OLEH KELOMPOK 7
NURDIYANTI R. SALI
LISNAWATI LASALE
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, Yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya
kepadah kita semua sehingga saya bisa menyelesaikan makalah ini guna memenuhi salah satu
tugas kelompok untuk mata kuliah Keperawatan Jiwa 1,dengan judul “RESIKO BUNUH DIRI”.
sholawat serta salam selalu tercurahkan kepadah nabi Muhammad SAW, beserta keluarga-nya,
sahabat-nya dan kita selaku umatnya hingga akhir zaman.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan keterbatasan
baik dari segi penulisan maupun isi di dalamnya. Untuk itu kami sangat mengharapkan saran
ataupun kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak terutama dari Dosen Pengampuh
mata kuliah yang bersangkutan,demi pembelajaran untuk pembuatan makalah-makalah
selanjutnya agar lebih baik.
Akhir kata kami ucapkan banyak terima kasih. Semoga ALLAH SWT meridhoi segala
usaha kita,dan kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua Aamiin.
Kelompok 7
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................1
DAFTAR ISI.................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................5
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................7
3.2 Saran...........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................32
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut WHO Global Health Estimates, angka kematian akibat bunuh diri di Indonesia
tahun 2016 sebesar 3,4 /100.000 penduduk, laki laki (4,8/100.000 penduduk) lebih tinggi
dibandingkan perempuan 92,0/100.000 penduduk. Secara umum, angka kejadian semakin
pada kelompok umur yang lebih tua, kecuali kelompok umur 20-29 tahun sebesar 5,1 per
100.000 penduduk yang lebih tinggi dibandingkan pada kelompok umur 30-39, 40-49, dan
50-59 tahun. WHO meramalkan pada 2020 angka bunuh diri di Indonesia secara global
menjadi 2,4 per 100.000 jiwa dan diperkirakan jumlah kematian akibat bunuh diri di
Indonesia sekitar 1,800 kasus per tahun.
Cara bunuh diri terbanyak adalah dengan gantung diri sebesar 60,9%, dan sebesar 23,2%
kematian akibat bunuh diri terjadi pada orang dengan penyakit jiwa dan 5,8% pada orang
dengan penyakit kronis.
Berdasarkan Global School- Based Student Health Survey ( GSHS) yang diselenggarakan
oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia di dapatkan data keinginan untuk bunuh diri
pada masa SLTP dan SLTA sebesar 4,3% pada laki- laki dan 5,9% pada perempuan.
Di kabupaten gorontalo utara data dari dinas kesehatan kabupaten gorontalo utara bidang
pemberantasan penyakit pada seksi penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa yaitu terdapat
dua kasus pada tahun 2020.
Atas dasar itulah penulis berkeinginan untuk mengangkat materi tentang rentang respon
resiko bunuh diri.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah pengertian bunuh diri?
1.2.2 Bagaimana etiologi bunuh diri?
1.2.3 Apa saja jenis-jenis perilaku bunuh diri?
1.2.4 Bagaimana rentang respon resiko bunuh diri?
1.2.5 Apa saja tanda dan gejala resiko bunuh diri?
1.2.6 Bagaimana sumber dan mekanisme koping perilaku bunuh diri?
1.2.7 Bagaimana penatalaksanaan medis dan keperawatan bunuh diri?
1.2.8 Bagaimana manifestasi klinis klien resiko bunuh diri?
PEMBAHASAN
Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan
individu secara sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati. Perilaku-
perilaku bunuh diri dapat berupa isyarat-isyarat,percobaan atau ancaman verba yang
mengakibatkan kematian,luka atau menyakiti diri sendiri. Bunuh diri dalam Bahasa Inggris
adalah Suicide,dalam budaya Jepang dikenal dengan istilah Harakiri. Alasan motif bunuh diri
bermacam-macam namun biasanya didasari oleh rasa bersalah karena merasa gagal untuk
mencapai suatu harapan.
Stuart (2007) mengemukakan bahwa bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak
dicegah dapat mengarah pada kematian. Isaacs (2004),menyatakan bahwa bunuh diri adalah
pikiran untuk menghilangkan nyawa sendiri. Sedangkan menurut Kaplan (1997), bunuh diri
adalah ide,isyarat dan usaha bunuh diri yang sering menyertai depresi dan sering terjadi pada
remaja.
Terdapat beberapa istilah dalam bunuh diri seperti, 1.) Suicide idea yaitu pikiran/ide
untuk menghabisi nyawanya sendiri. 2.) tentaman suicide yaitu upaya untuk mrnghabisi nyawa
sendiri tetapi tidak mengakibatkan kematian. 3.) Suicidal Behavioral yaitu perilaku yang
membahayakan diri sendiri,contoh mutilasi diri. 4.) Mascedsuice yaitu bunuh diri tidak
langsung/terselubung.
Menurut Beck (1994) dalam Keliat (1991 hal 3) mengemukakan rentang harapan – putus
harapan merupakan rentang adaptif – maladaptif.
Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan
kebudayaan yang secara umum berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang
dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma-norma
sosial dan budaya setempat.
Perilaku destruktif diri yaitu setiap aktivitas yang jika tidak di cegah dapat mengarah
kepada kematian. Rentang respon protektif diri mempunyai peningkatan diri sebagai respon
paling adaptif, sementara perilaku destruktif diri, pencederaan diri, dan bunuh diri merupakan
respon maladaptif (Wiscarz dan Sundeen, 1998).
Rentang sehat sakit juga dapat dipakai untuk menggambarkan respons adaptif
sampai respon maladaptif pada bunuh diri.
Menghargai diri Berani ambil resiko Merusak diri sendiri Bunuh diri
dalam mengembangkan diri secara tidak langsung
Gambar 2. Rentang menghargai-merusak diri (Stuart dan Sundeen, 1987)
1. Rentang adaptif : Harapan, Yakin, Percaya, Inspirasi, Tetap hati, Respon
2. maladaptif antara lain :
a. Ketidakberdayaan, keputusasaan, apatis.
Individu yang tidak berhasil memecahkan masalah akan meninggalkan masalah,
karena merasa tidak mampu mengembangkan koping yang bermanfaat sudah
tidak berguna lagi, tidak mampu mengembangkan koping yang baru serta yakin
tidak ada yang membantu.
b. Kehilangan, ragu-ragu
Individu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi dan tidak realistis akan merasa
gagal dan kecewa jika cita-citanya tidak tercapai. Misalnya : kehilangan pekerjaan
dan kesehatan, perceraian, perpisahan individu akan merasa gagal dan kecewa,
rendah diri yang semua dapat berakhir dengan bunuh diri.
c. Depresi
Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang ditandai dengan
kesedihan dan rendah diri. Biasanya bunuh diri terjadi pada saat individu ke luar
dari keadaan depresi berat.
d. Bunuh diri
Adalah tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk mengkahiri
kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir individu untuk memecahkan
masalah yang dihadapi.
b. Faktor presipitasi Stuart (2006) menjelaskan bahwa pencetus dapat berupa kejadian
yang memalukan, seperti masalah interpersonal, dipermalukan di depan
umum,kehilangan pekerjaan, atau ancaman pengurungan. Selain itu, mengetahui
seseorang yang mencoba atau melakukan bunuh diri atau terpengaruh media untuk
bunuh diri, juga membuat individu semakin rentan untukmelakukan perilaku bunuh
diri. Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah perasaan
terisolasi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan
yang berarti, kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres, perasaan
marah/bermusuhan dan bunuh diri sebagai hukuman pada diri sendiri, serta cara utuk
mengakhiri keputusasaan.
c. Perilaku Koping
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat
melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih untuk
melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh diri berhubungan dengan banyak faktor,
baik faktor social maupun budaya. Struktur social dan kehidupan bersosial dapat
menolong atau bahkan mendorong klien melakukan perilaku bunuh diri. Isolasi social
dapat menyebabkan kesepian dan meningkatkan keinginan seseorang untuk melakukan
bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam kegiatan masyarakat lebih mampu menoleransi
stress dan menurunkan angka bunuh diri. Aktif dalam kegiatan keagamaan juga dapat
mencegah seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
Yaitu semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang
dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah.
3. Bunuh diri
Ditunjukkan dengan perilaku secara tidak langsung ingin bunuh diri.Dalam kondisi
ini klien mungkin sudah mempunyai ide untuk mengakhiri hidupnya tetapi tidak
disertai dengan ancaman bunuh diri.Klien umunya mengungkapkan rasa bersalah,
bersedih, marah, putus asa, klien juga mengungkapkan hal-hal negative tentang
dirinya yang menggambarkan harga diri rendah.
Klien secara aktif telah memiliki rencana bunuh diri, tetapi tidak diserta dengan
rencana bunuh diri.Klien memerlukan pengawasan yang ketat karena dapat setiap
saat memanfaatkan kesempatan yang ada untuk melaksanakan rencana bunuh diri.
3. Percobaan bunuh diri
Adalah tindakan klien mencederai atau melukai diri untuk mengakhiri kehidupannya.
Pada kondisi ini, klien aktif mencoba bunuh diri dengan berbagai cara.
Self enhancement Growth promoting Indirect self- Self injury. Suicide risk taking
destruktive behaviour . Pada umumnya tindakan bunuh diri merupakan cara ekspresi orang
yang penuh stress Perilaku bunuh diri berkembang dalam beberapa rentang diantaranya :
Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan
kebudayaan yang secara umum berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon
yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh
norma-norma sosial dan budaya setempat. Respon maladaptif antara lain :
a. Ketidakberdayaan, keputusasaan,apatis.: Individu yang tidak berhasil memecahkan
masalah akan meninggalkan masalah, karena merasa tidak mampu mengembangkan
koping yang bermanfaat sudah tidak berguna lagi, tidak mampu mengembangkan
koping yang baru serta yakin tidak ada yang membantu.
b. Kehilangan, ragu-ragu :Individu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi dan tidak
realistis akan merasa gagal dan kecewa jika cita-citanya tidak tercapai. Misalnya :
kehilangan pekerjaan dan kesehatan, perceraian, perpisahan individu akan merasa
gagal dan kecewa, rendah diri yang semua dapat berakhir dengan bunuh diri.
c. Depresi : Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang ditandai dengan
kesedihan dan rendah diri. Biasanya bunuh diri terjadi pada saat individu ke luar dari
keadaan depresi berat.
d. Bunuh diri Adalah tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk
e. Mengkahiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir individu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi
Rentang
Respons, YoseP, Iyus (2009
a. Peningkatan diri.
Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara wajar terhadap
situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh seseorang
mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai loyalitas terhadap
pimpinan ditempat kerjanya.
b. Beresiko destruktif.
Seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko mengalami perilaku destruktif atau
menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya dapat mempertahankan diri,
seperti seseorang merasa patah semangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal
terhadap pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal.
c. Destruktif diri tidak langsung.
Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat (maladaptif) terhadap situasi yang
membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri. Misalnya, karena pandangan
pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka seorang karyawan menjadi tidak
masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak optimal.
d. Pencederaan diri.
Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri akibat hilangnya
harapan terhadap situasi yang ada.
e. Bunuh diri.
Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya hilang.
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) terdapat sumber dan mekanisme koping pada
perilaku bunuh diri yaitu:
1. Sumber Koping
Pasien dengan penyakit kronik, nyeri, atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat
melakukan perilaku destruktif-diri. Sering kali orang ini secara sadar memilih untuk
bunuh diri. Kulaitas hidup menjadi isu yang mengesampingkan kuantitas hidup. Dilema
etik mungkin timbul bagi perawat yang menyadari pilihan pasien untuk berperilaku
merusak diri. Tidak ada jawaban yang mudah mengenai bagaimana mengatasi konflik
ini. Perawat harus melakukannya sesuai dengan sistem keyakinannya sendiri.
2. Mekanisme Koping
Mekanisme pertahanan ego yang berhubungan dengan perilaku destruktif-diri tak
langsung adalah :
a. Denial, mekanisme koping yang paling menonjol
b. Rasionalisme
c. Intelektualisasi
d. Regresi
Mekanisme pertahanan diri tidak seharusnya ditantang tanpa memberikan cara
koping alternatif. Mekanisme pertahanan ini mungkin berada diantara individu
dan bunuh diri.
Perilaku bunuh diri menunjukkan mendesaknya kegagalan mekanisme koping.
Ancaman bunuh diri mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan
pertolongan agar dapat mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan
kegagalan koping dan mekanisme adaptif
Perilaku bunuh diri menunjukkan terjadinya kegagalan mekanisme koping. Ancaman
bunuh diri menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar untuk
mengatasi masalah. Resiko yang mungkin terjadi pada klien yang mengalami krisis
bunuh diri adalah mencederai diri dengan tujuan mengakhiri hidup. Perilaku yang
muncul meliputi isyarat, percobaan atau ancaman verbal untuk melakukan tindakan
yang mengakibatkan kematian perlukaan atau nyeri pada diri sendiri.
1. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan Klien Dengan Perilaku Bunuh Diri Menurut Stuart dan Sundeen
(1997, dalam Keliat, 2009:13) mengidentifikasi intervensi utama pada klien untuk perilaku
bunuh diri yaitu :
1) Melindungi Merupakan intervensi yang paling penting untuk mencegah klien melukai
dirinya. Intervensi yang dapat dilakukan adalah tempatkan klien di tempat yang aman,
bukan diisolasi dan perlu dilakukan pengawasan, temani klien terus-menerus sampai klien
dapat dipindahkan ke tempat yang aman dan jauhkan klien dari semua benda yang
berbahaya.
2) Meningkatkan harga diri Klien yang ingin bunuh diri mempunyai harga diri yang rendah. Bantu klien
mengekspresikan perasaan positif dan negatif. Berikan pujian pada hal yang positif.
3) Menguatkan koping yang konstruktif/sehat Perawat perlu mengkaji koping yang sering
dipakai klien. Berikan pujian penguatan untuk koping yang konstruktif. Untuk koping yang
destruktif perlu dimodifikasi atau dipelajari koping baru.
4) Menggali perasaan Perawat membantu klien mengenal perasaananya. Bersama mencari
faktor predisposisi dan presipitasi yang mempengaruhi prilaku klien.
5) Menggerakkan dukungan sosial Untuk itu perawat mempunyai peran menggerakkan
sistem sosial klien, yaitu keluarga, teman terdekat, atau lembaga pelayanan di masyarakat
agar dapat mengontrol prilaku klien
Tindakan keperawatan
a. Tindakan keperawatan untuk pasien
1) Tujuan :
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya
b) Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
c) Klien dapat mengekspresikan perasaannya
d) Klien dapat meningkatkan harga diri
e) Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
2) Tindakan keperawatan
a) Membina Hubungan Saling percaya kepada pasien
1. Perkenalkan diri dengan klien
2. Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
3. Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
4. Bersifat hangat dan bersahabat.
5. Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.
b) Melindungi pasien dari perilaku bunuh diri
1. Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau,
2. silet, gunting, tali, kaca, dan lain lain).
3. Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh
4. perawat.
5. Awasi klien secara ketat setiap saat.
c) Membantu pasien untuk mengekspresikan perasaannya
1. Dengarkan keluhan yang dirasakan.
2. Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan,
3. ketakutan dan keputusasaan.
4. Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana
5. harapannya.
6. Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan,
7. kematian, dan lain lain.
d) Membantu pasien untuk meningkatkan harga dirinya
1. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya
2. Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.
3. Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan
4. antar sesama, keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).
e) Membantu pasien untuk menggunakan koping individu yang adaptif
1. Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang menyenangkan
setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku favorit, menulis surat dll.)
2. Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan pentingnya
terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang kegagalan dalam
kesehatan.
3. Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang mempunyai suatu
masalah dan atau penyakit yang sama dan telah mempunyai pengalaman positif
dalam mengatasi masalah tersebut dengan koping yang efektif
Selain itu tanda dan gejala lainnya yaitu kehilangan harapan amarah dan dendam
yang tidak terkontrol mengucilkan diri dari keluarga, teman, panic berlebihan sifat
berubah-ubah dengan drastic penggunaan alkohol dan narkoba yang kronis melakukan
hal atau aktivitas yang beresiko tinggi dan tidak masuk akal secara spontan merasa
terjebak dan pasrah, tidak memiliki tujuan hidupnya khayal bunuh diri depresi/cemas dan
kelelahan tersedia alat bunuh diri ketidakpedulian anggota keluarga dan gagasan bunuh
diri membuat surat wasiat, kasus depresi krisis hidup riwayat bunuh diri dalam keluarga
pesimisme/keputusan yang pervasif.
Psikopatologi
Orang yang siap membunuh diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan
tindak kekerasan, mempunyai rencana spesifik dan mempunyai niat untuk melakukannya.
Perilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi 3 kategori. (1) Ancaman bunuh diri.
Peningkatan verbal/nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh
diri. Ancaman menunjukkan ambivalensi seseorang tentang kematian kurangnya respon
positif dapat ditafsirkan seseorang sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh
diri, (2) Upaya bunuh diri. Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh
individu yang dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah. (3) Bunuh diri mungkin
terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau terabaikan. Orang yang melakukan
percobaan bunuh diri dan yang tidak langsung ingin mati, mungkin mati jika tanda-tanda
tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.
Perbedaan antara percobaan bunuh diri dan bunuh diri
Lebih umum terjadi pada pria muda Lebih umum terjadi pada pria (lebih
yang tidak menikah banyak pada bujangan, bercerai atau
duda)
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri
kehidupan dan Pada umumnya merupakan cara ekspresi orang yang penuh stress dan
berkembang dalam beberapa rentang. Banyak penyebab/alasan seseorang melakukan bunuh diri
diantaranya kegagalan beradaptasi,perasaan marah dan terisolasi, dan lainnya. Bunuh diri
biasanya didahului oleh isyarat bunuh diri,ancaman bunuh diri serta percobaan bunuh diri.
Pengkajian orang yang bunuh diri juga mencakup apakah orang tersebut tidak membuat rencana
yang spesifik dan apakah tersedia alat untuk melakukan rencana bunuh diri tersebut
4.2 Saran
Dengan adanya pembuatan makalah ini diharapkan rekan-rekan dapat mengerti dan dapat
memahami mengenai rentang resiko bunuh diri. Dan hendaknya perawat memiliki
pengetahuan yang cukup tentang ciri-ciri klien yang ingin mengakhiri hidupnya sehingga
dapat mengantisipasi terjadinya perilaku bunuh diri pasien.
DAFTAR PUSTAKA