Anda di halaman 1dari 63

MEMAHAMI SETRES

DAN TRAUMA
L A LU Y U L H A I D I R , M . P S I , P S I KO LO G
SETRES DAN STRESSOR
L A LU Y U L H A I D I R , M . P S I , P S I KO LO G
STRES

• Reaksi fisik atau ketegangan yang muncul secara


otomatis ketika seseorang berhadapan dengan
situasi yang tidak menyenangkan
• Situasi tersebut umum dikenal sebagai stresor

BIRO PSIKOLOGI INSPIRASI LOMBOK


STRESOR

Dari • Pola pikir


dala • Harga diri
• Konsep diri
m
• Beban kerja
Dari • Transportasi buruk
luar • Konflik dalam
keluarga
9/29/18 BIRO PSIKOLOGI INSPIRASI LOMBOK
INGAT!

• Stres tidak selalu berdampak buruk


• Stres dalam tingkat tertentu membantu
seseorang untuk beraktivitas secara optimal
• Stres yang positif disebut eustres
• Stres yang terlalu sedikit atau berlebihan
berdampak buruk bagi seseorang
• Stres yang berdampak negatif disebut Distres

9/29/18 BIRO PSIKOLOGI INSPIRASI LOMBOK


AKIBAT STRES NEGATIF

Fisik Psikis Sosial Spiritual

Menarik diri
Detak
dari
jantung Bingung Putus asa
kegiatan
meningkat
sosial

Kehilangan
Pencernaan
Khawatir minat Mengeluh
terhenti
berinteraksi

Paru-paru
Perubahan
mengemban
pola makan
g

Tangan
berkeringat

9/29/18 BIRO PSIKOLOGI INSPIRASI LOMBOK


PENGELOLAAN STRES
Mengenali stesor

Berpikir positif

Mengelola rasa marah

Sharing problem

Latihan pernafasan

Realistis

Ikut kegiatan sosial

Relaksasi

Mendekatkan diri pada Tuhan

9/29/18 BIRO PSIKOLOGI INSPIRASI LOMBOK


MEMAHAMI TRAUMA
L A LU Y U L H A I D I R , M . P S I , P S I KO LO G
TRAUMA
Luka
Benturan
Kejadian
berbekas
Luka fisik &
psikis
POSTTRAUMATIC STRESS DISORDER
(PTSD)
gangguan  kecemasan yang ditandai oleh
adanya  instrusi kembali mengalami trauma,
menghindar dan membekukan, dan pemacu
dorongan tertentu.
KECENDRUNGAN TRAUMA
a. dialami oleh orang dewasa untuk eksposur ke
satu atau lebih peristiwa
b. lebih dari 89% dalam penyelidikan wilayah
komunitas perkotaan (Breslau et al, 1998.).
c. sekitar 34% (prevalensi saat ini) sebagai
respon terhadap bencana massal (North et
al., 1999),
d. sekitar 49% sebagai respon terhadap
pemerkosaan, dan
e. sekitar 53 % (prevalensi seumur hidup) dalam
menanggapi penangkaran, penculikan, atau
penyiksaan (Breslau et al, 1998). 
GEJALA TRAUMA
a. Reexperiencing/Intrusion
T eringat-berulang-mengalami kembali
b. Avoidance/Numbing
Menghindari (pikiran,, perasaan, aktivitas, situasi, manusia,
menghilangkan respon pada dunia luar
c. Hyperarousal
Gangguan tidur, waspada berlebihan, mudah terkejut, mudah
tersinggung dan marah, serta sulit konsentrasi dan menyelesaikan
tugas
d. Associated sysptoms/Survivor’s Guilt
Penderita merasa bersalah karena telah selamat dari suatu peristiwa
traumatik dan berpikir lebih baik mati saja pada saat kejadian
PERBEDAAN STRES DAN TRAUMA
Ciri Stres Trauma

Waktu Konstan, terjadi dari hari-ke hari Terjadi secara tiba-tiba dalam
waktu yang singkat

Penyebab Stressor, hal-hal yang Kejadian traumatik


mengganggu atau dipersepsikan
sebagai tekanan

Dampak Dapat mendukung seseorang Menurunkan fungsi sosial dan


beraktivitas secara optimal jika kerja seseorang
dikelola dengan baik

Penanganan Pengelolaan stres. Stres Pemulihan trauma, agar


digunakan untuk memicu seseorang dapat berfungsi
seseorang beraktivitas dengan secara ”normal” kembali.
optimal. Pengelolaan dilakukan
dalam jangka panjang.

9/29/18 BIRO PSIKOLOGI INSPIRASI LOMBOK


GANGGUAN PERILAKU TRAUMA
GEJALA TAMPAK
KILAS BALIK
 Dibayangi kembali pada peristiwa trauma (bencana) seolah olah
terjadi lagi.
MIMPI
 Orang sering terbangun karena mimpi-mimpi buruknya.
GANGGUAN TIDUR
 Tidur tidak lelap, mudah terbangun. Akibatnya penderita menjadi
lelah secara fisik, karena kilasan mimpi buruk yang sering terjadi,
serta tidur yang kurang
MUDAH TERKEJUT.
 Individu mudah kaget terhadap suara yang keras, sesuatu yang tiba-
tiba, selalu waspada, sulit konsentrasi.
MERASA SEDIH DAN PUTUS ASA
 Sedih karena kehilangan keluarga, barang dan lingkungan sosial.
KETAKUTAN
 Takut sesuatu akan terjadi kembali dan menyakitkan dirinya atau
keluarganya. Takut pada suara air, takut suara ombak, melihat laut,
mencium bau, sendirian. Terutama pada hal-hal yang mengingatkan
peristiwa trauma. Takut ditinggtal sendirian.
GANGGUAN STRES PASCA TRAUMA

Kondisi Yang Menyertai PTSD

1.Perasaan bersalah 6.Dissosiasi.


2.Depresi dengan 7.Serangan panik.
Komplikasi percobaan 8.Agresi.
bunuh diri lebih sering
terjadi 9.Kelemahan
3.Depresi dengan rasa pengendalian impuls.
bersalah yang luar 10.Tindak kekerasan.
biasa sering terjadi 11.Gangguan daya ingat
pada sindrom dari dan konsentrasi.
seorang yang luput
dari bencana (survival 12.Kecacatan fisik akibat
syndrome). trauma
4.Delusi 13.Penyalahgunaan
5.Halusinasi. NAPZA
GANGGUAN STRES PASCA TRAUMA
Reaksi Emosional : shock, cemas, marah, 
merasa bersalah, malu, tidak berdaya, putus 
asa, merasa hampa, hilangnya rasa 
ketertarikan
Cognitive reactions : mudah merasa ragu , 
tidak memiliki orientasi, tidak dapat 
mengambil keputusan, penuh kekhawatiran, 
menurunnya perhatian, daya ingat terbata, 
pola pikir negatif
Reaksi Fisik : tegangan, mudah merasa lelah, 
insomnia, mudah merasa mual, koordinasi 
motorik menurun
Interpersonal Reactions: tidak percaya, 
konflik, menarik diri, iritabilitas, 
kehilangan kehangatan, tidak terkendali, 
perasaan ditolak
REAKSI TERHADAP BENCANA
• Sulit konsentrasi
• Masalah dalam tidur/sulit tidur
• Kecemasan/ketakutan tingkat
ringan hingga menengah
• Sedih
• Marah
• Mual dan bentuk keluhan fisik
lain
• Sulit membuat dan mengambil
keputusan
17
REAKSI TERHADAP
BENCANA
Durasi & tingkat
keparahan simtom
(bentuk reaksi) perlu
dievaluasi agar tidak
berkembang menjadi
gangguan.

18
Reaksi berupa pikiran
• Mimpi buruk yang berulang
• Kesulitan konsentrasi atau mengingat
sesuatu.
• Mempertanyakan keyakinan
spriritual/religius yang dimiliki.
• Pikiran atau ingatan terus menerus
terhadap bencana yang dialami atau orang
yang dicintainya yang telah meninggal (sulit
menghentikannya)

19
Reaksi berupa
perasaan
• Mati rasa, menarik diri.
• Ketakutan atau cemas terhadap sesuatu
(mis.suara) yang mengingatkan bencana.
• Kurang menikmati dan terlibat dalam
aktivitas sehari-hari.
• Depresi, murung, tidak ada semangat
sepanjang waktu.
• Mudah marah atau mudah meledah.
• Merasa hampa dan kehilangan harapan
tentang masa depan.

20
Reaksi berupa perilaku
Overprotective terhadap keselamatan diri
sendiri dan keluarga
Menutup diri dari orang lain.
Menjadi waspada dan mudah terkejut.
Masalah tidur (sulit tidur, mudah
terbangun).
Menghindari aktivitas, tempat atau
orang-orang yang mengingatkan pada
peristiwa bencana.
Meningkatnya konflik dengan anggota
keluarga.
Menyibukan diri sendiri secara berlebihan
untuk menghindari ingatan mengenai
peristiwa bencana yang dialami.
Sering menangis tanpa alasan yang jelas.
21
TAHAP REAKSI THD BENCANA
• DAMPAK LANGSUNG (IMPACT PHASE =
HEROIC PHASE)
• Menyelamatkan diri, orang lain
• Perilaku survivor, bingung, tdk terarah
dlsb
• TAHAP SEGERA SETELAH BENCANA
(IMMEDIATE POST-DISASTER PHASE)
• 1 sd 6 bln  PTSD : numbness, denial,
shock
• TAHAP KEKECEWAAN & PEMULIHAN
(DISSILLUSSIONMENT & RECOVERY)
• Menyesuaikan diri dg keadaan
REAKSI PSIKOLOGIS
DALAM USIA TERTENTU
L A LU Y U L H A I D I R , M . P S I , P S I KO LO G
BAYI (0-2 TAHUN)
BELUM MAMPU BERKOMUNIKASI

Gejala yang ditunjukkan :


 Sering ketakutan dalam berbagai
situasi.
 Ketakutan saat situasi khusus, misal
tempat ramai.
 Gangguan tidur, sulit ditidurkan atau
tidur tidak nyenyak, mudah terbangun.
 Bayi tidak mau lepas dari ibu atau
pengasuh.
 Bayi tidak menunjukkan ekspresi sedih,
senang, dan takut.
ANAK-ANAK

• FISIK
• Lemas, kurang bersemangat,
kurang nafsu makan
• Sakit kepala, sakit di seluruh
tubuh
• Detak jantung menjadi cepat,
pucat.
PSIKIS
 Sering memikirkan peristiwa traumatis
 Cemas dan sedih, tidak bisa
mengekspresikan
 Tidak peduli orang lain dan sekitarnya.
 Sedih dan khawatir akan kehilangan.
 Merasa kesepian dan kehilangan
kepercayaan diri.
 Gangguan tidur, seperti mimpi buruk,
mudah terbangun.
 Hilangnya minat terhadap permainan atau
kegiatan sehari hari
 Tidak mempercayai orang lain lagi karena
merasa orang dewasa tidak bisa
melindungi dirinya
 Ragu terhadap masa depan.
PERILAKU
• Takut mendekati tempat-tempat tertentu,
misal: takut masuk rumah (bencana gempa),
takut dekat sungai (bencana banjir/tsunami).
• Ingin selalu dekat dengan orang dewasa.
• Gelisah
• Mengompol (sebelumnya tidak ngompol)
• Perubahan kegiatan belajar, sulit konsentrasi.
Contoh: menolak sekolah.
• Memberontak, hiperaktif, dan sulit diatur,
padahal sebelumnya tidak seperti itu.
REMAJA DAN DEWASA
FISIK :
• Bertambah parahnya penyakit kronis yang
diderita
• Keluhan fisik (pusing, mual dan muntah,
kelelahan, dsb).
• Suhu badan tidak normal (sering panas
dingin)
• Tekanan darah meningkat dan jantung
berdebar
PSIKIS

• Khawatir (berlebihan) akan keselamatan.


• Kecewa atau sedih yang mendalam akibat
kehilangan, depresi, hilang semangat, dan
pesimis.
• Bingung, kehilangan arah dan pegangan hidup
(disorientasi)
• Curiga, mudah tersinggung, marah, cemas
• Mimpi buruk, mudah teringat peristiwa bencana
• Mudah lupa, sulit konsentrasi
PERILAKU
• Menarik diri dari lingkungan sosial.
• Kesulitan menyesuaikan diri pada tempat baru.
• Menghindari aktivitas dan tempat yang memicu
ingatan terhadap bencana.
• Belum bisa menerima apa yang telah terjadi.
LANSIA
Fisik
• Makin parahnya penyakit kronis yang diderita.
• Keluhan-keluhan gangguan fisik.
• Lebih sensitif terhadap suhu badan yang terlalu
rendah atau di bawah 36C (hypothermia) dan
suhu badan yang terlalu tinggi; diatas 37C
(hyperthermia).
• Keterbatasan alat indera dan fisik (penglihatan,
pendengaran) dapat mengganggu proses
penyembuhan, kelelahan.
• Meningkatkan tekanan darah dan jantung
menjadi semakin berdebar.
PSIKIS
• Khawatir akan keselamatan
• Gangguan ingatan
• Gangguan tidur, mimpi buruk
• Kekecewaan atau kesedihan yang mendalam
akibat kehilangan.
• Hilang semangat
• Bingung, kehilangan arah dan pegangan hidup
(disorientasi).
• Mudah tersinggung, marah
• Kecemasan pada lingkungan baru
• Rasa curiga
• Rasa percaya diri yang rendah
• Depresi
• Belum bisa menerima apa yang telah terjadi.
PERILAKU
• Menarik diri dan memisahkan diri dari lingkungan
sosial
• Keterbatasan mobilitas
• Kesulitan dalam menyesuaikan diri di tempat yang
baru.
• Menghindari aktivitas atau tempat yang dapat memicu
ingatan terhadap bencana.
TEKNIK STABILISASI
UNTUK MENGELOLA
STRES & MENGATASI34

TRAUMA
BIRO PSIKOLOGI INSPIRASI
9/29/18
LOMBOK
REAKSI PSIKOLOGIS KORBAN PER 2 AGUSTUS 2018

1. Takut melihat rumah


2. Takut melakukan aktivitas di dalam rumah
(mandi, dll)
3. Takut mendengar suara mobil
4. Takut mendengar suara teriakan takbir
5. Takut mendengar suara angin
6. Tidak semangat bekerja (orang dewasa)
7. Melarang anak ke sekolah
8. Melarang anak bermain di luar rumah
9. Menolak rumah tembok
REAKSI PSIKOLOGIS KORBAN PER 2
AGUSTUS 2018
• Takut terjadi hujan dan longsor
• Takut mendengar suara keras (mobil, piring
pecah, suara seng
• Mudah kaget
• Tidur sering terjaga
• Was-was
• REAKSI FISIK (dada berdegup, sakit kepala, nafas
tidak teratur, cepat capek, lemas, dan sakit
perut)
• Tidak berselara dalam makan
• Mudah marah dan berprasangka
TEKNIK STABILISASI
• Membantu korban mencapai kondisi
sadar/ terkendali lagi
(saat ini dan disini)
• Membantu mencapai tingkat
toleransi emosi yang seimbang
• Tercapainya integrasi pengalaman
fisik, kognitif, dan emosi untuk
mencegah PTSD
9/29/18 37
TEMPAT AMAN
• Suatu tempat di dalam diri anda dimana anda
dapat merasa tenang, aman, dan nyaman
• Bisa merupakan gambaran, perasaan, atau pikiran
mengenai suatu tempat, yang pernah anda
kunjungi sebelumnya, atau tempat yang menjadi
idaman anda
• Apapun yang muncul, asalkan tempat itu
menenangkan, terasa nyaman, dan menimbulkan
rasa aman, dapat anda gunakan sebagai tempat
aman anda
• Anda boleh menceritakan kepada saya dimana dan
bagaimana rincian tempat itu, atau boleh juga
anda simpan sendiri
BIRO PSIKOLOGI INSPIRASI
9/29/18 38
LOMBOK
PANCARAN CAHAYA
• Jika ada rasa atau sensasi tubuh yang
negatif (sakit, pegal, panas, dll) teliti
kembali untuk melihat dimana letaknya?
Bagaimana ukurannya? Berikan batasan di
sekitarnya atau memberi warna
• Bayangkan sebuah pancaran sinar yang
menyembuhkan dengan warna dan makna
yang anda sukai. Pancaran tersebut berupa
pancaran yang menghangatkan atau bisa
juga memberikan rasa sejuk

BIRO PSIKOLOGI INSPIRASI


9/29/18 39
LOMBOK
PANCARAN CAHAYA
• Biarkan cahaya ini menyinari dan mengalir di
kulit anda, kemudian menjalar ke seluruh
tubuh
• Rasakan dengan sungguh-sungguh,
bagaimana rasanya
• Jika anda kehendaki, biarkan alur cahaya
tersebut mengalir mengitari dan menembus
sensasi negatif (sakit, pega, panas, ngilu, dll)
di badan anda
• Rasakan bagaimana cahaya penyembuh ini
diterima oleh bagian tubuh anda yang tidak
nyaman tersebut

BIRO PSIKOLOGI INSPIRASI


9/29/18 40
LOMBOK
NAPAS DALAM
• Berbaring, kaki menempel di
lantai/alas
• Satu tangan di dada, satu di perut
• Tarik napas pelan-pelan melalui
hidung, mulut ditutup. Ambil napas
dalam, lembut, dan pelan
• Waktu menarik napas, dorong perut
ke arah tangan, rasakan perut
mengembang, tahan 2 detik
• Keluarkan napas perlahan melalui
hidung, rasakan perut mulai
melemas dan tangan turun
• Ulangi 5 – 10 kali, atau secukupnya
• Lakukan dalam posisi duduk, berdiri
9/29/18 tanpa tangan di perut dan dada 41
RELAKSASI OTOT
• Berbaring atau duduk dengan mata tertutup
• Pusatkan perhatian ke kaki, angkat telapak kaki,
tarik ke arah dalam, tegangkan seluruh kaki
sampai ketegangannya terasa di paha, kemudian
lemaskan, rasakan sensasi rileks
• Pusatkan perhatian ke tangan, kepalkan tangan,
tegangkan sampai ketegangannya terasa di
bahu, lemaskan, rasakan perbedaan ketegangan
dan relaksasi.
• Pusatkan perhatian ke bahu, angkat bahu seolah-
olah hendak menyentuh telinga, rasakan
ketegangannya, lemaskan

9/29/18 42
RELAKSASI OTOT
• 1. Genggam jari-jari tangan dan rileks...
• 2. Tekuk tangan ke arah dada dan rileks...
• 3. Kerutkan dahi dan alis dan rileks...
• 4. Pejamkan mata dan rileks...
• 5. perlebar rahang, tekan gigi dan rileks...
• 6. Monyongkan mulut dan rileks..
• 7. Tahan kepala ke belakang dan rileks...
• 8. Tundukkan leher dan dagu mendekati dada,
dan rileks...
• 9. Tarik tanga, busungkan dada, lipat puggung
dan rileks...
• 10. Tarik/tekan perut dengan tanga, dan rileks...
9/29/18 43
TITIK POSITIF
• Titik positif adalah dua titik di
dahi yang terletak di pertengahan
antara alis dan perbatasan rambut
• Sentuhan pada titik positif
menolong mengurangi rasa sakit,
dan menghilangkan rasa kuatir,
sakit hati, ketegangan, atau
ketakutan
9/29/18 44
BIRO PSIKOLOGI INSPIRASI
9/29/18 45
LOMBOK
MENGGAMBAR
• Menggambar bebas
• Anak diminta menceritakan
apa yang digambarnya
• Dapat digabung dengan
tepukan di bahu pada saat
anak sedang menceritakan
apa yang digambarnya
• Dapat juga anak diminta
melihat gambar sambil
menepuk-nepuknya dengan
kedua tangan bergantian

BIRO PSIKOLOGI INSPIRASI


9/29/18 46
LOMBOK
MENYANYI
• Menyanyi bersama
• Pilih lagu yang mempunyai
makna bagi anak
• Usahakan lagu yang gembira
dan memungkinkan anak
untuk mengekspresikan diri
sebebas-bebasnya
• Bisa menggunakan lagu
yang berbalas seperti :
sedang apa sedang apa
sedang apa sekarang
• Menyanyi bisa sambil
9/29/18 melakukan gerakan,
• Apa yang dipaparkan hanya sedikit dari seluruh
teknik stabilisasi yang telah dikembangkan dalam
berbagai pendekatan
• Teknik stabilisasi apapun (bahkan percampuran
antar teknik) pasti akan bermanfaat jika tujuan
kita adalah menolong sesama
• Ketulusan untuk menolong yang datang dari
dalam diri kitalah yang paling menentukan ,
teknik hanyalah alat bantu

BIRO PSIKOLOGI INSPIRASI


9/29/18 48
LOMBOK
INTERVENSI MIKRO
L A LU Y U L H A I D I R , M . P S I , P S I KO LO G
RAPPORT

• FULL ATTENTION
• OPEN
• SMILE
• PENSEJAJARAN
• TULUS DAN TIDAK MENGANCAM
PENTING

• POSITIFNYA APA
• KELEBIHANNYA APA
• RESOURCESNYA APA
Kelebihan bisa jadi resources, diarahkan ke tekhnis
(ex : berdoa jika bersedih)
PRINSIP TAMBAHAN

• Alihkan expresi takut menjadi berani


• Replace ide negatif menjadi positif
• Perjelas sensasi fisik dan berikan terapi (breath, relax, dll)
• Terapis tidak boleh blocking
• Cerita dimulai dengan assessment
• 3 ; 1 positif ; negatif (Alur : +...+...-...+)
• Mengungkap + sebanyak mungkin
• Cerita anak adalah proyeksinya
• Persempit ruang negatif dan tingkatkan resources
• Kuatkan emosi sebelum ending (agar klient tidak
bergantung pada orang lain)
MIKRO & MAKRO INTERVENSI

• Mengekspresikan emosi dan pikirannya


• Mengelola emosi dan pikirannya (Kemarahan;
Kesedihan; Kebingungan; Ketakutan dll)
• Berorientasi pada problem solving
• Menemukan sumber daya kekuatan
• Mempertahankan kesehatan mentalnya
• Intervensi Krisis
KODE ETIK RELAWAN PFA
L A LU Y U L H A I D I R , M . P S I , P S I KO LO G
KODE ETIK RELAWAN

• Memurnikan niat dan tujuan untuk menolong dan membantu


sesama
• Memiliki nila menyebarkan kebermanfaatan bagi sesama
• Memiliki kemampuan komunikasi yang baik
• Menghindari perbincangan yang memancing adu domba dan
mengeruhkan suasana
• Tidak berpihak kepada kepentingan politik praktis dan atau
pencitraan diri
• Menghindari isyu SARA
• Menghindari subjektivitas dan praduga
• Tidak memberikan janji yang tidak dapat dipenuhi kepada korban
• Menghargai kerahasiaan cerita survivor
• Tidak memposting foto survivor di media sosial
PENTING SECARA INDIVIDUAL

• Relawan harus mandiri


• Relawan memiliki inisiatif tinggi (tidak
bergantung dan membebankan orang lain)
• Relawan harus survive dalam kondisi sulit
• Relawan harus memiliki perlengkapan penopang
pribadi (pakaian, persediaan makanan, obat-
obatan, dll)
RELAWAN HIMPSI

• MANDIRI
• MEMILIKI INISIATIF TINGGI
• TIDAK MEMBEBANKAN ORANG LAIN
• MENENTUKAN TITIK SENDIRI DAN ATAU SIAP
DITEMPATKAN DI TITIK YANG SUDAH
DIREKOMENDASIKAN
• TIDAK DISEDIAKAN ALAT TRANSPORTASI
• TIDAK DIJAMIN MAKAN DAN MINUM SERTA TENDA
YANG MEMADAI
DO !

• Memposisikan diri sejajar dengan


survivor
• Menyediakan diri untuk menjadi
pendengar yang baik
• Menunjukkan bahwa relawan bisa
merasakan apa yang survivor rasakan
(empati)
• Menggunakan bahasa yang sederhana
DO !

• Membuka pembicaraan dengan


menunjukkan kepedulian
• Menawarkan bantuan
• Memberi dukungan dan semangat
• Memastikan bahwa survivor merasa
aman
DO !

• Membicarakan hal-hal yang survivor sukai


• Usahakan jangan memisahkan survivor dari anggota
keluarganya
• Mengatakan bahwa yang survivor rasakan adalah
wajar
• Menunjukkan kesabaran dalam menghadapi survivor
• Mendengarkan dan mempercayai semua apa yang
dikemukakan
DO !

• Mengajak survivor sharing – diskusi


• Memahami reaksi-reaksi yang muncul
• Mendorong survivor untuk beraktivitas
• Memberikan pendampingan, tetapi jangan sampai
survivor tergantung
• Menunjukkan kepedulian terhadap apa pun yang
terjadi pada survivor
• Membantu survivor untuk mandiri
DON’T !
• Mengorek informasi terlalu dini atau
menggali ingatan survivor pada
peristiwa-2 penyebab trauma
• Memaksa survivor untuk menjawab
pertanyaan
• Berbicara terlalu banyak
• Meremehkan apa yang dipikirkan-
dirasakan survivor
• Menertawakan atau mempermalukan
survivor
• Mengkritik atau menyalahkan
DON’T !

• Memotong pembicaraan ketika


survivor sedang bicara
• Melukai perasaan survivor
• Menjanjikan sesuatu yang tidak dapat
dipenuhi
• Mengecilkan/meremehkan
pengalaman dan perasaan survivor
• Memberikan ”label diagnostic”
kepada survivor

Anda mungkin juga menyukai