Anda di halaman 1dari 26

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada umumnya, setiap orang pernah mengalami perasaan tertekan atau
mengalami ketegangan yang dalam bahasa populernya dikenal dengan istilah
stress. Stres adalah ketidakmampuan mengatasi diancaman yang dihadapi oleh
mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat
mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut. Persaingan yang banyak, tuntutan,
dan tantangan dalam dunia modern ini, menjadi tekanan dan beban stres
(ketegangan) bagi semua orang. Tekanan stres yang terlampau besar hingga
melampaui daya tahan individu, maka akan timbul gejala-gejala seperti sakit
kepala, gampang marah, dan tidak bisa tidur. Acevedo dan Ekkekakis (2006)
menyatakan bahwa stress dapat ditimbulkan oleh karakteristik bawaan yang
merupakan predisposisi keturunan dan keterbatasan psikologis individu. Selain
itu juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti kondisi dan situasi tempat
tinggal serta pengalaman masa lalu individu. Dengan banyaknya problematika yang
muncul, menyebabkan tidak sedikit masyarakat yang pada akhirnya memiliki
tingkat frustasi, depresi dan stres yang tinggi hingga menimbulkan masalah
kesehatan jiwa.
Penderita stres sekarang ini semakin banyak, Menurut Badan Kesehatan
Dunia (WHO) , jumlah penderita gangguan jiwa didunia pada 2001 adalah 450 juta
jiwa. Dengan mengacu data tersebut, kini jumlah itu diperkirakan sudah meningkat.
Diperkirakan dari sekitar 220 juta penduduk Indonesia, ada sekitar 50 juta atau 22
persennya, mengidap gangguan kejiwaan (Hawari,2009). Data menurut
KementerianK esehatan tahun 2011 di dapatkan bahwa dari populasi orang
dewasa di Indonesia yang mencapai 150 juta jiwa, sekitar 11,6 persen atau 17,4 juta
jiwa mengalami gangguan mental emosional atau gangguan kesehatan jiwa berupa
gangguan kecemasan dan depresi. Dari data Riskesdas Departemen Kesehatan
tahun 2013 menyebutkan, terdapat 1 juta jiwa pasien gangguan jiwa berat dan 19
juta pasien gangguan jiwa ringan di Indonesia.
2

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi stres yang dialami,
salah satunya yaitu dengan hipnoterapi. Hipnoterapi merupakan salah satu terapi
komplementer yang terbukti dan sangat efektif untuk mengatasi stres. Ada beberapa
metode selain hipnoterapi yang digunakan untuk mengatasi stres namunkurang
efektif dan butuh waktu yang lama untuk bisa merasakan perubahan yang
signifikan. Kurang efektif karena metode yang lain tidak menyentuh
akar permasalahan dan hanyabermain di level pikiran sadar. Padahal sumber
stres pada seseorang itu tersimpan dipikiran bawah sadar (Zain,2011). Dengan
latar belakang tersebut maka penulis ingin mengetahui lebih dalam tentang
hipnoterapi sebagai salah satu terapi komplementer untuk mengatasi stres serta
mekanisme kerjanya untuk menurunkan tingkat stress pada seseorang.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Hipnoterapi?

2. Apa saja tujuan Hipnoterapi?


3. Bagaimana mekanisme kerja dari Hipnoterapi?
4. Apa saja tahapan proses Hipnoterapi?
5. Apa saja indikasi Hipnoterapi?
6. Apa saja kontraindikasi Hipnoterap?
7. Bagaimana konsep stres serta manajamen stres?
8. Bagaimana penerapan hipnoterapi untuk mengatasi stress berdasarkan literatur
( picot framework) ?

3. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui konsep hipnoterapi sebagai terapi komplementer untuk
menurunkan tingkat stress.

2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi hipnoterapi
2. Mengetahui tujuan dan manfaat hipnoterapi
3

3. Mengetahui mekanisme dan tahapan proses hipnoterapi


4. Mengetahui penerapan hipnoterapi dalam bidang keperawatan

3. Manfaat
1. Manfaat bagi mahasiswa
Sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan tentang konsep
hipnoterapi sebagai terapi komplementer dan penerapannya di bidang keperawatan

2. Manfaat bagi tenaga kesehatan


Sebagai wawasan ilmu bagi tenaga kesehatan serta sebagai tambahan
referensi sehingga dapat diterapkan dibidang kesehatan khususnya di keperawatan
sebagai salah satu terapi komplementer.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Hipnoterapi
1. Definisi Hipnoterapi
Hipnoterapi merupakan salah satu cabang ilmu psikologi yang
mempelajari manfaat sugesti untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan
dan perilaku (Setiawan,2009). Hipnosis adalah pendekatan psikologis dimana
terapis menunjukkan bahwa klien akan mengalami perubahan dalam sensasi,
pikiran persepsi, dan perilaku. Menurut Batbual (2010), hipnoterapi adalah salah
satu jenis hipnosis sebagai sarana penyembuhan gangguan psikologis maupun fisik
(psikomatis). Selain itu, hipnoterapi dapat juga dikatakan sebagai suatu teknik
terapi pikiran menggunakan hipnotis (Setiawan, 2009). Menurut Gunawan (2007)
hipnoterapi, sesuai dengan namanya, adalah terapi yang menggunakan hipnosis
sebagai sarana untuk menjangkau pikiran bawah sadar klien. Karena yang diotak-
atika dalam pikiran. Manusia mempunyai dua macam pikiranya itu pikiran sadar
dan pikiran bawah sadar. Peran dan pengaruh pikiran sadar terhadap diri kita
adalah sebesar 12%, sedangkan pikiran bawah sadar mencapai 88%. Induksi
merupakan tahap sebelum memberikan sugesti untuk meningkatkan daya relaksasi.
Sugesti seseorang tampaknya menjadi variabel penting dalam efektivitas hipnosis
dan dalam jangka panjang efek pengobatan (Patterson & Jensen 2003).

2. Tujuan dan Manfaat Hipnoterapi


Menurut Hakim (2010) hipnoterapi memiliki tujuan dan manfaat yaitu:
a. Mengatasi Penurunan Kualitas Diri
Perbaikan diri merupakan hal yang sangat diinginkan hampir oleh setiap
manusia karena setiap manusia menginginkan perubahan. Hipnoterapi
mengatasi permasalahan-permasalahan dengan mencarikan sebuah solusi inti
yang paling efektif. Dengan dipandu memasuki kondisi hipnosis atau
ketenangan yang sangat dalam, seseorang bisa menemukan sebuah
pilihan baru, yaitu pilihanyang terbaikuntuk melakukan sebuah langkah
perbaikan dan peningkatan kualitas diri.
b. Meningkatkan kualitas kesehatan
Hipnoterapi merupakan cara yang sudah terbukti bisa memasuki jalur
komunikasi pikiran, tubuh, dan jiwa guna mempengaruhi berbagai fungsi
5
tubuh misalnya kekebalan tubuh, tekanan darah, dan sistem pencernaan.
c. Manajemen terhada prasa sakit
Hipnoterapi telah digunakan untuk menghilangkan rasa sakit selama berabad-
abad. Bahkan, saat ini hipnosis bisa diaplikasikan dalam
prosedur pembedahan(hypnoanaesthesi). Bagi para penerita penyakit yang
sangat membutuhkan teknik menurunkan rasa nyeri, hipnoterapi telah
terbukti bekerja dengan menurunkan respon otak terhadap sinyal rasa sakit.
Hal ini memungkinkan individu penderita bisa mempelajari bagaimana
mengelola rasa sakit tersebut secara cepat.
d. Mengatasi fobia atau trauma
Hipnoterapi memberikan teknik penyembuhan yang sangat efektif untuk
masalah-masalah fobia karena hipnoterapi menawarkan sebuah teknik relaksasi
sebagai lawan atau kebalikan dari ketakutan berlebih tersebut. Berikut ini
prosedur hipnoterapi untuk mengatasi terjadinya fobia:
- Memisahkan stimulus (pemicuobjek) dari respons emosionalnya.
- Mengenali dan memahami kronologis stimulus (pemicu objek)
- Melakukan “updating” /menginformasikan ulang pikiran dengan hal yang
lebih baru dan lebih realistis untuk direspon.
e. Mengatasi stres
Hipnoterapi memberikan sebuah teknik relaksasi baru dan pemrograman
pikiran dalam menurunkan stres. Dalam hipnoterapi, dilakukan
pendekatandan modifikasi terhadap gaya berpikir seseorang ketika kondisi
hipnosis bisa mengatur dan mengelola tingkat stres seseorang.
f. Manajemen terhadap berat badan
Self-hypnosis forweight (hipnosis untuk penurunan berat badan) adalah
teknik yang sempurna untuk mendidik ulang pikiran bawah sadar.
6

Hipnoterapi memungkinkan anda untuk melepaskan diri dari jebakan makanan


yang bisa menyebabkan penambahan berat badan.
g. Mencegah dan mengatasi depresi
Hipnoterapi berpandangan bahwa setiap manusia memiliki masalah dan setiap
masalah ada yang bisa ditangani sendiri, ada yang membutuhkan bantuan mau
pun arahan atau saran dari orang lain. Hipnoterapi membirakan arahan, saran,
dan sugesti yang membangkitkan kekuatan diri,mencerahkan pemikiran, dan
memberikan kekuatan.

3. Mekanisme Hipnoterapi
Menurut Budi dan Ervin (2010), proses hipnosis dapat berlangsung karena
adanya gapduration dalam berlangsungnya perjalanan impuls, penalaran atas
suatu impuls yang diterima dan perjalanan respons sebagai reaksi terhadap suatu
impuls serta terjadi atau muculnya reaksi, yang diakibatkan oleh adanya
kelambatan berlangsungnya proses tersebut. Kelambatan prosest ersebut yang
menyebabkan adanya gapduration dapat tejadi sebagai akibat dari:
b. Perjalananmasing-masing rangsangan yang melalui jejas serabut saraf
mengalami perbedaan kecepatan.
b. Rangsangan yang timbul memiliki perbedaan dalam kejelasan, jenis,
lokasi, dan kekuatannya.
c. Selama melewati jejas serabut saraf, rangsangan dapat mengalami
modifikasi baik pembelokan maupun penguatan bahkan blocing atau
inhibiasi (penghambatan).
d. Kelambatan alur impuls tersebut dapat menyebabkan kelambatan loading
otak di dalam mempersepsikan semua impuls yang masuk, yaitu kelambatan
dalam perjalanan impuls untuk dipersepsikan atau di olah.
e. Dapat pula sebagai akibat dalam kelambatan alur respons saraf setelah
dipersepsikan di dalam otak.
Saat dimana seseorang telah terfokus kepada suatu hal maka pada saat
itulah terjadi gapduration yang memungkinkan dilakukan sugesti suatu kalimat-
kalimat perintah yang di sebut afirmasi sehingga obyek akan masuk ke alam
pikir bawah sadar dan akan mengikuti apapun yang diperintahkan subyek pemberi
hipnosis. Menurut Wong (2010) pola pendekatan perilaku pikiran sadar (conscious)
sebagai kerja hemisfer dominan pada otak (otak kiri), sedangkan perilaku bawah
sadar (unconscious) identik dengan perilaku kerja otak yang non-dominan (otak
7
kanan). Menurut Heller (2005) kedua belahan otak selalu melekat pada setiap
proses sistem pikiran sadar dan bawah sadar, berinteraksi, bekerjasama, serta
bersinergi secara harmonis dan bukannya bekerja secara terpisah dan berlawanan.
Dengan demikian terjadinya proses hipnosis terhadap seorang subjek atau klien
merupakan hasil interaksi fungsi verbal dan analitis yang dilakukan oleh
hemisfer otak bagian kiri dan fungsi kreatif dan non verbal yang dilakukan oleh
hemisfer otak bagian kanan.

4. Tahapan Proses Hipnoterapi


Menurut Wong & Andri (2009) dan Setiawan (2009), kondisi hipnoterapi
dapat di capai dalam beberapa proses, yaitu tahap PreInduction, Induction,
Deepening, Suggestion dan Termination.

1) Preinduction
Pre induction merupakan suatu proses mempersiapkan suatu situasi dan
kondisi yang bersifat kondusif antara terapis dengan orang yang akan
dihipnosis (klien). Agar proses preinduction berlangsung dengan baik
maka sebelumnya terapis harus dapat mengenali aspek-aspek psikologis
dari klien, antara lain hal yang diminati, hal yang tidak diminati, apa yang di
ketahui klien terhadap proses hipnoterapi.
Preinduction dapat berupa percakapan ringan, saling berkenalan, sertahal-
hal lain yang bersifat mendekatkan seorang terapis secara mental terhadap
seorang klien. Preinduction merupakan tahapan yang bersifat kritis,
seringkali kegagalan proses hipnoterapi diawali dari proses preinduction
yang tidak tepat.
Salah satu yang harus dilakukan pada preinduction adalah suggestivity test
yang harus dilakukan untuk mengetahui tingkat suggestivitas alamia dari
klien. Tes ini merupakan standar yang harus dilakukan setiap
menghipnoterapi pada saat melakukan hipnoterapi kepada orang yang
belum pernah merasakan hipnosis langsung.

2) Induction
Induction (induksi) merupakan teknik untuk membawa subjek berada dalam
kondisi hipnosis. Induksi ini dilakukan dengan memberikan suatu kejutan
kepada subjek sehingga critical area terbuka secara tiba-tiba dan terjadi masa
tegang (blank) . Pada masa tegang tersebut, kita berikan perintah sederhana
kepada subjek.
3) Deepening
Deepening merupakan suatu teknik yang bertujuan membawa subjek
8
memasuki kondisi hipnosis yang lebih dalam lagi dengan memberikan suatu
sentuhan imajinasi. Konsep dasar dari deepening ini adalah membimbing
subyek klien untuk berimajinasi melakukan sesuatu kegiatan atau berada
disuatu tempat yang mudah dirasakan oleh subyek. Rasa mengalami secara
dalam ini akan membimbing subyek memasuki trancelevel lebih dalam.
4) Sugestion
Sugestion merupakan suatu kalimat-kalimat saran yang disampaikan oleh
hipnotis ke bawah sadar obyak. Dalam hal ini, sugesti tersebutlah yang
menjadi tujuan kegiatan hipnosis.
5) Temination
Temination merupakan tahap pengakhiran untuk mengembalikan subyek pada
keadaan semula. Sebuah terminasi dilakukan dengan memberikan kalimat

lanjutan setelah kalimat-kalimat sugesti.

5. Indikasi Hipnoterapi
Indikasi penggunaan hipnoterapi apabila:
c. Seseorang responsif terhadap metode hipnoterapi.
b. Klien memiliki hubungan positif terhadap terapis.
c. Individu memiliki motivasi untuk memecahkan masalah baik sadar
maupun tidak sadar.
d. Penggunaan hipnoterapi tidak merugikan bagi klien maupun orang lain.
9

6. Kontraindikasi Hipnoterapi
Kontraindikasi penggunaan hipnoterapi yaitu:
d. Hipnosis oleh operator yang tidak terlatih dengan baik.
b. Penggunaan hipnosis untuk tujuan yang tidak baik.

7. Konsep Stres
1. Definisi Stres
Stres adalah segala situasi berupa tuntutan non-spesifik mengharuskan
seseorang individu untuk berespon dan melakukan tindakan (Potter & Perry,
2005). Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh
perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi oleh lingkungan maupun
penampilan individu di dalam lingkungan tersebut. Stres adalah reaksi atau respon
tubuh terhadap stressor psiko sosial atau terhadap tekanan mental atau beban
kehidupan (Hawari,2001). Stres adalah fenomena yang mempengaruhi semua
dimensi dalam kehidupan seseorang. Stres dapat mengganggu cara seseorang
dalam menyelesaikan masalah, berpikir secara umum, dapat mengganggu
pandangan seseorang terhadap hidup,dan status kesehatan (Potter & Perry,2005).
Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa stres adalah respon
atau reaksi tubuh manusia yang bersifat tidak spesifik karena adanya tuntutan
kebutuhan sehari-hari baik sehingga dapat menimbulkan keadaan yang mencekam
dan ketegangan hidup seseorang serta ketidakseimbangan dalam tubuh manusia.

2 Jenis Stres
Apabila ditinjau dari penyebab stres, menurut Alimul (2006), dapat di golongkan
sebagai berikut:
a. stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau rendah,
suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik.
b. stres kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun,
hormon, atau gas.
1

c. stres mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang


menimbulkan penyakit.
d. stresfisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ, atau
sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.
e. stres proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga tua.
f. stres psikis/ emosional, disebabkan oleh gangguan hubungan interpersonal,
sosial, budaya, atau keagamaan.

3. Sumber Stres (Stresor)


Stresor adalah faktor-faktor dalam kehidupan manusia yang mengakibatkan
terjadinya respon stres. Stresor adalah stimuli yang mengawali atau mencetuskan
terjadinya stres. Stresor menunjukkan suatu kebutuhan yang tidak terpenuhi dan
kebutuhan tersebut bisa saja kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial,
lingkungan, perkembangan, spiritual dan kebutuhan kultural (Potter & Perry, 2005).

Stresor secara umum dapat diklasifikasikan menjadi stresor internal dan


eksternal. Stresor internal berasal dari dalam diri seseorang, misalnya seseorang
dalam keadaan sakit, kehamilan, menopause, atau keadaan emosi seperti rasa
bersalah. Sedangkan stresor eksternal berasal dari luar diri seseorang, misalnya
perubahan bermakna dalam suatu lingkungan, perubahan dalam peran keluarga
atau sosial, atau tekanan dari pasangan (Potter & Perry, 2005).

4. Jenis Stressor
Jenis stresor meliputi fisik, psikologis, dan sosial kultural. Stresor fisik
berasal dariluar diriindividu, seperti suara, polusi, radiasi, suhu udara, makanan,zat
kimia, trauma, dan latihan fisik yang terpaksa. Pada stresor psikologis tekanandari
dalam diri individu biasanya yang bersifat negatif yang menimbulkan
frustasi,kecemasan, rasa bersalah, khawatir berlebihan, marah, benci, sedih,
cemburu, rasakasihan pada diri sendiri, serta rasa rendah diri, sedangkan stresor
sosial kultural yaitu tekanan dari luar disebabkan oleh interaksi individu dengan
lingkungannya. Banyak stresor sosial kultural yang bersifat traumatik yang tak
dapat dihindari,
1

seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, pensiun, perceraian,


masalah keuangan, pindah rumah, dipenjara dan lain-lain.

5. Respon terhadap Stressor


Penilaian terhadap stresor atau respon terhadap stresor yaitu evaluasi
tentang makna stresor bagi seorang individu yang didalam stresor tersebut
memiliki arti, intensitas dan kepentingan, penilaian atau respon tersebut antara
lain sebagai berikut (Stuart & Laraia, 2005):
a. kognitif, respon yang ditandai dengan gangguan daya ingat (menurunnya
dayaingat, mudah lupa dengan suatu hal), perhatian dan konsentrasi yang
berkurang sehingga seseorang tidak fokus dalam melakukan suatu hal.
b. afektif, respon yang ditunjukan berupa mudah marah, kecemasan yang
berlebihan terhadap segala sesuatu, cemas, gelisah, mudah menangis, depresi,
putus asa dan ide bunuh diri.
c. fisiologis, ada beberapa gejala fisik yang dirasakan ketika seseorang sedang
mengalami stres, diantaranya adalah sakit kepala yang berlebihan, gangguan pola
tidur, gangguan pencernaan, maag, mual, muntah, hilangnya nafsu makan, gangguan kulit,
dan produksi keringat yang berlebihan di seluruh tubuh, jantung berdebar-debar, keringat
dingin, lesu, letih, kaku leher belakang sampai punggung, nyeri dada, rasa tersumbat di
kerongkongan,gangguan psikoseksual, gangguan menstruasi (amenorhea), keputihan, kegagalan
ovulas pada wanita, gairah seks menurun, kejang-kejang dan pingsan.

d. perilaku, berupa tingkahlaku negatif yang muncul ketika seseorang mengalami


stres pada aspek gejala perilaku antara lain suka melanggar norma karena tidak
bisa mengontrol perbuatannya kurang koordinasi dan suka melakukan penundaan pekerjaan.

e. sosial, ditandai dengan mudah menyalahkan orang lain dan mencari kesalahan
orang lain dan bersikap tak acuh pada lingkungan.
1

6. Faktor yang Mempengaruhi Respon terhadap Stres


Respon terhadap stres yang diberikan pada individu akan berbeda. Hal
tersebut tergantung dari faktor stresor dan kemampuan koping yang dimiliki
individu. Hal yang dapat memengaruhi respon tubuh terhadap stresor antara lain
sebagai berikut (Alimul, 2006):
1. Sifatstresor. Sifat stresor dapat berubah secara tiba-tiba atau berangsur-angsur
dan dapat memengaruhi respons seseorang dalam menghadapi stres,
tergantung mekanisme yang dimilikinya
2. Durasistresor. Lamanya stresor yang dialami seseorang dapat mempengaruhi
respon tubuh. Apabila stresor yang dialami lebih lama, maka respons juga
akan lebih lama dan tentunya dapat mempengaruhi fungsi tubuh
3. Jumlah stresor. Semakin banyak stresor yang dialami seseorang, semakin
besar dampaknya bagi fungsi tubuh
4. Pengalaman masa lalu. Pengalaman masa lalu seseorang dalam menghadapi
stres dapat menjadi bekal dalam menghadapi stres berikutnya karena
individu memiliki kemampuan beradaptasi atau mekanisme koping yang
lebih baik
5. Tipe kepribadian. Tipe kepribadian seseorang diyakini juga dapat
mempengaruhi respon terhadap stresor.Misalnya seseorang yang agresif
dan ambisius akan berbeda responnya terhadap stresor dengan seseorang
yang memiliki sifat lebih santai dan tenang
6. Tahap perkembangan. Tahap perkembangan inidvidu dapat membentuk
kemampuan adaptasiyang berbeda.

7. Klasifikasi Tingkat Stres


Sarafino (2008) mengklasifikasikan 3 tingkatan stres, antara lain sebagai
berikut:
7. Stres tingkat ringan, terjadi ketika seseorang dengan kemampuan lebih
daricukup untuk menghadapi situasi yang sulit, maka seseorang akan
merasakan sedikit stres dan merasa tidak memiliki tantangan
1

8. Stres tingkat sedang, terjadi ketika seseorang merasa cukup mungkin akan
kemampuannya untuk menghadapi suatu kejadian tetapi dia harus berusaha
keras, maka seseorang akan merasakan perasaan stres dengan tingkatan
menengah atau sedang. Pada tahap ini, seseorang masih bisa beradaptasi
terhadap stresor yang dihadapi
9. Stres tingkat tinggi, terjadi ketika seseorang merasakan bahwa
kemampuannya mungkin tidak akan mencukupi pada saat berurusan
denganstresor dari dalam diri dan lingkungannya, maka akibatnya seseorang
akan mengalami perasaan stres yang besar.

8. Tahapan Stres
Dr. Robert J.An Amberg dalam penelitiannya membagi tahapan-tahapan
stresse bagai berikut (Hawari, 2001):
10. Stres tahap I
Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan dan biasanya
disertai dengan perasaan semangat bekerja besar, berlebihan (overacting ),
penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya dan merasa mampu
menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa disadari cadangan
energi semakin menipis.
11. Stres tahap II
Dalam tahapan ini dampak atau respon terhadap stresor yang semula
menyenangkan sebagaimana diuraikan pada tahap I di atas mulai menghilang
dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi yang
tidak lagi cukup sepanjang hari, karena tidak cukup waktu untuk
beristirahat. Istirahat yang dimaksud antara lain dengan tidur yangccukup,
bermanfaat untuk mengisi atau memulihkan cadangan energi yang mengalami
defisit. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang
beradapada stres tahap II antara lain merasa letih sewaktu bangun pagi yang
seharusnya merasa segar, merasa mudah lelah sesudah makan siang, lekas
merasa lelah menjelang sore hari, sering mengeluh lambungcatau perut tidak
nyaman (bowel discomfort ), detakan jantung lebih
1

keras dari biasanya (berdebar-debar), otot-otot punggung dan tengkuk terasa


tegang dan tidak bisa santai.
12. Stres tahap III
Apabila seseorang tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa
menghiraukan keluhan-keluhan pada stress tahap II, maka akan menunjukkan
keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu antara lain gangguan
lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan maag, buang air besar
tidak teratur (diare), ketegangan otot-otot semakin terasa, perasaan
ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat, gangguan
pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai masuk tidur (early
insomnia) atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur(middle
insomnia) atau bangun terlalu pagi atau dini hari dan tidak dapat kembali
tidur (late insomnia) dan koordinasi tubuh terganggu (badan terasa akan
jatuh dan serasa mau pingsan). Pada tahapan ini seseorang sudah
harus berkonsultasi pada dokter untuk memperoleh terapi, atau bisa juga
beban stres hendaknya dikurangi dan tubuh memperoleh kesempatan
untuk beristirahat guna menambah suplai energi yang mengalami defisit.

13. Stres tahap IV


Gejala stres tahap IV, akan muncul antara lain penderita stres merasa sulit
untuk bertahan sepanjang hari, aktivitas pekerjaan yang semula
menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa
lebih sulit, semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan
untuk merespons secara memadai (adequate), ketidakmampuan untuk
melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari, gangguan pola tidur disertai dengan
mimpi-mimpi yang menegangkan, sering kali menolak ajakan (negativism)
karena tidak ada semangat dan gairah, daya konsentrasi dan daya ingat
menurun dan timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat
dijelaskan apa penyebabnya.
14. Stres tahap V
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang individu akan jatuh dalam stres
tahap V, yang ditandai dengan hal-hal antara lain kelelahan fisik dan mental
1

yang semakin mendalam ( physical dan psychological exhaustion), ketidak


mampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan
sederhana, gangguan sistem pencernaan semakin berat ( gastrointestinal
disorder) dan timbul perasaan ketakutan, kecemasan yang semakin
meningkat,mudah bingung dan panik.
15. stres tahap VI
Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan
panik( panicattack ) dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang
mengalami stres tahap VI ini berulang dibawa ke Unit Gawat Darurat
bahkan ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan
kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stres tahap VI ini antara lain debaran
jantung teramat keras (takikardi), susah bernapas (sesak dan megap-megap),
sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran, ketiadaan
tenaga untuk hal-hal yang ringan dan pingsan atau kolaps ( collapse).
Keluhan atau gejala sebagaimana digambarkan diatas bila dikaji lebih
didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan faal
(fungsional) organ tubuh, sebagai akibat stresor psikososial yang melebihi
kemampuan seseorang untuk mengatasinya.

2.2.6 Teknik Manajemen Stres

Manajemen stres merupakan upaya mengelola stres dengan baik, bertujuan


untuk mencegah dan mengatasi stres agar tidak samapai ke tahap yang paling berat.
Beberapa manajemen stres yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut:

1. Mengatur diet dan nutrisi. Pengaturan diet dan nutrisi merupakan cara
yang efektif dalam mengurangi atau mengatasi 15 tress. Ini dapat dilakukan
dengan mengonsumsi makanan yang bergizi sesuai porsi dan jadwal yang
teratur. Menu juga sebaiknya bervariasi agar timbul kebosanan.
2. Istirahat dan tidur. Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam
mengatasi stres karena istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan
keletihan fisik dan kebugaran tubuh. Tidur yang cukup juga dapat
memperbaiki sel-sel yang rusak.
1

3. Olahraga teratur. Olahraga yang teratur adalah salah satu cara meningkatkan
daya tahan dan kekebalan fisik maupun mental. Olahraga yang dilakukan
tidak harus sulit. Olahraga yang sederhana seperti jalan pagi atau lari pagi
dilakukan paling tidak dua kali seminggu dan tidak harus sampai berjam-jam. Seusai
berolahraga, diamkan tubuh yang

berkeringat sejenak lalu mandi untuk memulihkan kesegarannya.


4. Berhenti merokok. Berhenti merokok adalah bagian dari cara
menanggulangi stres karena dapat meningkatkan status kesehatan serta
menjaga ketahanan dan kekebalan tubuh.
5. Menghindari minuman keras. Minuman keras merupakan faktor pencetus
yang dapat mengakibatkan terjadinya stres. Dengan menghindari minuman
keras, individu dapat terhindar dari banyak penyakit yang disebabkan
oleh pengaruh minuman keras yang mengandung alkohol.

6. Mengatur berat badan. Berat badan yang tidak seimbang (terlalu gemuk
atau terlalu kurus) merupakan faktor yang dapat menyebabkan timbulnya
stres. Keadaan tubuh yang tidak seimbang akan menurunkan ketahanan
dan kekebalan tubuh terhadap stres.
7. Mengatur waktu. Pengaturan waktu merupakan cara yang tepat dalam
mengurangi dan menanggulangi stres. Dengan mengatur waktu
sebaik – baiknya, pekerjaan yang dapat menimbulkan kelelahan fisik dapat

dihindari. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menggunakan waktu secara
efektif dan efisien, misalnya tidak membiarkan waktu berlalu tanpa
menghasilkan hal yang bermanfaat.
8. Terapi psikofarmaka. Terapi ini menggunakan obat-obatan dalam mengata
sistres yang dialami melalui pemutusan jaringan antara psiko, neuro dan
imunologi sehingga stresor psikososial yang dialami tidak memengaruhi
fungsi kognitif afektif atau psikomotor yang dapat mengganggu organ tubuh
yang lain. Obat yang biasanya digunakan adalah obat anti cemas dan anti
depresi.
9. Terapi somatik. Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan
akibat stres yang dialami sehingga diharapkan tidak mengganggu sistem
1

tubuh yang lain. Contohnya, jika seseorang mengalami diare akibat stres,
maka terapinya adalah dengan mengobati diarenya.
10. Psikoterapi. Terapi ini menggunakan teknik psiko yang disesuaikan
dengan kebutuhan seseorang. Terapi ini melipu tip sikoterapi suportif dan
psikoterapi reedukatif. Psikoterapi suportif memberikan motivasi dan
dukungan agar klien memiliki rasa percaya diri, sedangkan psikoterapi
reedukatif dilakukan dengan memberikan pendidikan secara berulang.
Selainitu, ada pula psikoterapi rekonstruktif dengan cara memperbaiki
kembali kepribadian yang mengalami goncangan dan psikoterapi kognitif
dengan memulihkan fungsi kognitif klien (kemampuan berpikir rasioal).
11. Terapi psikoreligius. Terapi ini menggunakan pendekatan agama dalam
mengatasi permasalahan psikologis. Terapi ini diperlukan karena dalam
mengatasi atau mempertahankan kehidupan, seseorang harus sehat secara
fisik, psikis, sosial, maupun spiritual (Alimul, 2006)
Manajemen stres yang lain adalah dengan cara meningkatkan strategi
koping yang berfokus pada emosi dan strategi koping yang berfokus pada
masalah. Koping yang berfokus pada emosi dilakukan antara lain dengan cara
mengatur respons emosional terhadap stres melalui perilaku individu, misalnya
meniadakan fakta yang tidak menyenangkan, mengendalikan diri, membuat jarak,
penilaian secara positif, menerima tanggung jawab atau lari dari kenyataan
(menghindar). Sedangkan strategi koping yang berfokus pada masalah dilakukan
dengan mempelajari cara atau keterampilan yang dapat menyelesaikan masalah,
seperti keterampilan menetapkan prioritas pekerjaan, manajemen waktu, dan
peningkatan dukungan sosial. Teknik lain dalam mengatasi stres adalah relaksasi,
meditasi dan sebagainya (Hawari, 2001).
1

BABIII.KERANGKATEORI

Faktorpredisposisi Stressor Faktorpresipitasi


Biologi Nature
Psikologi Origin (diri/klg/masy)
Sosialbudaya Thalamus Timing (lama,frek)
Number (kuant&kual)

Sistemlimbik(serotonin,norepinefrin,GABA)

Hipothalamus

CRF

Pituitari

ACTH

Adrenal

Kortisol Mengubah
persepsi,kebiasaan,emosi,keyakinanttg
Cemas,Stress penyebab(critical factor) cemas/stressmenjadipositif

Sugestion Efekpdtubuh(HR,TD)

Deepening Statusimunitastubuh

Proseskesembuhanterhambat Kopingdiri
Induksi menjadilebih
positif
Kualitashidupmenurun
PreInduksi
Cemas/stress
berkurang

Hipnoterapi Keterangan
→pathwaystress Kualitashidup
→hipnoterapimengatasistres baik
19

BAB IV
PEMBAHASAN

Terapi komplementer dapat dikatakan belum cukup dikenal oleh masyarakat


karena terapi komplementer lebih dikenal dengan pengobatan alternatif. Berkaitan
dengan keluarnya Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
HK.02.02/MENKES/148/1/2010 Tahun 2010 tentang izin dan penyelenggaraan
praktik perawat, maka terapi komplementer bisa dilakukan di sarana pelayanan
kesehatan. Stres yang sering dialami seseorang sangat berkaitan dengan hormon
stres dan dapat meningkatkan jumlah sel-sel yang menganggu kekebalan tubuh
individu. Terapi komplementer yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat
stress yaitu dengan hipnoterapi. Penelitian membuktikan bahwa relaksasi dengan
hipnoterapi membuat sistem kekebalan tubuh menjadi lebih baik. Ketika individu
dalam keadaan santai dan positif, hal ini juga akan membuat tingkat hormon yang
positif dan enzim yang tinggi dan tekanan darah yang normal. Relaksasi dapat
mengirim impuls disepanjang jalur tekanan untuk membuat individu merasa
nyaman dan baik. Relaksasi dengan teknik hipnoterapi dapat menghasilkan
tingkat stres yang lebih rendah. Hipnoterapi dapat dikatakan sebagai suatu teknik
terapi pikiran dan penyembuhan yang menggunakan metode hipnotis untuk
memberi sugesti atau perintah positif kepada pikiran bawah sadar untuk
penyembuhan suatu gangguan psikologis atau untuk mengubah pikiran,
perasaandan perilaku menjadi lebih baik. Satu-satunya kekuatan dalam hipnoterapi
adalahkomunikasi (Kahija, 2007). Terdapat tahap-tahap dalam proses hipnoterapi.
Tahap yang paling penting dalam proses hipnoterapi adalah tahap induksi dimana
tujuan apa yang hendak dicapai dalam terapi dilakukan pada tahap ini.
Diharapkan setelah proses terapi dapat mencapai terapi yang diharapkan oleh
pasien maupun terapis (IBH, 2002).

2. Keamanan dan Efektifitas Hipnoterapi


Dari beberapa penelitian yang dilakukan terhadap keamanan dan efektivitas
dari hipnoterapi untuk memanajemen stress ini sudah pernah dilakukan dan terbukti
aman dan dapat dijadikan sebagai terapi komplementer atau terapi pendukung
dalam mengatasi stress individu. Metode terapi ini sama sekali tidak berbahaya, dan
20
tidak menyakitkan. Hipnosis memberikan seseorang kemampuan untuk
menargetkan pikiran bawah sadar dan mengendalikan pikiran psikologis dan
perasaan. Stres menyebabkan gejala psikologis dan fisiologis sehingga
sangat penting mengontrol stres sehingga tidak memiliki dampak negatif. Hipnosis
telah terbukti sangat membantu dalam mengurangi berbagai jenis stres yang
dialami oleh banyak orang.

3. EfekSamping
Hipnosis aman ketika dilakukan oleh praktisi hipnoterapi yang kompeten
dan berkualitas yang bekerjasama bersama dengan individu atau klien. Bahaya dari
hipnoterapi dapat muncul jika mengikuti proses terapi dengan praktisi hipnoterapis
yang amatir dan tidak terlatih untuk mengatasi masalah dengan prosedur yang
tepat.

4. Indikasi
1. Seseorang responsif terhadap metode hipnoterapi.
2. Klien memiliki hubungan positif terhadap terapis.
3. Individu memiliki motivasi untuk memecahkan masalah baik sadar maupun
tidak sadar.
4. Penggunaan hipnoterapi tidak merugikan bagi klien maupun orang lain.

5. Kontraindikasi
Kontraindikasi hipnoterapi dalam manajemen stres secara garis besar yaitu:
5. Seseorang dalam kondisi tidak tenang, gaduh, gelisah sehingga tidak dapat
dilakukan kontak psikis dengan subjek.
21

6. Seseorang yang sedang dalam keadaan yang tidak mengerti apa yang akan
dilakukan, misalnya pada orang imbesil atau demensia.
7. Pada orang yang tidaktahu atau belum mengerti tentang apa yang kita
katakan, sugesti verbal tidak akan berpengaruh pada subjek.

4.1 Implikasi dalam Keperawatan

Terapi komplementer hipnoterapi ini bisa dijadikan pertimbangan bagi


perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien maupun klien
dengan tingkat kecemasan maupun stres yang tinggi sebagai salah satu
bentuk pengobatan non farmakologis untuk mengurangi cemas dan stres.
Hipnoterapi juga bisa dijadikan salah satu terapi yang bisa dipelajari dan diterapkan
sebagai suatu konsep keperawatan holistik terutama pada terapi terhadap stres
maupun yang lainnya.
22

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipnoterapi adalahsalah satu jenis hipnosis sebagai sarana penyembuhan
gangguan psikologis maupun fisik (psikomatis). Selain itu, hipnoterapi dapat juga
dikatakan sebagai suatu teknik terapi pikiran menggunakan hipnotis. Terapi
hipnoterapi memberikanpengaruh dalam penurunan tingkat stres. Terbukti dengan
beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti, bahwa hipnoterapi
sangat aman dilakukan untuk mengatasi stres. Hipnoterapi bisa dijadikan salah satu
terapi non- farmakologis yang cukup efektif dalam mengatasi masalah kesehatan.

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan
mahasiswa mengenai terapi komplementer yaitu hipnoterapi sebagai cara mengatasi
stres.
2. Bagi Keperawatan
Diharapkan dalam bidang keperawatan dapat lebih memahami tentang
terapi hipnoterapi sebagai salah satu terapi komplementer yang dapat berguna
untuk mengatasi masalah kesehatan dan dapat menerapkannya.
3. Bagi Masyarakat
Diharapkan dengan disusunya makalah ini dapat menambah informasi bagi
masyarakat tentang terapi hipnoterapi yang dapat dijadikan pilihan salah satu
alternatif pengobatan non farmakologis dibidang kesehatan.
23

DAFTARPUSTAKA

Acevedo, EdmundO; Ekkekakis, Panteleimon (ed.).2006. Psychobiologyof


PhysicalActivity. Champaign,Il.:Human Kinetics.

Alimul Hidayat, A.Azis.2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi


Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Batbual, B. 2010. Hypnosis Hypnobrithing Nyeri Persalinan dan Berbagai
Metode Penanganannya. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Dadang Hawari.2007. Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa, Skizofrenia.
Jakarta: FKUI

Gunawan, A.W.2007. Hypnotherapi The Art Of Subconscious Restructuring .


Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Hawari, Dadang.2001. Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta:
PsikiatriFKUI
Kahija, Y.F.LA.2007 . Hipnoterapi: Prinsip-prinsip Dasar Praktik psikotrapi.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010.


http://www.depkes.go.id.

Patterson & Jhonson.2003. Virtual Reality Hypnosis. USA: University of


Washington School of Medicine
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses Dan
Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Sarafino, Edward P. 2008. Psikologi Kesehatan. Jakarta: Gramedia
Setiawan, T. 2009. Hipnotis & Hipnoterapi. Yogyakarta: Garasi
Stuart, Gail W. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Wong, W., & Hakim, A. 2009. Dahsyatnya hipnosis. Jakarta: Visi media
Zain, A.J.2011. Cara Mengatasi Stres dengan Hipnoterapi. Available online
athttp://dokter pikiran.com/2011/02/cara-mengatasi-stres-dengan
hipnoterapi. html.(diakses tanggal 24 November 2014)
24
25

Anda mungkin juga menyukai