Anda di halaman 1dari 18

17 Variation Regression Technique

Perhatian
*Karena kurikulum The Brief Conversational Hypnotherapy Indonesia
sangat dilindungi, Maka dari itu saya mencari tulisan yang sejenis dengan
regresi yang digunakan dalam The Brief Conversational Hypnotherapy
Indonesia. Tulisan ini pula akan mengantarkan anda ke penjelasan 17 teknik
variasi regresi, Dan saya memilih tulisan dari bapak Dr. Adi. W . Gunawan,
CCH sebagai pengantar :

Tulisan yang saya kutip berjudul :

1. Fenomena, Jenis, dan Manfaat Regresi dalam Hipnoterapi


2. Mengapa Umumnya Hipnoterapis Tidak Melakukan Regresi?

Sumber :

http://www.adiwgunawan.com/articles/mengapa-umumnya-hipnoterapis-
tidak-melakukan-regresi

http://www.adiwgunawan.com/?p=article&action=shownews&pid=266

**Tulisan ini untuk menepati janji saya untuk mensharingkan 17 Teknik


Variasi Regresi di WAG Asosiasi Hipnoterapi Indonesia.
1. Fenomena, Jenis, dan Manfaat Regresi dalam Hipnoterapi

Hypnotic age regression, untuk mudahnya dalam artikel ini disebut sebagai regresi, adalah salah

satu teknik yang kerap digunakan dalam hipnoterapi. Secara sederhana, regresi berarti mundur.

Dalam konteks hipnoterapi, regresi adalah proses membimbing klien mundur ke masa lalu,

menyusuri garis waktu dalam pikirannya, ke satu masa atau memori tertentu.

Fenomena regresi, menurut Orne dan Hammer (1974), dapat dipandang sebagai bentuk distorsi

memori karena klien mundur ke masa lalu ikuti bimbingan terapis. Sementara LeCron (1948)

menyatakan dalam regresi bisa terjadi amnesia temporer untuk peristiwa masa sekarang,

hipermnesia untuk peristiwa masa lalu, dan juga perubahan fisiologis.

Ada banyak pendapat berbeda yang diajukan dalam upaya jelaskan proses dan fenomena regresi.

Reiff dan Scheerer (1959) menyatakan regresi sebagai prosedur untuk mengembalikan lagi mode

berpikir dan fungsi kognisi pada tahap awal tumbuhkembang individu. Sementara Nash,

Johnson, dan Tipton (1979) menyatakan regresi sebagai proses yang hasilkan revivifikasi parsial

dari pengalaman masa lalu. Menurut Barber, dkk (1974), regresi adalah bentuk keterlibatan

imajinasi yang rumit. Hal berbeda disampaikan oleh Orne (1974) yang menyatakan regresi

sebagai contoh kondisi delusi di mana subjek menjadi percaya pada kebenaran yang disampaikan

oleh terapis.

Terlepas dari berbagai pendapat yang diterima dan dipercaya seseorang untuk jelaskan dan

pahami regresi, satu hal yang pasti regresi melibatkan banyak perubahan persepsi terhadap

realita dan memudahkan klien terlibat secara subjektif dan sangat mendalam dalam prosesnya.
Satu pertanyaan penting yang sering diajukan, dalam konteks regresi, “Apakah klien benar-benar

teregresi ke usia tertentu?”

Pertanyaan ini sangat penting untuk dijawab karena dalam beberapa kejadian saat diregresi,

misal ke usia 5 tahun, klien menunjukkan kemampuan jauh melampaui usia fisik dan mental

anak usia 5 tahun. Misalnya, saat diregresi ke usia 5 tahun, ia mampu mengerjakan soal

matematika untuk anak usia 10 tahun dengan lancar dan benar.

Di sisi lain, ada banyak temuan saat diregresi ke usia 5 tahun, klien benar-benar menunjukkan

sikap, perilaku, kemampuan kognisi dan bahasa seperti anak usia 5 tahun. Ada juga bukti saat

klien diregresi ke berbagai usia berbeda, tulisan tangannya juga turut berubah mengikuti

perkembangan yang dulu ia lalui.

Salah satu temuan menarik, yang buktikan bahwa regresi adalah fenomena riil, bukan sekedar

klien berpura-pura, adalah munculnya refleks Babinski yang terjadi pada klien dewasa yang

diregresi ke usia bayi.

Refleks Babinski adalah salah satu refleks normal pada bayi. Refleks ini muncul saat telapak

kaki bayi diberi stimulus gesekan yang mengakibatkan ibu jari bergerak ke atas dan jari-jari

lainnya membuka. Refleks ini normal pada anak hingga usia dua tahun namun tidak normal bila

terjadi pada anak berusia di atas dua tahun atau pada orang dewasa, karena seringkali merupakan

indikasi masalah pada sistem saraf.

Refleks Babinski yang terjadi pada klien dewasa yang diregresi ke usia satu tahun tentu tidak

bisa dipalsu. Dengan demikian, hal ini tunjukkan klien benar-benar alami regresi ke usia satu

tahun karena secara fisiologis ia tunjukkan refleks bayi.


Namun mengapa terjadi perbedaan temuan saat dilakukan regresi?

Secara umum regresi terbagi menjadi dua, hipermnesia dan revivifikasi. Klien alami hipermnesia

bila ia mengingat dengan detil peristiwa masa lalu. Sedangkan revivifikasi adalah klien mundur

dan alami kembali peristiwa masa lalu, sama seperti dulu ia alami, tapi kali ini ia mengalaminya

di masa sekarang. Perbedaan mendasar pada dua jenis regresi ini ada pada kata “mengingat” dan

“mengalami kembali”.

Pemahaman akan perbedaan ini sangat penting dalam mengetahui atau menjelaskan regresi yang

dialami klien. Bila seseorang mengingat atau mengenang satu kejadian atau peristiwa maka ia

alami hipermnesia. Secara pikiran, ia tidak mundur ke masa lalu. Ia tetap tinggal di masa

sekarang namun di pikirannya muncul memori masa lalu.

Ini sangat berbeda dengan revivifikasi. Revivifikasi bukan sekedar mengingat namun mengalami

kembali. Ini mirip dengan saat kita tidur dan bermimpi. Saat bermimpi, kita benar-benar

mengalami “kejadian” dalam mimpi. Bila kita bermimpi dikejar harimau, maka kita pun akan

lari secepatnya dalam upaya selamatkan diri dan tentu diliputi perasaan takut. Saat terbangun,

napas kita memburu, terengah-engah, berkeringat, karena kita memang “benar-benar” dikejar

harimau. Saat mengingat kembali peristiwa dikejar harimau, inilah yang disebut hipermnesia.

Klien dewasa yang diregresi, mundur ke usia bayi, dan bisa memunculkan refleks Babinski

masuk dalam kategori revivifikasi. Fenomena ini tidak bisa terjadi bila ia hanya alami

hipermnesia.

Faktor apa saja yang memengaruhi dan menentukan klien alami hipermnesia atau revivifikasi?
Ada dua faktor penting. Pertama adalah kedalaman kondisi hipnosis yang dicapai klien. Untuk

alami hipermnesia, klien hanya butuh kondisi hipnosis dangkal (light trance) atau menengah

(medium trance). Sedangkan untuk revififikasi butuhkan kondisi hipnosis (sangat) dalam (deep

trance). Kedua, bergantung pada kecakapan terapis dalam menuntun pikiran klien, dan terutama

semantik yang digunakan. Semantik yang salah dapat akibatkan klien yang sudah alami

revivifikasi bergeser menjadi hipermnesia. Sebaliknya, bila klien sudah berada di kondisi

hipnosis dalam dan masih alami hipermnesia, dengan gunakan semantik yang tepat terapis dapat

menuntun klien bergeser ke revivifikasi.

Jenis Regresi

Umumnya, dalam hipnoterapi klinis, dikenal enam jenis regresi. Ada banyak teknik atau cara

yang digunakan untuk lakukan regresi. Namun, apapun tekniknya, selalu masuk ke salah satu

dari kategori berikut:

- recreational regression : regresi dilakukan dengan tujuan bersenang-senang. Klien

dibimbing mundur ke masa lalu dan alami kembali kejadian atau peritiwa menyenangkan

dalam hidupnya.

- directive regression : regresi terjadi karena klien secara sengaja diarahkan, oleh terapis,

untuk mundur ke satu masa atau kejadian spesifik.

- nondirective regression: regresi terjadi pada klien namun terapis tidak mengarahkan

atau menentukan klien mundur ke mana.


- spontaneous regression: regresi terjadi spontan, tanpa direncanakan baik oleh klien

maupun terapis.

- emotionally induced regression: regresi yang terjadi karena dorongan emosi tertentu.

- past life regression: regresi ke kehidupan sebelum kehidupan saat ini.

Regresi untuk Terapi

Manfaat utama regresi, dalam konteks klinis, adalah untuk mencari dan temukan akar masalah

yang dialami klien. Ada banyak cara untuk lakukan regresi, antara lain regresi kalender, regresi

dengan menghitung mundur, regresi dengan sugesti langsung, regresi dengan buku kehidupan,

regresi menyusuri sungai kehidupan, melihat ke bola kristal, magic carpet, dan masih banyak

teknik lain.

Dalam konteks klinis, teknik regresi hanya efektif bila mampu menuntun klien mundur ke masa

pertama kali masalah muncul. Jadi, tidak asal lakukan regresi.

Berikut ini kisah terapi yang dialami seorang klien. Seorang klien, alami emosi yang sangat

mengganggu, sudah bertahun-tahun, datangi hipnoterapis dan minta tolong.

Terapis gunakan teknik regresi, tepatnya regresi kalender. Setelah klien dibimbing masuk

kondisi hipnosis, terapis minta klien mundur ke masa kuliah dan memeriksa apakah ada kejadian

atau peristiwa yang tidak menyenangkan atau traumatik atau yang berisi muatan emosi negatif

intens. Selanjutnya mundur ke masa SMA, SMP, SD, dan masa kecil.
Setelah tiga jam terapi, bagaimana hasilnya? Klien tidak sembuh. Akhirnya klien minta tolong

terapis lain yang lebih cakap dan berpengalaman. Setelah dibantu oleh terapis kedua, juga

gunakan teknik regresi, barulah klien merasa lega dan alami perubahan signifikan.

Apa kesamaan dan perbedaan teknik yang digunakan terapis pertama dan kedua?

Kedua terapis gunakan regresi. Perbedaannya terletak pada bagaimana teknik regresi yang sesuai

digunakan untuk menyusuri garis waktu, mundur ke masa lalu, menelisik pikiran bawah sadar

dan temukan akar masalah pada kejadian spesifik.

Teknik regresi yang digunakan terapis pertama tidak mampu menelisik dan temukan akar

masalah. Sedangkan teknik yang digunakan terapis kedua, dengan sangat cepat, efektif, dan

akurat berhasil temukan rangkaian kejadian yang menjadi akar masalah klien.

Menemukan akar masalah adalah satu hal. Hal lain adalah adalah apa yang perlu dilakukan pada

kejadian yang menjadi akar masalah?

Terapis pertama tidak lakukan resolusi trauma dengan benar sehingga emosi yang telah muncul

tidak berhasil dinetralisir. Hal ini tampak dalam pernyataan klien yang meminta terapis kedua

untuk tidak meregresi ia ke peristiwa di masa lalu, yang sebelumnya ditemukan melalui terapi

pertama, karena ia masih merasa tidak nyaman. Terapis kedua, setelah berhasil temukan akar

masalah, mampu dengan efektif lakukan resolusi trauma dan menetralisir emosi.

Teknik regresi yang digunakan terapis kedua adalah affect bridge. Teknik ini menggunakan

perasaan yang dialami klien, di masa sekarang, sebagai penuntun regresi ke kejadian atau

peristiwa yang menjadi akar masalah.


Dari satu penelitian menarik, mengenai hubungan antara memori traumatik dan kondisi mental

atau emosi, ditemukan bahwa untuk bisa mengakses kembali memori ini butuh kondisi mental

yang sama seperti saat kejadian. Penelitian ini dilakukan oleh tim yang dipimpin oleh Jovasevic

(2015) dan dipublikasi di jurnal Nature Neuroscience.

Jovasevic dan kawan-kawan melakukan ujicoba pada tikus. Mereka menempatkan tikus di

sebuah kotak. Selanjutnya tikus diberi obat yang memengaruhi neurotransmiter di otak tikus.

Perubahan neurotransmiter ini mengakibatkan perubahan kondisi "mental" dan pada saat inilah

tikus diberi kejutan listrik. Tikus ini tentu merasa sakit dan takut. Memori traumatik ini terekam

dan kondisi "mental" khusus karena pengaruh obat.

Saat pengaruh obat reda, neuotransmiter kembali ke kondisi normal, tikus ini sama sekali tidak

merasa takut. Namun saat peneliti kembali memberi obat yang menempatkan tikus pada kondisi

mental yang sama seperti sebelumnya, saat diberi kejutan listri, tiba-tiba tikus menjadi

ketakutan.

Selaku hipnoterapis klinis, saya simpulkan, penelitian ini secara tidak langsung membenarkan

keefektifan dan prosedur regresi dengan affect bridge untuk temukan kejadian atau akar masalah

karena dalam affect bridge terapis gunakan kondisi mental spesifik, yang ditimbulkan emosi

tertentu, sebagai sarana untuk temukan kejadian atau peristiwa traumatik masa lalu.
Mengapa Umumnya Hipnoterapis Tidak Melakukan Regresi?

Beberapa waktu lalu saya menangani klien yang datang dari luar kota. Klien ini, sebut saja Pak

Budi, mengalami kecemasan tinggi yang berakibat pada meningkatnya produksi asam lambung

dan sering mimpi buruk.

Saat wawancara, sesuai prosedur standar yang diterapkan di lembaga AWG Institute, saya

bertanya antara lain seputar riwayat masalah yang Pak Budi alami: kapan ia mulai mengalami

cemas berlebih, apa yang terjadi sebelum dan sesudahnya, bagaimana kondisinya hingga saat ini,

dan apa saja yang telah ia lakukan untuk mengatasi masalahnya.

Pak Budi menjelaskan bahwa ia telah “berobat” ke empat hipnoterapis di dalam negeri dan

Singapore. Ia menjelaskan bahwa para hipnoterapis ini menerapi dirinya hanya membutuhkan

waktu rata-rata sekitar satu jam dan semuanya hanya menggunakan sugesti.

Pak Budi kebetulan banyak membaca dan cukup memahami proses dan teknik hipnoterapi. Ia

bertanya, “Pak Adi, apa memang teknik terapi itu hanya dengan sugesti? Saya baca di beberapa

buku dan situs internet ada teknik regresi. Selama saya menjalani hipnoterapi belum pernah saya

diregresi. Apakah teknik regresi memang jarang dipraktikan dalam hipnoterapi?”

Saya jelaskan pada Pak Budi bahwa sebenarnya teknik yang digunakan tentu perlu disesuaikan

dengan situasi dan kondisi klien, tidak harus dengan regresi. Terapi tidak harus menggunakan

regresi. Ada banyak teknik lain yang juga sangat efektif. Dan setahu saya ada banyak

hipnoterapis di Indonesia atau di luar negeri yang cakap melakukan regresi. Mungkin saja ia

belum sempat bertemu hipnoterapis ini.


Kembali Pak Budi bertanya, “Tapi mengapa dari empat hipnoterapis ini tidak ada satupun yang

menggunakan regresi? Apakah teknik regresi tidak efektif, sulit dipelajari, atau memang jarang

diajarkan sehingga jarang ada yang menggunakannya?”

Saya berusaha mendapatkan informasi lebih mendalam dan bertanya, “Pak Budi, berapa sesi

terapi yang Bapak jalani dengan masing-masing hipnoterapis?”

“Saya hanya menjalani masing-masing hanya sekali saja. Dengan dua hipnoterapis saya hanya

diajak bicara. Dengan yang lainnya saya diminta rileks dan diberi sugesti,” jawabnya.

Nah, di sinilah saya mendapat titik terang. Setiap terapis tentu punya strategi terapi yang akan ia

gunakan untuk membantu klien. Dan tentu strategi ini tidak perlu dijelaskan pada klien. Teknik

terapi adalah sesuatu yang dipelajari, dipahami, dan dipraktikkan oleh terapis dan dialami oleh

klien. Ada terapis yang baru akan menggunakan regresi di sesi kedua atau ketiga, bergantung

kesiapan, kebutuhan, situasi, dan kondisi klien. Jadi, tidak serta merta langsung menggunakan

teknik regresi di sesi pertama. Dan belum tentu hipnoterapis sebelumnya tidak menguasai teknik

regresi.

Setelah selesai menerapi Pak Budi saya duduk termenung di ruang kerja saya. Pertanyaannya

kembali mengiang di telinga saya, “Apakah teknik regresi tidak efektif, sulit dipelajari, atau

memang jarang diajarkan sehingga jarang ada yang menggunakannya?” Semakin lama

pertanyaan ini membuat saya semakin pemasaran dan mendorong saya untuk menemukan

jawabannya.

Ingatan saya bergerak mundur ke masa awal saya belajar hipnosis dan hipnoterapi di tahun

2004/2005. Selanjutnya, menyusuri garis waktu, muncul memori saat saya menghabiskan begitu
banyak waktu dan tenaga membaca berbagai buku yang saya beli dari Amazon.com dan berbagai

toko buku bekas di Amerika, dan juga membaca sangat banyak informasi di situs para praktisi

dan pakar hipnoterapi di luar negeri. Saya juga ingat waktu dulu saya dengan antusias, sehari

sampai enam jam, memelajari berbagai teknik terapi, termasuk regresi, dengan menonton dan

memelajari ratusan DVD yang saya beli dari luar negeri.

Singkat cerita, setelah sungguh-sunguh mencermati, saya akhirnya sampai pada satu simpulan

menarik. Ternyata memang tidak banyak trainer hipnoterapi di luar negeri yang benar-benar

mendalami teknik regresi secara sangat mendalam. Demikian juga dengan buku. Ada banyak

buku bagus membahas topik hipnosis dan hipnoterapi. Namun hanya sedikit yang khusus

membahas regresi. Kalaupun ada, pembahasannya hanya pada tataran teori atau konsep, sangat

jarang ada yang membahas hal yang sifatnya praktis. Apalagi sampai menjelaskan langkah demi

langkah cara melakukan regresi dengan contoh kasus riil. Sejauh ini, buku yang menjelaskan

dengan detil teknik dan proses regresi yang dilanjutkan dengan penanganan abreaksi sangat

sedikit.

Regresi, selain sangat efektif untuk mencari dan menemukan akar masalah juga dapat digunakan

untuk mengakses memori positif dari kejadian tertentu di masa lalu. Regresi jenis ini bertujuan

untuk mengalami kembali pengalaman positif, sikap dan pola pikir positif yang mungkin selama

ini dorman atau tidak aktif, emosi-emosi positif yang telah "pudar" seiring waktu berjalan. Ini

sangat baik untuk membangkitkan kembali berbagai kondisi mental dan emosi yang konstruktif

dan bermanfaat bagi kemajuan hidup klien.

Beberapa kendala yang biasanya dialami hipnoterapis pemula dalam melakukan regresi, seperti

yang dulu saya alami saat baru belajar dan mempraktikkan hipnoterapi, antara lain:
1. terapis merasa tidak mampu atau tidak siap karena ego strength yang kurang kuat.

2. klien tidak siap, bisa tidak siap mengingat kembali pengalaman traumatik atau cemas dengan

kemungkinan emosi yang muncul.

3. ketidakmampuan membawa klien masuk ke kedalaman hipnosis yang sesuai untuk teknik

regresi. Agar teknik regresi yang dilanjutkan dengan revivifikasi, bukan sekedar hipermnesia,

bisa bekerja dengan baik dan optimal dibutuhkan kedalaman profound somnambulism. Tanpa

kedalaman ini regresi yang berlanjut dengan revivifikasi mustahil bisa dilakukan.

4. terapis tidak siap dan merasa tidak mampu menangani abreaksi atau luapan emosi yang terjadi

saat klien mengalami revivifikasi pengalaman traumatik berisi muatan emosi yang intens.

Umumnya, bila terjadi abreaksi, apalagi sampai abreaksi hebat, terapis akan panik atau takut

saat melihat klien “mengamuk” atau marah, berteriak, memukul, menangis, dll. Belum lagi

kalau klien sampai sesak napas, kram di daerah perut, lengan, atau kaki.

5. terapis tidak paham teknik regresi yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan klien serta tidak

menggunakan semantik yang sesuai saat memulai regresi dan mempertahankan klien dalam

kondisi teregresi.

6. terapis tidak menguasai teknik resolusi trauma. Abreaksi adalah satu hal dan tidak bersifat

terapeutik. Abreaksi perlu dilanjutkan dengan resolusi trauma sehingga masalah klien benar-

benar tuntas ditangani.

7. terapis telah mencoba teknik regresi namun tidak berhasil menemukan akar masalah sehingga

beranggapan teknik ini tidak efektif. Memang ada banyak teknik regresi. Dan dari sekian
banyak teknik, dari pengalaman klinis kami, hanya ada satu atau dua teknik yang benar-benar

sangat efektif untuk menemukan akar masalah.


17 of out 30 Variation Regression Technique

1 Age Regression Mundur setiap 1 tahun dari umur yang sekarang


2 Somatic Bridge Memanfaatkan rasa sakit fisik/emosi untuk mundur kemasa lalu
3 Affect Bridge Menggunakan perasaan (emosi) klien untuk mundur kemasa lalu.
4 Lorong waktu Berjalan disebuah terowongan waktu yang sangat gelap dan diujungnya
adalah masa yang dituju.
5 Calender Mundur setiap tahun atau bulan berdasarkan kalender
6 Event Specific Mundur kemasa lalu ke sebuah peristiwa yang sangat spesific
7 Idiomotoric Menggunakan teknik idiomotorik respon untuk mundur kemasa lalu
Responce
8 Time machine Membayangkan klien berada dimesin waktu untuk mundur kemasa lalu
9 The Carpet is Membayangkan klien sedang menaiki karpet ajaib untuk terbang kemasa
Magical lalu dengan cepat
10 Boat Magic membayangkan naik sebuah perahu yang berada di sebuah sungai. Arah
ke hilir adalah masa depan dan ke hulu adalah masa lalu. Klien
mengarahkan perahunya ke hulu dan berhenti di tahun yang diinginkan.

11 Train Menaiki kereta api dan setiap stasiun mewakili waktu tertentu
12 Magic Clock klien membayangkan melihat sebuah jam dan di atas jam ada angka yang
menunjukkan tahun. Klien fokus pada jarum jam yang bergerak mundur
semakin lama semakin cepat dan angka di atasnya juga bergerak mundur.
Klien berhenti di tahun yang diinginkan.

13 Down the stairs Klien menuruni tangga satu persatu, dan setiap tangga mewakili setiap
tahun.
14 Lift Method Klien memasuki sebuah lift, menekan tombol turun atau naik setiap lift
berhenti disebuah lantai, mewakili tahun yang diinginkan.
15 Book of Life Meminta klien untuk membuka buku kehidupannya di tengah buku,
mewakili masa sekarang. Lembar di sebelah kiri adalah masa lalu dan
lembar di sebelah kanan adalah masa depan.

16 Slowly and Skip klien diregresi ke satu momen yang mudah diingat, misalnya beberapa
hari lalu. Setelah itu dilanjutkan dengan mundur lebih jauh ke masa
lalunya.
17 Confious Mind Membuat klie kebigungan dan mengalami disorientasi waktu dan ruang.
Regression Baru setelah ini klien diregresi.

Note : Proses regresi sebaiknya memaksimalkan pola bahasa yang


menggunakan VAKOG.
Outline Materi The Brief Covertsational Hypnotherapy :

• Mitos Hypnosis • Macting-Miroring


• 3 Jenis Hypnosis • Accept-Utilize
• Traditional Hypnosis • Body Language Therapeutik
• Modern Hypnosis (Gestur-Suara-Objek-Gerak) Tubuh)
• Coversational Hypnosis • Brief Covertsational Hypnotherapy
(Ericksonian) Procedure :
• Consciousness Mind • A
• Pikiran Sadar • A
• Pikiran Bawah Sadar • A
• Tidak Sadar • A
• Critical Area • A
• Brain Wave • A
o Beta • A
o Alfa • A
o Theta • A
o Delta • A
• Hypnosis Life • A
• 40 Tanda Hipnosis • A
• 30 Pola Bahasa Therapeutik • A
• 30 Age Regretion & Progresion • A
• Belief Sytem • A
• Placebo Effect • A
• Tradisional Hypnosis • A
o Air • A
o Energi • A
o Santet • A
o Tenaga Dalam • A
• 3 Tipe Klien & Cara Mengatasinya
• Hand-levitation technique
• Eye-fixation technique (Ericksonian
style)
Note : Prosedure BCH tidak
• Asking, to Meta States
menggunakan prosedur standar The
• Meta Model Pattern
Indonesian Board od Hypnotherapy,
• Miracle
IBH, Ataupun mengganti kata yang
• Exception
sejenis yang terdapat dalam
• Coping
kurikulum tersebut.
• Problem
• Solution
• Free Talk
• Flagging The Minefield
• Deep Building Rapport
• Pacing-Leading
Coach Risman. Aris adalah seorang Hipnoterapist yang telah memiliki 5 tahun pengalaman.
Selain menjadi hipnoterapist, Risman. Aris juga adalah seorang Trainer dan Instruktur
Hypnotherapist dari IBH, Master Trainer dari Neo NLP Society, Trainer NLP Coach Association
dan International NLP Florida, USA.
Beliau juga sangat aktif menjadi seorang hipnoterapist instruktur IBH di training fundamental
dan advanced hypnotherapy IBH. Dan sangat aktif dalam memberikan training NLP dari Neo
NLP Society. Dan sering memberikan Coaching pada corporate dan personal diranah business,
life dan Managerial Coaching di berbagai kota diIndonesia.
Selain itu beliau adalah pendiri dari lembaga training dan konsultan pengembangan diri, Risman.
Aris & Association,Dan Mendirikan beberapa perkumpulan belajar Hipnoterapi seperti The Brief
Covertsational Hypnotherapy Indonesia, Dan The Indonesian Teaching of Mind Techonology,
ITMT untuk memberikan pengetahuan Mind Technology untuk para tenaga pengajar Indonesia.

WhatsApp : 0896.1361.2972
Facebook : Risman.Aris
Fanpage : Risman. Aris

Anda mungkin juga menyukai