BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada umumnya, setiap orang pernah mengalami perasaan tertekan atau
mengalami ketegangan yang dalam bahasa populernya dikenal dengan istilah
stress. Stres adalah ketidakmampuan mengatasi diancaman yang dihadapi oleh
mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat
mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut. Persaingan yang banyak, tuntutan,
dan tantangan dalam dunia modern ini, menjadi tekanan dan beban stres
(ketegangan) bagi semua orang. Tekanan stres yang terlampau besar hingga
melampaui daya tahan individu, maka akan timbul gejala-gejala seperti sakit
kepala, gampang marah, dan tidak bisa tidur. Acevedo dan Ekkekakis (2006)
menyatakan bahwa stress dapat ditimbulkan oleh karakteristik bawaan yang
merupakan predisposisi keturunan dan keterbatasan psikologis individu. Selain
itu juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti kondisi dan situasi tempat
tinggal serta pengalaman masa lalu individu. Dengan banyaknya problematika yang
muncul, menyebabkan tidak sedikit masyarakat yang pada akhirnya memiliki
tingkat frustasi, depresi dan stres yang tinggi hingga menimbulkan masalah
kesehatan jiwa.
Penderita stres sekarang ini semakin banyak, Menurut Badan Kesehatan
Dunia (WHO) , jumlah penderita gangguan jiwa didunia pada 2001 adalah 450 juta
jiwa. Dengan mengacu data tersebut, kini jumlah itu diperkirakan sudah meningkat.
Diperkirakan dari sekitar 220 juta penduduk Indonesia, ada sekitar 50 juta atau 22
persennya, mengidap gangguan kejiwaan (Hawari,2009). Data menurut
KementerianK esehatan tahun 2011 di dapatkan bahwa dari populasi orang
dewasa di Indonesia yang mencapai 150 juta jiwa, sekitar 11,6 persen atau 17,4 juta
jiwa mengalami gangguan mental emosional atau gangguan kesehatan jiwa berupa
gangguan kecemasan dan depresi. Dari data Riskesdas Departemen Kesehatan
tahun 2013 menyebutkan, terdapat 1 juta jiwa pasien gangguan jiwa berat dan 19
juta pasien gangguan jiwa ringan di Indonesia.
2
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi stres yang dialami,
salah satunya yaitu dengan hipnoterapi. Hipnoterapi merupakan salah satu terapi
komplementer yang terbukti dan sangat efektif untuk mengatasi stres. Ada beberapa
metode selain hipnoterapi yang digunakan untuk mengatasi stres namunkurang
efektif dan butuh waktu yang lama untuk bisa merasakan perubahan yang
signifikan. Kurang efektif karena metode yang lain tidak menyentuh
akar permasalahan dan hanyabermain di level pikiran sadar. Padahal sumber
stres pada seseorang itu tersimpan dipikiran bawah sadar (Zain,2011). Dengan
latar belakang tersebut maka penulis ingin mengetahui lebih dalam tentang
hipnoterapi sebagai salah satu terapi komplementer untuk mengatasi stres serta
mekanisme kerjanya untuk menurunkan tingkat stress pada seseorang.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Hipnoterapi?
3. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui konsep hipnoterapi sebagai terapi komplementer untuk
menurunkan tingkat stress.
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi hipnoterapi
2. Mengetahui tujuan dan manfaat hipnoterapi
3
3. Manfaat
1. Manfaat bagi mahasiswa
Sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan tentang konsep
hipnoterapi sebagai terapi komplementer dan penerapannya di bidang keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Hipnoterapi
1. Definisi Hipnoterapi
Hipnoterapi merupakan salah satu cabang ilmu psikologi yang
mempelajari manfaat sugesti untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan
dan perilaku (Setiawan,2009). Hipnosis adalah pendekatan psikologis dimana
terapis menunjukkan bahwa klien akan mengalami perubahan dalam sensasi,
pikiran persepsi, dan perilaku. Menurut Batbual (2010), hipnoterapi adalah salah
satu jenis hipnosis sebagai sarana penyembuhan gangguan psikologis maupun fisik
(psikomatis). Selain itu, hipnoterapi dapat juga dikatakan sebagai suatu teknik
terapi pikiran menggunakan hipnotis (Setiawan, 2009). Menurut Gunawan (2007)
hipnoterapi, sesuai dengan namanya, adalah terapi yang menggunakan hipnosis
sebagai sarana untuk menjangkau pikiran bawah sadar klien. Karena yang diotak-
atika dalam pikiran. Manusia mempunyai dua macam pikiranya itu pikiran sadar
dan pikiran bawah sadar. Peran dan pengaruh pikiran sadar terhadap diri kita
adalah sebesar 12%, sedangkan pikiran bawah sadar mencapai 88%. Induksi
merupakan tahap sebelum memberikan sugesti untuk meningkatkan daya relaksasi.
Sugesti seseorang tampaknya menjadi variabel penting dalam efektivitas hipnosis
dan dalam jangka panjang efek pengobatan (Patterson & Jensen 2003).
3. Mekanisme Hipnoterapi
Menurut Budi dan Ervin (2010), proses hipnosis dapat berlangsung karena
adanya gapduration dalam berlangsungnya perjalanan impuls, penalaran atas
suatu impuls yang diterima dan perjalanan respons sebagai reaksi terhadap suatu
impuls serta terjadi atau muculnya reaksi, yang diakibatkan oleh adanya
kelambatan berlangsungnya proses tersebut. Kelambatan prosest ersebut yang
menyebabkan adanya gapduration dapat tejadi sebagai akibat dari:
b. Perjalananmasing-masing rangsangan yang melalui jejas serabut saraf
mengalami perbedaan kecepatan.
b. Rangsangan yang timbul memiliki perbedaan dalam kejelasan, jenis,
lokasi, dan kekuatannya.
c. Selama melewati jejas serabut saraf, rangsangan dapat mengalami
modifikasi baik pembelokan maupun penguatan bahkan blocing atau
inhibiasi (penghambatan).
d. Kelambatan alur impuls tersebut dapat menyebabkan kelambatan loading
otak di dalam mempersepsikan semua impuls yang masuk, yaitu kelambatan
dalam perjalanan impuls untuk dipersepsikan atau di olah.
e. Dapat pula sebagai akibat dalam kelambatan alur respons saraf setelah
dipersepsikan di dalam otak.
Saat dimana seseorang telah terfokus kepada suatu hal maka pada saat
itulah terjadi gapduration yang memungkinkan dilakukan sugesti suatu kalimat-
kalimat perintah yang di sebut afirmasi sehingga obyek akan masuk ke alam
pikir bawah sadar dan akan mengikuti apapun yang diperintahkan subyek pemberi
hipnosis. Menurut Wong (2010) pola pendekatan perilaku pikiran sadar (conscious)
sebagai kerja hemisfer dominan pada otak (otak kiri), sedangkan perilaku bawah
sadar (unconscious) identik dengan perilaku kerja otak yang non-dominan (otak
7
kanan). Menurut Heller (2005) kedua belahan otak selalu melekat pada setiap
proses sistem pikiran sadar dan bawah sadar, berinteraksi, bekerjasama, serta
bersinergi secara harmonis dan bukannya bekerja secara terpisah dan berlawanan.
Dengan demikian terjadinya proses hipnosis terhadap seorang subjek atau klien
merupakan hasil interaksi fungsi verbal dan analitis yang dilakukan oleh
hemisfer otak bagian kiri dan fungsi kreatif dan non verbal yang dilakukan oleh
hemisfer otak bagian kanan.
1) Preinduction
Pre induction merupakan suatu proses mempersiapkan suatu situasi dan
kondisi yang bersifat kondusif antara terapis dengan orang yang akan
dihipnosis (klien). Agar proses preinduction berlangsung dengan baik
maka sebelumnya terapis harus dapat mengenali aspek-aspek psikologis
dari klien, antara lain hal yang diminati, hal yang tidak diminati, apa yang di
ketahui klien terhadap proses hipnoterapi.
Preinduction dapat berupa percakapan ringan, saling berkenalan, sertahal-
hal lain yang bersifat mendekatkan seorang terapis secara mental terhadap
seorang klien. Preinduction merupakan tahapan yang bersifat kritis,
seringkali kegagalan proses hipnoterapi diawali dari proses preinduction
yang tidak tepat.
Salah satu yang harus dilakukan pada preinduction adalah suggestivity test
yang harus dilakukan untuk mengetahui tingkat suggestivitas alamia dari
klien. Tes ini merupakan standar yang harus dilakukan setiap
menghipnoterapi pada saat melakukan hipnoterapi kepada orang yang
belum pernah merasakan hipnosis langsung.
2) Induction
Induction (induksi) merupakan teknik untuk membawa subjek berada dalam
kondisi hipnosis. Induksi ini dilakukan dengan memberikan suatu kejutan
kepada subjek sehingga critical area terbuka secara tiba-tiba dan terjadi masa
tegang (blank) . Pada masa tegang tersebut, kita berikan perintah sederhana
kepada subjek.
3) Deepening
Deepening merupakan suatu teknik yang bertujuan membawa subjek
8
memasuki kondisi hipnosis yang lebih dalam lagi dengan memberikan suatu
sentuhan imajinasi. Konsep dasar dari deepening ini adalah membimbing
subyek klien untuk berimajinasi melakukan sesuatu kegiatan atau berada
disuatu tempat yang mudah dirasakan oleh subyek. Rasa mengalami secara
dalam ini akan membimbing subyek memasuki trancelevel lebih dalam.
4) Sugestion
Sugestion merupakan suatu kalimat-kalimat saran yang disampaikan oleh
hipnotis ke bawah sadar obyak. Dalam hal ini, sugesti tersebutlah yang
menjadi tujuan kegiatan hipnosis.
5) Temination
Temination merupakan tahap pengakhiran untuk mengembalikan subyek pada
keadaan semula. Sebuah terminasi dilakukan dengan memberikan kalimat
5. Indikasi Hipnoterapi
Indikasi penggunaan hipnoterapi apabila:
c. Seseorang responsif terhadap metode hipnoterapi.
b. Klien memiliki hubungan positif terhadap terapis.
c. Individu memiliki motivasi untuk memecahkan masalah baik sadar
maupun tidak sadar.
d. Penggunaan hipnoterapi tidak merugikan bagi klien maupun orang lain.
9
6. Kontraindikasi Hipnoterapi
Kontraindikasi penggunaan hipnoterapi yaitu:
d. Hipnosis oleh operator yang tidak terlatih dengan baik.
b. Penggunaan hipnosis untuk tujuan yang tidak baik.
7. Konsep Stres
1. Definisi Stres
Stres adalah segala situasi berupa tuntutan non-spesifik mengharuskan
seseorang individu untuk berespon dan melakukan tindakan (Potter & Perry,
2005). Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh
perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi oleh lingkungan maupun
penampilan individu di dalam lingkungan tersebut. Stres adalah reaksi atau respon
tubuh terhadap stressor psiko sosial atau terhadap tekanan mental atau beban
kehidupan (Hawari,2001). Stres adalah fenomena yang mempengaruhi semua
dimensi dalam kehidupan seseorang. Stres dapat mengganggu cara seseorang
dalam menyelesaikan masalah, berpikir secara umum, dapat mengganggu
pandangan seseorang terhadap hidup,dan status kesehatan (Potter & Perry,2005).
Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa stres adalah respon
atau reaksi tubuh manusia yang bersifat tidak spesifik karena adanya tuntutan
kebutuhan sehari-hari baik sehingga dapat menimbulkan keadaan yang mencekam
dan ketegangan hidup seseorang serta ketidakseimbangan dalam tubuh manusia.
2 Jenis Stres
Apabila ditinjau dari penyebab stres, menurut Alimul (2006), dapat di golongkan
sebagai berikut:
a. stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau rendah,
suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik.
b. stres kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun,
hormon, atau gas.
1
4. Jenis Stressor
Jenis stresor meliputi fisik, psikologis, dan sosial kultural. Stresor fisik
berasal dariluar diriindividu, seperti suara, polusi, radiasi, suhu udara, makanan,zat
kimia, trauma, dan latihan fisik yang terpaksa. Pada stresor psikologis tekanandari
dalam diri individu biasanya yang bersifat negatif yang menimbulkan
frustasi,kecemasan, rasa bersalah, khawatir berlebihan, marah, benci, sedih,
cemburu, rasakasihan pada diri sendiri, serta rasa rendah diri, sedangkan stresor
sosial kultural yaitu tekanan dari luar disebabkan oleh interaksi individu dengan
lingkungannya. Banyak stresor sosial kultural yang bersifat traumatik yang tak
dapat dihindari,
1
e. sosial, ditandai dengan mudah menyalahkan orang lain dan mencari kesalahan
orang lain dan bersikap tak acuh pada lingkungan.
1
8. Stres tingkat sedang, terjadi ketika seseorang merasa cukup mungkin akan
kemampuannya untuk menghadapi suatu kejadian tetapi dia harus berusaha
keras, maka seseorang akan merasakan perasaan stres dengan tingkatan
menengah atau sedang. Pada tahap ini, seseorang masih bisa beradaptasi
terhadap stresor yang dihadapi
9. Stres tingkat tinggi, terjadi ketika seseorang merasakan bahwa
kemampuannya mungkin tidak akan mencukupi pada saat berurusan
denganstresor dari dalam diri dan lingkungannya, maka akibatnya seseorang
akan mengalami perasaan stres yang besar.
8. Tahapan Stres
Dr. Robert J.An Amberg dalam penelitiannya membagi tahapan-tahapan
stresse bagai berikut (Hawari, 2001):
10. Stres tahap I
Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan dan biasanya
disertai dengan perasaan semangat bekerja besar, berlebihan (overacting ),
penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya dan merasa mampu
menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa disadari cadangan
energi semakin menipis.
11. Stres tahap II
Dalam tahapan ini dampak atau respon terhadap stresor yang semula
menyenangkan sebagaimana diuraikan pada tahap I di atas mulai menghilang
dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi yang
tidak lagi cukup sepanjang hari, karena tidak cukup waktu untuk
beristirahat. Istirahat yang dimaksud antara lain dengan tidur yangccukup,
bermanfaat untuk mengisi atau memulihkan cadangan energi yang mengalami
defisit. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang
beradapada stres tahap II antara lain merasa letih sewaktu bangun pagi yang
seharusnya merasa segar, merasa mudah lelah sesudah makan siang, lekas
merasa lelah menjelang sore hari, sering mengeluh lambungcatau perut tidak
nyaman (bowel discomfort ), detakan jantung lebih
1
1. Mengatur diet dan nutrisi. Pengaturan diet dan nutrisi merupakan cara
yang efektif dalam mengurangi atau mengatasi 15 tress. Ini dapat dilakukan
dengan mengonsumsi makanan yang bergizi sesuai porsi dan jadwal yang
teratur. Menu juga sebaiknya bervariasi agar timbul kebosanan.
2. Istirahat dan tidur. Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam
mengatasi stres karena istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan
keletihan fisik dan kebugaran tubuh. Tidur yang cukup juga dapat
memperbaiki sel-sel yang rusak.
1
3. Olahraga teratur. Olahraga yang teratur adalah salah satu cara meningkatkan
daya tahan dan kekebalan fisik maupun mental. Olahraga yang dilakukan
tidak harus sulit. Olahraga yang sederhana seperti jalan pagi atau lari pagi
dilakukan paling tidak dua kali seminggu dan tidak harus sampai berjam-jam. Seusai
berolahraga, diamkan tubuh yang
6. Mengatur berat badan. Berat badan yang tidak seimbang (terlalu gemuk
atau terlalu kurus) merupakan faktor yang dapat menyebabkan timbulnya
stres. Keadaan tubuh yang tidak seimbang akan menurunkan ketahanan
dan kekebalan tubuh terhadap stres.
7. Mengatur waktu. Pengaturan waktu merupakan cara yang tepat dalam
mengurangi dan menanggulangi stres. Dengan mengatur waktu
sebaik – baiknya, pekerjaan yang dapat menimbulkan kelelahan fisik dapat
dihindari. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menggunakan waktu secara
efektif dan efisien, misalnya tidak membiarkan waktu berlalu tanpa
menghasilkan hal yang bermanfaat.
8. Terapi psikofarmaka. Terapi ini menggunakan obat-obatan dalam mengata
sistres yang dialami melalui pemutusan jaringan antara psiko, neuro dan
imunologi sehingga stresor psikososial yang dialami tidak memengaruhi
fungsi kognitif afektif atau psikomotor yang dapat mengganggu organ tubuh
yang lain. Obat yang biasanya digunakan adalah obat anti cemas dan anti
depresi.
9. Terapi somatik. Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan
akibat stres yang dialami sehingga diharapkan tidak mengganggu sistem
1
tubuh yang lain. Contohnya, jika seseorang mengalami diare akibat stres,
maka terapinya adalah dengan mengobati diarenya.
10. Psikoterapi. Terapi ini menggunakan teknik psiko yang disesuaikan
dengan kebutuhan seseorang. Terapi ini melipu tip sikoterapi suportif dan
psikoterapi reedukatif. Psikoterapi suportif memberikan motivasi dan
dukungan agar klien memiliki rasa percaya diri, sedangkan psikoterapi
reedukatif dilakukan dengan memberikan pendidikan secara berulang.
Selainitu, ada pula psikoterapi rekonstruktif dengan cara memperbaiki
kembali kepribadian yang mengalami goncangan dan psikoterapi kognitif
dengan memulihkan fungsi kognitif klien (kemampuan berpikir rasioal).
11. Terapi psikoreligius. Terapi ini menggunakan pendekatan agama dalam
mengatasi permasalahan psikologis. Terapi ini diperlukan karena dalam
mengatasi atau mempertahankan kehidupan, seseorang harus sehat secara
fisik, psikis, sosial, maupun spiritual (Alimul, 2006)
Manajemen stres yang lain adalah dengan cara meningkatkan strategi
koping yang berfokus pada emosi dan strategi koping yang berfokus pada
masalah. Koping yang berfokus pada emosi dilakukan antara lain dengan cara
mengatur respons emosional terhadap stres melalui perilaku individu, misalnya
meniadakan fakta yang tidak menyenangkan, mengendalikan diri, membuat jarak,
penilaian secara positif, menerima tanggung jawab atau lari dari kenyataan
(menghindar). Sedangkan strategi koping yang berfokus pada masalah dilakukan
dengan mempelajari cara atau keterampilan yang dapat menyelesaikan masalah,
seperti keterampilan menetapkan prioritas pekerjaan, manajemen waktu, dan
peningkatan dukungan sosial. Teknik lain dalam mengatasi stres adalah relaksasi,
meditasi dan sebagainya (Hawari, 2001).
1
BABIII.KERANGKATEORI
Sistemlimbik(serotonin,norepinefrin,GABA)
Hipothalamus
CRF
Pituitari
ACTH
Adrenal
Kortisol Mengubah
persepsi,kebiasaan,emosi,keyakinanttg
Cemas,Stress penyebab(critical factor) cemas/stressmenjadipositif
Sugestion Efekpdtubuh(HR,TD)
Deepening Statusimunitastubuh
Proseskesembuhanterhambat Kopingdiri
Induksi menjadilebih
positif
Kualitashidupmenurun
PreInduksi
Cemas/stress
berkurang
Hipnoterapi Keterangan
→pathwaystress Kualitashidup
→hipnoterapimengatasistres baik
19
BAB IV
PEMBAHASAN
3. EfekSamping
Hipnosis aman ketika dilakukan oleh praktisi hipnoterapi yang kompeten
dan berkualitas yang bekerjasama bersama dengan individu atau klien. Bahaya dari
hipnoterapi dapat muncul jika mengikuti proses terapi dengan praktisi hipnoterapis
yang amatir dan tidak terlatih untuk mengatasi masalah dengan prosedur yang
tepat.
4. Indikasi
1. Seseorang responsif terhadap metode hipnoterapi.
2. Klien memiliki hubungan positif terhadap terapis.
3. Individu memiliki motivasi untuk memecahkan masalah baik sadar maupun
tidak sadar.
4. Penggunaan hipnoterapi tidak merugikan bagi klien maupun orang lain.
5. Kontraindikasi
Kontraindikasi hipnoterapi dalam manajemen stres secara garis besar yaitu:
5. Seseorang dalam kondisi tidak tenang, gaduh, gelisah sehingga tidak dapat
dilakukan kontak psikis dengan subjek.
21
6. Seseorang yang sedang dalam keadaan yang tidak mengerti apa yang akan
dilakukan, misalnya pada orang imbesil atau demensia.
7. Pada orang yang tidaktahu atau belum mengerti tentang apa yang kita
katakan, sugesti verbal tidak akan berpengaruh pada subjek.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipnoterapi adalahsalah satu jenis hipnosis sebagai sarana penyembuhan
gangguan psikologis maupun fisik (psikomatis). Selain itu, hipnoterapi dapat juga
dikatakan sebagai suatu teknik terapi pikiran menggunakan hipnotis. Terapi
hipnoterapi memberikanpengaruh dalam penurunan tingkat stres. Terbukti dengan
beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti, bahwa hipnoterapi
sangat aman dilakukan untuk mengatasi stres. Hipnoterapi bisa dijadikan salah satu
terapi non- farmakologis yang cukup efektif dalam mengatasi masalah kesehatan.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan
mahasiswa mengenai terapi komplementer yaitu hipnoterapi sebagai cara mengatasi
stres.
2. Bagi Keperawatan
Diharapkan dalam bidang keperawatan dapat lebih memahami tentang
terapi hipnoterapi sebagai salah satu terapi komplementer yang dapat berguna
untuk mengatasi masalah kesehatan dan dapat menerapkannya.
3. Bagi Masyarakat
Diharapkan dengan disusunya makalah ini dapat menambah informasi bagi
masyarakat tentang terapi hipnoterapi yang dapat dijadikan pilihan salah satu
alternatif pengobatan non farmakologis dibidang kesehatan.
23
DAFTARPUSTAKA