OLEH:
PENDAHULUAN
Kunjungan Pertama
• Profil wajah
Profil wajah diklasifikasikan sebagai
- Kelas I: Profil normal atau lurus
- Kelas II: Profil retrognatis (cembung)
- Kelas III: Profil prognatik (cekung)
• Pemeriksaan otot
Otot yang mengelilingi mulut memainkan peran penting dalam
stabilitas protesa. Menurut House, Otot dapat diklasifikasikan sebagai
- Kelas 1: Fungsi dan tonus otot normal atau pasien tidak
menunjukkan degenerasi. Ini paling sering terlihat pada
pasien yang baru dilakukan ekstraksi .
- Kelas 2: Fungsi otot normal dengan sedikit penurunan tonus
otot.
- Kelas 3: Penurunan tonus dan fungsi otot, terlihat sebagai
lipatan nasolabial berlebih, atau hilangnya dimensi vertikal.
• Pemeriksaan TMJ
- Palpasi bilateral anterior pada tragus auricular ketika pasien
membuka dan menutup mulut.
- Bunyi clicking atau adanya nyeri
- Pembukaan mulut yang kurang dari 40 mm mengindikasikan
adanya keterbatasan membuka mulut.
- Deviasi dari midline
- Pergerakan lateral maksimum (normalnya sekitar 12 mm).
- Palpasi pada otot masseter dan temporal
2. Intraoral
a. Mukosa
Mukosa pipi, bibir, dasar mulut, ridge residual, palatum durum
dan palatum molle dievaluasi warna, ketebalan dan kondisinya
dicatat.
• Warna
- Kemerahan adalah tanda peradangan, yang dapat
disebabkan oleh gigi palsu yang tidak pas, infeksi, merokok,
dan penyakit sistemik seperti diabetes. Penting untuk
menghilangkan penyebabnya dan membiarkan jaringan
kembali normal sebelum pembuatan cetakan.
- Bercak putih dan bercak berpigmen coklat / biru harus
diperhatikan. Jika penyebabnya tidak pasti, biopsi
diindikasikan.
• Pemeriksaan residual ridge
Pemeriksaan residual alveolar ridge, sebagai berikut :
Ukuran lengkung: Besar/Sedang/Kecil
Gambar 4. Bentuk lengkung. (A) persegi, (B) lancip, dan (C) ovoid
• Kontur ridge
Diperiksa dengan inspeksi dan palpasi untuk mengetahui
apakah ada rasa sakit selama palpasi. Kontur ridge dapat
diklasifikasikan menjadi: high ridge dengan puncak yang datar dan
sisi sejajar, flat ridge, dan knife-edge ridge.
Gambar 5. Kontur ridge. (A) high ridge, (B) flat ridge, (C) knife-edge ridge
• Relasi rahang
Dapat diklasifikasikan menjadi normal, prognati, dan retrognati.
• Jaringan flabby
Kedua rahang harus diperiksa apakah ada jaringan flabby atau
tidak karena ini dapat menyebabkan stabilitas dan dukungan gigi
tiruan buruk. flabby ridgediperiksa dengan menggunakan burnisher
pada mukosa atau prosesus alveolar. Burnisher tidak terlalu terbenam
dan mukosa terlihat pucat mengindikasikan bahwa mukosa keras.
Jika burnisher bisa ditekan lebih dalam menandakan mukosa lunak
dan jika mukosa bergerak pada arah bukolingual saat ditekan
menggunakan burnisher menandakan jaringan flabby.
• Palatum
Palatum diiklasifikasikan menurut bentuk sebagai
- Berbentuk U Memberikan retensi dan stabilitas yang baik
- Berbentuk V Memberikan retensi paling sedikit
- Datar Memberikan retensi dan stabilitas yang buruk
Kemudian diperiksa kedalaman palatum menggunakan kaca
mulut nomor 3, Disebut dalam bila kaca mulut terbenam lebih dari
setengahnya, disebut sedang bila kaca mulut terbenam setengahnya,
dan disebut dangkal apabila kaca yang terbenam kurang dari
setengahnya.
• Vestibulum
Dilakukan pemeriksaan dengan kaca mulut no.3 dalam atau
dangkalnya mempengaruhi retensi dan stabilisasi gigi tiruan. Disebut
dalam bila kaca mulut terbenam lebih dari setengahnya, disebut
sedang bila kaca mulut terbenam setengahnya, dan disebut dangkal
apabila kaca yang terbenam kurang dari setengahnya.
• Lidah
Lidah berdasarkan ukuran dapat diklasifikasikan menjadi tiga,
yaitu klas 1 jika ukuran lidah cukup untuk memenuhi lantai dasar
mulut dan ada cukup ruang untuk gigi tiruan, klas 2 jika lidah sedikit
terlalu memenuhi lantai dasar mulut dan klas 3 jika lidah sangat
besar. Posisi lidah dapat dibedakan berdasarkan klasifikasi wright
yaitu klas 1 jika ujung lidah berada diatas gigi anterior bawah, klas 2
jika lidah lebih tertarik ke belakang dan klas 3 jika lidah menggulung
kebelakang, sampai terlihat frenulum lingualis). Mobilitas lidah
dapat dinilai dengan melihat pergerakan lidah pasif atau aktif.
Gambar 8. Posisi lidah (klasifikasi wright). (A) klas 1, (B) klas 2, (C) klas 3
• Tuberositas maksilaris
Diklasifikasikan berdasarkan ukuran yang terbagi menjadi
tiga, yaitu besar jika lebih besar dari prosessus alveolar, sedang jika
sama dengan prosessus alveolar, dan kecil jika lebih rendah dari
alveolar.
• Ruang retromylohyoid
Dilakukan pemeriksaan dengan kaca mulut no.3 dalam atau
dangkalnya mempengaruhi retensi dan stabilisasi gigi tiruan. Disebut
dalam bila kaca mulut terbenam lebih dari setengahnya, disebut
sedang bila kaca mulut terbenam setengahnya, dan disebut dangkal
apabila kaca yang terbenam kurang dari setengahnya.
• Torus palatinus
Tonjolan ini digolongkan menjadi torus yang besar dan
kecil. tonjolan yang biasanya merupakan kelainan kongenital ini
permukaannya licin dan tidak begitu sakit bila mendapat tekanan,
dibanding exostosis. Torus ini merupakan hambatan utama bagi
kenyamanan pemakaian geligi tiruan, karena mukosa yang terdapat
diatas torus pada umunya tipis dan mudah kena trauma. Pada rahang
atas daerah torus biasanya dirilif atau bila hal ini tak mungkin
dilakukan, bagian ini dibebaskan dari penutupan plat protesa.
Ukuran torus diklasifikasikan menjadi:
- Kelas I: Torus tidak ada atau ukurannya minimal (kurang
dari 3 mm). Torus yang ada tidak mengganggu konstruksi
gigi tiruan.
- Kelas II: Torusberukuran sedang (3-6 mm). Torus ukuran
sedang dapat menyebabkan sedikit kesulitan dalam
pembuaat dan pemakaian gigi tiruan. Perawatan
pembedahan masih belum diperlukan.
- Kelas III: Torus berukuran besar (lebih dari 6 mm). Torus
ini mengganggu fungsi dan pembuatan gigi tiruan
sehingga memerlukan pembentukan atau pengangkatan
melalui prosedur pembedahan.
Gambar 9. Ukuran torus(A) klas I, (B) klas II, (C) klas III
• Exostosis
Merupakan tonjolan tulang yang tajam pada prosessus
alveolaris dan menyebabkan rasa sakit pada pemakaian protesa. Pada
tonjolan yang tajam dan besar, sehingga rilif tidak dapat
mengatasinya, maka perlu tindakan bedah.
• Frenulum
Frenulum, meliputi tinggi rendahnya perlekatan. Frenulum
lingualis pada rahang bawah dan frenulum labialis pada rahang atas
dan bawah merupakan struktur yang perlekatan sering kali dekat
dengan puncak residual ridge. Perlekatan semacam ini akan
mengganggu penutupan tepi (seal) dan stabilitas geligi tiruan. Letak
perlekatan frenulum diklasifikasikan menjadi:
- Tinggi : Perlekatannya hampir sampai ke puncak residual
ridge.
- Sedang : Perlekatannya kira-kira ditengah antara puncak
ridge dan dasar vestibulum.
- Rendah : Perlekatannya dekat dengan dasar vestibulum.
3. Pemeriksaan Penunjang5
Radiografi panoramik diperlukan untuk pasien full edentulous.
Tujuannya adalah untuk melihat kondisi rahang dan untuk mengetahui
ada atau tidaknya patologi serta menentukan jumlah resorpsi ridge
alveolar. Memberikan informasi tentang defek pada struktur rahang,
fragmen akar, gigi yang tidak erupsi atau akar yang tertahan, benda
asing, sklerosis, tumor dan kista serta gangguan TMJ.
Jumlah resorpsi tulang dapat dinilai dengan menggunakan metode
yang dijelaskan oleh Wical dan Swoope yaitu ketinggian ridge alveolar
asli adalah tiga kali jarak dari batas inferior mandibula ke batas inferior
foramen mental. Jumlah resorpsi tulang diklasifikasikan sebagai
- Kelas I Resorpsi ringan — hilangnya sepertiga dari tinggi ridge
vertikal.
- Kelas II resorpsi sedang — hilangnya sepertiga menjadi dua
pertiga dari tinggi vertikal .
- Kelas III Resorpsi parah — kehilangan lebih dari dua pertiga
1) Frenulum labialis
2) Vestibulum labialis
3) Frenulum bukalis
4) Vestibulum bukalis
5) Coronoid bulge
6) Residual alveolar ridge
7) Tuberositas maksilaris
8) Hamular notch
9) Posterior palatal seal region
10) Foveae palatinae
11) Median palatine raphe
12) Insisivus papilla
13) Rugae.
3) Lapisi model gips dengan wax setebal lebih kurang 2 mm sehingga tidak
ada undercut dan kelebihan wax dihilangkan
4) Buat stopper jaringan yang berbentuk bulat atau persegi pada malam di
daerah anterior dan posterior untuk memudahkan pelepasan spacer.
5) Lapisi permukaan model dengan bahan separasi dengan cold mould seal.
Bahas separasi ini diaplikasikan untuk membantu melepas sendok cetak
dengan mudah dari model.
6) Siapkan bahan sendok cetak, tempelkan selapis tipis (1-2 mm) di seluruh
permukaan model sampai batas yang sudah digambarkan.
7) Buat pegangan sendok cetak.
2. Border moulding11,12
Border molding adalah suatu cara pencetakan untuk mendapatkan
gambaranrongga mulut dalam keadaan fisiologis, pada pencetakan ini ingin
didapatkan gambaran aktivitas otot-otot yang terlibat pada saat fisiologis
sehingga nantinya gigi tiruan yang didapatkan lebih adaptif terhadap
jaringan lunak rongga mulut.
Green stick dilunakkan diatas api bunsen atau pada air hangat
(50°C)kemudian diaplikasikan pada tepi sendok cetak individual
Prosedur kerja border moulding rahang atas :
1) Labial flange
• Pasif: bibir diangkat lalu ditarik ke arah luar dan ke bawah,
lalu baru ditekan ke gingiva.
• Aktif: pasien diinstruksikan untuk mengerutkan bibir dan
menghisap bibir atau jari dokter
6) Distolingual flange
• Pasien diinstruksikan untuk menjulurkan lidah kemudian
letakkan lidah pada bagian distal palatal pada kanan dan
kiri vestibulum
3) Analisis
Gigi tiruan sebagian lepasan dapat didesain pada sebuah model
yang telah di survei menggunakan oklusal plane horizontal (i.e sehingga
path of insertion = path of displacement). Meskipun demikian, terdapat
suatu kondisi dimana memiringkan model studi diindikasi sehingga path
of insertion dan path of diplacement akan berbeda.
Sebelum menentukan apakah model harus dimiringkan untuk
final survey, graphite marker pada surveyor diganti menggunakan
analysing rod, sehingga posisi model studi yang beragam dapat di
periksa tanpa menandai gigi.
Analisis pada model studi kemudian dilanjutkan dengan occlusal
plane horizontal dan aspek berikut, satu atau lebih aspek yang mungkin
dibutuhkan pada final survey dengan model yang dimiringkan yaitu
mempertimbangkan:
a) Penampilan
Ketika model studi maksila yang memiliki area edentulous
di anterior disurvei menggunakan occlusal plane horizontal,
umumnya dapat ditemukan adanya undercut pada aspek mesial gigi
abutment. Jika gigi tiruan sebagian lepasan dibentuk dengan arah
insersi vertikal, akan terbentuk celah antara saddle gigi tiruan dan
gingiva gigi abutment pada daerah gigi berkontak.
b) Interference
Saat memeriksa model studi dengan occlusal plane
horizontal, kadang-kadang terlihat bahwa gigi atau ridge yang
undercut akan menghalangi insersi dan penempatan yang benar dari
bagian gigi tiruan yang kaku. Dengan memiringkan model studi, arah
insersi mungkin ditemukan untuk menghindari gangguan ini. Sebagai
contoh, jika terdapat tulang undercut di labial, insersi gigi tiruan
bersayap (flanged denture) di sepanjang jalur pada sudut yang benar
ke bidang oklusal mungkin hanya dapat diperoleh jika sayap dibuat
menjauh dari mukosa atau dibuat dengan ukuran pendek dari area
undercut. Hal ini dapat mengakibatkan retensi dan penampilan yang
buruk.
c) Retensi
Untuk mendapat retensi, harus terdapat undercut pada gigi
yang relatif terhadap horizontal survey. Terdapat sebuah miskonsepsi
yang meyakini bahwa mengubah kemiringan model gigi akan
menghasilkan undercut yang retentif yang tidak diperoleh saat model
studi dalam posisi horizontal.
Prosedur :
1) Penempatan model kerja pada Surveyor
2) Menentukan bidang bimbing (guiding plane)
3) Penentuan garis survey (menandai garis kontur terbesar gigi)
4) Pengukuran daerha retensi
5) Evaluasi masalah hambatan
6) Evaluasi faktor estetik
7) Rekaman hubungan model kerja dengan surveyor (tripoding,
pemberian tanda garis, tanda goresan, atau pemasangan pin)
(A) (B)
(C)
Gambar 25. (A) Basis dan bite rim rahang atas sesuai
dimensi yang diharapkan; (B) Basis dan bite rim rahang
bawah sesuai dimensi yang diharapkan; (C) Ukuran lebar
bite rim pada daerah anterior dan posterior
Kunjungan Ketiga
Kunjungan Keempat
a) Bentuk Gigi
Terdapat beberapa bentuk gigi anterior rahang atas, diantaranya bentuk
square, tapering, dan ovoid. Bentuk gigi ini disesuaikan dengan bentuk dari
wajah pasien. Selain itu, jenis kelamin juga harus dipertimbangkan saat
memilih bentuk gigi anterior. Laki-laki biasanya memiliki bentuk gigi
square atau tapered, sedangkan perempuan biasanya memiliki bentuk gigi
yang ovoid. Selain itu, ditinjau dari usia pasien, daerah insisal gigi orang
yang lebih tua harus memberikan efek aus.
b) Ukuran gigi
Saat menentukan ukuran gigi, panjang dan lebar gigi harus
disesuaikan dengan lebar dan besar dari wajah. Biasanya seseorang dengan
wajah yang besar juga memiliki ukuran gigi yang besar pula. Selain itu,
jenis kelamin juga perlu dipertimbangkan, karena ukuran gigi laki-laki
biasanya lebih besar dari ukuran gigi perempuan. Adapun untuk gigi
posterior, tingginya harus sesuai dengan ruang pada gigi tiruan tanpa
dilakukan grinding, dan panjangnya harus mengisi daerah alveolar ridge
pada daerah posterior namun tidak melibatkan daerah tuberositas maksila
dan retromolar pad. Lebar gigi posterior utamanya rahang baru harus sempit
agar tidak memngganggu pergerakan lidah.
c) Warna Gigi Tiruan
Warna gigi harus seragam dengan warna kulit, mata dan rambut
pasien, Orang yang berkulit putih biasanya memiliki gigi yang berwarna
kekuningan sedangkan orang yang berkulit gelap memiliki warna gigi yang
lebih putih. Gigi yang terletak pada daerah posterior terlihat lebih gelap
dibandingkan gigi anterior. Selain itu, seseorang yang sudah berusia tua
memiliki warna gigi yang lebih gelap. Dalam menentukan warna gigi tiruan,
dokter gigi juga harus mempertimbangkan keinginan pasien, dan saran dari
teman atau keluarga pasien.
Penentuan warna gigi tiruan dilakukan menggunakan Shade Guide
(VITA Classical) dengan prosedur sebagai berikut :
1) Penyesuaian Hue
Hue didefinisikan sebagai variasi warna tertentu. Hue dari
sebuah objek dapat berupa warna merah, hijau, kuning, dan ditentukan
oleh panjang gelombang cahaya yang dipantulkan atau ditransmisikan
yang diamati. Pemilihan hue dilakukan dengan mencocokkan sampel
pada chroma tertinggi (misalnya A4, B4, C4, dan D3) dengan gigi yang
memiliki chroma yang tinggi (biasanya pada daerah servikal gigi
kaninus).
Gambar 29. Penentuan chroma dari variasi yang ada pada hue
3) Pemilihan Value
Value didefinisikan sebagai terang atau gelap relatif dari sebuah
warna atau kecerahan suatu objek. Kecerahan suatu benda adalah
konsekuensi langsung dari jumlah energi cahaya yang dipantulkan atau
dipancarkan benda. Value ditentukan dengan menggunakan sampel
yang tersusun dalam urutan tingkat kecerahan.
Gambar 10. Susunan value pada shade guide digunakan untuk memeriksa
kecerahan gigi
Selain itu, penentuan shade, ukuran, dan bentuk gigi dapat
diperoleh dari catatan pra-ekstraksi yang meliputi :
- Gigi yang disimpan setelah ekstraksi.
- Model diagnostik sebelumnya dengan gigi asli.
- Radiografi pra-ekstraksi.
- Foto pra-ekstraksi.
- Melihat gigi kerabat dekat.
- Gigi tiruan lama
2. Penyusunan gigi artifisial18
a) Rahang atas
1. Incisivus 1
a) Sumbu miring 5° terhadap garis midline
b) Titik kontak sebelah mesial tepat pada garis midline
c) Permukaan labial sesuai dengan lengkung bite rim
2. Incisivus 2
a) Sumbu lebih miring dari incisivus 1
b) Titik kontak mesial berkontak dengan titik kontak distal
incisivus 1
c) Permukaan labial sesuai degan lengkung bite rim
3. Caninus
a) Sumbu hamper sejajar dengan garis midline
b) Titik kontak mesial berkontak dengan titik kontak distal
incisivus 2
c) Permukaan labial disesuaikan dengan lengkung biterim
4. Premolar 1
a) Sumbu tegak lurus dengan bidak oklusal
b) Titik kontak mesial berkontak dengan titik kontak distal gigi
caninus
5. Premolar 2
a) Sumbu gigi tegak lurus dengan bidak oklusal
b) Titik kontak mesial berkontak dengan titik kontak distal
premolar 1
c) Permukaan bucal sesuai dengan lengkung biterime
6. Molar 1
a) Sumbu gigi pada bagian cervical sedikit miring kearah mesial
b) Titik kontak mesial berkontak dengan titik kontak distal
premolar 2
7. Molar 2
a) Sumbu gigi pada bagian cervical lebih miring dari gigi molar
1
b) Titik kontak mesial berkontak dengan titik kontak distal
molar 1
c) Permukaan bucal segaris dengan permukaan molar 1
b) Rahang bawah
1. Incisivus 1
Sejajar dengan garis vertical
2. Incisivus 2
Sejajar dengan garis vertical
3. Caninus
Membentuk sudut 15 ° dari bidang vertical
4. Premolar 1
Tegak lurus dan berada lebih kedepan dari cusps premolar 1
rahang atas
5. Premolar 2
Tegak lurus dan berada lebih kedepan dari cusps premolar 2
rahang atas
6. Molar 1
Tegak lurus dan berada lebih kedepan atau mengarah lebih ke
mesial dari pada molar 1 rahang atas
7. Molar 2
Tegak lurus dan berada lebih kedepan atau mengarah lebih ke
mesial dari pada molar 1 rahang atas.
Kunjungan Kelima