Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Menurut AHA (2013), STEMI adalah syndrome klinis yang
merupakan tanda dan gejala infark miokard yang ditandai dengan ST elevasi
yang menetap dan juga diikuti dengan pelepasan biomarker nekrosis
miokard. Menurut Sutoyo, (2010) infark miokard akut dengan elevasi ST
(STEMI) terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak akibat
oklusi trombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya.
Trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vaskuler,
dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor-faktor seperti merokok, hipertensi,
dan akumulasi lipid.
Menurut Departement Kesehatan pada Tahun 2013, kurang lebih
478.000 pasien di Indonesia didiagnosa Penyakit Jantung Koroner.
Prevalensi ST elevasi miocard infark (STEMI) meningkat dari 25% ke 40%
dari prosentase Infark Miokard. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS, 2013) prevalensi penyakit IMA tertinggi yaitu Sulawesi
Tengah (0,8%), diikuti Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Aceh masing-
masing (0,7%).
Nyeri dada yang tiba-tiba dan berlangsung terus menerus, terletak
dibagian bawah sternum dan perut atas, adalah gejala utama yang biasanya
muncul. Nyeri akan terasa semakin berat sampai tidak tertahankan. Rasa
nyeri yang tajam dan berat, bisa menyebar ke bahu dan lengan biasanya
lengan kiri. Nyeri ini muncul secara spontan (bukan setelah bekerja berat
atau gangguan emosi) dan menetap selama beberapa jam sampai beberapa
hari dan tidak akan hilang dengan istirahat maupun nitrogliserin (Smeltzer
dan Bare, 2002).
Kolcaba menyatakan bahwa kenyamanan merupakan kebutuhan
bagi setiap orang. Kenyamanan tersebut merupakan nyaman secara fisik,
psikospiritual, lingkungan dan sosiokultural, sehingga terbebas dari nyeri.
Seseorang yang merasakan nyeri berarti dia tidak terpenuhi kebutuhan rasa
nyamannya, disinilah peran perawat untuk memenuhi kebutuhan rasa
nyamannya (Kolcaba. K, 2003).
Ada dua pendekatan yang digunakan dalam manajemen nyeri, yaitu
pendekatan farmakologi dan non farmakologi. Pendekatan farmakologi
merupakan tindakan kolaborasi antara perawat dengan dokter, yang
menekankan pada pemberian obat yang mampu menghilangkan sensasi
nyeri, sedangkan pendekatan non farmakologi merupakan tindakan mandiri
perawat untuk menghilangkan nyeri dengan menggunakan teknik
manajemen nyeri, dalam penelitian ini merupakan pengembangan dari teori
comfort Kolcaba dalam upaya meningkatkan kenyamanan pasien dengan
ST elevasi miocard infark, yaitu coaching adalah pemberian edukasi
psikospiritual dan comfort food yaitu berupa pemberian hipnoterapi
(McCloskey. J & Bulechek. G, 2000).
Edukasi akan membuat pasien berfikir positif terhadap nyeri yang
dialami, pikiran positif adalah syarat terbaik untuk membantu pengeluaran
endorfin. Selain itu edukasi psikospritual yaitu dengan mengajak berdzikir
dan berdoa, hal tersebut akan dapat memberikan ketenangan dan
ketentraman jiwa (Nurindra. Y, 2008). Hipnoterapi merupakan salah satu
teknik manajemen nyeri non farmakologi dengan membantu pasien pada
keadaan rileks sehingga dapat menstimulir otak untuk melepaskan
neurotransmiter yaitu enchepalin dan endorphin. Endorphin berfungsi
meningkatkan mood sehingga dapat merubah penerimaan individu terhadap
nyeri. Hipnoterapi dapat mengalihkan perhatian klien dengan sugesti yang
diberikan sehingga klien akan lupa terhadap nyeri yang dirasakan
(Haruyama. 2013).
Hipnoterapi efektif sebagai salah satu alternative untuk mengatasi
nyeri akut dan kronis. Nyeri STEMI disebabkan oleh adanya plak
arterosklerosis yang mengalami fisur, ruptur atau ulserasi dan
mengakibatkan oklusi arteri koroner. Kerusakan jaringan pada lokasi ruptur
plak akan menyebabkan sintesa prostaglandin, sehingga akan menimbulkan
sensitisasi dari reseptor-reseptor nosiseptif dan mengeluarkan zat-zat
mediator nyeri seperti serotonin yang akan menimbulkan sensasi nyeri.
Hipnoterapi dapat meningkatkan kadar endorphin dalam tubuh
dengan membantu pada kondisi rileks atau tenang. Endophin merupakan
analgesik endogen yang dihasilkan oleh tubuh, dan akan berinteraksi
dengan input nyeri pada kornu posterior medulla spinalis (Dewi & Putri,
2011). Endorphin dapat menekan impuls nyeri pada kornu posterior medulla
spinalis sebagai pintu dapat terbuka dan tertutup untuk menyalurkan nyeri
(Antman. E & Braunwald. E, 2005).

B. RUMUSAN MASALAH
Apakah hasil jurnal “Pengaruh Pemberian Hipnoterapi Dan Edukasi
Terhadap Skala Nyeri Pada Pasien ST Elevasi Miocard Infark (STEMI)”
dapat diaplikasikan dalam tindakan keperawatan ?

C. TUJUAN
Tujuan analisa jurnal dengan judul “Pengaruh Pemberian Hipnoterapi Dan
Edukasi Terhadap Skala Nyeri Pada Pasien ST Elevasi Miocard Infark
(STEMI)” adalah :
1. Untuk memberikan penilaian atau tanggapan terhadap sistematika
penulisan jurnal.
2. Untuk mempelajari dan mengaplikasikan hasil penelitian yang
dilakukan penulis.

D. MANFAAT
1. Jurnal ini dapat menambah pengetahuan tentang penurunan skala
nyeri yang di berikan tindakan edukasi hipnoterapi.
2. Hasil penelitian dalam jurnal dapat menjadi bahan pertimbangan
untuk memberikan tindakan keperawatan pada pasien yang
mengeluh nyeri terutama pasien ST Elevasi Miocard Infark
(STEMI).
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Hipnoterapi
Menurut (Setiawan, 2009:179) tentang Hipnoterapi, dikatakan
bahwa Hipnoterapi dipandang sebagai salah satu cabang ilmu psikologi
yang mempelajari manfaat sugesti untuk mengatasi masalah pikiran,
perasaan, dan perilaku. Hipnoterapi dapat juga dikatakan sebagai salah satu
teknik terapi pikiran yang menggunakan hipnotis. Hipnotis dapat diartikan
sebagai ilmu memberi sugesti atau perintah kepada pikiran bawah sadar.
Orang yang ahli dalam menggunakan hipnotis untuk terapi disebut
“hipnotherapist” (hipnoterapis).
Hipnoterapi merupakan konsep penyembuhan yang
menyeimbangkan sistem harmonisasi tubuh dengan mengatur kembali pola
pola negatif yang sering dilakukan, baik secara sadar maupun tidak secara
sadar olah seseorang. Dengan memasuki pikiran bawah sadar klien, pola-
pola negatif yang selama ini dilakukan oleh klien bisa dikoreksi dan
diprogram kembali dengan memberikan pandangan-pandangan baru yang
bisa memberikan kenyamanan dan ketenangan secara jangka panjang bagi
klien (Hakim,2010)
Dari beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa Hipnoterapi
sebagai aplikasi hipnosis dalam menyembuhkan gangguan mental dan
meringankan gangguan fisik. Uraian ini sesuai dengan pendapat (Anam,
2010) bahwa dalam praktek di lapangan hipnoterapi telah terbukti secara
medis bisa mengatasi berbagai macam gangguan psikologis maupun fisik,
Misalnya: menghilangkan kebiasaan buruk merokok, menghilangkan
phobia, mengurangi nyeri, memberi efek anaesthesia pada cabut gigi dan
sebagainya (Gunawan, 2012).
B. Manfaat Hipnoterapi
Hipnotherapi adalah ilmu untuk mengeksplorasi pkiran, maka segala
masalah yang berkaitan dengan pikiran dan perasaan biasa dibantu dengan
hipnoterapi. Hipnotherapi juga bisa berperan dalam bidang kecantikan,
kedokteran, kebidanan, kesehatan tubuh dan pikiran, masalah anak dan
remaja, pengembangan diri, masalah seksual, bahkan untuk sekedar hiburan
dan reklesi mental. Hipnotherapi banyak untuk mengatasi berbagai masalah
seperti minder kurang percayadiri, stess terlalu banyak pikiran, trauma
selalu terbayang pengalaman buruk, berhenti merokok selamanya dan
menghilangkan nyeri haid berlebihan (Gunawan, 2012).
Hipnotrapi di gunakan untuk sebagai penyembuhan segala macam
gangguan yang berkaitan dengan pikiran dan perasaan, mulai dari
menurunkan berat badan sampai menyembuhkan gangguan mental yang
berat. Hipnotrapi juga cara tercepat dan termudah untuk mengubah pikiran,
perasaan, perilaku, kebiasaan dan kepribadian seseorang. Dari segi medis
hipnotrapi bisa digunakan untuk anastesi, cabut gigi, khitan, menjahit luka
dan operasi besar atau kecil (Mustofa, 2012).
Hipnotrapi adalah aplikasi hipnosis dalam menyembuhkan
gangguan mental dan meringankan gangguan fisik. Dalam praktek di
lapangan hipnosis telah terbukti secara medis bisa mengatasi berbagai
macam gangguan psikologis maupun fisik, misalnya menghilangkan
kebiasaan buruk merokok, menghilangkan phobia (Triana, 2014).
Adapun maanfaat lain dari hipnoterapi menurut (Setiawan, 2009),
diantaranya yaitu :
a. Forensic Hypnosis
Forensic Hypnosis digunakan dalam penyelidikan kepolisian,
hipnosis dapat digunakan untuk menggali informasi dari saksi.suatu
kejadian traumatis seperti dalam kasus kejahatan yang
menakutkancenderung membuat pikiran bawah sadar
menyembuyikan ingatan yang lengkap tentang kejadian tersebut
agar tidak dapat diingat oleh pemikiran sadar. Tujuan pikiran sadar
menyembuyikan informasi itu sesungguhnya untuk kebaikan diri
sendiri karena apabila kejadian itu dapat diingat dalam kondisi
sadar, rasa takut akan sering muncul tanpa sebab. Dengan bantuan
hipnosis,korban atau saksi dapat mengingat kembali peristiwa-
peristiwa dengan jelas.
b. Erotic Hypnosisatau Hypnosex Hipnosis
Erotic hypnosisini dapat berperan dalam berbagai macam bidang,
tidak terkecualidalam urusan seksual. Erotic hypnosisatau
hypnosexmerupakan aplikasi hipnosis yang berfungsi meningkatkan
kualitas hubungan seks. Karena seks dapat menjadi hiburan biologis
sekaligus psikologis yang sangat seru,berbeda, dan luar biasa.
C. Cara Kerja Hipnoterapi
Manusia dikarunia Allah dua pikiran yaitu pikiran sadar atau
rasional dan pikiran bawah sadar atau irasional. Seseorang yang berpikir
terus menerus tentang suatu hal di pikiran sadar lama lama akantersimpan
dalam alam bawah sadar. Pikiran bawah sadar adalah tempat emosi dan
pikiran yang mencipta, jika seseorang menanamkan pikiran positif dalam
dirinya maka akan menuai hasil yang positif, namun kalao negatif maka
akan menuai hasil yang negetif. Serta sifat pikiran bawah sadar adalah tidak
pernah memilih milih, dan tidak pernah menolak apa yang ditanamkan,
sekali seseorang menerima maka hal itu akan diwujudkan. Pikiran sadar
manusia adalah gerbang dari pikiran bawah sadarnya. Sebelum sesuatu
masuk dalam alam bawah sadar maka terlebih dahulu melalui seleksi alam
sadarnya (Afriani, 2015).
Selama proses hipnosis, tubuh seseorang akan terasa rileks,
sedangkan pikirannya sanagat terfokos dan penuh perhatian. Seperti halnya
teknik relaksasi lainya, hipnosis menurunkan tekanan darah dan detak
jantung serta mengubah semua jenis aktivitas gelombang otak. Dalam
kondisi yang rileks, seseorang secara fisik akan merasa sangat tentram
meski secara mental dalam kondisi waspada. Dalam kondisi yang sangat
terkonsentrasi, orang sangat responsif terhadap segala sugesti. Jika anda
berusaha untuk berhenti merokok misalnya sugesti seoarang terapi akan
menyakinkan perokok bahwa di masa depan akan merasa sangat tidak suka
dengan rokok (Setiawan, 2009).
Hipnoterapi secara fisiologis, bekerja melalui sistem gelombang
otak. Pada sesi-sesi hipnoterapi, seperti induksi dan deepening, pasien akan
dibimbing terapis dari pikiran sadar ke pikiran bawah sadar. Pada kondisi
seperti ini akan memasuki kondisi hipnosis yang lebih dalam, sehingga
gelombang otak yang semula berada pada gelombang beta akan berubah
pelan-pelan menuju gelombang alpha. Otak dalam kondisi alpha akan
memproduksi hormon seretonin dan endorfin yang menyebabkan seseorang
merasakan rasa nyaman, tenang, bahagia sehingga stess menjadi menurun
(Setiawan, 2009).
Hipnosis bekerja pada pikiran bawah sadar, yakni pada gelombang
alpha sampai dengan theta, pikiran ini adalah lawan dari conscious mind
atau pikiran sadar. Pikiran sadar adalah pikiran yang kita gunakan sehari-
hari yang dipenuhi dengan analisa, proses berpikir dan penilaian. Sebaiknya
pikiran bawah sadar bekerja tanpa analisa ibaratnya sebuah gudang besar
yang menyimpan emosi, memori, kepribadian, intuisi, persepsi,
kepercayaan terhadap suatu hal dan kebiasaan. Sifat pikiran bawah sadar
adalah dia tidak pernah memilih-milih dan menolak apa yang ditanamkan,
sekali dia menerima maka hal itu akan diwudujudkan. Saat seseorang berada
dalam kondisi pikiran bawah sadar, dia berada dalam keadaan remang-
remang, suasana sadar tapitidak mampu lagi untuk mengolah pikiran secara
detil, dan menerima saja segesti yang diberikan (Maliya, 2011).
E. Tahapan Hipnoterapi
Menurut The Indonesian Board Of Hypnotrapi(IBH), (2015)
bahwa hipnoterapi dapat dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu :
a. Pre induction (Prainduk)
Tahap preinductionseperti sebuah keadaan di mana dua orang
sedang melakukan percakapan pada tahap awal perkenalan. Pre-
induksi merupakan suatu proses untuk mempersiapkan suatu situasi
dan kondisi yang kondusif antara ahli hipnoterapi dengan klien.
Dalam tahapan pre-induksi ini ahli hipnoterapi membangun
hubungan dengan klien melalui percakapan ringan, saling
berkenalan, serta hal hal lain yang bersifat mendekatkan ahli
hipnosis secara mental terhadap klien. Selain itu, pada kemudian
dipastikan apakah klien bener-bener mau di dihipnosis atau tidak
(The Indonesian Board Of Hypnotrapi(IBH), 2015).
b. Induction (Induksi)
Induksi merupakan sugesti untuk membawa klient dari
normal stateke hypnosis state, atau dengan kata lain induksi akan
membuat conscious dari klien “sangat rileks” atau bahkan “tertidur”.
Terdapat ratusan jenis induksi yang diperuntukkan untuk klien
dengan tipe sugestivitas yang berbeda-beda. Sebagai pemahaman
awal, secara garis besar, teknik induksi dibagi atas 2 kelompok, yaitu
: 1. Induksi untuk klien dengan sugestivitas rendah ,2. Induksi untuk
klien dengan sugestivitas tinggi. Dalam memberikan induksi, harus
mahir dalam menyusun variasi kalimat pacing-leading. Dalam sesi
hypnotherapi, terget seorang hypnotherapistadalah membawa klient
ke suasana yang rilek dan sugestif, tidak selalu harus “tertidur” atau
“deep trance”. Kondisi deeptrancehanya diperlukan untuk teknik
trerapeutic tertentu (The Indonesian Board Of Hypnotrapi(IBH),
2015).
c. Deepening
Konsep dasar dari deepening ini adalah membimbing klient untuk
berimajinasi melakukan sesuatu kegiatan atau berada di suatu
tempat yang mudah dirasakan oleh klien. Rasa mengalami secara
dalam ini akan membimbing klien memasuki trance level lebih
dalam. Deepening dapat berupa imajinasi :
1) Alam atau tempat : gunung, pantai, taman bunga, rumah, dan
kamar.
2) Hitungan : hitungan dan sugesti langsung (The Indonesian
Board Of Hypnotrapi (IBH), 2015).
d. Depth Level Test(Tes Kedalaman Hipnosis)
Suatu teknik untuk memeriksa kedalaman dari subyek. Dapat
dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :
1) Dengan melakukan konfirmasi secara langsung kepada klien
misalnya dengan teknik ideo Motor Response yaitu subjek
memberikan jawaban yang jujur yaitu subjek memberikan
jawaban yang jujur sesuai dengan jawaban pikiran bawah
sadar melalui respon gerakan fisik.
2) Dengan cara mengamati tanda-tanda di fisik subjek.
3) Dengan membandingkan tanda-tanda kedalaman dengan
skala kedalaman skala kedalaman trance (depth Trance
Scale) (The Indonesian Board Of Hypnotrapi (IBH), 2015).
e. Suggestion Therapy
Suggestion Therapymerupakan salah satu metode Hypnotherapi
paling sederhana dan hanya dapat diterapkan ke kasus-kasus
sederhana, antara lain : kasus-kasus yang sangat jelas penyebabnya,
serta sebagai teknik untuk meningkatkan motivasi dan
empowerment(pemberdayaan). Pada prinsipnya suggestion
therapiadalah scripsebuah cerita atau saran yang disampaikan
kepada klien, berkaitan dengan dengan permasalahan klien. Untuk
menyusun scriptsuggestion therapydibutuhkan pengetahuan-
pengetahuan praktis yang berkaitan dengan pemberdayaan diri serta
pengetahuan praktis mengenai psikologi manusia. Suggestion
therapybiasanya dilakukan sekitar 15-20 menit pada saat
pelaksanaan suggestion therapitetap dapat dilakukan prosos deeping
berulang kali untuk pendalaman relaksasi klien. Untuk kasus-kasus
kompleks, tidak disarankan menggunakan suggestion therapi secara
langsung, melainkan menggunkan Hypnotrerapeutic technique
(Hypnotherapy Advanced) untuk menggali permasalahan secara
lebih jelas (The Indonesian Board Of Hypnotrapi (IBH), 2015).
Untuk hal-hal utama dalam Suggestion Therapy, sebaiknya
menggunakan aturan umum dalam sugesti, yaitu :
1) Positive (sebutkan apa yang diinginkan, bukan yang
dihindari).
2) Repetition (pengulangan).
3) Present tense (hindari kata akan).
4) Pribadi.
5) Tambahan sentuhan emosional dan imajinasi.
6) Progressive (bertahap), jika diperlukan (Gunawan, 2012).
f. Hypnotherapeutic Technique
Hypnotherapeutic adalah suatu teknik hipnoterapi yang sesuai
dengan permasalahan dan kondisi klien. Seluruh teknik
hypnotherapeuticini dapat dimanfaatkan secara bersama-sama
untuk menghasilkan efek penyembuhan hipnotherapi dan dapat
dimodifikasi sesuai dengan kultur ataubeliefdari klien. Teknik
hipnoterapeutikini digunakan untuk mencari akar permasalahan
pada klien. Setelah mengetahuai akar permasalahan dari klien, klien
diberikan pemograman positif sehingga menghasilkan perilaku baru
Indonesian Boartd Of Hypnotherapy(IBH, 2015).
Menurut Gunawan (2015) Ada empat langkah hipnoterapeutik
untuk memfasilitasi perubahan yaitu :
1. Sugesti post-hipnosis dan imajinasi
Langkah ini sangat efektif bila klien memiliki motivasi yang
kuat untuk berubah, baik pada level pikiran sadar dan bawah
sadar. Hanya dengan memberikan dorongan dalam bentuk
sugesti secara benar dan diperkuat dengan imajinasi atau
visualisasi, klien akan berubah. Bila motivasi klien tidak
kuat, langkah ini tidak akan efektif karena akan mendapatkan
resitensi dari pikiran sadar dan pikiran bawah sadar
(Gunawan, 2012:137).
2. Menemukan akar masalah
Meskipun ada klien yang bisa sembuh tanpa tahu atau
menumukan akar masalahnya, terapis perlu menemukan
akar masalah yang sesungguhnya. Masalah atau
simtomdiselesaikan dengan menyelesaikan atau me-
releasebeban emosi negatif akibat kejadian yang menajadi
akar masalah (Gunawan, 2015:138 ).
3. Release
Terapi dilakukan untuk membantu klien melepas atau me-
releaseperasaan atau emosi negatif dari pengalaman di masa
lalu. Hal ini sangat penting karena karena emosi ini, bila
tidak di release akan membuat klien terkunci dalam pola
perilaku lama (Gunawan, 2015:138).
4. Pemahaman baru atau perilaku baru
Tujuan dari langkah ini adalah membantu klien membuat
pemahaman baru, berdasarkan cara pandang dan kebijakan
orang dewasa, terhadap masalah yang dialami, akar masalah,
dan solusinya (Gunawan, 2015:139).

g. Termination
Terminationadalah suatu tahapan untuk mengakhiri proses hypnosis.
Konsep dasar terminasi adalah memberikan sugesti atau perintah
agar seorang klien tidak mengalami kejutan psikologis ketika
terhubung dari “tidur hypnosis”. Standar dari proses terminasi
adalah membangun sugesti positif yang akan membuat tubuh
seorang klien lebih segar dan rileks, kemudian diikuti dengen proses
hitungan beberapa detik untuk membawa clien ke kondisi normal
kembeli. Contoh : ” kita akan mengakhiri sesi hypnotherapi ini
bapak saya akan menghitung dari 1 sampai dengan 5, dan pada
tepat pada hitungan ke 5 nati, silahkan anda bangun dalam keadaan
sehat dan segar . 1 tarik nafas dan hembuskan 2 rasakan anda
semakin sehat 3 anda bertambah segar 4 anda benar-benar
merasakan tubuh anda sehat dan segar 5 silahkan bangun dalam
keadaan yang sangat sehat dan segar” (The Indonesian Board Of
Hypnotrapi (IBH), 2015).
Menurut Rustamaji & Kristiyadi, (2011) seorang klien yang akan di
hipnoterapi juga membutuhkan beberapa syarat atau kondisi, yaitu:
1. Menerima secara sadar dan sukarela tanpa paksaan (tidak
menolak).
2. Mempunyai kemampuan menerima sugesti (susceptibility).
3. Dapat berkomunikasi dengan baik.
4. Mempunyai kemampuan untuk memusatkan pikiran (fokus).
5. Membutuhkan kerjasama antara hipnoterapis dan pasien.
6. Dibutuhkan suasana yang mendukung, biasanya tempat yang
tenang dan jauh dari kegaduh.
Menurut Meliya (2011) perlakuan terapi hipnoterapi dilakukan
selama 45 menit, dalam perlakuan ini terapis memberikan
beberapa tahapan sugesti berupa Pre induction,Induction,
Deepening, Depth Level Test, Suggestion Therapy,
Hypnotherapeutic Technique dan Termination.Hasil dari
tahapan sugesti tersebut dapat bekerja secara langsung untuk
menurunkan nyeri dan permasalahan lainya. Menurut Hauser, at
al (2016) sesi hipnosis medis umumnya berlangsung selama 20-
50 menit dan hasil dari jurnal The Afficacy, Safety and
Applications of Medical Hypnosis mengatakan bahwa durasi
paling banyak digunakan ialah durasi dalam waktu 45 menit,
dapat dibagi menjadi beberapa tahapan dalam hipnosis berupa
Pre induction, Induction, Deepening, Depth Level Test,
Suggestion Therapy, Hypnotherapeutic Technique dan
Termination. Hipnosis mempunyai bukti akurat adanya
keefektivan dan keamanan hipnosis dalam pengobatan. Inggris
Medical Association dan American Medical Association sangat
mendukung penggunaan hipnoterapi dalam terapi pengobatan.

F. Pengertian Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional akibat adanya kerusakan
jaringan yang sedang atau akan terjadi, atau pengalaman sensorik dan
emosional yang merasakan seolah-olah terjadi kerusakan jaringan.
1. Berdasarkan onsetnya, nyeri dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
a. Nyeri akut : nyeri dengan onset segera dan durasi terbatas
b. Nyeri kronis : nyeri yang bertahan untuk periode waktu yang lama,
lebih dari 6 minggu
2. Berdasarkan derajatnya, nyeri dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
a. Nyeri ringan : sedikit mengganggu aktifitas sehari-hari (sistem skala
1-3)
b. Nyeri sedang : gangguan nyata pada aktifitas sehari-hari (sistem skala
4-6)
c. Nyeri berat : tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari (sistem skala
7-10)
d. Catatan skala 0 : tidak ada nyeri

G. Manajemen Nyeri
Manajemen nyeri adalah penatalaksanaan pasien dengan keluhan nyeri pada
pasien rawat inap maupun rawat jalan dengan melakukan assesmen sampai
dengan pemberian terapi sehingga keluhan nyeri pasien berkurang/hilang.

H. Asesmen Atau Penilaian Skala Nyeri


Asesmen nyeri yang dilakukan di RS menggunakan 3 cara yaitu :
a. Numeric Scale digunakan untuk pasien dewasa dan anak yang usianya
lebih 8 tahun. Cara mengukur skala nyeri dengan numeric scale adalah
dengan menyakan pada pasien mengenai intensitas nyeri yang dirasakan
dan dilambangkan dengan angka antara 0 – 10. Setelah mendapatkan
hasil numeriknya dikategorikan :
1) 0 = tidak nyeri
2) 1 – 3 = nyeri ringan (sedikit mengganggu aktivitas sehari-hari)
3) 4 – 6 = nyeri sedang (gangguan nyata terhadap aktivitas sehari-hari)
4) 7 – 10 = nyeri berat (tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari

b. Wong baker faces pain scale digunakan untuk pasien (dewasa dan anak
lebih 3 tahun) yang tidak dapat menggambarkan intensitas nyerinya
dengan angka. Cara mengukur nyerinya adalah dengan mencocokan
ekspresi wajah pasien dengan gambar yang ada dipanduan (seperti
dibawah ini)

Kemudian dari gambar yang cocok tentukan numeriknya. Dari hasil


numeric bisa didapatkan keterangan atau kondisi pasien yaitu :
1) 0 = Expresi rilek, tidak merasa nyeri sama sekali
2) 2 = sedikit nyeri
3) 4 = cukup nyeri
4) 6 = lumayan nyeri
5) 8 = sangat nyeri
6) 10 = amat sangat nyeri (tak tertahankan)
c. FLACC Behavioral pain scale digunakan pada bayi dan pasien tidak
sadar yang tidak dapat dinilai dengan Numeric Scale dan Wong baker
faces pain scale.
Cara penilaian adalah petugas mencocokan kondisi pasien dengan
standar pada tabel berikut :
Kategori Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2

Smile/ceria(tidak Perubahan Expresi wajah


ada expresi sedih) expresi/sedih,sesekali stess,dagu
Face
menyeringai/meringis mengatup
rapat,gemeretat

Legs Normal Sulit, tegang, kaku Menendang-


posisi/rilexs nendang,tidak
kooperatif

Activity Tiduran Posisi tidak Tidak kooperatif


normal,posisi nyaman,(menggeliat,g
nyaman, pindah eser,kebelakang dan
posisi kedepan,kaku)

Cry Tidak menangis Merengek,sesekali Melenguh,series


saat bangun menannngis/nampak menangis,komplain
tidur/sadar tidak nyaman, ,suara tidak jelas
merintih berteriak

Consolabilit Perasaan nyaman nampak rilexs bila Sangat sulit untuk


y(emosional) dan relaksasi disentuh / nyeri menjadi nyaman
berkurang dengan
sentuhan / masage

Setelah mendapatkan nilai dari ke lima skor diatas kemudian dijumlahkan,


apabila:

a. Nilai 1-3 termasuk nyeri ringan


b. Nilai 4-6 termasuk nyeri sedang
c. Nilai 7-10 termasuk nyeri berat

I. Penatalaksanaan Nyeri
Setelah petugas mengetahui skala nyeri pasien maka akan dilakukan intervensi
sesuai dengan skala nyeri pasien. Tindakan yang dilakukan adalah :
a. Pasien yang mengalami nyeri derajat ringan (skala 1-3) dilakukan
edukasi untuk relaksasi dan distraksi.
b. Apabila dengan tehnik relaksasi dan distraksi, keluhan nyeri tidak
berkurang dilakukan kolaborasi medis untuk pemberian therapy
jenis NSAID
c. Pasien yang mengalami nyeri derajat sedang (skala 4-6) dilakukan
kolaborasi medis untuk pemberian therapy jenis NSAID / opioid
dosis ringan.
d. Pasien yang mengalami nyeri derajat berat (skala 7- 10)
dilakukan kolaborasi medis untuk pemberian therapy jenis opioid .
e. Apabila dengan pemberian therapy farmaka jenis opioid, tetapi
keluhan nyeri belum teratasi maka, bila diperlukan Dokter DPJP
akan merujuk kepada Tim nyeri intervensi.
BAB III
SKENARIO KASUS
Tn.A (56 tahun) datang ke IGD RSPAU dr. S. Hardjolukito dengan keluhan
utama nyeri dada. Setelah dilakukan anamnesa didapatkan hasil TD : 150/82
mmHg, N : 56 x/menit lemah regular, RR: 24x/ menit, SpO2 : 92%, CRT < 2 detik,
T: 36 ºC, Akral dingin lembab, Nyeri dada sebelah kiri dengan skala 5, GCS: 15,
Kesadaran composmentis. Pasien mengatakan memiliki riwayat merokok 7 tahun
yang lalu. Keluarga mengatakana pasien memiliki riwayat hipertensi. Pasien
mengatakan nyeri dada sudah terasa sejak malam namun memberat saat sudah di
IGD. Sedangkan, sesak nafas mulai terasa pagi hari. Hasil pemerikasaan EKG
terdapat ST elevasi. Hasil pemeriksaan darah didapatkan hasil GDS : 179, APTT
55,6 detik, Ureum 54 mg/dl, Creatinin 1,21 mg/dl,Natrium 144,9 mmol/L, Kalium
3,22 mmol/L,Clorida 97,1 mmol/L. Terapi medis yang didapatkan adalah Inf. Nacl
0,9% 2 jalur, Alteplase 50 mg/30menit, Dopamine 4,8 cc/ jam, ISDN 2x 5 ml.
BAB IV
RUMUSAN MASALAH
A. Problem (Deskripsi pasien atau masalah utama)
Mengapa klien dapat memliki masalah nyeri dada??
B. Intervention (Penatalaksanaan yang dilakukan)
Apa intervensi yang diberikan untuk penatalaksanaan klien dengan masalah
nyeri dada?
C. Comparation (Pembanding intervensi)
Bagaimana efektivitas perbandingan intervensi pada pasien yang diberikan
terapi hipnoterapi dan edukasi skala nyeri dengan pemberian oksigen?
D. Outcome (Outcome yang diharapkan)
Apakah pemberian asuhan keperawatan dengan terapi hipnoterapi dan
edukasi skala nyeri dapat mengatasi masalah nyeri dada?
BAB V
STRATEGI PENULUSRAN BUKTI
Penelusuran jurnal melalui search engine Google dengan tahapan sebagai
berikut :

Tahap 1.

Memasukkan ke search engine kata kunci “Google Cendikia”

Tahap 2.
Kemudian memasukkan kata kunci di google cendikia “jurnal terapi
terhadap nyeri pada pasien ST elevasi miocard infark.”

kemudian kami tertarik dengan jurnal yang berjudul “Pengaruh


Pemberian Hipnoterapi Dan Edukasi Terhadap Skala Nyeri Pada
Pasien ST Elevasi Miocard Infark (STEMI)”

Setelah dibaca abstractnya, kami tertarik untuk mengunduh dan meganalisis


jurnalnya.
BAB VI
HASIL PENELUSURAN BUKTI
A. Judul Jurnal
Pengaruh Pemberian Hipnoterapi Dan Edukasi Terhadap Skala Nyeri Pada
Pasien St Elevasi Miocard Infark (Stemi)
B. Penulis
Cahyo Pramono
C. Tahun Terbit
Tahun 2017
D. Penerbit
Naskah Publikasi, Program Studi Mageister Keperawatan Program Pasca
Sarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/10788
BAB VII
TELAAH KRITIS
Critical appraisal yang digunakan untuk menkritis jurnal menggunakan
instrumen VIA yang terdiri dari validity, Importance dan applicability
seperti sebagai berikut:
A. V (Validity)
1. Desain : Quasy eksperimental dengan control group pre test-post test
design
 Penelitian dengan kuasi eksperimen ini sudah sesuai dengan
syarat untuk melakukan penelitian secara eksperimen. Hal itu
dikarenakan terdapat kelompok pembanding untuk mengetahui
perbedaaan intervensi. Pada penelitian ini juga dilakukan pre
test dan post test untuk mengetahui perbedaan hasil sebelu dan
setelah dilakukan intervensi.
2. Teknik pengambilan sampel: purposive sampling
 Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel
purposive sampling atau suatu tehnik penerapan sampel dengan
cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang
dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian),
sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi
yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2014).
3. Populasi dan sampel : 36 orang
 Populasi dan sampel dalam penelitian ini ada 16 orang. Menurut
Sekaran (2006) jumlah sampel minimal untuk penelitian
eksperimen sederhana adalah 10-20 responden. Semakin tinggi
jumlah sampel semakin baik pula tingkat kevalidan hasilnya
sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah sampel pada
penelitian ini sudah ideal.
4. Randomisasi : 18 orang kelompok intervensi dan 18 orang kelompok
kontrol
 Pembagian kelompok kontrol dan intervensi dalam penelitian
ditetapkan sesuai dengan tujuan penelitian.
5. Uji statistik : uji normalitas dengan shapiro-wilk dan uji analisis
untuk menegtahui perbedaan menggunakan uji non parametrik yaitu uji
wilcoxon test.
 Dalam penelitian ini dilakukan pengujian untuk mengetahui
pengaruh suatu intervensi. Penggunaan uji Wilcoxon disini untuk
mengetahui perbedaan setalah diberikan intervensi dan sebelum
diberikan.
6. Hasil Penelitian : nilai signifikansi di dapatkan nilai
signifikan p= 0,000 kurang dari 0,05 (p<0,05).
 Nilai signifikans pada penelitian ini menunjukkan ada pengaruh
pemberian hipnoterapi dan edukasi terhadap skala nyeri ST
elevasi Miocard infark.

B. I (Importance)
1. Penelitian yang digunakan penting karena hasil penelitian berguna
dalam penerapannya secara langsung bagi pasien di tempat praktik
klinis.

2. Intervensi ini cukup penting jika dilihat dari perubahan klinis yang
terjadi, dimana pasien setelah diberikan intervensi hipnoterapi dan
edukasi terhadapa skala nyeri ST elevasi miokard infark mengalami
perubahan skala nyeri menjadi lebih baik dibandingkan dengan tidak
diberikan terapi.

C. A (aplicability)
1. Karakteristik populasi
Karakteristik populasi pada penelitian ini adalah pasien ST elevasi
miokard infark di RSUP Soerdji Tirtonegoro Klaten, RSI Klaten dan
RSUD wonosari. Pasien rata-rata berusia 45-55 tahun.
2. Akseptabilitas dan kepatuhan pasien
Pasien yang menjadi responden mampu diterapkan intervensi yang
diberikan dan seluruh pasien mampu diintervensi sesuai prosedur
penelitian dari awal hingga akhir.
3. Keamanan
Intervensi yang diberikan pada penelitian aman, dalam jangka pendek
dengan pengawasan yang baik dan dilakukan oleh ahlinya karena
intervensi yang digunakan akan beresiko jika tidak diawasi dengan baik.
Intervensi yang diberikan berfokus perbaikan kondisi klinis.
4. Biaya
Biaya yang digunakan dalam penelitian ini tidak banyak, hanya perlu
dilakukan secara baik agar prosedur terapi yang diberikan dapat secara
efektif memberikan perubahan klinis yang baik.
5. Perbandingan dengan alternatif intervensi lain
Intervensi dalam penelitian sesuai bagi pasien dengan ganguan
kenyamanan (nyeri) tinggal penerapannya yang perlu ditingkatkan
sehingga dapat tercapai derajat kesehatan yang optimal.
BAB VIII
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan kasus yang telah digambarkan penulis dalam
skenario kasus tampak gangguan dalam sistem kenyamanan pada pasien
yang mengalami ST elevasi miokard infark. Hal ini sesuai dengan yang
digambarkan dalam jurnal penelitian bahwa pasien dengan STEMI akan
mengalami rasa nyaman yaitu nyeri dada. Ketika nyeri diatas rentang
normal maka pasien akan mengalami gangguan rasa nyaman yang dapat
membuat pasien kesusahan untuk melakukan aktivitas bahkan dapat
membuat pasien mengalami gangguan pernafasan.
Oleh karena kondisi pasien dengan nyeri dada pada STEMI maka
dalam penelitian ini telah dibahas alternatif intervensi yang akan diberikan.
Dimana melakukan hipnoterpi dan edukasi skala nyeri agar dapat
menurunkan skala nyeri dan meningkatkan rasa nyaman. Berdasarkan Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat penurunan skala nyeri yang
signifikan sebelum dan sesudah pada kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol, wilcoxon test sig. 0,000 (<0,05). Hasil analisis skala nyeri setelah
perlakuan dan selisih penurunan skala nyeri sebelum dan sesudah antara
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan didapatkan perbedaan yang
signifikan, Independent Samples Test sig. 0,000 (<0,05).
Hal ini sesuai dengan penelitian kombinasi edukasi nyeri dan
meditasi dzikir meningkatkan adaptasi nyeri pada pasien pasca operasi
fraktur, bahwa edukasi nyeri dan meditasi dzikir efektif untuk menurunkan
intensitas nyeri post op fraktur, pemberian edukasi akan membuat pasien
berfikir positif terhadap nyeri yang dialami, karena pikiran positif adalah
syarat terbaik untuk membantu pengeluaran endorfin (Nasriati, 2015)
Edukasi merupakan aplikasi dari konsep Kolcaba yaitu coaching
(mengajarkan), dalam penelitian ini pemberian edukasi dilakukan sebelum
pelaksanaan hipnoterapi. Edukasi meliputi informasi tentang ST Elevasi
miocard infark, perencanaan pemulihan dan edukasi psikospiritual. Edukasi
psikospiritual merupakan edukasi yang diberikan kepada responden untuk
meningkatkan kenyamanan dan keyakinan pasien akan kesembuhan dengan
cara mengingat Alloh/dzikir dan berdoa. Berdzikir menghasilkan beberapa
efek medis dan psikologis yaitu akan menyeimbangkan keseimbangan
kadar serotonin dan neropineprine di dalam tubuh, dimana fenomena ini
merupakan morfin alami yang bekerja didalam otak serta akan
menyebabkan hati dan pikiran merasa tenang dibandingkan sebelum
berzikir, Otot-otot tubuh mengendur terutama otot bahu yang sering
mengakibatkan ketegangan psikis. Hal tersebut merupakan salah satu
bentuk karunia Allah yang sangat berharga yang berfungsi sebagai zat
pengurang nyeri didalam otak manusia. Tanpa adanya zat tersebut,
seseorang akan merasakan nyeri yang berlipat ganda.
Hipnoterapi merupakan salah satu intervensi keperawatan menurut
Kolcaba yang dapat meningkatkan kenyamanan dan menurunkan nyeri
yaitu comfort food. Intervensi comfort food yaitu hipnoterapi merupakan
intervensi yang dibuat untuk mempertahankan homeostasis dan mengontrol
nyeri. Kondisi hipnosis atau trance memiliki karakteristikkarakteristik
utama yaitu relaksasi fisik yang dalam. Keadaan rileks dapat meningkatkan
kadar endorphin yang berfungsi menghambat tranmisi impuls nyeri dan
akan berinteraksi dengan input nyeri pada kornu posterior medulla spinalis.
Endorphin dapat menekan impuls nyeri pada kornu posterior medulla
spinalis sebagai pintu dapat terbuka dan tertutup untuk menyalurkan nyeri,
dan akhirnya berdampak pada menurunnya persepsi nyeri
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh Ada pengaruh pemberian hipnoterapi dan edukasi terhadap skala
nyeri ST elevasi Miocard infark.
B. Efektivitas intervensi
Sesuai dengan kasus yang diambil di ruang IGD, pasien tidak dapat
dilakukan intervensi secara langsung dikarenakan pasien berada dalam
keadaan cemas. Pasien mendapat pemantauan intensive karena mengalami
nyeri dada dan terdapat ST elevasi pada gambaran EKG. Sehingga kami
tidak dapat mengukur keefektifan hipnoterapi dan edukasi skala nyeri pada
pasien tesebut sehingga kami hanya mengobservasi pasien saja. Hal ini juga
membuat kami tidak dapat membandingkan keefektifannya intervensinya.
Perbandingan yang harusnya diberikan adalah hipnoterapi dan edukasi skala
nyeri dengan teknik nafas dalam. Perbandingan dua intervensi ini sangat
terlihat perbedaannya, dimana hipnoterapi dan edukasi skala nyeri dapat
menurunkan skala nyeri secara baik. Intervensi dapat diterapkan dengan
baik dengan pengawasan yang baik dan dilakukan oleh ahli hipnoterapi
sehingga memberikan efek penyembuhan lebih baik dibandingkan hanya
dengan teknik nafas dalam.
BAB IX
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Infark miokardium merupakan proses rusaknya jaringan jantung akibat
suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner
berkurang. Nyeri dada yang tiba-tiba dan berlangsung terus menerus,
terletak dibagian bawah sternum. Nyeri yang tidak tertangani dapat
menyebabkan kecemasan, distres emosional dan tidak dapat
beristirahat.
2. Hipnoterapi merupakan salah satu teknik manajemen nyeri non
farmakologi dengan membantu pasien pada keadaan rileks sehingga
dapat menstimulir otak untuk melepaskan neurotransmiter yaitu
enchepalin dan endorphin.
3. Rekomendasi tindakan adalah dengan terapi hipnoterapi dan edukasi
skala nyeri pada pasien STEMI agar dapat memperbaiki masalah nyeri
dada pada pasien.
4. Berdasarkan jurnal terdapat pengaruh pelaksanaan hipnoterapi dan
edukasi skala nyeri pada pasien STEMI
B. Kirtik dan Saran
1. Bagi peneliti
a. Diksi yang digunakan oleh peneliti sudah baik, tinggal memperjelas
alur penelitian dan bebarapa penjelasan yang tidak tercantum dalam
jurnal.

b. Topik penelitian yang dipilih peneliti sangat baik dan menarik,


namun sangat disayangkan peneliti tidak mampu menampilkan hasil
penelitiannya dengan lengkap di dalam jurnal.

2. Bagi Rumah Sakit


Pelaksanaan intervensi hipnoterapi dan edukasi skala nyeri STEMI
dapat dievaluasi lebih lanjut efektivitasnya dan alangkah lebih baik jika
rumah sakit dapat menerapkannya dengan baik sehingga hasilnya dapat
menunjukkan keberhasilan yang lebih signifikan.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz Alimul Hidayat. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika, 2004
Gunawan, A.W. 2007. Hypnoterapy : The Art Of Subconcious Restructuring.
Jakarta; Gramedia
Katz R, Purcell H. 2006. Acute Coronary Syndrome. In: Clinical
Practice Series. Elsevier.: 110-117
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Laporan Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta;
Kementerian Kesehatan RI. Diunduh melalui www.depkes.go.id// pada 12
November 2018
Kolcaba, K. (2003). Comfort theory and practice: a vision for
holistic health care and research. New York: Springer Publishing Company
Mulyadi, E. 2011. Pengaruh Hipnosis terhadap Pemenuhan Kebutuhan Rasa
Nyaman (Penurunan Nyeri Sendi Dan Disabilitas) Pada Lansia Di Panti
Werdha Hargo Dedali Surabaya. Jurnal Kesehatan Wiraraja Medika
Volume 1 Nomor 2 November 2011 (JKWM): Sumenep
Nasriati, R. 2015. Kombinasi Edukasi Nyeri Dan Meditasi Dzikir Meningkatkan
Adaptasi Nyeri Pada Pasien Pasca Operasi Fraktur.
Nurindra, Y. (2008). Panduan Self Hypnosis.Jakarta: www.hipnotis.net
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis.
Jakarta: Salemba Medika
Potter, P. A., & perry, a. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,
Proses dan Praktek. Edisi IV. Jakarta : EGC
Pramono, C. 2017. Pengaruh Pemberian Hipnoterapi dan Edukasi Terhadap Skala
Nyeri Pada Pasien ST Elevasi Miocard Infark (STEMI). Naskah Publikasi.
Program Studi Pasca Sarjana Universitas Muhaammadiyah Yogyakarta
Smeltzer dan Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. EGC.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai