A. Definisi Hipnoterapi
Hipnoterapi adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari
manfaat sugesti untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan dan perilaku.
Hipnoterapi dapat juga dikatakan sebagai suatu teknik terapi pikiran dan
penyembuhan yang menggunakan metode hipnotis untuk memberi sugesti atau
perintah positif kepada pikiran bawah sadar untuk penyembuhan suatu gangguan
psikologis atau untuk mengubah pikiran, perasaan, dan perilaku menjadi lebih
baik. Orang yang ahli dalam menggunakan hipnotis untuk terapi disebut
"hypnotherapist". Hipnoterapi menggunakan pengaruh kata - kata yang
disampaikan dengan teknik - teknik tertentu. Satu - satunya kekuatan dalam
hipnoterapi adalah komunikasi. (Kahija YF., 2007)
B. Tujuan Hipnoterapi
C. DEFINISI HIPNOSIS
Hipnosis berasal dari kata "hypnos" yang merupakan nama dewa tidur orang
yunani. Namun perlu dipahami bahwa kondisi hypnosis tidaklah sama dengan tidur.
Orang yang sedang tidur tidak menyadari dan tidak bisa mendengar suara-suara
disekitarnya. Sedangkan orang dalam kondisi hipnosis, meskipun tubuhnya
beristirahat (seperti tidur), ia masih bisa mendengar dengan jelas dan merespon
informasi yang diterimanya.
Saat ini, definisi yang paling banyak digunakan dan diterima berbagai
lembaga / asosiasi hipnosis dan hipnoterapi di dunia adalah definisi yang
dikeluarkan oleh U.S. Dept. of Education, Human Services Division: "hypnosis is
the by-pass of the critical factor of the conscious mind followed by the
establishment acceptable selective thinking" atau "hipnosis adalah penembusan
faktor kiritis pikiran sadar diikuti dengan diterimanya suatu pemikiran selektif
(sugesti)." (Kahija YF.,2007).
D. SEJARAH HIPNOTERAPI
Mesmer dinobatkan sebagai bapak hipnotisme modern. Dia seorang dokter dari
Wina yang pertama kali mengembangkan metoda penyembuhan dengan hipnotis
secara ilmiah. Mesmer mengembangkan teori yang disebut dengan ”teori animal
magnetism” yaitu adanya pengaruh medan magnet bumi terhadap tubuh manusia.
Di dalam tubuh setiap manusia terdapat cairan universal yang berfungsi untuk
menjaga keseimbangan tubuh. Jika cairan dalam tubuh ini kurang banyak, tidak
mengalir dengan lancar atau tersumbat, maka akan menyebabkan seseorang
menjadi tidak sehat secara mental dan fisik. Timbulnya suatu penyakit dapat
dikarenakan adanya ketidak seimbangan komposisi magnet pada tubuhnya.
Mesmer terus melakukan penyembuhan dan eksperimental-nya terhadap pasien-
pasiennya yaitu dengan merangsang tubuh pasien tersebut dengan cara
menempelkan lempengan-lempengan magnet ke beberapa bagian tubuh yang
dianggap membutuhkan kekuatan magnet, hingga seiring dengan perkembangan
waktu, Mesmer melakukan penyembuhannya tanpa menempelkan lempengan
magnetnya, melainkan melalui perantara tubuh Mesmer sendiri yang diyakini
memiliki daya magnetis/kekuatan magnet. Sejak penyembuhan ala Mesmer Inilah
metode Hypnosis mulai diteliti dan menjadi bahan perdebatan dari berbagai
ilmuwan barat. Inilah cikal bakal Metode Hypnosis dijadikan sebagai sebuah
keilmuan yang dapat dirasakan manfaatnya secara klinis hingga sekarang..
( Kroger, 2007)
Seorang dokter dari Paris dan salah seorang dari murid Mesmer. Pertama kali
memperlihatkan efek “Sugesti Post Hipnotik” dengan menggunakan “Pohon
Puysegur”nya yang terkenal, dimana orang yang memegang pohon tersebut akan
menjadi histeris, lupa ingatan atau tangannya akan menempel di pohon dan tidak
bisa dilepaskan, dia juga pertama kali menggunakan istilah somnambulisme untuk
kondisi trance yang dalam, dan istilah tersebut masih dipakai hingga sekarang.
( Kroger, 2007)
John Elliotson adalah seorang dokter dari Inggeris, juga menggunakan hipnotis
dalam praktek nya untuk menyembuhkan sakit gila, epilepsi, gagap, rematik, sakit
kepala dan untuk operasi tanpa obat bius. ( Kroger, 2007)
Seorang dokter bedah dari Inggeris. Dalam bukunya “Neuro Hypnotism” untuk
pertama kalinya James Braid memakai kata Hypnosis yang diambil dari bahasa
Yunani “Hypnos = Dewa Tidur”, karena James Braid berpendapat bahwa kondisi
dalam hipnotis itu sama dengan tidur syaraf. James Braid juga adalah orang yang
pertama kali menggunakan teknik induksi dengan fiksasi mata dimana pasien
diminta untuk melihat dan konsentrasi pada sebuah bandul yang diayunkan
didepan pasien, pada waktu itu induksi dengan fiksasi mata masih membutuhkan
waktu ½ jam dan bahkan lebih. ( Kroger, 2007)
Seorang dokter bedah Irlandia yang bertugas di India dan merupakan dokter
yang paling banyak melakukan bedah tanpa obat bius dalam sejarah hipnotis,
dengan menggunakan hypnosis, Esdaile melakukan 1000 operasi tanpa obat bius,
300 diantaranya bedah mayor (membuka perut) dan 19 amputasi, sebelum izin
prakteknya dicabut oleh “Medical Association of England”. Pada saat itu
chloroform dan obat bius lain masih belum ditemukan, sehingga tingkat kematian
pasien dalam operasi sangat tinggi, yaitu hampir 50% dari pasien meninggal dalam
operasi karena shock dan rasa takut, dan dengan hypnosis dr. James Esdaile
mampu menekan tingkat kematian pasien operasi hingga 5 – 7 % dan sebagai
penghargaan atas jasanya, level trance yang paling dalam dimana bisa dilakukan
operasi tanpa obat bius di sebut juga Esdaile State. ( Kroger, 2007)
Seorang Psikolog dan Psikoterapis dari Perancis. Menurut Janet, hipnotis adalah
sebuah proses disosiasi atau pemecahan/pemisahan kesadaran dari pikiran dan
perasaan. Sampai saat ini teknik pemecahan kesadaran dan pikiran tersebut
masih tetap digunakan dalam hipnoterapi, terutama untuk menangani kasus fobia
dan trauma. ( Kroger, 2007)
Seorang dokter saraf di Paris mengemukakan teori bahwa hipnotis adalah akibat
kerentanan secara psikis, dan menurutnya perempuan itu lebih rentan terhadap
hipnotis dari pada pria. ( Kroger, 2007)
Seorang profesor ilmu penyakit dalam yang membantah teori Charcot bahwa
hipnosis itu terjadi karena kerentanan secara psikis dari seseorang. Menurutnya
hipnotis bisa terjadi karena tingkat sugestibilitas seseorang (suyet bisa
terhipnotis karena bereaksi terhadap sugesti dari juru hipnotisnya). ( Kroger,
2007)
Seorang dokter saraf dari Wina yang merupakan pelopor dari teori psikoanalisa
yang masih dipakai saat ini. Belajar dari Charcot dan Bernheim, Freud mulai
menggunakan hipnotis dalam prakteknya meskipun tidak mengerti cara kerjanya
secara mendalam. Tapi semenjak kejadian abreaksi dimana seorang pasien
terbangun dan mencekiknya, Freud meninggalkan hipnotis sebagai salah satu
metoda psikoterapi. Akibatnya perkembangan hipnotis mengalami kemunduran
sejak saat itu. ( Kroger, 2007)
Seorang dokter dan psikiater dari Amerika dan merupakan pelopor hipnoterapi
klinis modern. Berbeda dengan pendapat pendahulunya, Milton Erickson
menyatakan bahwa kemampuan dihipnotis seseorang adalah sebuah keterampilan
yang bisa dilatih, oleh karena itu semua orang bisa dihipnotis. Faktor terpenting
yang menentukan bisa tidaknya seseorang dihipnotis bukanlah bakat
hipnotis/tingkat sugestibilitas, akan tetapi kualitas hubungan dan tingkat
kepercayaan yang timbul antara Juru Hipnotis dan sang pasien. Milton Erickson
adalah orang pertama yang mengembangkan teknik hipnoterapi yang lebih
permisif dengan menggunakan pola bahasa hipnotis, analogi dan metafora. Dan
teknik permisif ini disebut dengan “Ericksonian Hypnosis” dan terkadang disebut
juga “Conversational Hypnosis” ( Kroger, 2007)
ü Dave Elman (1900-1967)
Dia mengembangkan teknik menghipnotis cepat yang dikenal dengan “Dave Elman
Induction”. Dengan teknik Induksi Elman ini, seorang suyet bisa dibimbing untuk
mencapai trance yang sangat dalam (somnambulisme) hanya dalam waktu kurang
dari 4 menit, dan hal ini membuka pintu bagi aplikasi hypnosis dalam dunia medis,
terutama untuk mengatasi rasa nyeri pada pasien. Coma State adalah kondisi
trance yang sangat dalam, dimana sudah terjadi anestesi secara alami sehingga
Coma State banyak digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri yang tidak spesifik
(Intractable Pain) pada pasien kanker dan juga pada pembedahan tanpa obat
bius. Sesudah Dave Elman, masih banyak lagi tokoh tokoh yang berperan dalam
perkembangan hipnotis aliran barat, beberapa diantaranya adalah Ormond McGill
yang diberi julukan “The Dean of Modern Stage Hypnosis” , kemudian Richard
Bandler dan John Grinder. ( Kroger, 2007)
Pada tahun 1970an, muncul sebuah lonjakan besar di area pengembangan diri.
Richard Bandler, seorang ahli komputer, dan John Grinder, profesor bahasa,
bekerjasama mempelajari dan mengembangkan metode-metode yang terdapat
dibalik aksi hipnotisme dan terapi Erickson. Berkat kerja keras mereka, lahirkan
gerakan terapi baru bernama Neuro-Linguistic Programming. NLP memanfaatkan
prinsip waking hypnosis untuk menciptakan efek tranformasi dalam waktu yang
sangat cepat dibandingkan hipnosis modern, apalagi hipnosis klasik. Seperti
halnya dengan Hipnotis, sekarang NLP juga dipakai untuk motivasi, pengembangan
diri, bisnis, olah raga, pendidikan dll. ( Kroger, 2007). NLP diambil dari kata
“Neuro” yang mengacu pada otak, dan “Linguistic” yang mengacu pada Bahasa.
Programming artinya pemasangan sebuah Rencana atau Prosedur. NLP adalah
studi tentang bagaimana bahasa, baik lisan maupun nonlisan, mempengaruhi
sistem syaraf kita. Kemampuan kita untuk melakukan apapun dalam kehidupan ini
adalah didasarkan kepada kemampuan untuk mengarahkan sistem syaraf kita
sendiri. Mereka yang mampu menghasilkan hasil luar biasa melakukannya dengan
menghasilkan komunikasi yang spesifik kepada dan lewat sistim syarafnya. NLP
mempelajari bagaimana orang berkomunikasi dengan diri sendiri dengan cara-
cara yang menghasilkan kondisi-kondisi banyak akal yang optimal dan oleh
karenanya menciptakan jumlah pilihan perilaku terbanyak.( Ellias., 2009)
Setelah mengalami berbagai pasang surut dan penolakkan selama berabad
abad lamanya oleh kalangan ilmuwan dan kedokteran, akhirnya hipnotis diakui
sebagai salah satu alat terapeutik yang sah oleh BMA (British Medical
Association) pada tahun 1955, oleh AMA (American Medical Association) pada
tahun 1958, oleh APA (American Psychological Association) pada tahun 1960 dan
sampai sekarang profesi sebagai seorang Hipnoterapis diluar negeri diakui
sebagai sebuah profesi sah menurut undang undang. (Elias.,2009)
E. TEORI HIPNOSIS
ü Teori imobilisasi.
Pada suatu waktu, hipnosis dianggap sebagai suatu gejala histeria; hanya
individu histeris yg diyakini dapat dihipnotis. Kesimpulan ini diambil oleh
Charcot dg dasar hanya beberapa kasus dalam keadaan patologis. Hipotesis
seperti ini untenable (tak dapat dipertahankan), seberapa besar kerentanan
terhadap hipnosis adalah tidak patognomonik pada neurosis : individu normal,
nyatanya, dengan mudah dihipnotis. Walaupun orang histeri lebih mudah
disugesti dari pada individu normal, tidak perlu untuk mengikuti bahwa
peningkatan sugestibilitas adalah tanda histeria. (Kroger, 2007).
Teori Keadaan Alfa dan Theta. Melalui data yang dikumpulkan dari
Electroencephalography (EEG), diidentifikasikan dari impuls elektrik yang
dipancarkan oleh otak ada empat macam frekuensi pola gelombang otak yang
pokok. Keadaan Beta (waspada/bekerja) didefinisikan sebagai 14-32 putaran
per detik / cycles per second (CPS), keadaan Alfa (santai/relax) sebagai 7-
14 CPS, keadaan Theta (mengantuk) sebagai 4-7 CPS, dan keadaan Delta
(tidur/bermimpi/tidur pulas) kira-kira 3-5 CPS. (Kroger, 2007)
Satu definisi fisiologis dari keadaan hipnotis adalah bahwa tingkat gelombang
otak yang diperlukan untuk mengatasi masalah seperti berhenti merokok,
penanganan masalah berat badan, pengurangan fobia, peningkatan kemampuan
olah raga, dll adalah keadaan alfa. Keadaan alfa pada umumnya diasosiasikan
dengan menutup mata, relaksasi, dan melamun. (Kroger.,2007)
Hal itu dianggap oleh beberapa penulis bahwa efek sugestibilitas adalah hasil
dari inhibisi dan tindakan ideomotor, dan sugestibilitas hanya sebuah
pengalaman dari imaginasi yang diaktualisasikan hingga aktivitas ideomotor.
Meskipun teori ini memperkirakan/menjelaskan, kepada sebuah tingkat,
untuk reaksi fisik dan sama tinggi untuk beberapa reaksi fisiologis mencatat
selama hipnosis, itu gagal untuk menjelaskan reaksi fisiologis yang rumit
yang timbul selama hipnosis. (Kroger.,2007)
ü Teori Disosiasi.
Teori lama ini tidak mempunyai nama baik lagi/ jatuh ke dalam lembah
kehinaan/ketika diperagakan lebih sering sebagai ganti dari amnesia atau
disosiasi, disana ada hyperacuity dan pengaturan yang lebih baik dari seluruh
makna selama hipnosis. Oleh karena itu, meskipun beberapa tingkat dari
disosiasi terjadi ketika amnesia muncul, itu bukan berarti indikasi bahwa
disosiasi menghasilkan hipnosis atau serupa untuknya. Hilgard menemukan
teori disosiasi Janet menarik, dan menerima sebagai dalil teori neodisosiasi.
Meskipun teori ini tidak diselesaikan, hilgard menunjukkan bahwa kontrol ego
normal adalah memperhatikan kebutuhan kami, .memperbolehkan perilaku
yang dapat diterima masyarakat dan pilihan yang masuk akal. Namun demikian
dia mencatat bahwa proses lain dibawa di sisi luar kontrol normal dimana
pada saatnya dapat berfungsi simultan dengan mereka. (Kroger.,2007)
Teori ini beranggapan bahwa individu yang dihipnotis memainkan peran dan
membiarkan penghipnotis menciptakan realitas untuk mereka. Umumnya,
selama proses hipnotis orang menjadi lebih reseptif (mudah menerima)
sugesti, menyebabkan mereka berubah dalam cara merasakan, berpikir, dan
berperilaku. Beberapa psikolog seperti Robert Baker mengklaim bahwa apa
yang kita sebut dengan hipnotis sebenarnya adalah bentuk dari perilaku
sosial yang dipelajari. Sementara psikolog seperti Sarbin dan Spanos
beranggapan bahwa subjek bermain peran dengan pengharapan sosial yang
kuat, subjek percaya bahwa mereka dalam keadaan terhipnotis, kemudian
mereka berperilaku dengan cara yang mereka bayangkan bagaimana seorang
yang dihipnotis akan berperilaku. (Kroger.,2007)
ü Teori regresi.
M. NYERI
a) Definisi
Pada tahun 1979, International Association for the Study of Pain
mendefinisikan nyeri sebagai : Suatu pengalaman sensori dan emosi
yang tidak menyenangkan, yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
yang nyata atau yang berpotensi untuk menimbulkan kerusakan
jaringan. Rasa nyeri selalu merupakan sesuatu yang bersifat subjektif.
Setiap individu mempelajari nyeri melalui pengalaman yang
berhubungan langsung dengan luka (injury), yang terjadi pada masa awal
kehidupannya. Secara klinis, nyeri adalah apapun yang diungkapkan oleh
pasien mengonai sesuatu yang dirasakannya sebagai suatu hal yang
tidak menyenangkan / sangat mengganggu (Meliala dkk, 2001)
b) Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri berdasarkan etiologi dibagi atas : (Meliala, 2004)
1. Nyeri Fisiologi
2. Nyeri Inflamasi
3. Nyeri Neuropati
4. Nyeri Psikogenik
c) Konsep Hipnosis dalam Penanganan Nyeri
Metode non farmakologik untuk mengendalikan nyeri dapat dibagi
menjadi dua kelompok : terapi dan modalitas fisik serta strategi
kognitif-perilaku. Terapi fisik untuk meredakan nyeri mencakup
beragam bentuk stimulasi kulit (pijat, stimulasi saraf dengan listrik
transkutis, akupungtur,, aplikasi panas atau dingin, olahraga).
Sedangkan, startegi kognitif-prilaku bermanfaat dalam mengubah
persepsi pasien terhadap nyeri, dan member pasien perasaan yang lebih
mampu untuk mengendalikan nyeri. Strategi ini mencakup relaksasi,
penciptaan khayalan (imagery), hypnosis, dan biofeedback. (Goldmann,
2003)
Laporan klinis mengenai efikasi hipnosis untuk mengontrol nyeri telah
ditemukan oleh Esdaile (1846), seorang ahli bedah yang
mengembangkan hipnosis sebagai anestesi untuk amputasi di India,
dimana efikasi hipnosis mencapai 80% (Spiegel 1985)
Terdapat 3 prinsip umum yang mendasari penggunaan hipnosis dalam
penanganan nyeri yaitu : (Spiegel, 1985)
Menyaring ekspresi nyeri, Pasien dapat memahami bahwa tidak
terdapat korelasi antara intensitas stimulus nyeri dengan besarnya
penderitaan yang diakibatkannya.
Tidak bertarung melawan nyeri. Berjuanglah bersama dengan nyeri,
berdialoglah dengannya atau menjadi marah hanya membuatnya
menjadi lebih parah. Pada kenyataannya ketegangan reaktif otot-otot
di sekitar area nyeri akan benar-benar meningkatkan sensasi nyeri.
Pasien dapat belajar bahwa dengan relaksasi fisik yang sederhana
mereka dapat meredakan nyeri itu sendiri.
Gunakan self hipnosis. Hal ini akan memberikan sense of control dan
penguasaan yang lebih besar atas pengalaman mereka.
d) Konsep Hipnoterapi pada Patofisiologi Nyeri
Impuls nyeri merupakan impuls darurat yang melalui jalur sensorik
menuju thalamus. Sinyal tersebut seharusnya menuju ke korteks
sensorik, tetapi sebagian besar sinyal tersebut mengalami pembajakan
dan dibelokkan menuju amigdala dan sebagian kecil menuju korteks
sensorik untukproses kognitif dan berlanjut ke korteks transisional
untuk proses kognitif selanjutnya (Mulyata, 2005). Amigdala yang
merupakan pusat perubahan emosi belum siap menerima sinyal yang
bersifat darurat dan mengirimkannya ke hipotalamus terutama nukleus
paraventrikularis. Nukleus hipothalami merespon sinyal darurat
tersebut dengan melepas corticotropin releasing factor (CRF) yang
juga bersifat darurat yang selanjutnya mengaktifkan hipofise dan
sistem saraf otonom (Kaplan, 1995., Cit. Mulyata, 2005). Impuls nyeri
berjalan menuju thalamus direspon dengan melepas CRF dari
hipotalamus, sinyal darurat dari CRF akan mengaktifkan serabut
preganglioner simpatis kemudian memicu adrenal melepas kortisol
berlebihan, CRF juga mengaktifkan pituitaria untuk melepas ACTH
yang juga akan memicu kortisol berlebihan dan menekan sistim imun,
sementara pengeluaran β-endorfin ditekan sehingga akan memicu
pengeluaran sitokin proinflamasi, dimana sitokin dan mediator
proinflamasi mengaktifkan reseptor nyeri perifer yang selanjutnya
membawa signal nyeri ke thalamus dan korteks somatosensorik,
sehingga meningkatkan rasa nyeri (Raison & Miller, 2003., Mulyata,
2005)
Dengan hipnoterapi, sinyal kognitif berjalan ke otak melalui jalur
sensorik, auditorik dan visual. Sinyal ini sifatnya tidak darurat,
sesudah mencapai thalamus kemudian ke korteks sensorik tanpa
mengalami pembajakan, terus berlanjut ke korteks transisional untuk
proses kontrol kognitif. Selanjutnya diproyeksikan ke hippokampus
untuk disimpan sebagai memori, selain itu sebagian sinyal diproyeksikan
ke amigdala serta organ lain yang terkait untuk diekspresikan ke luar.
Sinyal kognitif tersebut memiliki kemampuan untuk menghentikan arus
pembajakan sinyal darurat dari korteks menuju amigdala dan dari
amigdala menuju hippothalamus (Le Doux, 1988., Cit.Mulyata, 2005)
Dengan demikian sinyal yang berasal dari pemberian psikoterapi
sesudah mencapai korteks untuk proses kognisi, saat diproyeksikan ke
hippokampus dan ke amigdala sudah merupakan sinyal yang tertata
baik, sedang sinyal darurat yang menimbulkan nyeri sudah terhambat
dan hilang (Le Doux, 1988., Cit.Mulyata, 2005)
e) Konsep hipnoterapi pada Analgesia
Pada umumnya hipnoterapi untuk analgesia menggunakan tehnik
pendekatan psikologis dimana bekerjanya dengan cara meningkatkan
daya coping pasien. Daya coping ini terbentuk sejak masa kanak-kanak,
tetapi daya coping ini juga dapat dibentuk dan dikembangkan dengan
cara pendidikan dan latihan, yang mana akan dihasilkan perubahan
persepsi nyeri pada pasien. (Folkman & Lazarus, 1988., Cit. Mulyata,
2005)
f) Aplikasi Hipnosis pada Nyeri
Hypnobirthing merupakan sebuah paradigma baru dalam pengajaran
melahirkan secara alami, Teknik ini mudah dipelajari, melibatkan
relaksasi yang mendalam, pola pernapasan lambat dan petunjuk cara
melepaskan endorfin dari dalam tubuh (zat relaksan alami tubuh) yang
memungkinkan calon ibu menikmati proses kelahiran yang aman, lembut,
cepat dan tanpa proses pembedahan. (Prihantanto., 2008). Melahirkan
dengan teknik ini banyak memberi manfaat bagi calon ibu, antara lain
rasa nyaman, berkurangnya rasa sakit (bahkan ada yang tidak
merasakan sakit sama sekali) hingga rasa bahagia. Teknik ini mudah
dipelajari, melibatkan relaksasi yang mendalam, pola pernapasan lambat
dan petunjuk cara melepaskan endorfin dari dalam tubuh (relaksan
alami tubuh) yang memungkinkan calon ibu menikmati proses kelahiran
yang aman, lembut, cepat dan tanpa proses pembedahan.
Hypnobirthing dicetuskan pakar ginekologi Dr. Grantly Dick-Read,
dalam bukunya Childbirth Without Fear pada 1944. Hypnobirthing
selanjutnya dikembangkan oleh Marie Mongan, pendiri HypnoBirthing
Institute. Terapi ini mengajarkan para ibu untuk memahami dan
melepaskan Fear-Tension-Pain Syndrome yang seringkali menjadi
penyebab kesakitan dan ketidaknyamanan selama proses kelahiran.
Saat perempuan yang melahirkan terbebas dari rasa takut, otot-otot
di tubuhnya termasuk otot rahim akan mengalami relaksasi, yang akan
membuahkan proses kelahiran yang lebih mudah dan bebas stres. Dalam
beberapa kasus, tahapan proses kelahiran juga menjadi lebih pendek,
mengurangi kelelahan selama perjuangan melahirkan bayi dan ibu akan
tetap segar, penuh energi setelah melahirkan.“Bisa dikatakan
Hypnobirthing membuat proses melahirkan bebas dari rasa takut, tidak
bebas dari rasa sakit, meskipun beberapa perempuan mengalami proses
melahirkan tanpa rasa sakit sama sekali,” ujar Mongan. “Mengurangi
ketakutan akan membuat tubuh ibu bekerja seperti yang seharusnya
Dengan memahami betapa efektifnya jawaban tubuh terhadap proses
melahirkan yang lebih lembut, seorang ibu HypnoBirthing memiliki
keahlian secara lisan dan visual mengenai kemampuan alaminya dalam
mengikuti cara alami ideal melahirkan. Secara cepat ibu akan belajar
mempercayai insting melahirkan pada tubuhnya, bahwa tubuhnya
diciptakan untuk bekerja dalam irama yang selaras saat mengeluarkan
bayi ke dunia.“Ada perbedaan besar antara Hypnobirthing dan kelas
pendidikan melahirkan lainnya, dan ini bukanlah hanya potongan
hipnotis. Hypnobirthing lebih menekankan melahirkan dengan cara
positif, lembut, aman dan bagaimana mencapainya dengan mudah,” ujar
Mongan. Pada 1958, the American Medical Association menyetujui
terapi dengan menggunakan hipnotis, meski sejauh ini terapi hipnotis
yang dipakai untuk memudahkan proses kelahiran bayi belum banyak
diketahui publik. (Prihantanto., 2008).
DAFTAR PUSTAKA
Ellias., 2009. Hipnosis & Hipnoterapi, Transpersonal / NLP, Pustaka Pelajar,
Jogjakarta
Fachry HA., 2008. The Real Art of Hipnosis : Kolaborasi Seni Hipnosis Timur-
Barat, Gagas Media,Jakarta.
Goldmann B. Easing the Ouch: Relieving Short-Term Pain. [on line]. 2003 [cited
2008 February 11] : available
fromURL:http://www.stacommunications.com/journals/diagnosis/2003/10_Octo
ber/drgoldmanpain.pdf
Kaplan dan Sadock., 2004. Sinopsis Psikiatri : Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri
Klinis, Edisi ketujuh, jilid satu, hal 430.
Mulyata Stephanus, 2005. Paket Penyuluhan dan Senam Hamil Mengurangi Stres
dan Nyeri Serta Mempercepat Penyembuhan lika persalinan, Pidato Pengukuhan
Guru Besar; Universitas sebelasMaret, surakarta.
Rusli SI, Wijaya JA.,2009. The Secret of Hypnosis, penebar Plus, Jakarta
Spiegel D, 1985.The Use Of Hypnosis In Controlling Cancer Pain. CA-A Cancer
Journal for Clinician vol 35 : 4, pp 221 – 30
http://ilmukesehatan-jiwa.blogspot.com/2015/01/teori-dan-konsep-dasar-
hipnoterapi.html/04;50