Anda di halaman 1dari 20

ZOOPHILIA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Umum Sosiologi Komunikasi

Dosen Pengampu : Aulian Khairani, S.IKOM., M.IKOM

Disusun Oleh :

Aina Fatrah Mahdiyyah – 2001030018

Diah Widirgun - 2001030070

Aina Kusumawati Sagual Putri – 2001030146

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM SYEKH - YUSUF TANGERANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang masih memberikan
rahmat dan karuni-Nya berupa nikmat kesehatan dan kesempatan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan tugas Makalah Pengantar Sosiologi Komunikasi.

Sholawat serta salam tak lupa penulis lantunkan untuk junjungan kita Nabi Muhammad
SAW, yang telah membawa umatnya dari zaman kebodohan hingga zaman berilmu pengetahuan.

Selanjutnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah membimbing,
memberi saran dan arahan sehingga dapat menyelesaikan Makalah Sosiologi Komunikasi ini
dengan tepat waktu.

Penulis menyadari dalam Makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, baik dalam
penulisan maupun penyajian. Maka dari itu, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya dan
penulis menerima saran serta keritikan yang membangun agar kedepannya lebih baik. Semoga
Makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca.

Tangerang, 27 April 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Tentang Mitos, Fakta, Data, dan contoh kasus Zoophilia

2.2 Pengaturan dalam pembaharuan hukum pidana untuk menyikapi adanya perbuatan
penyimpangan perilaku seksual terhadap binatang

2.3 Kriminalitas Perbuatan Penyimpangan Perilaku Seksual Terhadap Binatang

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seks bebas merupakan suatu masalah moral kesusilaan yang semakin hari semakin
menjadi wabah buruk dikalangan masyarakat. Para pecandu seks bebas masih bebas
berkeliaran di mana-mana, sedangkan semakin hari korban seks bebaspun semakin
bertambah. Kenyataannya perilaku seks bebas di era sekarang mengalami suatu perubahan
penyimpangan perilaku seksual salah satunya yaitu penyimpangan seksual yang dilakukan
oleh manusia kepada binatang atau hewan yang biasa disebut dengan istilah Zoofilia.
Zoofilia itu sendiri merupakan sebuah bentuk penyimpangan seksual yang membuat
seseorang memiliki hasrat seksual terhadap binatang atau hewan. Penyimpangan kelainan
seksual ini sangatlah meresahkan bagi masyarakat karena ketidaklazimannya.
Kasus zoofilia sendiri pernah terjadi di Indonesia, tepatnya terjadi di Bali di mana
seseorang bernama I Nengah Sutarya secara sadar dan ketahuan melakukan hubungan
seksual dengan seekor sapi yang dilihatnya sebagai wanita telanjang yang dipergoki oleh
masyarakat sekitar. Akibatnya pelaku diadili oleh masyarakat adat melalui sanksi adat dan
melakukan upacara adat bernama Ngelarung untuk menyucikan kembali pelaku secara
rohani.
Peristiwa seperti ini sebenarnya jarang terjadi di Indonesia, maka dari itu apabila terjadi
hal seperti ini sangatlah susah untuk diselidiki, di samping itu lemahnya aturan hukum
nasional untuk mencakupi masalah demikian dan kebanyakan dari masalah ini ditindak
lanjuti atau diselesaikan dengan cara adat atau pelaku hanya diberikan nasehat secara batin
agar menyadari perbuatannya dan tidak mengulanginya lagi. Perbuatan yang dilakukan oleh
pelaku sangatlah membahayakan bagi diri sendiri dan orang lain. Penyebaran penyakit
menular seksualpun akan semakin menyebar, belum lagi penyakit-penyakit yang dapat saja
timbul akibat hubungan seksual dengan binatang lalu kemudian melakukan hubungan seksual
sesama manusia, tentu saja hal ini sangatlah meresahkan masyarakat.
Lemahnya aturan hukum nasional dapat menjadi salah satu penyebab hal ini dapat
kembali terjadi. Masalah tersebut jelas belum ada pengaturannya maka penulis menganggap
hal tersebut adalah norma kosong maka dengan adanya masalah tentang penyimpangan
perilaku seksual terhadap binatang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Saja tentang Mitos, Fakta, Data, dan contoh kasus Zoophilia?
2. Apakah perbuatan penyimpangan perilaku seksual terhadap binatang termasuk tindakan
criminal ?
3. Seperti apa pengaturan dalam pembaharuan hukum pidana untuk menyikapi adanya
perbuatan penyimpangan perilaku seksual terhadap binatang ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaturan dalam pembaharuan hukum pidana untuk menyikapi adanya
perbuatan penyimpangan perilaku seksual terhadap binatang.
2. Untuk mengetahui pengatuan tentang penyimpangan perilaku seksual terhadap binatang
dalam hukum pidana mendatang.
3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah umum Sosiologi Komunikasi.

1.4 Manfaat
1. Semoga makalah ini bisa menjadi bahan kajian dan tambahan pengetahuan di bidang
akademis .
2. Dengan adanya makalah ini semoga bisa bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi
penulis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tentang Mitos, Fakta, Data, dan Contoh Kasus Zoophilia
1. Mitos tentang Zoophilia
Zoofhilia bukan mitos-ia adalah kenyataan. Beberapa orang masuk ke kedai
hewan kesayangan, membeli anjing, dan melakukan hubungan seks dengannya. Ya,
hubungan seks dengan hewan memang ada.
Ada orang yang menaiki kereta api atau minum kopi dengan anda, dan kemudian
pulang dan melakukan hubungan seks dengan hewan kesayangan mereka. Ya, ada orang
yang tertarik dengan hewan secara seksual. Walaupun ini mungkin pantang larang bagi
anda, sekurang-kurangnya 7% daripada populasi, ini adalah sebahagian daripada gaya
hidup mereka.
Melakukan hubungan seks dengan hewan adalah aspek seksualiti yang banyak
orang tidak selesa. Mereka lebih suka menyapu di bawah permaidani, atau mengolok-
oloknya dan meneruskannya. Tetapi ada juga orang yang menghasilkan banyak uang dari
rumah pelacuran dan pelancongan seks hewan di banyak negara.
Bestiality dan zoophilia, sementara biasanya ditukar, adalah dua topik berbeda
yang tidak akan difikirkan oleh kebanyakan kita, apatah lagi untuk dibincangkan. Namun,
semakin kita mengabaikannya, semakin sukar bagi kita untuk mengetahui apa
sebenarnya, dan mengapa ada orang-orang dan budaya-di dalamnya.

Berhubungan seks dengan hewan - bestiality vs zoophilia

Bestiality dan zoophilia keliru, tetapi mereka berbeda.

Bestiality berkaitan dengan fantasi seksual, dorongan, dan aktivitas seksual yang
berulang dan intens dengan hewan bukan manusia. Itu tidak semestinya melibatkan
penembusan, tetapi orang memang mempunyai tingkah laku seksual terhadap haiwan
yang dilakukan demi kepuasan.
Sementara itu, zoofilia adalah istilah klinikal yang digunakan untuk
menggambarkan manusia yang terangsang secara seksual atau dihamili oleh hewan bukan
manusia. Hal ini, ia digunakan untuk merujuk kepada perasaan erotik atau hubungan
seksual, atau keutamaan seksual terhadap haiwan.
Untuk membedakan keduanya lebih jauh, pertimbangkan ini: bestiality adalah
amalan, yang melibatkan perbuatan, sementara zoophilia lebih menyerupai keutamaan
atau pengalaman - perasaan, untuk dikatakan. Tidak setiap zoophile terlibat dalam
bestiality, sedangkan tidak semua zoophile sebenarnya melakukan bestiality, atau
melakukan hubungan seks dengan hewan. Zoofilia mungkin tidak bertentangan dengan
undang-undang, tetapi binatang peliharaan adalah haram di banyak tempat di seluruh
dunia.
Manusia telah melakukan hubungan seks dengan hewan sejak awal era prasejarah.
Seni rock Eropah awal bahkan telah menunjukkan penggambaran binatang. Dalam
pelbagai mitologi dan cerita rakyat selama Zaman Klasik hingga Abad Pertengahan,
binatang menjadi tema, dengan banyak penulis menerimanya sebagai praktik biasa.
Sebenarnya, mitologi Yunani termasuk Zeus yang menggoda manusia yang
disukai dalam bentuk binatang, dan bahkan terlibat dalam persetubuhan sebenarnya
dengan seorang wanita, Leda.
Sementara itu, Alkitab Ibrani menjatuhkan hukuman mati kepada manusia dan
hewan yang melakukan perbuatan binatang. Ketika Zaman Pencerahan memasuki,
kebinasaan dimasukkan sebagai kejahatan terhadap alam.
Negara yang sah
Hari ini, binatang peliharaan adalah haram di kebanyakan negara di seluruh dunia.
Namun, masih ada beberapa negara yang menganggapnya sah - dan normal, jika bukan
tradisi - untuk mereka melakukan hubungan seks dengan haiwan.
leh itu, jika anda ingin mencuba dan melakukan hubungan seks dengan anjing
atau kambing, anda perlu pergi ke beberapa negara berikut:
1. Jerman. 
Rumah pelacuran bestial popular di kalangan orang Jerman, dengan bestiality
menjadi pilihan gaya hidup. Terdapat juga kebun binatang erotik di mana orang boleh
memilih hewan yang ingin mereka lakukan seks.
2. Colombia. 
Negara ini telah menjadi subjek dokumentari Wakil berjudul, di mana anak-anak
lelaki remaja diabadikan untuk “berlatih” dengan keldai.
Ini kerana negara yang sangat Katolik melarang seks sebelum perkahwinan, dan
anak lelaki yang belum berkahwin percaya bahawa melakukan hubungan seks dengan
keldai bukan saja dapat membantu meningkatkan ukuran kemaluan mereka, tetapi juga
mengasah kemahiran mereka di bilik tidur. Mereka fikir ini akan membantu mereka
bersiap untuk malam pertama mereka dengan bakal istri mereka.
3. Amerika Serikat. 
Ya, tanah yang bebas memang. Namun, tidak sampai tahun 2000-an ketika negara
itu akhirnya mendapat catatan tentang melarang warganegara mereka melakukan
hubungan seks dengan hewan. Namun, ada negeri di mana ia tidak menyalahi undang-
undang, seperti Nevada, New Hampshire, Wyoming, New Mexico, Ohio, Texas, Virginia
Barat, dan Vermont.
4. Denmark. 
Negara ini adalah tempat yang disebut sebagai industri seks hewan, dengan 17%
doktor hewan mencurigai bahawa hewan yang mereka perlakukan telah terlibat dalam
beberapa tindakan seksual. Terdapat juga rumah pelacuran di negara ini, di mana orang
dikenakan bayaran antara $ 85 dan $ 170 bergantung pada hewan yang mereka pilih.
5 Brazil. 
Negara ini adalah pusat untuk lelaki melakukan hubungan seks dengan hewan.
Namun, fakta yang menggembirakan adalah bahawa barah zakar sedang meningkat di
sana, dan 45% dari padanya telah melakukan hubungan seksual dengan hewan bukan
manusia.
6 Hungary. 
Negara ini adalah yang pertama dalam menghasilkan filem bertaraf x bestiality.
Mereka juga mempunyai banyak rumah pelacuran di negara ini. Mereka juga
menganggap seks dengan hewan adalah kejahatan hanya jika hewan itu terluka.
7 Finland. 
Sirip baik-baik saja dengan orang-orang mereka memaku hewan kesayangan
mereka. Akan menjadi hukuman oleh undang-undang, bagaimanapun, jika hewan
tersebut terbukti diperlakukan secara kasar atau kejam.
8 Mexico. 
Terkenal dengan pertunjukan keldai, di mana keldai menjadi wanita di hadapan
khalayak, di Mexico memang sah dan menjadi destinasi pelancongan.

Seperti yang telah disebutkan, zoofilia sering digunakan secara bergantian dengan
kebiasaan. Sekali lagi, mereka berbeda. Ramai zoofil hanya menikmati hewan untuk
keseronokan dan kepuasan seksual yang mereka bawa, walaupun mereka tidak
semestinya melakukan hubungan seks dengan mereka. Inilah yang harus anda ketahui
lebih lanjut mengenai menjadi zoophiles.
1. Bukan hanya berhubungan seks dengan hewan. 
Ramai zoofil tidak melakukan hubungan seks dengan hewan. Namun, mereka
tertarik secara seksual terhadap kualiti yang mereka lihat pada hewan, seperti pada
anjing, kucing, kambing, kuda, kadal, dan bahkan serangga.
2. Terdapat perdebatan besar mengenai persetujuan. 

Hewan tidak semestinya memberikan persetujuan seperti yang dilakukan


manusia. Akan tetapi, pada satu akhir perbahasan, adalah orang-orang yang percaya
bahawa jika hewan itu tidak menendang atau menggigit anda, maka mereka bersetuju
untuk digunakan secara seksual.

3. Ada perkara yang disukai. 

Ramai dalam komuniti zoophile tidak menyokong "pagar melompat", atau


tindakan menyelinap ke harta benda orang lain dan melakukan hubungan seks dengan
hewan peliharaan. Namun, ada yang merasa praktiknya baik-baik saja, kerana hewan itu
"menarik" daya tarikan.

4. Tarikan hewan bermula lebih awal. 

Tarikan kepada hewan biasanya bermula semasa akil baligh, ketika manusia juga
biasanya tertarik pada manusia lain.

5. Ia rumit. 

Hubungan dengan hewan tidak semudah yang difikirkan oleh orang luar. Tidak
seperti hubungan binatang di mana melakukan hubungan seks dengan hewan hanyalah
pertalian, menjadi zoofil melibatkan lebih dari pada sekadar hubungan seks. Sebenarnya,
seks hanyalah sebahagian kecil dari hubungan.

Risiko
Sekiranya anda belum menyedarinya, kebiasaan adalah seks antara dua spesies
yang tidak sesuai. Ia tidak wajar, jika tidak jauh dari biasa. Tetapi banyak aktivis seks
hewan akan berpendapat: siapa yang menentukan apa yang normal, sedangkan kita telah
melakukan banyak perkara yang tidak dapat diucapkan kepada hewan sepanjang sejarah?
Bagaimanapun, untuk pertama kalinya, melakukan hubungan seks dengan hewan
bukan hanya berbahaya, tetapi mematikan. Ada masalah penyakit yang boleh menular
dari hewan ke manusia dan manusia ke hewan. Mari kita lihat beberapa dari padanya:
- Leptospirosis dibawa oleh anjing, kuda, dan domba. Penyakit ini dapat
ditularkan melalui kontak dengan alat kelamin hewan. Jangkitan boleh menyebabkan
komplikasi yang menyebabkan meningitis, yang juga boleh mengancam nyawa.
- Echinococcosis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing parasit yang
dibawa oleh kotoran kucing dan anjing. Ini menyebabkan kista tumbuh di hati, otak,
paru-paru, dan organ tubuh yang lain.
- Rabies terdapat dalam air liur kucing, anjing, dan kuda. Ia adalah penyakit
paling mematikan yang dapat ditangkap oleh kesiapa saja yang melakukan hubungan
seksual dengan hewan. Juga, selalu ada kemungkinan calar, digigit, ditendang atau
dianiaya oleh haiwan.
Ini pantang larang besar
Walaupun begitu, melakukan hubungan seks dengan hewan masih tabu. Selalu
ada masalah persetujuan dan perlakuan hewan dan etika.
Walaupun ada orang yang berpendapat bahawa hewan juga menikmati
pengalaman itu, dan bahawa zoophiles yang secara romantis melekat pada hewan mereka
tidak akan menyakiti mereka, kesehatan dan keselamatan juga harus menjadi
pertimbangan besar.

2. Fakta tentang Zoophilia


Kasus inses atau hubungan seksual sedarah di Lampung benar-benar bikin geger.
Tiga terduga pelaku kini telah ditetapkan sebagai tersangka dan terancam hukuman 15
tahun penjara. Ada satu fakta lagi yang diungkap oleh pihak kepolisian, bahwa salah satu
pelaku diduga pernah berhubungan seksual dengan kambing dan sapi tetangga. Jika itu
benar, maka bisa masuk ke dalam penyimpangan seksual zoofilia.  
Zoofilia adalah sebuah bentuk penyimpangan seksual ketika seseorang memiliki
hasrat seksual terhadap binatang. Zoofilia terbagi atas tiga kategori, yakni:
 Zooseksual
Hanya tertarik pada binatang dan tidak tertarik sama sekali dengan manusia.
 Zoofilic fantasizer
Memiliki fantasi seksual dengan binatang, namun tidak pernah melakukan aktivitas
seksual secara nyata dengan binatang.
 Bestialitas
Melakukan hubungan seksual secara nyata dan langsung kepada binatang.

Jenis binatang yang biasanya dijadikan pilihan para pelaku zoofilia adalah
binatang yang penurut dan jinak, seperti anjing, kucing, babi, kambing, kuda, angsa, atau
bebek. Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Journal of Sex & Marital
Therapypresents telah menganalisis 958 pelaku zoofilia. Didapati bahwa jenis binatang
yang paling disukai mereka adalah anjing, diikuti dengan kuda.
Rata-rata, para pelaku zoofilia berhubungan seksual dengan binatang 2-3 kali per
minggu. Beberapa dari mereka hanya tertarik berhubungan seksual dengan binatang,
sementara yang lainnya memiliki partner seksual manusia.
Lebih lanjut, 89 persen dari mereka mengatakan bahwa bau “musky” khas
binatang adalah faktor kunci yang membuat mereka tertarik berhubungan seksual dengan
binatang.
Hingga saat ini, belum ditemukan penyebab pasti dari zoofilia. Diduga ada kaitan
dengan trauma atau kekerasan seksual saat kecil, faktor lingkungan, ataupun faktor
genetik. Dorongan seksual yang tinggi namun tidak ada media yang tepat untuk
menyalurkannya, juga bisa menjadi salah satu alasan.

Terapi untuk zoofilia


Selain melanggar norma sosial di masyarakat, zoofilia juga berdampak buruk
pada pelaku dan binatang yang menjadi korban sebagai pasangan seksualnya.
Berhubungan seksual dengan binatang dapat menyebabkan luka atau cedera pada tubuh
binatang tersebut, bahkan kematian. Sedangkan pada pelaku, dapat menyebabkan
tertularnya penyakit infeksi dari binatang seperti rabies, infeksi jamur, dan cacingan.
Seseorang yang mengidap zoofilia harus berkonsultasi dengan psikolog atau
psikiatri untuk diterapi lebih lanjut. Penanganan pertama yang dilakukan adalah
mengendalikan gairah seksualnya jika melihat binatang tertentu, setelah itu mencari
faktor yang melatarbelakangi. Jika belum ditemukan penyebabnya, terapi akan
dilanjutkan dengan mencari apakah ada faktor biologis yang mendasarinya.
Bila ada faktor biologis, pasien tersebut perlu terapi hormon untuk mengurangi
dorongan seksual. Bagaimana bila semua terapi tidak membantu? Maka diperlukan
intervensi obat dari psikiatri, seperti antidepresan dan antiandrogen.
Meski saat ini kasus zoofilia sangat jarang ditemukan, pendidikan seks tetap perlu
diberikan di sekolah agar sejak dini anak mengetahui dan mempunyai sikap yang tepat
terhadap seks. Mengobati kelainan seksual sangat penting untuk dilakukan. Sebab jika
tidak segera ditangani, kelainan seksual dapat membahayakan diri sendiri, bahkan orang-
orang di sekeliling. Bila Anda merasa memiliki kecenderungan zoofilia, segera lakukan
konsultasi ke psikolog untuk didiagnosis dan diterapi.

3. Data dan Contoh Kasus Zoophilia

Karawang dihebohkan oleh kasus persetubuhan yang diduga dilakukan tiga bocah
asal Kelurahan Tanjungpura, Kecamatan Karawang Kota, Kabupaten Karawang.

Pelaku berinisial A, 12 tahun, T, 12 tahun dan Y, 13 tahun. "Selain menyetubuhi


kambing, mereka juga menyetubuhi enam anak kecil di lingkungan ini," ujar Endang
Tarmidi, Ketua RT setempat, saat ditemui Tempo di Puskesmas Tanjungpura, Jalan
Gempol, Karawang Kamis, 10 Agustus 2017.

Menurut Endang kasus itu terjadi pada sore hari tiga pekan lalu. Ketiga bocah itu
dikabarkan melakukan aksinya di sebuah lapangan dekat tempat tinggal mereka.
Situasi di lapangan itu, menurut Endang, cukup sepi. Warga sekitar kerap
menggembalakan kambing di lapangan itu. Tindakan tak normal itu diungkapkan oleh
salah satu anak yang menjadi korban perilaku tiga bocah tersebut. Para orang tua korban
lalu melapor kepada Endang. "Setelah itu langsung saya antar ke Polres Karawang," kata
Endang.

Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Karawang Ajun Komisaris Maradona


Armin Mappaseng mengatakan masih menyelidiki kasus asusila tersebut. Meski telah
menerima berbagai laporan, polisi belum menyimpulkan ketiga pelaku
mengidap zoophilia atau penyimpangan seksual kepada binatang. "Kami masih
menyelidiki kasus itu," kata Maradona.

1. Kitsao Gona
Seorang pria yang melakukan hubungan seks menyimpang dengan seekor kambing.
Di persidangan, ia dihadapkan dengan korbannya si kambing untuk sebagai saksi.
Namun, bukan si kambingnya langsung yang bersaksi tapi ia didampingi gembalanya.
Kitsao kemudian dipenjara 10 tahun setelah mengakui kejahatannya.  Media di Kenya
menyebutkan ini menjadi kasus yang langka karena hewan dijadikan saksi di pengadilan.
2. Bernard Marsonek
Bernard Marsonek (58) ditangkap setelah diduga melakukan hubungan menyimpang
dengan pitbull di taman depan rumahnya. Ini membuat tetangga di depannya ketakutan.
Ketika polisi tiba, tetangga mengatakan Marsonek sudah menghentikan apa yang
sudah dituduhkan setelah mereka berteriak kepadanya. Marsonek ditangkap dengan dua
tuduhan yakni kepemilikan senjata api, kekejaman terhadap hewan, dan aktivitas seksual
dengan hewan.
3. Paul Lovell

Paul Lovell (61) mencoba berhubungan dengan seekor sapi di depan lapangan
sepakbola Tottenham Hotspur. Ketika hewan itu kabur, ia mengejar seekor domba dan
mencoba melakukannya. Si pelaku tak menunjukkan perasaan emosionalnya saat
dinyatakan bersalah di akhir sidang.
2.2 Kriminalitas Perbuatan Penyimpangan Perilaku Seksual Terhadap Binatang
Hukum pidana seharusnya dapat menjangkau segala jenis perbuatan yang secara luas
menurut masyarakat merupakan tindakan yang melanggar suatu norma. Hal ini tidak terlepas
dari adanya perbuatan penyimpangan perilaku seksual terhadap binatang, yang di mana
perbuatan tersebut dapat dikatakan telah melanggar norma kesusilaan. Haruslah perbuatan ini
segera diatur dalam hukum pidana mendatang dan untuk mengaturnya tentunya harus
diselaraskan dengan konsep kriminalisasi. Konsep kriminalisasi yaitu perbuatan yang
sebelumnya bukan atau tidak dianggap sebagai suatu tindak kejahatan maka seterusnya
dikatakan sebagai suatu tindak kejahatan.
Soerjono Soekanto menjelaskan bahwa kriminalisasi merupakan tindakan atau penetapan
penguasa mengenai perbuatan-perbuatan tertentu yang oleh masyarakat atau golongan-
golongan masyarakat dianggap sebagai perbuatan yang dapat dipidana menjadi perbuatan
pidana atau membuat suatu perbuatan menjadi perbuatan kriminal dan karena itu dapat
dipidana oleh pemerintah dengan cara kerja atas namanya. Terdapat beberapa asas yang
terkandung dalam konsep kriminalisasi yang sangat perlu diperhatikan oleh pembentuk
undang-undang dalam menetapkan suatu perbuatan menjadi tindak pidana dan dalam
menerapkan sanksi pidananya, yaitu:
1. Asas Legalitas
Asas legalitas memiliki enam fungsi yang terkandung didalamnya, yaitu :
1. Pada hakikatnya, asas legalitas dirancang untuk memberi maklumat kepada
publik seluas mungkin tentang apa yang dilarang oleh hukum pidana sehingga
mereka dapat menyesuaikan tingkah lakunya.
2. Menurut aliran klasik, asas legalitas mempunyai fungsi untuk membatasi ruang
lingkup hukum pidana, sedangkan dalam aliran modern asas legalitas
merupakan instrumen untuk mencapai tujuan perlindungan masyarakat.
3. Fungsi asas legalitas adalah untuk mengamankan posisi hukum rakyat terhadap
negara (penguasa).
4. Asas legalitas dikaitkan dengan peradilan pidana, mengharapkan lebih banyak
lagi daripada hanya akan melindungi warga masyarakat dari
kesewenangwenangan pemerintah.
5. untuk membatasi kesewenang-wenangan yang mungkin timbul dalam hukum
pidana dan mengawasi serta membatasi pelaksanaan dari kekuasaan itu atau
menormakan fungsi pengawasan dari hukum pidana itu.
6. Asas legalitas memberikan kepastian hukum kepada masyarakat mengenai
perbuatan-perbuatan yang dilarang (tindak pidana) yang disertai dengan
ancaman pidana tertentu.
2. Asas Subsidiaritas
Kebijakan kriminalisasi juga harus berdasarkan kepada asas subsidiaritas.
Artinya, hukum pidana harus digunakan sebagai ultimum remedium (senjata
pamungkas) dalam penanggulangan kejahatan yang menggunakan instrumen penal,
bukan sebagai primum remedium (senjata utama) untuk mengatasi masalah
kriminalitas. Apabila dalam penyelidikan itu ditemukan bahwa penggunaan sarana-
sarana lain (saranan non penal) lebih efektif dan lebih bermanfaat untuk
menanggulangi kejahatan, maka janganlah menggunakan hukum pidana.
3. Asas Persamaan atau Kesamaan
Asas kesamaan lebih merupakan suatu keinginan diadakannya sistem hukum
pidana yang lebih jelas dan sederhana. Lacretelle, berpendapat bahwa asas kesamaan
tidaklah hanya suatu dorongan bagi hukum pidana yang bersifat adil, tetapi juga
untuk hukuman pidana yang tepat. Kriteria kriminalisasi perlu diperhatikan,
contohnya perilaku-perilaku yang masuk wilayah privat tidak perlu dikriminalisasi,
sedangkan perilaku yang masuk wilayah publik dapat dikriminalisasi jika sangat
merugikan kepentingan masyarakat.
Menurut Moeljatno ada tiga kriteria kriminalisasi dalam proses pembaruan hukum
pidana. Pertama, penetapan suatu perbuatan sebagai perbuatan terlarang (perbuatan
pidana) harus sesuai dengan perasaan hukum yang hidup dalam masyarakat. Kedua,
apakah ancaman pidana dan penjatuhan pidana itu adalah jalan yang utama untuk
mencegah dilanggarnya laranganlarangan tersebut. Ketiga, apakah pemerintah dengan
melewati alat-alat negara yang bersangkutan, betul-betul mampu untuk benar-benar
melaksanakan ancaman pidana kalau ternyata ada yang melanggar larangan.
Pernyataan di atas sudah menjelaskan bahwa adapun beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam menentukan untuk mengkriminalisasi suatu perbuatan. Perbuatan-
perbuatan yang dianggap masyarakat sebagai perbuatan melanggar norma belum
tentu dapat dikriminalisasi sebab perlu menselaraskannya dengan fungsi kriminalisasi
itu sendiri.

2.3 Pengaturan dalam pembaharuan hukum pidana untuk menyikapi adanya perbuatan
penyimpangan perilaku seksual terhadap binatang

Kelainan seksual adalah segala bentuk penyimpangan seksual, baik arah, minat, maupun
orientasi seksual. Penyimpangan adalah gangguan atau kelainan. Perilaku seksual adalah
segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun
dengan sesama jenis. Objek seksualnya juga dapat berupa orang lain, diri pribadi, maupun
objek khayalan.
Hukum positif Indonesia dalam hukum pidana, sudah ada beberapa yang mengatur
tentang kejahatan terhadap kesusilaan dan kelainan seksual. Pengaturannya diatur dalam Buku
Kedua KUHP Tentang Kejahatan. Beberapa diantaranya yaitu: (1) pengaturan tentang
homoseksual dan lesbian yang diatur dalam Pasal 292 KUHP, (2) pengaturan tentang
pedofilia yang diatur dalam Pasal 290 ke-2, Pasal 292, Pasal 294 dan 287 KUHP, (3)
pengaturan tentang incest (sumbang) yang diatur dalam Pasal 294 ayat (1) KUHP, (4)
pengaturan tentang zina yang diatur dalam Pasal 284 ayat (1) KUHP, (5) pengaturan tentang
eksibisionisme yang merujuk pada instrumen hukum positif Indonesia, secara lex specialis,
Pasal 10 Undang-Undang No. 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi memuat delik
eksibisionisme.
Penjelasan di atas sudah menunjukkan bahwa dengan adanya masalah-masalah tersebut
beserta pengaturannya maka kelainan seksual termasuk delik. Ketentuan dalam merumuskan
tindak pidana dapat dilakukan dengan salah satu cara dilihat dari sudut titik beratnya larangan,
yaitu dengan cara:
 Cara formil, yaitu dengan dicantumkannya secara tegas perihal melakukan larangan
perbuatan tersebut dalam rumusan yang terdapat dalam pasal. Contoh: Pencurian Pasal 362
KUHP “mengambil barang”.
 Cara materil, yaitu dapat ditimbulkannya akibat tertentu. Contoh: Pembunuhan Pasal 338
KUHP “mengakibatkan matinya orang lain”.
Perbuatan penyimpangan perilaku seksual terhadap binatang jika menurut sudut pandang
secara formil, maka zoofilia dapat dirumuskan menjadi tindak pidana atau delik. Penjelasan
ini karena bisa saja pelaku melakukan pencurian binatang (masuk dalam kejahatan pencurian)
dan dengan sengaja melanggar kesusilaan (masuk dalam kejahatan terhadap kesusilaan)
dimana ternak milik orang lain yang menjadi objek sasaran pelampiasan seksualnya.
Pembaharuan hukum pidana dapat mengacu pada RUU KUHP BAB XVI tentang Tindak
Pidana Kesusilaan, Bagian Kesatu, Kesusilaan di Muka Umum, yang diuraikan dalam Pasal
469 yang berbunyi :
“Dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling
banyak Kategori II, setiap orang yang :
a. melanggar kesusilaan di muka umum; atau
b. melanggar kesusilaan di muka orang lain yang hadir tanpa kemauan sendiri.”
Pasal di atas menunjukkan secara umum bahwa perbuatan melanggar kesusilaan masih
dijadikan hal yang patut untuk diperhitungkan. Melanggar kesusilaan dapat dikenai sanksi
pidana. Mempertontonkan hal-hal yang berbau pelanggaran kesusilaan dimuka umum dapat
dikenai sanksi pidana.
Permasalahan tentang perbuatan penyimpangan perilaku seksual terhadap binatang dalam
pembaharuan hukum pidana dapat mengacu pada RUU KUHP BAB XVI tentang Tindak
Pidana Kesusilaan, Bagian Kesembilan, Penganiayaan Hewan, yang diuraikan dalam Pasal
504 yang berbunyi :
“Dipidana karena melakukan penganiayaan terhadap hewan dengan pidana penjara
paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak Kategori II, setiap orang yang:
menyakiti atau melukai hewan atau merugikan kesehatannya tanpa tujuan yang patut atau
dengan melampaui batas yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut; tanpa tujuan yang
patut atau dengan melampaui batas yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut, tidak
memberi makan atau kebutuhan hidup kepada hewan yang seluruhnya atau sebagian adalah
kepunyaannya dan ada di bawah pengawasannya, atau kepada hewan yang wajib
dipeliharanya; atau melakukan persetubuhan dengan hewan.”
Pasal di atas menunjukkan bahwa RUU KUHP sudah mulai memuat tentang perbuatan
penyimpangan perilaku seksual terhadap binatang namun lebih tertuju dan bertitik pusat pada
penganiayaannya saja, walaupun di dalam rumusan pasal di atas sudah memuat tentang
persetubuhan dengan hewan hanya saja itu masih kurang menjelaskan secara rinci. Pasal 302
ayat (1) ke1 KUHP juga dapat dijadikan acuan kuat dalam menunjang kejahatan kelaian
seksual dengan binatang dimana pasal tersebut menjelaskan jika ada seseorang yang
melakukan dengan sengaja menyakiti atau melukai hewan atau merugikan kesehatannya dapat
diancam pidana penjara dan pengenaan pidana denda. Penjelasan ini dapat ditarik kesimpulan
bahwa melakukan hubungan seksual dengan binatang sama saja dengan merugikan kesehatan
pelaku maupun binatang itu sendiri.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Perbuatan penyimpangan perilaku seksual terhadap binatang dapat dikategorikan
sebagai tindakan kriminal karena terpenuhinya asas-asas yang terkandung dalam
konsep kriminalitas. Asas legalitas, menjelaskan bahwa secara umum perbuatan ini
masuk dalam tindak kejahatan terhadap kesusilaan walaupun belum ada pengaturan
kongkritnya. Asas subsidiaritas mengungkapkan bahwa sebaiknya hukum pidana
menjadi senjata pamungkas (ultimum remedium), artinya seseorang dapat diancam
dengan sanksi pidana untuk perbuatan penyimpangan perilaku seksual ini kalau sudah
ada aturannya, sedangkan asas persamaan atau kesamaan lebih menjelaskan kepada
hubungan hukum yang timbul akibat perbuatan penyimpangan perilaku seksual ini
mengarah ke wilayah publik yang dapat dikriminalisasi.
RUU KUHP didalamnya terdapat beberapa acuan atau penunjang untuk masalah
penyimpangan perilaku seksual terhadap binatang, diantaranya ditemukan pada BAB
XVI tentang Tindak Pidana Kesusilaan, Bagian Kesatu, Kesusilaan di Muka Umum,
yang diuraikan dalam Pasal 469 dan BAB XVI tentang Tindak Pidana Kesusilaan,
Bagian Kesembilan, Penganiayaan Hewan, yang diuraikan dalam Pasal 504. Adanya
pengaturan tentang ini sudah pasti tujuannya untuk masyarakat, walau belum terlalu
rinci dan belum secara luas pengaturannya didalam rumusan pasal.

3.2 SARAN
1. Kedepannya hukum pidana dapat lebih luas lagi menjangkau segala jenis
perbuatan yang masuk wilayah publik secara cepat dalam hal pengaturan agar
tidak lagi menimbulkan kekosongan hukum atas perbuatan baik yang lama
maupun yang baru.
2. Perbuatan penyimpangan perilaku seksual terhadap binatang seharusnya
dibuatkan pasal tersendiri agar tidak saling tumpang tindih dengan
penganiayaan terhadap hewan dan segera mengesahkan RUU KUHP agar
dapat diberlakukan.
3.3
DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, An-Naim Abdullah, 1990, Dekonstruksi Syari’ah, LKIS dan Pustaka Pelajar,

Yogyakarta.

Soesilo, R., 1991, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-

Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Politeia, Bogor.

Madam, Yusuf, 2002, Sex Education for Children (Panduan Bagi Orang Tua Dalam

Seks Untuk Anak, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Moeljatno, 1985, Asas-Asas Hukum Pidana, PT Bina Cipta, Jakarta.

Moeljatno, 1993, Asas-Asas Hukum Pidana, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Sa’abah, U. Marzuki, 2001, Perilaku Seks Menyimpang Dan Seksualitas

Kontemporer Umat Islam, UII Press, Yogyakarta.

Saleh, Roeslan, 1981, Asas Hukum Pidana dalam Perpektif, Aksara Baru, Jakarta.

https://ms.desertanglican.org/people-having-sex-with-animals-1517
https://www.liputan6.com/health/read/2019438/10-penyimpangan-seksual-akibat-
kelainan#
https://m-klikdokter-
com.cdn.ampproject.org/v/s/m.klikdokter.com/amp/3623817/zoofilia-penyimpangan-
seksual-dengan-binatang?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQHKAFQArABIA%3D
%3D#aoh=16196666917891&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F
%2Fwww.klikdokter.com%2Finfo-sehat%2Fread%2F3623817%2Fzoofilia-
penyimpangan-seksual-dengan-binatang

Anda mungkin juga menyukai