Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Gout atau asam urat adalah kumpulan penyakit yang bersifat

heterogen disebabkan oleh menumpuknya kristal purin dalam jaringan,

dikarenakan kadar asam urat dalam cairan ekstra- seluler yang jenuh.

Manifestasi klinis dapat berupa 1) Artritis gout akut, 2) Deposit kristal Na-

urat dalam jaringan (tofus), 3) Batu asam urat pada traktus urinarius dan 4)

Nefropati interstitialis atau nefropati gout. Beberapa faktor yang

mempengaruhi adalah faktor genetik, diet tinggi purin, alkohol, obesitas,

usia. Insiden gout sebesar 1-2% terutama pada pria .(Untari & Sarifah,

2020)

Asam urat atau dikenal juga dengan istilah gout.sementara penyakit

asam urat tinggi disebut dengan istilah artritis gout.asam urat merupakan

hasil metabolisme tubuh atau tepatnya hasil akhir dari katabolisme suatu

zat yang bernama purin.(Suriana, 2014)

Asam urat merupakan hasil metabolisme purin di dalam tubuh. Purin

adalah salah satu kelompok struktur kimia pembentuk DNA. Sebenarnya

asam urat merupakan zat yang wajar di dalam tubuh namun tidak wajar

ketika asam urat menjadi naik dan melebihi batas normal. Asam urat yang

berlebihan tidak akan tertampung dan termetabolisme seluruhnya oleh

1
2

tubuh, maka akan terjadi peningkatan kadar asam urat dalam darah yang

disebut sebagai hiperurisemia. Faktor yang menyebabkan penyakit asam

urat yaitu pola makan, kegemukan, usia dan lain-lain. Diagnosis penyakit

asam urat dapat ditegakkan berdasarkan gejala yang khas dan

ditemukannya kadar asam urat yang tinggi didalam darah (Sibella, 2010).

Tingginya kadar asam urat merupakan kondisi kesehatan sebagai

akibat dari penumpukan kristal asam urat pada persendian, kristal asam

urat ini terbentuk karena kadar protein purin yang tinggi (Aminah, 2013).

Gangguan metabolism asam urat ditandai dengan suatu serangan

tiba-tiba di daerah persendian. Nyeri yang timbul pada umumnya muncul

secara tiba-tiba. Kemunculan secara tiba-tiba ini sering menyebabkan

penderita asam urat sulit bergerak. Saat bangun tidur, misalnya, ibu jari

kaki dan pergelangan kaki akan terasa terbakar, sakit dan membengkak

(Sibella, 2010).

Asam urat secara alamiah ditemukan di dalam tubuh dalam bentuk

kristal-kristal asam yang merupakan hasil akhir dari metabolisme purin

(bentuk turunan nukleoprotein) yaitu salah satu komponen asam nukleat

yang terdapat pada inti sel-sel tubuh. Asam nukleat yang terdapat dalam

makanan akan dipecah oleh enzim nuklease menjadi nukleotida rantai

panjang di dalam usus. Kemudian nukleotida rantai panjang tersebut akan

dipecah menjadi nukleosida oleh enzim nukleotidase. Nukleosida ini dapat

langsung diabsorbsi atau dipecah lebih lanjut menjadi basa nitrogen bebas.
3

Basa nitrogen tersebut dapat diabsorbsi atau dikatabolisme oleh tubuh

menjadi produk asam urat yang diekskresi dari tubuh melalui urine

(Kusnadi, 2009).

Satu survei epidemiologik yang di lakukan di Bandungan, Jawa

Tengah atas kerjasama WHO-COPCORD terhadap 4.683 sampel berusia

antara 15 – 45 tahun di dapatkan bahwa prevalensi hiperurisemia sebesar

24,3%pada laki-laki dan 11,7% pada wanita.(Dianati, 2015)

Data yang di terbitkan di Amerika Serikat pada tahun 1998

menunjukan prepavalensi asam urat sebesar 0.4/1000 orang untuk semua

umur dan jenis kelamin , dan dari total kasus tersebut sebesar 1.56 juta

penyakit terjadi pada laki-laki dan 550.000 pada perempuan(Festy & Dkk,

2010).Hasil Riskesdas 2013 mengunggapkan bahwa prevalensi penyakit

hiperurisemia di Indonesia adalah 11,9% (Kemenkes RI, 2013)

Penelitian Dalimartha(2008),di Indonesia arthritis gout (asam urat)

menduduki urutan kedua setelah osteoartriti, selanjutnya penelitian dari

Tjokroprawira (2010), prevalensi arthritis gout pada populasi di UAS

diperkirakan 13’6/100.000 penduduk sedangkan di Indonesia diperkirakan

1,6-13,6/100.000 orang , prevalensi ini meningkat seiring dengan

meningkatan umur (Festy & Dkk, 2010)


4

Faktor faktor yang mempengaruhi pemeriksaan asam urat :

Pra analitik adalah semua proses yang terjadi sebelum sampel

diproses dalam Centrifuge. Termasuk persiapan pasien, mengambilan

sampel, memberi identitas sampel, formulir permintaan, pengambilan

sampel yang tidak benar,dan kesalahan pengolahan sampel. Tahap Analitik

yaitu tahap kalibrasi peralatan laboratorium, sampai dengan menguji

ketelitian-ketepatan , Centrifuge sampel dan membaca serum pada alat

fotometer .Tahap Post Analitik yaitu tahap mulai dari mencatat hasil

pemeriksaan, interpretasi hasil sampai dengan pelaporan. (Yusida, 2011)

Centrifuge merupakan salah satu metode untuk memisahkan zat

padat tak terlarut.Centrifugei umumnya digunakan untuk memisahkan

partikel-partikel padat dengan ukuran kecil dan sulit untuk disaring. Metode

ini memanfaatkan perbedaan densitas antara zat padat dan fluida di

sekitarnya. Prinsipnya, saat suatu suspensi didiamkan, zat padat akan

bergerak ke bawah, dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Centrifuge bekerja

dengan mempercepat pergerakan ini, dengan memanfaatkan medan gaya

sentrifugal.(Adam & Dkk, 2017)

Centrifuge terdiri atas sebuah rotor dengan lubang – lubang untuk

meletakkan cairan wadah / tabung yang berisi cairan dan sebuah motor

atau alat lain yang dapat memutar rotor pada kecepatan yang dikehendaki.

Komponen utama pada proses centrifuge terdiri dari rotor, dan tabung
5

(wadah sampel). Sedangkan bagian menjadi alat penggerak proses

centrifuge karena didalamnya memiliki motor yang mampu berputar dan

memiliki pengaturan kecepatan perputaran. Centrifuge laboratorium yang

digunakan untuk pemisahan skala kecil. Volume cairan ditangani berada

dalam kisaran 1 – 5.000 ml. rotor (Gopala, 2016)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah ada pengaruh

variasi kecepatan dan waktu centrifuge serum pada pemeriksaan kadar

asam urat dengan menggunakan metode fotometer?

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

variasi kecepatan dan waktu centrifuge serum pada pemeriksaan kadar

asam urat dengan menggunakan metode fotometer

2. Tujuan Khusus

a.menggukur kadar Asam urat serum serum yang centrifuge dengan

variasi kecepatan 1000 rpm ,1500 rpm , 2000 rpm , 2500 rpm , 3000

rpm selama. : 2 menit ,

b. .menggukur kadar Asam urat serum serum yang centrifuge dengan

variasi kecepatan 1000 rpm ,1500 rpm , 2000 rpm , 2500 rpm , 3000

rpm selama. : 4 menit .


6

c. menggukur kadar Asam urat serum serum yang centrifuge dengan

variasi kecepatan 1000 rpm ,1500 rpm , 2000 rpm , 2500 rpm , 3000

rpm selama. : 6 menit .

d. menggukur kadar Asam urat serum serum yang centrifuge dengan

variasi kecepatan 1000 rpm ,1500 rpm , 2000 rpm , 2500 rpm , 3000

rpm selama. : 8 menit.

e. menggukur kadar Asam urat serum serum yang centrifuge dengan

variasi kecepatan 1000 rpm ,1500 rpm , 2000 rpm , 2500 rpm , 3000

rpm selama. : 10 menit .

f. menganalisis pengaruh dari serum yang di centrifuge dengan

variasi waktu dan kecepatan centrifuge.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian ini adalah ada pengaruh variasi kecepatan

dan waktu centrifuge serum pada pemeriksaan kadar asam urat

dengan menggunakan metode fotometer.

E. Manfaat

1. Bagi peneliti

Untuk menambah pengetahuan tentang pengaruh variasi kecepatan

dan waktu centrifuge serum pada pemeriksaan kadar asam urat dengan

menggunakan metode fotometer.

2.Bagi instansi.
7

Sebagai sumber informasi ilmiah mengenai pengaruh variasi

kecepatan dan waktu centrifuge serum pada pemeriksaan kadar asam urat

dengan menggunakan metode fotometer.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Centrifuge

a.Pengertian

Centrifuge merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan organel

berdasarkan massa jenisnya melalui proses pengendapan. Dalam prosesnya,

centrifuge menggunakan prinsip rotasi atau perputaran tabung yang berisi

larutan agar dapat dipisahkan berdasarkan massa jenisnya. Larutan akan

terbagi menjadi dua fase yaitu supernatant yang berupa cairan dan padatan

atau organel yang mengendap (Rianto & Dkk, 2016).

Centrifugasi merupakan salah satu metode untuk memisahkan zat padat

tak terlarut. Centrifugasi umumnya digunakan untuk memisahkan partikel

partikel padat dengan ukuran kecil dan sulit untuk disaring. Metodeini

memanfaatkan perbedaan densitas antara zat padatdan fluida di sekitarnya.

Prinsipnya, saat suatu suspensi didiamkan, zat padat akan bergerak kebawah,

dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Centrifugasi bekerja dengan mempercepat

pergerakanini, dengan memanfaatkan medan gaya centrifugal (Adam & Dkk,

2017)

8
9

b.Fungsi centrifuge

Ada beberapa fungsi centrifuge dalam pemisahan

bioteknologi. Ini tercantum di bawah ini :

1. Pemisahan (padat/cair)

Centrifugasi dapat digunakan untuk pemisahan padat – cair menyediakan

padatan berat dari cairan. Centrifuge juga dapat digunakan untuk memisahkan

fase berat, dan dua fasa cair ringan, dengan salah satu fase ringan yang lebih

ringan dari lainnya. Padatan dapat lebih ringan dari cairan dan pemisahan

adalah dengan flotasi dari fase padat terdispersi. Klasifikasi urutan

berdasarkan ukuran dan densitas

2. Menghilangkan partikel kebesaran dan asing (Degritting)

fungDegritting mirip dengan klasifikasi di mana partikel yang tidak

diinginkan, lebih besar atau lebih padat, ditolak diendapan, dengan produk

(lebih kecil atau kurang padat) meluap di fase cair yang lebih ringan. Situasi

lain adalah dimana partikel yang tidak diinginkan lebih kecil ditolak dalam fase

cair ringan, dan padatan berat yang berguna diselesaikan dengan fase berat.

3. Penebalan atau menghapus konsentrasi cair

Centrifuge sering digunakan untuk berkonsentrasi fase padat dengan

pengendepan dan pemadatan, menghilangkan fase cairan berlebih di overflow.

Ini mengurangi volume produk dalam pengolahan berkonsentrasi padatan.


10

4. Pemisahan kotoran dengan mencuci atau pengenceran

(repulping)

Dengan suspensi pekat yang mengandung kontaminan seperti garam

dan ion, itu diencerkan dan dicuci sehingga kontaminan dilarutkan dalam

cairan pencuci. Selanjutnya, suspensi tersebut dicentrifugasi untuk

menghilangkan cairan pencuci dengan kontaminan terlarut atau padatan

tersuspensi halus. Selanjutnya, produk dapat lebih terkonsentrasi dengan

centrifugasi (Hardiyanti & Syarif, 2016).

c.Prinsip kerja

Centrifuge bekerja dengan prinsip sedimentasi saat suatu suspensi

didiamkan, di percepat centripetal zat padat akan bergerak ke bawah, di

pengaruhi oleh gaya gravitasi menyebabkan zat yang lebih padat akan

mengendap ke dasar tabung .Dengan cara yang sama , benda ringan akan

cenderung bergerak ke atas tabung (melayang di dalam tabung).Gaya

sentrifugal yang di hasilkan berasal dari putaran motor listrik yang mendapat

supply.Semakin tinggi putaran motor maka semakin besar gaya sentrifugal

yang di hasilkan, begitu juga sebaliknya.(Gardjito, 2010).


11

d.Macam-macam centrifuge

1. General Purpose Cetrifuge

Gambar 2.1 General Purpose Centrifuge

http//:www.labocon.com/product/ultra-high-speed-refrigerated-centrifuge-luhcr-101

Pada centrifuge jenis ini bertipe teble top (biasa diletakkan di atas meja).

Memiliki kecepatan rotasi 0-3000 rpm dan dapat menampung sampel

sebanyak 5-100 ml. Cetrifuge ini didesain untuk pemisahan sampel urin, serum

atau cairan lain dari bahan padat yang tidak larut.

2. Microcentrifuge

Gambar 2.2 Microcentrifuge

http//:www.labocon.com/product/ultra-high-speed-refrigerated-centrifuge-luhcr-101
12

Sesuai dengan namanya, micro centrifuge atau microfuges hanya

menampung larutan sampel ukuran mini sekitar 0,5-2,0 ml dalam microtubes

dengan kecepatan tinggi.

3. Speciality Centrifuge

Gambar 2.3 Speciality Centrifuge

http//:www.labocon.com/product/ultra-high-speed-refrigerated-centrifuge-luhcr-101

Tentu Anda sudah dapat memprediksi bahwa centrifuge jenis ini

merupakan centrifuge yang dipakai untuk keperluan khusus atau spesifik.

Microhematocrit dan blood bank centrifuge adalah dua contoh dari centrifuge

yang dirancang untuk pemakaian spesifik.


13

4. Ultra dan Refrigerated Centrifuge

Gambar 2.4 Ultra dan Refrigerated centrifuge

http//:www.labocon.com/product/ultra-high-speed-refrigerated-centrifuge-luhcr-101

Jenis ini merupakan centrifuge yang lazim dipakai di laboratorium

penelitian. Centrifuge tipe ini dapat berputar dengan kecepatan tinggi sekitar

50.000-20.000 rpm. Mayoritas dilengkapi dengan sistem pendingin. Dengan

adanya sistem pendingin membuat sampel tetap terjaga suhunya selama

sentrifus bekerja sehingga sampel makin terjaga dan terhindar dari

kerusakan (Haryani & Dkk, 2014).

e. Cara kerja centrifuge

1. Menyiapkan larutan yang akan dimurnikan atau dipisahkan.

2. Menyambungkan centrifuge pada aliran arus listrik.

3. Menyalakan centrifuge.

4. Membuka penutup centrifuge dengan tekan tombol open.


14

5. Memasukkan larutan kedalam tabung centrifuge. Larutan yang

dimasukkan pada stiap tabung haruslah sama ukurannya.

6. Memasukkan tiap tabung ke dalam lubang centrifuge. Untuk meletakkan

gelas tabung berisi larutan yangakan dimurnikan, tabung harus

diletakakkan secara bersilang berlawanan. Namu hal ini tidak perlu

dilakukkan jika semua lubang pada centrifuge terisi penuh oleh tabung

larutan yang akan dimurnikan.

7. Menutup kembali penutup centrifuge.

8. Set atau atur waktu yang diperlukan dan tentukan pula kecepatan

rotasi putaran yang diinginkan.

9. Menekan tombol ON untuk memulai memurnikan.

10. Setelah pemurnian selesai, menekan tombol open dan ambil semua

larutan dalam tabung yang telah dimurnikan dengan cara mengambilnya

secara berseling berlawanan pula.(Haryani & Dkk, 2014)


15

f.Bagian bagian centrifuge

Gambar 2.5 bagian bagian Centrifuge

https://mypassionforscience.org/lets-about-centrifugal-force/

1. Motor : merupakan bagian terpenting dari sebuah centrifuge . Fungsinya

yaitu sebagai penggerak rotor sehingga dapat berputar dengan kecepatan

tertentu .

2. Rotor : yaitu bagian centrifuge yang berfungsi untuk meletakkan tabung

sample yang akan diputar .

3. Control / Panel control : yaitu sebuah komponen yang berisi tombol –

tombol seperti on/off, mengatur kecepatan , pengatur waktu ( timer ).

4. Lid / Penutup : bagian atas centrifuge di lengkapi dengan tutup yang

mekanismenya di atur dengan pengunci / latch otomatis . Tidak dapat

terbuka sebelum proses centrifugesasi selesai.

5. Body : body centrifuge biasanya berbeda – beda , terkadang kotak ,

silinder , atau ada juga yang berbentuk setengah bola .Fungsinya untuk

melindungi bagian dalam ( motor / rotor / sample ). (sentral,2019)


16

g.cara kalibrasi alat

 Kalibrasi sentrifus dilakukan dengan mengukur kecepatan per

menit dan waktu pada alatnya.

 Pada refrigator centrifuge selain kalibrasi rpm dan waktu juga perlu

kalibrasi suhu.

 Ada beberapa alat yang dapat digunakan untuk alat kalibrasi

centrifuge :

1. Kalibrasi rpm

a. Dengan Tachometer mekanik

 Ujung kabel yang satu dikaitkan pada kumparan motor di

dalam, sedangkan ujung yang lain dihubungkan dengan alat

Tachometer

 Set centrifuge pada rpm tertentu, kemudian jalankan

 Catat rpm yang ditunjukkan oleh meter pada tachometer

 Ulangi beberapa kali, hitung rata-rata

b. Dengan Tachometer elektrik

 Meletakkan bagian magnet di sekeliling coil, sehingga

menimbulkan aliran listrik bila alat lain dijalankan

 Set centrifuge pada rpm tertentu, kemudian jalankan

 Catat rpm yang ditunjukkan oleh meter pada tachometer


17

 Ulangi beberapa kali

2. Kalibrasi timer

 Set centrifuge pada waktu yang sering dipakai, misalnya 5

menit

 Jalankan alat dan bersamaan dengan itu jalankan stopwatch

 Pada waktu centrifuge berhenti matikan stopwatch, catat

waktu yang ditunjukkan stopwatch

 Ulangi beberapa kali, hitung rata-rata

(Haryani & Dkk, 2014)

h.Cara perawatan

1. Memeriksa kelengkapan dan aksesoris pada centrifuge

2. Lakukan pembersihan pada seluruh bagian alat

3. Membersihkan dari pecahan tabung, tumpahan darah, serum dan

lakukan desinfeksi setiap saat

4. Melakukan pelumasan pada bagian-bagian yang bergerak

5. Melakukan pengencangan pada baut centrifuge

6. Melakukan pengecekan fungsi dan kondisi bagian alat

7. Melakukan kalibrasi dan pengujian kecepatan pada pesawat

centrifuge

8. Melakukan penggantian sikat arang apabila motor tidak berputar


18

9. Melakukan pemeriksaan kinerja dan aspek keselamatan kerja

10. Melakukan penyetelan/ajustmen

(Haryani & Dkk, 2014)

2.Serum

Serum adalah bagian cair darah yang tidak mengandung sel-sel darah

dan faktor-faktor pembekuan darah. Protein-protein koagulasi lainnya dan

protein yang tidak terkait dengan hemostasis, tetap berada dalam serum

dengan kadar serupa dalam plasma. Apabila proses koagulasi berlangsung

secara abnormal, serum mungkin mengandung sisa fibrinogen dan produk

pemecahan fibrinogen atau protrombin yang belum di konevensi (Sacher,

2012).

Serum diperoleh dari spesimen darah yang tidak ditambahkan

antikoagulan dengan cara memisahkan darah menjadi 2 bagian dengan

menggunakan sentrifuge, setelah darah didiamkan hingga membeku kurang

lebih 15 menit (Rahayu, 2005). Setelah disentrifugasi akan tampak gumpalan

darah yang bentuknya tidak beraturan dan bila penggumpalan berlangsung

sempurna, gumpalan darah tersebut akan terlepas atau dengan mudah dapat

dilepaskan dari dinding tabung. Selain itu akan tampak pula bagian cair dari

darah. Bagian ini, karena sudah terpisah dari gumpalan darah maka tidak lagi

berwarna merah keruh akan tetapi berwarna kuning jernih. Gumpalan darah

tersebut terdiri atas seluruh unsur figuratif darah yang telah mengalami proses
19

penggumpalan atau koagulasi spontan, sehingga terpisah dari unsur larutan

yang berwarna kuning jernih (Sadikin, 2014)

3 .Asam Urat

a. pengertian

Asam urat atau dikenal juga dengan istilah gout.sementara penyakit asam

urat tinggi disebut dengan istilah artritis gout.asam urat merupakan hasil

metabolisme tubuh atau tepatnya hasil akhir dari katabolisme suatu zat yang

bernama purin.(Suriana, 2014)

Asam urat merupakan hasil akhir metabolisme dari purin. Sebagian besar

purin berasal dari makanan terutama daging jeroan, beberapa jenis sayuran,

dan kacang-kacangan. Dalam keadaan normal, asam urat dapat larut di dalam

darah pada tingkat tertentu. Apabila kadar asam urat dalam darah melebihi

daya larutnya,

maka plasma darah akan menjadi sangat jenuh dan keadaan ini disebut

dengan hiperurisemia. Salah satu contoh penyakit yang ditandai dengan

hiperurisemia adalah penyakit gout atau arthritis gout (Ridhoputrie, Karita,

Romdhoni, & Kusumawati, 2019)


20

b. Peningkatan Asam Urat

Peningkatan asam urat dalam darah disebabkan oleh tiga faktor sebagai

berikut:

1) Produksi asam urat berlebih

Salah satu penyebab meningkatnya kadar asam urat dalam darah adalah

tingginya asupan makanan yang mengandung purin, akibatnya pembentukan

purin dalam tubuh akan meningkat. Semakin tinggi asupan purin, semakin tinggi

pula asam urat yang terbentuk, akibatnya asam urat dalam darah juga akan

semakin meningkat, pada diet tinggi purin sedangkan pada diet rendah purin,

ekskresi harian adalah 0,5 gr dan pada diet normal ekskresinya sekitar 1 gr per

hari (Utami, 2005; Smart, 2013).

2) Pembuangan asam urat berkurang

Asam urat dalam darah akan meningkat jika ekskresi atau pembuangannya

terganggu. Keadaan ini terjadi akibat kelainan ginjal seseorang. Kelainan ginjal

pada seseorang bisa dibedakan (Utami, 2005; Smart, 2013) sebagai berikut :

a) Penurunan proses filtrasi atau penyaringan di bagian glomerulus ginjal.

Peristiwa ini tidak secara langsung menyebabkan hiperurisemia, tetapi

berperan dalam peningkatan asam urat pada penderita gangguan ginjal.

b) Penurunan proses ekskresi di tubulus ginjal. Proses ini disebabkan

terjadinya akumulasi asam-asam organik yang berkompetisi dengan asam

urat untuk dikeluarkan melalui tubulus ginjal. Kelainan ini biasanya dialami
21

oleh seseorang yang sedang mengalami kelaparan, asidosis, keracunan

asam salisilat dan diabetes.

c) Peningkatan absorpsi kembali atau reabsorpsi di tubulus ginjal. Kelainan

ini biasanya dialami oleh penderita diabetes dan seseorang yang

sedang mendapatkan terapi obat diuretika.

3) Kombinasi produksi asam urat berlebih dan pembuangan asam urat

berkurang

Mekanisme ini disebabkan berkurangnya enzim glucose-6-fosfatase dan

konsumsi alkohol yang berlebih. Berkurangnya enzim ini akan memproduksi

asam laktat dalam jumlah berlebih. Keberadaan asam laktat ini menjadi

pesaing bagi asam urat akhirnya pembuangan asam urat akan menurun.

Konsumsi alkohol berlebih akan memacu produksi asam urat yang berlebih

juga. Hal ini terjadi karena kandungan purin dalam konsumsi alkohol tinggi,

sehinga pemecahan adenosine triphosfatase (ATP) akan dipercepat. ATP

akan memproduksi asam laktat akibatnya pembuangan asam urat akan

terganggu (Utami, 2005; Smart, 2013).

Oleh karena itu, penderita penyakit asam urat di anjurkan untuk diet

rendah purin untuk mengurangi pembentukan asam urat. Kadar purin dalam

makanan normal selama sehari mencapai 600-1000 mg, sedangkan diet

rendah purin di batasi hanya mengandung 120-150 mg purin (Damayanti,

2013).
22

c. metabolisme Purin dan Asam urat

1) Metabolisme purin

Purin adalah molekul yang terdapat dalam sel yang berbentuk nukleotida dan

berperan dalam proses metabolisme tubuh. Bersama asam amino, nukleotida

merupakan unit dasar dalam proses biokimiawi penurun sifat genetik yang menjadi

penyandi asam nukleat yang bersifat esensial dalam pemeliharaan dan

pemindahan informasi genetik (Krisnatuti, 1997; Damayanti, 2013).

Purin terdapat dalam asam nukleat berupa nukleoprotein. Asam nukleat di

usus dibebaskan dari nukleoprotein oleh enzim pencernaan dan dipecah lagi

menjadi mononukleotida. Mononukleotida dihidrolisis menjadi nukleosida yang

dapat diserap langsung oleh tubuh dan sebagian dipecah menjadi purin dan

pirimidin. Purin teroksidasi menjadi asam urat yang diabsorpsi melalui mukosa

usus dan di ekskresi melalui urine (Krisnatuti dkk, 1997 ; Asdie, 2012).

Ada dua sumber utama purin, yaitu sebagai berikut:

1. Diproduksi sendiri oleh tubuh

Purin diproduksi oleh tubuh secara alami karena purin merupakan salah satu

elemen penting pembentuk rantai DNA dan RNA dalam tubuh.Diketahui bahwa

hampir 85% dari kebutuhan purin diproduksi secara alami oleh tubuh. Sementara

kekurangan dari kebutuhan purin tersebut diperoleh dari luar tubuh, yaitu dari

makanana yang dikonsumsi.


23

2. Asupan makanan yang mengandung purin

Selain dproduksi sendiri, kebutuhan purin juga diperoleh dari makanan yang

dikonsumsi setiap harinya.Normalnya, kebutuhan tubuh aakan zat purin dari luar

(asupan makanan) hanya sedikit saja, lebih kurang 15%dari total kebutuhan purin

tubuh.jika asupan purin dari makanan terlalu tinggi (melebihi 15% dari kebutuhan

tubuh ) maka akan terjadi penumpukan purin dalam tubuh. hal itu berarti memicu

naiknya kadar asam urat dalam tubuh. Karena asam urat merupakan hasil akhir

dari proses katabolisme purin.(neti suriana,2014)

2) Pembentukan purin di dalam tubuh

Manusia mampu mensintesis nukleotida purin di dalam tubuhnya, oleh

karena itu sintesis nukleotida purin tersebut tidak tergantung pada sumber-sumber

eksogen asam nukleat dan nukleotida dari bahan pangan. Sintesis purin pada

manusia dan mamalia bertujuan untuk memenuhi kebutuhan terhadap

pembentukan asam nukleat. Selain itu nukleotida purin ini juga berperan dalam

adenosine triphosfat (ATP), cyclik adenosin monophospat (cAMP) dan cyclik

guanosin monophospat (cGMP) sebagai koenzim pada flavin adenine dinukleotida

(FAD), nikotinamida adenine dinukleotida (NAD) dan nikotinamida adenine

dinukleotida phosfat (NADP). Zat gizi yang digunakan dalam pembentukan purin di

dalam tubuh yaitu glutamin, glisin, format, aspartat dan CO2 melalui sintesa de

novo (Krisnatuti, 1997; Ngil, 2013).


24

3) Pembentukkan Asam Urat

Asam urat merupakan hasil akhir dari metabolisme purin, baik purin yang

berasal dari bahan pangan maupun dari hasil pemecahan asam nukleat tubuh,

pada manusia melalui jalur umum akhir untuk konversi xantin dengan

menggunakan xantin oksidase. Pembentukan asam urat dimulai dengan

metabolisme Dioxyribo Nucleic Acid (DNA) menjadi Adenosine dan Guanosin.

Adenosine yang terbentuk kemudian dimetabolisme menjadi hipoksantin.

Hipoksantin kemudian dimetabolisme menjadi xantin, sedangkan guanosin

langsung dimetabolisme menjadi xantin, kemudian xantin hasil metabolisme

hipoksantin dan guanosin dimetabolisme dengan bantuan enzim xantin oksidase

menjadi asam urat. Dalam serum, urat terutama berada dalam natrium urat,

sedangkan dalam saluran urine, urat dalam bentuk asam urat. Pada manusia

normal, 18-20% dari asam urat dipecah oleh bakteri menjadi CO 2 dan amonia

(NH3) di usus dan diekskresi melalui feses. Dua pertiga bagian asam urat

diekskresi oleh ginjal melalui urine dan sepertiga bagian asam urat diekskresi oleh

usus besar melalui feses (Krisnatuti, 1997; Sustrani, 2006;Smart, 2013).

Enzim penting yang berperan dalam sintesis asam urat adalah xantin

oksidase yang sangat aktif bekerja dalam hati, usus halus dan ginjal. oksidase

yang sangat aktif bekerja dalam hati, usus halus dan ginjal. Tanpa bantuan enzim

xantin oksidase, asam urat tidak dapat dibentuk (Krisnatuti, 1997).


25

d. Nilai Normal Asam Urat

Nilai normal kadar asam urat dalam darah yaitu pada kategori laki-laki 3,4-7

mg/dl, pada katagori perempuan 2,4-6 mg/dl, sedangkan pada kategori dalam

urine 250-750 mg/dl/24 jam (Damayanti, 2013; Smart, 2013)

e. Makanan Tinggi Purin

Makanan dengan kandungan purin tinggi yang dapat meningkatkan kadar

asam urat dalam darah (Aminah, 2012; Damayanti, 2013) yaitu :

1) Jeroan, seperti hati, usus, limpa, babat, paru, jantung dan otak.

2) Daging/kaldu, daging bebek, angsa, burung, udang, kerang, kepiting, dan

cumi-cumi.

3) Makanan yang di awetkan seperti sarden dan kornet.

4) Kacang-kacangan yang dikeringkan beserta olahannya, seperti kacang

tanah, kedelai, kacang hijau, kacang merah kering, taoge, tempe, tahu,

oncom, tauco dan susu kedelai.

5) Sayuran dan buah tertentu seperti bayam, kangkung, daun singkong, buncis,

asparagus, kembang kol, jambu mete, nanas, durian, alpukat, dan air kelapa.

6) Minuman beralkohol seperti bir, wiski, minuman anggur, tuak, tape, ragi, dan

minuman hasil fermentasi lainnya.

7) Makanan yang berlemak, karena lemak cenderung menghambat pengeluaran

asam urat.
26

f. Gejala, Tanda dan Gambaran klinis Asam Urat

1) Gejala

Gejala yang khas dirasakan adalah nyeri sendi. Pada malam hari, nyeri ini

akan lebih terasa, persendian menjadi bengkak, kulit menjadi merah atau

keunguan dan tampak mengkilat. Nyeri tersebut sering terasa di telapak kaki,

pergelangan kaki, lutut, siku, dan pergelangan tangan. Pada persendian tepi,

biasanya terbentuk kristal karena di bagian ini lebih dingin dari pada bagian

tengah. Asam urat cenderung mengkristal pada suhu dingin, kristal juga terbentuk

di telinga dan jaringan yang relatif dingin. Sebaliknya kristal jarang terbentuk pada

tulang belakang, persendian panggul atau bahu. Keadaan ini tejadi karena

letaknya berada di bagian tengah tubuh (Sustrani, 2006; Smart, 2013).

Gejala lain yang dirasakan adalah demam, dingin dan detak jantung yang

cepat. Gejala hiperurisemia yang berat dapat menyebabkan perubahan bentuk di

bagian tubuh tertentu seperti daun telinga, mangkuk sendi lutut, bagian punggung

lengan atau belakang pergelangan kaki. Perubahan tersebut terjadi akibat

berkumpulnya kristal asam urat yang terus menerus di persendian dan ujung otot

(Sustrani, 2006; Smart, 2013).

2) Tanda-tanda seseorang menderita asam urat (Damayanti, 2013; Smart,

2013) adalah sebagai berikut :

a) Adanya tofus.

b) Kemerahan di sekitaran sendi yang meradang.


27

c) Adanya kristal urat yang khas pada cairan sendi.

d) Terjadi serangan arthritis akut lebih dari satu kali.

e) Terjadi peningkatan asam urat dalam darah.

f) Terjadi peradangan secara maksimal dalam satu hari.

g) Pembengkakan dan rasa sakit di sendi pangkal ibu jari kaki.

h) Pembengkakan sendi secara asimetris (satu sisi tubuh saja).

i) Serangan arthritis akut berhenti secara menyeluruh.

3) Gambaran klinis asam urat

Penyakit asam urat terdiri atas beberapa stadium (Sustrani, 2006;

Damayanti, 2013;) yaitu :

a) Stadium I : Tahap Asimtomatik

Pada stadium ini yaitu stadium permulaan biasanya di tandai dengan

peningkatan kadar asam urat tetapi penderita tidak merasakan sakit sama sekali

dan tidak di sertai gejala nyeri, arthritis, tofi/tofus, maupun batu ginjal atau batu

urat di saluran kemih.

b) Stadium II : Tahap Akut

Pada stadium ini biasanya terjadi serangan radang sendi di sertai dengan

rasa nyeri yang hebat, bengkak, merah dan terasa panas pada ibu jari kaki.

Biasanya serangan muncul pada tengah malam dan menjelang pagi hari.
28

c) Stadium III : Tahap Interkritikal

Pada stadium ini adalah tahapan serangan berulang yang tidak menentu.

Biasanya terjadi setelah satu sampai dua tahun kemudian.

d) Stadium IV : Tahap Kronik

Pada tahapan ini di tandai dengan terbentuknya tofi dan atau perubahan

bentuk pada sendi-sendi yang tidak dapat berubah ke bentuk seperti semula,

disebut gejala arthritis gout kronis.

g. Faktor Resiko yang Mempengaruhi Asam Urat

Faktor-faktor yang mempengaruhi asam urat (Sustrani dkk, 2006;

Damayanti, 2013) yaitu :

1) Faktor keturunan dengan adanya riwayat gout dalam keluarga.

2) Mengkonsumsi makanan sehari-hari yang mengandung purin tinggi.

3) Meminum alkohol berlebih.

4) Hipertensi, penyakit jantung, gangguan fungsi ginjal, memiliki penyakit

diabetes miletus.

5) Menggunakan obat-obat dalam jangka waktu lama.

6) Kurang minum air putih.

7) Kelebihan berat badan (obesitas).

8) Faktor lain seperti stress,diet ketat, cedera sendi, darah tinggi, dan

olahraga berlebihan.

h. Faktor Eksternal yang dapat mempengaruhi pemeriksaan kadar asam urat


29

1. Pra analitik

a. Identitas pasien harus lengkap dan jelas

b. Pengambilan sampel Pada pengambilansampel darah harus dicegah

terjadinya hemolisis. Hemolisis berat bisa mengakibatkan pecahnya

eritrosit,sehingga zat yang ada dalam bekuan masuk ke plasma.

c. Posisi pengambilan sampel Volume darah orang dewasa pada saat berdiri

berkurang 600 ml dibandingkan pada saat berbaring.Hal ini disebabkan oleh

volume plasma yang relativ berkurang pada saat berdiri karena terjadi

peningkatan protein plasma.Maka posisi pengambilan darah sebaiknya

duduk kecuali pada kasus penyakit berat.

d. Penanganan sampel Sampel darah yang telah diperoleh dibiarkan membeku

dulu guna menghindari terjadinya hemolisis dan menghilangkan benang-

benang fibrin.Setelah dibekukan langsung disentrifuge .

2. Tahap Analitik

a. Reagen Perlu diperhatikan pada penggunaan reagen adalah :

1) Fisik, kemasan, dan tanggal kadaluarsa

2) Suhu penyimpanan

b. Alat Perlu diperhatikan pada penggunaan peralatan :

1).Bagian-bagian fotometer dan alat ukur otomatis lainnya harus berfungsi

dengan baik ( kalibrasi alat )

2) Pipet juga harus dipantau secara teratur ketepatannya

3).Kebersihan,keutuhan dan ketepatan merupakan persyaratan yang harus

dipenuhi agar alat dapat dipakai


30

c.Metode Pemeriksaan Dalam memilih metode pemeriksaan hendaknya

dipertimbangkan :

1) Reagen yang mudah diperoleh

2) Alat yang tersedia dapat untuk memeriksa dengan metode

3) Suhu pemeriksan dipilih sesuai dengan tempat kerja

4) Metode pemeriksan yang mudah dan sederhana

3.Tahap Post Analitik

Pencatatan hasil dan pelaporan hasil dilakukan secara teliti dan benar

I.Penyakit Akibat Asam Urat

Tingginya kadar asam urat serum bisa menimbulkan pengendapan

kristal monosodium urat (MSU) di jaringan yang bisa menimbulkan berbagai

penyakit seperti radang sendi akut dan kronik, tofi dan terganggunya fungsi

ginjal serta terbentuknya batu urat Penyakit akibat asam urat (Dalimartha,

2003; Smart, 2013) adalah :

1) Arthritis gout :

a) Hiperurisemia asimptomatik.

b) Arthritis gout akut.

c) Interkritikal gout.

d) Arthritis gout kronik bertrofi.

e) Batu ginjal.
31

f) Gangguan fungsi ginjal :

(1) Nefropati urat.

(2) Nefropati asam urat.

j.Diagnosa Asam Urat

Pemeriksaan untuk diagnosis asam urat meliputi :

1) Pemeriksaan laboratorium :

a) Kadar asam urat darah (serum)

Pemeriksaan ini di lakukan apabila kadar asam urat dalam darah

melebihi nilai normal, pada laki-laki melebihi 7 mg/dl dan pada

perempuan melebihi 6 mg/dl, sedangkan pada urine melebihi 750-

1000 mg/24 jam dengan diet biasa. Selain itu juga dilakukan

pemeriksaan gula darah, ureum, kreatinin, disertai pemeriksaan profil

lemak darah untuk menguatkan diagnosis.

b) Ekskresi asam urat urine per 24 jam.

c) Pemeriksaan cairan sendi dilakukan di bawah mikroskop untuk

melihat kristal monosodium urat (MSU) pada cairan sendi.

d) Pemeriksaan radiologi digunakan untuk melihat proses yang terjadi

dalam sendi dan tulang.

e) Selain itu ditemukan pula hasil pemeriksaan laboratorium berupa

pemeriksaan C-Reaktif Protein biasanya positif, laju endap darah

(LED) meningkat, leukosit normal atau meningkat, anemia normositik


32

hipokrom, trombosit meningkat, kadar albumin serum turun dan

globulin naik (Anonim, 2010; Mansjoer dkk; Smart, 2013).

4.Fotometer

a. Pengertian

Fotometer merupakan peralatan dasar dilaboratorium klinik untuk mengukur

intensitas atau kekuatan cahaya suatu larutan. Sebagian besar laboratorium klinik

menggunakan alat ini karena alat ini dapat menentukan kadar suatu bahan

didalam cairan tubuh seperti serum atau plasma. Prinsip dasar fotometri adalah

pengukuran penyerapan sinar akibat interaksi sinar yang mempunyai panjang

gelombang tertentu dengan larutan atau zat warna yang

dilewatinya.(Cahyaningsih, 2014)

b. Prinsip Dasar

Prinsip kerja fotometer yaitu sampel yang telah diinkubasi kemudian

disedotkan pada aspirator sehingga masuk ke dalam kuvet dan dibaca oleh sinar

cahaya kemudian sampel akan disedot kembali dengan pompa peristaltik menuju

ke pembuangan. Sampel yang digunakan harus dimasukkan dalam inkubator. Hal

ini agar reagen-reagen dalam sampel bekerja secara maksimal.


33

c. Cara Kerja

Gambar 233.6 Alat Fotometer

http//:a3binstrumen.blogspot.com/2013/02/fotometer.html?m=1

Cara Pengoperasian

Persiapan Sample :

1.Fotometer disambungkan dengan sumber arus listrik 220 volt.

2.Tekan tombol power on.

3.Instrumen dibiarkan stabil dengan didiamkan sekitar 10 menit.

4.Selang peristaltic dan pompa dihubungkan.

5.Sebelum digunakan untuk analisis sample, alat dicuci dahulu dengan

aquabidea dengan cara selang aspirator dicelupkan ke dalam aquabides,

lalu tekan tombol washing pada monitor. Aquabides akan terhisap ke

dalam alat dan dilakukan proses pencucian. Pencucian dilakukan untuk

mendorong gelembung-gelembung udara atau kontaminan yang terdapat

di dalam selang untuk masuk ke pembuangan. Pencucian dilakukan 10

kali.
34

Pengukuran Sample :

1.Sample diinkubator selama 5-10 menit.

2.Ukurlah blanko, sample, dan standar.

3.Lakukan set up pada suhu kuvet.

4.Blanko akan dihisap dan dianalisis hingga keluar struk data.

Cara Mematikan :

1.Cuci dengan disinfektan 10% (deterjen dan aquades).

2.Dibilas dengan aquabides 10 kali.

3.Setelah itu, dicuci dengan udara agar alat yang dilalui cairan akan

kering.

4.Selang peristaltic dikembalikan pada keadaan semula.

5.Alat dibersihkan dengan tisu dan tutup dengan plastic yang telah

disediakan agar terhindar dari debu dan kotoran.

6.Alat diputuskan dari power supply.

Cara Pemeliharaan :

1.Alat ditempatkan pada ruangan bersuhu dan kelembaban tetap (ber-

AC).

2.Alat ditempatkan pada meja yang datar dan permanen.

3.Sebelum dan setelah menggunakan instrument tesebut, harus dicuci

minimal 10 kali.

4.Setelah digunakan, selang peristaltic harus dikembalikan pada

keadaan semula.

5.Instrumen harus dibersihkan dari debu.


35

6.Jika terjadi kerusakan, hubungi agen atu supplier. .(cahyaningsih

,2014)

B.Kerangka Konsep
Faktor post analitik

1.pencatatan hasil

2.pelaporan hasil
Faktor pra analitik

1. Pola makan
2. Kegemukan Kadar Asam Urat
3. Faktor usia

1000 rpm 1500 rpm 2000 rpm 2500 rpm 3000 rpm
2,4,6,8,10 2,4,6,8,10 2,4,6,8,10 2,4,6,8,10 2,4,6,8,10
menit menit menit menit menit

Faktor analitik

1.kalibrasi alat

2.penyimpanan dan kadarluarsa


reagen

3..pemeriksaan sampel

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

: Mempengaruhi
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboraturium Kimia Klinik Poltekkes

Kemenkes Mataram

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Maret bulan Juni 2020

B. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pre eksperimental

(experimental sesungguhnya) yang dilakukan di laboratorium yang

bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang timbul

sebagai akibat dari adanya perlakuan (Notoatmodjo, 2012).

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak

Lengkap (RAL). Perlakuan terdiri dari lima pemberian kecepatan

perputaran centrifuge dalam satuan rpm ( rotation permenit ), dan

pemberiaan lima waktu yang berbeda, dengan menggunakan lima

perlakuan sebagai berikut:

T1. Darah di centrifuge kecepatan 1000 rpm dengan waktu

: 2 menit , 4 menit , 6 menit , 8 menit dan 10 menit .

T2. Darah di centrifuge kecepatan 1500 rpm

dengan waktu : 2 menit , 4 menit , 6 menit , 8

36
37

menit dan 10 menit .

T3. Darah di centrifuge kecepatan 2000 rpm

dengan waktu : 2 menit , 4 menit , 6 menit , 8

menit dan 10 menit .

T4. Darah di centrifuge kecepatan 2500 rpm

dengan waktu : 2 menit , 4 menit , 6 menit , 8

menit dan 10 menit .

T5. Darah di centrifuge kecepatan 3000 rpm

dengan waktu : 2 menit , 4 menit , 6 menit , 8

menit dan 10 menit .

C.Unit Eksperimen

Unit eksperiment dalam penelitian ini adalah : serum yang di centrifuge dengan

variasi kecepatan 1000 rpm ,1500 rpm , 2000 rpm , 2500 rpm , 3000 rpm dan

variasi waktu centrifuge 2 menit , 4 menit , 6 menit , 8 menit , dan 10 menit .

D. Besar Unit Eksperiment

Besar unit eksperiment dalam penelitian ini di tentukan dengan

menggunakan rumus Federeer dalam Buku Kemas Hanafiah (2010)


38

dengan rumus sebagai berikut :

(t-1) (r-1) ≥ 15

Keterangan :

t : treatmeant ( jumlah perlakuan )

r : replication ( jumlah pengulangan )

15 : derajat kebebasan umum

Perhitungan jumlah pengulangan dalam penelitian ini adalah :

( t-1 ) ( r-1 ) ≥ 15

( 5-1 ) ( r-1 ) ≥ 15

(4) ( r- 1 ) ≥ 15

r ≥ 16/ 4 = r ≥ 4

1. Menentukan unit jumlah percobaan

N=t×r

= 5× 4

= 20 unit percobaan

Keterangan :

N = Jumlah unit percobaan

t = Perlakuan

Jadi berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus tersebut maka

jumlah unit experiment sebanyak 20 unit experiment.


39

E.Cara Pengambilan Sampel

Tekhnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Non Random Purvosive Sampling yaitu pengambilan sampel yang

didasarkan pada suatu kriteria tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri dan

berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya

.(Notoatmodjo, 2012)

Dengan kriteria inklusi sebagai berikut :

a. Penduduk dengan kadar asam urat darah yang melebihi batas normal

b. Tidak membedakan usia dan jenis kelamin

c. Bersedia untuk diambil darahnya

F. Variabel penelitian

1. Variabel penelitian independent

variabel independent adalah variasi kecepatan centrifuge : 1000 rpm , 1500

rpm , 2000 rpm ,2500 rpm , 3000 rpm , dan variasi waktu : 2 menit , 4 menit

,6 menit , 8 menit , 10 menit .

2. Variabel penelitian dependent variabel

Variabel penelitian dependent variabel adalah pemeriksaan kadar asam

urat.
40

G.Definisi Operasional

1.. Dalam penelitian ini serum akan di centrifuge dengan variasi

kecepatan centrifuge : 1000 rpm , 1500 rpm , 2000 rpm ,2500 rpm ,

3000 rpm .

2. Serum akan centrifuge dengan variasi waktu : 2 menit , 4 menit ,6

menit , 8 menit , 10 menit .

3.Kadar asam urat dalam darah normalnya yaitu pada kategori laki-laki

3,4-7 mg/dl, pada katagori perempuan 2,4-6 mg/dl, sedangkan pada

kategori dalam urine 250-750 mg/dl/24 jam. Apabila kadar asam urat

dalam darah melebihi daya larutnya,maka plasma darah akan menjadi

sangat jenuh dan keadaan ini disebut dengan hiperurisemia. Salah satu

contoh penyakit yang ditandai dengan hiperurisemia adalah penyakit

gout atau arthritis gout .(Ridhoputrie et al., 2019)

H. Jenis Data dan Skala data

1. Jenis data dan Skala data dari variabel independent berupa variasi

kecepatan dan waktu centrifuge yang di katagorikan dalam perlakuan :

1.. Darah di centrifuge kecepatan 1000 rpm dengan waktu :

2 menit , 4 menit , 6 menit , 8 menit dan 10 menit .

2. Darah di centrifuge kecepatan 1500 rpm

dengan waktu : 2 menit , 4 menit , 6 menit , 8


41

menit dan 10 menit .

3. Darah di centrifuge kecepatan 2000 rpm

dengan waktu : 2 menit , 4 menit , 6 menit , 8

menit dan 10 menit .

4. Darah di centrifuge kecepatan 2500 rpm

dengan waktu : 2 menit , 4 menit , 6 menit , 8

menit dan 10 menit .

5. Darah di centrifuge kecepatan 3000 rpm

dengan waktu : 2 menit , 4 menit , 6 menit , 8

menit dan 10 menit .

2. Jenis data dan Skala data dari variabel independent berupa variasi

kecepatan centrifuge : 1000 rpm , 1500 rpm , 2000 rpm ,2500 rpm , 3000

rpm , dan variasi waktu : 2 menit , 4 menit ,6 menit , 8 menit , 10 menit

maka skala datanya adalah nominal, kemudian skala variabel dependent

berupa kadar asam urat skala datanya adalah rasio.


42

I. Cara Pengumpulan Data

1. Alat dan bahan

Alat :

a. Handscoon

b. Masker

c. Tissue

d. Spuit

e. Tabung

f. Centrifuge

g. Photometer 2000

h. Rak tabung

Bahan :

a. Antikoagulan EDTA

b. Darah pasien Asam Urat

c. Alkohol

d. Kapas kering

Plester

2. Pengambilan sampel

a. Disiapkan alat dan bahan terlebih dahulu.

b. Setelah itu lakukan perkenalan kepada pasien dan sekaligus

pendataan kepada pasien.

c. Memasang ikatan pembendung (Tourniquet) pada lengan bagian

atas.
43

d. Melakukan palpasi hingga vena teraba.

e. Membersihkan daerah tusukan dengan menggunakan alkohol 70%

f. Menegakkan kulit yang berada diatas vena dengan jari-jari tangan

kiri supaya tidak bergerak.

g. Menusukkan jarum kedalam kulit hingga masuk ke dalam vena

penghisap semprit sampai jumlah darah yang dikehendaki di dapat.

h. Melepaskan pembendungan, kemudian meletakkan kapas kering di

atas jarum kemudian semprit dikeluarkan dari vena.

i. Jarum semprit dibuka dan darah di alirkan ke dalam wadah atau

tabung yang tersedia dan telah berisi antikoagulan melalui dinding

dan di homogenkan.

j. Sampel darah yang diproleh dari darah vena asam urat yang diambil

sebanyak 5 ml kemudian darah dibagi menjadi 5 bagian.

3. Cara pembuatan serum

a) Siapkan tabung reaksi yang bersih dan kering

b) Masukkan darah yang telah diambil tadi sebanyak 1 ml

c) Setelah itu darah di homegenkan dan setelah dihomogenkan darah

dicentrifuge dengan variasi kecepatan centrifuge : 1000 rpm , 1500 rpm

, 2000 rpm ,2500 rpm , 3000 rpm , dan variasi waktu : 2 menit , 4 menit

,6 menit , 8 menit , 10 menit .


44

Tabel 3.1 Pengembagiaan serum asam urat variasi cepatan dan waktu centrifuge

Kadar Asam Urat

REPLIKASI
waktu 1000 rpm 1500 rpm 2000 rpm 2500 rpm 3000 rpm

1 2 menit

2 4 menit

3 6 menit

4 8 menit

5 10 menit

Jumlah

rata rata

d) Setelah darah di centrifuge, selanjutnya lakukan pemeriksaaan asam

urat dengan menggunakan alat photometer 2000 yang telah di siapkan.

4.Pemeriksaan kadar Asam Urat

a .Siapkan 3 tabung reaksi 5 ml (untuk blanko, standar, dan sampel)

b .Pada tabung blanko dimasukkan 1000µl reagen Asam Urat

c. Pada tabung standar dimasukkan 20µl standar + 1000µl reagen Asam Urat
45

d. Pada tabung sampel dimasukkan 20µl sampel serum + 1000µl reagen Asam

Urat

e. Homogenkan tiap tabung dan inkubasi selama 10 menit, pada suhu 25 0c,

kemudian baca pada photometer.

5. Cara penggunaan photometer 2000

1) Hubungkan alat dengan listrik

2) Tekan tombol “ON” pada belakang alat

3) Tekan “MENU”

4) Tekan nomor test yang akan dilakukan (Glukosa Darah)

5) Tekan “ENTER”

6) Ikuti perintah yang tertera pada display alat

7) Jika telah selesai, bilas dengan aquadest dengan menekan tombol

“PURGE”

8) Matikan alat dengan menekan tombol “OFF” pada bagian belakang

alat

9) Lepaskan hubungan alat dengan listrik

Catat hasil yang telah di dapatkan dan lakukan analisis data dari

hasil yang di dapatkan.(Nugraha, 2015)


46

J. Alur penelitian

Persiapan alat dan bahan

Pengumpulan sampel darah

1000 rpm dalam 1500 rpm dalam 2000 rpm dalam 2500 rpm dalam 3000 rpm dalam
waktu 2,4,6,8,10 waktu 2,4,6,8,10 waktu 2,4,6,8,10 waktu 2,4,6,8,10 waktu 2,4,6,8,10
menit menit menit menit menit

Baca dengan
metode
konvensional

Lakukan pemeriksaan serum asam urat


dengan fotometer

hasil

kesimpulan
47

K. Pengolahan dan Analisis data


1. Pengolahan data
a. Cara pengolahan
Untuk pengolahan data hasil pengukuran kadar asam urat pada
serum dengan variasi kecepatan dan waktu centrifuge, dapat
dimasukkan dalam contoh table.

Tabel 3.2 kadar Asam urat dengan variasi kecepatan dan waktu
centrifuge

Kadar Asam Urat

REPLIKASI
waktu 1000 rpm 1500 rpm 2000 rpm 2500 rpm 3000 rpm

1 2 menit

2 4 menit

3 6 menit

4 8 menit

5 10 menit

Jumlah

rata rata

b. Analisis data
Data yang diperoleh dari penelitian pengaruh Antikoagulan

terhadap kadar kolesterol total yang di lakukan uji statistik untuk

mengetahui adanya pengaruh pelakuan terhadap masing-masing

variabel dilakukan uji two Way Annova . uji ini dilakaukan jika data

yang diperoleh berdistribusi normal dan homegen pada tingkat


48

kepercayaan 95% atau α = 0,05 tetapi jika data tidak terdistribusi

normal dan homogeny maka Dilanjutkan uji non parametric Kruskal

Wallis dengan bantuan computer program SPSS (Dahlan, 2008 )

Hipotesa statistik adalah :

Ho = tidak Pengaruh Variasi Kecepatan dan Waktu Centrifuge

Serum Terhadap Kadar Asam Urat dengan Metode Fotometer

Ha = ada Pengaruh Variasi Kecepatan dan Waktu Centrifuge

Serum Terhadap Kadar Asam Urat dengan Metode Fotometer,

Jika hasiil statistik uji beda rata-rata menunjukan probabilitas ˂α

0,05 maka Ho ditolak , Ha diterima yang berarti ada pengaruh

variasi kecepatan dan waktu centrifuge pada kadar asam urat .

jika probabilitas ˃α 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang

berarti tidak ada pengaruh variasi kecepatan dan waktu centrifuge

pada kadar asam urat.


49

DAFTAR PUSTAKA

Adam, A., & Dkk. (2017). Analisis Performa Sentrifugasi Pada Produksi
Purified Biobutanol Melalui Fermentasi Molasses Dengan Agen
Biokonversi. Academia.Edu, (January).
AgroMedia R. (2010). Pustaka, Jakarta.
Aminah, M. S. (2013). Jakarta: Dunia Sehat. Khasiat Sakti Tanaman Obat
Untuk Asam Urat.
Aminah M.S. (2012). Dunia Sehat, Jakarta Timur.
Cahyaningsih, ade lina. (2014). fotometer. mataram.
D, D. (2013). Yogyakarta. Sembuh Total Diabetes Asam Urat Hipertensi
Tanpa Obat. Pinang Merah Residence Kav.14.
Dalimartha, S. (2003). Resep Tumbuhan Obat untuk Asam Urat. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Dianati, N. A. (2015). Gout and hyperuricemia. 4, 82–89.
Festy, P., & Dkk. (2010). Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kadar
Asam Urat Drarah pada wanita Postmenopause di Posyandu Lansia
Wilayah Kerja Puskesmas Dr. Soetomo Surabaya. Jurnal.
Gardjito, W. (2010). Retensi Urin Permasalahan dan Penatalaksanaannya.
Gopala, J. (2016). Pengaruh Kecepatan Sentrifugasi terhadap hasil
pemeriksan sedimen Urine pagi metode konvesional (p. 83). p. 83.
Hardiyanti, L., & Syarif, R. (2016). No Title.
Haryani, D., & Dkk. (2014). laporan praktikum instrumentasi centrifuge.
Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar (RIKESDAS, Ed.). Jakarta:
Balitbang Kemenkes Ri.
Krisnatuti, Yenrina, V. (1997). Mataram.
Kusnadi, K. (2009). 25 Desember 2016. Asam Urat. Http: //dhammacitta.
Org/forum/index. Php?topic=5584. 5;wap2.
Mansjoer, Kaspuji T, Rakhmi S, Wahyu, Wiwiek, A. D. (1999). Mataram.
Ngili Y. (2013). Rekayasa , Bandung.
50

Notoatmodjo. (2012). No Title. In Metodelogi Penelitian Kesehatan. jakarta:


Rieneka Cipta.
Nugraha. (2015). Biokimia darah. jakarta.
Rahayu T. (2005). jurnal penelitian sains dan teknologi FKIP UMS (F. UMS,
Ed.). jakarta.
Rianto, S., & Dkk. (2016). Analisis kerusakan Centrifuge ( XD-301 )
padaproses pemisahan Urani Nitrat seksi 300 instansi PCP. 2(3), 13–
20.
Ridhoputrie, M., Karita, D., Romdhoni, M. F., & Kusumawati, A. (2019).
Hubungan pola makan dan gaya hidup dengan Kadar Asam Urat
pralansia dan lansia di wilayah kerja puskesmas i kembaran
,Banyumas,Jawa Tengah.
Sacher, A. R. (2012). Tinjauan Hasil Pemeriksaan Laboratorium.
Sadikin. (2014). Biokimia darah (Medika Widya, Ed.). jakarta.
Sibella, R. (2010). Klaten : Galmas Publisir. Libas Asam Urat Dengan
Terapi Herbal, Buah, Sayuran.
Smart A. (2013). Rematik Dan Asam Urat Pengobatan Dan Terapi Sampai
Sembuh Total. A-Plus Books, Jogyakarta.
Suriana, N. (2014). Herbal Sakti Atasi Asam Urat.
Sustrani L., Alam S., H. I. (2006). Cetakan ketigaPT Gramedika Utama,
Jakarta.
Untari, I., & Sarifah, S. (2020). Hubungan antara Penyakit Gout dengan
Jenis Kelamin dan Umur pada Lansia. 267–272.
Utami, P. and T. L. (2005). Jakarta ; Agro Media Pustaka. Tanaman Obat
Untuk Mengatasi Reumatik Dan Asam Urat.
Yusida, N. (2011). Identifikasi jumlah dan jenis kesalahan Pra Analitik di
laboratorium patologi klinik RSUD Dr Moewardi. Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai