PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada umumnya, setiap orang pernah mengalami perasaan tertekan atau mengalami
ketegangan yang dalam bahasa populernya dikenal dengan istilah stress. Stress adalah
ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional,
dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik
manusia tersebut. Persaingan yang banyak, tuntutan, dan tantangan dalam dunia
modern ini, menjadi tekanan dan beban stres (ketegangan) bagi semua orang. Tekanan
stress yang terlampau besar hingga melampaui daya tahan individu, maka akan timbul
gejala-gejala seperti sakit kepala, gampang marah, dan tidak bisa tidur.
Acevedo dan Ekkekakis (2006) menyatakan bahwa stress dapat ditimbulkan
oleh karakteristik bawaan yang merupakan predisposisi keturunan dan keterbatasan
pikologis individu. Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti kondisi
dan situasi tempat tinggal serta pengalaman masa lalu individu. Dengan banyaknya
problematika yang muncul, menyebabkan tidak sedikit masyarakat yang pada
akhirnya memiliki tingkat frustasi, depresi dan stres yang tinggi hingga menimbulkan
masalah kesehatan jiwa.
Penderita stres sekarang ini semakin banyak, Menurut Badan Kesehatan Dunia
(WHO), jumlah penderita gangguan jiwa di dunia pada 2001 adalah 450 juta jiwa.
Dengan mengacu data tersebut, kini jumlah itu diperkirakan sudah meningkat.
Diperkirakan dari sekitar 220 juta penduduk Indonesia, ada sekitar 50 juta atau 22
persennya, mengidap gangguan kejiwaan (Hawari, 2009). Data menurut Kementerian
Kesehatan tahun 2011 didapatkan bahwa dari populasi orang dewasa di Indonesia
yang mencapai 150 juta jiwa, sekitar 11,6 persen atau 17,4 juta jiwa mengalami
gangguan mental emosional atau gangguan kesehatan jiwa berupa gangguan
kecemasan dan depresi. Dari data Riskesdas Departemen Kesehatan tahun 2013
menyebutkan, terdapat 1 juta jiwa pasien gangguan jiwa berat dan 19 juta pasien
gangguan jiwa ringan di Indonesia.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi stres yang dialami, salah
satunya yaitu dengan hipnoterapi. Hipnoterapi merupakan salah satu terapi
komplementer yang terbukti dan sangat efektif untuk mengatasi stres. Ada beberapa
metode selain hipnoterapi yang digunakan untuk mengatasi stres namun kurang
efektif dan butuh waktu yang lama untuk bisa merasakan perubahan yang signifikan.
Kurang efektif karena metode yang lain tidak menyentuh akar permasalahan dan
hanya bermain di level pikiran sadar. Padahal sumber stres pada seseorang itu
tersimpan di pikiran bawah sadar (Zain, 2011). Dengan latar belakang tersebut maka
kelompok ingin mengetahui lebih dalam tentang hipnoterapi sebagai salah satu terapi
komplementer untuk mengatasi stres serta mekanisme kerjanya untuk menurunkan
tingkat stress pada seseorang.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Hipnoterapi?
2. Apa saja tujuan Hipnoterapi?
3. Bagaimana mekanisme kerja dari Hipnoterapi?
4. Apa saja tahapan proses Hipnoterapi?
5. Apa saja indikasi Hipnoterapi?
6. Apa saja kontraindikasi Hipnoterapi?
7. Bagaimana konsep stres serta manajamen stres?
8. Bagaimana penerapan hipnoterapi untuk mengatasi stress berdasarkan literatur
(picot framework) ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui konsep hipnoterapi sebagai terapi komplementer untuk menurunkan
tingkat stress.
2. Tujuan Khusus:
a. Mengetahui definisi hipnoterapi
b. Mengetahui tujuan dan manfaat hipnoterapi
c. Mengetahui mekanisme dan tahapan proses hipnoterapi
d. Mengetahui penerapan hipnoterapi dalam bidang keperawatan
D. Manfaat
1. Manfaat bagi mahasiswa
Sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan tentang konsep
hipnoterapi sebagai terapi komplementer dan penerapannya di bidang
keperawatan.
2. Manfaat bagi tenaga kesehatan
Sebagai wawasan ilmu bagi tenaga kesehatan serta sebagai tambahan referensi
sehingga dapat diterapkan di bidang kesehatan khususnya di keperawatan sebagai
salah satu terapi komplementer.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Hipnoterapi merupakan salah satu jenis terapi komplementer/non konvensional yang
digunakan sebagai pelengkap terapi konvensional/ terapi medis. Hipnoterapi adalah
suatu rangkaian proses yang digunakan seorang hipnoterapis untuk menyelesaikan
masalah klien dengan ilmu hipnosis. Hipnoterapi dapat diartikan sebagai suatu
metode dimana pasien dibimbing untuk melakukan relaksasi, dimana setelah kondisi
relaksasi dalam ini tercapai maka secara alamiah gerbang pikiran bawah sadar
sesesorang akan terbuka lebar, sehingga yang bersangkutan cenderung lebih mudah
untuk menerima sugesti penyembuhan yang diberikan.
Hipnoterapi adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari
manfaat sugesti untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan dan perilaku. Hipnoterapi
dapat juga dikatakan sebagai suatu teknik terapi pikiran menggunakan hipnotis.
Hipnotis bisa diartikan sebagai ilmu untuk memberi sugesti atau perintah kepada
pikiran bawah sadar. Orang yang ahli dalam menggunakan hipnotis untuk terapi
disebut “hypnotherapist”.
B. Sejarah
Pada dasarnya, perjalanan panjang kaidah keilmuan hipnosis mengalami kemajuan
atas dasar kemungkinan-kemungkinan pemanfaatannya untuk kegiatan penyembuhan.
Menurut sejarah, kegiatan hipnosis telah dikenal sejak tahun 2980 SM berdasarkan
catatan kuno di Mesir yang menuliskan adanya praktik penyembuhan dengan “terapi
tidur” di kul-kuil Mesir yang dilakukan oleh seorang penyembuh yang bernama
imhotep. Awal perkembangan hipnosis modern yang dipertimbangkan kaidah-
kaidahnya oleh Franz Anton Mesmer (173-1815) dalam kegiatan magnetisme pada
abad ke-18 pun menitikberatkan pemanfaatannya untuk penyembuhan manusia.
Namun, hingga pada masa tersebut masih terdapat kerancuan akan pemanfaatan
kondisis “tidur” seperti ini sehubungan dengan praktik-praktik penyembuhan, seperti
apa saja yang mampu dilakukan dalam kondisi ini.
Setelah magnetisme yang diperkenalkan oleh Mehmer, beberapa ahli
memanfaatkan kondisis tidur “untuk” untuk kegiatan anesthesia (penghilanagn rasa
nyeri atau sakit) dan penanganan gangguan saraf, salah satunya dilakukan oleh John
Elliotson (1791-1868), seorang doketr berkebangsaan Inggris dan James Esdaile
(1808-1859), dokter asal Skotlandia. Hingga atas jasa Jean Martin Charcot (1825-
1893), neurolohg asal Prancis, hipnotisme mulai diterima di kalangan profesional
medis.
Saat itu, upaya Charcot dalam mengkaji lebih lanjut tentang fenomena hipnosis masih
bersandarkan pada keterkaitannya terhadap neurologis dan fisiolohis. Karena itulah
banyak ahli medis yang menganggap kondisi timbul sebagai kegiatan histeria yang
terjadi karena gangguan fisik atau somatis. Pemahaman ini tidak lama kemudian
dikoreksi oleh Pierre Janet (1859-1947) dan Sigmund Freud (1856-1939) sebagai
kajian psikologis yang tidak berkaitan dengan fisiologis.
James Braid adalah orang pertama yang mencoba menjelaskan fenomena
mesmerisme dari sudut pandang ilmu psikologi. Ia adalah seorang ahli bedah dan
seorang penulis yang produktif dan andal. Ia juga sangat dihormati oleh British
Medical Associatian. Pada tahun 1841, ia melakukan pemeriksaan medis pertama
terhadap seorang subjek yang berada dalam kondisi trance mesmerisme. Setelah
pemeriksaan pertama, ia memulai eksperimen pribadi dan melibatkan rekan kerja
yang ia percaya. Dari hasil penelitian yang ia lakukan, akhirnya hipnoterapi dapat
dijelaskan dalam kerangka ilmiah dan diterima sebagai suatu teknik pengobatan oleh
dunia kedokteran Inggris. Dengan demikian, Braid dipandang sebagai “Bapak
hipnoterapi”.
Di abad 20 Milton H. Erickson (1901-1980), mengembangkan hipnosis untuk
dunia terapi. Dimana Eriskson memanfaatkan hipnosis ini untuk digunakan dalam
menterapi seseorang yang memiliki masalah psikis. Banyak korban psikis pasca
perang dunia ke II yang berhasil diselamatkan oleh Erickson. Metode yang digunakan
oleh Erickson inilah yang kemudian sering disebut dengan Ericksonian
Hypnotherapy. Metode Erickson inilah yang menandai era Hipnoterapi modern.
Di tahun 1973, dari Santa Cruz, dua orang ilmuwan bernama Richard Bandler
dan Professor John Grinder, mengembangkan sebuah ilmu komunikasi yang
diturunkan dari Hipnosis. Ilmu ini selanjutnya dikenal sebagai Neuro Linguistic
Programming yang biasa dikenal dengan NLP. Dengan NLP, ternyata Bandler dan
Grinder tidak saja memperbesar keampuhan hipnoterapi dalam keadaan tidur semata
bahkan mengikuti jejak gurunya Erickson, NLP mampu mempercepat pemulihan
trauma dalam keadaan sadar dan dalam tempo yang sangat singkat.
Selama perang dunia II, hipnosis menjadi alternatif pengobatan bagi para
korban perang yang meliputi mengurangi rasa sakit, mengobati gangguan kecemasan
(neurosis), dan pengalaman yang traumati yang mengganggu. Dari kegiatan inilah
hipnosis menjadi sebuah alternatif penanganan gangguan psikis yang cukup populer.
Hingga kahirnya, setelah perang dunia II, hipnosis untuk kegiatan terapi diakui secara
berturut-turut oleh lembaga medis dan psikologi di negara Inggris dan Amerika
serikat. Pada tahu 1955 diakui penggunaannya oleh British Medical Association
(AMA), dan 1960 oleh American Psyichological Association (APA).
C. Hipnoterapi Modern
Hipnoterapi di masa lalu indentik dengan kondisi tidur, terbaring, atau tidak bergerak.
Pada masa kini, hipnotis lebih ditekankan pada kondisi relaksasi yang dalam, baik
secara fisik maupun mental. Saat ini dikenal beberapa keadaan hipnotis seperti
moving meditation, hypnoidal state, serta automatic writing, dimana pasien
melakukan aktivitas bawah sadar dalam bentuk gerakan atau tindakan yang
dikendalikan oleh niat. Psikolog pada Pusat hipnoterpi Kedokteran RSPAD Gatot
Subroto (pusat hipnotis kedokteran pertama di Indonesia), Dra. Psi Adjeng Lasmini
mengatakan, pada hipnoterapi, pasien diajak untuk relaks secara fisik dan mental
dengan memusatkan perhatian melalui sarana fiksasi berupa suara, tatapan, dan
sentuhan secara berulang dan monoton. Ini membuat pasien merasa semakin santai.
Dalam kondisi hipnoterapi lanjutnya, sugesti positif yang ditanamkan disusun dalam
kalimat yang sederhana. Karena pada kondisi ini kemampuan seseorang untuk
merangkum kalimat demi kalimat mengalami penurunan.
D. Hipnoterapi sebagai Terapi Komplementer dan Alternatif
Hipnoterapi adalah salah satu bentuk terapi komplementer, yaitu terapi yang
digunakan untuk melengkapi terapi atau tindakan medis, dan bukan untuk
menggantikan terapi atau tindakan medis yang sudah ada. Terapi komplementer
bersifat holistik dan bertujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Hipnoterapi
merupakan salah satu jenis Terapi Komplementer Mind Body Intervention dimana
terapi ini merupakan pendayagunaan kapasitas pikiran untuk mengoptimalkan fungsi
tubuh. Fokus terapi ini adalah menciptakan keseimbangan antara pikiran, emosi, dan
pernapasan. Hipnoterapi menggunakan sugesti atau pengaruh kata - kata yang
disampaikan dengan teknik - teknik tertentu. Satu-satunya kekuatan dalam hipnoterapi
adalah komunikasi. Setiap perawat sudah cukup akrab dengan namanya komunikasi
karena pekerjaannya adalah langsung berinteraksi dengan orang banyak, termasuk
klien dan keluarga. Oleh karena itu tak akan banyak makan waktu jika dibutuhkan
latihan, sebab hampir setiap hari kita berkomunikasi dengan orang asing. Perawat
mampu menghipnotis pasien jika dia memahami bahasa yang perawat gunakan.
E. Proses Hipnoterapi
1. Tiga bagian pikiran manusia.
Pikiran manusia terdiri dari tiga bagian, yaitu:
a. Pikiran tidak sadar adalah pikiran yang mengoperasikan tubuh secara
otomatis. Misalnya detak jantung, reproduksi sel, penyembuhan luka,
sirkulasi darah dan sistem otomatis lainnya dikerjakan oleh pikiran tidak
sadar. Pikiran tidak sadar selalu aktif, meskipun tertidur pulas.
b. Pikiran bawah sadar yang merupakan bagian pikiran yang sangat dominan
dan sering kali mengendalikan diri. Pikiran bawah sadar memuat
kebiasaan, dorongan perasaan, keyakinan, persepsi, dan memori permanen.
Menurut seorang tokoh psikologi, Sigmund Freud, tindakan manusia
sebagian besar berdasarkan program-program yang tertanam di pikiran
bawah sadarnya, bukan berdasarkan logikanya. Pikiran bawah sadar adalah
tempat penyimpanan semua memori dan program-program pikiran.
Program apapun yang ada di pikiran bawah sadar, akan selalu menjadi
dasar bagi tindakan.
c. Pikiran sadar adalah bagian pikiran yang selalu bersifat logis dan rasional.
Dengan berpikir logis dan rasional, manusia bisa menciptakan kehendak
atau keinginan untuk berubah. Namun ternyata kehendak saja tidak cukup
untuk mewujudkan perubahan yang permanen, karena kehendak pikiran
sadar selalu kalah apabila bertentangan dengan program yang tertanam di
pikiran bawah sadar. Contoh: seorang perokok, secara rasional dan logis,
hampir semua perokok tahu bahwa rokok adalah kegiatan yang merugikan
diri sendiri. Para perokok sebenarnya juga punya kehendak untuk berhenti
merokok. Namun kehendak itu tidak pernah menang melawan kebiasaan
merokok yang sudah menahun. Kebiasaan merokok merupakan sebuah
program yang tertanam di pikiran bawah sadar. Inilah bukti nyata bahwa
program yang tertanam di pikiran bawah sadar selalu lebih kuat efeknya
daripada kehendak pikiran sadar. Tujuan dari hipnoterapi adalah
menghapus atau menanamkan program di pikiran bawah sadar supaya
perubahan yang dialami berlangsung dari dalam diri sendiri.
2. Empat Wilayah Brainwave (Aktivitas Pikiran Manusia)
Untuk memahami Hypnosis atau Hypnotherapy secara mudah dan benar,
sebelumnya kita harus memahami bahwa aktivitas pikiran manusia secara
sederhana dikelompokkan dalam 4 wilayah yang dikenal dengan istilah
Brainwave, yaitu: Beta, Alpha, Theta, dan Delta:
a. Beta adalah kondisi pikiran pada saat sesorang sangat aktif dan waspada.
Kondisi ini adalah kondisi umum ketika seseorang tengah beraktivitas
normal. Frekwensi pikiran pada kondisi ini sekitar 14 – 24 Cps (diukur
dengan perangkat EEG).
b. Alpha adalah kondisi ketika seseorang tengah fokus pada suatu hal
(belajar, mengerjakan suatu kegiatan teknis, menonton televisi), atau pada
saat seseorang dalam kondisi relaksasi. Frekwensi pikiran pada kondisi ini
sekitar 7 – 14 Cps.
c. Theta adalah kondisi relaksasi yang sangat ekstrim, sehingga seakan-akan
yang bersangkutan merasa “tertidur”, kondisi ini seperti halnya pada saat
seseorang melakukan meditasi yang sangat dalam. Theta juga gelombang
pikiran ketika seseorang tertidur dengan bermimpi, atau kondisi REM
(Rapid Eye Movement). Frekwensi pikiran pada kondisi ini sekitar 3.5 – 7
Cps.
d. Delta adalah kondisi tidur normal (tanpa mimpi). Frekwensi pikiran pada
kondisi ini sekitar 0.5 – 3.5 Cps.
Kondisi Hypnosis sangat mirip dengan kondisi gelombang pikiran Alpha dan
Theta. Yang sangat menarik, bahwa kondisi Beta, Alpha, dan Theta, merupakan
kondisi umum yang berlangsung secara bergantian dalam diri kita. Suatu saat kita
di kondisi Beta, kemudian sekian detik kita berpindah ke Alpha, sekian detik
berpindah ke Theta, dan kembali lagi ke Beta, dan seterusnya.
Pada saat setiap orang menuju proses tidur alami, maka yang terjadi adalah
gelombang pikiran ini secara perlahan-lahan akan menurun mulai dari Beta,
Alpha, Theta, kemudian Delta dimana kita benar-benar mulai tertidur.
Perpindahan wilayah ini tidak berlangsung dengan cepat, sehingga sebetulnya
walaupun seakan-akan seseorang sudah tampak tertidur, mungkin saja ia masih
berada di wilayah Theta. Pada wilayah Theta seseorang akan merasa tertidur,
suara-suara luar tidak dapat didengarkan dengan baik, tetapi justru suara-suara ini
didengar dengan sangat baik oleh pikiran bawah sadarnya, dan cenderung
menjadi nilai yang permanen, karena tidak disadari oleh “pikiran sadar” yang
bersangkutan.
G. Manfaat Hipnoterapi
Saat ini hipnoterapi dapat digunakan untuk mengatasi masalah – masalah sebagai
berikut:
1. Masalah Fisik
Ketegangan otot dan rasa nyeri (nyeri kronik) yang berlebihan dapat dibantu
dengan Hipnoterapi. Dengan Hipnoterapi, dapat membuat tubuh menjadi
relaks dan mengurangi intensitas nyeri yang berlebihan secara drastic. Selain
itu hipnoterapi juga bermanfaat kegemukan/ obesitas dan irritable bowel
syndrome.
2. Masalah Emosi
Serangan panik, ketegangan dalam menghadapi ujian, kemarahan, rasa
bersalah, kurang percaya diri, ansietas/ cemas, duka (grief), depresi, trauma
dan phobia adalah masalah-masalah emosi yang berhubungan dengan rasa
takut dan kegelisahan. Semua masalah di atas bisa diatasi dengan hipnoterapi.
Selain itu hipnoterapi juga bisa dilakukan untuk penyembuhan diri sendiri atau
self healing. Sebenarnya beberapa penyakit sumbernya dari pikiran kita.
Ramalan diri sendiri atau sugesti hipnosis seringkali menjadi nyata karena
pikiran kita yang memasukan sugesti dalam proses pemikiran. Seperti saat kita
kehujanan, di dalam pikiran kita akan tersugesti, saya akan sakit kepala atau
pusing karena kehujanan. Akibatnya tubuh benar-benar mengalami sakit
kepala. Padahal jika ditanamkan sugesti saya akan sehat dan tidak akan terjadi
apa-apa maka sakitpun tidak akan datang. Fenomena seperti ini yang disebut
oleh pengobatan medis barat sebagai efek plasebo.
Penelitian dari NIH (National Institute of Health) menunjukkan bahwa pada
akhir dekade ini, hipnoterapi mulai dikembangkan sebagai terapi paliatif pada
pasien kanker. Hipnoterapi terbukti memiliki manfaat dalam mengurangi nyeri
kronik, stress dan depresi pada pasien kanker stadium lanjut.
3. Masalah Perilaku
Masalah perilaku seperti merokok, makan berlebihan dan minum minuman
keras yang berlebihan dan berbagai macam perilaku ketagihan (addiction)
dapat diatasi dengan hipnoterapi. Hipnoterapi juga bisa membantu insomnia/
gangguan tidur dan menghilangkan latah.
Beberapa penelitian jurnal menunjukan bahwa Hipnoterapi sangat berpengaruh
terhadap penurunan tingkat stress yang dialami. Hal itu dakarenakan Hipnoterapi
dapat membuat seseorang fokus terhadap tindakan atau aktivitas yang sedang
dilakukan dan mengabaikan hal-hal lain yang bukan prioritasnya. Sehingga apabila
ada suatu masalah dapat dengan mudah diselesaikan.
Berikut beberapa jurnal mengenai manfaat hipnoterapi:
1. Metode Keperawatan Komplementer Hipnoterapi untuk menurunkan efek
stress pasca trauma tingkat sedang pada fase rehabilitasi sistem
penanggulangan kegawatdaruratan terpadu (SPGDT). (R.P. Kuswantoro et al,
2012).
2. Pengaruh Hipnoterapi terhadap tingkat stress mahasiswa Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Padjajaran angkatan 2011. (H.Bayu, S.Aat, F.Nita,
2012).
H. Kontraindikasi Hipnoterapi
Secara garis besar, kontraindikasi hipnoterapi adalah pada keadaan:
1. Seseorang yang dalam kondisi tidak tenang, gaduh gelisah, misalnya pada
psikosis akut sehingga tidak dapat dilakukan kontak psikis dengan subjek.
2. Seseorang yang dalam keadaan tidak mengerti apa yang akan dilakukan,
misalnya pada orang imbesil atau dimensia. Pada mereka tidakdapat dilakukan
hipnotis dengan cara apapun.
3. Pada orang yang tidak tahu atau belum mengerti tentang apa yang kita
katakan, sugesti verbal tidak akan berpengaruh pada subjek.
4. Subjek yang memiliki kesulitan dengan kepercayaan dasar seperti pasien
paranoid atau yang memiliki masalah pengendalian seperti obsesi-kompulsif.
5. Penggunaan hipnosis oleh operator yang tidak terlatih dengan baik.
6. Penggunaan hipnosis untuk tujuan yang tidak baik.
J. Fakta Hipnoterapi
1. Hipnoterapi adalah suatu hal yang aman dilakukan. Hal ini hanyalah keadaan
santai di mana pikiran bawah sadar seseorang dapat diakses dan terbuka untuk
membuat perubahan positif.
2. Hipnoterapi bukan pengendalian pikiran. Karena dengan bantuan pembimbing,
orang tersebut yang memilih cara yang tepat untuk mengkhilaskan dan mengatasi
masalah seseorang.
3. Seseorang tetap sadar selama hipnoterapi. Kondisi ini hanyalah sebuah bagian dari
relaksasi, yaitu pikiran tenang dan rileks.
4. Siapapun dapat dihipnoterapi (selama yang bersangkutan tidak mengalami
paksaan, dan gangguan dalam berkomunikasi).
2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. Keluhan Utama
Menceritakan kejadian / peristiwa yang traumatis, merasa marah , teringat
kembali peristiwa bencana yang dialaminya
b. Riwayat Keperawatan Sekarang
Individu atau komunitas mengalami bencana besar dilombok , individu atau
komunitas merasa sangat takut tentang kejadian itu dan takut akan terulang
lagi kejadian yang sama.
c. Riwayat Keperawatan Sebelumnya
Individu atau komunitas tidak pernah mengalami kejadian bencana besar dan
tidak pernah mengalami masalah seperti ini sebelumnya.
3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Khusus
1) Data Subjektif
a) Menceritakan kejadian / periatiwa yang traumatis
b) Merasa marah atau gusar
c) Teringat kembali peristiwa bencana yang dialaminya
d) Merasa tidak berguna
e) Menyatakan takut
f) Menyatakan was-was
g) Merasakan fikiran terganngu
h) Tidak ingin mengingat peristiwa itu kembali dengan
menceritakannya lagi
i) Mengingkari peristiwa trauma
j) Merasa malu
k) Merasa jantung berdebar-debar
2) Data Objektif
a) Mengasingkan diri
b) Menangis
c) Marah
d) Gelisah
e) Menghindar
f) Mengasingkan diri
g) Depresi
h) Sulit berkomunikasi
i) Keadaan mood terganggu
j) Sesak
k) Lemah
b. Pengkajian persistem
1) Aktivitas atau istirahat
a) Gangguan tidur
b) Mimpi buruk
c) Hipersomia
d) Mudah letih
2) Sirkulasi
a) Denyut jantung meningkat
b) Palpitasi
c) Tekanan darah meningkat
3) Integritas ego
a) Derajat ansietas bervariasi dengan gejala yang berlangsung
berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan.
b) Gangguan stres akut terjadi 2 hari-4 minggu dalam 4 minggu
peristiwa traumatic
c) PTSD akut gejala kurang dari 3 bulan
d) PTSD kronik gejala lebih dari 3 bulan
e) Perasaan bersalah, tidak berdaya
f) Perasaan tentang masa depan suram atau memendek
4) Neurosensori
a) Gangguan kognitif sulit berkonsentrasi
b) Kewaspadaan tinggi
c) Ketakutan berlebihan
d) Ingatan persisten
e) Ketegangan otot, gemetar
5) Pernapasan
a) Frekuensi pernapasan meningkat
b) Dispneu
6) Keamanan
a) Marah yang meledak-ledak
b) Perilaku kekerasan terhadap lingkungan atau individu lain
c) Gagasan bunuh diri
7) Seksualitas
a) Hilang gairah
b) Impotensi
c) Ketidakmampuan mencapai orgasme
8) Interaksi social
a) Menghindari orang/tempat/kegiatan yang menimbulkan
ingatan tentang trauma, penurunan responsif, mati rasa
secara psikis.
b) Hilang minat secara nyata pada kegiatan yang sugnifikan,
termasuk pekerjaan
c. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yang mempengaruhi kehilangan :
1) Genetik
Individu yang dilahirkan dibesarkan dalam keluarga yang
mempunyai riwayat depresi biasanya sulit mengembangkan
sikapoptimis dalam menghadapi suatu permasalahan, termasuk
menghadapi kehilangan.
2) Kesehatan fisik
Individu dengan keadaan fisik sehat, cara hidup
teratur,cenderung mempunyai kemampuan mengatasi stress
yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang sedang
mengalami gangguan fisik
3) Kesehatan mental / jiwa
Individu yang mengalami gangguan jiwa seperti depresi yang
ditandai dengan perasaan tidak berdaya pesimistik dan
dibayangi dengan masa depan yang suram, biasanya sangat
peka terhadap situasi kehilangan.
4) Pengalaman kehilangan dimasa lalu
Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang bermakna
dimasa kanak-kanak akan mempengaruhi individu dalam
menghadapi kehilangan dimasa dewasa
d. Faktor Presipitasi
Stress yang nyata seperti kehilangan yang bersifat Bio-Psiko-Sosial antara lain
kehilangan kesehatan (sakit), kehilangan fungsi seksualitas, kehilangan
keluarga dan harta benda. Individu yang kehilangan sering menunjukkan
perilaku seperti menangis atau tidak mampu menangis , marah, putus asa,
kadang ada tanda upaya bunuh diri atau melukai orang lain yang akhirnya
membawa pasien dalam keadaan depresi.
Tingkatan stress yang sesuai untuk hipnoterapi ini adalah pada tingkat sedang
karena pada stress tingkat ini klien bisa bekerjasama dan keluhan yang
dirasakan tidak akan banyak mempengaruhi fokus klien saat dilakukan terapi
sehingga hipnoterapi yang dilakukan akan lebih efektif. Klien bisa melakukan
hipnoterapi sendiri di rumah, yaitu self hipnotis.
faktor-faktor lain yang mempengaruhi keefektifan hasil hipnoterapi ini.
Perlu dilakukan pengembangan lanjutan terhadap fase-fase terapi yang dibuat
agar tercipta terapi yang benar-benar efektif untuk menurunkan efek stress
pasca trauma akibat bencana pada berbagai tingkatan stress. Dapat
memperkenalkan suatu alternatif materi perkuliahan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam menerapkan konsep keperawatan holistik
terutama pada terapi stress pasca bencana. Metode ini dapat dijadikan salah
satu alternatif untuk rehabilitasi psikologi klien akibat stress pasca trauma
yang dialami.
ANALISA DATA
Kilas balik -
Ketakutan -
Malu -
DEFINING Ansietas -
Kompulsif -
CHARACTERISTICS Menghindar -
-
Kurang konsentrasi
Mimpi buruk -
Panic attack.-
-
Mengantisipasi kehilangan hal yang bermakna (mis,
kepemilikan, pekerjaan, status rumah, bagian dan proses tubuh)
- Mengantisipasi kehilangan orang terdekat
RELATED FACTORS:
- Kematian orang terdekat
- Kehilangan objek penting ( mis, kepemilikan pekerjaan, status
rumah, bagian dan proses tubuh).
ENT ASSESSM
Diagnostic
Statement: Related to: Bencana
Intervensi keperawatan
Sindrom Pasca Trauma ergbungan kejadian atau bencana yang di alami individu atau komunitas
Inisial Pasien : An.Siti
Tanggal :
Dx.Kep : Sindroma Pasca Trauma
Definisi : Respon maladaptif yang terus berlangsung terhadap kejadian traumatik dan melelahkan .
NIC NOC
Intervensi Aktifitas Outcome Indikator
Manajemen koping 1. Bina dan jalin hubungan saling Sindrom Pasca Bencana a) Membina hubungan saling
toleransi/stress percaya. Definisi: percaya dengan pasien:
(SindromPasca 2. Identifikasi kemungkinan faktor Mengalami proses kejadian atau b) Mendiskusikan dengan
Bencana) yang menghambat proses berduka bencana yang normal pasien peristiwa yang
Definisi : 3. Kurangi atau hilangkan faktor pernah di alami dengan
Respon maladaptif penghambat proses berduka. pemberian makna positif
yang terus 4. Beri dukungan terhadap respon dan mengambil hikmahnya.
berlangsung kehilangan pasien c) Menemukan kemungkinan
terhadap kejadian 5. Tingkatkan rasa kebersamaan antara faktor penghambat proses
traumatik dan anggota keluarga. berduka dan membantu
melelahkan 6. Identifikasi tingkat rasa duka pada mengurangi nya.
fase berikut: d) Memberikan penghargaan
1) Fase pengingkaran setelah pasien menceritakan
- Memberi kesempatan kepada dan merespon situasi
pasien untuk mengungkapkan kehilangan dengan
perasaannya. membesarkan
- Menunjukkan sikap
menerima,ikhlas dan mendorong
pasien untuk berbagi rasa.
- Memberikan jawaban yang jujur
terhadap pertanyaan pasien
tentang sakit, pengobatan dan
kematian.
2) Fase marah
- Mengizinkan dan mendorong
pasien mengungkapkan rasa
marahnya secara verbal tanpa
melawan dengan kemarahan.
3) Fase tawar menawar
- Membantu pasien
mengidentifikasi rasa bersalah
dan perasaan takutnya.
4) Fase depresi
- Mengidentifikasi tingkat depresi
dan resiko merusak diri pasien
- Membantu pasien mengurangi
rasa bersalah.
- Melakukan tahap deeping ke
pasien dibawa masuk ke alam
bawah sadar .
- Melakukan tahap terapi pikiran
pasien dapat memberikan
keyakinan positif untuk
menghilangkan stress pasca
trauma
5) Fase penerimaan
- Membantu pasien untuk
menerima kehilangan yang tidak
bisa dielakkan.
- Merelaksasikan 3 unsur jiwa
raga, yaitu; nafas, gerak, dan
nalar
- Memberikan sugesti semata
yang mempercepat
penyembuhan namun juga
membawa seseorang kedalam
kondisi nyaman mereka
(trance)
- Menggunakan bahasa positif
N Tgl / jam Tindakan Paraf
o
1. Membina hubungan saling percaya dengan
pasien:
2. Mendiskusikan dengan pasien peristiwa yang
pernah di alami dengan pemberian makna
positif dan mengambil hikmahnya.
3. Menemukan kemungkinan faktor penghambat
proses berduka dan membantu mengurangi
nya.
4. Melakukan tahap deeping ke pasien yaitu dibawa
masuk ke alam bawah sadar .
5. Melakukan tahap terapi pikiran pasien dapat
memberikan keyakinan positif untuk
menghilangkan stress pasca trauma.
6. Merelaksasikan 3 unsur jiwa raga, yaitu; nafas,
gerak, dan nalar
7. Memberikan sugesti semata yang
mempercepat penyembuhan namun juga
membawa seseorang kedalam kondisi
nyaman mereka (trance)
8. Memberikan penghargaan setelah pasien
menceritakan dan merespon situasi kehilangan
N Tgl / Jam Evaluasi Paraf
o
S:
Menceritakan kejadian / peristiwa yang
traumatis
Teringat kembali peristiwa bencana yang
dialaminya
Merasa tidak berguna
Menyatakan takut
O:
Menangis
Marah
Gelisah
Menghindar
Mengasingkan diri
Depresi
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Tindakan 1,2,3, 4,5,6 dan 7
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipnoterapi merupakan suatu teknik terapi pikiran dan penyembuhan menggunakan metode hipnotis. Metode hipnotis ini dapat
memberikan sugesti atau perintah positif kepada pikiran alam bawah sadar untuk mengubah pikiran, perasaan, dan perilaku menjadi lebih
baik bahkan dapat menyembuhkan suatu gangguan psikologis pada pasien.
Dari jenis-jenis hypnosis ada banyak seperti, stage hypnosis, anodyna awareness, forensic hypnosis,clinical hypnosis, dan methaphysical
hypnosis. Masing-masingnya memiliki tujuan yang berbeda-beda, hipnoterapi memiliki tujuan diantaranya dapat meningkatkan kualitas
hidup,menajemen rasa sakit dan stress, mengatasi fobia, dan dapat mencegah depresi.
Agar terciptanya hipnoterapi dalam hyponetapi ini terapi perlu menggunakan dan memperhatikan penggunaan Bahasa hipnotik khusus
untuk hipnterapi. Hal ini sanagt penting untuk diperhatikan oleh terapis mengenai amplitude suara agar sugesti yang diberikan dapat masuk.
B. Saran
Diharapkan dengan pembuatan makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca khususnya pada mahasiswa keperawatan mengenai
informasi yang sudah dipaparkan tentang hipnoterapi ini. Makalah ini jauh dari kata sempurna maka dari itu kritik dan saran sangat
diperlukan untuk menyempurnakan makalah ini
DAFTAR PUSTAKA
Acevedo, Edmund O; Ekkekakis, Panteleimon (ed.). 2006. Psychobiology of Physical Activity. Champaign, Il.: Human Kinetics.
Alimul Hidayat, A. Azis. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Batbual, B. 2010. Hypnosis Hypnobrithing Nyeri Persalinan dan Berbagai Metode Penanganannya. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Dadang Hawari. 2007. Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa, Skizofrenia. Jakarta : FKUI
Gunawan, A. W. 2007. Hypnotherapi The Art Of Subconscious Restructuring. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Hawari, Dadang. 2001. Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta: Psikiatri FKUI
Kahija, Y. F. LA. 2007. Hipnoterapi: Prinsip-prinsip Dasar Praktik psikotrapi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Patterson & Jhonson. 2003. Virtual Reality Hypnosis. USA: University of Washington School of Medicine
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses Dan Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Sarafino, Edward P. 2008. Psikologi Kesehatan. Jakarta: Gramedia
Setiawan, T. 2009. Hipnotis & Hipnoterapi. Yogyakarta: Garasi
Stuart, Gail W. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Wong, W., & Hakim, A. 2009.Dahsyatnya hipnosis.Jakarta: Visimedia
R.P. Kuswantoro et ai. 2012. Metode keperawatan komplementer Hipnoterapi untuk menurunkan efek stress pasca trauma tingkat sedang pada
fase rehabilitasi SPGDT.
Zain, A.J. 2011. Cara Mengatasi Stres dengan Hipnoterapi. Available online at http://dokterpikiran.com/2011/02/cara-mengatasi-stres-
denganhipnoterapi. html. (diakses tanggal 24 November 2014)