Perhatian
*Karena kurikulum The Brief Conversational Hypnotherapy Indonesia
sangat dilindungi, Maka dari itu saya mencari tulisan yang sejenis dengan
regresi yang digunakan dalam The Brief Conversational Hypnotherapy
Indonesia. Tulisan ini pula akan mengantarkan anda ke penjelasan 17 teknik
variasi regresi, Dan saya memilih tulisan dari bapak Dr. Adi. W . Gunawan,
CCH sebagai pengantar :
Sumber :
http://www.adiwgunawan.com/articles/mengapa-umumnya-hipnoterapis-
tidak-melakukan-regresi
http://www.adiwgunawan.com/?p=article&action=shownews&pid=266
Hypnotic age regression, untuk mudahnya dalam artikel ini disebut sebagai regresi, adalah salah
satu teknik yang kerap digunakan dalam hipnoterapi. Secara sederhana, regresi berarti mundur.
Dalam konteks hipnoterapi, regresi adalah proses membimbing klien mundur ke masa lalu,
menyusuri garis waktu dalam pikirannya, ke satu masa atau memori tertentu.
Fenomena regresi, menurut Orne dan Hammer (1974), dapat dipandang sebagai bentuk distorsi
memori karena klien mundur ke masa lalu ikuti bimbingan terapis. Sementara LeCron (1948)
menyatakan dalam regresi bisa terjadi amnesia temporer untuk peristiwa masa sekarang,
Ada banyak pendapat berbeda yang diajukan dalam upaya jelaskan proses dan fenomena regresi.
Reiff dan Scheerer (1959) menyatakan regresi sebagai prosedur untuk mengembalikan lagi mode
berpikir dan fungsi kognisi pada tahap awal tumbuhkembang individu. Sementara Nash,
Johnson, dan Tipton (1979) menyatakan regresi sebagai proses yang hasilkan revivifikasi parsial
dari pengalaman masa lalu. Menurut Barber, dkk (1974), regresi adalah bentuk keterlibatan
imajinasi yang rumit. Hal berbeda disampaikan oleh Orne (1974) yang menyatakan regresi
sebagai contoh kondisi delusi di mana subjek menjadi percaya pada kebenaran yang disampaikan
oleh terapis.
Terlepas dari berbagai pendapat yang diterima dan dipercaya seseorang untuk jelaskan dan
pahami regresi, satu hal yang pasti regresi melibatkan banyak perubahan persepsi terhadap
realita dan memudahkan klien terlibat secara subjektif dan sangat mendalam dalam prosesnya.
Satu pertanyaan penting yang sering diajukan, dalam konteks regresi, “Apakah klien benar-benar
Pertanyaan ini sangat penting untuk dijawab karena dalam beberapa kejadian saat diregresi,
misal ke usia 5 tahun, klien menunjukkan kemampuan jauh melampaui usia fisik dan mental
anak usia 5 tahun. Misalnya, saat diregresi ke usia 5 tahun, ia mampu mengerjakan soal
Di sisi lain, ada banyak temuan saat diregresi ke usia 5 tahun, klien benar-benar menunjukkan
sikap, perilaku, kemampuan kognisi dan bahasa seperti anak usia 5 tahun. Ada juga bukti saat
klien diregresi ke berbagai usia berbeda, tulisan tangannya juga turut berubah mengikuti
Salah satu temuan menarik, yang buktikan bahwa regresi adalah fenomena riil, bukan sekedar
klien berpura-pura, adalah munculnya refleks Babinski yang terjadi pada klien dewasa yang
Refleks Babinski adalah salah satu refleks normal pada bayi. Refleks ini muncul saat telapak
kaki bayi diberi stimulus gesekan yang mengakibatkan ibu jari bergerak ke atas dan jari-jari
lainnya membuka. Refleks ini normal pada anak hingga usia dua tahun namun tidak normal bila
terjadi pada anak berusia di atas dua tahun atau pada orang dewasa, karena seringkali merupakan
Refleks Babinski yang terjadi pada klien dewasa yang diregresi ke usia satu tahun tentu tidak
bisa dipalsu. Dengan demikian, hal ini tunjukkan klien benar-benar alami regresi ke usia satu
Secara umum regresi terbagi menjadi dua, hipermnesia dan revivifikasi. Klien alami hipermnesia
bila ia mengingat dengan detil peristiwa masa lalu. Sedangkan revivifikasi adalah klien mundur
dan alami kembali peristiwa masa lalu, sama seperti dulu ia alami, tapi kali ini ia mengalaminya
di masa sekarang. Perbedaan mendasar pada dua jenis regresi ini ada pada kata “mengingat” dan
“mengalami kembali”.
Pemahaman akan perbedaan ini sangat penting dalam mengetahui atau menjelaskan regresi yang
dialami klien. Bila seseorang mengingat atau mengenang satu kejadian atau peristiwa maka ia
alami hipermnesia. Secara pikiran, ia tidak mundur ke masa lalu. Ia tetap tinggal di masa
Ini sangat berbeda dengan revivifikasi. Revivifikasi bukan sekedar mengingat namun mengalami
kembali. Ini mirip dengan saat kita tidur dan bermimpi. Saat bermimpi, kita benar-benar
mengalami “kejadian” dalam mimpi. Bila kita bermimpi dikejar harimau, maka kita pun akan
lari secepatnya dalam upaya selamatkan diri dan tentu diliputi perasaan takut. Saat terbangun,
napas kita memburu, terengah-engah, berkeringat, karena kita memang “benar-benar” dikejar
harimau. Saat mengingat kembali peristiwa dikejar harimau, inilah yang disebut hipermnesia.
Klien dewasa yang diregresi, mundur ke usia bayi, dan bisa memunculkan refleks Babinski
masuk dalam kategori revivifikasi. Fenomena ini tidak bisa terjadi bila ia hanya alami
hipermnesia.
Faktor apa saja yang memengaruhi dan menentukan klien alami hipermnesia atau revivifikasi?
Ada dua faktor penting. Pertama adalah kedalaman kondisi hipnosis yang dicapai klien. Untuk
alami hipermnesia, klien hanya butuh kondisi hipnosis dangkal (light trance) atau menengah
(medium trance). Sedangkan untuk revififikasi butuhkan kondisi hipnosis (sangat) dalam (deep
trance). Kedua, bergantung pada kecakapan terapis dalam menuntun pikiran klien, dan terutama
semantik yang digunakan. Semantik yang salah dapat akibatkan klien yang sudah alami
revivifikasi bergeser menjadi hipermnesia. Sebaliknya, bila klien sudah berada di kondisi
hipnosis dalam dan masih alami hipermnesia, dengan gunakan semantik yang tepat terapis dapat
Jenis Regresi
Umumnya, dalam hipnoterapi klinis, dikenal enam jenis regresi. Ada banyak teknik atau cara
yang digunakan untuk lakukan regresi. Namun, apapun tekniknya, selalu masuk ke salah satu
dibimbing mundur ke masa lalu dan alami kembali kejadian atau peritiwa menyenangkan
dalam hidupnya.
- directive regression : regresi terjadi karena klien secara sengaja diarahkan, oleh terapis,
- nondirective regression: regresi terjadi pada klien namun terapis tidak mengarahkan
maupun terapis.
- emotionally induced regression: regresi yang terjadi karena dorongan emosi tertentu.
Manfaat utama regresi, dalam konteks klinis, adalah untuk mencari dan temukan akar masalah
yang dialami klien. Ada banyak cara untuk lakukan regresi, antara lain regresi kalender, regresi
dengan menghitung mundur, regresi dengan sugesti langsung, regresi dengan buku kehidupan,
regresi menyusuri sungai kehidupan, melihat ke bola kristal, magic carpet, dan masih banyak
teknik lain.
Dalam konteks klinis, teknik regresi hanya efektif bila mampu menuntun klien mundur ke masa
Berikut ini kisah terapi yang dialami seorang klien. Seorang klien, alami emosi yang sangat
Terapis gunakan teknik regresi, tepatnya regresi kalender. Setelah klien dibimbing masuk
kondisi hipnosis, terapis minta klien mundur ke masa kuliah dan memeriksa apakah ada kejadian
atau peristiwa yang tidak menyenangkan atau traumatik atau yang berisi muatan emosi negatif
intens. Selanjutnya mundur ke masa SMA, SMP, SD, dan masa kecil.
Setelah tiga jam terapi, bagaimana hasilnya? Klien tidak sembuh. Akhirnya klien minta tolong
terapis lain yang lebih cakap dan berpengalaman. Setelah dibantu oleh terapis kedua, juga
gunakan teknik regresi, barulah klien merasa lega dan alami perubahan signifikan.
Apa kesamaan dan perbedaan teknik yang digunakan terapis pertama dan kedua?
Kedua terapis gunakan regresi. Perbedaannya terletak pada bagaimana teknik regresi yang sesuai
digunakan untuk menyusuri garis waktu, mundur ke masa lalu, menelisik pikiran bawah sadar
Teknik regresi yang digunakan terapis pertama tidak mampu menelisik dan temukan akar
masalah. Sedangkan teknik yang digunakan terapis kedua, dengan sangat cepat, efektif, dan
akurat berhasil temukan rangkaian kejadian yang menjadi akar masalah klien.
Menemukan akar masalah adalah satu hal. Hal lain adalah adalah apa yang perlu dilakukan pada
Terapis pertama tidak lakukan resolusi trauma dengan benar sehingga emosi yang telah muncul
tidak berhasil dinetralisir. Hal ini tampak dalam pernyataan klien yang meminta terapis kedua
untuk tidak meregresi ia ke peristiwa di masa lalu, yang sebelumnya ditemukan melalui terapi
pertama, karena ia masih merasa tidak nyaman. Terapis kedua, setelah berhasil temukan akar
masalah, mampu dengan efektif lakukan resolusi trauma dan menetralisir emosi.
Teknik regresi yang digunakan terapis kedua adalah affect bridge. Teknik ini menggunakan
perasaan yang dialami klien, di masa sekarang, sebagai penuntun regresi ke kejadian atau
atau emosi, ditemukan bahwa untuk bisa mengakses kembali memori ini butuh kondisi mental
yang sama seperti saat kejadian. Penelitian ini dilakukan oleh tim yang dipimpin oleh Jovasevic
Jovasevic dan kawan-kawan melakukan ujicoba pada tikus. Mereka menempatkan tikus di
sebuah kotak. Selanjutnya tikus diberi obat yang memengaruhi neurotransmiter di otak tikus.
Perubahan neurotransmiter ini mengakibatkan perubahan kondisi "mental" dan pada saat inilah
tikus diberi kejutan listrik. Tikus ini tentu merasa sakit dan takut. Memori traumatik ini terekam
Saat pengaruh obat reda, neuotransmiter kembali ke kondisi normal, tikus ini sama sekali tidak
merasa takut. Namun saat peneliti kembali memberi obat yang menempatkan tikus pada kondisi
mental yang sama seperti sebelumnya, saat diberi kejutan listri, tiba-tiba tikus menjadi
ketakutan.
Selaku hipnoterapis klinis, saya simpulkan, penelitian ini secara tidak langsung membenarkan
keefektifan dan prosedur regresi dengan affect bridge untuk temukan kejadian atau akar masalah
karena dalam affect bridge terapis gunakan kondisi mental spesifik, yang ditimbulkan emosi
tertentu, sebagai sarana untuk temukan kejadian atau peristiwa traumatik masa lalu.
Mengapa Umumnya Hipnoterapis Tidak Melakukan Regresi?
Beberapa waktu lalu saya menangani klien yang datang dari luar kota. Klien ini, sebut saja Pak
Budi, mengalami kecemasan tinggi yang berakibat pada meningkatnya produksi asam lambung
Saat wawancara, sesuai prosedur standar yang diterapkan di lembaga AWG Institute, saya
bertanya antara lain seputar riwayat masalah yang Pak Budi alami: kapan ia mulai mengalami
cemas berlebih, apa yang terjadi sebelum dan sesudahnya, bagaimana kondisinya hingga saat ini,
Pak Budi menjelaskan bahwa ia telah “berobat” ke empat hipnoterapis di dalam negeri dan
Singapore. Ia menjelaskan bahwa para hipnoterapis ini menerapi dirinya hanya membutuhkan
waktu rata-rata sekitar satu jam dan semuanya hanya menggunakan sugesti.
Pak Budi kebetulan banyak membaca dan cukup memahami proses dan teknik hipnoterapi. Ia
bertanya, “Pak Adi, apa memang teknik terapi itu hanya dengan sugesti? Saya baca di beberapa
buku dan situs internet ada teknik regresi. Selama saya menjalani hipnoterapi belum pernah saya
Saya jelaskan pada Pak Budi bahwa sebenarnya teknik yang digunakan tentu perlu disesuaikan
dengan situasi dan kondisi klien, tidak harus dengan regresi. Terapi tidak harus menggunakan
regresi. Ada banyak teknik lain yang juga sangat efektif. Dan setahu saya ada banyak
hipnoterapis di Indonesia atau di luar negeri yang cakap melakukan regresi. Mungkin saja ia
menggunakan regresi? Apakah teknik regresi tidak efektif, sulit dipelajari, atau memang jarang
Saya berusaha mendapatkan informasi lebih mendalam dan bertanya, “Pak Budi, berapa sesi
“Saya hanya menjalani masing-masing hanya sekali saja. Dengan dua hipnoterapis saya hanya
diajak bicara. Dengan yang lainnya saya diminta rileks dan diberi sugesti,” jawabnya.
Nah, di sinilah saya mendapat titik terang. Setiap terapis tentu punya strategi terapi yang akan ia
gunakan untuk membantu klien. Dan tentu strategi ini tidak perlu dijelaskan pada klien. Teknik
terapi adalah sesuatu yang dipelajari, dipahami, dan dipraktikkan oleh terapis dan dialami oleh
klien. Ada terapis yang baru akan menggunakan regresi di sesi kedua atau ketiga, bergantung
kesiapan, kebutuhan, situasi, dan kondisi klien. Jadi, tidak serta merta langsung menggunakan
teknik regresi di sesi pertama. Dan belum tentu hipnoterapis sebelumnya tidak menguasai teknik
regresi.
Setelah selesai menerapi Pak Budi saya duduk termenung di ruang kerja saya. Pertanyaannya
kembali mengiang di telinga saya, “Apakah teknik regresi tidak efektif, sulit dipelajari, atau
memang jarang diajarkan sehingga jarang ada yang menggunakannya?” Semakin lama
pertanyaan ini membuat saya semakin pemasaran dan mendorong saya untuk menemukan
jawabannya.
Ingatan saya bergerak mundur ke masa awal saya belajar hipnosis dan hipnoterapi di tahun
2004/2005. Selanjutnya, menyusuri garis waktu, muncul memori saat saya menghabiskan begitu
banyak waktu dan tenaga membaca berbagai buku yang saya beli dari Amazon.com dan berbagai
toko buku bekas di Amerika, dan juga membaca sangat banyak informasi di situs para praktisi
dan pakar hipnoterapi di luar negeri. Saya juga ingat waktu dulu saya dengan antusias, sehari
sampai enam jam, memelajari berbagai teknik terapi, termasuk regresi, dengan menonton dan
Singkat cerita, setelah sungguh-sunguh mencermati, saya akhirnya sampai pada satu simpulan
menarik. Ternyata memang tidak banyak trainer hipnoterapi di luar negeri yang benar-benar
mendalami teknik regresi secara sangat mendalam. Demikian juga dengan buku. Ada banyak
buku bagus membahas topik hipnosis dan hipnoterapi. Namun hanya sedikit yang khusus
membahas regresi. Kalaupun ada, pembahasannya hanya pada tataran teori atau konsep, sangat
jarang ada yang membahas hal yang sifatnya praktis. Apalagi sampai menjelaskan langkah demi
langkah cara melakukan regresi dengan contoh kasus riil. Sejauh ini, buku yang menjelaskan
dengan detil teknik dan proses regresi yang dilanjutkan dengan penanganan abreaksi sangat
sedikit.
Regresi, selain sangat efektif untuk mencari dan menemukan akar masalah juga dapat digunakan
untuk mengakses memori positif dari kejadian tertentu di masa lalu. Regresi jenis ini bertujuan
untuk mengalami kembali pengalaman positif, sikap dan pola pikir positif yang mungkin selama
ini dorman atau tidak aktif, emosi-emosi positif yang telah "pudar" seiring waktu berjalan. Ini
sangat baik untuk membangkitkan kembali berbagai kondisi mental dan emosi yang konstruktif
Beberapa kendala yang biasanya dialami hipnoterapis pemula dalam melakukan regresi, seperti
yang dulu saya alami saat baru belajar dan mempraktikkan hipnoterapi, antara lain:
1. terapis merasa tidak mampu atau tidak siap karena ego strength yang kurang kuat.
2. klien tidak siap, bisa tidak siap mengingat kembali pengalaman traumatik atau cemas dengan
3. ketidakmampuan membawa klien masuk ke kedalaman hipnosis yang sesuai untuk teknik
regresi. Agar teknik regresi yang dilanjutkan dengan revivifikasi, bukan sekedar hipermnesia,
bisa bekerja dengan baik dan optimal dibutuhkan kedalaman profound somnambulism. Tanpa
kedalaman ini regresi yang berlanjut dengan revivifikasi mustahil bisa dilakukan.
4. terapis tidak siap dan merasa tidak mampu menangani abreaksi atau luapan emosi yang terjadi
saat klien mengalami revivifikasi pengalaman traumatik berisi muatan emosi yang intens.
Umumnya, bila terjadi abreaksi, apalagi sampai abreaksi hebat, terapis akan panik atau takut
saat melihat klien “mengamuk” atau marah, berteriak, memukul, menangis, dll. Belum lagi
kalau klien sampai sesak napas, kram di daerah perut, lengan, atau kaki.
5. terapis tidak paham teknik regresi yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan klien serta tidak
menggunakan semantik yang sesuai saat memulai regresi dan mempertahankan klien dalam
kondisi teregresi.
6. terapis tidak menguasai teknik resolusi trauma. Abreaksi adalah satu hal dan tidak bersifat
terapeutik. Abreaksi perlu dilanjutkan dengan resolusi trauma sehingga masalah klien benar-
7. terapis telah mencoba teknik regresi namun tidak berhasil menemukan akar masalah sehingga
beranggapan teknik ini tidak efektif. Memang ada banyak teknik regresi. Dan dari sekian
banyak teknik, dari pengalaman klinis kami, hanya ada satu atau dua teknik yang benar-benar
11 Train Menaiki kereta api dan setiap stasiun mewakili waktu tertentu
12 Magic Clock klien membayangkan melihat sebuah jam dan di atas jam ada angka yang
menunjukkan tahun. Klien fokus pada jarum jam yang bergerak mundur
semakin lama semakin cepat dan angka di atasnya juga bergerak mundur.
Klien berhenti di tahun yang diinginkan.
13 Down the stairs Klien menuruni tangga satu persatu, dan setiap tangga mewakili setiap
tahun.
14 Lift Method Klien memasuki sebuah lift, menekan tombol turun atau naik setiap lift
berhenti disebuah lantai, mewakili tahun yang diinginkan.
15 Book of Life Meminta klien untuk membuka buku kehidupannya di tengah buku,
mewakili masa sekarang. Lembar di sebelah kiri adalah masa lalu dan
lembar di sebelah kanan adalah masa depan.
16 Slowly and Skip klien diregresi ke satu momen yang mudah diingat, misalnya beberapa
hari lalu. Setelah itu dilanjutkan dengan mundur lebih jauh ke masa
lalunya.
17 Confious Mind Membuat klie kebigungan dan mengalami disorientasi waktu dan ruang.
Regression Baru setelah ini klien diregresi.
WhatsApp : 0896.1361.2972
Facebook : Risman.Aris
Fanpage : Risman. Aris