Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN TUTORIAL BLOK 19

MODUL 1
REKAM MEDIK

Oleh
Kelompok 3

Tutor
Ketua
Sekretaris Meja
Sekretaris Papan
Anggota

:
:
:
:
:

drg. Hidayati MKM


Alvinny Ganesha P
Sausan Amira Putri
Rafika Maulina
Febrian Andika
Fidela Yuzari
Muthia Lathiva
Prima Suci Waldiatma
Tamia Akhira
Valerio Alfa
Wilda Sahroni
Viola Ananda

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ANDALAS

MODUL 1
SKENARIO 1
GIGIKU TERBALIK
Hadist (10 tahun) bersama ibunya datang ke klinik dokter gigi untuk
konsultasi mengenai keadaan gigi depan atas yang terlihat maju.
Dokter gigi melakukan anamnesa, menanyakan riwayat gigi keluarganya dan
diketahui susuna gigi ayah dan ibunya normal. Hasil pemeriksaan intra oral gigi
16, 14, 12, 11, 21, 22, 24, 26, 36, 35, 34, 33, 32, 31, 41, 42, 43, 44, 45, dan 46,
telah erupsi. Terdapat diastema antara gigi 11 dan 21, crossbite gigi anterior dengan
overjet 2,9 mm dan overbite 3 mm, relasi gigi molar atas dan bawah normal.
Dokter gigi mencetak maksila dan mandibula Hadist.
Dokter gigi uga melakukan foto intra oral dan ekstra oral lalu merujuk
Hadist ke bagian radiologi untuk rontgen foto panoramic dan sefalometri.
Ibu hadist bingung dengan anjurandokter gigi karena menyangka kasus
anaknya sangat parah.
Bagaimana saudara mengatasi kebingungan ibu Hadist?

LANGKAH 1 : MENENTUKAN TERMINOLOGI


I. Crossbite
:Gigitan dimana ujung insisal edge gigi insisivus RA
bertemu dengan bagian lingual dari insisivus RB
II. Anterior Crossbite :Gigi insisivus RA berada dibelakang insisivus RB saat
keadaan oklusi.
III. Sefalometri
:Jenis foto Rontgen yang diambil dari arah anteriorposterior yang memperlihatkan hubungan maksila dan mandibula.
IV. Diastema
:jarak antara gigi geligi.
LANGKAH 2 : MENENTUKAN MASALAH
1. Apa saja etiologi dari keluhan yang dialami Hadist?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi gangguan pertumbuhan rongga mulut
yang dialami Hadist?
3. Apa yang perlu ditanyakaan saat anamnesa selain riwayat keluarga ?
4. Apa tujuan dokter gigi melakukan pencetakan pada maksila dan mandibula
hadist?
5. Apa tujuan pengambilan foto ekstra oral dan intraoral?
6. Apa tujuan dilakukan pengambilan foto rontgen pada kasus di atas?
LANGKAH 3 : ANALISA MASALAH
1. Apa saja etiologi/penyebab dari keluhan yang di alami Hadist ?
Bad habit / bruksism
Prematur loss anterior
Rampan karies yang menyebabkan prematur loss
Trauma di waktu kecil
Trauma injury yang menyebabkan reposisi bentuk gigi
permanen.
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi gangguan pertumbuhan rongga
mulut Hadist?
Faktor internal : kesehatan yang buruk.
Faktor eksternal : trauma injury.
Faktor umum : skeletal dan muskuler serta disporposi ukuran gigi dan
rahang

Faktor lokal : bad habit, erupsi gigi.


3. Apa tujuan
mandibula?

dokter gigi melakukan pencetakan pada maksila dan

Tanyakan keluhan pasien


Perjalanan penyakit
Riwayat kesehatan gigi
Anamnesis ortho :
- kebiasaan buruk
- riwayat pencabutan gigi,
- apakah pasien menderita epilespsi ?,
jenis kelamin dan umur pasien
ketahui periode pertumbuhan gigi pasien.

4. Apa tujuan dokter gigi melakukan pencetakan pada maksila dan


mandibula Hadist?
Sebagai pedoman untuk menentukan keadaan gigi pasien
Evaluasi perawatan
Evaluasi jumlah uang yang ada
Sumber penegak diagnosa
5. Apa tujuan dilakukan pengambilan foto intraoral dan ekstraoral ?
Foto ekstraoral :
- Untuk menentukan tipe muka pasien
- Untuk menentukan profil wajah pasien
Foto Intraoral :
- Untuk melihat benih gigi
- Untuk melihat pola erupsi gigi
- Untuk melihat kerusakan tulang
- Untuk melihat relasi maksila dan mandibula
6. Apa tujuan dilakukanya foto rontgen pada pasien?
Panoramic : untuk melihat jaringan mulut secara keseluruhan

Sefalometri :
- Mencek tipe muka pasien
- Melihat posisi gigi pada lengkung rahang
LANGKAH 4 : MEMBUAT SKEMA

HADIST (10 TH)


KONSULTASI DOKTER GIGI

ANAMNESIS
- UMUM
- ORTHODONTI

PEMERIKSAAN

EKTRAORAL
INTRAORAL

PENUNJANG
- STUDI MODEL
-RONTGEN

REKAM MEDIK

ANALISIS
FUNGSIONAL

ANALISIS
LOKAL

ANALISIS
MODEL STUDI

LANGKAH 5 : LEARNING OBJECTIVE


1. M4 ANAMNESA ORTHODONTIC
2. M4 PEMERIKSAAN KASUS ORTHODONTIC
3. M4 ANALISIS LOKAL
4. M4 ANALISI FUNGSIONAL
5. M4 ANALISIS MODEL STUDI

ANALISIS
PENAPAKAN &
SEFALOMETRI

6. M4 PENAPAKKAN SEFALOMETRI
LANGKAH 6 : MENGUMPULKAN INFORMASI
LANGKAH 7
I.

MAHASISWA MAMPU MEMAHAMI DAN MENJELASKAN TENTANG


ANAMNESA ORTHODONTIC
Anamnesis adalah salah satu cara pengumpulan data status pasien yang
didapat dengan cara operator mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan dengan keadaan pasien .
Anamnesis meliputi :
1. Keluhan Utama ( Chief Complain )
Keluhan utama adalah alasan yang menyebabkan pasien datang untuk di
rawat. Dari keluhan yang ridak dikemukakan itu akan dapat diketahui :
Apakah sebenarnya yang pasien inginkan untuk mendapat perbaikan dari
operator / dokter gigi
Apakah keluhan itu memungkinkan untuk ditanggulangi dengan perawatan
orthodontik?
Apakah keluhan itu menyangkut faktor estetik atau fungsional ( bicara,
mengunyah )
Keluhan utamma biasanya tbiasanya diikuti oleh keluhan sekunder yaitu
keluhan yang baru disadari setelah ,endapat penjelasan dari operator.
2. Riwayat Kasus (Case History)
Disini dimaksudkan agar operator dapat menelusuri riwayat pertumbuhan dan
perkembangan pasien yang melibatkan komponen dentofacial sampai terjadinya
kasus maloklusi seperti yang diderita pasien saat ini. Riwayat kasus dapat
ditelusuri dari beberapa aspek:
b. Riwayat Gigi-geligi (Dental History )
Anamnesis riwayat gigi-geligi dimaksudkan untuk mengetahui proses
pertumbuhan dan perkembangan gigi-geligi pasien sampai keadaan sekarang
sehingga dapat diketahui mulai sejak kapan dan bagaimana proses
perkembangan terbentuknya maloklusi pasien.
Meliputi riwayat pada :

1. Periode Gigi decidui : untuk mengetahui adakah proses pertumbuhan


dan perkembangan maloklusi pasien dimulai pada periode ini?
- Adakah karies pada sela-sela gigi gigi pada waktu gigi susu? Di
daerah mana?
- Adakah dilakukan perawatan pada karies tersebut?
- Pernakah mendapat benturan pada gigi susu ? dibagian mana?
2. Periode gigi bercampur : Adakah proses pergantian dari gigi susu ke
gigi permanen ini sebagai penyebab terjadinya maloklusi? Perlu
diketahui kemungkinan adanya persistensi bahkan prematur loss.
- Ketika gigi susu mulai goyah apakah dicabutkan ke dokter gigi secara
teratur?
- Adakah gigi yang sampai kesu dulan? Didaerah mana?
- Adakah gigi susu yang karies besar dan tidak dirawat?
- Adakah sisa akar gigi susu yang tertinggal pada saat gigi permanen
mulai erupsi?
- Adakah gigi permanen yang terlambat tumbuh?
3. Periode gigi permanen : untuk mengetahui apakah maloklusi pasien
dimulai pada periode ini?
- Adakah karies pada gigi permanen? Apakah sudah ditambal/ apakah
mendapat perawatan saraf?
- Adakah gigi permanen yang telah dicabut? Kapan? Karena apa?
Apakah ada gigi yang telah dicabut namun dibiarkan ompong terlalu
lama?
- Adakah gigi yang tidak bisa tumbuh / impaksi ?
- Adakah benturan / trauma pada gigi permanen? Dibagian mana?
b. Riwayat Penyakit ( Deases History)
Anamnesis riwayat penyakit tujuanya untuk mengetahui
- Adakah penyakit yang pernah/ sedang diderita pasien yang dapat
mengganggu proses pertumbuhan, perkembangan rahang dan erupsi
normal gigi-geligi, sehingga diduga sebegai penyebab maloklusi/
- Adakah penyakit yang diderita pasien yang dapat mengganggu /
menghambat proses perawatan orthodontic yang akan dilakukan?

- Adakah penyakit yang memungkinkan dapat menular ke operator?


- Perlu diketahui pada umur berapa dan berapa lama penyakit itu diderita
pasien dan apakah sekarang masih dalam perawatan dokter?
- Penyakit yang dimaksud antara lain :
Penyakit kekurangan gizi pada masa anak-anak
Asthma
IV atau AIDS
Tuberkulosis
Hypertensi atau penyakit jantung
Alergi terhadap obat tertentu
Hepatitis atau liver
c. Riwayat keluarga (Family History)
Tujuan dari anamnesis ini adalah untuk mengetahui apakah maloklusi
pasien merupakan faktor herediter yang diwariskan dari orang tua. Untuk itu
ditanyakan keadaan gigi-geligi kedua orang tua dan saudara kandung pasien.
d. Kebiasaan buruk (bad habit)
Anamnesis bad habit dimaksudkan untuk mengetahui etiologi
maloklusi pasien, apakah berasal dari suatu kebiasaan buruk yang telah /
sedang dilakukan pasien.
Untuk itu tanyakan kepada pasien atau orang tuanya tentang :
- Jenis : Bad habit apayang telaj dilakukan ?
- Kapan : umur berapa bad habit dilakukan , apakah sekarang masih
dilakukan?
- Durasi : dari sejak kapan dan sampai kapan dilakukan ?
- Frekuensi : berapa kali perjam/ perhari dilakukan?
- Intensitas : seberapa kuat/ keras dilakukan?
- Posisi : bagaimana dan dibagian mana dilakukan?
- Apakah ada hubungan antara bad habit yang dilakukan dengan keadaan
maloklusi pasien?
II.MAHASISWA MAMPU MEMAHAMI DAN MENJELASKAN TENTANG
PEMERIKSAAN KASUS ORTHODONTIC

A. PENDAHULUAN
Sebelum melakukan tindakan perawatan ortodontik terhadap kasus
maloklusi,diperlukan seperangkat data yang lengkap tentang keadaan
penderita dari hasil pemeriksaan. Terhadap data yang diperoleh dari hasil
pemeriksaan tersebut kemudian dilakukan analisis dengan berbagai macam
metoda. Setelah itu baru dapat ditetapkan diagnosis, etiologi maloklusi,
perencanaan perawatan , macam dan desain alat yang akan dipergunakan
selama perawatan serta memperkirakan prognosis pasien akibat perawatan
yang dilakukan .
Untuk dapat melakukan perawatan ortodontik dengan baik dan benar, ada
beberapa langkah perdahuluan yang harus diambil , antara lain :
1. Memberi penjelasan mengenai beberapa persyaratan yang harus dipenuhi
oleh pasien.
2. Identifikasi pasien
3. Anamnesis
4. Pemeriksaan klinis, baik umum (general) maupun khusus (local)
5. Pembuatan studi model.
6. Analisis foto Rontgen.
7. Analisis foto profil dan foto muka (wajah).
8. Dilakukan tes-tes tertentu untuk kasus-kasus tertentu.
9. Dilakukan perhitungan-perhitungan berdasarkan metoda :
a. Metode Nance
b.Metoda Moyers (a, dan b untuk gigi-geligi bercampur/mixed
dentition)
c. Metoda Pont
d.Metoda Korkhaus (c, d dan e untuk gigi-geligi tetap/permanent
dentition)
e. Metoda Howes
10. Determinasi lengkung
11. Penentuan diagnosis
12. Analisis etiologi maloklusi
13. Perencanaan perawatan
14. Pelaksanaan perawatan
15. Penentuan jenis dan desain alat ortodontik

16. Prognosis
B. PENERANGAN PADA PASIEN
Perawatan ortodontik adalah perawatan yang dilakukan untuk
mengoreksi maloklusi membutuhkan waktu perawatan yang cukup lama (1 2 tahun), oleh karena itu sangat diperlukan kerja sama yang baik antara
operator (dokter gigi) yang merawat dengan pasien yang dirawat.agar
perawatan yang akan dilakukan dapat berhasil dengan baik. Pasien akan mau
melaksanakan instruksi - instruksi yang diberikan apabila mengerti dan
memahami perlakuan apa yang akan dikenakan terhadap dirinya selama
perawatan dan hasil apa akan dia dapatkan setelah tindakan perawatan
dilakukan.
Oleh karena itu beberapa penjelasan tentang persyaratan yang harus
dipenuhi oleh pasien harus diberikan sebelum prosedur pemeriksaan
dimulai:
Pasien sanggup kontrol secara rutin dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan selama perawatan, (misalnya seminggu sekali sesuai dengan
hari dan jam praktikum ortodonsia). Tidak pindah domisili ke luar kota
selama perawatan sehingga tidak bisa melanjutkan kontrol, tidak ada
jadwal sekolah/kerja yang bersamaan sehingga tidak bisa kontrol pada
waktu yang ditentukan secara terus menerus dan lain-lain.
Jika dalam perhitungan nanti perawatan membutuhkan pencabutan gigi,
pasien telah menyatakan kesanggupannya untuk dicabut giginya sebelum
pemeriksaan dimulai. Tanpa adanya kesanggupan pasien untuk dicabut
giginya, apabila harus dilakukan pencabutan perawatan tidak mungkin
dikerjakan.
Pasien bersedia memakai alat ortodontik sesuai dengan aturan
pemakaiannya selama perawatan, (misalnya alat ortodontik harus dipakai
siang dan malam hari, ke sekolah/bekerja, dirumah, keluar rumah, tidur
harus dipakai, hanya pada waktu makan dan sikat gigi boleh dilepas,
bahkan ada pula pada waktu makanpun harus dipakai, pemakaian minimal
20 jam sehari).
Pasien harus lebih rajin dan teliti melakukan pembersihan dan penyikatan
gigi dan alat ortodontiknya selama perawatan, karena adanya alat

ortodontik didalam mulut mempermudah terjadi timbunan sisa makanan


yang menempel pada gigi dan alat ortodontik tersebut.
Pasien bersedia untuk patuh melaksanakan nasihat dan instruksi tambahan
yang diberikan oleh dokter atau operator yang merawat, berkaitan dengan
keadaan tertentu (misalnya untuk perawatan kasus deep over bite
diperlukan alat tetap dipakai pada waktu makan dan sering di gigit-gigit
pada waktu tidak makan).
Pasien bersedia untuk datang jika sewaktu-waktu diperlukan untuk
kontrol diluar hari kontrol rutin, (misalnya diperlukan untuk pencetakan
ulang, penggantian alat, evlauasi hasil perawatan atau perubahan jadwal
kontrol).
Pasien sanggup membayar biaya perawatan.
Pesien mengisi formulir Informed Consent tentang perawatan yang
akan dilakukan.
C. IDENTIFIKASI PASIEN
Pencatatan identitas pasien meliputi :
1. Nama Pasien : Nama pasien dicatat dengan benar sesuai dengan yang
dimaksud pasien.
2. Umur : Pencatatan umur diperlukan untuk :
4. Mengetahui apakah pasien masih dalam masa pertumbuhan atau sudah
berhenti.
5. Pertumbuhan gigi-geligi masih termasuk periode gigi susu/decidui,
campuran/mixed atau tetap/permanent.
6. Gigi yang sudah erupsi sudah sesuai dengan umur pasien (menurut umur
erupsi gigi).
7. Menetapkan jenis alat ortodontik yang tepat untuk digunakan (alat cekat atau
lepasan, alat aktif atau fungsional)
8. Untuk memperkirakan waktu /lama perawatan yang diperlukan. Apakah
perawatan bisa segera dilaksanakan atau harus ditunda, berapa lama
dibutuhkan perawatan aktif dan berapa lama diperlukan untuk periode
retensi.
3. Jenis kelamin : Pencatatan jenis kelamin pasien diperlukan berkaitan
segi psikologi perawatan :

4.

5.
6.

7.
8.
9.

1. Pasien wanita lebih sensitif dari pada pasien lelaki oleh karena itu
perawatan harus dilakukan dengan cara yang lebih lemah lembut
dari pasien lelaki.
2. Pasien wanita lebih memperhatikan secara detil keteraturan
giginya dari pada pasien laki-laki.
3. Pasien wanita biasanya lebih tertib lebih sabar dan lebih telaten
dari pada pasien lelaki dalam melaksanakan ketentuan perawatan.
Alamat : Pencatatan alamat (dan nomer telepon) diperlukan agar
operator dapat menghubungi pasien dengan cepat bila diperlukan .
Sebaliknya pasien juga diberi alamat (dan nomer telepon) operator
untuk mempermudah komunikasi.
Pendidikan : Dengan mengetahui pendidikan pasien, operator dapat
menyesuaikan cara memberi penerangan, cara memotivasi pasien).
Suku bangsa : Pencatatan suku bangsa diperlukan karena suatu
kelompok suku bangsa atau ras tertentu akan mempunyai ciri-ciri
spesifik yang masih termasuk normal untuk kelompok tersebut
(misalnya suku bangsa Negroid sedikit protrusif masih termasuk
normal).
Nama Orang Tua
Alamat Orang Tua
Pekerjaan Orang tua
Semua identitas pasien perlu dicatat pada kartu status. selain itu juga
dicatat :
1). Tanggal pemeriksaan pertama
2). Nomer Kartu status : sesuai dengan nomer pendaftaran diloket
pendaftaran bagian diagnostik FKG UGM.
3). Nomer Model : sesuai dengan nomer pendaftaran diloket bagian
Ortodonsia, diikuti dengan anggka 0 bila pasien perempuan atau
angka 9 bila pasien laki-laki serta dua angka terakhir sesuai
dengan umur pasien.
4). Nama Operator/Mahasiswa yang mengerjakan
5). Nomer Mahasiswa
6). Dosen Pembimbing

D. ANAMNESIS / PEMERIKSAAN SUBYEKTIF

Anamnesis adalah salah satu cara pengumpulan data status pasien


yang didapat operator mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan dengan keadaan pasien :
Anamnesis meliputi :
1. Keluhan Utama (chief complain/main complain)
2. Riwayat Kasus (Case History)
1. Riwayat gigi geligi (Dental History)
2. Riwayat Penyakit (Deseas History)
3. Riwayat keluarga (family History)
4. Kebiasaan Buruk
E. PEMERIKSAAN KLINIS / PEMERIKSAAN OBYEKTIF
1. Umum / General
Pemeriksaan klinis secara umum pada pasien dapat dilakukan dengan
mengukur dan mengamati :
Tinggi badan : cm.
Berat badan : kg.
Keadaan jasmani : baik / cukup / jelek
Keadaan mental : baik / cukup / jelek
Status gizi : baik / cukup / jelek
2. Khusus / Lokal :
a. Luar mulut / Ekstra Oral :
Bentuk muka : simetris / asimetris
Tipe muka : Menurut Martin (Graber 1972) dikenal 3 tipe muka
yaitu :
- Brahisepali : lebar, persegi
- Mesosepali : lonjong / oval
- Oligisepali : panjang / sempit

Pada pemeriksaan klinis, periksa :


- Otot-otot mastikasi : normal / hypertonus / hypotonus
- Otot bibir atas : normal / hypertonus / hypotonus
- Otot bibir bawah : normal / hypertonus / hypotonus
b. Dalam mulut /Intra oral :

Pemeriksaan intraoral dilakukan dengan mengamati :


9. Kebersihan mulut (oral hygiene / OH) : baik / cukup / jelek
10.Keadaan lidah : normal / macroglossia / microglossia
11.Palatum : normal / tinggi / rendah serta normal / lebar / sempit
12.Gingiva : Normal / hypertophy / hypotropy
13.Mucosa : normal / inflamasi / kelainan lainnya
14.Pemeriksaan gigi geligi :
III.

MAHASISWA MAMPU MEMAHAMI


TENTANG ANALISIS LOKAL

DAN

MENJELASKAN

Analisa lokal terdiri dari :


a. Analisis Ekstraoral
Meliputi :
Bentuk muka : simetris / asimetris
Tipe muka : Menurut Martin (Graber 1972) dikenal 3 tipe muka yaitu :
- Brahisepali : lebar, persegi
- Mesosepali : lonjong / oval
- Oligisepali : panjang / sempit
Menurut Ricket (Graber 1972) lebih tepat untuk bentuk kepala yaitu
proyeksi kepala terhadap bidang sagital sedangkan untuk tipe muka lebih
tepat menggunakan istilah fasial :
- Brahifasial
- Mesofasial
- Dolikofasial.
Umumnya tipe muka berkaitan erat dengan bentuk lengkung gigi pasien.
Klasifikasi bentuk muka dan kepala menurut Sukadana (1976) berdasarkan:
Indeks muka = Tinggi muka ( A) (Jarak N Gn)
Lebar muka (B) (Jarak bizigomatik)
Klasifikasi indeks muka :
- Euriprosop ( muka pendek, lebar) : 80,0 84,9
- Mesoprosop (muka sedang ) : 85,0 89,9
- Leptoprosop (muka tinggi, sempit) : 90,0 94,9

x 100

Jika indeks : < 80,0 : Hipo Euriprosop


> 94,9 : Hiper Leptoprosop
Indeks kepala = Lebar kepala (B)
x 100
Panjang kepala (A) (Jarak Gl Oc)
Klasifikasi indeks kepala :
- Dolikosepali (kepala panjang sempit) : 70,0 74,9
- Mesosepali (kepala sedang ) : 75,0 79,9
- Brahisepali (kepala lebar persegi) : 80,0 84,9
Jika indeks : < 70,0 : Hipo Dolikosepali
> 84,9 : Hiper Brahisepali
Profil muka : Menurut Graber (1972) dikenal tiga tipe profil muka yaitu :
- Cembung (convex), bila titik petemuan Lcb-Lca berada didepan
garis Gl-Pog
- Lurus (straight ), bila titik petemuan Lcb-Lca berada tepat pada
garis Gl-Pog
- Cekung (concave), bila titik petemuan Lcb-Lca berada dibelakang
garis Gl-Pog
Untuk menentukan profil muka digunakan 4 titik anatomis Gabella (Gl), Lip
Contour atas (Lca), Lip Contour bawah (Lcb) dan Pogonion (pog) serta garis
referensi Gl-Pog sebagaia acuan :
- Glabella (Gl) : Titik terendah dari dahi terletak pada tengah-tengah
diantara alis mata kanan dan kiri.
- Lip contour atas (Lca) : Titik terdepan bibir atas.
- Lip contour bawah (Lcb) : Tiik terdepan bibir bawah
- Pogonoin (Pog) : Titik terdepan dari dagu didaerah symphisis
mandibula.
Menurut Schwarz (Boersma,1987) Tipe profil bervariasi masing-masing
menjadi :
- Cembung (Anteface ) bila titik Sub nasale (Sn) berada di depan titi
Nasion (Na)
- Lurus (Average face) bila titik Sub nasale (Sn) berada tepat segaris
dengan Nasion (Na)
- Cekung (Retroface) bila titik Sub nasale (Sn) berada di belakang
titik Nasion (Na)

Masing-masing tipe ini masih bisa bervariasi dengan kombinasi :


- Retrognatik (Dorsaly rotated dintition ) : Bila gigi-geligi rahang bawah
berotasi ke arah belakang sehingga posisi titik Pog tampak lebih ke
belakang dari posisi Nasion
- Ortogantik (Unrotated dentition): Bila gigi-geligi rahang bawah tidak
berotasi /posisinya normal titik Pog tampak lurus terhadap Nasion
- Prognatik (Ventraly rotated dentition) : Bila gigi-geligi rahang bawah
berotasi kedepan, dagu (titik Pog) tampak maju terhadap Nasion
b. Dalam mulut /Intra oral :
Pemeriksaan intraoral dilakukan dengan mengamati :
Kebersihan mulut (oral hygiene / OH) : baik / cukup / jelek.
Keadaan lidah : normal / macroglossia / microglossia
Pasien yang mempunyai lidah besar ditandai oleh :
- Ukuran lidah tampak besar dibandingkan ukuran lengkung giginya
- Dalam keadaan relax membuka mulut, lidah tampak luber menutupi
permukaan oklusal gigi-gigi bawah.
- Pada tepi lidah tampak bercak-bercak akibat tekanan permukaan
lingual mahkota gigi (tongue of identation)
- Gigi-gigi tampak renggang-renggang (general diastema)
Palatum : normal / tinggi / rendah serta normal / lebar / sempit
Gingiva : Normal / hypertophy / hypotropy
Mucosa : normal / inflamasi / kelainan lainnya
Frenulum labii superior : normal / tinggi / rendah , tebal / tipis
Frenulum labii inferior : normal / tinggi / rendah , tebal / tipis
Frenulum lingualis : normal / tinggi / rendah , tebal / tipis
IV.

MAHASISWA MAMPU MEMAHAMI


TENTANG ANALISIS FUNGSIONAL

DAN

MENJELASKAN

Analisis Fungsional :
1. Freeway Space
a. Jarak antar oklusal pada saat mandibula berada dalam posisi istirahat

b. Merupakan pedoman dalam pembuatan biteriser posterior pada kasus


crossbite anterior
c. Jika FWS> overbite, tidak perlu biteriser
d. Bibir atas dan bawah berkontak
e. REST POSITION :
- Posisi normal mandibula dalam hubungan dengan tulang muka bagian
atas
- Otot dalam relaksasi
- Kondilus mandibulapada posisi retrusi pada fossa glenoidalis
- Ditentukan oleh panjang anatomis otot yang bekerja pada mandibula
- Umumnya rest position terjadi setiap waktu
2. Path Of Closure
Gerakan mandibula dari posisi istirahat ke oklusi sentrik
Berupa gerakan engsel melewati freeway space
Arahnya keatas dan kedepan
Posisi mandibula dalam path of closure :
a. Deviasi Mandibula
- Posisi kebiasaan mandibula, oklusi, kondilus berada dalam posisi
normal pada fossa glenoidalis
- Mandibula dalam posisi kebiasaan maka jarak antaroklusal
bertambah sedangkan kondilus letaknya lebih maju pada fodds
glenoidalis
- arahnya keatas dan kebelakang
- oklusi : mandibula dalam relasi sentrik
- pada saat menutup mulut garis median normal, tapi pada saat
membuka mulut tidak berada dalam garis median.

b. Displacement
- Dapat terjadi selama pertumbuhan gigi
- Kontak prematur menyebabkan displacement
- Displacement tranversal : crossbite posterior
- Bila lebar lengkung gigi RA dan RB sama besar perlu displacement
tranversal untuk mencapai oklusi maksimum.

- Displacement tranversal tidak menambak jakrak antaroklusal


- Displacement anterior terjadi pada pasien dengan crossbite ringan
anterior
- Displacement posterior sering terjadi pada pasien kehilangan gigi
posterior.
Pemeriksaan path of closure :
- Pasien menutup mandibula dari posisi istirahat keoklusi
- Perhatikan posisi garis median pada saat istirahat dan oklusi
c. Temporo Mandibular Joint
1. Lebar pembukaan maksimal 25 44 mm
2. Gerakan kelateral 7 mm
3. Gerakan ke anterior 6 mm
4. Pemeriksaan dengan palpasi
f.Gangguan TMJ
a. Pada sendi
- Displacement mandibula
- Kerusakan pada diskus intraartikularis
b. Pada otot
Tanda-tanda :
- Rasa sakit
- Terbatas pembukaan
V. MAHASISWA MAMPU MEMAHAMI DAN MENJELASKAN TENTANG
ANALISIS MODEL STUDI
Model studi merupakan rekam orthodontik yang penting digunakan pada
perawatan orthodontik.
Dari analisis model dapat diketahui :
Bentuk lengkung gigi
Ciri-ciri :
- Parabola : Kaki lengkung (dari P1 sampai M2 kanan dan kiri)
beberbentuk garis lurus devergen ke posterior dengan posisi gigi M2

merupakan terusan kaki lengkung, sedangkan puncak lengkung (C


C) berbentuk garis lengkung (curved).
Setengah elips : Kaki lengkung berbentuk garis lengkung konvergen
ke posterior ditandai oleh posisi gigi M2 mulai berbelok kearah
median line sedangkan puncak lengkung juga merupakan garis
lengkung (curved).
Trapezoid : Kaki lengkung merupakan garis lurus devergen ke
posterior dan puncak lengkung merupakan garis datar di anterior dari
gigi C C.
U-form : Kaki lengkung merupakan garis lurus sejajar ke posterior,
sedangkan puncak lengkung merupakan garis lengkung.
V-form : Puncak lengkung merupakan garis lurus devergen ke
posterior, tetapi puncak lengkung merupakan garis menyudut ke
anterior ditandai dengan posisi gigi I2 masih merupakan terusan kaki
lengkung lurus konvergen ke anterior.
Setengah lingkaran : Kaki lengkung dan puncak lengkung merupakan
garis lengkung merupakan bagian dari setengah lingkaran. Ini biasanya
dijumpai pada akhir periode gigi desidui sampai awal periode gigi
campuran (mixed dentision) .

Ukuran Gigi
Untuk mendapatkan oklusi yang baik, diperlukan ukuran gigi yang
proporsional antara gigi RA dan RB.
Gigi gigi yang membentuk lengkung gigi dapat menunjukkan kelainan
dalam : jumlah, posisi, bentuk dan besar.
Kurva Spee
- Ferdinand Graf von Spee adalah orang pertama yang menemukan
kurva spee pada tahun 1890.
Kurva spee merupakan bagian posterior dari lengkung oklusal,
dimulai dari ujung cusp caninus, ujung cuspbukal gigi P dan M
menyambung sampai ke tepi anterior ramus mandibula. Kurva spee
merupakan kurva lengkung gigi yang dilihat dari bidang sagital.
Kurva spee untuk RA disebut sebagai kurva kompensasi.

Ada 2 komponen kurva spee :


- Anteroposterior yang berperan pada pergerakan prostusif
- Crossarch, berperan pada gerakan lateral
Beberapa tipe kurva spee :
- Datar
: dengan kedalaman kurva spee 2 mm
- Normal : dengan kedalaman kurva spee 2mm ttp < 4 mm
- Dalam
: dengan kurva spee > 4mm
Diskrepansi Model
Diskrepansi pada model adalah perbedaan antara tempat yang tersedia
dengan tempat yang dibutuhkan.
Untuk mengetahui diskrepansi pada model :
- Tempat yang tersedia adalah tempat di sebelah mesial M1 kiri s/d
mesial M1 kanan yang akan ditempati gigi permanen dalam posisi
yang benar.
Cara mengukur :
RA dengan kawat tembaga melewati fissure gigi posterior kiri
kemudian melewati insisal insisivus yang letaknya benar terus
melewati fissure gigi posterior kanan.
RB dengan kawat melewati tonjol bukal gigi posterior.
- Tempat yang dibutuhkan adalah jumlah lebar mesiodistal gigi
permanen disebelah mesial M1 permanen kiri s/d M1 permanen kanan
( P2kiri sampai P2 kanan ).
- Jumlah lebar 4 insisifus atas permanen antara 28 mm- 36 mm dianggap
normal.
Proffit dkk, mengatakan bahwa :
- Bila kekurangan tempat sampai dengan 4 mm tidak perlu
dilakukan ekstraks.
- Bila kekurangan tempat 5 9 mm, biasanya masih dapat dirawat
tanpa ekstraksi tapi sering juga dilakukan ekstraksi
- Bila kekurangan tempat >10 mm selalu diperlukan ekstraksi gigi
permanen.
Malerasi dan Malposisi

Malerasi

Pengamatan pada model studi :


- Relasi antero posterior :
Mesioklusi, distoklusi
Overjet, crossbite anterior
- Relasi lateral :
Cups to cups bite, crossbite
Pergeseran median line
- Relasi Vertikal :
Supraoklusi, infraoklusi
Open bite, edge to edge bite

Maloklusi
Pengamatan pada modwel studi RA dan RB :
- Linguo/palatoversi, labioversi
- Rotasi
- Aksiversi
- Mesioversi, distoversi
- Tranversi
Relasi Gigi Posterior
Relasi jurusan sagital
Relasi molar yang dapat terjadi adalah :
- Netroklusi
: tonjol mesiobukal M1 permanen atas terletak
pada lekukan bukal M1 permanen bawah.
- Distoklusi
: tonjol distobukal M1 atas terletak pada lekukan
bukal M1 bawah.
- Mesioklusi
: tonjol mesiobukal M1 atas terletak pada tonjol
distal M1 bawah.
- Gigitan tonjol : tonjol mesiobukal M1 atas beroklusi dengan
tonjol mesiobukal M1 bawah
- Tidak ada relasi: bila salah satu M1 tidak ada. Mis, telah dicabut

Relasi jurusan tranversal

- Pada keadaan normal, relasi tranversal gigi posterior adalah gigitan


fissura luar RA, oklusi RA lebih lebar daripada RB.
- Bila RA terlalu sempit atau terlalu lebar dapat menyebabkan
terjadinya perubahan relasi gig posterior dalam jurusan traversal.
- Perubahan yang dapat terjadi adalah gigitan tonjol, gigitan fissura
dalam atas dan gigitan fissura luar atas.

Relasi jurusan vertikal


Dapat berupa gigitan terbuka, berarti tidak ada kontak antara gigi atas
dan bawah pada saat oklusi.
Relasi Gigi Anterior
Jurusan sagital ada overjet/ jarak gigit
Relasi gigi anterior dapat terjadi gigitan silang/ gigitan terbalik dan
edge to edge.
Jurusan vertikal ada overbite/ tumpang gigit
Relasi gigi anterior dapat terjadi gigitan dalam, gigitan terbuka, dan
edge to edge.
VI.

MAHASISWA MAMPU MEMAHAMI


TENTANG PENAPAKAN SEFALOMETRI.

DAN

MENJELASKAN

Defenisi titik titik sefalometri


Pada jaringan keras
- Sella (S)
: pusat dari outline pituitary fossa (sella tursica )
- Nasion (N) : titik paling anterior perpotongan Os nasal dan Os
Frontal
- Orbitale (O) : titik pada inferior orbita (foramen infra Orbitalis )
- Titik A
: titik terdalam dari kontur premaksila ( antara ANS dan
akar gigi I atas )
- Titik B
: titik terdalam dari kontur mandibula (dekat
dengan akar gigi I bawah)

Pogonion (Pog): titik paling anterior dari kontur dagu


Menton (Me)
: titik paling inferior dari dagu
Gnation (Gn)
: titik pada dagu antara Pg dan Me
Gonion (G) : titik tengah dari kontur mandibula ( antara ramus dan
korpus mandibula )
Porion (Po) : titik paling superior dari meatus akustikus eksternus
ANS/SNA : ujung anterior dari nasal spine
PNS/SNP : ujung posterior dari palatum durum
Basion
: titik paling inferior dan posterior dari Os occipitale,
berhubungan dengan margin anterior foramen magnum.
Artikulare(Ar): pertemuan batas inferior basis cranii dan tepi
posterior condulis.
Ptm
: fissura yang berbentuk seperti tetesan air mata

Pada jaringa lunak


- Glabella (G) : titik paling prominent di midsagital plane pada dahi.
- Pronasal (Pr)
: titik paling prominent dari ujung hidung
- Labralesuperius (Ls) : titik median di margin teratas bibir atas
- Labraleinferius (Li)
: titik median di margin teratas bibir bawah
- Soft tissue pogonion (Pog) : titik paling prominent pada kontur
jaringan lunak dagu
Langkah langkah melakukan penapakan sefalometri ( tracing )
1. Perlu mengetahui anatomi cranial
2. Bila ada siapkan model studi, foto panoramik dan foto intra-ekstra oral
3. Siapkan viewer, kertas asetar, pensil 2H atau 3H, isolasi, penghapus
pensil
4. Posisikan sefalogram dengan posisi kepala pasien menghadap ke kiri
5. Beri identitas pada kertas asetat dan sefalogram
6. Titik untuk menandai bagian tertentu cukup dibuat sekescil mungkin
7. Buat tanda cross dengan pensil di bagian supero-anterior dan postinferior pada sefalogram (sebagai pemandu/ acuan penapakan)
8. Rekatkan kertas asetat diatas sefalogram dengan menggunakan isolasi
dibagian atas saja

9. Awali dengan menapaki kontur kepala terluar hingga ke profil wajah (jar
lunak)
10.Lanjutkan dengan menapaki jaringan keras pada kontur kepala, dari
posterior ke anterior
11.Temukan spina nasalis untuk menemukan titik N (bagian ter anterior dari
sutura frontalis ) -> radiolusen
12.Perhatikan regio pelipis untuk menemukan outline pituitary fossa ( sella
tursica) yang berbentuk S. Buat titik pada pertengahan daerah tersebut
untuk ditandai sebagai titik S.
13.Menyusuri tepi posterior rongga orbita kearah inferio-anterior akan
ditemukan foramen infraorbitalis. Sering ditemukan 2 titik foramen
infraorbitalis. Dapat dipilih bagian yang terinferior atau mengambil
pertengahannya untuk dijadikan titi O.
14.Untuk membuat sefalogram biasanya dipasangkan sefalostat pada daerah
telinga (lingkaran radiopak). Dekat dengan daerah tersebut dapat
ditemukan foramen meatus akustikus eksternus (radiolusen) . bagian
tersuperior dari rongga tersebut ditandai sebagai titik Po, biasanya posisi
porion setinggi kepala kondil.
15.Buatlah gambar insisifus atas dan bawah sesuai anatominya. Pilih gigi
yang paling prominen sebagai patokan (bila inklinasi gigi insisifus atas
kiri dan kanan berbeda).
16.Perhatikan regio maksila untuk menemukan bentuk Os maksila. Titik
paling posterior dari palatum durum ditandai sebagai titik PNS,
mengarah ke anterior pada ujung spina nasalis ditandai sebagai titik
ANS.
17.Dari ANS dapat dibuat garis tepi anterior dari premaksila ( mencekung )
mengarah keservikal gigi I1 atas. Bagian tercekung dari kontur tersebut
ditandai sebagai titik A. Biasanya posisi titik A setinggi apeks I1 atas.
18.Dari serviko-labial I1 bawah ke arah infero-anterior akan doperoleh
outline cekungan. Bagian tecekung dari regio tersebut ditandai sebagai
titik B. Berlanjut membentuk outline dagu dan membentuk simpisis
mandibula berakhir di serviko-lingual gigi I1 bawah.
19.Bagian paling interior dari kontur dagu ditandai sebagai titik Pog, bagian
paling inferior dagu ditandai sebagai titik Me, dan pada pertengahan
kedua titik ditandai sebagai Gn.

20.Ingat bagaimana bentuk mandibula. Diawali dengan membuat kepala


kondil kearah posteroinferior untuk mendapatkan outline ramus
mandibula, dilanjutkan dengan korpus mandibula. Bila ditemukan 2
buah outline dapat dipilih mana yang lebih tegas atau dapat membuat
garis putus-putus diantara 2 outline tersebut untuk dijadikan sebagai
dasar mandibula. Lanjutkan dengan membuat prosesus koronoideus pada
bagian anterior dari kepala kondil.
21.Buatlah garis yang menyinggung tepi poterior mandibula. Perpotongan
kedua garis tersebut dibagi 2 sama besar dan memproyeksikan pada
regio angulus mandibula untuk mendapatkan titik Go.
22.Lakukan penapakan pada tepi inferior basis cranii dan posterior dari Os
occipitale, berhubungan dengan margin inferior foramen magnum dan
tandai titik paling inferior sebagai Ba.
23.Pada pertemuan batas inferior basis cranii dan tepi posterior condylus
tandai sebagai titik Ar.
24.Pada daerah superior dari PNS dan anterior dari proc coronoideus akan
ditemukan fissura yang berbentuk seperti tetesan air mata, tandai titik
paling superior sebagai Ptm.
25.Buatlah anatomi molar satu atas dan bawah sesuai oklusi yang dimiliki
pasien. Oklusi pada daerah M1 dan I1 dapat menggambarkan bidang
oklusi.
26.Pada dahi, bagian paling prominent ditandai sebagai titik (G)
27.Pada bagian terujung hidung ditandai sebagai Pr
28.Pertengahan outline dari garis bibir atas ditandai sebagai titik Ls.
29.Pertengahan outline dari garis bibir bawah ditandai sebagai titik Li.
30.Pada dagu bagian paling prominent ditandai sebagai titik Pog
31.Setelah menemukan titik-titik diatas lakukan pembuatan garis yang
dibutuhkan untuk menentukan nilai SNA, SNB, ANB, IMPA, FMPA dan
N-Pg dari pasien.
32.Buat kesimpulan analisa sefalometri
- Hubungan mandibula terhadap maksila (orthognatiu/retrognati/
prognati) dengan maksila (N/ protruded/ retruded ) dan mandibula (N/
protruded/ retruded)
- Inklinasi I atas terhadap basisi cranii (N/protrusif/retrusif) dan I bawah
terhadap basis cranii (N/protrusif/retrusif)

- Profil skeletal (lurus/cembung/ cekung) dan profil jaringan lunak


(lurus/cekung/cembung) serta pertumbuhan 1/3 muka bawah (N/ >N
/<N)

DAFTAR PUSTAKA
2.

Kusnoto, H. Penggunaan Sefalometri Radiografi dalam bidang


Orthodonti, Bagian Orthodonti, Fakultas Trisakti, Jakarta, 1977.
3. Linden, F. P.G.M. Vd. L., and Boersma, H,. Diagnosis end Tratment
Planning in Dentofacial Orthopedics, Quintessence Publishing Co., Ltd.,
London, Chicago, Berlin, Tokyo, Sao Paulo, 1987.
4. Hendro Kusnoto, Penggunaan Cephalometri Radiografi dalam Bidang
Orthodonti
5. Kuliah pengantar kedokteran gigi universitas andalas

Anda mungkin juga menyukai