berbeda sebagaimana
diungkapkan Bardach dalam Agustino (2006: 54) mengemukakan bahwa implementasi
kebijakan, sebagai: adalah cukup untuk membuat sebuah program dan kebijakan umum

11
yang kelihatannya bagus di atas kertas. Lebih sulit lagi merumuskannya dalam kata-kata
dan slogan-slogan yang kedengarannya mengenakan bagi telinga para pemimpin dan
para pemilih yang mendengarkannya. Dan lebih sulit lagi untuk melaksanakanya
dalam bentuk yang memuaskan orang”.

Kerangka lain mengatakan pendapat bahwa implementasi adalah tindakan yang


dilakukan baik oleh kelompok pemerintah maupun swasta agar tujuan yang telah
digariskan dapat tercapai sebagaimana diungkapkan oleh Metter dan Horn (1975) dalam
Agustino (2006: 139): “Implementasi kebijakan ialah tindakan-tindakan yang dilakukan
baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah
atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam
keputusan kebijakan”.

Menurut Nugroho (2003: 158), implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara
agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya (tidak lebih dan tidak kurang).
Selanjutnya Nugroho (2003: 158) mengemukakan bahwa perencanaan atau sebuah
kebijakan yang baik akan berperan menentukan hasil yang baik. Konsep (yang didukung
data dan informasi masa depan) kontribusinya mencapai proporsi sekitar 60% terhadap
keberhasilan kebijakan tersebut dan proporsi sekitar 40% terhadap implementasi yang
harus konsisten dengan konsep.

Berdasarkan paparan di atas, walau implementasi kebijakan kesehatan dianggap


sedikit rumit, tapi apabila tahap-tahap perumusan kebijakan sebelumnya dapat dilakukan
dengan baik, maka akan memberi pengaruh yang maksimal pula terhadap implementasi
kebijakan.

2.2.6 Layanan Kesehatan Dalam Kebijakan Kesehatan


Keberadaan lembaga kesehatan adalah sebagai wujud dalam memberikan implementasi
terhadap kebijakan kesehatan. Adapun lembaga-lembaga penyelenggara dari kebijakan
kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Rumah Sakit
Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian integral dari
suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna
(komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratifdan pencegahan penyakit (preventif)
kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan
dan pusat penelitian medik. Berdasarkan Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit, yang dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Menurut Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, fungsi rumah sakit
adalah sebagai berikut :
 Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan
standar pelayanan rumah sakit.

12
 Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan
yang paripurna ringkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis
 Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
 Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta pengaplikasian teknologi
dalam bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
2. Puskesmas
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi kesehatan fungsional
yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran
serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Menurut Depkes
RI (2004) puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja
(Effendi, 2009).
Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan yang menyeluruh
yang meliputi
- pelayanan kuratif(pengobatan),
- preventif(pencegahan),
- promotif(peningkatan kesehatan)
- rehabilitatif(pemulihan kesehatan).
Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk dengan tidak membedakan jenis
kelamin dan golongan umur, sejak dari pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia
(Effendi, 2009).
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang yang bertempat tinggal di
wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
(Trihono, 2005).
Puskesmas memiliki wilayah kerja yang meliputi satu kecamatan atau sebagian
dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografi dan keadaan
infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja
puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka puskesmas perlu
ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut
puskesmas pembantu dan puskesmas keliling. Khusus untuk kota besar dengan jumlah
penduduk satu juta jiwa atau lebih, wilayah kerja puskesmas dapat meliputi satu
kelurahan. Puskesmas di ibukota kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau
lebih, merupakan puskesmas Pembina yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi
puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi (Effendi, 2009).
Menurut Trihono (2005) ada tiga fungsi puskesmas yaitu: pusat penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan yang berarti puskesmas selalu berupaya
menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk
oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta
mendukung pembangunan kesehatan. Di samping itu, puskesmas aktif memantau dan
melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di
wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan

13
puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit
tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
3. Klinik
Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan dan menyediakan
pelayanan medis dasar dan/atau spesialistik, diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis
tenaga kesehatan dan dipimpin oleh seorang tenaga medis (Permenkes RI No. 9, 2014) .
Jenis dari klinik ada dua, yaitu klinik pratama dan klinik utama, diuraiakan sebagai
berikut.
- Klinik Pratama
Klinik pratama merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik
dasar yang dilayani oleh dokter umum dan dipimpin oleh seorang dokter
umum. Berdasarkan perizinannya klinik ini dapat dimiliki oleh badan usaha
ataupun perorangan.
- Klinik Utama
Klinik utama merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik
spesialistik atau pelayanan medik dasar dan spesialistik. Spesialistik berarti
mengkhususkan pelayanan pada satu bidang tertentu berdasarkan disiplin
ilmu, golongan umur, organ atau jenis penyakit tertentu. Klinik ini dipimpin
seorang dokter spesialis ataupun dokter gigi spesialis.
4. Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat
dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan
dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. UKBM adalah
wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat,
dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan bimbingan dari petugas
Puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya (Kemenkes RI, 2011).
Menurut Kemenkes (2011) manfaat penyelenggaraan posyandu yaitu :
- Untuk mendukung perbaikan perilaku
- Mendukung perilaku hidup bersih dan sehat
- Mencegah penyakit yang berbasis lingkungan dan penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi
- Mendukung pelayanan Keluarga Berencana
- mendukung pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam
penganekaragaman pangan melalui pemanfaatan pekarangan.
Menurut Kemenkes (2011), jenjang Posyandu dibagi menjadi empat tingkatan
berdasarkan tingkat perkembangan Posyandu sebagai berikut.
- Posyandu pratama
Posyandu Pratama adalah Posyandu yang belum mantap, yang ditandai oleh
kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana secara rutin serta jumlah kader
sangat terbatas yakni kurang dari lima orang.
- Posyandu Madya
Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan
lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang

14
atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya masih rendah, yaitu
kurang dari 50%
- Posyandu Purnama
Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan
lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang
atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu
menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber
pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya
masih terbatas yakni kurang dari 50% KK di wilayah kerja Posyandu.
- Posyandu Mandiri
Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan
lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang
atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu
menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber
pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya
lebih dari 50% KK yang bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu.
Lembaga-lembaga pelayanan kesehatan tersebut di atas berada di setiap
wilayah provinsi yang tugasnya adalah memberi pelayanan kesehatan
berdasarkan amanah konstitusi UUD 1945 yang dijabarkan ke setiap peraturan
di bawahnya sebagaimana Gambar 7.1 hierarki di atas.

15
2.3 Ruang Lingkup Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Ruang lingkup administrasi dan kebijakan kesehatan mencakup bidang yang amat luas
yang jika di sederhanakan dapat dibagi menjadi dua macam yaitu :

a. Kegiatan administrasi
Melaksanakan semua fungsi administrasi dimana kegiatan utama yang dilakukan
pada administrasi itu sendiri mulai dari fungsi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan sampai dengan fungsi pengawasan.
b. Objek dan Subjek administrasi
Objek dan subjek adminitrasi kesehatan adalah sistem kesehatan yang berarti
dapat menyelenggarakan administrasi kesehatan .

Ruang lingkup administrasi kebijakan kesehatan secara umum :

1. Kebijakan Kesehatan (health policy)


Kebijakan kesehatan membahas tentang penggarisan kebijakan pengambilan
keputusan, kepemimpinan, public relation, penggerakan peran serta masyarakat
dalam pengelolaan program-program kesehatan.
2. Hukum Kesehatan (health law)
Hukum kesehatan membahas tentang peraturan atau perundangan dibidang
kesehatan meliputi undang-undang kesehatan, hospital by law, informed consent.
3. Ekonomi Kesehatan (health economic )
Ekonomi kesehatan membahas tentang konsep pembiayaan kesehatan, asuransi
kesehatan, analisis biaya.
4. Manajemen tenaga kesehatan (health man power)
Manajemen tenaga kesehatan membahas tentang perencanaan kebutuhan tenaga
kesehatan, motivasi tenaga kesehatan, kinerja tenaga kesehatan.
5. Administrasi Rumah Sakit (Hospital administrasi)
Administrasi rumah sakit membahas tentang organisasi dan manajemen rumah
sakit, manajemen SDM rumah sakit, manajemen keuangan rumah sakit,
manajemen logistic.
berbagai kebijakan kesehatan semua aktor dan pembuat kebijakan kesehatan harus mampu
mengarahkan setiap kebijakan kesehatan. Adapun kebijakan-kebijakan kesehatan di
Indonesia memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

- Isu strategis
1. Pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu belum optimal.
2. Sistem perencanaan dan penganggaran departemen kesehatan belum optimal.
3. Standar dan pedoman pelaksanaan pembangunan kesehatan masih kurang memadai.
4. Dukungan departemen kesehatan untuk melaksanakan pembangunan kesehatan masih
terbatas.
- Strategi kesehatan di Indonesia

16
1. Mewujudkan komitmen pembangunan kesehatan
2. Meningkatkan pertanggungjawaban dan pertanggugatan
3. Membina sistem kesehatan dan sistem hukum di bidang kesehatan.
4. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan.
5. Melaksanakan jejaring pembangunan kesehatan.

- Kebijakan program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat


1.Pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi Komunikasi, Informasi dan
Edukasi (KIE).
2.Pengembangan upaya kesehatan bersumber masyarakat dan generasi muda.
3.Peningkatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat.

- Kebijakan program lingkungan sehat


1. Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar.
2.Pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan.
3.Pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan
4. Pengembangan wilayah sehat.

- Kebijakan program upaya kesehatan dan pelayanan kesehatan


1. Pelayanan kesehatan penduduk miskin di puskesmas dan jaringannya.
2. Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas dan jaringannya.
3. Pengadaaan peralatan dan perbekalan kesehatan termasuk obat genetik esensial.
4. Peningkatan pelayanan kesehatan dasar yang mencakup sekurang-kurangnya promosi
kesehatan, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana.
5. Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan.

- Kebijakan program upaya kesehatan perorangan


1. Pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin kelas III RS.
2. Pembangunan sarana dan prasarana RS di daerah tertinggal secara selektif.
3. Perbaikan sarana dan prasarana rumah sakit.
4. Pengadaan obat dan perbekalan RS.
5. Peningkatan pelayanan kesehatan rujukan.
6. Pengembangan pelayanan kedokteran keluarga
7. Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan.

- Kebijakan program pencegahan dan pemberantasan penyakit


1. Pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
2. Peningkatan imunisasi.
3. Penemuan dan tata laksana penderita
4. Peningkatan surveilans epidemiologi.

17
5. Peningkatan KIE pencegahan dan pemberantasan penyakit.

-Kebijakan program perbaikan gizi masyarakat


1. Peningkatan pendidikan gizi.
2. Penanggulangan KEP, anemia gizi besi, GAKI, kurang vitamin A, kekurangan zat gizi
mikro lainnya.
3. Penanggulangan gizi lebih.
4.Peningkatan surveilans gizi.
- Kebijakan program sumberdaya kesehatan
1. Peningkatan mutu penggunaan obat dan perbekalan kesehatan.
2. Peningkatan keterjangkauan harga obat dan perbekalan kesehatan terutama untuk
penduduk miskin.
3. Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit.
-Kebijakan program dan manajemen pembangunan kesehatan
1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan.
2. Pengembangan sistem perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan pengendalian,
pengawasan dan penyempurnaan administrasi keuangan, serta hukum kesehatan.
3. Pengembangan sistem informasi kesehatan.
4. Pengembangan sistem kesehatan daerah.
5. Peningkatan jaminan pembiayaan kesehatan.
- Kebijakan program penelitian dan pengembangan kesehatan.
1. Penelitian dan pengembangan.
2. Pengembangan tenaga, sarana dan prasarana penelitian.
3.Penyebarluasan dan pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan kesehatan.

18
2.4 Peranan Administrasi dan Kebijakan Dalam Pemecahan Masalah Kesehatan
Masalah masyarakat di Indonesia umumnya disebabkan karena rendahnya tingkat sosial
ekonomi, yang mengakibatkan ketidak mampuan dan ketidak tahuan dalam berbagai hal,
khususnya dalam memelihara diri mereka sendiri (self-care). Bila keadaan ini dibiarkan akan
menyebabkan masalah yang meningkat terhadap individu, keluarga, maupun masyarakat.
Dampak dari permasalahan ini adalah menurunnya kesejahteraan dan kesehatan keluarga
serta masyarakat secara keseluruhan. Keadaan ini akan sangat berpengaruh terhadap
produktivitas keluarga dan masyarakat untuk menghasilkan sesuatu dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, yang selanjutnya membuat kondisi sosial ekonomi keluarga dan
masyarakat semakin rendah, demikian seterusnya berputar sebagai suatu siklus yang tidak
berujung.

Dalam UU No 36 Tahun 2009 disebutkan bahwa Kesehatan adalah keadaan sehat, baik
secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis. Agar keadaan tersebut tercapai, ada beberapa faktor
yang mempengaruhinya. Blum (1981) menyebutkan bahwa ada 4 (empat) faktor yang
mempengaruhi derajat kesehatan, yaitu faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan,
dan faktor genetika, sebagaimana digambarkan berikut ini:

GENETIK

LINGKUNGAN : SEHAT FISIK, PELAYANAN KESEHATAN :


MENTAL DAN
Sosial, Ekonomi, Budaya,
SOSIAL Kualitas dan Kuantitas
Pendidikan dan Pekerjaan

PERILAKU KESEHATAN

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan (HL .Blum, 1981)

19
Suatu kebijakan kesehatan semestinya memperhatikan faktor-faktor tersebut sehingga
derajat kesehatan yang optimal sebagai dampak yang diharapkan dari kebijakan tersebut
dapat dicapai. Secara umum penerapan administrasi kesehatan memberi manfaat, yaitu:

1) Pengelolaan sumber daya organisasi pelayanan kesehatan yang terbatas dapat


dilakukan dengan baik, sehingga diperoleh ukuran yang efisiensi dan efektif.
- Efisiensi secara sederhana dapat dirumuskan: sumber daya yang terbatas
digunakan seminimal mungkin, dengan tingkat pemanfaatan yang maksimal.
- Efektif adalah memaksimalkan tujuan dengan pencapaian yang juga
dimaksimalkan.
2) Pemenuhan kebutuhan dan tuntutan kesehatan secara tepat dan sesuai.
Terselenggaranya pelayanan kesehatan dengan baik.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Administrasi kebijakan kesehatan adalah penerapan administrasi manajemen
umum dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat dengan melalui suatu proses atau
struktur dalam upaya menghasilkan sesuatu atau mencapai tujuan tertentu terutama dalam
bidang kesehatan.

Dalam mencapai tujuan pelayanan, maka manajemen tersebut mempunyai fungsi-


fungsi. Dari berbagai pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa fungsi administrasi itu
pada garisnya terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia,
pengkoordinasian dan penyusunan anggaran.

3.2 Saran
Penulis mengharapkan agar pembaca dapat mengetahui dan memanfaatkan makalah ini
untuk menambah wawasan mengenai Dasar-dasar Administrasi Kebijakan Kesehatan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Blum, Henrik L. Planning for Health: Generics for the Eighties. Human Sciences Press,
1981.
Departemen Kesehatan RI. 2009. “Sistem Kesehatan Nasional”. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI

Handayaningrat, Soewarno. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen. PT.


Toko Gunung Agung. Jakarta, 1996.

Iman, Arief Tarmansyah, and Suryani, Dewi Lena. Manajemen Mutu Informasi
Kesehatan I : Quality Assurance. Jakarta: Pusat Pendidikan Sumber Daya
Manusia Kesehatan. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber
Daya Manusia Kesehatan. Kementerian Kesehatan, 2017.

Lestari, Titik. Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
Nuha Medika, 2015.

Mamik. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan dan Kebidanan. Zifatama Jawara, 2017

Maryono. Istilah-Istilah Dalam Kebijakan Dan Manajemen Kesehatan. Penerbit Qiara


Media, 2018.

Notoatmodjo, Soekidjo. “Ilmu Kesehatan Masyarakat”. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Prayitno S. Dasar-dasar Administrasi Kesehatan Masyarakat. Airlangga University Press,


Surabaya. 2005.

S, Murwani, Herlambang. Cara Mudah Memahami Manajemen Kesehatan Dan Rumah


Sakit. Yogyakarta: Gosyen Publishing, 2012.

Sriyanti, Cut. Mutu Layanan Kebidanan & Kebijakan Kesehatan. Jakarta: Pusat
Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Kementerian Kesehatan,
2016

22

Anda mungkin juga menyukai