Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan yang memungkinkan untuk terjadinya
perkembangan

fisik, intelektual,

dan emosional

individu

secara potimal,

sejauh

perkembangan tersebut sesuai dengan perkembangan optimal individu-individu lain.


Sementara itu, gangguan jiwa adalah suatu keadaan dengan adanya gejala klinis yang
bermakna, berupa sindrom pola perilaku dan pola psikologik, yang berkaitan dengan adanya
distress (tidak nyaman, tidak tentram, rasa nyeri), distabilitas (tidak mampu mengerjakan
pekerjaan sehari-hari), atau meningkatkan resiko kematian, kesakitan, dan distabilitas.
Gangguan jiwa terdiri dari beberapa macam termasuk diantaranya adalah waham atau
delusi. Waham atau delusi adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh, kuat, tidak
sesuai dengan kenyataan, tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang budaya, selalu
dikemukakan berulang-ulang dan berlebihan biarpun telah dibuktikan kemustahilannya atau
kesalahannya atau tidak benar secara umum.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1

Apa yang dimaksud dengan delusi/waham?

1.2.2

Apa saja jenis-jenis waham?

1.2.3

Bagaimana terjadinya waham?

1.2.4

Bagaimanakah ASKEP pada pasien dengan waham/delusi?

1.3 Tujuan
Dengan makalah ini, diharapkan mampu untuk:
1

Mengetahui pengertian dari delusi/waham

Mengetahui jenis-jenis waham

Mengetahui proses terjadinya waham

Mengetahui askep pada pasien dengan waham/delusi

BAB 2
KONSEP DASAR WAHAM
2.1 Pengertian
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan yang tetap
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal
dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol
Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan fakta dan
keyakinan tersebut mungkin aneh (misal mata saya adalah komputer yang dapat
mengontrol dunia )atau bisa pula tidak aneh hanya sangat tidak mungkin (misal FBI
mengikuti saya) dan tetap dipertahankan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya
.Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang
spesifik sering ditemukan pada skizophrenia.Semakin akut psikosis semakin sering
ditemui waham disorganisasi dan waham tidak sistematis .
Waham (dellusi) adalah keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau
dibuktikan dengan realitas. Haber (1982) keyakinan individu tersebut tidak sesuai
dengan tingkat intelektual dan latar belakang budayanya. Rawlin (1993) dan tidak dapat
digoyahkan atau diubah dengan alasan yang logis (Cook and Fontain 1987)serta
keyakinan tersebut diucapkan berulang -ulang.
2.2 Jenis-Jenis Waham
Jenis-jenis waham antara lain,
a. Waham Kebesaran
Penderita merasa dirinya orang besar, berpangkat tinggi, orang yang pandai
sekali, orang kaya.
b. Waham Berdosa
Timbul perasaan bersalah yang luar biasa dan merasakan suatu dosa yang
besar. Penderita percaya sudah selayaknya ia di hukum berat.
c. Waham Dikejar
Individu merasa dirinya senantiasa di kejar-kejar oleh orang lain atau
kelompok orang yang bermaksud berbuat jahat padanya.
d. Waham Curiga
Individu merasa selalu disindir oleh orang-orang sekitarnya. Individu curiga
terhadap sekitarnya. Biasanya individu yang mempunyai waham ini mencari-cari
hubungan antara dirinya dengan orang lain di sekitarnya, yang bermaksud

menyindirnya atau menuduh hal-hal yang tidak senonoh terhadap dirinya. Dalam
bentuk yang lebih ringan, kita kenal Ideas of reference yaitu ide atau perasaan
bahwa peristiwa tertentu dan perbuatan-perbuatan tertentu dari orang lain (senyuman,
gerak-gerik tangan, nyanyian dan sebagainya) mempunyai hubungan dengan dirinya.
e. Waham Cemburu
Selalu cemburu pada orang lain.
f. Waham Somatik atau Hipokondria
Keyakinan tentang berbagai penyakit yang berada dalam tubuhnya seperti
ususnya yang membusuk, otak yang mencair.
g. Waham Keagamaan
Waham yang keyakinan dan pembicaraan selalu tentang agama.
h. Waham Nihilistik
Keyakinan bahwa dunia ini sudah hancur atau dirinya sendiri sudah
meninggal.
i. Waham Pengaruh
Yaitu pikiran, emosi dan perbuatannya diawasi atau dipengaruhi oleh orang
lain atau kekuatan.
2.3 Proses terjadinya waham (delusi)
Faktor yang mempengaruhi terjadinya waham adalah :
a. Gagal melalui tahapan perkembangan dengan sehat
b. Disingkirkan oleh orang lain dan merasa kesepian
c. Hubungan yang tidak harmonis dengan orang lain
d. Perpisahan dengan orang yang dicintainya
e. Kegagalan yang sering dialami
f. Keturunan, paling sering pada kembar satu telur
g. Sering menggunakan penyelesaian masalah yang tidak sehat,
misalnya menyalahkan orang lain.
Waham adalah anggapan tentang orang yang hypersensitif, dan mekanisme ego
spesifik, reaksi formasi dan penyangkalan. Klien dengan waham menggunakan
mekanisme pertahanan reaksi formasi, penyangkalan dan proyeksi. Pada reaksi formasi,
digunakan sebagai pertahanan melawan agresi, kebutuhan, ketergantungan dan
perasaan cinta. Kebutuhan akan ketergantungan ditransformasikan mejadi kemandirian
yang kokoh.

Penyangkalan, digunakan untuk menghindari kesadaran akan kenyataan yang


menyakitkan. Proyeksi digunakan untuk melindungi diri dari mengenal impuls yang
tidak dapat di terima dari dirinya sendiri. Hypersensitifitas dan perasaan inferioritas
telah dihipotesiskan telah menyebabkan reaksi formasi dan proyeksi waham dan
suporioritas.
Waham juga dapat muncul dari hasil pengembangan pikiran rahasia yang
menggunakan fantasi sebagai cara untuk meningkatkan harga diri mereka yang terluka.
(kalpan dan Sadock 1997)
2.4 Klasifikasi Waham
a. Waham Agama yaitu keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan.
b. Waham Kebesaran yaitu keyakinan klien yang berlebihan tentang kebesaran
dirinya atau kekuasaan.
c. Waham Somatik yaitu klien yakin bahwa bagian tubuhnya tergannggu, terserang
penyakit atau didalam tubuhnya terdapat binatang.
d. Waham Curiga yitu klien yakin bahwa ada orang atau kelompok orang yang
sedang mengancam dirinya.
e. Waham Nihilistik yaitu klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada lagi di dunia
atau sudah meninggal dunia.
f. Waham Sisip pikir yaitu klien yakin bahwa ada pikiran orang lain yang
disisipkan./dimasukan kedalam pikiranya.
g. Waham Siar pikir yaitu klien yakin bahwa orang lain megetahui isi pikiranya,
padahal dia tidak pernah menyatakan pikiranya kepada orang tersebut.
h. Waham Kontrol pikir yaitu klien yakin bahwa pikiranya dikontrol oleh kekuatan
dari luar.
2.5 Tanda-tanda dan Gejala
a. Kognitif :
1. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
2. Individu sangat percaya pada keyakinannya
3. Sulit berfikir realita
4. Tidak mampu mengambil keputusan
b.

Afektif
1. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
2. Afek tumpul

c. Prilaku dan Hubungan Sosial


1. Hipersensitif
2. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
3. Depresi

4. Ragu-ragu
5. Mengancam secara verbal
6. Aktifitas tidak tepat
7. Streotif
8. Impulsive
9. Curiga
d.

Fisik
1. Higiene kurang
2. Muka pucat
3. Sering menguap
4. BB menurun

2.6 Peran Serta Keluarga


a. Bina hubungan salng percaya keluarga dengan klien
1. Sikap keluarga yang bersahabat, penuh perhatian, hangat dan lembut
2. Berikan penghargaan terhadap perilaku positif yang dimiliki/dilakukan
3. Berikan umpan balik yang tidak menghakimi dan tidak menyalahkan
b. Kontak sering tapi singkat
c. Tingkatkan hubungan klien dengan lingkungan sosial secara bertahap, seperti
membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan diri klien, orang lain dan
lingkungan.
d. Bimbing klien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuan dan kinginanya,
ajak klien untuk melakukan kegiatan sehari-hari dirumah seperti : menyapu, mengepel
dan membersihkan

tempat tidur.

e. Hindarkan berdebat tentang waham


f. Jika ketakutan katakan Anda aman disini, saya akan bantu anda mempelajari sesuatu
yang membuat anda takut .
g. Berikan obat sesuai dengan peratuaran
h. Jangan lupa kontrol.

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN WAHAM (DELUSI)
3.1 Pengkajian
Menurut tim Depkes RI (1994), pengkajian adalah langkah awal dan dasar proses
keperawatan secara menyeluruh. Pada tahap ini pasien yang dibutuhkan dikumpulkan
untuk menentukan masalah keperawatan.
Patricia A Potter et al (1993) dalam bukunya menyebutkan bahwa pengkajian
terdiri dari 3 kegiatan yaitu: pengumpulan data, pengelompokan data atau analisa data
dan perumusan diagnosa keperawatan. Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber
data yaitu sumber data primer (klien) dan sumber data sekunder seperti keluarga, teman
terdekat klien, tim kesehatan, catatan dalam berkas dokumen medis klien dan hasil
pemeriksaan. Untuk mengumpulkan data dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: dengan
observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik.
Beberapa faktor yang perlu dikaji:
a. Faktor predisposisi
1. Genetik : diturunkan
2. Neurobiologis : adanya gangguan pada konteks pre frontal dan konteks limbik
3. Neurotransmiter : abnormalitas pada dopamin ,serotonin ,dan glutamat.
4. Virus : paparan virus influinsa pada trimester III
5. Psikologi : ibu pencemas ,terlalu melindungi ,ayah tidak peduli.
b. Faktor Prisipitasi

1. Proses pengolahan informasi yang berlebihan


2. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal
3. Adanya gejala pemicu
Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat. Isi
pengkajiannya meliputi:
a. Identifikasi klien
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang:
Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan.

b. Keluhan utama / alasan masuk


Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke
Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan perkembangan
yang dicapai.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada
masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari
lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin mengakibatkan terjadinya
gangguan:
1. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
psikologis dari klien.
2. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan
perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan anak-anak.
3. Sosial Budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan,
kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk.
d. Aspek fisik / biologis
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan. Ukur
tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan.
e. Aspek psikososial
1. Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat
menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
2. Konsep diri
a. Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang disukai
dan tidak disukai.
b. Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap
status dan posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-laki / perempuan.
c. Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan masyarakat dan
kemampuan klien dalam melaksanakan tugas tersebut.

d. Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan
penyakitnya.
e. Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan
orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan
terhadap dirinya sebagai wujud harga diri rendah.
f. Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok
yang diikuti dalam masyarakat.
g. Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
f. Status mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik
klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama wawancara,
persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentasi dan
berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik diri.
g. Kebutuhan persiapan pulang
1. Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat
makan.
2. Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta
membersihkan dan merapikan pakaian.
3. Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.
4. Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah.
5. Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum obat.
h. Masalah psikososial dan lingkungan
Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien.
i. Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang dimiliki
klien disimpulkan dalam masalah.
j. Aspek medik
Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi psikomotor,
terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, terapi lingkungan.
Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan perkembangan klien supaya dapat
melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat.

3.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan yang diambil dari
pengkajian (Gabie, dikutip oleh Carpernito, 1983).
Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual atau potensial dan
berdasarkan pendidikan dan pengalamannya perawat mampu mengatasinya (Gordon
dikutip oleh Carpernito, 1983).
Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari hasil
pengkajian adalah:
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan waham.
2. Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.
3.3 Intervensi Keperawatan
1.

Diagnosa 1: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berubungan dengan waham.
Tujuan umum :
* Klien tidak menciderai diri, orang lain, dan lingkungan.
Tujuan khusus :
1.

Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan


interaksinya.
Tindakan :

Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan

interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (topik, waktu, tempat).

Jangan membantah dan mendukung waham klien : katakan perawat menerima keyakinan

klien "saya menerima keyakinan anda" disertai ekspresi menerima, katakan perawat tidak
mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham klien.

Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi : katakan perawat akan

menemani klien dan klien berada di tempat yang aman, gunakan keterbukaan dan kejujuran
jangan tinggalkan klien sendirian.

Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan diri.


2.

Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.

Rasional : Dengan mengetahui kemampuan yang dimiliki klien, maka akan memudahkan
perawat untuk mengarahkan kegiatan yang bermanfaat bagi klien dari pada hanya
memikirkannya.

Tindakan :

Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.

Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang
realistis.

Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini
(kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan perawatan diri).

Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak
ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.
3.

Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi.

Rasional : Dengan mengetahui kebutuhan klien yang belum terpenuhi perawat dapat
merencanakan untuk memenuhinya dan lebih memperhatikan kebutuhan klien tersebut
sehingga klien merasa nyaman dan aman.
Tindakan :

Observasi kebutuhan klien sehari-hari.

Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah maupun di rumah
sakit (rasa sakit, cemas, marah).

Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.

Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan
tenaga (buat jadwal jika mungkin).

Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya.
4.

Klien dapat berhubungan dengan realitas.

Rasional : Menghadirkan realitas dapat membuka pikiran bahwa realita itu lebih benar dari
pada apa yang dipikirkan klien sehingga klien dapat menghilangkan waham yang ada.
Tindakan :

Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan waktu).

Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.

Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.


5.

Klien dapat menggunakan obat dengan benar.

Rasional : Penggunaan obat yang secara teratur dan benar akan mempengaruhi proses
penyembuhan dan memberikan efek dan efek samping obat.

Tindakan :

Diskusikan dengan klien tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efek samping
minum obat.

Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama pasien, obat, dosis, cara
dan waktu).

Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.

Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.


6.

Klien dapat dukungan dari keluarga.

Rasional : Dukungan dan perhatian keluarga dalam merawat klien akan mambentu proses
penyembuhan klien.
Tindakan:

Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang : gejala waham, cara
merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat.

Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga

Strategi Pelaksanaan untuk Pasien Waham


1.

SP I Pasien

a.

Membantu orientasi realita

b.

Mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi

c.

Melatih pasien memenuhi kebutuhannya

d.

Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian


Contoh komunikasi yang dapat di praktekkan pada pasien:
ORIENTASI:
Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat yang dinas pagi ini di ruang
melati. Saya dinas dari pk 07-14.00 nanti, saya yang akan merawat abang hari ini. Nama
abang siapa, senangnya dipanggil apa?
Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bang B rasakan sekarang?
Berapa lama bang B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?
Dimana enaknya kita berbincang-bincang, bang?
KERJA:

Saya mengerti bang B merasa bahwa bang B adalah seorang nabi, tapi sulit bagi saya untuk
mempercayainya karena setahu saya semua nabi sudah tidak adalagi, bisa kita lanjutkan
pembicaraan yang tadi terputus bang?
Tampaknya

bang

gelisah

sekali,

bisa

abang

ceritakan

apa

yang

bang B rasakan?
O... jadi bang B merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk
mengatur diri abang sendiri?
Siapa menurut bang B yang sering mengatur-atur diri abang?
Jadi ibu yang terlalu mengatur-ngatur ya bang, juga kakak dan adik abang yang lain?
Kalau abang sendiri inginnya seperti apa?
O... bagus abang sudah punya rencana dan jadual untuk diri sendiri
Coba kita tuliskan rencana dan jadual tersebut bang
Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya abang ingin ada kegiatan diluar rumah karena bosan
kalau di rumah terus ya
TERMINASI
Bagaimana perasaan B setelah berbincang-bincang dengan saya?
Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus
Bagaimana kalau jadual ini abang coba lakukan, setuju bang?
Bagaimana kalau saya datang kembali dua jam lagi?
Kita bercakap-cakap tentang kemampuan yang pernah Abang miliki? Mau di mana kita
bercakap-cakap? Bagaimana kalau di sini lagi?
Strategi Pelaksanaan untuk Keluarga Pasien Waham
1.

SP I Keluarga

a.

Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien

b.

Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala waham, dan jenis waham yang dialami pasien
beserta proses terjadinya.

c.

Menjelaskan cara-cara merawat pasian waham.


Contoh komunikasi yang dapat di terapkan pada keluarga klien
ORIENTASI
Assalamualaikum pak, bu, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat yang dinas di ruang
melati ini. Saya yang merawat bang B selama ini. Nama bapak dan ibu siapa, senangnya
dipanggil apa?
Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah bang B dan cara merawat B
di rumah?

Dimana kita mau berbicara? Bagaimana kalau di ruang wawancara?


Berapa lama waktu bapak dan ibu? Bagaimana kalau 30 menit
KERJA
Pak, bu, apa masalah yang Bpk/Ibu rasakan dalam merawat bang B? Apa yang sudah
dilakukan di rumah?Dalam menghadapi sikap anak ibu dan bapak yang selalu mengakungaku sebagai seorang nabi tetapi nyatanya bukan nabi merupakan salah satu gangguan
proses berpikir. Untuk itu akan saya jelaskan sikap dan cara menghadapinya. Setiap kali anak
bapak dan ibu berkata bahwa ia seorang nabi bapak/ ibu dengan mengatakan pertama:
Bapak/Ibu mengerti B merasa seorang nabi, tapi sulit bagi bapak/ibu untuk mempercayainya
karena setahu kami semua nabi sudah meninggal.
Kedua: bapak dan ibu harus lebih sering memuji B jika ia melakukan hal-hal yang baik.
Ketiga: hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yang berinteraksi dengan B
Bapak/Ibu dapat bercakap-cakap dengan B tentang kebutuhan yang diinginkan B, misalnya:
Bapak/Ibu percaya B punya kemampuan dan keinginan. Coba ceritakan kepada bapak/ibu. B
khan punya kemampuan ............ (kemampuan yang pernahdimiliki oleh anak)
Keempat: Bagaimana kalau dicoba lagi sekarang?(Jika anak mau mencoba berikan pujian)
Pak, bu, B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang
Obatnya ada tiga macam, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar tenang, yang
putih ini namanya THP guanya supaya rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP
gunanya agar pikiran tenang semuanya ini harus diminum secara teratur 3 kali sehari jam 7
pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam, jangan dihentikan sebelum berkonsultasi dengan dokter
karena dapat menyebabkan B kambuh kembali (Libatkan keluarga saat memberikan
penjelasan tentang obat kepada klien). Bang B sudah mempunyai jadwal minum obat. Jika
dia minta obat sesuai jamnya, segera beri pujian.
TERMINASI
Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat B di
rumah?
Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi setiap kali
berkunjung ke rumah sakit.
Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali kesini dan kita akan
mencoba melakukan langsung cara merawat B sesuai dengan pembicaraan kita tadi
Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?

Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu


4. Evaluasi
1.

Klien percaya dengan perawat, terbuka untuk ekspresi waham

2.

Klien menyadari kaitan kebutuhan yg tdk terpenuhi dg keyakinannya (waham) saat ini

3.

Klien dapat melakukan upaya untuk mengontrol waham

4.

Keluarga mendukung dan bersikap terapeutik terhadap klien

5.

Klien menggunakan obat sesuai program

DAFTAR PUSTAKA
1.

Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 thed.). St.Louis
Mosby Year Book, 1995

2.

Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999

3.

Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999

4.

Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003

5.

Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000

6.

http://yoedhasflyingdutchman.blogspot.com/2010/04/asuhan-keperawatan-pasien-denganwaham.html

http://ahmadfirmanismail.blogspot.com/2012/06/askep-waham.html

Anda mungkin juga menyukai