Anda di halaman 1dari 11

TEORI DAN KONSEP DASAR HIPNOTERAPI

Oleh : dr. Aan Susianti, SpKJ, M.Kes


A. PENGERTIAN HIPNOTERAPI
Hipnoterapi adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari manfaat sugesti untuk mengatasi
masalah pikiran, perasaan dan perilaku. Hipnoterapi dapat juga dikatakan sebagai suatu teknik terapi pikiran dan
penyembuhan yang menggunakan metode hipnotis untuk memberi sugesti atau perintah positif kepada pikiran
bawah sadar untuk penyembuhan suatu gangguan psikologis atau untuk mengubah pikiran, perasaan, dan perilaku
menjadi lebih baik. Orang yang ahli dalam menggunakan hipnotis untuk terapi disebut "hypnotherapist".
Hipnoterapi menggunakan pengaruh kata - kata yang disampaikan dengan teknik - teknik tertentu. Satu - satunya
kekuatan dalam hipnoterapi adalah komunikasi. (Kahija YF., 2007)
B. DEFINISI HIPNOSIS
Kata "hypnosis" pertama kali diperkenalkan oleh James Braid, seorang dokter ternama di inggris yang hidup
antara tahun 1795 - 1860. Sebelum masa James Braid, hypnosis dikenal dengan nama Mesmerism / Magnetism.
Hipnosis berasal dari kata "hypnos" yang merupakan nama dewa tidur orang yunani. Namun perlu dipahami bahwa
kondisi hypnosis tidaklah sama dengan tidur. Orang yang sedang tidur tidak menyadari dan tidak bisa mendengar
suara-suara disekitarnya. Sedangkan orang dalam kondisi hipnosis, meskipun tubuhnya beristirahat (seperti tidur), ia
masih bisa mendengar dengan jelas dan merespon informasi yang diterimanya.
Hipnosis merupakan satu keadaan setengah sadar yang jika dilihat penampakannya mirip dengan tidur,
disebabkan oleh suatu sugesti relaksasi dan perhatian yang terkonsentrasi pada sebuah objek tunggal. Individu
tersebut menjadi tersugesti dan responsif terhadap pengaruh orang yang menghipnosis dan dapat mengingat kembali
kejadian-kejadian yang telah dilupakan serta dapat meredakan gejala psikologis (WHO, 1994).
Martin Orne mendefinisikan hipnosis sebagai keadaan atau kondisi dimana orang mampu berespon terhadap
sugesti yang sesuai dengan mengalami perubahan persepsi daya ingat atau mood. Ciri penting dari hipnosis adalah
perubahan pengalaman subyektif. (Kaplan, Sadock, 2002).
Hipnosis juga didefinisikan sebagai suatu interaksi sosial seseorang yang disebut subjek, bertindak untuk
mengalami pengalaman imajinatif yang melibatkan perubahan kognisi tindakan yang diasadari berdasarkan sugesti
dari seseorang yang disebut juru hipnosis (Kilhistrom, 1997)
Saat ini, definisi yang paling banyak digunakan dan diterima berbagai lembaga / asosiasi hipnosis dan
hipnoterapi di dunia adalah definisi yang dikeluarkan oleh U.S. Dept. of Education, Human Services Division:
"hypnosis is the by-pass of the critical factor of the conscious mind followed by the establishment acceptable
selective thinking" atau "hipnosis adalah penembusan faktor kiritis pikiran sadar diikuti dengan diterimanya suatu
pemikiran
selektif
(sugesti)."
(Kahija
YF.,2007).
Hipnotis kedokteran kini terbagi atas hipnopromosi (meningkatkan kesehatan dengan hipnotis bagi orang
sehat), hipnoprevensi (mencegah gangguan kesehatan dengan hipnotis bagi orang sehat), hipnoterapi (penyehatan
dengan hinotis bagi orang sakit), serta masih ada hipnotis untuk rehabilitasi bagi orang cacat. (Syaputra MD.,2008)
SEJARAH HIPNOTERAPI
Penggunaan hipnotis sudah ada sebelum sejarah itu sendiri tercatat, sejak awal mula peradaban manusia.
Tentu saja waktu itu hipnotis belum dikenal dengan nama hipnotis. Hipnotis pada masa dulu dipraktekkan dalam
ritual agama maupun ritual penyembuhan. Catatan sejarah tertua tentang hipnotis yang diketahui saat ini berasal dari
Ebers Papyrus yang menjelaskan teori dan praktek pengobatan bangsa Mesir Kuno pada tahun 1552 SM. Hipnosis
telah dipraktekkan di tempat yang berbeda dengan berbagai istilah sejak dahulu. Sejarah hipnosis modern dimulai
pada abad ke 18. ( Kroger, 2007)
1. Franz Anton Mesmer (1734-1815)

Mesmer dinobatkan sebagai bapak hipnotisme modern. Dia seorang dokter dari Wina yang pertama kali
mengembangkan metoda penyembuhan dengan hipnotis secara ilmiah. Mesmer mengembangkan teori yang disebut
dengan teori animal magnetism yaitu adanya pengaruh medan magnet bumi terhadap tubuh manusia. Di dalam
tubuh setiap manusia terdapat cairan universal yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh. Jika cairan

dalam tubuh ini kurang banyak, tidak mengalir dengan lancar atau tersumbat, maka akan menyebabkan seseorang
menjadi tidak sehat secara mental dan fisik. Timbulnya suatu penyakit dapat dikarenakan adanya ketidak
seimbangan komposisi magnet pada tubuhnya. Mesmer terus melakukan penyembuhan dan eksperimental-nya
terhadap pasien-pasiennya yaitu dengan merangsang tubuh pasien tersebut dengan cara menempelkan lempenganlempengan magnet ke beberapa bagian tubuh yang dianggap membutuhkan kekuatan magnet, hingga seiring dengan
perkembangan waktu, Mesmer melakukan penyembuhannya tanpa menempelkan lempengan magnetnya, melainkan
melalui perantara tubuh Mesmer sendiri yang diyakini memiliki daya magnetis/kekuatan magnet. Sejak
penyembuhan ala Mesmer Inilah metode Hypnosis mulai diteliti dan menjadi bahan perdebatan dari berbagai
ilmuwan barat. Inilah cikal bakal Metode Hypnosis dijadikan sebagai sebuah keilmuan yang dapat dirasakan
manfaatnya secara klinis hingga sekarang.. ( Kroger, 2007)
2. Marquis de Puysegur (1751-1825)
Seorang dokter dari Paris dan salah seorang dari murid Mesmer. Pertama kali memperlihatkan efek Sugesti
Post Hipnotik dengan menggunakan Pohon Puysegurnya yang terkenal, dimana orang yang memegang pohon
tersebut akan menjadi histeris, lupa ingatan atau tangannya akan menempel di pohon dan tidak bisa dilepaskan, dia
juga pertama kali menggunakan istilah somnambulisme untuk kondisi trance yang dalam, dan istilah tersebut masih
dipakai hingga sekarang. ( Kroger, 2007)
3. John Elliotson (1791-1868)
John Elliotson adalah seorang dokter dari Inggeris, juga menggunakan hipnotis dalam praktek nya untuk
menyembuhkan sakit gila, epilepsi, gagap, rematik, sakit kepala dan untuk operasi tanpa obat bius. ( Kroger, 2007)
4. James Braid (1795-1860)
Seorang dokter bedah dari Inggeris. Dalam bukunya Neuro Hypnotism untuk pertama kalinya James Braid
memakai kata Hypnosis yang diambil dari bahasa Yunani Hypnos = Dewa Tidur, karena James Braid berpendapat
bahwa kondisi dalam hipnotis itu sama dengan tidur syaraf. James Braid juga adalah orang yang pertama kali
menggunakan teknik induksi dengan fiksasi mata dimana pasien diminta untuk melihat dan konsentrasi pada sebuah
bandul yang diayunkan didepan pasien, pada waktu itu induksi dengan fiksasi mata masih membutuhkan waktu
jam dan bahkan lebih. ( Kroger, 2007)
5. James Esdaile (1808-1859)
Seorang dokter bedah Irlandia yang bertugas di India dan merupakan dokter yang paling banyak melakukan
bedah tanpa obat bius dalam sejarah hipnotis, dengan menggunakan hypnosis, Esdaile melakukan 1000 operasi
tanpa obat bius, 300 diantaranya bedah mayor (membuka perut) dan 19 amputasi, sebelum izin prakteknya dicabut
oleh Medical Association of England. Pada saat itu chloroform dan obat bius lain masih belum ditemukan,
sehingga tingkat kematian pasien dalam operasi sangat tinggi, yaitu hampir 50% dari pasien meninggal dalam
operasi karena shock dan rasa takut, dan dengan hypnosis dr. James Esdaile mampu menekan tingkat kematian
pasien operasi hingga 5 7 % dan sebagai penghargaan atas jasanya, level trance yang paling dalam dimana bisa
dilakukan operasi tanpa obat bius di sebut juga Esdaile State. ( Kroger, 2007)
6. Pierre Janet (1859-1947)
Seorang Psikolog dan Psikoterapis dari Perancis. Menurut Janet, hipnotis adalah sebuah proses disosiasi atau
pemecahan/pemisahan kesadaran dari pikiran dan perasaan. Sampai saat ini teknik pemecahan kesadaran dan pikiran
tersebut masih tetap digunakan dalam hipnoterapi, terutama untuk menangani kasus fobia dan trauma. ( Kroger,
2007)
7. Jean Martin Charcot (1825-1893)
Seorang dokter saraf di Paris mengemukakan teori bahwa hipnotis adalah akibat kerentanan secara psikis, dan
menurutnya perempuan itu lebih rentan terhadap hipnotis dari pada pria. ( Kroger, 2007)
8. Hippolyte Bernheim (1837-1919)

Seorang profesor ilmu penyakit dalam yang membantah teori Charcot bahwa hipnosis itu terjadi karena
kerentanan secara psikis dari seseorang. Menurutnya hipnotis bisa terjadi karena tingkat sugestibilitas seseorang
(suyet bisa terhipnotis karena bereaksi terhadap sugesti dari juru hipnotisnya). ( Kroger, 2007)
9. Sigmund Freud (1856-1939)
Seorang dokter saraf dari Wina yang merupakan pelopor dari teori psikoanalisa yang masih dipakai saat ini.
Belajar dari Charcot dan Bernheim, Freud mulai menggunakan hipnotis dalam prakteknya meskipun tidak mengerti
cara kerjanya secara mendalam. Tapi semenjak kejadian abreaksi dimana seorang pasien terbangun dan
mencekiknya, Freud meninggalkan hipnotis sebagai salah satu metoda psikoterapi. Akibatnya perkembangan
hipnotis mengalami kemunduran sejak saat itu. ( Kroger, 2007)
10. Milton Erickson (1902-1984)
Seorang dokter dan psikiater dari Amerika dan merupakan pelopor hipnoterapi klinis modern. Berbeda
dengan pendapat pendahulunya, Milton Erickson menyatakan bahwa kemampuan dihipnotis seseorang adalah
sebuah keterampilan yang bisa dilatih, oleh karena itu semua orang bisa dihipnotis. Faktor terpenting yang
menentukan bisa tidaknya seseorang dihipnotis bukanlah bakat hipnotis/tingkat sugestibilitas, akan tetapi kualitas
hubungan dan tingkat kepercayaan yang timbul antara Juru Hipnotis dan sang pasien. Milton Erickson adalah orang
pertama yang mengembangkan teknik hipnoterapi yang lebih permisif dengan menggunakan pola bahasa hipnotis,
analogi dan metafora. Dan teknik permisif ini disebut dengan Ericksonian Hypnosis dan terkadang disebut juga
Conversational Hypnosis ( Kroger, 2007)
11. Dave Elman (1900-1967)
Dia mengembangkan teknik menghipnotis cepat yang dikenal dengan Dave Elman Induction. Dengan
teknik Induksi Elman ini, seorang suyet bisa dibimbing untuk mencapai trance yang sangat dalam (somnambulisme)
hanya dalam waktu kurang dari 4 menit, dan hal ini membuka pintu bagi aplikasi hypnosis dalam dunia medis,
terutama untuk mengatasi rasa nyeri pada pasien. Coma State adalah kondisi trance yang sangat dalam, dimana
sudah terjadi anestesi secara alami sehingga Coma State banyak digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri yang
tidak spesifik (Intractable Pain) pada pasien kanker dan juga pada pembedahan tanpa obat bius. Sesudah Dave
Elman, masih banyak lagi tokoh tokoh yang berperan dalam perkembangan hipnotis aliran barat, beberapa
diantaranya adalah Ormond McGill yang diberi julukan The Dean of Modern Stage Hypnosis , kemudian Richard
Bandler dan John Grinder. ( Kroger, 2007)
12. Richard Bandler dan John Grinder (1970)
Pada tahun 1970an, muncul sebuah lonjakan besar di area pengembangan diri. Richard Bandler, seorang ahli
komputer, dan John Grinder, profesor bahasa, bekerjasama mempelajari dan mengembangkan metode-metode yang
terdapat dibalik aksi hipnotisme dan terapi Erickson. Berkat kerja keras mereka, lahirkan gerakan terapi baru
bernama Neuro-Linguistic Programming. NLP memanfaatkan prinsip waking hypnosis untuk menciptakan efek
tranformasi dalam waktu yang sangat cepat dibandingkan hipnosis modern, apalagi hipnosis klasik. Seperti halnya
dengan Hipnotis, sekarang NLP juga dipakai untuk motivasi, pengembangan diri, bisnis, olah raga, pendidikan dll.
( Kroger, 2007). NLP diambil dari kata Neuro yang mengacu pada otak, dan Linguistic yang mengacu pada
Bahasa. Programming artinya pemasangan sebuah Rencana atau Prosedur. NLP adalah studi tentang bagaimana
bahasa, baik lisan maupun nonlisan, mempengaruhi sistem syaraf kita. Kemampuan kita untuk melakukan apapun
dalam kehidupan ini adalah didasarkan kepada kemampuan untuk mengarahkan sistem syaraf kita sendiri. Mereka
yang mampu menghasilkan hasil luar biasa melakukannya dengan menghasilkan komunikasi yang spesifik kepada
dan lewat sistim syarafnya. NLP mempelajari bagaimana orang berkomunikasi dengan diri sendiri dengan cara-cara
yang menghasilkan kondisi-kondisi banyak akal yang optimal dan oleh karenanya menciptakan jumlah pilihan
perilaku terbanyak.( Ellias., 2009)
Setelah mengalami berbagai pasang surut dan penolakkan selama berabad abad lamanya oleh kalangan
ilmuwan dan kedokteran, akhirnya hipnotis diakui sebagai salah satu alat terapeutik yang sah oleh BMA (British
Medical Association) pada tahun 1955, oleh AMA (American Medical Association) pada tahun 1958, oleh APA

(American Psychological Association) pada tahun 1960 dan sampai sekarang profesi sebagai seorang Hipnoterapis
diluar negeri diakui sebagai sebuah profesi sah menurut undang undang. (Elias.,2009)
TEORI HIPNOSIS
A. Teori yang mendasari fenomena hypnosis
Secara umum teori-teori mengenai hipnosis tersebut dibagi dalam 2 kategori besar, yaitu :
1. Teori berdasarkan neuropsiko-fisiologis yang menerangkan hipnosis sebagai suatu keadaan dimana kondisi otak
berubah dan oleh karena itu faal otakpun juga berubah. Teori berdasarkan psikologis yang memandang sebagai
hubungan antar manusia yang khas (termasuk teori sugesti, disosiasi, psikoanalitik, psychic relative exclusion dan
lain-lain).
(Kaplan
&
Sadock,
2004).
2. Teori psikofisiologis. Beberapa peneliti menerapkan formasi retikulare, hipokampus, dan struktur subkortikal
yang memerantarai komunikasi. Hingga teori teori yang lain termasuk inhibisi sel ganglion otak, eksitasi dan
inhibisi dari neuron-neuron, fokus eksitasi sentral yang mengelilingi area non eksitasi, anemia serebral, pergeseran
energi saraf dari sistem saraf pusat menuju sistem vasomotor, perlambatan vasomotor mengakibatkan anemia lobus
frontal synaptic ablation dimana impuls-impuls saraf langsung masuk ke dalam sejumlah canel-canel yang lebih
kecil (perhatian selektif) juga dipertimbangkan.
Teori imobilisasi. Hypnosis suatu waktu mungkin diperlukan oleh manusia sebagai mekanisme pertahanan
perlindungan menghadapi ketakutan atau bahaya. Teori ini berdasarkan pada pengamatan Pavlov bahwa satusatunya kesempatan seekor hewan bertahan hidup adalah untuk tetap imobile (tidak bergerak) agar terlepas dari
pengamatan. (Kroger, 2007). Walaupun diinduksi berbeda-beda pd hewan, RI (Reaksi imobilisasi) ditimbulkan
terutama oleh faktor fisik dan insting. Pada manusia diakibatkan dari interaksi faktor-faktor ini dengan pengalaman
arti dari simbul dan kata-kata. Dan lagi hipnosis manusia dan hewan tidak mirip, induksi berulang pada hewan
dengan penurunan kerentanan hipnotik, sedangkan pada manusia meningkatkannya. (Kroger, 2007)
Pada umumnya stimulus sekuat apapun seperti ketakutan, menyebabkan hewan dan manusia tertentu membeku.
Konsep ini berlanjut pada teori hipnosis pingsan-mati. Akan tetapi teori ini tidak menjelaskan bagaimana hipnosis
terjadi pd manusia. Bersamaan itu , hipnosis dijelaskan sebagai suatu keadaan kesiapan tindakan emosi yang
makin bertambah menghubungkan ke bawah pada pengaruh kortek sbg satu filogeni keatas, namun demikian secara
konsisten muncul pada organisme hewan dlm berbagai bentuk. (Kroger, 2007)
Hipnosis sbg suatu status hysteria. Pada suatu waktu, hipnosis dianggap sebagai suatu gejala histeria;
hanya individu histeris yg diyakini dapat dihipnotis. Kesimpulan ini diambil oleh Charcot dg dasar hanya beberapa
kasus dalam keadaan patologis. Hipotesis seperti ini untenable (tak dapat dipertahankan), seberapa besar kerentanan
terhadap hipnosis adalah tidak patognomonik pada neurosis : individu normal, nyatanya, dengan mudah dihipnotis.
Walaupun orang histeri lebih mudah disugesti dari pada individu normal, tidak perlu untuk mengikuti bahwa
peningkatan sugestibilitas adalah tanda histeria. (Kroger, 2007)
Teori Inhibisi dan aktivitas ideomotor. Hal itu dianggap oleh beberapa penulis bahwa efek sugestibilitas
adalah hasil dari inhibisi dan tindakan ideomotor, dan sugestibilitas hanya sebuah pengalaman dari imaginasi yang
diaktualisasikan hingga aktivitas ideomotor. Meskipun teori ini memperkirakan/menjelaskan, kepada sebuah
tingkat, untuk reaksi fisik dan sama tinggi untuk beberapa reaksi fisiologis mencatat selama hipnosis, itu gagal untuk
menjelaskan reaksi fisiologis yang rumit yang timbul selama hipnosis. (Kroger.,2007)
Teori Neodisosiasi dan disosiasi. Selama beberapa tahun diduga bahwa seseorang yang dihipnotis berada
dalam kondisi disosiasi, area-area tertentu dari perilaku terbelah dari aliran utama kesadaran, oleh karena itu
hipnosis menghapus control kehendak dan sebagai hasilnya seseorang merespon hanya dengan perilaku otonomik
pada tingkat reflek. Jika teori disosiasi adalah valid, maka amnesia dapat dihilangkan oleh sugesti dari pelaksana.
Selain itu amnesia akan selalu terjadi secara spontan. Hipnosis telah dijelaskan sebagai disosiasi kesadaran dari
sebagian besar sensori meski dengan tegas peristiwa yang berhubungan dengan saraf disimpan. Sementara ini
sebagian besar, itu tidak membantu kita untuk memahami jenis sesungguhnya dari hipnosis. Golongan disosiasi
tidak hanya hipnosis tetapi juga banyak kondisi siaga/waspada lain dari kesadaran seperti mimpi-mimpi, kondisi
hipnagogik, highway hypnosis, kondisi melamun, pemisahan atau depersonalisasi dilihat pada beberapa tipe
pemujaan agama/ ritual agama dan banyak fenomena mental lainnya. (Kroger.,2007)
Teori Disosiasi. Teori lama ini tidak mempunyai nama baik lagi/ jatuh ke dalam lembah kehinaan/ketika

diperagakan lebih sering sebagai ganti dari amnesia atau disosiasi, disana ada hyperacuity dan pengaturan yang lebih
baik dari seluruh makna selama hipnosis. Oleh karena itu, meskipun beberapa tingkat dari disosiasi terjadi ketika
amnesia muncul, itu bukan berarti indikasi bahwa disosiasi menghasilkan hipnosis atau serupa untuknya. Hilgard
menemukan teori disosiasi Janet menarik, dan menerima sebagai dalil teori neodisosiasi. Meskipun teori ini tidak
diselesaikan, hilgard menunjukkan bahwa kontrol ego normal adalah memperhatikan kebutuhan kami,
.memperbolehkan perilaku yang dapat diterima masyarakat dan pilihan yang masuk akal. Namun demikian dia
mencatat bahwa proses lain dibawa di sisi luar kontrol normal dimana pada saatnya dapat berfungsi simultan dengan
mereka. (Kroger.,2007)
Teori memainkan peran. Teori ini beranggapan bahwa individu yang dihipnotis memainkan peran dan
membiarkan penghipnotis menciptakan realitas untuk mereka. Umumnya, selama proses hipnotis orang menjadi
lebih reseptif (mudah menerima) sugesti, menyebabkan mereka berubah dalam cara merasakan, berpikir, dan
berperilaku. Beberapa psikolog seperti Robert Baker mengklaim bahwa apa yang kita sebut dengan hipnotis
sebenarnya adalah bentuk dari perilaku sosial yang dipelajari. Sementara psikolog seperti Sarbin dan Spanos
beranggapan bahwa subjek bermain peran dengan pengharapan sosial yang kuat, subjek percaya bahwa mereka
dalam keadaan terhipnotis, kemudian mereka berperilaku dengan cara yang mereka bayangkan bagaimana seorang
yang dihipnotis akan berperilaku. (Kroger.,2007)
Teori regresi. Konsep psikoanalisis. Sebuah tiruan diantara psikoanalisis dan teori fisiologi Pavlov dicoba
oleh Kubic dan Margolin. Peneliti-peneliti ini merasa bahwa subyek menuju sebuah regresi infantile dengan
hipnosis penuh berisi sebuah peran permainan dahulu oleh orangtua. Gill dan Brenman beranggapan bahwa
hipnosis adalah sebuah regresi pelayanan dari ego, transferensi (sebuah transfer/pemindahan oleh pasien kepada
pelaksana dari perasaan emosi terhadap orang lain) adalah sebuah elemen penting dari hipnosis. Untuk Kubic, ini
hanya sebuah fenomena sekunder yang boleh ada atau boleh tidak ada. Baginya tidak ada seting psikofisiologis
khusus yang merupakan penyimpanana proses hipnosis. Kubic percaya motivasi lebih bermakna daripada konsep
regresi dalam memahami respon hipnosis. Hodge menekankan konsep kontraktual dari hipnosis. Sebagai sebuah
ilustrasi dari konsep ketidakpatuhan yang lebih besar, . (Kroger.,2007)
Cara kerja hipnosis. Kondisi hipnosis sebenarnya identik dengan gelombang otak alfa dan theta. Saat
seseorang berada dalam kondisi trance maka kisaran gelombang otaknya pasti berada di antara alfa dan theta. Yang
sangat menarik, bahwa kondisi Beta, Alpha, dan Theta, merupakan kondisi umum yang berlangsung secara
bergantian dalam diri kita. Suatu saat kita di kondisi Beta, kemudian sekian detik kita berpindah ke Alpha, sekian
detik berpindah ke Theta, dan kembali lagi ke Beta, dan seterusnya. (Ellias.,2009). Pada saat setiap orang menuju
proses tidur alami, maka yang terjadi adalah gelombang pikiran ini secara perlahan-lahan akan menurun mulai dari
Beta, Alpha, Theta, kemudian Delta dimana kita benar-benar mulai tertidur. Perpindahan wilayah ini tidak
berlangsung dengan cepat, sehingga sebetulnya walaupun seakan-akan seseorang sudah tampak tertidur, mungkin
saja ia masih berada di wilayah Theta. Pada wilayah Theta seseorang akan merasa tertidur, suara-suara luar tidak
dapat didengarkan dengan baik, tetapi justru suara-suara ini didengar dengan sangat baik oleh pikiran bawah
sadarnya, dan cenderung menjadi nilai yang permanen, karena tidak disadari oleh pikiran sadar yang bersangkuta
(Ellias.,2009).
KONSEP DASAR HIPNOSIS
Pikiran bawah sadar manusia menyimpan misteri yang luar biasa. Banyak hal yang menyangkut manusia
bersumber dari berbagai data dan nilai yang tersimpan di pikiran bawah sadar. Pikiran bawah sadar tidak saja terkait
dengan perilaku dan mental, tetapi lebih jauh lagi pikiran bawah sadar dapat merubah metabolisme, mempercepat
penyembuhan, atau bahkan memperburuk suatu kondisi penyakit. (Rusli SI, Wijaya SA.,2009).
A. Subconcious Programming.
Pada hipnosis dikenal istilah Subconcious Programming dimana rangsang yang diterima seseorang melalui
panca indera (visual, auditorik, kinesetik, gustatorik dan olfaktorik) akan mempengaruhi belief system maupun self
image yang ditentukan oleh kira-kira 12 % produk concious dan 88 % subconscious. Dengan dasar inilah konsep
hipnosis bekerja untuk memberikan nilai-nilai baru pada seseorang yang akhirnya akan berdampak pada perubahan
pola pikir maupun tindakan seseorang yang telah menjalani proses hipnosis (Rusli.,2009)
B. Proses hipnosis.

Adalah proses untuk merubah kondisi normal state ke kondisi hipnotic state. Hipnotic State adalah suatu
kondisi dimana seseorang cenderung lebih sugestif sehingga dapat menerima saran-saran yang dapat berubah
menjadi nilai-nilai baru. Dengan mengistirahatkan pikiran sadar (conscious mind) melalui hipnosis, seseorang dapat
diberikan memori, saran, atau sugesti yang dapat memprogram ulang pikiran bawah sadarnya untuk berbagai tujuan
positif. Hipnotic State bervariasi untuk setiap situasi dan kondisi dari mulai tingkatan sugestif ringan sampai dengan
sugestif ekstrim. Proses hipnosis dilakukan dengan cara merubah konsentrasi dari fokus eksternal ke fokus internal
yang dapat dilakukan sendiri (Self Hipnosis) atau dengan bantuan orang lain. Mereka yang memiliki kondisi
kejiwaan yang relatif tenang atau terbiasa berkonsentrasi ke internal (meditasi, doa, dsb) cenderung untuk lebih
mudah memasuki Hipnotic State (IBH, 2002). Termination adalah suatu tahapan untuk mengakhiri proses hipnosis
dengan konsep dasar memberikan sugesti agar subjek tidak mengalami kejutan psikologis ketika terbangun dari
tidur hypnosis, biasanya dengan membangun sugesti yang positif yang akan membuat tubuh subjek lebih segar dan
rileks kemudian diikuti beberapa regresi selama beberapa detik untuk membawa subjek ke keadaan normal kembali.
(IBH, 2002). Saat proses hypnosis yang terjadi adalah pengaktifkan sistem saraf parasimpatik sehingga subjek
menjadi sangat rileks dan nyaman. Hal ini sangat bermanfaat dalam melakukan terapi karena subjek akan tetap
rileks, meskipun fobia atau trauma sedang ditangani. (IBH, 2002).
Terdapat dua sistem saraf, yaitu sistem saraf otonom dan sistem saraf pusat. Sistem saraf otonom mengatur
sistem internal, yang biasanya merupakan gerak yang di luar kendali pikiran sadar. Yang termasuk dalam kendali
sistem saraf otonom, antara lain adalah detak jantung, sistem pencernaan, dan aktivitas kelenjar. Sistem saraf pusat
mengatur respons motorik hingga impresi sensori melalui otak dan saraf pada tulang belakang. (IBH, 2002).
Sistem saraf otonom terbagi menjadi dua bagian, yang cara kerjanya saling bertolak belakang.
1. Sistem saraf simpatik, yang bertanggung jawab terhadap mobilisasi energi tubuh untuk kebutuhan yang bersifat
darurat. misalnya, jantung berdetak lebih cepat dan lebih kuat, tekanan darah meningkat, atau pernapasan menjadi
lebih cepat. Saat mengalami ketakutan secara fisik yang terjadi adalah: lutut dan tangan gemetar, telapak tangan dan
wajah berkeringat, jantung berdebar lebih kencang dan keras, tarikan napas lebih cepat, dan perut terasa tidak enak
atau mungkin mual. Semua itu disebabkan karena sistem saraf simpatik sedang in-action sebagai respons dari
perasaan takut dan tegang.
2. Sistem saraf parasimpatik mengakibatkan detak jantung melambat, tekanan darah turun, dan respons insting dari
kondisi istirahat dan relaksasi. Respons parasimpatik mengakibatkan seseorang menjadi lebih tenang dan nyaman.
Semua itu bertujuan untuk menghemat energi tubuh.
Kedua sistem saraf, simpatik dan parasimpatik, tidak bisa aktif bersamaan. (IBH, 2002)
C. Konsep Hipnosis dalam Penanganan Nyeri
Metode non farmakologik untuk mengendalikan nyeri dapat dibagi menjadi dua kelompok : terapi dan
modalitas fisik serta strategi kognitif-perilaku. Terapi fisik untuk meredakan nyeri mencakup beragam bentuk
stimulasi kulit (pijat, stimulasi saraf dengan listrik transkutis, akupungtur,, aplikasi panas atau dingin, olahraga).
Sedangkan, startegi kognitif-prilaku bermanfaat dalam mengubah persepsi pasien terhadap nyeri, dan member
pasien perasaan yang lebih mampu untuk mengendalikan nyeri. Strategi ini mencakup relaksasi, penciptaan
khayalan (imagery), hypnosis, dan biofeedback. (Goldmann, 2003)
Laporan klinis mengenai efikasi hipnosis untuk mengontrol nyeri telah ditemukan oleh Esdaile (1846),
seorang ahli bedah yang mengembangkan hipnosis sebagai anestesi untuk amputasi di India, dimana efikasi hipnosis
mencapai 80% (Spiegel 1985)
Terdapat 3 prinsip umum yang mendasari penggunaan hipnosis dalam penanganan nyeri yaitu : (Spiegel, 1985)
1. Menyaring ekspresi nyeri, Pasien dapat memahami bahwa tidak terdapat korelasi antara intensitas
stimulus nyeri dengan besarnya penderitaan yang diakibatkannya..
2. Tidak bertarung melawan nyeri. Berjuanglah bersama dengan nyeri, berdialoglah dengannya atau
menjadi marah hanya membuatnya menjadi lebih parah. Pada kenyataannya ketegangan reaktif
otot-otot di sekitar area nyeri akan benar-benar meningkatkan sensasi nyeri. Pasien dapat belajar
bahwa dengan relaksasi fisik yang sederhana mereka dapat meredakan nyeri itu sendiri.
3. Gunakan self hipnosis. Hal ini akan memberikan sense of control dan penguasaan yang lebih besar
atas pengalaman mereka.
D. Konsep Hipnoterapi pada Patofisiologi Nyeri
Impuls nyeri merupakan impuls darurat yang melalui jalur sensorik menuju thalamus. Sinyal tersebut
seharusnya menuju ke korteks sensorik, tetapi sebagian besar sinyal tersebut mengalami pembajakan dan dibelokkan

menuju amigdala dan sebagian kecil menuju korteks sensorik untukproses kognitif dan berlanjut ke korteks
transisional untuk proses kognitif selanjutnya (Mulyata, 2005). Amigdala yang merupakan pusat perubahan emosi
belum siap menerima sinyal yang bersifat darurat dan mengirimkannya ke hipotalamus terutama nukleus
paraventrikularis. Nukleus hipothalami merespon sinyal darurat tersebut dengan melepas corticotropin releasing
factor (CRF) yang juga bersifat darurat yang selanjutnya mengaktifkan hipofise dan sistem saraf otonom (Kaplan,
1995., Cit. Mulyata, 2005). Impuls nyeri berjalan menuju thalamus direspon dengan melepas CRF dari hipotalamus,
sinyal darurat dari CRF akan mengaktifkan serabut preganglioner simpatis kemudian memicu adrenal melepas
kortisol berlebihan, CRF juga mengaktifkan pituitaria untuk melepas ACTH yang juga akan memicu kortisol
berlebihan dan menekan sistim imun, sementara pengeluaran -endorfin ditekan sehingga akan memicu pengeluaran
sitokin proinflamasi, dimana sitokin dan mediator proinflamasi mengaktifkan reseptor nyeri perifer yang selanjutnya
membawa signal nyeri ke thalamus dan korteks somatosensorik, sehingga meningkatkan rasa nyeri (Raison &
Miller, 2003., Mulyata, 2005)
Dengan hipnoterapi, sinyal kognitif berjalan ke otak melalui jalur sensorik, auditorik dan visual. Sinyal ini
sifatnya tidak darurat, sesudah mencapai thalamus kemudian ke korteks sensorik tanpa mengalami pembajakan,
terus berlanjut ke korteks transisional untuk proses kontrol kognitif. Selanjutnya diproyeksikan ke hippokampus
untuk disimpan sebagai memori, selain itu sebagian sinyal diproyeksikan ke amigdala serta organ lain yang terkait
untuk diekspresikan ke luar. Sinyal kognitif tersebut memiliki kemampuan untuk menghentikan arus pembajakan
sinyal darurat dari korteks menuju amigdala dan dari amigdala menuju hippothalamus (Le Doux, 1988.,
Cit.Mulyata, 2005)
Dengan demikian sinyal yang berasal dari pemberian psikoterapi sesudah mencapai korteks untuk proses
kognisi, saat diproyeksikan ke hippokampus dan ke amigdala sudah merupakan sinyal yang tertata baik, sedang
sinyal darurat yang menimbulkan nyeri sudah terhambat dan hilang (Le Doux, 1988., Cit.Mulyata, 2005)
E. Konsep hipnoterapi pada Analgesia
Pada umumnya hipnoterapi untuk analgesia menggunakan tehnik pendekatan psikologis dimana bekerjanya
dengan cara meningkatkan daya coping pasien. Daya coping ini terbentuk sejak masa kanak-kanak, tetapi daya
coping ini juga dapat dibentuk dan dikembangkan dengan cara pendidikan dan latihan, yang mana akan dihasilkan
perubahan persepsi nyeri pada pasien. (Folkman & Lazarus, 1988., Cit. Mulyata, 2005)
F. Aplikasi Hipnosis pada Nyeri
Hypnobirthing merupakan sebuah paradigma baru dalam pengajaran melahirkan secara alami, Teknik ini
mudah dipelajari, melibatkan relaksasi yang mendalam, pola pernapasan lambat dan petunjuk cara melepaskan
endorfin dari dalam tubuh (zat relaksan alami tubuh) yang memungkinkan calon ibu menikmati proses kelahiran
yang aman, lembut, cepat dan tanpa proses pembedahan. (Prihantanto., 2008). Melahirkan dengan teknik ini banyak
memberi manfaat bagi calon ibu, antara lain rasa nyaman, berkurangnya rasa sakit (bahkan ada yang tidak
merasakan sakit sama sekali) hingga rasa bahagia. Teknik ini mudah dipelajari, melibatkan relaksasi yang
mendalam, pola pernapasan lambat dan petunjuk cara melepaskan endorfin dari dalam tubuh (relaksan alami tubuh)
yang memungkinkan calon ibu menikmati proses kelahiran yang aman, lembut, cepat dan tanpa proses
pembedahan.
Hypnobirthing dicetuskan pakar ginekologi Dr. Grantly Dick-Read, dalam bukunya Childbirth Without Fear
pada 1944. Hypnobirthing selanjutnya dikembangkan oleh Marie Mongan, pendiri HypnoBirthing Institute. Terapi
ini mengajarkan para ibu untuk memahami dan melepaskan Fear-Tension-Pain Syndrome yang seringkali menjadi
penyebab kesakitan dan ketidaknyamanan selama proses kelahiran. Saat perempuan yang melahirkan terbebas dari
rasa takut, otot-otot di tubuhnya termasuk otot rahim akan mengalami relaksasi, yang akan membuahkan proses
kelahiran yang lebih mudah dan bebas stres. Dalam beberapa kasus, tahapan proses kelahiran juga menjadi lebih
pendek, mengurangi kelelahan selama perjuangan melahirkan bayi dan ibu akan tetap segar, penuh energi setelah
melahirkan.Bisa dikatakan Hypnobirthing membuat proses melahirkan bebas dari rasa takut, tidak bebas dari rasa
sakit, meskipun beberapa perempuan mengalami proses melahirkan tanpa rasa sakit sama sekali, ujar Mongan.
Mengurangi ketakutan akan membuat tubuh ibu bekerja seperti yang seharusnya Dengan memahami betapa
efektifnya jawaban tubuh terhadap proses melahirkan yang lebih lembut, seorang ibu HypnoBirthing memiliki
keahlian secara lisan dan visual mengenai kemampuan alaminya dalam mengikuti cara alami ideal melahirkan.
Secara cepat ibu akan belajar mempercayai insting melahirkan pada tubuhnya, bahwa tubuhnya diciptakan untuk
bekerja dalam irama yang selaras saat mengeluarkan bayi ke dunia.Ada perbedaan besar antara Hypnobirthing dan

kelas pendidikan melahirkan lainnya, dan ini bukanlah hanya potongan hipnotis. Hypnobirthing lebih menekankan
melahirkan dengan cara positif, lembut, aman dan bagaimana mencapainya dengan mudah, ujar Mongan. Pada
1958, the American Medical Association menyetujui terapi dengan menggunakan hipnotis, meski sejauh ini terapi
hipnotis yang dipakai untuk memudahkan proses kelahiran bayi belum banyak diketahui publik. (Prihantanto.,
2008).
Efek Samping (Side Effect) yang dapat timbul pada hipnoterapi
Masih berhubungan dengan poin sebelumnya, ada beberapa efek samping dari
proses hipnoterapi, yaitu beberapa di antaranya:
Kelelahan fisik jika melalui sesi terapi yang cukup berat, meski selama sesi hipnoterapi
klien tidak bergerak aktif, otak klien dipacu untuk menelusuri berbagai program dan ingatan
masa lalu, jika dalam prosesnya hal ini berlangsung lama dikhawatirkan klien mengalami
kelelahan berlebih, jika hal ini terjadi idealnya terapis membiarkan klien menenangkan diri
sejenak sampai ia tenang dan cukup kuat kembali untuk beraktifitas.
Abreaksi atau luapan emosi yang dalam psikologi dikenal sebagai katarsis, dalam sesi
hipnoterapi, terutama penelusuran akar masalah, kebanyakan klien akan sampai di suatu
masa dan kejadian yang memancing emosinya. Dalam hal ini klien bisa menangis, berteriak,
marah-marah dan banyak lagi, seorang tim terapis saya sempat mengalami dipukul di
bagian tangannya ketika klien mengalami abreaksi.
Kesalahan semantik, biasa terjadi jika hipnoterapis yang menangani klien tidak
memahami pentingnya penyusunan sebuah semantik sehingga mengeluarkan sugesti yang
berakibat tidak ekologis, misalnya Mulai hari ini Anda menjadi pribadi yang berani dalam
apa pun yang Anda lakukan. Dalam kondisi hipnoterapi, penerimaan pikiran bawah sadar
sangat kuat sehingga bisa saja ia malah menjadi terlalu berani dalam situasi apa pun dan
bertindak sembrono tanpa memperdulikan keselamatannya. Maka kemampuan merangkai
sugesti sangat penting untuk dipahami seorang terapis.
Tahapan Proses Hipnoterapi
Pada saat proses hipnoterapi berlangsung, klien hanya diam. Duduk atau
berbaring, yang sibuk justru terapisnya, yang bertindak sebagai fasilitator. Akan
tetapi, pada proses selanjutnya, klien lah yang menghipnosis dirinya sendiri
(Otohipnotis), berikut proses sebuah tahapan hipnoterapi :
1. Pre - Induction (Interview)
Pada tahap awal ini hipnoterapis dan klien untuk pertama kalinya bertemu. Setelah
klien mengisi formulir mengenai data dirinya, hipnoterapis membuka percakapan untuk
membangun kepercayaan klien, menghilangkan rasa takut terhadap hipnotis / hipnoterapi
dan menjelaskan mengenai hipnoterapi dan menjawab semua pertanyaan klien.
Sebelumnya hipnoterapis harus dapat mengenali aspek - aspek psikologis dari klien,
antara lain hal yang diminati dan tidak diminati, apa yang diketahui klien
terhadap hipnotis, dan seterusnya. Pre - Induction dapat berupa percakapan ringan,
saling berkenalan, serta hal - hal lain yang bersifat mendekatkan seorang hipnoterapis
secara mental terhadap klien (building rapport). Hipnoterapis juga akan
membangun 6 pengharapan mental klien terhadap masalah yang dihadapinya
(building mental expectancy). Pre - Induction merupakan tahapan yang sangat
penting. Seringkali kegagalan proses hipnoterapi diawali dari proses Pre - Induction
yang tidak tepat.
2.
Suggestibility
Test
Maksud dari uji sugestibilitas adalah untuk menentukan apakah klien masuk ke dalam
orang yang mudah menerima sugesti atau tidak. Selain itu, uji sugestibilitas juga
berfungsi sebagai pemanasan dan juga untuk menghilangkan rasa takut terhadap

proses hipnoterapi, Uji sugestibilitas juga membantu hipnoterapis untuk menentukan


teknik induksi yang terbaik bagi sang klien.
3.
Induction
Induksi adalah cara yang digunakan oleh seorang hipnoterapis untuk membawa
pikiran klien berpindah dari pikiran sadar (conscious) ke pikiran bawah sadar (sub
conscious), dengan menembus apa yang dikenal dengan Critical Area. Saat tubuh
rileks, pikiran juga menjadi rileks. maka frekuensi gelombang otak dari klien akan turun
dari Beta, Alfa, kemudian Theta. Semakin turun gelombang otak, klien akan
semakin rileks, sehingga berada dalam kondisi trance. Inilah yang dinamakan dengan
kondisi ter -hipnotis. Hipnoterapis akan mengetahui kedalaman trance klien dengan
melakukan Depth Level Test (tingkat kedalaman trance
klien).
4. Deepening (Pendalaman Trance)
Jika dianggap perlu, hipnoterapis akan membawa klien ke tranceyang lebih dalam.
Proses ini dinamakan deepening.
5. Suggestions / Sugesti
Selanjutnya hipnohipnoterapis akan memberikan sugesti - sugesti positif yang bersifat
mengobati kepada klien. Sugesti - sugesti ini yang diharapkan akan tertanam di
pikiran bawah sadar klien dan menghasilkan perubahan positif terhadap masalah klien.
Pada saat klien masih berada dalam trance, hipnoterapis juga akan memberi Post Hypnotic
Suggestion, sugesti yang diberikan kepada klien pada saat proses hipnotis masih
berlangsung dan diharapkan terekam terus oleh pikiran bawah sadar klien meskipun klien
telah keluar dari proses hipnotis. Post Hypnotic Suggestion adalah salah satu unsur
terpenting dalam proses hipnoterapi.
6.
Termination
Akhirnya dengan teknik yang tepat, hipnoterapis secara perlahan - lahan akan
membangunkan klien dari
"tidur" hipnotisnya dan membawanya ke keadaan yang sepenuhnya sadar.

Penerapan Hipnoterapi
Pada tahun 2003, Flammer and Bongartz dari Universitas Konstanze di Jerman,
melakukan meta analisis dari berhagai penelitian tentang hipnoterapi, Hasilnya, dari
57 penelitian yang dianalisa, angka kesuksesan mencapai 64%. Kesuksesan tersebut
adalah hipnoterapi dalam mengatasi gangguan psikosomatis, tes ansietas,
membantu klien berhenti merokok, dan mengontrol nyeri pada beberapa pasien dengan
sakit kronis. Berikut beberapa contoh penerapan Hipnoterapi dalam berbagai kasus :
Gangguan Psikosomatis
Gangguan psikosomatis adalah gangguan atau kelainan fisik yang ditimbulkan oleh
gangguan psikis atau gangguan jiwa. Jadi, gangguan atau keluhan ini terjadi bila seseorang
ada gangguan pada kejiwaannya, baik itu gangguan yang sifatnya mikro maupun makro
(misalnya kecemasan, stress, depresi, emosi tidak stabil, konflik, dll). Kelainan yang
dialami oleh masing -masing orang beda - beda. Biasanya berupa keluhan - keluhan
ringan seperti mual, kembung, sakit kepala, pegal - pegal, nyeri otot, diare. Tapi
kadang juga terjadi keluhan yang tampak serius, seperti muntah - muntah,
migren,gatal - gatal pada kulit, demam lama, sesak nafas, dll. Walaupun secara fisik
tampak menggangu, namun semua keluhan itu bukan benar - benar merupakan
kelainan fisik dan seringkali dalam pemeriksaan fisik atau lab tidak dijumpai kelainan.
Dengan memberikan sugesti positif yang ditanamkan ke dalam pikiran bawah sadar,
maka akan membantu klien mengubah persepsi pikiran bawah sadar klien terhadap
kondisi psikis yang bersifat negatif. Jika klien tersebut menderita gangguan fisik
yang disebabkan oleh gangguan psikis (psikosomatis), secara otomatis gangguan
psikosomatis itu akan hilang.
Hipnoterapi untuk membantu persalinan (Hypnobirthing)
Hypnobirthing merupakan sebuah paradigma baru dalam pengajaran melahirkan
secara alami, Teknik ini mudah dipelajari, melibatkan relaksasi yang mendalam, pola

pernapasan lambat dan petunjuk cara melepaskan endorfin dari dalam tubuh (zat relaksan
alami tubuh) yang memungkinkan calon ibu menikmati proses kelahiran yang aman,
lembut, cepat dan tanpa proses pembedahan.
Hipnoslimming
Hipnoterapi dapat digunakan untuk menurunkan berat badan, dalam rangka
mendapatkan berat badan dan bentuk tubuh ideal. Banyak sekali usaha yang
dilakukan oleh orang - orang untuk dapat melakukan program menurunkan berat
badan, namun seringkali gagalkarena yang menjadi penyebab utama seseorang untuk
gemuk adalah sikap dan perilakunya untuk senantiasa gemuk (pola makan, cara memilih
makanan yang tidak sehat, dan mengkonsumsi makanan - makanan yang tidak
diperlukan). Dengan hipnoterapi, pikiran dapat diprogram untuk mengarahkan
sikap dan perilaku makan untuk menurunkan berat badan, sehingga selepas dari
hypnoslimming akan muncul dorongan dari diri klien untuk mengubah pola makan dan rajin
berolah raga.
Hipnoterapi pada gangguan seksual
Problema kehidupan seksual adalah salah satu problema yang dapat diatasi dengan
hipnoterapi seperti :
Disfungsi ereksi / Impotensi yang disebabkan stress atau kecemasan.
Ejakulasi dini dikarenakan masalah psikis, seperti tidak percaya diri dalam
melakukan hubungan suami istri, tidak dapat mengontrol saat yang tepat untuk
ejakulasi, dan mengurangi sensitifitas dan sensasi pada penis.
Vaginismus, merupakan berkontraksinya otot - otot vagina yang tidak dapat dikuasai
akibat dari keinginan bawah sadar wanita untuk mencegah penetrasi penis.
Akibatnya, terjadi penutupan vagina sehingga penetrasi menjadi sulit dan timbul rasa
nyeri. Vaginismus dapat disebabkan karena ketakutan untuk melakukan aktivitas
seksual, meskipun mereka tidak mengalami gangguan dalam gairah seksual.
Bisa terjadi akibat dari perkawinan yang tak diinginkan. Atau karena terlalu percaya
dengan mitos -mitos negatif yang didengar sebelum menikah.
Masalah seks lainnya, seperti lubrikasi yang kurang pada wanita dan anorgasmia
(tidak dapat mencapai orgasme) pada wanita. Pada masalah -masalah seksual yang
disebabkan faktor psikis, salah satu alternatif terbaik adalah hipnoterapi.
Hipnoterapi dan Pemanfaatannya
Sekarang, hipnosis untuk keperluan terapi (hipnoterapi) efektif digunakan dalam
penanganan gangguan-gangguan yang bersifat psikologis untuk menguba mekanisme
pikiran manusia dalam menginterpretasikan pengalaman hidupnya, serta menghasilkan
perubahan pada persepsi dan tingkah laku. Bahkan, beberapa penelitian menunjukkan fakta
menarik yang menyatakan bahwa pada dasarnya sekitar 75% dari semua penyakit fisik yang
diderita banyak orang bersumber dari masalah mental atau emosi. Karena itu, tidak
mengherankan jika hipnoterapi banyak digunakan dalam mengatasi gangguan yang
berkenaan dengan kecemasan (axiety), ketegangan (stress), depresi (depression), fobia
(phobia); menghilangkan kebiasaan buruk (bad habits), seperti ketergantungan terhadap
rokok, alkohol dan obat-obatan; serta pemberdayaan diri, seperti membangkitkan motivasi
dan melangsingkan tubuh.
Hipnoterapi bahkan bermanfaat dalam kasus-kasus klinis yang berhubungan dengan medis.
Beberapa pendapat spekulatif dari sebagian ahli yang menyatakan bahwa saat seseorang
berada dalam kondisi hipnosis, tubuhnya menstimulasi otak untuk melepaskan
neurotransmiter (zat kimia yang terdapat dalam otak), enchepalin, dan endhorphin yang
berfungsi meningkatkan perasaan nyaman sehingga dapat mengubah penerimaan individu
terhadap sakit atau gejala fisik lainnya. Bagaimana pun, kenyataannya kondisi hipnosis yang
terjadi dapat dimanfaatkan untuk kegiatan anesthesia (mati rasa) dan analgesia
(berkurangnya sensasi rasa sakit) sehingga berguna untuk kegiatan-kegiatan medis terkait,
seperti pencabutan gigi, pembedahan tanpa obat bius, dan persalinan atau melahirkan.

Pakar hipnosis medis S.J. van Pelt mantan presisden British Medical Hypnosis Society pada
dekade 1950-an mengatakan bahwa hipnosis efektif untuk dimanfaatkan dalam
pemeliharaan keseimbangan organ tubuh. Ini karena sara takut, perasaan cemas, dan halhal jenis sejenisnya merupakan faktor utama yang memengaruhi kinerja sistem otonom
(automatic nervous system). Kenyataan ini berkaitan dengan mekanisme lawan (fight) atau
lari (flight) yang dilakukan oleh fungsi saraf otonom tersebut (melalui fungsi saraf simpatis
dan parasimpatis), yang berpengaruh terhadap fungsi pupil mata, saluran nafas, jantung,
kelenjar ludah, lambung, dan organ seksual.
Pendapat lebih lanjut dikemukakan dalam buku Hypnosis and Counseling in the Treatment of
Chronic Illness (2003) yang dirtulis D. Frank dan B. Mooney. Mereka menyatakan bahwa
dalam kondisi hipnosis, fungsi amigdala menjadi non-aktif dan menyebabkan sistem saraf
otomatis (automatic nervous system) menjadi lebih relaks. Hal ini memberikan kesempatan
kepada tubuh dan sistem kekebalannya untuk mengatur kembali bagian-bagian tubuh
sehingga menjadikannya lebih sehat. Fungsi amigdala juga memberikan pengaruh besar
terhadap sistem endoktrin, termasuk kelenjar adrenalin dan kelenjar lendir (pituitari) yang
mengatur kegiatan hormon tubuh dan sistem saraf otomatis melakukan fungsi kontrol
terhadap detak jantung dan tekanan darah. Oleh karena itu, hipnosis sangat bermanfaat
pula untuk dimanfaatkan dalam kegiatan perlakuan medis terhadap gangguan penyakit
kronis (chronic pain).

Anda mungkin juga menyukai