Anda di halaman 1dari 20

REFERAT

HIPNOTERAPI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Referat


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa

Disusun oleh:
Ratih Hemiarista Puspasari I4061171018
Merdianing Ika Mahendra I4061172076

Pembimbing:
Mayor CKM (K) dr. Lollytha C. Simanjuntak, Sp. KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA


RUMKIT TK. II 03.05.01 DUSTIRA CIMAHI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2019
LEMBAR PERSETUJUAN

Telah disetujui Referat dengan judul:


Hipnoterapi

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa

Telah disetujui,
Cimahi, November 2019

Pembimbing

Mayor CKM (K) dr. Lollytha C. Simanjuntak, Sp. KJ

Disusun Oleh

Ratih Hemiarista Puspasari Merdianing Ika Mahendra

I4061171018 I4061172076
BAB I
PENDAHULUAN

Hipnoterapi adalah satu teknik terapi pikiran yang menggunakan hipnotis.


Hipnotis dapat diartikan sebagai ilmu memberi sugesti atau perintah kepada pikiran
bawah sadar. Hipnoterapi memanfaatkan kemampuan individu untuk masuk ke
dalam kondisi trance, dan dengan demikian membuat pikiran menerima saran
terapeutik. Tujuannya adalah untuk membuat tindakan pasien pada kesadaran di
kehidupan sehari-hari. Dalam kondisi hipnosis pasien memasuki suatu keadaan
dimana tubuh fisik menjadi rileks, sementara pada saat yang sama pikiran waspada.
Perkembangan hipnoterapi dimulai pada tahun 1776 ketika Mesmer menulis
disertasi doktoralnya, ‘De Planetarum Influxu’ dimana ia menjelaskan pengaruh
dari peredaran magnet atas kesehatan tubuh manusia, sehingga dalam terapinya ia
mendekatkan magnet ke tubuh seseorang membantu menyeimbangkan dan
mengharmoniskan cairan magnet di dalamnya. Teori pertamanya ini dikenal
sebagai Animal Gravitation dan dikemudian hari berubah menjadi Animal
Magnetism. (Nalendra, 2017)
Pada tahun 1784, Pusyegur memberikan kontribusi dalam dunia Hipnosis
dengan memunculkan penamaan somnambulism, dimana istilah itu tetap digunakan
sampai saat ini untuk menandakan kondisi Hipnosis yang sangat dalam, di mana
seorang penggembala muda bernama Victor Race memasuki kondisi Hipnosis
dalam kondisi yang rileks dan dan masih bias merespon sugesti dengan baik dan
bahkan bisa berinteraksi. (Nalendra, 2017)
Pada tahun 1837, Elliotson di Inggris mendapati bahwa pasiennya bisa
melalui pembedahan besar tanpa rasa sakit dalam kondisi hipnosis. Hal ini yang
menjadi cikal-bakal dari penerapan teknik anestesi berbasis Hipnosis. (Nalendra,
2017)
Pada tahun 1842, Braid menggunakan ekspresimen scientific untuk bisa
mengeksplorasi hipnosis sehingga hasil karyanya menjadi cikal-bakal Hipnosis
modern. Dia juga mengembangkan metode Eye Fixation (fiksasi mata) sebagai
teknik dasar memindahkan kesadaran seseorang, hal ini yang membuatnya kelak

1
2

juga dikenal sebagai Father of Hypnosis, bersama Mesmer dan Liebault. (Nalendra,
2017)
Periode hipnosis modern ditandai dengan berkembangnya hipnosis secara
scientific, salah satunya yaitu munculnya kesadaran bahwa kondisi hipnosis bukan
terjadi karena kekuatan dari sang penghipnosis, melainkan karena komunikasi yang
mumpuni antara dirinya dengan subjek, serta dipopulerkannya tenik-teknik
hipnosis yang bisa dipelajari oleh siapa pun. Di periode ini juga hipnosis mulai
banyak diterima dan diaplikasikan di kalangan medis secara formal. (Nalendra,
2017)
Milton H. Erickson, seorang dokter yang menginisiasi yaitu Ericksonian
Hypnosis, yang juga dikenal sebagai Father of Counseling Hypnotherapy dan
Father of Modern Hypnosis. Bersama-sama dirinya, seorang dokter bernama
Kroger juga mengembangkan American Society of Clinical Hypnosis (ASCH),
sebuah organisasi khusus para praktisi Hipnosis-Hipnoterapi yang berlatarbelakang
medis dan psikologis formal. Kroger merupakan sosok yang juga dikenal karena
turut mempopulerkan pengembangan Hipnosis dalam dunia forensik, atau sekarang
ini dikenal sebagai Forensic Hypnosis, yaitu penggunaan Hipnosis dalam dunia
investigasi penegakan hukum. (Nalendra, 2017)
Hipnoterapi dalam dunia kesehatan dapat digunakan secara luas untuk
berbagai kondisi, antara lain untuk pengobatan gangguan kecemasan, gangguan
tidur, gangguan makan, depresi, gangguan psikoseksual, kecanduan, dan
khususnya, dalam pengobatan gangguan fobia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Hipnoterapi dipandang sebagai salah satu cabang ilmu psikologi yang
mempelajari manfaat sugesti untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan, dan
perilaku. Hipnoterapi dapat juga dikatakan sebagai salah satu teknik terapi pikiran
yang menggunakan hipnotis. Hipnotis dapat diartikan sebagai ilmu memberi sugesti
atau perintah kepada pikiran bawah sadar. Orang yang ahli dalam menggunakan
hipnotis untuk terapi disebut “hipnotherapist”. (Setiawan, 2009)
Hipnoterapi memanfaatkan kemampuan individu untuk masuk ke dalam
kondisi trance, dan dengan demikian membuat pikiran menerima saran terapeutik.
Tujuannya adalah untuk membuat tindakan pasien pada kesadaran di kehidupan
sehari-hari. Dalam kondisi hipnosis pasien memasuki suatu keadaan dimana tubuh
fisik menjadi rileks, sementara pada saat yang sama pikiran waspada. Biasanya, ada
tiga tahap utama dari kedalaman trance, yaitu ringan, menengah dan dalam (Kahija,
2009).

2.2 DASAR TEORI


Secara umum, teori-teori mengenai hipnosis tersebut dibagi dalam dua
kategori besar, yaitu:
2.2.1 Teori berdasarkan Neuropsiko-fisiologis
Teori berdasarkan neuropsiko-fisiologis menerangkan hipnosis sebagai suatu
keadaan dimana kondisi otak berubah dan oleh karena itu, faal otakpun juga berubah.
Teori berdasarkan psikologis yang memandang sebagai hubungan antarmanusia yang
khas (termasuk teori sugesti, disosiasi, psikoanalitik, psychic relative exclusion, dan
lain-lain). (Kaplan & Sadock).

3
4

2.2.2 Teori Psikofisiologis


Beberapa peneliti menerapkan formasi retikulare, hipokampus, dan struktur
subkortikal yang memerantarai komunikasi. Teori-teori lain termasuk inhibisi sel
ganglion otak, eksitasi dan inhibisi dari neuron-neuron, fokus eksitasi sentral yang
mengelilingi area non eksitasi, anemia serebral, pergeseran energi saraf dari sistem
saraf pusat menuju sistem vasomotor, perlambatan vasomotor mengakibatkan anemia
lobus frontal “synaptic ablation” dimana impuls-impuls saraf langsung masuk ke
dalam sejumlah bagian yang lebih kecil (perhatian selektif) juga dipertimbangkan.
2.2.3 Teori Imobilisasi
Hipnosis suatu waktu mungkin diperlukan oleh manusia sebagai mekanisme
pertahanan untuk menghadapi ketakutan atau bahaya. Teori ini berdasarkan pada
pengamatan Pavlov bahwa satu-satunya kesempatan seekor hewan bertahan hidup
adalah untuk tetap imobile (tidak bergerak) agar terlepas dari pengamatan. Walaupun
diinduksi berbeda-beda pada hewan, RI (Reaksi Imobilisasi) ditimbulkan terutama
oleh faktor fisik dan insting. Pada manusia diakibatkan dari interaksi faktor-faktor ini
dengan pengalaman arti dari simbul dan kata-kata. Hipnosis manusia dan hewan tidak
mirip. Induksi berulang pada hewan dengan penurunan kerentanan hipnotik,
sedangkan pada manusia meningkatkannya. Pada umumnya, stimulus sekuat apapun
seperti ketakutan, menyebabkan hewan dan manusia tertentu ”membeku”. Konsep ini
berlanjut pada teori hipnosis “pingsan-mati”. Akan tetapi, teori ini tidak menjelaskan
bagaimana hipnosis terjadi pada manusia. Bersamaan dengan itu, hipnosis dijelaskan
sebagai suatu keadaan kesiapan tindakan emosi yang makin bertambah
menghubungkan ke bawah pada pengaruh korteks sebagai satu filogeni ke atas,
namun demikian secara konsisten muncul pada organisme hewan dalam berbagai
bentuk. (Kroger, 2007).
2.2.4 Hipnosis sebagai suatu Status Histeria
Pada suatu waktu, hipnosis dianggap sebagai suatu gejala histeria. Hanya
individu histeris yang diyakini dapat dihipnosis. Kesimpulan ini diambil oleh Charcot
dengan dasar hanya beberapa kasus dalam keadaan patologis. Hipotesis seperti ini
5

tidak dapat dipertahankan, seberapa besar kerentanan terhadap hipnosis adalah tidak
patognomonik pada neurosis. Individu normal nyatanya dengan mudah dihipnosis.
(Kroger, 2007).
2.2.5 Teori Tidur yang Dikondisikan
a. Teori Keadaan Alpha dan Theta
Melalui data yang dikumpulkan dari Electroencephalography (EEG),
diidentifikasikan dari impuls elektrik yang dipancarkan oleh otak ada empat
macam frekuensi pola gelombang otak yang pokok. Keadaan Beta
(waspada/bekerja) didefinisikan sebagai 14-32 putaran per detik / cycles per
second (CPS), keadaan Alpha (santai/relax) sebagai 7-14 CPS, keadaan Theta
(mengantuk) sebagai 4-7 CPS, dan keadaan Delta (tidur/bermimpi/tidur pulas)
kira-kira 3-5 CPS. (Kroger, 2007).
Satu definisi fisiologis dari keadaan hipnosis adalah bahwa tingkat
gelombang otak yang diperlukan untuk mengatasi masalah, seperti berhenti
merokok, penanganan masalah berat badan, pengurangan fobia, peningkatan
kemampuan olahraga, dan lain-lain adalah keadaan alpha. Keadaan alpha pada
umumnya diasosiasikan dengan menutup mata, relaksasi, dan melamun.
(Kroger, 2007).
Definisi fisiologis lain menyebutkan bahwa keadaan theta diperlukan
untuk perubahan therapeutic (berhubungan dengan pengobatan). Keadaan
theta dikaitkan dengan hipnosis untuk pembedahan, hipnoanestesia
(penggunaan hipnosis untuk mematirasakan rasa sakit) dan hipnoanalgesia
(penggunaan hipnosis untuk mengurangi kepekaan terhadap rasa sakit),
dimana pembedahan lebih siap dilakukan dalam keadaan theta dan delta. Obat
bius (anestetik), zat penenang (sedatif), dan hipnosis mengacaukan
keselarasan saraf yang dianggap mendasari terjadinya gelombang theta, baik
pada manusia maupun binatang. (Kroger, 2007).
6

2.2.6 Teori Inhibisi dan Aktivitas Ideomotor


Hal itu dianggap oleh beberapa penulis bahwa efek sugestibilitas adalah hasil
dari inhibisi dan tindakan ideomotor, dan sugestibilitas hanya sebuah pengalaman
dari imaginasi yang diaktualisasikan hingga aktivitas ideomotor. (Kroger, 2007).
2.2.7 Teori Neodisosiasi dan Disosiasi
Selama beberapa tahun diduga bahwa seseorang yang dihipnosis berada dalam
kondisi disosiasi, area-area tertentu dari perilaku terbelah dari aliran utama kesadaran.
Oleh karena itu, hipnosis menghapus kontrol kehendak dan sebagai hasilnya
seseorang merespon hanya dengan perilaku otonomik pada tingkat refleks. Jika teori
disosiasi adalah valid, maka amnesia dapat dihilangkan oleh sugesti dari pelaksana.
Selain itu, amnesia akan selalu terjadi secara spontan. Hipnosis telah dijelaskan
sebagai disosiasi kesadaran dari sebagian besar sensori meski dengan tegas peristiwa
yang berhubungan dengan saraf disimpan. Golongan disosiasi tidak hanya hipnosis
tetapi juga banyak kondisi siaga/waspada lain dari kesadaran seperti mimpi-mimpi,
kondisi hipnagogik, “highway hypnosis”, kondisi melamun, pemisahan atau
depersonalisasi dilihat pada beberapa tipe pemujaan agama/ ritual agama dan banyak
fenomena mental lainnya. (Kroger, 2007).
2.2.8 Teori Disosiasi
Teori lama ini tidak mempunyai nama baik lagi ketika diperagakan lebih
sering sebagai ganti dari amnesia atau disosiasi. Di sana ada hyperacuity dan
pengaturan yang lebih baik dari seluruh makna selama hipnosis. Oleh karena itu,
meskipun beberapa tingkat dari disosiasi terjadi ketika amnesia muncul, itu bukan
berarti indikasi bahwa disosiasi menghasilkan hipnosis atau serupa untuknya.
Meskipun teori ini tidak diselesaikan, Hilgard menunjukkan bahwa kontrol ego
normal adalah memperhatikan kebutuhan, memperbolehkan perilaku yang dapat
diterima masyarakat dan pilihan yang masuk akal. Namun demikian, dia mencatat
bahwa proses lain dibawa di sisi luar kontrol normal dimana pada saatnya dapat
berfungsi simultan dengan mereka. (Kroger, 2007).
7

2.2.9 Teori Memainkan Peran (Role Playing)


Teori ini beranggapan bahwa individu yang dihipnosis memainkan peran dan
membiarkan penghipnosis menciptakan realitas untuk mereka. Umumnya, selama
proses hipnosis orang menjadi lebih reseptif (mudah menerima) sugesti,
menyebabkan mereka berubah dalam cara merasakan, berpikir, dan berperilaku.
Beberapa psikolog, seperti Robert Baker mengklaim bahwa apa yang kita sebut
dengan hipnosis sebenarnya adalah bentuk dari perilaku sosial yang dipelajari.
Sementara psikolog seperti Sarbin dan Spanos beranggapan bahwa subjek bermain
peran dengan pengharapan sosial yang kuat, subjek percaya bahwa mereka dalam
keadaan terhipnosis, kemudian mereka berperilaku dengan cara yang mereka
bayangkan bagaimana seorang yang dihipnosis akan berperilaku. (Kroger, 2007).
2.2.10 Teori Regresi Konsep Psikoanalisis
Sebuah tiruan di antara psikoanalisis dan teori fisiologi Pavlov dicoba oleh
Kubic dan Margolin. Peneliti-peneliti ini merasa bahwa subyek menuju sebuah
regresi infantile dengan hipnosis penuh berisi sebuah peran permainan dahulu oleh
orangtua. Gill dan Brenman beranggapan bahwa hipnosis adalah sebuah regresi
pelayanan dari ego, transferensi (sebuah transfer/pemindahan oleh pasien kepada
pelaksana dari perasaan emosi terhadap orang lain) adalah sebuah elemen penting
dari hipnosis. Kubic percaya motivasi lebih bermakna daripada konsep regresi dalam
memahami respon hipnosis. Hodge menekankan konsep kontraktual dari hipnosis.
Sebagai sebuah ilustrasi dari konsep ketidakpatuhan yang lebih besar. (Kroger, 2007).

2.3 FISIOLOGI HIPNOSIS


2.3.1 Pola gelombang otak
Setiap orang punya pola gelombang yang unik dan selalu konsisten. Keunikan
itu tampak pada komposisi ke empat jenis gelombang pada saat tertentu. Komposisi
gelombang otak itu menentukan tingkat kesadaran seseorang. Meskipun pola
gelombang otak ini unik, tidak berarti akan selalu sama sepanjang waktu. Kita dapat
secara sadar, dengan teknik tertentu, mengembangkan komposisi gelombang otak
8

agar bermanfaat bagi diri kita. Frekuensi impuls menentukan jenis gelombang otak
yaitu Beta, Alfa, Theta, dan Delta. Jenis atau kombinasi dari jenis gelombang otak
menentukan kondisi kesadaran pada satu saat.
a. Beta
Beta adalah gelombang otak yang frekuensinya paling tinggi. Beta
dihasilkan oleh proses berfikir secara sadar. Beta terbagi menjadi tiga bagian,
yaitu beta rendah 12-15 Hz, beta 16-20 Hz, dan beta tinggi 21-40 Hz.
Gelombang beta memungkinkan seseorang memikirkan sampai 9 obyek
secara bersamaan.
b. Alpha
Alfa adalah jenis gelombang yang frekuensinya sedikit lebih lambat
dibandingkan beta, yaitu 8-12 Hz. Alfa berhubungan dengan kondisi pikiran
yang rileks dan santai. Dalam kondisi alfa, pikiran dapat melihat gambaran
mental secara sangat jelas dan dapat merasakan sensasi dengan lima indra dari
apa yang terjadi atau dilihat dalam pikiran. Alfa adalah pintu gerbang bawah
sadar.
c. Theta
Theta adalah gelombang otak, pada kisaran frekuensi 4-8 Hz, yang
dihasilkan oleh pikiran bawah sadar (subconscious mind). Theta muncul saat
kita bermimpi dan saat terjadi REM (rapid eye movement). Pikiran bawah
sadar menyimpan memori jangka panjang kita dan juga merupakan gudang
inspirasi kreatif. Selain itu, pikiran bawah sadar juga menyimpan materi yang
berasal dari kreativitas yang ditekan atau tidak diberi kesempatan untuk
muncul ke permukaan dan materi psikologis yang ditekan. Meskipun kita
dapat masuk ke theta dan mengakses berbagai materi yang tersimpan di sana,
bila tidak dibantu dengan gelombang alfa dan beta semua materi yang
berhubungan dengan emosi, baik itu emosi positif maupun negatif, tersimpan
dalam pikiran bawah sadar.
d. Delta
9

Delta adalah gelombang otak yang paling lambat, pada kisaranya


frekuensi 0,1-4 Hz, dan merupakan frekuensi dari pikiran unconscious mind.
Pada saatkita tidur lelap, otakhanya menghasilkan gelombang delta agar kita
dapat istirahat dan memulihkan kondisi fisik. Delta juga memberikan
kebijakan dengan level kesadaran psikis yang sangat dalam.
2.3.2 Aktivasi sistem saraf parasimpatik
Sistem saraf pusat mengatur respons motorik hingga impresi sensori
melalui otak dan saraf pada tulang belakang. Sistem saraf otonom mengatur
sistem internal, yang biasanya merupakan gerak yang di luar kendali pikiran
sadar. Yang termasuk dalam kendali sistem saraf otonom, antara lain adalah
detak jantung sitem pecernaan, dan aktivitas kelenjar.
Sistem saraf otonom terbagi menjadi dua bagian, yang cara kerjanya
saling bertolak belakang. Sistem pertama adalah sistem saraf simpatik, yang
bertanggung jawah bersifat darurat. Misalnya jantung berdetak lebih cepat dan
lebih kuat, tekanan darah meningkat, atau pernafasan menjadi lebih cepat.
Penyebab sistem sarafsimpatik aktif karena respon dari perasaan takut dan
tegang diterjemahkan sebagai suatu kondisi darurat dan tubuh manusia, secara
refleks, menyimpan diri untuk memberikan respon lawan. Sebaliknya kerja
sistem saraf parasimpatik mengakibatkan detak jantung melambat, tekanan
darah turun, dan respon insting dari kondisi istirahat dan relaksasi.
Respons parasimpatik mengakibatkan kita menjadi lebih tenang dan
nyaman, semua itu bertujuan untuk menghambat energi tubuh. Kedua sistem
saraf, simpatikdan parasimpatik, tidak bisa aktif bersamaan. Saat proses
hipnosis dilakukan, yang terjadi sebenarnya adalah hipnosis mengaktifkan
sistem saraf parasimpatik seseorang sehingga seseorang menjadi sangat rileks
dan nyaman. Hal ini sangat bermanfaat dalam melakukan terapi karena subjek
akan tetap rileks.
10

2.4 TAHAPAN HIPNOTERAPI


Hipnoterapi dapat dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu:
a. Pre-induction
Tahap preinduction seperti sebuah keadaan di mana dua orang sedang
melakukan percakapan pada tahap awal perkenalan. Pre-induksi merupakan
suatu proses untuk mempersiapkan suatu situasi dan kondisi yang kondusif
antara ahli hipnoterapi dengan seseorang. Dalam tahapan pre-induksi ini ahli
hipnoterapi membangun hubungan dengan seseorang melalui percakapan
ringan, saling berkenalan, serta hal hal lain yang bersifat mendekatkan ahli
hipnosis secara mental terhadap seseorang.

b. Induction
Induksi merupakan sugesti untuk membawa seseorang dari normal
state ke hypnosis state, atau dengan kata lain induksi akan membuat
conscious dari seseorang “sangat rileks” atau bahkan “tertidur”. Terdapat
ratusan jenis induksi yang diperuntukkan untuk seseorang dengan tipe
sugestivitas yang berbeda-beda. Sebagai pemahaman awal, secara garis besar,
teknik induksi dibagi atas 2 kelompok, yaitu:
1. Induksi untuk seseorang dengan sugestivitas rendah;
2. Induksi untuk seseorang dengan sugestivitas tinggi.
Dalam memberikan induksi, harus mahir dalam menyusun variasi
kalimat pacing-leading. Dalam sesi hypnotherapi, target seorang
hypnotherapist adalah membawa seseorangt ke suasana yang rilek dan
sugestif, tidak selalu harus “tertidur” atau “deep trance”. Kondisi deep trance
hanya diperlukan untuk teknik terapeutic tertentu.
c. Deepening
Konsep dasar dari deepening adalah membimbing seseorang untuk
berimajinasi melakukan sesuatu kegiatan atau berada di suatu tempat yang
mudah dirasakan oleh seseorang. Rasa mengalami secara dalam ini akan
11

membimbing seseorang memasuki trance level lebih dalam. Deepening dapat


berupa imajinasi seperti alam atau tempat (gunung, pantai, taman bunga,
rumah, dan kamar) atau hitungan (hitungan dan sugesti langsung).
d. Depth level test
Suatu teknik untuk memeriksa kedalaman dari subyek. Dapat
dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
1) Dengan melakukan konfirmasi secara langsung kepada seseorang
misalnya dengan teknik ideo Motor Response yaitu subjek
memberikan jawaban yang jujur yaitu subjek memberikan jawaban
yang jujur sesuai dengan jawaban pikiran bawah sadar melalui respon
gerakan fisik.
2) Dengan cara mengamati tanda-tanda di fisik subjek.
3) Dengan membandingkan tanda-tanda kedalaman dengan skala
kedalaman skala kedalaman trance
e. Suggestion therapy
Suggestion Therapy merupakan salah satu metode Hypnotherapi
paling sederhana dan hanya dapat diterapkan ke kasus-kasus sederhana, antara
lain : kasus-kasus yang sangat jelas penyebabnya, serta sebagai teknik untuk
meningkatkan motivasi dan empowerment (pemberdayaan). Pada prinsipnya
suggestion therapy adalah scrip sebuah cerita atau saran yang disampaikan
kepada seseorang, berkaitan dengan permasalahan seseorang. Untuk
menyusun script suggestion therapy dibutuhkan pengetahuan-pengetahuan
praktis yang berkaitan dengan pemberdayaan diri serta pengetahuan praktis
mengenai psikologi manusia. Suggestion therapy biasanya dilakukan sekitar
15-20 menit dan tetap dapat dilakukan proses deeping berulang kali untuk
pendalaman relaksasi seseorang.
Untuk hal-hal utama dalam Suggestion Therapy, sebaiknya
menggunakan aturan umum dalam sugesti, yaitu:
1) Positive (sebutkan apa yang diinginkan, bukan yang dihindari).
12

2) Repetition(pengulangan).
3) Present tense (hindari kata akan)
4) Pribadi.
5) Tambahan sentuhan emosional dan imajinasi.
6) Progressive (bertahap), jika diperlukan
f. Hypnotherapeutic
Hypnotherapeutic adalah suatu teknik hipnoterapi yang sesuai dengan
permasalahan dan kondisi pasien. Seluruh teknik hypnotherapeutic ini dapat
dimanfaatkan secara bersama-sama untuk menghasilkan efek penyembuhan
hipnotherapi dan dapat dimodifikasi sesuai dengan kultur atau keyakinan
pasien. Teknik hipnoterapeutik ini digunakan untuk mencari akar
permasalahan pada seseorang. Setelah mengetahuai akar permasalahan dari
seseorang, seseorang diberikan pemograman positif sehingga menghasilkan
perilaku baru.
Ada empat langkah hipnoterapeutik untuk memfasilitasi perubahan
yaitu:
1) Sugesti post-hipnosis dan imajinasi
Langkah ini sangat efektif bila seseorang memiliki motivasi yang kuat
untuk berubah, baik pada level pikiran sadar dan bawah sadar. Hanya
dengan memberikan dorongan dalam bentuk sugesti secara benar dan
diperkuat dengan imajinasi atau visualisasi, seseorang akan berubah.
Bila motivasi seseorang tidak kuat, langkah ini tidak akan efektif
karena akan mendapatkan resitensi dari pikiran sadar dan pikiran
bawah sadar
2) Menemukan akar masalah
Meskipun ada seseorang yang bisa sembuh tanpa tahu atau
menumukan akar masalahnya, terapis perlu menemukan akar masalah
yang sesungguhnya. Masalah atau simtom diselesaikan dengan
13

menyelesaikan atau me-release beban emosi negatif akibat kejadian


yang menajadi akar masalah
3) Release
Terapi dilakukan untuk membantu seseorang melepas atau me-
releaseperasaan atau emosi negatif dari pengalaman di masa lalu. Hal
ini sangat penting karena karena emosi ini, bila tidak di release akan
membuat seseorang terkunci dalam pola perilaku lama.
4) Pemahaman baru atau perilaku baru
Tujuan dari langkah ini adalah membantu seseorang membuat
pemahaman baru, berdasarkan cara pandang dan kebijakan orang
dewasa, terhadap masalah yang dialami, akar masalah, dan solusinya
g. Termination
Termination adalah suatu tahapan untuk mengakhiri proses hypnosis.
Konsep dasar terminasi adalah memberikan sugesti atau perintah agar seorang
seseorang tidak mengalami kejutan psikologis ketika terhubung dari “tidur
hypnosis”. Standar dari proses terminasi adalah membangun sugesti positif
yang akan membuat tubuh seorang seseorang lebih segar dan rileks, kemudian
diikuti dengen proses hitungan beberapa detik untuk membawa clien ke
kondisi normal kembali.

2.5 TEKNIK HIPNOTERAPI


a. Meditasi Mindfulnes
Meditasi mindfulness menjaga perhatian penuh seseorang untuk
mengalami dan menyadari setiap saat-saat yang sedang dirasakan. Tujuannya
adalah melatih individu untuk memperoleh perspektif hidup dimasa kini,
menyadari kenyataan tentang saat ini, dan mensyukuri atas segala sesuatu
yang ada pada saat ini. Mindfulness merupakan proses kognitif yang
mempekerjakan penciptaan kategori baru, keterbukaan terhadap informasi
14

baru, dan kesadaran lebih dari satu perspektif. Kunci utama dalam
pelaksanaannya adalah kesadaran, pengalaman saat ini, dan penerimaan.

b. Visualisasi (Guided Imagery)


Menurut Gregor (2005), metode visualisasi berfungsi untuk
memproses tujuan dengan menggunakan gambaran imajinasi dengan terlebih
dahulu mencari tempat kedamaian individu. Tujuan dari metode ini adalah
mengurangi perasaan sedih yang mendalam, dan meningkatkan daya
konsentrasi dengan menemukan tempat kedamaian pada diri individu.
Visualisasi bukan hanya merangsang sistem motorik namun juga
mempengaruhi tubuh seakanakan mengalami persepsi yang sebenarnya, tubuh
merasakan bahwa pembayangan gambaran itu seolah merupakan sebuah
kenyataan.
c. Afirmasi
Metode afirmasi mengacu pada pernyataan pribadi yang disampaikan
dalam bentuk waktu saat ini, atau dengan kata lain individu diminta untuk
mengungkapkan pernyataan-penyataan positif tentang dirinya secara verbal.
Individu juga diminta untuk membayangkan apa yang terjadi dan bagaimana
rasanya ketika berhasil meraih tujuannya dengan baik. Tujuannya adalah
mengurangi cara berpikir terdistorsi, sehingga individu lebih mudah dalam
mengambil keputusan dan tidak larut dalam perasaan-perasaan negatif tentang
dirinya.
d. Release
Teknik release berfungsi mengajak individu menyadari perasaan dan
menyelami perasaannya, kemudian melepaskan perasaan yang menekan
tersebut dengan harapan individu dapat merasa terbebas dan lebih tenang.
Tujuannya adalah mengatasi gangguan mood, pikiran pesimis, rasa takut,
cemas, dan rasa benci terhadap diri sendiri. Sebelumnya, individu diminta
membuat daftar perasaan yang membuatnya senang (positif) dan tidak senang
15

(negatif), kemudian diminta memahami konsep tiga motivasi dasar manusia,


yaitu keinginan untuk mengontrol, keinginan untuk menguasai dan keinginan
untuk selamat dan nyaman. Tahapan teknik release :
a. Membiarkan perasaan yang sedang dialami datang (welcoming and
allowing the feeling). Individu membuka diri menuju pengalaman penuh
dari perasaanperasaan dari berbagai peristiwa. Individu menerima apa
adanya perasaan tersebut secara penuh.
b. Mencoba menyelami perasaan tersebut (diving in). Individu menyelami
inti dari perasaan dan dimana perasaan tersebut ada dalam dirinya.
c. Setelah melewati tahap diatas, melepaskan (release) apa yang ditekan
secara sadar oleh individu dilakukan dengan cara membiarkan diri
merasakan perasaan secara penuh. Perasaan tersebut dihadirkan ke dalam
kesadaran tanpa ada penolakan.

2.6 PENGGUNAAN HIPNOTERAPI


Hipnoterapi dapat digunakan secara luas untuk berbagai kondisi, antara lain
untuk pengobatan gangguan kecemasan, gangguan tidur, gangguan makan, depresi,
gangguan psikoseksual, kecanduan, dan khususnya, dalam pengobatan gangguan
fobia. Hipnoterapi sangat berguna karena memungkinkan pasien untuk menghadapi
ketakutan mereka di lingkungan yang santai dan aman. Melalui hipnoterapi, pasien
dapat mengeksplorasi area masalah bersama-sama dengan terapis (Kraft, 2006).
Penggunaan hipnoterapi dengan teknik visualisasi, afirmasi, dan release
merupakan teknik yang biasa digunakan oleh psikoterapis kognitif. Penggunaan
teknik tersebut dalam pendekatan kognitif bertujuan untuk memunculkan
potensialitas tertinggi dari individu dengan mengarahkan dan menyadari pikiran dan
perasaannya. Selain itu teknik tersebut menggunakan kemampuan pikiran untuk
membentuk pengalaman dan peristiwa yang positif yang akhirnya mempengaruhi
respon fisiologis dan psikologis.
16

Hipnoterapi adalah suatu teknik terapi yang dapat mengalihkan kondisi fisik
dan psikis menjadi sangat rileks sehingga terjadi perubahan tingkat kesadaran
(trance), persepsi, memori dan kebiasaan. Dalam proses hipnoterapi terjadi
pengalihan kondisi dari pikiran sadar (conscious mind) ke pikiran bawah sadar
(subconscious mind), yang disebut juga dengan istilah mengalami hipnosis. Dalam
keadaan hipnosis seseorang menjadi lebih dapat menerima sugesti dengan baik,
karena crititical area atau Reticular Activating System (RAS) yang berfungsi sebagai
filter terhadap informasi dari panca indera dinonaktifkan atau dikurangi
sensitifitasnya untuk sementara waktu, sehingga sugesti dapat diterima secara
langsung oleh pikiran bawah sadar. Beberapa penelitian ilmiah yang menggunakan
metode hipnoterapi klinis terbukti efektif untuk meningkatkan kesejahteraan psikis
serta mampu mengurangi stres dan reaksi negatif berupa depresi.
BAB III
KESIMPULAN

Hipnoterapi merupakan salah satu cabang ilmu psikologi yang


mempelajari manfaat sugesti untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan, dan
perilaku. Hipnoterapi adalah suatu teknik terapi yang dapat mengalihkan kondisi
fisik dan psikis menjadi sangat rileks sehingga terjadi perubahan tingkat
kesadaran (trance), persepsi, memori dan kebiasaan. Dalam proses hipnoterapi
terjadi pengalihan kondisi dari pikiran sadar (conscious mind) ke pikiran bawah
sadar (subconscious mind), yang disebut juga dengan istilah mengalami hipnosis.
Dalam keadaan hipnosis seseorang menjadi lebih dapat menerima sugesti
dengan baik, karena crititical area atau Reticular Activating System (RAS) yang
berfungsi sebagai filter terhadap informasi dari panca indera dinonaktifkan atau
dikurangi sensitifitasnya untuk sementara waktu, sehingga sugesti dapat diterima
secara langsung oleh pikiran bawah sadar.
Beberapa teknik hipnoterapi yaitu teknik visualisasi, afirmasi, dan release
merupakan teknik yang biasa digunakan oleh psikoterapis kognitif. Penggunaan
teknik tersebut dalam pendekatan kognitif bertujuan untuk memunculkan
potensialitas tertinggi dari individu dengan mengarahkan dan menyadari pikiran
dan perasaannya. Selain itu teknik tersebut menggunakan kemampuan pikiran
untuk membentuk pengalaman dan peristiwa yang positif yang akhirnya
mempengaruhi respon fisiologis dan psikologis.
Hipnoterapi dapat digunakan secara luas untuk berbagai kondisi, antara
lain untuk pengobatan gangguan kecemasan, gangguan tidur, gangguan makan,
depresi, gangguan psikoseksual, kecanduan, dan khususnya, dalam pengobatan
gangguan fobia. Hipnoterapi sangat berguna karena memungkinkan pasien untuk
menghadapi ketakutan mereka di lingkungan yang santai dan aman. Melalui
hipnoterapi, pasien dapat mengeksplorasi area masalah bersama-sama dengan
terapis.

17
DAFTAR PUSTAKA

Germer, C. K. (2005). Mindfulness and Psychotherapy. New York: Amazon


Gregor, M. S. (2005). Piece of Mind. Terjemahan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Jones, S. G. (2008). Hypnotherapy as a Treatment for Depression. International
Journal of Clinical and Experimental Hypnosis, Volume 55, Issue 2 April,
2007, pages 147–166.
Kahija. (2007). Hipnoterapi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Kraft, T; Kraft, D. (2006). The Place of Hypnosis in Psychiatry: Its Applications
in Treating Anxiety Disorders and Sleep Disturbances. Australian Journal of
Clinical & Experimental Hypnosis, Vol 34(2), 187-203.
Kroger, W.S., (2008). Clinical & Eksperimental Hypnosis, Revised 2nd,
Lippincot Williams & Wilkins, Philadelphia.
Nalendra, Alguskha. (2017). The big book of professional hypnotherapist: the
complete guide of hypnotherapy in professional practice. Malang: Litera
Media Tama.

Anda mungkin juga menyukai