Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Gigi merupakan satu-satunya organ tubuh yang tidak dapat memperbaiki diri sendiri.
Kehilangan gigi bisa terjadi pada siapa saja dan penyebabnya pun beragam antara lain karena
pencabutan gigi akibat kerusakan gigi (gigi berlubang, retak, patah), infeksi gigi, penyakit
periodontal dan banyak faktor lainnya. Kehilangan gigi dapat menyebabkan pasien sulit
berbicara dan makan, hal ini dapat berkaitan dengan retensi gigi tiruan, dan kebiasaanpasien
yang terkadang masih mengunyah di satu sisi .Salah satu cara untuk memperbaiki kehilangan
gigi adalah dengan pemakaian gigi tiruan. Gigi tiruan yang di indikasikan untuk pasien pada
scenario adalah gigi tiruan lengkap. Gigi tiruan lengkap dibuat untuk penderita kehilangan
gigi seluruhnya yang bertujuan untuk memperbaiki fungsi pencernaan di rongga mulut
sehingga dapat mengembalikan kemampuan mencerna dan mengolah makanan. Pembuatan
GTL diupayakan untuk dapat retentive sehingga protesa dapat bermanfaat sebagai instrument
rehabilitative dalam rongga mulut. Setiap protesa dalam rongga mulut dapat memiliki resiko
merusak kesehatan rongga mulut dan jaringan pendukung tapi hal ini dapat diperkecil dengan
membuat desain yang tepat untuk pasien dan dengan memberikan pasien instruksi yang tepat
tentang cara menjaga kebersihan rongga mulut. Pada makalah ini dijelaskan bahwa seorang
dokter gigi tidak hanya di tuntut untuk mengetahui pemasangan gigi tiruan melainkan hal-hal
yang harus dipertimbangkan dalam pembuatan gigi tiruan seperti kondisi sistemik pasien,
riwayat kesehatan gigi dan mulutnya, dan instruksi yang harus diberikan pada pasien setelah
pemasangan gigi tiruan

1.2 Rumusan Malasah


1. Jelaskan pemeriksaan apa yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis?
2. Apa penyebab pasien sulit makan dan bicara tidak jelas?
3. Apa diagnosis pada kasus tersebut?
4. Apa saja pertimbangan perawatan pada kasus?
5. Apa jenis GT yang digunakan beserta indikasi dan kontraindikasinya?
6. Bahan apa yang digunakan untuk GT pada kasus serta alasannya?
7. Bagaimana desain GT pada kasus?
8. Bagaimana penatalaksanaan kasus pada skenario?
9. Apa saja instruksi yang diberikan pada pasien setelah perawatan?
10. Keluhan apa saja yang dapat muncul setelah pemasangan GT?
1
11. Bagaimana prognosis pada kasus?
12. Jelaskan dampak kehilangan gigi jika tidak ditangani?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pemeriksaanapa yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis
2. Untuk mengetahui penyebab pasien sulit bicara dan makan
3. Untuk mengetahui pertimbangan sebelum melakukan perawatan
4. Untuk mengetahui jenis GT beserta indikasi dan kontraindikasinya
5. Untuk mengetahui desain gigi tiruan
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan apa yang dapat diberikan kepada pasien
7. Untuk mengetahui instruksi yang harus diberikan kepada pasien sebelum melakukan
perawatan
8. Untuk mengetahui keluhan yang dapat muncul setelah perawatan
9. Untuk mengetahui prognosis pada pasien setelah perwatan
10. Untuk mengetahui dampak dari kehilangan gigi jika tidak ditangani

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pemeriksaan Untuk Menegakkan Diagnosis


1. Pemeriksaan subyektif (Anamnesis)
a. Identitas pasien, diperlukan bila sewaktu-waktu dokter gigi perlu menghubungi
pasien pasca tindakan,dapat sebagai data ante mortem (dental forensic).
Nama : - (perempuan)
Umur : 65 tahun
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Alamat :-

b. Keluhan utama (chief complaint), berkaitan dengan apa yang dikeluhkan oleh
pasien dan alasan pasien datang ke dokter gigi. Keluhan utama pasien pada skenario
yaitu pasien sulit makan dan bicara yang kurang jelas.

c. Present illness (PI), yaitu mengidentifikasi keluhan utama. Misalnya dengan


mencari tahu kapan rasa sakit/rasa tidak nyaman itu pertama kali muncul,apakah
keluhan itu bersifat intermittent (berselang) atau terus-menerus, jika intermittent
seberapa sering, adakah faktor pemicunya.

d. Riwayat medik (Medical History/MH), perlu ditanyakan karena hal ini kan
berkaitan dengan diagnosis, treatment, dan prognosis.
- Penyakit yang pernah/ sedang diderita. Pada skenario, pasien ada riwayat diabetes
melitus terkontrol
- Obat-obatan yang dikonsumsi
- Kebiasaan pasien mengontrol kesehatannya. Ini untuk melihat motivasi pasien
dalam menjaga kesehatan.

e. Riwayat dental, beberapa riwayat dental yang dapat ditanyakan yaitu:


- Riwayat kehilangan gigi
Kapan giginya terakhir dicabut dan apa penyebab dicabutnya.
- Riwayat perawatan gigi dan frekuensi kunjungan ke dokter gigi untuk melihat
motivasi pasien.
3
2. Pemeriksaan objektif
a) Pemeriksaan ektra oral
1) Wajah
- Warna kulit. Untuk memilih warna gigi.
- Bentuk (persegi, lonjong, segitiga).
- Asimetris wajah.
- Profil. Lurus (permukaan labial gigi anterior agak datar), cembung
(permukaan labial gigi anterior sebaiknya cembung), cekung (permukaan
labial gigi anterior datar).

2) Garis celah mulut


- Lurus : biasa-biasa saja.
- Melengkung ke bawah : pemurung/pesimistik.
- Melengkung ke atas: periang/optimistic.

3) TMJ
Untuk kasus dengan edentulous bagian posterior, maka tekanan akan lebih besar
pada satu atau kedua sisi rahang. Masalah yang paling umum terjadi yaitu adanya
clicking.

b. Pemeriksaan intra oral


a) Saliva
1) Kuantitas
- Terlalu sedikit : tidak cukup membasahi seluruh permukaan basis GT.
- Terlalu banyak : seolah-olah GT terendam dan meningkatkan keinginan untuk
terus melakukan gerakan menelan.

2) Kualitas
- Encer : dapat membentuk lapisan film tipis sehingga kontak basis dan mukosa
lebih rapat, daya pembasahan lebih baik karena lebih mudah menyebar ke
seluruh basis GT
- Kental : kurang mampu membasahi seluruh permukaan basis GT dan tidak
dapat membentuk lapisan film tipis.
4
b) Lidah
c) Mukosa mulut
d) Gigi geligi
Pada skenario tampak gigi 12, 21 sisa akar, gigi 11,23,31,32 labioversi, retraksi
gingiva dan mobile derajat 3

3. Pemeriksaan Penunjang
Untuk gigi tiruan lengkap, biasanya yang digunakan adalah panoramik
Tujuannya, untuk:
- Melihat ketinggian tulang alveolar
- Melihat kista/peradangan lain pada tulang rahang
- Melihat sisa radiks
- Melihat tebal mukosa di atas prosesus alveolaris 1,2
Pada skenario, dituliskan bahwa pada pemeriksaan radiografi, tampak penurunan
tulang alveolar sampai setengan akar gigi.

2.2. Penyebab Pasien Kesulitan Makan Dan Bicara Tidak Jelas


a. Pada usia lanjut lebih dari 60 tahun terjadi suatu proses fisiologik yang dikenal
dengan aging. Hal ini menyebabkan timbulnya banyak kelainan pada rongga mulut
seperti tanggalnya gigi sebagian ataupun keseluruhan, atrofi otot orofasial,
meningkatnya prevalensi karies dan penurunan fungsi sensorik (bau, rasa, berbicara).
b. Retensi adalah kemampuan gigi tiruan penuh untuk menahan pergeseran yang
terjadi ketika gigi tiruan dipasang dalam rongga mulut, sedangkan stabilitas yaitu sifat
gigi tiruan untuk tetap bertahan ditempatnya melawan tekanan fungsional yang
menggerakkannya dan tidak mudah berubah posisi bila diberi tekanan.
c. Terkadang masih mengunyah disalah satu sisi mulutnya karena kebiasaan sebelum
menggunakan gigi tiruan, rasa nyeri yang timbul pada salah satu sisi mulut, dan
ketidakstabilan gigi tiruan pada salah satu sisi mulut.3

2.3. Diagnosis
A. Pemeriksaan subjektif
Keluhan utama : sulit makan, bicara yang tidak jelas, serta tidak percaya diri
dengan penampilannya.
5
Present illness : ingin dibuatkan gigi tiruan.
Riwayat medis : diabetes terkontrol.

B. Pemeriksaan objektif
Intra oral : gigi 12 dan 21 sisa akar, gigi 11, 23, 31, 32 labiversi, retraksi
gingiva, dan mobile derajat 3.

C. Pemeriksaan penunjang
Rontgen foto : tampak penurunan tulang alveolar sampai setengah akar gigi
Berdasarkan dari anamnesis, pemeriksaan subjektif, pemeriksaan objektif, serta
pemeriksaan penunjang maka dapat ditentukan diagnosis kasus pada skenario,
yaitu :
Gigi 12 dan 21 : gangren radiks (ekstraksi)
Gigi 11, 23, 31, 32 : periodontitis apikalis kronis (ekstraksi).4,5

2.4. Pertimbangan Perawatan


a. Eliminasi infeksi
Sumber infeksi seperti infected necrotic ulcers, periodontally weak teeth dan gigi
nonvital harus dihilangkan. Kondisi yang menular seperti candidiasis, stomatitis
herpetis, dan denture stomatitis harus dirawat sebelum melanjutkan perawatan.
b. Eliminasi patologi
Patologi seperti kista dan tumor pada rahang harus dihilangkan dan dirawat
sebelum memulai perawatan gigi tiruan penuh. Pasien harus diedukasi mengenai
efek berbaha kondisi seperti ini dan kebutuhannya untuk menghilangkan lesi
tersebut. Beberapa kondisi patologis dapat menyangkut keseluruhan tulang. Pada
kasus seperti itu, setelah prosedur bedah, obturator dipasang seiring gigi tiruan
penuh.
c. Pengondisian jaringan
Pasien dianjurkan berhenti memakai gigi tiruan yang ada (jika ada) 72jam sebelum
pembuatan gigi tiruan penuh. Pasien diajarkan untuk memijat mukosa oral secara
regular. Prosedur khusus harus diberikan pada pasien yang reaksi jaringannya tidak
cocok dengan gigi tiruan, bahan relining diaplikasikan pada sisi jaringan yang
berkontak langsung dengan gigi tiruan agar tidak terjadi iritasi.
6
d. Nutritional counseling
Tahap penting pada rencana perawatan gigi tiruan. Pasien yang menunjukkan
gejala defisiensi mineral atau vitamin tertentu dianjurkan untuk mengonsumsi
makanan yang seimbang. Pasien dengan defisiensi vitamin B2 mengalami angular
cheilitis. Terapi vitamin A profilaksis diberikan pada pasien xerostomia. Hal ini
dilakukan juga pada pasien lansia yang menunjukkan perbuahan seperti
osteoporosis.
e. Pada penderita dengan kondisi periodontal yang berlanjut, perawatan lokal
periodontal yang berulang terkadang tidak bermanfaat dan kondisinya secara
bertahap akan menjadi lebih buruk dan sulit untuk disembuhkan sehingga sampai
pada satu keputusan bahwa tidak ada perawatan konservatif yang dapat
meyembuhkan kondisi yang parah tersebut dan pada saat itulah perawatan
prostodontik dipilih sebagai alternatif terbaik. Selain itu, setelah kehilangan tulang
akibat penyakit periodontal, terlihat gigi migrasi ke labial dan mobile, sehingga
mengakibatkan penampilan yang tidak menyenangkan bagi penderita. Pada
keadaan demikian, gigi yang kehilangan harapan ini harus diekstraksi tanpa adanya
keraguan dan dilanjutkan dengan perawatan prostodontik.6

2.5. Jenis Gigi Tiruan


Jenis gigi tiruan yang di gunakan pada skenario adalah gigi tiruan lengkap. Gigi
tiruan lengkap adalah protesa gigi lepasan yang menggantikan seluruh gigi geligi dan
struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah
(Glossary of prosthodontics terms, 2005). Kehilangan gigi biasa disebabkan oleh
beberapa hal, antara lain trauma, karies, dan penyakit periodontal.Kehilangan gigi
akan menyebabkan gangguan fungsi fonetik, mastikasi, dan estetik. Tujuan
menggunakan gigi tiruan penuh adalah mengembalikan fungsi-fungsi yang telah
hilang, baik itu fungsi mastikasi, fonetik, dan estetis (Nallasmawy, 2003).

Indikasi :
1. Pasien Edentolous
2. Gigi yang tersisa tidak dapat dipertahankan
3. Gigi yang tersisa tidak dapat mendukung gigi tiruan sebagian, dan tidak ada
alternatif yamg tersedia.
4. Pasien Menolak rekomendasi alternatif perawatan.
7
Kontraindikasi :
1. Ada Alternatif perawatan lain
2. Kelainan mental/fisikal yang menyebabkan gangguan kemampuan pasien untuk
kooperatifselama pembuatan gigi tiruan dan selama penggunaan gigi tiruan.
3. Pasien hipersensitif terhadap material gigi tiruan.
4. Tidak tertarik sama sekali menggunakan gigi tiruan.1

2.6. Bahan Gigi Tiruan


Bahan yang digunakakan pada Gigi Tiruan Lengkap yaitu : resin akrilik, kelebihannya :
1. Tidak toksik
2. Tidak iritaasi
3. Tidak larut dalam cairan mulut
4. Estetik baik
5. Mudah dimanipulasi
6. Reparasi mudah
7. Perubahan dimensi kecil.7

2.7. Desain Gigi Tiruan

8
a. Rahang atas b. Rahang bawah
Material : Material :
Basis : akrilik Basis : akrilik
Gigi artificial : akrilik Gigi artificial : akrilik
Anatomical landmark : Anatomical landmark :
1. Hamular notch 1. Retromolar pad
2. Fovea palatinus 2. Frenulum labial
3. Vestibulum labial 3. Vestibulum labial
4. Frenulum labial 4. Frenulum bukal
5. Frenulum bukal 5. Vestibulum bukal
6. Vestibulum bukal 6. Frenulum lingual
7. Rugae palatinus 7. Daerah retromylohyoid
8. Raphe median

Keterangan :
Bagian yang diarsir berwarna merah : basis
Garis berwarna hitam tanda “X” : gigi yang hilang tapi tidak diganti.8,9,10

2.8. Penatalaksanaan
Dimulai dengan tindakan pre-prostetik yang dilakukan dengan urutan sebagai berikut:
1.) Meredakan nyeri dan infeksi.
2.) Prosedur bedah mulut.
3.) Pengondisian jaringan yang rusak dan teriritasi.
4.) Terapi periodontal.
5.) Koreksi bidang oklusal.
6.) Perbaikan ortodontik.
7.) Splinting gigi yang melemah.
8.) Reshaping gigi.

Meredakan nyeri dan infeksi


Nyeri dan infeksi harus dirawat selama fase I pengobatan. Kondisi ini
memerlukan perawatan segera untuk menghindari perkembangan penyakit. Kondisi
berikut harus dirawat dalam persiapan fase mulut ini:
a. Potensi kondisi darurat seperti nyeri akut, abses, dll.
9
b. Gigi karies dengan rasa sakit dan ketidaknyamanan.
c. Penyakit gingival seperti ANUG, AHGS, abses gingiva, dll.
d. Kalkulus dan akumulasi plak harus dihilangkan dan program preventif oral
hygiene harus dimulai dan dipantau. (Sesuai dengan skenario terdapat kalkulus
di regio anterolingual rahang bawah dan bukal rahang atas)

Prosedur Bedah Mulut


a. Prosedur ini harus dilakukan minimal enam minggu sebelum melakukan
pencetakan.
b. Termasuk pencabutan gigi dengan prognosis yang buruk, pengangkatan sisa
akar, ekstraksi gigi yang impaksi dan malposisi parah, dll.
c. Radiografi harus diambil untuk mendeteksi kista, tumor, eksostosis, tori,
hiperplasia, dll.
d. Perlekatan otot dan frenulum harus diperiksa.m
e. Ridge harus dipalpasi jika ada ujung ridge tajam, yang harus dibuang atau
dibulatkan.
f. Jaringan lunak harus diperiksa untuk lesi patologis.
g. Kelainan bentuk dentofasial seperti bibir sumbing, dll. Yang harus diperbaiki
akan ditangani dalam fase ini.
h. Ridge augmentasi dan prosedur ekstensi vestibular dilakukan jika diperlukan.

Pengondisian Jaringan yang Rusak dan Iritasi


Jaringan yang rusak dan teriritasi harus dirawat sebelum pembuatan cetakan
awal karena kontur jaringan dapat berubah sesuai dengan penyembuhan jaringan.
Pasien harus dirawat untuk gejala berikut:
a. Peradangan dan iritasi jaringan lunak di daerah bantalan gigi tiruan.
b. Distorsi struktur anatomi normal seperti papila insisif, rugae dan retromolar pad.
c. Sensasi terbakar di residual ridge, lidah, pipi dan bibir.
Gigi palsu yang tidak pas, defisiensi nutrisi, diabetes, diskrasia darah, dll. Dapat
menghasilkan gejala yang disebutkan di atas. Jika gejalanya disebabkan oleh
gigitiruan yang tidak pas, pasien harus disarankan untuk berhenti memakai gigi tiruan
sampai selesainya penyembuhan jaringan. Program perawatan di rumah, yang
meliputi berkumur dengan larutan salin tiga kali sehari, pijat jaringan lunak, tablet
multivitamin bersama dengan diet protein tinggi, rendah karbohidrat harus dilakukan.
10
Terapi periodontal
Biasanya dilakukan bersamaan dengan prosedur bedah mulut. Ini termasuk
prosedur yang dilakukan untuk mengembalikan mulut ke keadaan yang sehat
sehingga prostesis dapat berfungsi dengan sukses. Tujuan terapi periodontal adalah
untuk mendapatkan kembali kesehatan periodontium gigi yang ada dan
mempertahankannya. Kriteria yang harus dipenuhi untuk memenuhi tujuan terapi
periodontal adalah sebagai berikut:
a. Menghilangkan faktor etiologi yang menyebabkan penyakit periodontal.
Prosedur lain seperti root planing dan kuretase dilakukan untuk meningkatkan
kesehatan gingiva. Iritan lokal seperti restorasi yang overhanging, food impaksi
harus dihilangkan.
b. Menghilangkan poket periodontal dan peradangan gingiva menggunakan
operasi flap.
c. Menciptakan struktur alveolar normal. Ini dilakukan dengan reseksi tulang atau
rekonstruksi.
d. Membangun oklusi fungsional dengan bantuan coronoplasty.
e. Instruksi kebersihan mulut dan terapi pemeliharaan.
Semua prosedur ini harus dilakukan sebelum membuat cetakan awal.

Jadi, perawatan preprostetik yang sesuai untuk skenario yaitu:


1.) Pencabutan sisa akar gigi 12 dan 21 dengan memperhatikan kondisi gula darah
pasien harus terkontrol.
2.) Pencabutan gigi 11, 23, 31 dan 32 yang mobile derajat 3, labioversi dan
mengalami retraksi pada gingiva.

Setelah itu masuk ke prosedur klinis untuk pembuatan gigi tiruan, dimulai dari :
A. Prosedur pencetakan
1. Pencetakan pendahuluan dengan alginate
a. Pemilihan sendok
Sendok cetak perforasi yang dipilih harus sesuai dengan ukuran rahang (lebih
besar 4-5 mm untuk memberi tempat bagi bahan cetak) dan mencapai batas
palatum lunak dan keras serta hamular notch, untuk rahang atas dan retromolar
pad untuk rahang bawah.
11
b. Posisi penderita
Penderita duduk dengan posisi tegak dan bidang oklusal sejajar lantai. Posisi
mulutnya setinggi siku, untuk pencetakan rahang bawah dan setinggi bahu
operator untuk pencetakan rahang atas
c. Bahan cetak
Bowl karet yang sudah disiapkan, diisi air dengan suhu kamar sesuai takaran.
Lalu bubuk alginate di tuang dengan takaran sesuai petunjuk pabrik. Pengadukan
dilakukan selama 1 menit dengan cepat hingga homogen. Pada penuangan alginat
ke dalam sendok usahakan jangan sampai ada udara terjebak dan semua bagian
sendok terisi dengan baik.
d. Penempatan sendok ke dalam mulut
Setelah bahan cetak ditempatkan pada sendok, bagian-bagian kritis seperti
preparasi sandran, retromilohioid, tuber maksilaris, dan bagian tengah palatum
boleh diulasi alginate dengan jari tangan.
e. Posisi operator waktu mencetak
Operator berdiri pada sisi kanan agak ke belakang untuk pencetakan rahang
atas dan sisi kanan agak ke depan untuk rahang bawah.
f. Pencetakan rahang atas
Masukkan sendok cetak dengan salah satu sisinya terlebih dahulu. Untuk
memudahkan sudut mulut pada sisi berlawanan disingkap menggunakan kaca
mulut. Segera setelah sendok benar, sendok cetak ditekan keatas. Penekanan
sendok cetak diawali dengan bagian posterior terlebih dahulu, baru kemudian
bagian anterior.
g. Pencetakan rahang bawah
Sudut kanan mulut disingkap dengan kaca mulut, lalu sisi kiri sendok
dimasukkan dengan arah memutar.penempatan dilakukan di senter sambil
menginstruksikan pasien untuk mengangkat lidahnya sebentar. Sendok cetak
ditekan dan meminta pasien menurunkan kembali lidahnya.
h. Pengeluaran cetakan
Sendok cetak dikeluarkan dari mulut dengan gerakan sejajar sumbu panjang
gigi. Keluar mulut, sendok langsung dicuci dengan air mengalir untuk
membersikan saliva dari permukaannya. Pengisisan cetakan dengan bahan
gypsum harus dilakukan secepatnya selambat-lambatnya 15 menit.

12
B. Vertikal Dimensi
Pada dimensi vertikal yang terlalu tinggi, penderita akan mengalami gangguan
fungsi kunyah, berupa: ketegangan pada otot maseter dan kelelahan pada saat
pengunyahan makanan. Penderita yang memiliki dimensi vertikal terlalu tinggi
akan menyebabkan perpanjangan dimensi wajah, sehingga pada saat posisi
istirahat, bibir akan terbuka. Otot pembuka dan penutup mulut yang berperan
dalam fungsi pengunyahan tidak dapat mencapai posisi istirahat dengan benar
sehingga berdampak pada ketidaknyamanan penderita pada gigi tiruan tsb.
Dimensi vertikal yang terlalu rendah akan menyebabkan berkurangnya efisiensi
pengunyahan makanan, karena gigi-gigi rahang atas dan bawah belum berkontak
pada saat otot-otot selesai berkontraksi untuk mengunyah makanan, sehingga
ketika gigi-gigi tersebut bertemu pada saat mengunyah makanan, daya kunyah
yang terjadi sudah jauh berkurang. Selain itu, tekanan pada daerah persendian dan
ligamen pada saat mengunyah. Hal ini menyebabkan rasa sakit pada TMJ.

C. Relasi Rahang
Dalam menentukan relasi rahang pasien lansia diperlukan waktu serta instruksi
yang jelas dan sederhana. Dengan bertambahnya usia akan terjadi beberapa
perubahan. Sisa alveolar ridge akan mengalami penyusutan. Terdapat kerutan
disekitar mulut karena hilangnya dukungan bibir. Dengan adanya perubahan ini,
maka dalam menentukan dimensi vertikal perlu adanya penambahan dalam
menentukan ruang antar ridge. Pada pasien usia muda, jarak inter-oklusal sekitar 3
mm, sedang pasien lansia jarak tesebut dibuat menjadi sekitar 5 mm.
a. Cara menentukan relasi vertikal : Pembuatan basis gigitiruan dan bite rim
Bahan basis : Shellac Base Plate atau Malam
Bahan oklusal rim : Malam
Guna basis : untuk tempat meletakkan oklusal rim
b. Cara pembuatan oklusal rim : Dimana basis shellac dipanaskan pada lampu
spiritus dan ditekan sampai rata, kelebihan dibuang dengan pisau/gunting
kemudian oklusal rim/malam diletakkan pada basis tersebut di daerah prosesus
alveolaris yang tidak bergigi.
c. Cara pengukuran relasi vertikal:
1) Relasi vertikal posisi istirahat
a) Tentukan dua titik pada wajah penderita sejajar dengan median line.
13
b) Pasien disuruh menghiting satu hingga sepuluh serta mempertahankan
posisi rahangnya
c) Kemudian penderita disuruh mengucapkan beberapa kata yang berakhiran
S & diukur kembali jaraknya.
d) Seterusnya penderita disuruh menelan dalam keadaan rileks dilakukan
pengukuran ketiga.
2) Relasi vertikal oklusi
a) Pengukuran dilakukan setelah oklusal rim diletakkan dalam mulut
penderita.
b) Oklusal rim rahang atas dimasukkan, perhatikan kembali bentuk wajah
penderita apakah sudah sesuai dengan ekspresi normal.
c) Kemudian masukkan oklusal rim rahang bawah, pasien disuruh
menghentikan rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan sentrik
oklusi,
d) Ukur kembali jarak antara kedua titik tersebut, akan berkurang 2-4 mm
dari jarak relasi vertikal posisi istirahat. Inilah yang disebut jarak relasi
vertikal oklusi.

d. Cara menentukan relasi sentrik:


Bila melakukan penentuan hubungan sentrik, sebaiknya bagian atas badan
pasien tegak dan tidak bersandar. Mula-mula dokter gigi boleh membantu
pasien dengan cara menekan perlahan-lahan dagunya untuk menolong dan
menjuruskan kepada kedudukan paling belakang. Namun, bila pencatatan
terakhir dilakukan, pasien jangan disentuh. Selanjutnya pasien dipersilahkan
menelan dengan mempertahankan oklusal rim tetap berkontak. Dua tanda
digoreskan pada sisi oklusal rim dari rahang atas ke rahang bawah untuk
mencatat kedudukan ini. Kemudian kita mempersilahkan pasien menutup
rahang dan menelan beberapa kali, tanda oklusal rim tersebut harus bertemu
dalam hubungan yang sama setiap saat.
Setelah relasi vertikal dan relasi sentrik diperoleh, lalu oklusal rim difiksasi,
dikeluarkan dari dalam mulut dan dikembalikan ke model kerja, kemudian
model kerja ditanam pada artikulator/okludator.

14
D. Bite Rim
Bite rim adalah tanggul gigitan yang terbuat dari lembaran malam (wax) yang
berfungsi untuk menentukan tinggi gigitan pada pasien yang sudah kehilangan
semua gigi agar mendapatkan kontak oklusi. Bite rim dibuat dengan
menggunakan malam yang berwarna merah yang bisa dibentuk basis sebagai
pengganti sementara bagi gigi tiruan penuh digunakan untuk menentukan profile
pasien, menentukan tinggi gigit, oklusi sentrik, dimensi vertikal, menentukan letak
permukaan bidang oklusal, menentukan letak garis tengah, garis senyum, garis
caninus, dan panduan saat menyusun elemen gigi.
Terdapat 2 metode yang digunakan pada pembuatan bite rim yaitu teknik cor dan
teknik gulung. Teknik cor adalah teknik pembuatan bite rim dengan cara lembar
malam dicairkan lalu dituangkan kedalam cetakan wax. Teknik gulung adalah
teknik pembuatan bite rim dengan cara lembar malam yang dilunakkan, kemudian
digulung.
Kelebihan pembuatan bite rim dengan teknik cor adalah pada pola bite rim yang
sudah dibentuk, tinggi yang sudah ada, bahan yang digunakan lebih sedikit dan
waktu yang lebih singkat, sedangkan teknik gulung tidak menggunakan wax rims
former dan kaleng yang digunakan sebagai alat bantu mencairkan wax.
Kekurangan teknik cor pada pembuatan bite rim adalah lebar bite rim yang belum
ada, sedangkan teknik gulung tidak memerlukan alat bantu kaleng untuk
mencairkan wax.

Untuk prosedur laboratorium yaitu:


A. Flasking
Flasking merupakan suatu proses penanaman model dan trial denture malam
merah dalam suatu flask/cuvet untuk membuat sectional mold. Mold bagian
bawah dibuat dengan menanam Model dalam gips dan bagian atas dibuat dari 2
adukan stone yang terpisah diatas denture malam merah. Proses ini dilakukan
untuk memampatkan dan memproses resin akrilik saat pembuatan gigi tiruan.
Prosedur flasking :
1. Memilih kuvet yang sesuai dengan model kerja, olesi permukaan flask dengan
vaselin agar mudah ketika proses deflasking.
2. Model kerja dilepaskan dari artikulator
15
3. Model dimasukkan dengan jarak ujung model ke tepi kuvet atas kurang lebih
13 mm dengan teknik pulling the casting. Permukaan gips dibuat landai dan
sisa gips ditepi kuvet harus dibersihkan
4. Setelah gips mengeras, permukaan gips diolesi dengan vaseline kecuali plat
malam , elemen gigi akrilik dan cengkeram
5. Kuvet atas dipasang lalu isi dengan adonan gips sampai penuh sambil diketuk
secara perlahan-lahan agar gips dapat masuk ke daerah yang sempit lalu press
sampai kelebihan gips keluar. Setelah gips mengeras maka siap untuk
melakukan proses boiling out.

B. Membuang malam (wax elimination)


1. Air dipanaskan sampai mendidih kemudian kuvet dimasukkan kedalam panci
berisi air mendidih kurang lebih 5 menit , kemudian diangkat lalu kuvet
dibuka dengan pisau gips kemudian sisa malam disiram dengan air panas
hingga bersih.
2. Setelah proses boiling out selesai, kemudian mendapatkan mould space ,
serpihan gips dibersihkan dan tepi-tepi tajam dirapikan.

C. Molding
Molding merupakan suatu proses pembuatan cetakan atau mempersiapkan ruang
untuk pengisian akrilik.
Cara memolding :
1. Setelah gips pada cuvet lawan mengeras, dapat diperiksa dengan membuka
tutup atas dari cuvet, buka kuvet tersebut (kuvet antagonisnya)
2. Buang wax dengan menyiramkan air mendidih
3. Olesi bahan separasi , jangan mengenai anasir gigi tiruan

D. Packing
Packing adalah pengisian mould yang terbuat dari gips yang terdapatdalam kuvet
logam dengan bahan plastis kemudian diproses untuk membuat protesa.

Tahapan dari proses packing , yaitu:


1. Mould diolesi Cold Mould Seal (CMS)
16
2. Semua alat dan bahan yang dibutuhkan harus disiapkan3)
3. Adonan akrilik dibuat dengan mencampurkan monomer dan polimer kedalam
mixing jar , Adonan akrilik ditutup dan didiamkan agar berpolimerisasi
dengan baik. Setelah adonan mencapai dough stage,dibentuk menjadi
gulungan kemudian diaplikasikan ke dalam mould space dengan jari tangan
lalu plastik cellophane diletakkan di antara kuvet atasdan kuvet bawah, kuvet
atas dan kuvet bawah disatukan kemudian dipres.
4. Press dilakukan secara perlahan-lahan sampai metal to metal kontak agar
akrilik dapat mengalir ke semua daerah dan kelebihannya mengalir keluar
kuvet.
5. Kuvet dibuka lalu kelebihan akrilik yang menempel dibersihkan kemudian
plastik cellophane diletakkan kembali dan lakukan pres kedua.Kuvet dibuka
dan apabila sudah tidak ada kelebihan akrilik, akrilik diolesi dengan liquid
kemudian dilakukan pres terakhir tanpa plastik cellophane.
6. Kemudian kuvet direndam dibawah air pada suhu kamar selama 30 menit

E. Pemasakan Akrilik (Curing)


1. Air dipanaskan sampai mendidih lalu kuvet dimasukkan selama ± 1 jam
30menit dari air mendidih
2. kuvet diangkat dan didiamkan sampai kembali pada suhu kamar

F. Deflasking
Deflasking adalah tindakan mengeluarkan model dan gigi tiruan dalamkuvet.
Kuvet dibuka, Protesa dipisahkan dari gips dengan menggunakangergaji kecil atau
pisau gips secara hati-hati agar protesa tidak cacat/patah.

G. Finishing dan polishing


1. Protesa dibersihkan dari sisa-sisa gips
2. Haluskan seluruh bagian permukaan gigi tiruan kecuali bagian yangmelekat
dengan mukosa.
3. Polish permukaan gigi hingga mengkilap kecuali pada bagian fitting surface.
Poles yang pertama dilakukan dengan menggunakan feltcon dan pumice.
Poles yang kedua dilakukan dengan menggunakan sikat dan
pumice.6,11,12,13,14,15
17
2.9. Instruksi Setelah Perawatan
Instruksi yang harus diberikan kepada pasien pemakai GTL, yaitu :
a. Menjaga kebersihan GT
Pasien diinstruksikan untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut pemakai GTL agar
menunjang kesehatan gigi dan mulut secara menyeluruh. Pasien GTL harus rajin
membersikan GT nya, agar sisa sisa makanan tidk menempel pada GT.
Tujuannya untuk mengurangi atau menghilangkan akumulasi mikroorganisme
penyebab plak, mucin, debris dan perubahan warna. Pembersihan GT dapat
dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara mekanik dan kimiawi. Secara mekanik
yaitu dengan menggosok GT dengan sabun atau pasta gigi 2x sehari setelah
makan pagi dan malam sebelum tidur. Secara kimiawi yaitu dengan pembersih
kimia yang direndamkan bisa berupa peroksida alkali dan daun sirih dicampur
dengan aquadest.

b. Mencopot GT sebelum tidur


Dilakukan untuk mengurangi penumpukan mikroorganisme terus menerus.
Contohnya : Candida Albicans. Hal ini merupakan factor predisposisi perlekatan
plak pada GT, gigi penyangga dan basis yang menutupi mukosa. Oleh karena itu,
harus dicopot sebelum tidur dan direndam didalam larutan kimiawi. Tujuannya
untuk mengistirahatkan jaringan rongga mulut, saraf dan pembuluh darah pada
rongga mulut pengguna GTL.1,16

2.10. Keluhan Setelah Pemasangan Gigi Tiruan


Keluhan yang paling sering pasien yang memakai gigi tiruan lengkap adalah
iritasi mukosa, tidak mencukupi retensi dan stabilitas, akumulasi makanan di bawah
gigi tiruan, kesulitan dalam berbicara, kesulitan dalama hal pengunyahan, penampilan
tidak menarik, gigitiruan retak dan debonding gigi.

a) Iritasi mukosa
Mukosa harus bebas dari iritasi, jika tidak fungsi akan terganggu. Iritasi
mukosa muncul terutama karena dua alasan tekanan melampaui batas-batas fisiologis
dan pergerakan gigi tiruan selama berfungsi. Hal ini sering terlihat di frenii, daerah
otot, daerah hamular, area mandibula retromylohyoid, dan area buccal. Iritasi mukosa
mungkin karena hubungan rahang atau susunan gigi rusak, yaitu penurunan atau
18
peningkatan dimensi vertikal; ketidakstabilan yang disebabkan oleh salah hubungan
sentris, prematur kontak di oklusi sentris. Mukosa iritasi mungkin juga terjadi
sebagai akibat batas-batas yang berlebihan dan dapat diperbaiki dengan pengurangan
perbatasan. Penggunaan media disclosing pada permukaan intaglio gigi tiruan dapat
membantu untuk menentukan area dan koreksi. Kombinasi laboratorium dan klinis
prosedur remounting menyebabkan penyempurnaan oklusi dengan mengurangi
gangguan dan perbedaan dalam kontak oclusal yang berkontribusi terhadap iritasi
jaringan, sakit selama pengunyahan, ketidaknyamanan saat menelan dan
pengunyahan. Stomatitis adalah kejadian biasa dalam pemakai gigi tiruan,
mengakibatkan eritema di bawah gigi tiruan. Pada etiologi nya bisa disebabkan
berbagai faktor, dan itu mungkin terkait dengan faktor-faktor lokal maupun sistemik.
Manajemennya termasuk terapi antijamur, koreksi gigi tiruan tidak pas, dan efisien
kontrol plak.

b) Cukup retensi dan stabilitas


Pasien sering mengeluh tentang pas/longgar atau sakit yang mungkin karena
kurangnya retensi atau stabilitas. Jika pasien mengeluh selalu kelonggaran, mungkin
ada kesalahan retensi, sedangkan jika pasien mengeluh kelonggaran tapi gigi tiruan
tidak dapat tertarik langsung, kurangnya stabilitas dapat diduga. Kontak oclusal rusak
juga mengakibatkan gangguan pergerakan gigi tiruan dan dianggap sebagai
kurangnya stabilitas dan retensi.
Gigitiruan pada mandibula, sering terdapat keluhan pasien seperti
ketidakstabilan, nyeri, dan ketidakmampuan mengunyah. Kurangnya motivasi dan
posisi lidah sering mengakibatkan ketidakmampuan untuk mengunyah dan
kurangnya retensi pada protesa dapat ditingkatkan dengan termasuk penggunaan
perekat gigitiruan, relining, rebasing dan penggunaan implan gigi endosseous. Air
liur memainkan peranan utama dalam retensi gigi tiruan. Pasien dengan (tegangan
permukaan rendah) air liur mengalami kesulitan dengan retensi gigi tiruan. Air-liur
perekat tipis, yang berisi komponen lendir. Tipis dan air liur berair tidak efektif dan
dapat diidentifikasi dengan para ketidakmampuan untuk aliran air liur yang normal.
Tebalnya air liur sebagai perekat tetapi cenderung terlalu tebal di bawah gigi
tiruan dan mengganggu keseluruhan adaptasi.

19
c) Akumulasi makanan di bawah gigi tiruan
Akumulasi makanan di bawah gigi tiruan mandibula bisa diminimalkan
dengan posisi yang benar lidah oleh pasien. Wright menyarankan bahwa posisi
beristirahat ideal lidah adalah untuk menjaga ujung lidah dengan permukaan lingual
gigi anterior mandibula, dengan secara lateral permukaan menyentuh gigi tiruan
posterior. Pasien yang kurang mahir dalam menstabilkan prostesis selama fungsi
dapat menyebabkan gerakan gigitiruan lebih besar dan jumlah lebih besar
memungkinkan dalam hal partikel makanan yang akan berkumpul di bawah gigi
tiruan. Penyebab mengunyah sepihak lebih besar gigitiruan gerakan

d) Kesulitan dalam berbicara


Meskipun mayoritas pasien beradaptasi dengan gigi tiruan baru dalam
beberapa minggu, beberapa pasien melaporkan kesulitan selama bicara. Lidah
memainkan peran utama dalam mengkonversi suara ke fonem yang dimengerti.
Fonetik dapat dievaluasi oleh palatography. Tes ini terdiri dari mengevaluasi kontak
antara lidah dan langit-langit melalui fonetik. Kong dan Hansen menunjukkan
kebutuhan untuk personalisasi langit-langit kontur gigi tiruan maksilaris dalam
kaitannya dengan lidah sebagai prosedur ini dapat mengurangi periode untuk
adaptasi prosthesis. Panjang, bentuk dan ketebalan lingual flange yang dapat
mempengaruhi gigi mandibula juga penting dalam berbicara. Adaki et al
menunjukkan bahwa ada relatif perbaikan berbicara dengan relief rugae dimasukkan.
Di antara ini, disesuaikan rugae gigi tiruan menunjukkan hasil yang lebih baik
daripada rugae gigi tiruan seenaknya. Posisi gigi anterior rahang atas bisa juga
menyebabkan kesulitan dalam bicara. Repositioning gigi anterior bisa membantu
untuk mengatasi masalah terebut.

e) Efensiensi Mastikasi
Jangka waktu 6-8 minggu diperlukan untuk membangun pola baru untuk otot
mastikasi. Pasien sebagian besar beranggapan bahwa setiap kesulitan disebabkan
selama pengunyahan adalah karena gigi tiruan yang rusak. Mereka harus diajar
bahwa mengunyah dengan gigi tiruan adalah mekanisme rumit dimana seluruh
sistem mastikasi yang terlibat. Oleh karena itu pasien harus disarankan untuk
mengunyah secara bersamaan pada kedua sisi untuk membantu dalam stabilitas gigi
tiruan. Mereka harus sarankan untuk mulai makan makanan ringan, tidak lengket dan
20
perlahan-lahan beralih ke lebih banyak zat makanan resistif. Pasien harus
diinstruksikan untuk mengunyah dengan gigi posterior mereka; terutama mereka
yang harus mengunyah dengan beberapa gigi anterior sebelum memakai gigi tiruan
lengkap.

f) Penampilan tidak menarik


Pasien umumnya ingin gigi yang lebih ringan di dalam warna dan lebih kecil
di ukuran. Pasien harus diberitahu bahwa gigi gelap dengan umurdan dengan cahaya
jika gigi terlihat lebih buatan daripada lebih gelap. Memberitahu pasien bahwa gigi
akan menjadi kurang transparan. Kenaikan lebih lanjut dimensi vertikal oclusal
menyingkirkan wajah keriput terutama disebabkan oleh penuaan harus dihindari
karena dapat membuat adaptasi baru gigi tiruan lebih sulit. Contouring berhati-hati
dari flange bibir dan kecenderungan maksilaris gigi sentralis akan melindungi kontur
philtrum dan tuberkulum bibir atas dengan menyediakan dukungan memadai.

g) Gigi retak
Penyebab fraktur harus ditentukan yakni kapan pertama tiba pasien dengan
keluhan dari gigi retak untuk mengetahui kondisi di mana fraktur terjadi. Fraktur
dapat dari dua jenis-disengaja dan tekanan diinduksi. Frenum besar ini dapat
menganggu retensi gigi tiruan dan stabilitas. Penggunaan lapisan di bawah basis gigi
tiruan di bagian palatinal dapat mengurangi stress pada saat penggunaan gigi tiruan.

h) Hilangnya sensasi rasa


Ini adalah keluhan umum dengan edentulous dari pasien umur lanjut, karena
selera mereka mulai atrofi pada waktu yang sama yang gigi tiruan pertama dipakai.
Pasien harus diberitahu bahwa sebagian besar selera di lidah dan tidak dilindungi
dengan gigi tiruan. Penempatan gigitiruan dasar yang mengurangi sensasi stimulasi
dan untuk langit-langit sebagian mungkin dapat menyebabkan untuk hilangnya rasa.
Pasien harus membersihkan gigi tiruan harian dengan merendam dan menggosok
dengan pembersih. Penyikatan lidah penting untuk meningkatkan rasa ketajaman
pada pasien geriatri. Masalah ini dapat terjadi karena penurunan vertikal dimensi dan
upaya harus dilakukan untuk memperbaiki dimensi vertikal.

21
i) Mual dan tersedak
Keluhan ini dapat dilihat pada pasien dengan refleks muntah yang berlebihan.
Mungkin juga disebabkan oleh posterior gigi tiruan maksila berlebihan dan bagian
distolingual gigitiruan mandibula. Dalam kasus seperti gigi tiruan harus dikurangi
posterior untuk wilayah posterior langit-langit. Kondisi ini sering karena kontak
oclusal tidak stabil atau meningkatnya vertikal dimensi oklusi karena mungkin tidak
seimbang atau sering kontak oclusal mencegah adaptasi dan memicu refleks tersedak.
Situasi serupa dapat terjadi di maxilla dari tekanan tajam papila karena kompresi
pada saraf nasopalatine.18

2.11. Prognosis
Prognosis baik tergantung dari pasien bila pasien dapat kooperatif karena
waktu pembuatan gigitiruan cukup lama, kondisi gigi dan kesehatan umum pasien,
serta kemampuan dokter gigi. Adapun juga prognosis buruk tergantung dari pasien
juga bila pasien tidak mengontrol penyakit sistemik maupun kurangnya menjaga
kebersihan gigi dan mulut.17

2.12. Dampak Kehilangan Gigi Jika Tidak Ditangani


1) Gangguan pada fisiologi
Pada seseorang yang kehilangan gigi, resiko terjadinya resorpsi tulang
alveolar akan meningkat dan cepat, mandibular memiliki resiko 4x lebih cepat
teresorpsi dibandingkan maksila. Edentulous memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap resorpsi residual ridge, yang menyebabkan penurunan ketinggian tulang
alveolar. Penurunan tulang alveolar ini mempengaruhi tinggi muka dan
penampilan wajah, resorpsi alveolar dan pelebaran tulang mandibular kearah
bukal menyebabkan perubahan substansial profil jaringan lunak, seperti
penonjolan mandibular, bibir dan dagu.

2) Gangguan mastikasi
Penurunan efisiensi kunyah merupakan dampak yang akan ditimbulkan akibat
kehilangan gigi terutama pada bagian posterior, ditambah ketebalan otot masseter
yang menurun pada pasien edentulous, sehingga menurunkan kekuatan gigitan.
Sehingga pada pasien yang kehilangan gigi akan terjadi kebiasaan mengunyah
yang buruk. Bila penderita suah kehilangan sebagian gigi aslinya, maka gigi yang
22
masih ada akan menerima tekanan mastikasi lebih besar sehingga terjadi
pembebanan berlebih. Hal ini akan menyebabkan kerusakan periodontal,
sehingga gigi yang menerima tekanan kunyah berat tersebut dapat mobile.

3) Terganggunya kesehatan oral


Pada pasien yang banyak kehilangan gigi akan mengubah profil wajah, salah
satunya lipatan sudut bibir yang lebih dalam dibandingkan orang lain yang
giginya masih lengkap, atau kehilangan gigi belum terlalu banyak. Lipatan pada
sudut bibir ini akan menyebabkan tingginya kemungkinan terakumulasinya saliva
pada sudut bibir tersebut, sehingga lama-kelamaan akan menyebabkan angular
cheilitis.

4) Dampak edentulous pada kesehatan sistemik


Rendahnya asupan buah dan sayuran, serat dan karoten, sehingga lemak jenuh
meningkat, begitupun dengan kolesterolnya. Hal ini akan menyebabkan
kemungkinan terjadingan penyakit kardiovaskuler dan gastrointestinal akan
meningkat. Gangguan gastrointestinal terjadi karena adanya peradangan kronis
pada mukosa lambung yang meningkat, selain itu tingkat peptic atau duodenum
yang akan lebih tinggi kemungkinan terjadi peradangan.
Selain pada gaster dan duodenum, gangguan juga bisa terjadi pada pancreas,
sehingga akan mempengaruhi fungsi insulin yang akan mengakibatkan timbulnya
penyakit DM tipe 2.

5) Dampak kehilangan gigi terhadap kualitas hidup


Gigi memiliki peran penting dalam penampilan wajah, bicara dan kemampuan
mengunyah. Pada seseorang yang mengalami kehilangan gigi cukup banyak, akan
berdampak pada perubahan profil wajah, estetik, fungsi fonetik dan pengunyahan
seseorang, hal tersebut akan menurunkan tingkat percaya dirinya, sehingga dapat
menimbulkan gangguan psikososial.19,20,21,22

23
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Gigi tiruan lengkap (GTL) adalah gigi tiruan yang dibuat untuk menggantikan semua
gigi asli beserta bagian jaringan gusi yang hilang, karena apabila seseorang telah hilang
semua gigi geliginya, maka dapat menghambat fungsi pengunyahan, fungsi fonetik, fungsi
estetik dan dapat mempengaruhi keadaan psikis, dalam hal membuat gigi tiruan dibutuhkan
retensi dan stabilisasi yang baik agar meningkatkan kenyamanan bagi pemakai gigi tiruan,
retensi dan stabilisasi yang baik akan tercapai jika operator melakukan pemeriksaan yang
lengkap, diagnosa yang tepat dan perawatan yang akurat, hingga retensi dan stabilisasi
dicapai dengan baik, tak luput pula dalam hal pencetakan karena dengan mencetak batas-
batas anatomis gigi akan didapatkan sebagai retensi dan stabilisasi.Selain itu, tingkat
keoperatifan pasien juga sangat menentukan keberhasilan dai perawatan ini.
.
3.2. Saran
Makalah ini sangat jauh dari kata sempurna sehingga pembaca diharapkan mengkaji
lebih dalam lagi mengenai gigi tiruan khususnya gigi tiruan lengkap melalui sumber-sumber
yang terpercaya sehingga dapat menambah wawasan pembaca yang nantinya dapat
diaplikasikan di klinik

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Sumber Bakar A. Buku kedokteran gigi klinis. Yogyakarta : Quantum sinergis media.
2012. p.1-10. 147-8
2. Gunadi Hariyanto, et al. Buku ajar ilmu geligi sebagian lepasan. Jilid 1. Jakarta: EGC;
1991. P 40-1.
3. Panjaitan YP, Ticoalu SH, Siagian KV. Gambaran kemampuan mastikasi pada pasien
pengguna gigi tiruan penuh di rumah sakit gigi dan mulut universitas sam ratulangi
manado. jurnal e-gigi. 2016; 4(2): 73
4. Yuwono B. Penatalaksanaan pencabutan gigi dengan kondisi sisa akar
(GanrenRadik). 2010. Vol.7 No.2. p 89
5. Krimbux N. Clinical Cases inPeriodontics. Australia : Willey Blackwell. 2012. p. 40-
43
6. Nallaswamy Deepak. Textbook of prosthodontics. New Delhi: Jaypee brothers
medical publishers; 2003. P 31-2. 153-203, 210-217
7. David,Munadziroh E. Perubahan warna lempeng resin akrilik yang direndam dalam
larutan desinfektan sodium hipoklorit dan kloraexidin. Fakultas kedokteran gigi
universitas Airlangga.p.36
8. Azeem M, Mujtaba A, Subodh S, Naeem A, Abhishek G, Kumar PK. Anatomical
landmarks in maxillary and mandibular ridge-a clinical perpective. International
journal of applied dental sciences, 2017; 3(2): 26-8
9. Perdana W, Diansari V, Rahmayani L.Distribusi frekuensi pemakaian gigi tiruan
lepasan resin akrilik dan nilon termoplastik di beberapa praktik dokter gigi di bannda
aceh. Journal caninus dentistry, Novermber 2016;1(4):1-2
10. Kumar M, Agrawal MC, Rastogi N, Bajpai M. Prosthodontic management of patient
with diabetes mellitus. Acta Biomedica Scientia, 2017;4(2):75-6
11. Anriatika, Simbolon BH, Helmira R. Perbandingan teknik cor dan gulung dalam
pembuatan bite rim pada gigi tiruan penuh untuk mendapatkan efisiensi waktu dan
bahan. Jurnal Kep. Gigi; 12(2): 247-250
12. Ariestania V. Pengaruh dimensi vertikal terhadap fungsi kunyah pengguna gigi tiruan
lengkap di klinik prostodonsia rsgmp universitas hang tuah periode tahun 2009-2010.
Surabaya; 2010. P. 4
13. Soebekti TS, Leepel MB. Kiat membuat gigi tiruan lengkap pada rahang datar. Jurnal
Kedokteran Gigi Universitas Indonesia; 3(2): 31
25
14. Pradana FW. Hubungan rahang pada pembuatan gigitiruan sebagian lepasan. 2009. P.
1-4
15. Hariyanto G, Anton M, Burhan LK, FreddyS, Indra S. Buku ajar ilmu gigi tiruan
sebagian lepasan. Jilid 1 . Jakarta: EGC; 2017. P. 65-70
16. Eri H Jubhari, Nindya D. tingkat pemahaman terhadap instruksi cara pembersihan
GTL pada pasien RSGM FKG UNHAS. J PDGI Makassar. Mei – Agustus 2014:
63(2) ; 54 – 57.
17. Soeprapto A. Pedoman dan Tatalaksana Praktik Kedokteran Gigi. Bina Insan Mulia;
Yogyakarta: 2017. h200
18. Zarb G, Hobkirk JA, Eckert SE, Jacob RF. Prosthodontic Treatment for Edentlous
Patients: Complete Dentures and Implant-supported Prostheses. 13th ed. Missouri:
Elsevier Mosby; 2013. P127,267
19. Yuwono B. Penatalaksanaan pencabutan gigi dengan kondisi sisa akar (Ganren
Radik). 2010. Vol.7 No.2. p 89
20. Krimbux N. Clinical Cases inPeriodontics. Australia : Willey Blackwell. 2012. p.
40-43
21. Jones JD, Garcia LT. Removable partial dentures. United Kingdom : Wiley –
Blackwell; 2009
22. Soesetijo AFX. Overdenture : perawatan dengan pendekatan preventif dan
konservatif. CDK – 190. 2012; 39(2) : 102 – 6

26

Anda mungkin juga menyukai