Anda di halaman 1dari 7

ETIOLOGI MALOKLUSI

Maloklusi merupakan kelainan perkembangan dimana kebanyakan disebabkan oleh proses patologis, yang
penyebab utamanya yaitu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Meskipun sulit mengetahui
penyebab maloklusi tetapi beberapa peneliti telah meneliti tentang faktor-faktor penyebab terjadinya maloklusi. Peneliti
telah membagi factor penyebab terjadinya maloklusi yaitu factor yang spesifik, pengaruh genetika, dan pengaruh
lingkungan.2,7
2.2.1 Faktor spesifik
Terjadinya gangguan pertumbuhan dan perkembangan embriologi banyak mengakibatkan kecacatan maupun
maupun kematian pada saat masih dalam kandungan. Gangguan-gangguan yang terjadi pada masa pertumbuhan dan
perkembangan yaitu :
a Gangguan pertumbuhan tulang
Cedera pada lahir dibagi menjadi dua kategori yaitu (1) intrauterine molding dan (2) trauma pada mandibula selama
proses kelahiran berlangsung.hal ini dapat terjadi karena adanya tekanan yang diberikan pada bayi saat proses
kelahiran berlangsung.
b Disfungsi otot
Otot-otot wajah dapat mempengaruhi pertumbuhan rahang dalam dua cara. Pertama pembentukan tulang pada titik
otot yang tergantung pada aktivitas otot. Kedua otot merupakan bagian penting dari seluruh jaringan matriks lunak
yang pertumbuhannya biasanya mengakibatkan rahang bawah ke depan.
c Gangguan perkembangan gigi
Gangguan perkembangan gigi biasanya disertai dengan cacat bawaan. Misalnya hilangnya gigi secara congenital
yaitu gangguan yang terjadi pada tahap awal pembentukan gigi (inisiasi dan proliferasi). Hal ini biasanya dikenal
dengan nama anadontia dan oligodontia. Contoh lain adalah cacat dan supernumery teeth yaitu kelainan pada
ukuran gigi yang terjadi pada tahap morphodifferensiasi dan histodifferensiasi (tahap pengembangan).
d Gigi sulung tanggal prematur
Gigi sulung yang tanggal prematur dapat berdampak pada susunan gigi permanen. Semakin mudah umur pasien
pada saat tanggal ,akibatnya akan semakin besar terhadap susunan gigi permanen. Misalnya jika molar kedua
sulung tanggal secara prematur karena karies , kemidian gigi permanen akan bergeser ketempat diastema sehingga
tempat untuk premolar kedua permanen berkurang dan premolar kedua akan tumbuh diluar dari tempatnya.
e persistensi gigi
Persistensi gigi sulung (over retained deciduous teeth) yaitu gigi sulung yang sudah melewati waktunya tanggal
tetapi tidak tanggal.
f Trauma
Jika terjadi trauma pada gigi sulung akan mengakibatkan benih gigi permanen bergeser sehingga akan
mengakibatkan kelainan pertumbuhan pada gigi permanen contohnya akar gigi yang mengalami distorsi atau
bengkok. Hal ini dapat mempengaruhi gigi permanen yang berada didekatnya sehingga erupsi di luar lengkung gigi.
g Pengaruh jaringan lunak
Tekanan dari jaringan lunak akan memeberi pengaruh yang besar terhadap letak gigi. Meskipun tekanannya kecil
tetapi berlangsung lebih lama akan tetap menghasilkan dampak. Misalnya lidah yang makroglosia akan
mengakibatkan terjadinya maloklusi.
h Kebiasaan buruk
kebiasaan buruk berfrekuensi cukup tinggi dengan intensitas yang cukup dapat menyebabkan terjadinya maloklusi.
Contohnya kebiasaan mengisap jari atau benda-benda lain dalam waktu yang berkepanjangan dapat menyebabkan
maloklusi.
2.2.2 Pengaruh genetika
Pengaruh genetika sangat kuat pada pembentukan wajah yaitu pembentukan hidung, rahang, dan tampilan senyum.
Hal ini dapat dilihat dari beberapa keluarga yang terjadi maloklusi.
a. Terjadinya disharmoni antar ukuran rahang dengan ukuran gigi yang menghasilkan crowded atau diastema.
b. Terjadinya disharmoni antar ukuran rahang atas dengan ukuran rahang bawah yang menyebabkan tidak adanya
hubungan oklusi.
Hal ini terjadi karena adanya persilangan genetic dari individu satu dengan yang lain sehingga menghasilkan
individu baru yang mewarisi sebagian dari individu induk.
2.2.3 Pengaruh lingkungan
Pengaruh lingkungan selama pertumbuhan dan perkembangan pada wajah, rahang, dan gigi sebagian besar terdiri
dari tekanan dan kekuatan terkait dengan aktivitas fisiologis. Fungsi harus beradaptasi dengan lingkungan. Misalnya,
bagaimana Anda mengunyah dan menelan akan ditentukan oleh apa yang Anda harus makan, tekanan terhadap rahang
dan gigi akan mempengaruhi pertumbuhan rahang dan erupsi gigi.
2.4 PENEGAKKAN DIAGNOSIS
2.4.1 Identifikasi pasien9
Pencatatan identitas pasien meliputi :
1. Nama Pasien : Nama pasien dicatat dengan benar sesuai dengan yang dimaksud pasien.
2. Umur : Pencatatan umur diperlukan untuk :

Mengetahui apakah pasien masih dalam masa pertumbuhan atau sudah berhenti
Pertumbuhan gigi-geligi masih termasuk periode gigi susu/ decidui , campuran/ mixed atau tetap/
permanent.
Gigi yang sudah erupsi sudah sesuai dengan umur pasien (menurut umur erupsi gigi).
Menetapkan jenis alat ortodontik yang tepat untuk digunakan (alat cekat atau lepasan, alat aktif atau
fungsional)
Untuk memperkirakan waktu /lama pe rawatan yang diperlukan. Apakah perawatan bisa segera
dilaksanakan atau harus ditunda, berapa lama dibutuhkan perawatan aktif dan berapa la ma diperlukan
untuk periode retensi
3. Jenis kelamin : Pencatatan jenis kelamin pasien diperlukan berkaitan segi psikologi perawatan : Pasien wanita
lebih sensitif dari pada pasien lelaki oleh karena itu perawatan harus dilakukan dengan cara yang lebih lemah
lembut dari pasien lelaki.
Pasien wanita lebih memperhatikan secara detil keteraturan giginya dari pada pasin laki-laki.
Pasien wanita biasanya lebih tertib le bih sabar dan lebih telaten dari pada pasien lelaki dalam melaks anakan
ketentuan perawatan.
4. Alamat : Pencatatan alamat (dan nomer telepon) diperlukan ag ar operator dapat menghubungi pasien dengan
cepat bila diperlukan . Sebaliknya pasien juga diberi alamat (dan nomer telepon) ope rator untuk mempermudah
komunikasi.
5. Pendidikan : Dengan mengetahui pendidikan pasien, operator dapat menyesuaikan cara memberi penerangan,
cara memotivasi pasien).
6. Suku bangsa : Pencatatan suku bangsa diperlukan karena suatu kelompok suku bangsa atau ras tertentu akan
mempunyai ciri-ciri spesifik yang masih termasuk normal untuk kelompok tersebut (misalnya suku bangsa
Negroid sedikit protrusif masih termasuk normal).
7. Pekerjaan pasien/pekerjaan orangtua :pencatatan pekerjaan pasien diperlukan untuk mengetahui keadaan ekonomi
pasien.
2.4.2 Anamnesis/pemeriksaan subjektif9,10
Anamnesis adalah salah satu cara pengumpulan data status pasien yang didapat dengan cara operator mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan keadaan pasien :
Anamnesis meliputi :
1. Keluhan Utama (chief complain/main complain ) :
Keluhan utama adalah alasan/motivasi yang menyebabkan pasien datang untuk dirawat. Dari keluhan yang telah
dikemukakan itu akan dapat diketahui:

Apa sebenarnya yang pasien inginkan untuk mendapat perbaikan dari operator/dokter gigi
Apakah keluhan itu memungkinkan untuk ditanggulangi dengan perawatan ortodontik ?
Apakah keluhan itu menyangkut faktor estetik atau fungsional (bicara , mengunyah) ?
Keluhan utama bisanya diikuti oleh keluhan sekunder yaitu keluhan yang baru disadari setelah mendapat
penjelasan dari operator: Apakah ada keadaan lain yang tidak disadari oleh pasien yang merupakan suatu kelainan
yang memungkinkan untuk dirawat secara ortodontik ? Jika ada ini perlu dijelaskan dan dimintakan persetujuan
untuk dirawat.

2. Riwayat Kasus (Case History)


Disini dimaksudkan agar operator dapat menelusuri riwayat pertumbuhan dan perkembangan pasien yang melibatkan
komponen dentofasial sampai terjadinya kasus maloklusi seperti yang diderita pasien saat ini. Rawayat kasus dapat
ditelusuri dari beberapa aspek :
a. Riwayat Gigi-geligi (Dental History):
Anamnesis riwayat gigi-geligi dimaksudkan untuk mengetahui proses pertumbuhan dan perkembangan gigigeligi pasien sampai keadaan sekarang sehingga dapat diketahui mulai sejak kapan dan bagai mana proses
perkembangan terbentuknya maloklusi pasien.
Meliputi riwayat pada :

Periode gigi susu (Decidui Dentition ) : Untuk mengetahui adakah poses pertumbuhan dan perkembangan
maloklusi pasien dimulai pada periode ini ?
- Adakah gigis ( rampant caries) pada waktu masa gigi susu ?
- Adakah karies pada sela-sela gigi-gigi (proximal caries) pada waktu gigi susu ? Di daerah mana ?
- Apakah karies ini ditambalkan ke dokter gigi?

- Penahkah mendapat benturan (trauma) pada gigi-gigi susu? Di bagian mana ?


Periode gigi campuran (Mixed Dentitition) : Adakah proses pergantian dari gigi susu ke gigi permanen ini
sebagai penyebab terjadinya maloklusi? Perlu diketahui kemungkinan adanya persistensi /prolonged
retensi bahkan prematur loss .
- Ketika gigi-gigi susu mulai goyah apakah dicabutkan kedokter gigi secara teratur ?
- Adakah gigi-gigi yang sampai kesundulan / persistensi? Di daerah mana ?
- Adakah gigi susu yang karies besar tidak dirawat. Adakah sisa-sisa akar gigi susu yang tertinggal pada
saat gigi permanen mulai erupsi ?
- Adakah gigi-gigi permanen yang terlam bat tumbuh (terlalu lama ompong)
Periode gigi permanen ( Permanent Dentition) : Untuk mengetahui apakah maloklusi pasien dimulai
pada periode ini ?
- Adakah karies pada gigi permanen. Apakah sudah ditambal / apakah mendapat perawatan syaraf
(endodontik) ?
- Adakah gigi permanen yang telah dicabut ? Kapan ? Karena apa ? Apakah ada gigi yang telah dicabut
dibiarkan tidak diganti dalam waktu yang lama ?
- Adakah gigi tidak bisa tumbuh / impaksi ? Apakah sudah dica but atau agenese ?
- Adakah benturan / trauma pada gigi-gigi permanen , dibagian mana ?
b. Riwayat Penyakit (Desease History) :
Anamnesis Riwayat penyakit tujuannya untuk mengetahui :

Adakah penyakit yang pernah / sedang diderita pasien dapat menggangu proses pertumbuhan, perkembangan
rahang dan erupsi normal gigi-geligi, sehingga diduga sebagai penyebab maloklusi.
Adakah penyakit yang diderita pasien dapat mengganggu / menghambat proses perawatan ortodontik yang akan
dilakukan.
Adakah penyakit yang kemungkinan dapat menular kepada operator
Perlu diketahui pada umur berapa dan berapa lama penyakit itu diderita pasien dan apakah sekarang masih dalam
perawatan dokter, dokter siapa ?
Penyakit yang dimaksud antara lain :
- Penyakit kekurangan gizi pada masa kanak-kanak
- Tonsilitis atau Adenoiditis
- Hypertensi atau penyakit Jantung
- Hepatitis atau Lever
- Asthma
- Tubercolosis
- HIV atau AIDS
- Allergi terhadap obat tertentu
Dll.
c. Riwayat keluarga (Family History) :
Tujuan dari anamnesis riwayat keluarga adalah untuk mengetahui apakah maloklusi pasien merupakan faktor
herediter (keturunan) yang diwariskan dari orang tua. Untuk iru perlu ditanyakan keadaan gigi-geligi kedua orang
tua dan saudara kandung pasien.
2.4.3

Pemeriksaan klinis/pemeriksaan objektif 9,10


1. Umum / General
Pemeriksaan klinis secara umum pada pasien dapat dilakukan dengan mengukur dan mengamati :
Tinggi badan : cm.
Berat badan : kg.
Keadaan jasmani
: baik / cukup / jelek
Keadaan mental
: baik / cukup / jelek
Status gizi
: baik / cukup / jelek
Maksud pemeriksaan klinis menyangkut tinggi badan, berat badan, keadaan jasmani serta keadaan gizi
pasien adalah untuk memperkirakan pertumbuhan dan perkembangan pasien secara umum, sedangkan data
keadaan mental pasien diperlukan untuk menentukan apakah pasien nanti dapat bekerj a sama (kooperatif)
dengan baik bersama operator dalam proses perawatan untuk mendapatkan hasil perawatan yang optimal.
2. Khusus / Lokal :
a. Luar mulut / Ekstra Oral :
Bentuk muka : simetris / asimetris
Tipe muka : Menurut Martin (Graber 1972) dikenal 3 tipe muka yaitu :
- Brahisepali : lebar, persegi

- Mesosepali : lonjong / oval


- Oligisepali : panjang / sempit
Otot-otot mastikasi dan otot-otot bibir Serabut otot bersifat elastis , mempunyai dua macam keteganga
n (tonus), aktif dan pasif. Pada waktu kontraksi terdapat ketegangan yang aktif dan apabila dalam
keadaan dilatasi terdapat ketegangan pasi f. Dengan demikian pada waktu istirahat otot-otot mastikasi
dan bibir mempunyai tonus yang dalam keadaan normal terdapat keseimbangan yang harmonis, bila
tidak normal tonus otot sangat kuat ( hypertonus) atau sangat lemah (hipotonus ) dapat menimbulkan
anomali pada lengkung gigi akibat adanya ketidakseimbangan atara tekanan otot di luar dan di dalam
mulut.
b. Dalam mulut /Intra oral :
Pemeriksaan intraoral dilakukan dengan mengamati :
Kebersihan mulut (oral hygiene / OH) : baik / cukup / jelek
Ini dapat ditetapkan dengan Indeks OHIS, pasien yang kebersihan mulutnya jelek kemungkinan besar
kebersihan mulutnya akan lebih jelek lagi selama perawatan dilakukan , oleh karena itu motivasi kebe
rsihan mulut perlu diberikan sebelum perawatan ortodontik dilakukan.
Keadaan lidah : normal / macroglossia / microglossia Pasien yang mempunyai lidah besar ditandai oleh
:
- Ukuran lidah tampak besar di bandingkan ukuran lengkung giginya
- Dalam keadaan relax membuka mulut, lidah tampak luber menutupi permukaan oklusal gigi-gigi
bawah.
- Pada tepi lidah tampak bercak-bercak akibat tekanan permukaan lingual mahkota gigi ( tongue of
identation)
- Gigi-gigi tampak renggang-re nggang (general diastema)
Palatum : normal / tinggi / rendah serta normal / lebar / sempit Pasien dengan pertumbuhan rahang
rahang atas kelateral kurang (kontraksi) biasanya palatumnya ti nggi sempit, sedangkan yang
pertumbuhan berlebihan (distraksi) biasanya mempunyai palatum rendah lebar. Jika ada kelainan
lainnya se perti adanya peradangan, tumor, torus, palatoschisis, dll.
Gingiva : Normal / hypertophy / hypotropy. Adanya peradangan pada gingiva bisa ditetentukan dengan
gingival indeks (GI)
Mucosa : normal / inflamasi / kelainan lainnya. Pasien dengan oral hygiene yang jelek biasanya
mempunyai gingiva dan mucosa yang inflamasi dan hypertropy.
Frenulum labii superior : normal / tinggi / rendah , tebal / tipis
Frenulum labii inferior : norma l / tinggi / rendah , tebal / tipis
Frenulum lingualis
: normal / tinggi / rendah , tebal / tipis
Tonsila palatina : normal / inflamasi / hypertrophy
Tonsila lingualis : normal / inflamasi / hypertrophy
Tonsila pharengea : normal / inflamasi / hypertrophy
Bentuk lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah : Parabola / Setengah elips / Trapeziod / U-form /
V-form / Setengah lingkaran
Pemeriksaan gigi geligi.
2.4.4 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada perawatan ortodontik adalah analisis sefalometri dan analisis model studi.
B. PEMERIKSAAN RADIOGRAFI (FOTO RONSEN)
Pemeriksaan foto ronsen yang paling sering dilakukan adalah pemeriksaan menggunakan foto ronsen panoramik.
Kegunaan pemeriksaan foto ronsen panoramik adalah:
1. Melihat hubungan antara gigi-gigi pada satu rahang dan hubungan gigi-gigi rahang atas dengan rahang bawah.
2. Melihat tahap perkembangan gigi tetap dan resorbsi akar gigi sulung. Informasi perkembangan gigi diperlukan untuk
memberikan informasi mengenai perkembangan oklusi gigi dan waktu yang tepat untuk perawatan.
3.
Melihat ada tidaknya kelainan patologis.
Pemeriksaan panoramik sangat membantu untuk menilai apakah suatu prosedur dental diperlukan sebagai langkah awal
sebelum melakukan perawatan ortodontik. Berbagai struktur abnormal dapat ditemukan dalam pemeriksaan ini.
C. ANALISA SEFALOMETRI
Analisa sefalometri terbagi dalam pemeriksaan sefalometri lateral dan frontal. Adapun kegunaan pemeriksaan sefalometri
adalah untuk:

Mempelajari pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial

Mendiagnosa kelainan kraniofasial;

Mempelajari profil wajah;

Merencanakan perawatan ortodonti;


Evaluasi hasil perawatan ortodonti;
Merencanakan dan mengevaluasi hasil perawatan bedah ortognati;
Analisa fungsi sendi rahang; dan
Untuk tujuan penelitian.
a) Analisis sefalometri
Pada awalnya analisis sefalometri l ebih banyak digunakan untuk mempelajari pertumbuhkembangan
kompleks kraniofasial kemudian berkembang sebagai sarana untuk mengevaluasi keadaan klinis misalnya
membantu menentukan diagnosis, merencanakan perawatan, menilai hasil perawatan dalam bidang ortododntik.
Analisis sefalometri meliputi analisis dental, skeletal, dan jaringan lunak. Analisis ini berguna untuk mengetahui
pertumbuhan skeletal, diagnosis sefalometri, perencanaan perawatan dan hasil perawatan. 2
b) Analisis model studi
Analisis model studi merupakan salah satu sumber informasi penting untuk menentukan diagnosis
ortodonti. Diagnosis yang menyeluruh akan menentukan kelengkapan rencana perawatan. Rencana perawatan
yang lengkap dan akurat akan menetukan keberhasilan perawatan.
Analisis model studi adalah penilaian tiga dimensi terhadap gigi geligi pada rahang atas maupun
rahang bawah, serta penilaian terhadap hubungan oklusalnya. Kedudukan gigi pada rahang maupun
hubungannya dengan geligi pada rahang lawan dinilai dalam arah sagital, transversal, dan vertikal. 12
Untuk keperluan diagnosis ortodonti, model studi harus dipersiapkan dengan baik dan hasil cetakan harus
akurat. Hasil cetakan tidak hanya meliputi seluruh gigi dan jaringan lunak sekitarnya, daerah di vestibulum pun
harus tercetak sedalam mungkin yang dapat diperoleh dengan cara menambah ketinggian tepi sendok cetak
hingga dapat mendorong jaringan lunak di daerah tersebut semaksimal mungkin, sehingga inklinasi mahkota
dan akar terlihat. Jika hasil cetakan tidak cukup tinggi, maka hasil analisis tidak akurat. Model studi
dengan basis segi tujuh, yang dibuat dengan bantuan gigitan lilin dalam keadaan oklusi sentrik serta
diproses hingga mengkilat, akan memudahkan pada saat analisis dan menyenangkan untuk dilihat pada saat
menjelaskan kasus kepada pasien.12
Macam-macam analisis model studi :
1. Analisis geligi tetap
a) Analisis Arch Length Discrepancy (ALD)
Analisis ALD merupakan salah satu cara penetapan kebutuhan ruang untuk pengaturan gigi-gigi dalam
perawatan ortodontik. Analisis ini juga merupakan penyederhanaan dari metode analisis Set up model yang
dikemukakan oleh Kesling (1956). Tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui perbedaan panjang lengkung
rahang dengan panjang lengkung gigi sehingga diketahui berapa selisihnya agar dapat ditentukan indikasi
perawatannya.5
Metode ini mempunyai prinsip dasar yang sama dengan metode Kesling, yaitu menetapkan diskrepansi
antara lengkung gigi yang direncanakan dengan besar gigi yang akan ditempatkan pada lengkung tersebut pada
saat melakukan koreksi maloklusi. Perbedaannya adalah, pada metode Kesling dilakukan langsung pada model
dengan memisahkan gigi - gigi yang akan dikoreksi dengan cara menggergaji masing - masing mahkota gigi
dari bagian processus alveolarisnya setinggi 3 mm dari marginal gingiva, kemudian menyusun kembali pada
posisi yang benar. Diskrepansi ruang dapat diketahui dari sisa ruang untuk penempatan gigi Premolar pertama
dengan lebar mesiodistal gigi tersebut untuk masing - masing sisi rahang. 5
Pada metode determinasi lengkung dilakukan dengan cara tidak langsung yaitu dengan mengukur panjang
lengkung ideal yang direncanakan pada plastik transparan di atas plat gelas, kemudian membandingkan dengan
jumlah lebar mesiodistal gigi yang akan ditempatkan pada lengkung tersebut. Dengan metode ini perencanaan
perawatan akan lebih mudah dilakukan karena tidak perlu membuat model khusus (Set up model), jadi
langsung bisa dilakukan pada model studi.5
Langkah pertama dalam analisis ini adalah mengukur lebar mesial distal terbesar gigi menggunakan
jangka berujung runcing atau jangka sorong. Analisis Nance mengukur mesial distal setiap gigi yang berada
di mesial gigi molar pertama permanen atau ukuran lebar mesiodistal gigi geligi ditentukan dengan
mengukur jarak maksimal dari titik kontak mesial dan distal gigi pada permukaan interproksimalnya ataupun
diukur pada titik kontak gigi yang bersinggungan dengan titik kontak gigi tetangganya. Jumlah lebar total
menunjukkan ruangan yang dibutuhkan untuk lengkung gigi yang ideal. Pengukuran dilakukan pada gigi
molar pertama kiri sampai molar kedua kanan pada setiap rahang. 7,12,13
Gambar 1. Cara pengukuran lebar mesiodistal gigi dengan menggunakan caliper menurut Nance. Sumber:
Laviana, Avi. Analisis model studi, sumber informasi penting bagi diagnosis ortodontik. Bandung: FKG
Universitas Padjadjaran. 2009.
2. Analisis geligi campuran
a) Perkiraan ukuran gigi menggunakan gambaran radiografi

Metoda ini memerlukan gambaran radiografi yang jelas dan tidak mengalami distorsi. Distorsi
gambaran radiografi pada umumnya lebih sedikit terjadi pada foto periapikal dibandingkan dengan foto
panoramik. Namun, meskipun menggunakan film tunggal, seringkali sulit untuk menghindari distorsi
terutama pada gigi yang panjang seperti kaninus, sehingga pada akhirnya akan mengurangi tingkat akurasi.
Dengan penggunaan berbagai tipe gambaran radiografi yang semakin umum, sangat penting
untuk menghitung pembesaran yang terjadi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengukur obyek
yang dapat dilihat baik secara radiografi maupun pada model. Pada umumnya, gigi yang dijadikan tolak
ukur adalah molar sulung. Perbandingan sederhana untuk mengetahui ukuran gigi sebenarnya yang belum
erupsi adalah sebagai berikut : perbandingan ukuran lebar molar sulung sebenarnya dengan ukuran gigi
tersebut pada gambaran radiografi sama dengan perbandingan lebar premolar tetap yang belum erupsi
dengan ukuran lebar premolar pada gambaran radiografi. Ketepatan pengukuran bergantung pada
kualitas radiografi dan kedudukan gigi di dalam lengkung. Teknik ini juga dapat digunakan untuk gigi lain
baik pada maksila maupun mandibula.
b) Perkiraan ukuran gigi menggunakan tabel probabilitas
Moyers memperkenalkan suatu analisis dengan dasar pemikiran bahwa berdasarkan studi yang
dilakukan beberapa ahli, terdapat hubungan antara ukuran kelompok gigi pada satu bagian dengan
bagian lainnya. Seseorang dengan ukuran gigi yang besar pada salah satu
bagian dari mulut cenderung mempunyai gigi-gigi yang besar pula pada tempat lain. Berdasarkan
penelitian, ukuran gigi insisif permanen rahang bawah memiliki hubungan dengan ukuran kaninus dan
premolar yang belum tumbuh baik pada rahang atas maupun rahang bawah. Gigi insisif rahang bawah
telah dipilih untuk pengukuran pada analisis Moyers karena gigi ini muncul lebih dulu di dalam rongga mulut
pada masa geligi campuran, mudah diukur secara akurat, dan secara langsung seringkali terlibat dalam
masalah penanganan ruangan.
Analisis Moyers banyak dianjurkan karena mempunyai kesalahan sistematik yang minimal. Metoda
ini juga dapat dilakukan dengan cepat, tidak memerlukan alat-alat khusus ataupun radiografi, dan dapat
dilaksanakan oleh pemula karena tidak memerlukan keahlian khusus. Walaupun pengukuran dan
penghitungan dilakukan pada model, tetapi mempunyai tingkat ketepatan yang baik di dalam mulut.
Metoda ini juga dapat dilakukan untuk mengalisis keadaan pada kedua lengkung rahang.
c) Tanaka-Johnston
Tanaka dan Johnston mengembangkan cara lain penggunaan keempat insisif rahang bawah untuk
memperkirakan ukuran kaninus dan premolar yang belum erupsi. Menurut mereka, metoda yang
mereka temukan mempunyai keakuratan yang cukup baik dengan tingkat kesalahan yang kecil. Metoda
ini juga sangat sederhana dan tidak memerlukan tabel atau gambaran radiografi apa pun.
Perkiraan ukuran lebar kaninus dan premolar pada satu kuadran mandibula sama dengan setengah
ukuran keempat insisif rahang bawah ditambah 10,5 mm Sedangkan perkiraan lebar ukuran kaninus dan
premolar pada satu kuadran maksila sama dengan ukuran keempat insisif rahang bawah ditambah 11,0 mm.
Dari contoh-contoh tersebut di atas di dalam merumuskan diagnosis itu secara sistematis ada beberapa tahapan yang harus
diingat dan dicarikan datanya dari hasil pemeriksaan terdahulu :
1. Nyatakan Maloklusi Angle klas :..(lihat relasi gigi molar pertama atas dan bawah) :
- Klas I, II atau klas III - Divisi 1, 2 - Sub divisi
2. Nyatakan kelaian relasi / malrelasi gigi lainnya yang ada pada data hasil pemeriksaan
Relasi gigi dalam arah vertikal :
- openbite - edge to edge bite - shalowbite - overbite normal (2 4 mm) - deepbite - palatalbite - supraklusi - infraklusi
relasi gigi dalam arah anteroposterior dan lateral (fasiolingual) : - Overjet besar / berlebihan (> 4 mm) - Overjet normal
(2 4 mm) - Overjet kecil (< 2 mm) - edge to edge bite ( 0 mm) - Crossbite (gigi anterior atau posterior) - Scissor bite
3. Nyatakan kelaian / anomali posisi / malposisi gigi individual yang ada :
- labioversi/ bukoversi - linguoversi/palatoversi - torsiversi/rotasi - distoversi - mesioveri - supraversi - infraversi transversi - aksiversi - mesiolabioversi (kombinasi)
4. Nyatakan kelainan-kelainan lainnya yang masih ada seperti :
- Diastemata - Median line gigi tidak segaris, bergeser dari posisi normal - Tidak ada gigi : telah dicabut, impaksi, agenese
- Kelaianan morfologi : gigi berbentuk kerucut, berbentuk pasak, atau mesiodens. - Prolonged retention / persistensi Premature extractie (pencabutan dini) - Adanya sisa akar yang tetinggal - Dan lain-lain.

Orthodonsia II. Diagnosis ortoontik Wayan Ardhana Bagian Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah
Mada 2010

Anda mungkin juga menyukai