Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada umumnya, setiap orang pernah mengalami perasaan tertekan atau mengalami
ketegangan yang dalam bahasa populernya dikenal dengan istilah stress. Stress adalah
ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional,
dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik
manusia tersebut. Persaingan yang banyak, tuntutan, dan tantangan dalam dunia
modern ini, menjadi tekanan dan beban stres (ketegangan) bagi semua orang. Tekanan
stress yang terlampau besar hingga melampaui daya tahan individu, maka akan timbul
gejala-gejala seperti sakit kepala, gampang marah, dan tidak bisa tidur.
Acevedo dan Ekkekakis (2006) menyatakan bahwa stress dapat ditimbulkan
oleh karakteristik bawaan yang merupakan predisposisi keturunan dan keterbatasan
pikologis individu. Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti kondisi
dan situasi tempat tinggal serta pengalaman masa lalu individu. Dengan banyaknya
problematika yang muncul, menyebabkan tidak sedikit masyarakat yang pada
akhirnya memiliki tingkat frustasi, depresi dan stres yang tinggi hingga menimbulkan
masalah kesehatan jiwa.
Penderita stres sekarang ini semakin banyak, Menurut Badan Kesehatan Dunia
(WHO), jumlah penderita gangguan jiwa di dunia pada 2001 adalah 450 juta jiwa.
Dengan mengacu data tersebut, kini jumlah itu diperkirakan sudah meningkat.
Diperkirakan dari sekitar 220 juta penduduk Indonesia, ada sekitar 50 juta atau 22
persennya, mengidap gangguan kejiwaan (Hawari, 2009). Data menurut Kementerian
Kesehatan tahun 2011 didapatkan bahwa dari populasi orang dewasa di Indonesia
yang mencapai 150 juta jiwa, sekitar 11,6 persen atau 17,4 juta jiwa mengalami
gangguan mental emosional atau gangguan kesehatan jiwa berupa gangguan
kecemasan dan depresi. Dari data Riskesdas Departemen Kesehatan tahun 2013
menyebutkan, terdapat 1 juta jiwa pasien gangguan jiwa berat dan 19 juta pasien
gangguan jiwa ringan di Indonesia.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi stres yang dialami, salah
satunya yaitu dengan hipnoterapi. Hipnoterapi merupakan salah satu terapi
komplementer yang terbukti dan sangat efektif untuk mengatasi stres. Ada beberapa
metode selain hipnoterapi yang digunakan untuk mengatasi stres namun kurang
efektif dan butuh waktu yang lama untuk bisa merasakan perubahan yang signifikan.
Kurang efektif karena metode yang lain tidak menyentuh akar permasalahan dan
hanya bermain di level pikiran sadar. Padahal sumber stres pada seseorang itu
tersimpan di pikiran bawah sadar (Zain, 2011). Dengan latar belakang tersebut maka
kelompok ingin mengetahui lebih dalam tentang hipnoterapi sebagai salah satu terapi
komplementer untuk mengatasi stres serta mekanisme kerjanya untuk menurunkan
tingkat stress pada seseorang.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Hipnoterapi?
2. Apa saja tujuan Hipnoterapi?
3. Bagaimana mekanisme kerja dari Hipnoterapi?
4. Apa saja tahapan proses Hipnoterapi?
5. Apa saja indikasi Hipnoterapi?
6. Apa saja kontraindikasi Hipnoterapi?
7. Bagaimana konsep stres serta manajamen stres?
8. Bagaimana penerapan hipnoterapi untuk mengatasi stress berdasarkan literatur
(picot framework) ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui konsep hipnoterapi sebagai terapi komplementer untuk menurunkan
tingkat stress.
2. Tujuan Khusus:
a. Mengetahui definisi hipnoterapi
b. Mengetahui tujuan dan manfaat hipnoterapi
c. Mengetahui mekanisme dan tahapan proses hipnoterapi
d. Mengetahui penerapan hipnoterapi dalam bidang keperawatan
D. Manfaat
1. Manfaat bagi mahasiswa
Sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan tentang konsep
hipnoterapi sebagai terapi komplementer dan penerapannya di bidang
keperawatan.
2. Manfaat bagi tenaga kesehatan
Sebagai wawasan ilmu bagi tenaga kesehatan serta sebagai tambahan referensi
sehingga dapat diterapkan di bidang kesehatan khususnya di keperawatan sebagai
salah satu terapi komplementer.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Hipnoterapi merupakan salah satu jenis terapi komplementer/non konvensional yang
digunakan sebagai pelengkap terapi konvensional/ terapi medis. Hipnoterapi adalah
suatu rangkaian proses yang digunakan seorang hipnoterapis untuk menyelesaikan
masalah klien dengan ilmu hipnosis. Hipnoterapi dapat diartikan sebagai suatu
metode dimana pasien dibimbing untuk melakukan relaksasi, dimana setelah kondisi
relaksasi dalam ini tercapai maka secara alamiah gerbang pikiran bawah sadar
sesesorang akan terbuka lebar, sehingga yang bersangkutan cenderung lebih mudah
untuk menerima sugesti penyembuhan yang diberikan.
Hipnoterapi adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari
manfaat sugesti untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan dan perilaku. Hipnoterapi
dapat juga dikatakan sebagai suatu teknik terapi pikiran menggunakan hipnotis.
Hipnotis bisa diartikan sebagai ilmu untuk memberi sugesti atau perintah kepada
pikiran bawah sadar. Orang yang ahli dalam menggunakan hipnotis untuk terapi
disebut “hypnotherapist”.
B. Sejarah
Pada dasarnya, perjalanan panjang kaidah keilmuan hipnosis mengalami kemajuan
atas dasar kemungkinan-kemungkinan pemanfaatannya untuk kegiatan penyembuhan.
Menurut sejarah, kegiatan hipnosis telah dikenal sejak tahun 2980 SM berdasarkan
catatan kuno di Mesir yang menuliskan adanya praktik penyembuhan dengan “terapi
tidur” di kul-kuil Mesir yang dilakukan oleh seorang penyembuh yang bernama
imhotep. Awal perkembangan hipnosis modern yang dipertimbangkan kaidah-
kaidahnya oleh Franz Anton Mesmer (173-1815) dalam kegiatan magnetisme pada
abad ke-18 pun menitikberatkan pemanfaatannya untuk penyembuhan manusia.
Namun, hingga pada masa tersebut masih terdapat kerancuan akan pemanfaatan
kondisis “tidur” seperti ini sehubungan dengan praktik-praktik penyembuhan, seperti
apa saja yang mampu dilakukan dalam kondisi ini.
Setelah magnetisme yang diperkenalkan oleh Mehmer, beberapa ahli
memanfaatkan kondisis tidur “untuk” untuk kegiatan anesthesia (penghilanagn rasa
nyeri atau sakit) dan penanganan gangguan saraf, salah satunya dilakukan oleh John
Elliotson (1791-1868), seorang doketr berkebangsaan Inggris dan James Esdaile
(1808-1859), dokter asal Skotlandia. Hingga atas jasa Jean Martin Charcot (1825-
1893), neurolohg asal Prancis, hipnotisme mulai diterima di kalangan profesional
medis.
Saat itu, upaya Charcot dalam mengkaji lebih lanjut tentang fenomena hipnosis masih
bersandarkan pada keterkaitannya terhadap neurologis dan fisiolohis. Karena itulah
banyak ahli medis yang menganggap kondisi timbul sebagai kegiatan histeria yang
terjadi karena gangguan fisik atau somatis. Pemahaman ini tidak lama kemudian
dikoreksi oleh Pierre Janet (1859-1947) dan Sigmund Freud (1856-1939) sebagai
kajian psikologis yang tidak berkaitan dengan fisiologis.
James Braid adalah orang pertama yang mencoba menjelaskan fenomena
mesmerisme dari sudut pandang ilmu psikologi. Ia adalah seorang ahli bedah dan
seorang penulis yang produktif dan andal. Ia juga sangat dihormati oleh British
Medical Associatian. Pada tahun 1841, ia melakukan pemeriksaan medis pertama
terhadap seorang subjek yang berada dalam kondisi trance mesmerisme. Setelah
pemeriksaan pertama, ia memulai eksperimen pribadi dan melibatkan rekan kerja
yang ia percaya. Dari hasil penelitian yang ia lakukan, akhirnya hipnoterapi dapat
dijelaskan dalam kerangka ilmiah dan diterima sebagai suatu teknik pengobatan oleh
dunia kedokteran Inggris. Dengan demikian, Braid dipandang sebagai “Bapak
hipnoterapi”.
Di abad 20 Milton H. Erickson (1901-1980), mengembangkan hipnosis untuk
dunia terapi. Dimana Eriskson memanfaatkan hipnosis ini untuk digunakan dalam
menterapi seseorang yang memiliki masalah psikis. Banyak korban psikis pasca
perang dunia ke II yang berhasil diselamatkan oleh Erickson. Metode yang digunakan
oleh Erickson inilah yang kemudian sering disebut dengan Ericksonian
Hypnotherapy. Metode Erickson inilah yang menandai era Hipnoterapi modern.
Di tahun 1973, dari Santa Cruz, dua orang ilmuwan bernama Richard Bandler
dan Professor John Grinder, mengembangkan sebuah ilmu komunikasi yang
diturunkan dari Hipnosis. Ilmu ini selanjutnya dikenal sebagai Neuro Linguistic
Programming yang biasa dikenal dengan NLP. Dengan NLP, ternyata Bandler dan
Grinder tidak saja memperbesar keampuhan hipnoterapi dalam keadaan tidur semata
bahkan mengikuti jejak gurunya Erickson, NLP mampu mempercepat pemulihan
trauma dalam keadaan sadar dan dalam tempo yang sangat singkat.
Selama perang dunia II, hipnosis menjadi alternatif pengobatan bagi para
korban perang yang meliputi mengurangi rasa sakit, mengobati gangguan kecemasan
(neurosis), dan pengalaman yang traumati yang mengganggu. Dari kegiatan inilah
hipnosis menjadi sebuah alternatif penanganan gangguan psikis yang cukup populer.
Hingga kahirnya, setelah perang dunia II, hipnosis untuk kegiatan terapi diakui secara
berturut-turut oleh lembaga medis dan psikologi di negara Inggris dan Amerika
serikat. Pada tahu 1955 diakui penggunaannya oleh British Medical Association
(AMA), dan 1960 oleh American Psyichological Association (APA).
C. Hipnoterapi Modern
Hipnoterapi di masa lalu indentik dengan kondisi tidur, terbaring, atau tidak bergerak.
Pada masa kini, hipnotis lebih ditekankan pada kondisi relaksasi yang dalam, baik
secara fisik maupun mental. Saat ini dikenal beberapa keadaan hipnotis seperti
moving meditation, hypnoidal state, serta automatic writing, dimana pasien
melakukan aktivitas bawah sadar dalam bentuk gerakan atau tindakan yang
dikendalikan oleh niat. Psikolog pada Pusat hipnoterpi Kedokteran RSPAD Gatot
Subroto (pusat hipnotis kedokteran pertama di Indonesia), Dra. Psi Adjeng Lasmini
mengatakan, pada hipnoterapi, pasien diajak untuk relaks secara fisik dan mental
dengan memusatkan perhatian melalui sarana fiksasi berupa suara, tatapan, dan
sentuhan secara berulang dan monoton. Ini membuat pasien merasa semakin santai.
Dalam kondisi hipnoterapi lanjutnya, sugesti positif yang ditanamkan disusun dalam
kalimat yang sederhana. Karena pada kondisi ini kemampuan seseorang untuk
merangkum kalimat demi kalimat mengalami penurunan.
D. Hipnoterapi sebagai Terapi Komplementer dan Alternatif
Hipnoterapi adalah salah satu bentuk terapi komplementer, yaitu terapi yang
digunakan untuk melengkapi terapi atau tindakan medis, dan bukan untuk
menggantikan terapi atau tindakan medis yang sudah ada. Terapi komplementer
bersifat holistik dan bertujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Hipnoterapi
merupakan salah satu jenis Terapi Komplementer Mind Body Intervention dimana
terapi ini merupakan pendayagunaan kapasitas pikiran untuk mengoptimalkan fungsi
tubuh. Fokus terapi ini adalah menciptakan keseimbangan antara pikiran, emosi, dan
pernapasan. Hipnoterapi menggunakan sugesti atau pengaruh kata - kata yang
disampaikan dengan teknik - teknik tertentu. Satu-satunya kekuatan dalam hipnoterapi
adalah komunikasi. Setiap perawat sudah cukup akrab dengan namanya komunikasi
karena pekerjaannya adalah langsung berinteraksi dengan orang banyak, termasuk
klien dan keluarga. Oleh karena itu tak akan banyak makan waktu jika dibutuhkan
latihan, sebab hampir setiap hari kita berkomunikasi dengan orang asing. Perawat
mampu menghipnotis pasien jika dia memahami bahasa yang perawat gunakan.

E. Proses Hipnoterapi
1. Tiga bagian pikiran manusia.
Pikiran manusia terdiri dari tiga bagian, yaitu:
a. Pikiran tidak sadar adalah pikiran yang mengoperasikan tubuh secara
otomatis. Misalnya detak jantung, reproduksi sel, penyembuhan luka,
sirkulasi darah dan sistem otomatis lainnya dikerjakan oleh pikiran tidak
sadar. Pikiran tidak sadar selalu aktif, meskipun tertidur pulas.
b. Pikiran bawah sadar yang merupakan bagian pikiran yang sangat dominan
dan sering kali mengendalikan diri. Pikiran bawah sadar memuat
kebiasaan, dorongan perasaan, keyakinan, persepsi, dan memori permanen.
Menurut seorang tokoh psikologi, Sigmund Freud, tindakan manusia
sebagian besar berdasarkan program-program yang tertanam di pikiran
bawah sadarnya, bukan berdasarkan logikanya. Pikiran bawah sadar adalah
tempat penyimpanan semua memori dan program-program pikiran.
Program apapun yang ada di pikiran bawah sadar, akan selalu menjadi
dasar bagi tindakan.
c. Pikiran sadar adalah bagian pikiran yang selalu bersifat logis dan rasional.
Dengan berpikir logis dan rasional, manusia bisa menciptakan kehendak
atau keinginan untuk berubah. Namun ternyata kehendak saja tidak cukup
untuk mewujudkan perubahan yang permanen, karena kehendak pikiran
sadar selalu kalah apabila bertentangan dengan program yang tertanam di
pikiran bawah sadar. Contoh: seorang perokok, secara rasional dan logis,
hampir semua perokok tahu bahwa rokok adalah kegiatan yang merugikan
diri sendiri. Para perokok sebenarnya juga punya kehendak untuk berhenti
merokok. Namun kehendak itu tidak pernah menang melawan kebiasaan
merokok yang sudah menahun. Kebiasaan merokok merupakan sebuah
program yang tertanam di pikiran bawah sadar. Inilah bukti nyata bahwa
program yang tertanam di pikiran bawah sadar selalu lebih kuat efeknya
daripada kehendak pikiran sadar. Tujuan dari hipnoterapi adalah
menghapus atau menanamkan program di pikiran bawah sadar supaya
perubahan yang dialami berlangsung dari dalam diri sendiri.
2. Empat Wilayah Brainwave (Aktivitas Pikiran Manusia)
Untuk memahami Hypnosis atau Hypnotherapy secara mudah dan benar,
sebelumnya kita harus memahami bahwa aktivitas pikiran manusia secara
sederhana dikelompokkan dalam 4 wilayah yang dikenal dengan istilah
Brainwave, yaitu: Beta, Alpha, Theta, dan Delta:
a. Beta adalah kondisi pikiran pada saat sesorang sangat aktif dan waspada.
Kondisi ini adalah kondisi umum ketika seseorang tengah beraktivitas
normal. Frekwensi pikiran pada kondisi ini sekitar 14 – 24 Cps (diukur
dengan perangkat EEG).
b. Alpha adalah kondisi ketika seseorang tengah fokus pada suatu hal
(belajar, mengerjakan suatu kegiatan teknis, menonton televisi), atau pada
saat seseorang dalam kondisi relaksasi. Frekwensi pikiran pada kondisi ini
sekitar 7 – 14 Cps.
c. Theta adalah kondisi relaksasi yang sangat ekstrim, sehingga seakan-akan
yang bersangkutan merasa “tertidur”, kondisi ini seperti halnya pada saat
seseorang melakukan meditasi yang sangat dalam. Theta juga gelombang
pikiran ketika seseorang tertidur dengan bermimpi, atau kondisi REM
(Rapid Eye Movement). Frekwensi pikiran pada kondisi ini sekitar 3.5 – 7
Cps.
d. Delta adalah kondisi tidur normal (tanpa mimpi). Frekwensi pikiran pada
kondisi ini sekitar 0.5 – 3.5 Cps.
Kondisi Hypnosis sangat mirip dengan kondisi gelombang pikiran Alpha dan
Theta. Yang sangat menarik, bahwa kondisi Beta, Alpha, dan Theta, merupakan
kondisi umum yang berlangsung secara bergantian dalam diri kita. Suatu saat kita
di kondisi Beta, kemudian sekian detik kita berpindah ke Alpha, sekian detik
berpindah ke Theta, dan kembali lagi ke Beta, dan seterusnya.
Pada saat setiap orang menuju proses tidur alami, maka yang terjadi adalah
gelombang pikiran ini secara perlahan-lahan akan menurun mulai dari Beta,
Alpha, Theta, kemudian Delta dimana kita benar-benar mulai tertidur.
Perpindahan wilayah ini tidak berlangsung dengan cepat, sehingga sebetulnya
walaupun seakan-akan seseorang sudah tampak tertidur, mungkin saja ia masih
berada di wilayah Theta. Pada wilayah Theta seseorang akan merasa tertidur,
suara-suara luar tidak dapat didengarkan dengan baik, tetapi justru suara-suara ini
didengar dengan sangat baik oleh pikiran bawah sadarnya, dan cenderung
menjadi nilai yang permanen, karena tidak disadari oleh “pikiran sadar” yang
bersangkutan.

F. Syarat-Syarat Melakukan Hipnoterapi


1. Pasien sebagai subjek.
Orang yang dihipnotis sebenarnya tidak dalam keadaan tidur sesungguhnya.
Walaupun menggunakan perintah berupa kata 'tidur', kata itu tidak membuat
pasien tidur sesungguhnya. Pasien tetap dalam keadaan sadar, serta mampu
mengobservasi perilakunya selama dalam keadaan hipnotis. Ia menyadari segala
sesuatu yang
diperintahkan serta dapat menolak sesuatu yang bertentangan dengan keinginan
atau norma-norma umum. Selain itu, sebelum proses ini dilakukan, telah ada
kesepakatan antara pasien dengan penghipnotis untuk melakukan hipnoterapi.
Melakukan hipnoterapi terhadap pasien sama halnya dengan melakukan terapi
lainnya. Pasien harus tahu persis mengapa diperlukan bantuan hipnotis dalam
terapinya, serta keunggulan apa yang didapatkan dibandingkan model terapi
lainnya. Proses hipnoterapi juga harus dilakukan dengan jelas, terbuka, dan tanpa
paksaan. Sebelum melakukan hipnotis, pasien harus terlebih dahulu menjalani
pemeriksaan fisik, dan bila perlu disusul dengan menjalani pemeriksaan
laboratorium (darah, urine, dll).
2. Terapis sebagai fasilitator
Terapis sebagai fasilitator dan pasien sebagai subjek perlu menjalani kerjasama
yang baik sebelum proses hipnotis dimulai. Pemahaman pasien akan maksud dan
tujuan hipnoterapi merupakan kunci efektifitas terapi. Karena itu diperlukan
informasi yang jelas dan pemahaman yang sama. Hal ini bertujuan agar persepsi
yang terbentuk dalam tingkat sadar sejalan dengan persepsi bawah sadar.
Secara konvensional, hypnotherapy dapat diterapkan kepada mereka yang
memenuhi persyaratan dasar, yaitu:
1. Bersedia dengan sukarela.
2. Memiliki kemampuan untuk focus.
3. Memahami komunikasi verbal.
3. Tahapan Hipnoterapi
Pada saat proses hipnoterapi berlangsung, klien hanya diam. Duduk atau
berbaring, yang sibuk justru terapisnya, yang bertindak sebagai fasilitator. Akan
tetapi, pada proses selanjutnya, klienlah yang menghipnosis dirinya sendiri
(Otohipnotis), berikut proses sebuah tahapan hipnoterapi:
a. Pre - Induction (Interview)
Pada tahap awal ini hipnoterapis dan klien untuk pertama kalinya
bertemu.Setelah klien mengisi formulir mengenai data dirinya,
hipnoterapis membuka percakapan untuk membangun kepercayaan klien,
menghilangkan rasa takut terhadap hipnotis/ hipnoterapi dan menjelaskan
mengenai hipnoterapi dan menjawab semua pertanyaan klien. Sebelumnya
hipnoterapis harus dapat mengenali aspek - aspek psikologis dari klien,
antara lain hal yang diminati dan tidak diminati, apa yang diketahui klien
terhadap hipnotis, dan seterusnya. Pre - Induction merupakan tahapan yang
sangat penting. Seringkali kegagalan proses hipnoterapi diawali dari
proses Pre - Induction yang tidak tepat.
b. Suggestibility Test
Maksud dari uji sugestibilitas adalah untuk menentukan apakah klien
masuk ke dalam orang yang mudah menerima sugesti atau tidak. Selain
itu, uji sugestibilitas juga berfungsi sebagai pemanasan dan juga untuk
menghilangkan rasa takut terhadap proses hipnoterapi. Uji sugestibilitas
juga membantu hipnoterapis untuk menentukan teknik induksi yang
terbaik bagi sang klien.
c. Induction
Induksi adalah cara yang digunakan oleh seorang hipnoterapis untuk
membawa pikiran klien berpindah dari pikiran sadar (conscious) ke pikiran
bawah sadar (sub conscious), dengan menembus apa yang dikenal dengan
Critical Area. Saat tubuh rileks, pikiran juga menjadi rileks. Maka
frekuensi gelombang otak dari klien akan turun dari Beta, Alfa, kemudian
Theta. Semakin turun gelombang otak, klien akan semakin rileks, sehingga
berada dalam kondisi trance. Inilah yang dinamakan dengan kondisi ter-
hipnotis. Hipnoterapis akan mengetahui kedalaman trance klien dengan
melakukan Depth Level Test (tingkat kedalaman trance klien).
d. Deepening (Pendalaman Trance)
Jika dianggap perlu, hipnoterapis akan membawa klien ke trance yang
lebih dalam. Proses ini dinamakan deepening. Deepening ini meliputi tiga
level, yaitu:
1) Hypnoidal : hipnosis ringan dengan gerakan mengedip-ngedipkan
mata.
2) Cataleptic: hipnosis yang sedikit lebih dalam dengan gerakan mata
bergerak dari samping ke samping (side to side eyes movements).
3) Somnambulistic: hipnotis dengan status yang dalam, selama status
hipnotis ini, gerakan mata berputar ke depan dan ke belakang; hasil
hipnotis yang terbaik biasanya dicapai selama status ini.
e. Suggestions / Sugesti
Pada saat klien masih berada dalam trance, hipnoterapis juga akan
memberi Post Hypnotic Suggestion, sugesti yang diberikan kepada klien
pada saat proses hipnotis masih berlangsung dan diharapkan terekam terus
oleh pikiran bawah sadar klien meskipun klien telah keluar dari proses
hipnotis. Post Hypnotic Suggestion adalah salah satu unsur terpenting
dalam proses hipnoterapi.
f. Termination
Akhirnya dengan teknik yang tepat, hipnoterapis secara perlahan – lahan
akan membangunkan klien dari “tidur” hipnotisnya dan membawanya ke
keadaan yang sepenuhnya sadar.

G. Manfaat Hipnoterapi
Saat ini hipnoterapi dapat digunakan untuk mengatasi masalah – masalah sebagai
berikut:
1. Masalah Fisik
Ketegangan otot dan rasa nyeri (nyeri kronik) yang berlebihan dapat dibantu
dengan Hipnoterapi. Dengan Hipnoterapi, dapat membuat tubuh menjadi
relaks dan mengurangi intensitas nyeri yang berlebihan secara drastic. Selain
itu hipnoterapi juga bermanfaat kegemukan/ obesitas dan irritable bowel
syndrome.
2. Masalah Emosi
Serangan panik, ketegangan dalam menghadapi ujian, kemarahan, rasa
bersalah, kurang percaya diri, ansietas/ cemas, duka (grief), depresi, trauma
dan phobia adalah masalah-masalah emosi yang berhubungan dengan rasa
takut dan kegelisahan. Semua masalah di atas bisa diatasi dengan hipnoterapi.
Selain itu hipnoterapi juga bisa dilakukan untuk penyembuhan diri sendiri atau
self healing. Sebenarnya beberapa penyakit sumbernya dari pikiran kita.
Ramalan diri sendiri atau sugesti hipnosis seringkali menjadi nyata karena
pikiran kita yang memasukan sugesti dalam proses pemikiran. Seperti saat kita
kehujanan, di dalam pikiran kita akan tersugesti, saya akan sakit kepala atau
pusing karena kehujanan. Akibatnya tubuh benar-benar mengalami sakit
kepala. Padahal jika ditanamkan sugesti saya akan sehat dan tidak akan terjadi
apa-apa maka sakitpun tidak akan datang. Fenomena seperti ini yang disebut
oleh pengobatan medis barat sebagai efek plasebo.
Penelitian dari NIH (National Institute of Health) menunjukkan bahwa pada
akhir dekade ini, hipnoterapi mulai dikembangkan sebagai terapi paliatif pada
pasien kanker. Hipnoterapi terbukti memiliki manfaat dalam mengurangi nyeri
kronik, stress dan depresi pada pasien kanker stadium lanjut.
3. Masalah Perilaku
Masalah perilaku seperti merokok, makan berlebihan dan minum minuman
keras yang berlebihan dan berbagai macam perilaku ketagihan (addiction)
dapat diatasi dengan hipnoterapi. Hipnoterapi juga bisa membantu insomnia/
gangguan tidur dan menghilangkan latah.
Beberapa penelitian jurnal menunjukan bahwa Hipnoterapi sangat berpengaruh
terhadap penurunan tingkat stress yang dialami. Hal itu dakarenakan Hipnoterapi
dapat membuat seseorang fokus terhadap tindakan atau aktivitas yang sedang
dilakukan dan mengabaikan hal-hal lain yang bukan prioritasnya. Sehingga apabila
ada suatu masalah dapat dengan mudah diselesaikan.
Berikut beberapa jurnal mengenai manfaat hipnoterapi:
1. Metode Keperawatan Komplementer Hipnoterapi untuk menurunkan efek
stress pasca trauma tingkat sedang pada fase rehabilitasi sistem
penanggulangan kegawatdaruratan terpadu (SPGDT). (R.P. Kuswantoro et al,
2012).
2. Pengaruh Hipnoterapi terhadap tingkat stress mahasiswa Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Padjajaran angkatan 2011. (H.Bayu, S.Aat, F.Nita,
2012).

H. Kontraindikasi Hipnoterapi
Secara garis besar, kontraindikasi hipnoterapi adalah pada keadaan:
1. Seseorang yang dalam kondisi tidak tenang, gaduh gelisah, misalnya pada
psikosis akut sehingga tidak dapat dilakukan kontak psikis dengan subjek.
2. Seseorang yang dalam keadaan tidak mengerti apa yang akan dilakukan,
misalnya pada orang imbesil atau dimensia. Pada mereka tidakdapat dilakukan
hipnotis dengan cara apapun.
3. Pada orang yang tidak tahu atau belum mengerti tentang apa yang kita
katakan, sugesti verbal tidak akan berpengaruh pada subjek.
4. Subjek yang memiliki kesulitan dengan kepercayaan dasar seperti pasien
paranoid atau yang memiliki masalah pengendalian seperti obsesi-kompulsif.
5. Penggunaan hipnosis oleh operator yang tidak terlatih dengan baik.
6. Penggunaan hipnosis untuk tujuan yang tidak baik.

I. Efek samping Hipnoterapi


Seperti terapi lainnya, hipnoterapi juga dapat menimbulkan efek samping. Beberapa
efek samping yang dapat ditimbulkan diantaranya:
1. Abreaksi.
Seperti dikatakan dr. Erwin Kusuma Sp.KJ, program yang ditanamkan dalam
hipnoterapi harus positif. Ini mengingat pasien tidak memiliki kemampuan
merangkum (sintesis) karena kecerdasan jasmaninya menurun. Bila hal ini
tidak diperhatikan, bukan tidak mungkin akan muncul hasil yang tidak
diinginkan, seperti timbul abreaksi. Abreaksi merupakan suatu keadaan
dimana pasien keluar dari rekaman bawah sadarnya secara serentak.
Akibatnya bisa menimbulkan rasa kekesalan atau kesedihan secara berlebihan,
reaksinya pasien bisa tidak terkendali, namun kondisi biasanya tidak
berlangsung lama dan bisa dikendalikan oleh terapis.
2. Pegal-pegal.
Jika beban emosi yang dirasakan sudah sangat dalam dan baru dilepaskan
setelah sesi terapi, maka ada kemungkinan setelah terapi selama 1 atau 2 hari
kedepan badan akan terasa pegal-pegal. Dan ini adalah hal yang wajar dan
akan hilang dengan sendirinya dan diganti dengan tubuh yang segar. Biasanya
cukup minum air putih yang banyak akan mengurangi rasa pegal-pegal. Rasa
pegal-pegal ini terjadi karena semacam tubuh membuang racun emosi yang
selama ini tersimpan di dalam tubuh kita. Namun tidak semua orang akan
mengalami hal ini setelah hipnoterapi.
3. Beberapa klien kadang-kadang mengalami sedikit “hang”.
Misalnya, klien ingin mengambil sendok tetapi yang diambil garpu atau klien
ingin pergi ke dapur tetapi yang dituju naik ke lantai 2. Namun, hal ini juga
merupakan pertanda baik, karena terjadi perubahan di bawah sadarnya. Oleh
karena itu tidak perlu takut dan hal ini juga berlangsung hanya sebentar. Sekali
lagi perlu diingat bahwa tidak semua orang akan mengalami hal ini setelah
diterapi hipnoterapi.

J. Fakta Hipnoterapi
1. Hipnoterapi adalah suatu hal yang aman dilakukan. Hal ini hanyalah keadaan
santai di mana pikiran bawah sadar seseorang dapat diakses dan terbuka untuk
membuat perubahan positif.
2. Hipnoterapi bukan pengendalian pikiran. Karena dengan bantuan pembimbing,
orang tersebut yang memilih cara yang tepat untuk mengkhilaskan dan mengatasi
masalah seseorang.
3. Seseorang tetap sadar selama hipnoterapi. Kondisi ini hanyalah sebuah bagian dari
relaksasi, yaitu pikiran tenang dan rileks.
4. Siapapun dapat dihipnoterapi (selama yang bersangkutan tidak mengalami
paksaan, dan gangguan dalam berkomunikasi).

K. Aplikasi dalam Keperawatan


Terapi komplementer telah berkembang pesat menjadi bagian dari pelayanan
kesehatan termasuk pelayanan keperawatan. Salah satu terapi komplementer yang
juga cukup populer adalah hipnoterapi. Hadirnya terapi komplementer ini masih
menimbulkan kontroversial tentang etis tidaknya apabila diterapkan dalam layanan
kesehatan. Dalam praktiknya, terapi komplementer telah banyak kita jumpai di
lingkungan sekitar kita. Selain dari tenaga kesehatan, banyak juga diantara
penyelenggara praktik komplementer tersebut tidak mempunyai background
pendidikan kesehatan, tetapi didapat dari pelatihan- pelatihan maupun mewarisi bakat
turun temurun dari keluarganya. Dengan adanya kontroversial isu etik terapi
komplementer ini, bagi perawat dapat diambil sebagai peluang untuk dapat berperan
didalamnya.
Perawat merupakan profesi kesehatan yang merawat pasien dengan melakukan
pendekatan secara holistik (bio, psiko, sosio, kultural, spiritual). Dan terapi
komplementer ini juga dianggap sebagai terapi dengan pendekatan holistik karena
berusaha menyembuhkan pasien dengan memandang dari berbagai sudut dan
beraneka aspek kehidupan pasien. Terapi komplementer sekarang ini telah banyak
dikembangkan dan dapat hidup berdampingan dengan pengobatan modern/
konvensional, sebagai contoh adalah Rumah Sakit Umum Dr Soetomo Surabaya,
Jawa Timur, yang membuka Poliklinik Obat Tradisional Indonesia.
Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1109 Tahun
2007 tentang penyelenggaraan pengobatan komplementer-alternatif di fasilitas
pelayanan kesehatan. Menurut aturan itu, pelayanan komplementer-alternatif dapat
dilaksanakan secara sinergi, terintegrasi, dan mandiri di fasilitas pelayanan kesehatan.
Pengobatan itu harus aman, bermanfaat, bermutu, dan dikaji institusi berwenang
sesuai dengan ketentuan berlaku. Selain itu, pemerintah juga akan mengeluarkan
standarisasi, pengaturan, dan pengawasan yang lebih gamblang dan baku yang
memuat perlindungan hukum bagi masyarakat, termasuk tentang standarisasi tenaga
pelaksana dan pendidikan yang harus ditempuh sebagai syarat dalam
menyelenggarakan terapi komplementer. Oleh karena itu, perawat sebagai salah satu
tenaga kesehatan di Indonesia harus segera melakukan jemput bola agar dapat
berperan dalam penyelenggaraan terapi komplementer ini.
Terutama pada institusi pendidikan keperawatan harus jeli dalam menangkap peluang
yang terdapat dalam isu etik terapi komplementer ini dengan mengakomodir dalam
pembelajaran (setelah melalui standarisasi kurikulum pendidikan keperawatan
terpadu) serta sebagai bahan kajian diskusi ilmiah dan penelitian berkelanjutan
dengan didukung pula upaya- upaya strategis oleh organisasi profesi. Diharapkan,
dalam praktik terapi komplementer ini nantinya perawat tidak masuk lagi dalam zona
abu-abu namun dapat memberikan warna yang tegas dalam dunia profesi
keperawatan.

L. SOP( Standar Operational Prosedure)

Standart Operational Procedure (SOP)


TERAPI KOMPLEMENTER
PSIK Universitas HIPNOTERAPI
Jember
Prosedur Tetap No. Dokumen: No Revisi: - Halaman:
Tanggal Terbit: Ditetapkan oleh:
1. Pengertian Hipnoterapi adalah suatu teknik terapi pikiran yang menggunakan
hipnotis sebagai sarana untukmenjangkau pikiran bawah sadar klien,
sebagai sarana penyembuhan gangguan psikologis maupun fisik
(psikomatis).
2. Tujuan a. Mengatasi penurunan kualitas diri
b. Meningkatkan kualitas kesehatan
c. Manajemen terhadap rasa sakit
d. Mengatasi fobia atau trauma
e. Mengatasi stres
f. Manajemen terhadap berat badan
g. Mencegah dan mengatasi depresi
3. Indikasi a. Seseorang responsif terhadap metode hipnoterapi.
b. Klien memiliki hubungan positif terhadap terapis.
c. Individu memiliki motivasi untuk memecahkan masalah baik sadar
maupun tidak sadar.
d. Penggunaan hipnoterapi tidak merugikan bagi klien maupun orang
lain.
4. Kontraindikasi a. Hipnosis oleh operator yang tidak terlatih dengan baik.
b. Penggunaan hipnosis untuk tujuan yang tidak baik.
5. Persiapan 1. Pastikan identitas pasien
Pasien 2. Kaji kondisi pasien, pastikan tidak ada kontraindikasi pada
pasien
3. Jaga privacy pasien
4. Posisikan pasien pada posisi nyaman
5. Informasikan kepada pasien maksud dan tujuan dari terapi dan
sensasi yang akan diterima saat terapi
6. Persiapan Alat
1. Jam
2. Stetoskop dan termometer (untuk mengukur TTV)
3. Lembar Informed Consent tertulis tentang persetujuan pasien
terhadap pelaksanaan hipnoterapi
4. Bolpoin
7. Persiapan 1. Lakukan pengkajian: baca catatan keperawatan dan medis
Perawat 2. Rumuskan diagnosa terkait
3. Buat perencanaan tindakan (intervensi)
4. Cuci tangan dan siapkan alat
8. Cara Kerja a. Berikan salam, perkenalkan nama dan tanggung jawab perawat
b. Panggil pasien dengan nama kesukaan pasien
c. Jelaskan prosedur, tujuan dan lamanya tindakan pada pasien
d. Berikan kesempatan pasien untuk bertanya
e. Berikan lembar informed consent pada pasien untuk
ditandatangani yang menyatakan bahwa pasien menyetujui
pelaksanaan tindakan hipnoterapi
f. Berikan petunjuk alternatif komunikasi jika pasien merasa tidak
nyaman dengan prosedur yang dilakukan
g. Jaga privasi pasien
h. Dekatkan peralatan di samping tempat tidur pasien
i. Tinggikan tempat tidur sampai ketinggian yang nyaman bagi
pasien
j. Periksa tanda vital pasien sebelum memulai terapi
k. Tahap-Tahap Proses Hipnoterapi
1. Pre induction
Pre induction merupakan suatu proses mempersiapkan suatu
situasi dan kondisi yang bersifat kondusif antara terapis dengan
orang yang akan dihipnosis (pasien). Agar proses pre induction
berlangsung dengan baik maka sebelumnya terapis harus dapat
mengenali aspek-aspek psikologis dari pasien, antara lain hal
yang diminati, hal yang tidak diminati, apa yang diketahui
pasien terhadap proses hipnoterapi. Dalam tahap ini, terapis
melakukan percakapan ringan, saling berkenalan, serta hal-hal
lain yang bersifat mendekatkan seorang terapis secara mental
terhadap seorang pasien. Bila hipnoterapi yang dilakukan
bertujuan untuk mengatasi fobia atau trauma, terapis harus
memisahkan stimulus (pemicu objek) dari respons emosional
pasien, mengenali dan memahami kronologis stimulus (pemicu
objek), dan melakukan “updating” atau menginformasikan
ulang pikiran dengan hal yang lebih baru dan lebih realistis
untuk direspon oleh subyek (pasien). Tahapan yang perlu
dilakukan saat pre induction adalah:
2. Building Rapport: membangun relasi dan kepercayaan antara
terapis dengan pasien melalui teknik NLP dan empati
3. Intake Interview: wawancara untuk memperoleh latar belakang
pasien dan permasalahan pasien secara lebih benar
4. Exploring Client Modalitities: eksplorasi kemampuan pasien
(kedalaman pengetahuan, komunikasi, dan lain-lain)
5. Hypnotherapy Training: pemahaman tentang konsep hipnosis
dan hipnoterapi (apersepsi atau penyamaan persepsi tentang
hipnoterapi dengan pasien)
6. Suggestibility Test: uji sugestibilitas untuk mengetahui tingkat
sugesti pasien, sebagai gambaran awal untuk menyusun dan
menentukan teknik berikutnya
7. Hypnotherapy Strategi: penyusunan strategi teknik yang akan
digunakan
8. Hypnotherapy Contract: kontrak lisan dan tertulis untuk
penegasan bahwa pasien mengikuti terapi dengan sukarela dan
benar-benar telah memahami mekanisme dari hipnoterapi.
Kontrak lisan dilakukan terapis dengan menjabat tangan pasien,
“Apakah Anda benar-benar ingin menjalani hipnoterapi
bersama saya?”. Klien harus menjawab “Ya”, lalu menjabat
tangan pasien yang berarti pasien setuju untuk mengikatkan diri
atau melakukan kontrak secara mental dengan terapi yang akan
dilakukan.
9. Suggestibility Test
Uji sugestibilitas digunakan untuk mengetahui apakah
seseorang memiliki tipe physical suggestibility (sugestibilitas
fisik) atau emotional suggestibility (sugestibilitas emosi atau
perasaan). Mengetahui tipe sugestibilitas sangat penting untuk
menentukan tipe induksi yang digunakan dan teknik terapi yang
cocok.
Untuk merancang sebuah sugesti yang positif, terapis perlu
memformulasikan, menyusun sugesti, dan menentukan jenis sugesti,
serta mementukan cara menyampaikannya pada pasien. Sugesti yang
diberikan harus menggunakan bahasa kalimat sekarang (present tense)
yang sederhana, mudah dimengerti, dan spesifik, possitive
programming dari apa yang diinginkan (tidak menggunakan kalimat
negasi), menggunakan emosi, bersifat berkesan dan meyakinkan
pasien, menggunakan nada rendah monoton, dan memiliki arti
tunggal.Misalnya “Biarkan diri Anda rileks. Sebentar lagi awan yang
menutupi matahari Anda akan semakin hilang dan memudar’. Salah
satu tes sugestisitas yang biasa digunakan adalah tes mata terpejam.
1. Mintalah pasien untuk memejamkan kedua kelopak mata dengan
lemah lembut, seolah-olah melihat ke arah ubun-ubunnya.
2. Kemudian biarkan kedua kelopak mata pasien semakin erat
terpejam seperti dilem. Saat klien ingin membuka matanya, ia
akan merasakan bahwa semakin ingin ia membuka kelopak
matanya, semakin erat kedua matanya itu terpejam dan ia hanya
bisa mendengarkan suara serta panduan dari terapis.
a. Induction
Induction (induksi) merupakan teknik untuk membawa subjek
berada dalam kondisi hipnosis. Tahap ini dilakukan dengan
memberikan suatu kejutan kepada subjek sehingga critical area
terbuka secara tiba-tiba dan terjadi masa tegang (blank). Pada
masa tegang tersebut, terapismemberikan perintah sederhana
kepada subjek. Contoh induksi dengan menggunakan teknik
focus visual atau fiksasi mata.
“Pusatkan pandangan mata Anda ke satu titik di atas ruangan
ini dan mulailah menghirup napas. Sekali lagi, dengan mata
terbuka, hiruplah napas yang dalam, dan hembuskan. Rasakan
mata Anda semakin lama semakin lelah, berat, dan mengantuk
ketika Anda menghirup napas. Sekarang izinkan mata Anda
menutup dengan perlahan ketika Anda menghembuskan napas.
Izinkan terpejamnya mata Anda sebagai isyarat bagi tubuh
Anda untuk masuk ke dalam sensai relaksasi sepenuhnya.
Tubuh Anda akan merasa rileks, semakin rileks, dan Anda
semakin tertidur nyenyak. Tetap pusatkan perhatian Anda pada
suara saya dan hanya suara saya, sekali pun ada suara lain di
sekeliling Anda, suara-suara itu akan semakin menghantarkan
Anda untuk lebih dalam lagi ke alam relaksasi, Anda merasa
semakin rileks dan semakin tertidur nyenyak”.
b. Deepening
Deepening merupakan kelanjutan dari induksi yang merupakan
suatu teknik yang bertujuan membawa subjek memasuki
kondisi hipnosis yang lebih dalam lagi dengan memberikan
suatu sentuhan imajinasi agar pasien lebih dapat menerima
sugesti yang diberikan oleh terapis. Konsep dasar dari
deepening ini adalah membimbing subyek pasien untuk
berimajinasi melakukan sesuatu kegiatan atau berada di suatu
tempat yang mudah dirasakan oleh subyek. Rasa mengalami
secara dalam ini akan membimbing subyek memasuki trance
level lebih dalam.
c. Suggestion
Suggestion merupakan suatu kalimat-kalimat saran yang
disampaikan oleh hipnotis ke bawah sadar pasien. Dalam hal
ini, sugesti tersebutlah yang menjadi tujuan kegiatan hipnosis.
Terapis akan mulai memberikan terapi untuk permasalahan
yang dihadapi pasien dengan menanamkan sugesti
pascahipnotis sesuai kesepakatan dalam kontrak dengan pasien.
Sugesti pascahipnotis tersebut berupa kalimat terapeutik yang
berfungsi menghilangkan gejala dan keluhan pasien,
menghilangkan akar masalah dan penyebab gangguan, serta
kaitannya dengan aspek-aspek yang lain. Misalnya “Setelah
terapi, saat Anda membuka mata dan terbangun nanti, Anda
akan merasa kecemasan dan masalah Anda hilang dan hidup
Anda menjadi lebih bahagia.”
d. Termination
Termination merupakan tahap pengakhiran untuk
mengembalikan subyek pada keadaan semula. Sebuah
terminasi dilakukan dengan memberikan kalimat lanjutan
setelah kalimat-kalimat sugesti. Misalnya, “Sesi hipnoterapi ini
akan segera berakhir. Sekarang, hiruplah napas yang dalam,
dan hembuskan. Sekali lagi, hirup napas yang dalam, dan
hembuskan. Hirup napas yang dalam, dan hembuskan. Sebentar
lagi, Anda akan terbangun dan membuka mata Anda dalam
hitungan mundur yang saya ucapkan. Anda akan membuka
mata Anda dan terbangun dan menjalani hidup Anda dengan
lebih bahagia karena beban, kecemasan, dan masalah Anda
telah hilang. Tiga, dua, satu, dan Anda terbangun dari tidur
Anda dan membuka mata Anda kembali”.
l. Monitor tanda vital pasien setiap 15 menit.
m. Observasi pasien untuk melihat adanya reaksi terapi.
n. Apabila terapi sudah selesai, rapikan pasien.
o. Bereskan alat.
p. Cuci tangan.
9. Evaluasi a. Evaluasi respon pasien
b. Berikan reinforcement positif
c. Lakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
d. Akhiri pertemuan dengan cara yang baik
10. Dokumentasi a. Catat tindakan yang sudah dilakukan, tanggal dan jam pelaksanaan
pada catatan keperawatan.
b. Catat respon pasien dan hasil pemeriksaan.
c. Dokumentasikan evaluasi tindakan: SOAP.
BAB III
ANALISA KASUS

Contoh Kasus Pasca Bencana


1. PENGKAJIAN
Nama Klien : An. Siti
Umur : 10 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/bangsa : lombok/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pelajar
Alamat :-

2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. Keluhan Utama
Menceritakan kejadian / peristiwa yang traumatis, merasa marah , teringat
kembali peristiwa bencana yang dialaminya
b. Riwayat Keperawatan Sekarang
Individu atau komunitas mengalami bencana besar dilombok , individu atau
komunitas merasa sangat takut tentang kejadian itu dan takut akan terulang
lagi kejadian yang sama.
c. Riwayat Keperawatan Sebelumnya
Individu atau komunitas tidak pernah mengalami kejadian bencana besar dan
tidak pernah mengalami masalah seperti ini sebelumnya.
3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Khusus
1) Data Subjektif
a) Menceritakan kejadian / periatiwa yang traumatis
b) Merasa marah atau gusar
c) Teringat kembali peristiwa bencana yang dialaminya
d) Merasa tidak berguna
e) Menyatakan takut
f) Menyatakan was-was
g) Merasakan fikiran terganngu
h) Tidak ingin mengingat peristiwa itu kembali dengan
menceritakannya lagi
i) Mengingkari peristiwa trauma
j) Merasa malu
k) Merasa jantung berdebar-debar
2) Data Objektif
a) Mengasingkan diri
b) Menangis
c) Marah
d) Gelisah
e) Menghindar
f) Mengasingkan diri
g) Depresi
h) Sulit berkomunikasi
i) Keadaan mood terganggu
j) Sesak
k) Lemah

b. Pengkajian persistem
1) Aktivitas atau istirahat
a) Gangguan tidur
b) Mimpi buruk
c) Hipersomia
d) Mudah letih
2) Sirkulasi
a) Denyut jantung meningkat
b) Palpitasi
c) Tekanan darah meningkat
3) Integritas ego
a) Derajat ansietas bervariasi dengan gejala yang berlangsung
berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan.
b) Gangguan stres akut terjadi 2 hari-4 minggu dalam 4 minggu
peristiwa traumatic
c) PTSD akut gejala kurang dari 3 bulan
d) PTSD kronik gejala lebih dari 3 bulan
e) Perasaan bersalah, tidak berdaya
f) Perasaan tentang masa depan suram atau memendek
4) Neurosensori
a) Gangguan kognitif sulit berkonsentrasi
b) Kewaspadaan tinggi
c) Ketakutan berlebihan
d) Ingatan persisten
e) Ketegangan otot, gemetar
5) Pernapasan
a) Frekuensi pernapasan meningkat
b) Dispneu
6) Keamanan
a) Marah yang meledak-ledak
b) Perilaku kekerasan terhadap lingkungan atau individu lain
c) Gagasan bunuh diri
7) Seksualitas
a) Hilang gairah
b) Impotensi
c) Ketidakmampuan mencapai orgasme
8) Interaksi social
a) Menghindari orang/tempat/kegiatan yang menimbulkan
ingatan tentang trauma, penurunan responsif, mati rasa
secara psikis.
b) Hilang minat secara nyata pada kegiatan yang sugnifikan,
termasuk pekerjaan
c. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yang mempengaruhi kehilangan :
1) Genetik
Individu yang dilahirkan dibesarkan dalam keluarga yang
mempunyai riwayat depresi biasanya sulit mengembangkan
sikapoptimis dalam menghadapi suatu permasalahan, termasuk
menghadapi kehilangan.
2) Kesehatan fisik
Individu dengan keadaan fisik sehat, cara hidup
teratur,cenderung mempunyai kemampuan mengatasi stress
yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang sedang
mengalami gangguan fisik
3) Kesehatan mental / jiwa
Individu yang mengalami gangguan jiwa seperti depresi yang
ditandai dengan perasaan tidak berdaya pesimistik dan
dibayangi dengan masa depan yang suram, biasanya sangat
peka terhadap situasi kehilangan.
4) Pengalaman kehilangan dimasa lalu
Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang bermakna
dimasa kanak-kanak akan mempengaruhi individu dalam
menghadapi kehilangan dimasa dewasa
d. Faktor Presipitasi
Stress yang nyata seperti kehilangan yang bersifat Bio-Psiko-Sosial antara lain
kehilangan kesehatan (sakit), kehilangan fungsi seksualitas, kehilangan
keluarga dan harta benda. Individu yang kehilangan sering menunjukkan
perilaku seperti menangis atau tidak mampu menangis , marah, putus asa,
kadang ada tanda upaya bunuh diri atau melukai orang lain yang akhirnya
membawa pasien dalam keadaan depresi.
Tingkatan stress yang sesuai untuk hipnoterapi ini adalah pada tingkat sedang
karena pada stress tingkat ini klien bisa bekerjasama dan keluhan yang
dirasakan tidak akan banyak mempengaruhi fokus klien saat dilakukan terapi
sehingga hipnoterapi yang dilakukan akan lebih efektif. Klien bisa melakukan
hipnoterapi sendiri di rumah, yaitu self hipnotis.
faktor-faktor lain yang mempengaruhi keefektifan hasil hipnoterapi ini.
Perlu dilakukan pengembangan lanjutan terhadap fase-fase terapi yang dibuat
agar tercipta terapi yang benar-benar efektif untuk menurunkan efek stress
pasca trauma akibat bencana pada berbagai tingkatan stress. Dapat
memperkenalkan suatu alternatif materi perkuliahan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam menerapkan konsep keperawatan holistik
terutama pada terapi stress pasca bencana. Metode ini dapat dijadikan salah
satu alternatif untuk rehabilitasi psikologi klien akibat stress pasca trauma
yang dialami.

ANALISA DATA

NS. DIAGNOSIS : Sindroma pasca trauma


Domain 9 : Koping/Toleransi Stress
(NANDA-I) Kelas 1 : Respon Pascatrauma
Respon maladaptif yang terus berlangsung terhadap kejadian
DEFINITION : traumatik dan melelahkan

Kilas balik -
Ketakutan -
Malu -
DEFINING Ansietas -
Kompulsif -
CHARACTERISTICS Menghindar -
-
Kurang konsentrasi
Mimpi buruk -
Panic attack.-
-
Mengantisipasi kehilangan hal yang bermakna (mis,
kepemilikan, pekerjaan, status rumah, bagian dan proses tubuh)
- Mengantisipasi kehilangan orang terdekat
RELATED FACTORS:
- Kematian orang terdekat
- Kehilangan objek penting ( mis, kepemilikan pekerjaan, status
rumah, bagian dan proses tubuh).
ENT ASSESSM

Subjective data entry Objective data entry


- Menceritakan kejadian / periatiwa - Mengasingkan diri
yang traumatis - Menangis
- Merasa marah atau gusar - Marah
DIAGNOSIS

Ns. Diagnosis (Specify):


Client Sindroma pasca trauma

Diagnostic
Statement: Related to: Bencana
Intervensi keperawatan
Sindrom Pasca Trauma ergbungan kejadian atau bencana yang di alami individu atau komunitas
Inisial Pasien : An.Siti
Tanggal :
Dx.Kep : Sindroma Pasca Trauma
Definisi : Respon maladaptif yang terus berlangsung terhadap kejadian traumatik dan melelahkan .

NIC NOC
Intervensi Aktifitas Outcome Indikator
Manajemen koping 1. Bina dan jalin hubungan saling Sindrom Pasca Bencana a) Membina hubungan saling
toleransi/stress percaya. Definisi: percaya dengan pasien:
(SindromPasca 2. Identifikasi kemungkinan faktor Mengalami proses kejadian atau b) Mendiskusikan dengan
Bencana) yang menghambat proses berduka bencana yang normal pasien peristiwa yang
Definisi : 3. Kurangi atau hilangkan faktor pernah di alami dengan
Respon maladaptif penghambat proses berduka. pemberian makna positif
yang terus 4. Beri dukungan terhadap respon dan mengambil hikmahnya.
berlangsung kehilangan pasien c) Menemukan kemungkinan
terhadap kejadian 5. Tingkatkan rasa kebersamaan antara faktor penghambat proses
traumatik dan anggota keluarga. berduka dan membantu
melelahkan 6. Identifikasi tingkat rasa duka pada mengurangi nya.
fase berikut: d) Memberikan penghargaan
1) Fase pengingkaran setelah pasien menceritakan
- Memberi kesempatan kepada dan merespon situasi
pasien untuk mengungkapkan kehilangan dengan
perasaannya. membesarkan
- Menunjukkan sikap
menerima,ikhlas dan mendorong
pasien untuk berbagi rasa.
- Memberikan jawaban yang jujur
terhadap pertanyaan pasien
tentang sakit, pengobatan dan
kematian.
2) Fase marah
- Mengizinkan dan mendorong
pasien mengungkapkan rasa
marahnya secara verbal tanpa
melawan dengan kemarahan.
3) Fase tawar menawar
- Membantu pasien
mengidentifikasi rasa bersalah
dan perasaan takutnya.

4) Fase depresi
- Mengidentifikasi tingkat depresi
dan resiko merusak diri pasien
-  Membantu pasien mengurangi
rasa bersalah.
- Melakukan tahap deeping ke
pasien dibawa masuk ke alam
bawah sadar .
- Melakukan tahap terapi pikiran
pasien dapat memberikan
keyakinan positif untuk
menghilangkan stress pasca
trauma
5) Fase penerimaan
- Membantu pasien untuk
menerima kehilangan yang tidak
bisa dielakkan.
- Merelaksasikan 3 unsur jiwa
raga, yaitu; nafas, gerak, dan
nalar
- Memberikan sugesti semata
yang mempercepat
penyembuhan namun juga
membawa seseorang kedalam
kondisi nyaman mereka
(trance)
- Menggunakan bahasa positif
N Tgl / jam Tindakan Paraf
o
1. Membina hubungan saling percaya dengan
pasien:
2. Mendiskusikan dengan pasien peristiwa yang
pernah di alami dengan pemberian makna
positif dan mengambil hikmahnya.
3. Menemukan kemungkinan faktor penghambat
proses berduka dan membantu mengurangi
nya.
4. Melakukan tahap deeping ke pasien yaitu dibawa
masuk ke alam bawah sadar .
5. Melakukan tahap terapi pikiran pasien dapat
memberikan keyakinan positif untuk
menghilangkan stress pasca trauma.
6. Merelaksasikan 3 unsur jiwa raga, yaitu; nafas,
gerak, dan nalar
7. Memberikan sugesti semata yang
mempercepat penyembuhan namun juga
membawa seseorang kedalam kondisi
nyaman mereka (trance)
8. Memberikan penghargaan setelah pasien
menceritakan dan merespon situasi kehilangan
N Tgl / Jam Evaluasi Paraf
o
S:
 Menceritakan kejadian / peristiwa yang
traumatis
 Teringat kembali peristiwa bencana yang
dialaminya
 Merasa tidak berguna
 Menyatakan takut
O:
 Menangis
 Marah
 Gelisah
 Menghindar
 Mengasingkan diri
 Depresi
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Tindakan 1,2,3, 4,5,6 dan 7
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipnoterapi merupakan suatu teknik terapi pikiran dan penyembuhan menggunakan metode hipnotis. Metode hipnotis ini dapat
memberikan sugesti atau perintah positif kepada pikiran alam bawah sadar untuk mengubah pikiran, perasaan, dan perilaku menjadi lebih
baik bahkan dapat menyembuhkan suatu gangguan psikologis pada pasien.
Dari jenis-jenis hypnosis ada banyak seperti, stage hypnosis, anodyna awareness, forensic hypnosis,clinical hypnosis, dan methaphysical
hypnosis. Masing-masingnya memiliki tujuan yang berbeda-beda, hipnoterapi memiliki tujuan diantaranya dapat meningkatkan kualitas
hidup,menajemen rasa sakit dan stress, mengatasi fobia, dan dapat mencegah depresi.
Agar terciptanya hipnoterapi dalam hyponetapi ini terapi perlu menggunakan dan memperhatikan penggunaan Bahasa hipnotik khusus
untuk hipnterapi. Hal ini sanagt penting untuk diperhatikan oleh terapis mengenai amplitude suara agar sugesti yang diberikan dapat masuk.

B. Saran
Diharapkan dengan pembuatan makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca khususnya pada mahasiswa keperawatan mengenai
informasi yang sudah dipaparkan tentang hipnoterapi ini. Makalah ini jauh dari kata sempurna maka dari itu kritik dan saran sangat
diperlukan untuk menyempurnakan makalah ini
DAFTAR PUSTAKA

Acevedo, Edmund O; Ekkekakis, Panteleimon (ed.). 2006. Psychobiology of Physical Activity. Champaign, Il.: Human Kinetics.

Alimul Hidayat, A. Azis. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Batbual, B. 2010. Hypnosis Hypnobrithing Nyeri Persalinan dan Berbagai Metode Penanganannya. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Dadang Hawari. 2007. Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa, Skizofrenia. Jakarta : FKUI

Gunawan, A. W. 2007. Hypnotherapi The Art Of Subconscious Restructuring. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Hawari, Dadang. 2001. Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta: Psikiatri FKUI
Kahija, Y. F. LA. 2007. Hipnoterapi: Prinsip-prinsip Dasar Praktik psikotrapi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010. http://www.depkes.go.id.

Patterson & Jhonson. 2003. Virtual Reality Hypnosis. USA: University of Washington School of Medicine
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses Dan Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Sarafino, Edward P. 2008. Psikologi Kesehatan. Jakarta: Gramedia
Setiawan, T. 2009. Hipnotis & Hipnoterapi. Yogyakarta: Garasi
Stuart, Gail W. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Wong, W., & Hakim, A. 2009.Dahsyatnya hipnosis.Jakarta: Visimedia
R.P. Kuswantoro et ai. 2012. Metode keperawatan komplementer Hipnoterapi untuk menurunkan efek stress pasca trauma tingkat sedang pada
fase rehabilitasi SPGDT.
Zain, A.J. 2011. Cara Mengatasi Stres dengan Hipnoterapi. Available online at http://dokterpikiran.com/2011/02/cara-mengatasi-stres-
denganhipnoterapi. html. (diakses tanggal 24 November 2014)

Anda mungkin juga menyukai