Anda di halaman 1dari 22

TUGAS SISTEM NEUROBEHAVIOR

MAKALAH
HERNIA NUCLEUS PULPOSUS

Disusun Oleh:
1. Sofia Erfiani (10215002)
2. Mei Nur Fatimah (10215003)
3. DesyEnggar Pravita (10215004)
4. Yoke Resma (10215006)
5. Kastina Sholihah (10215007)
6. Efi Rulli Guswati (10215009)
7. Fitriah Nurul H. (10215010)
8. Arifatus Sadiyah (10215011)
9. Selviana Hanif M. (10215012)
10. Oktavia Eka P. (10215013)
11. Riyan Mayasari (10215014)
12. Karunia Wati Susanti (10215015)
13. YessiElita (10215016)

Program Studi S1 Keperawatan


Fakultas Ilmu Kesehatan
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
Tahun Akademik 2017

1
KATA PENGANTAR

Pujis yukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
Hernia Nucleus Pulposus ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya.
Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut
serta dalam menyusun makalah ini, baik daris egi ide, kreatifitas, dan usaha.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami dan juga menambah informasi
serta edukasi bagi kami selaku penyusun serta bagi siapapun yang membacanya.
Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata dan penulisan yang kurang
berkenan. Oleh sebab itu, penyusun berharapa kritik dan saran dalam perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Kediri, 10 Maret 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata pengantar....................................................................................... i

Daftar isi................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG................................................................. 1
B. TUJUAN .................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. DEFINISI............................................................................. 3
B. KLASIFIKASI..................................................................... 3
C. ETIOLOGI.......................................................................... . 4
D. PATOFISIOLOGI................................................................. 6
E. MANIFESTASI KLINIS...................................................... 6
F. KOMPLIKASI..................................................................... 7
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK........................................ 8
H. PENATALAKSANAAN...................................................... 8
I. PATHWAY............................................................................ 9
J. ASUHAN KEPERAWATAN.............................................. 10

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN........................................................................ 15
B. SARAN.................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Nyeri pungung bawah merupakan suatu keluhan yang dapat mengganggu


aktivitas sehari-hari bagi penderitanya. Salah satu penyebab terjadinya nyeri pinggang
bagian bawah adalah Hernia Nucleus Pulsosus(HNP), yang sebagian besar kasusnya
terjadi pada segmen lumbal. Nyeri punggung bawah merupakan salah satu penyakit
yang sering di jumpai masyarakat.

Nyeri penggung bawah dapat mengenai siapa saja, tanpa mengenal jenis umur
dan jenis kelami.Menurut Purwanto 2003, prevalensi HNP di Indonesiaberkisarantara
1-2% daripopulasi. Berdasarkan penelitian di RS PKU MUHAMMADIYAH
SURAKARTA diketahui perbandingan laki-laki dengan perempuan adalah seimbang,
yaitu 1 : 1 (Ramacandran TS et all, 2003).

Usia yang paling sering mengalami HNP adalah pada usia 30-50 tahun (Feske
et all, 2003). HNP lumbalis paling sering 90% mengenai diskus intervertrebalis L5-S1
dan L4-L5 (Purwanto, 2003).

Nyeri pinggang bawah hanyalah merupakan suatu symptom gejala, maka yang
terpenting adalah mengetahui factor penyebabnya agar dapat diberikan pengobatan
yang tepat. Pada dasarnya timbulnya rasa sakit tersebut karena tekanan susunan saraf
tepi daerah pinggang. Jepitan pada saraf ini dapat terjadi karena gangguan pada otot
dan jaringan sekitarnya. Maka dari itu, dibutuhkan asuhan keperawatan HNP yang
sesuai sehingga proses penyembuhan klien dengan HNP dapat maksimal.

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan Hernia Nucleus Pulsosus?
b. Apa saja klasifikasi Hernia Nucleus Pulsosus ?
c. Bagaimana etiologi dari Hernia Nucleus Pulsosus ?
d. Bagaimana manifestasi klinik Hernia Nucleus Pulposa?
e. Bagaimana patofisiologi Hernia Nucleus Pulposa ?
f. Apa saja komplikasiHernia Nucleus Pulposa?
g. Apa saja pemeriksaan diagnostik Hernia Nucleus Pulposa ?
h. Bagaimana penatalaksanaanHernia Nucleus Pulposa ?
i. Bagaimana asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien dengan Hernia
Nucleus Pulposa ?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
neuro yaitu Hernia Nucleus Pulposa.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan :
a. DefinisiHernia Nucleus Pulposa
b. Klasifikasi Hernia Nucleus Pulposa
c. EtiologiHernia Nucleus Pulposa

4
d. ManifestasiklinikHernia Nucleus Pulposa
e. PatofisiologiHernia Nucleus Pulposa
f. KomplikasiHernia Nucleus Pulposa
g. PemeriksaandiagnostikHernia Nucleus Pulposa
h. PenatalaksanaanHernia Nucleus Pulposa
i. Asuhankeperawatan yang harusdiberikanpadakliendenganHernia Nucleus Pulposa

BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah terjepitnya saraf tulang belakang yang
menimbulkan nyeri terjadi antara L4 dan L5, menekan akar saraf S1. (Kusuma,
dkk.2015)

5
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah turunnya kandungan annulus fibrosus
dari diskus intervertebralis lumbal pada spinal canal atau robekan pada annulus
fibrosus dengan tekanan dari nucleus pulposus yang menyebabkan kompresi pada
element saraf. Pada umumnya HNP pada lumbal sering terjadi pada L4-L5 dan L5-
S1. Hal ini akan menyebabkan nyeri dari pantat dan menjalar ketungkai. Kebas dan
nyeri menjalar yang tajam merupakan hal yang sering dirasakan penderita HNP.
(Lotke at all, 2008).
HNP merupakan terobeknya nukleus pulposus. (Brunner & Suddarth, 2002)

B. KLASIFIKASI
Pada HNP bisa menimpa ke seluruh tulang belakang, bedanmya pada setiap posisis
atau tempatnya.
1. Hernia Servikalis
Terjepitnya saraf tulang belakang yang menimbulkan nyeri terjadi pada C5 dan C6
dan diikuti C4 dan C5 atau C6 dan C7.
2. Hernia Torakalis
Terjadinya penonjilan pada sendi invetebral pada toraks. Pada empat torakal paling
bawah atau tempat yang paling sering mengalami trauma jatuh.
3. Hernia Lumbosakralis
Terjepitnya saraf tulang belakang yang menimbulkan nyeri terjadi pada L4 dan L5.

C. ETIOLOGI
a. Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus (HNP) perubahan degeneratif yang
mengakibatkan kurang lentur dan tipisnya nucleus pulposus. Annulus fibrosus
mengalami perubahan karena digunakan terus menerus. Akibatnya, annulus
fibrosus biasanya di daerah lumbal dapat menyembul atau pecah (Moore dan Agur,
2013)
b. Hernia nucleus pulposus (HNP) kebanyakan juga disebabkan oleh karena adanya
suatu trauma akibat jatuh yang mengenai discus intervertebralis sehingga
menimbulkan sobeknya annulus fibrosus. Pada kebanyakan pasien gejala trauma
bersifat singkat, dan gejala ini disebabkan oleh cidera pada diskus yang tidak
terlihat selama beberapa bulan atau bahkan dalam beberapa tahun. Kemudian pada
generasi diskus kapsulnya mendorong ke arah medulla spinalis, atau mungkin
ruptur dan memungkinkan nucleus pulposus terdorong terhadap sakus doral atau
terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal (Helmi, 2012).

D. PATOFISIOLOGI
Pada tahap pertama sobeknya annulus fibrosus bersifat sirkum ferensial.
Karena adanya gaya traumatic yang berulang, sobekan tersebut menjadi lebih besar
dan timbul sobekan radial. Apabila hal ini telah terjadi, maka risiko HNP hanya
menunggu waktu dan trauma berikutnya saja. Gaya presipitasi itu dapat diasumsikan
sebagai gaya traumatik ketikahendak menegakkan badan waktu terpeleset,
mengangkat benda berat dan sebagainya.

6
Menjebolnya (herniasi) nucleus pulposus dapat mencapai ke korpus tulang
belakang diatas atau di bawahnya. Bisa juga menjebol langsung ke kanalis
vertebralis. Menjebolnya sebagian nucleus pulposus ke dalam korpus vertebra dapat
dilihat pada foto rontgen polos dan dikenal sebagai nodus schmorl. Sobekan sirkum
ferensial dan radial pada annulus fibrosus diskus intervertebralis berikut dengan
terbentuknya nodus schmorl merupakan kelainan yang mendasari low back pain
subkronis atau kronis yang kemudian disusul oleh nyeri sepanjang tungkai yang
dikenal sebagai ischialgia atau siatika. Menjebolnya nucleus pulposus ke kanalis
vertebralis berarti bahwa nucleus pulposus menekan radiks yang bersama-sama
dengan arteria radikularis yang berada dalam lapisan dura. Hal itu terjadi jika
penjebolan berada disisi lateral. Setelah terjadi HNP, sisa discus intervertebralis
mengalami lisis, sehingga dua korpus vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan
(Muttaqin, 2008).

E. MANIFESTASI KLINIS
a. Manifestasi klinis utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung bawah
disertai otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan.
b. Kesemutan atau rasa baal.
c. Pada kasus berat dapat timbul kelemahan otot dan hilangnya refleks tendon patella
dan achhilles patella.
d. Terjadi gangguan defekasi, miksi, dan fungsi seksual.

F. KOMPLIKASI
a. Kelumpuhan.
b. Kelemahan dan atrofi otot.
c. Trauma serabut ssaraf dan jaringan lain.
d. Kehilangan kontrol otot spinter.
e. Paralis atau ketidakmampuan pergerakan.
f. Perdarahan dan infeksi serta inflamasli.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.
a. CT Scan : sarana diagnostik yang efektif bila vetebra dan level neurologis telah
jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.
b. Mielogram : untuk melihat kelainan radiks spinal terutama pada pasien yang
sebelumnya dilakukan operasi vetebra atau dengan fiksasi metal.
c. Diskography : pemeriksaan radiografi dari diskusintervertebralis dengan bantuan
sinar-X dan bahan media kontras positif yang di injeksikan kedalam nukleus
pulposus untuk menentukan adanya suatu anulus fibrosus yang rusak.

H. PENATALAKSANAAN
a. Pembedahan.
b. Immobilisasi (kurang lebih 3 bulan).
c. Traksi
d. Kompres untuk meredakan nyeri.

I. PATHWAY

7
J. ASUHAN KEPERAWATAN

8
DIAGNOSA
KEPERAWAT TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
AN
1. Nyeri akut Setelah a. Kaji keluhan nyeri, a. Membantu dalam
berhubungan dilakukan catat lokasi dan menentukan
dengan HNP tindakan intensitas (skala 0- kebutuhan
keperawa 10). Catat faktor- manajemen nyeri dan
tanselam faktor yang keefektifan program.
b. Mencegah terjadinya
a 3x24 mempercepat dan
kelelahan umum dan
jam tanda-tanda rasa
kekakuan sendi.
diharapka sakit non verbal
b. Dorong untuk sering Menstabilkan sendi,
n tidak
mengubah posisi,. mengurangi gerakan/
ada
c. Menganjurkan
rasa sakit pada sendi
Keluhan
pasien untuk c. Panas meningkatkan
nyeri,
mandi air hangat relaksasi otot, dan
dengan d. Ajarkan teknik non
mobilitas,
kriteria : farmakologi:
menurunkan rasa
Distraksi,
a. Nyeri hilang
sakit dan melepaskan
atau terkontrol. seperti :
b. Pasien rileks. kekakuan di pagi
mendengarkan
c. Pasien dapat
hari. Sensitivitas
beristirahat. musik,
pada panas dapat
menonton TV.
Relaksasi, dihilangkan dan luka
seperti : ambil dermal dapat
nafas, kompres disembuhkan.
d. Meningkatkan
air hangat.
e. Kolaborasi: relaksasi/
Berikan obat- mengurangi nyeri.
e. Untuk menghasilkan
obatan sesuai
penyembuhan yang
petunjuk
maksimal.
(misal:asetil
salisilat)

2. Pola nafas tidak


efektif
3. Gangguan Tujuan : \1. Ubah posisi 1.
mobilitas fisik b.d klien klien setiap 2 Menurunkan
mampu
kelumpuhan otot. jam resiko terjadinya
melaksan
2. 2. Ajarkan
akan iskimia jaringan
aktivitas klien untuk
akibat sirkulasi
fisik melakukan
darah yang jelek
sesuai
gerak aktif
dengan pada daerah
kemampu pada
yang tertekan
annnya. ekstrimitas 2. 2. Gerakan aktif

Kriteria yang tidak memberikan


9
Hasil : sakit massa, tonus dan
33. Lakukan
1. tidak kekuatan otot
gerak pasif
terjadi serta
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nyeri pinggang bawah hanyalah merupakan suatu symptom gejala, maka yang
terpenting adalah mengetahui factor penyebabnya agar dapat diberikan pengobatan
yang tepat. Pada dasarnya timbulnya rasa sakit tersebut karena tekanan susunan saraf
tepi daerah pinggang. Jepitan pada saraf ini dapat terjadi karena gangguan pada otot
dan jaringan sekitarnya. Maka dari itu, dibutuhkan asuhan keperawatan HNP yang
sesuai sehingga proses penyembuhan klien dengan HNP dapat maksimal.

B. Saran
1. Mahasiswa
a. Gunakanlah makalah ini sebagai sumber ilmu untuk mempelajari tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan sistem muskuloskletal (HNP).
2. Akademik
a. Bimbinglah mahasiswa-mahasiswa keperawatan dalam membuat asuhan keperawatan
yang baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA
1. Kusuma, dkk. 2005. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda Nic-Noc. (Edisi Revisi Jilid 2). Yogyakarta : Mediaction.
2. Eidelson, G Stewart. 2014. Anatomy Thoracic Spine. Diakses 14 juni 2014.
http://www.spineuniverse.com/anatomy/thoracic-spine.
3. Smeltzer, Suzane C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth edisi 8
Vol 3, Jakarta : EGC, 2002

10
4. Doengoes, ME, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 2, Jakarta : EGC, 2000.

11
TUGAS SISTEM KARDIOVASKULER

TREN ISSUE

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP STABILITAS TEKANAN


DARAH PADA KELOMPOK LANSIA GMIM ANUGERAH DI
DESA TUMARATAS 2 KEC. LANGOWAN BARAT KAB.
MINAHASA

12
Disusun Oleh :

Kelompok 7

1. KASTINA SHOLIHAH (10215007)


2. M. ROBIETH AL HADY W. (10215008)
3. FITRIAH NURUL H. (10215010)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan tuga
telaah jurnal Pengaruh Senam Lansia Terhadap Stabilitas Tekanan Darah Pada
Kelompok Lansia GMIM Anugerah di Desa Tumaratas 2 Kec. Langowan Barat
Kab. Minahasa dengan baik.

13
Kami sangat berharap semoga penyusunan telaah jurnal ini dapat berguna
dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita tentang pengaruh senam
lansia terhadap stabilitas tekanan darah. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami
harapkan.

Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana
yang membangun.

Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang


kurang berkenan.Semoga penyusunan telaah jurnal ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.

Kediri, 23 Januari 2017

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar.................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN

14
1. Latar Belakang............................................................................... 1
2. Rumusan Masalah.......................................................................... 1
3. Tujuan............................................................................................ 1
4. Manfaat.......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
1. Masalah Penelitian................................................................................ 2
2. Tujuan Penelitian.................................................................................. 2
3. Bahan Penelitian................................................................................... 3
4. Pengambilan Sampel............................................................................. 3
5. Instrumen Penelitian............................................................................. 3
6. Metode Penelitian................................................................................. 3
7. Hasil Penelitian..................................................................................... 4
8. Keuntungan dan Kekuranga.................................................................. 6
9. Penerapan Hasil Penelitian................................................................... 6
10. Kesimpulan.......................................................................................... 7

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Lanjut usia merupakan suatu proses yang alami dari tumbuh kembang. Lansia
sering mengalami peningkatan tekanan darah atau hipertensi. Penduduk lanjut usia
cenderung mengalami masalah kesehatan oleh karena penurunan fungsi tubuh akibat
proses penuaan. Salah satu dampak dari penurunan fungsi organ tubuh lansia secara
alamiah yaitu terjadi labilitas tekanan darah, sekitar 60% lansia setelah berusia 75

15
tahun akan mengalami peningkatan tekanan darah. (Mubarak dkk, 2006 dalam Astari,
2013).
Olahraga seperti senam yang dilakukan secara teratur sangat dianjurkan untuk
mencegah lansia terkena penyakit kronis seperti peningkatan tekanan darah atau
hipertensi. Persentase penduduk lansia yang melakukan kegiatan olahraga di daerah
perkotaan sebesar 12,90% jauh lebih tinggi daripada penduduk lansia di pedesaan
yaitu sebesar 2,63% (Komnas Lansia, 2010).

2. Rumusan Masalah
Bagaimana menelaah jurnal tentang pengaruh senam lansia terhadap stabilitas
tekanan darah pada kelompok lansia.

3. Tujuan
Untuk menelaah jurnal tentang pengaruh senam lansia terhadap stabilitas tekanan
darah pada kelompok lansia.

4. Manfaat
1. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi semua mahasiswa tentang pengaruh
senam lansia terhadap stabilitas tekanan darah pada kelompok lansia.
2. Dapat mengaplikasikan dan mensosialisasikan hasil pengetahuan yang telah
diperoleh tentang pengaruh senam lansia terhadap stabilitas tekanan darah kepada
masyrakat.

16
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Masalah Penelitian


Masalah yang dibahas dalam jurnal ini adalah lansia terhadap tekanan darah atau
hipertensi. Penyakit tekanan darah banyak terjadi pada lanjut usia. Karena penduduk
lanjut usia cenderung mengalami masalah kesehatan karena penurunan fungsi tubuh
akibat proses penuaan.
World HealthOrganization (WHO) memperkirakan proporsi populasi penduduk
lanjut usia yang berusia di atas 60 tahun menjadi dua kali lipat dari 11% pada tahun 2000
menjadi 22% pada tahun 2050. Pada tahun 2000 populasi penduduk lanjut usia berjumlah
605 juta jiwa, akan mencapai 2 miliar jiwa pada tahun 2050 (WHO, 2012). Menurut data
dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2011,
penduduk lansia yang berada di provinsi Sulawesi Utara berjumlah 2309 jiwa.
Salah satu dampak dari penurunan fungsi organ tubuh lansia secara alamiah yaitu
terjadi labilitas tekanan darah, sekitar 60% lansia setelah berusia 75 tahun akan
mengalami peningkatan tekanan darah.
Olahraga seperti senam yang teratur sangat dianjurkan untuk mencegah lansia
terkena penyakit kronis seperti peningkatan tekanan darah atau hipertensi. Persentase
penduduk lansia yang melakukan kegiatan olahraga di daerah perkotaan sebesar 12,90%
jauh lebih tinggi daripada penduduk lansia di pedesaan yaitu sebesar 2,63% (Komnas
Lansia, 2010)
Hasil penelitian Astari (2013) dengan judul Pengaruh Senam Lansia Terhadap
Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi Pada Kelompok Senam Lansia Di Banjar Kaja
Sesetan Denpasar Selatan setelah diberikan senam lansia didapatkan penurunan rata-rata
tekanan darah sistolik 21,67 mmHg dan penurunan tekanan darah diastolik 12,50 mmHg.
Menurut data yang diperoleh dari Puskesmas Tumaratas, penyakit yang menempati posisi
3 teratas yang sering diderita oleh penduduk lansia yang berada di wilayah kerja
Puskesmas Tumaratas khususnya yang berdomisili di Desa Tumaratas 2 adalah
hipertensi, gout arthritis, serta diabetes mellitus.

1.2 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui tekanan darah sebelum dan sesudah senam lansia serta
pengaruh senam lansia terhadap stabilitas tekanan darah.
2. Untuk mengetahui pengaruh senam lansia GMIM anugerah di Desa Tumaratas 2
Kecamatan Langowan Barat Kab. Minahasa
3. Untuk mengetahui perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan
sesudah senam lansia.
4. Untuk melancarkan peredaran darah sehingga TD yang tinggi dapat kembali
dalam batas yang normal (teratur normal).

1.3 Bahan Penelitian

2
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan terapi senam lansia terhadap stabilitas
tekanan darah pada kelompok lansia. Olahraga seperti senam yang teratur sangat
dianjurkan untuk mencegah lansia terkena penyakit kronis seperti peningkatan tekanan
darah atau hipertensi.
Senam lansia dapat membantu menurunkan tekanan darah. Namun dalam
penelitian ini, tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada tekanan darah sistolik
sebelum dan sesudah senam sedangkan pada tekanan darah diastolik terdapat perbedaan
yang signifikan.

1.4 Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel menggunakan non probabilitysampling yaitu purposive


sampling. Adapun cara penentuan besarnya sampel yaitu dengan menggunakan
penentuan secara umum, yaitu jika besar populasi 1000, maka sampel bisa diambil 20-
30% (Setiadi, 2013). Jumlah sampel yang diambil adalah 30% dari 161 (populasi) adalah
48,3 dibulatkan menjadi 49 orang.

1.5 Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah lembar observasi yang berisi karakteristik
responden serta hasil pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah senam selama tiga
kali pertemuan.

1.6 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Pra Eksperimen dengan pendekatan one


grouppretest-post test design (Setiadi, 2013). Dimana peneliti mendeskripsikan tentang
bagaimana pengaruh senam lansia terhadap stabilitas tekanan darah lansia dan
dilaksanakan di Kelompok Lansia GMIM Anugerah Desa Tumaratas 2, Kecamatan
Langowan Barat Kabupaten Minahasa pada bulan Desember 2015.Populasi dalam
penelitian ini adalahseluruh anggota kelompok lansia GMIMAnugerah Desa Tumaratas 2
KecamatanLangowan Barat Kabupaten Minahasa yangberjumlah 161 orang.

1.7 Hasil Penelitian

Analisis univariat

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur

Umur n %
60-65 tahun 13 26,5
66-70 tahun 11 22,5
71-75 tahun 13 26,5
76-80 tahun 8 16,3

3
>80 tahun 4 8,2
Total 49 100 %
Sumber: Data Primer, 2014

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin

Jenis kelamin n %
Laki-laki 20 40,8
Perempuan 29 59,2

Sumber: Data Primer, 2014

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pekerjaan

Pekerjaan N %
Tidak bekerja 11 22,5
IRT 11 22,5
Pensiun 10 20,4
Petani 17 34,6
Total 49 100%
Sumber: Data Primer, 2014

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tekanan Darah Sebelum Senam

Tekanan darah N %
Stabil 32 65,3
Tidak stabil 17 34,7
Total 49 100%
Sumber: Data Primer, 2014

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tekanan Darah Sebelum Senam

Tekanan darah N %
Stabil 45 91,8
Tidak stabil 4 8,2
Total 49 100%
Sumber: Data Primer, 2014

Tabel 6. Perbedaan tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah senam

Tekanan Mean SD t P n
Darah
Sistolik
I Sebelum 1.1224 0.33120 1.769 0.083
Sesudah 1.0612 0.24223
II Sebelum 1.1224 0.33120 2.066 0.044 49
Sesudah 1.0408 0.19991
III Sebelum 1.0816 0.27664 1.000 0.322

4
Sesudah 1.0612 0.24223

Tabel 7. Perbedaan tekanan darah diastolic sebelum dan sesudah

Tekanan Mean SD t P N
Darah
Diastolic
I Sebelum 1.3878 0.49229 4.38 0.000
Sesudah 1.1020 0.30584 2
II Sebelum 1.2245 0.42157 3.72 0.001 49
Sesudah 1.0000 0.00000 8 0.00
III Sebelum 1.1633 0.37344 2.5 0.013
Sesudah 1.0408 0.19991 88

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapati dari 49 responden 37 di


antaranya berusia 60-75 tahun sedangkan sisanya 12 responden berusia 76 tahun ke atas.
Menurut Pratikwo (2006) dalam Novarina dan Muhlisin (2012), lansia pada kelompok
usia 60-74 tahun secara umum mobilitasnya cukup baik dibandingkan dengan kelompok
usianya yang lebih tua, sehingga pada kelompok usia 75-90 tahun cenderung berperilaku
kurang sehat. Jumlah responden perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki.
Menurut Komnas lansia (2009) usia harapan hidup perempuan di Indonesia lebih tinggi
dibandingkan laki-laki. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, sebelum melakukan
senam lansia responden yang memiliki tekanan darah stabil (TDS <150 mmHg, TDD <90
mmHg) sebanyak 65,7% sedangkan yang tidak stabil (TDS >150 mmHg, TDD >90
mmHg) sebanyak 34,3% dengan rata-rata TDS yaitu 137,71 mmHg dan TDD 88,2
mmHg. Setelah melakukan senam lansia, responden yang memiliki tekanan darah stabil
meningkat menjadi 91,8% dan yang tidak stabil hanya berjumlah 8,2% dengan rata-rata
TDS 131,12 mmHg dan TDD 82,62 mmHg.

Dengan menggunakan uji t berpasangan untuk perbedaan tekanan darah sistolik


sebelum dan sesudah senam lansia, pada pertemuan I didapat nilai P(0.083) > (0,05)
pertemuan II P(0.044) < (0,05) pertemuan III P(0.322) > (0,05). H0 diterima pada
pertemuan I dan III, pada pertemuan II H0 ditolak, ini menunjukkan senam lansia tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap tekanan darah sistolik. Untuk perbedaan tekanan
darah diastolik sebelum dan sesudah senam lansia, pada pertemuan I didapat nilai
P(0.000) pertemuan II P(0.001) pertemuan III P(0.013). H0 ditolak pada pertemuan I, II,
dan III, hal ini menunjukkan senam lansia berpengaruh secara signifikan terhadap
tekanan darah diastolik.

1.8 Keuntungan dan Kekurangan


1) Keuntungan

5
a. Penelitian ini media penyampaian hasil penelitian berbentuk tabel dan penjelasan
naratif sehingga cukup interaktif dan mudah dipahami dengan cepat.
b. Dalam penelitian ini dijelaskan dimana dilakukan penelitian pengaruh senam
lansia terhadap stabilitas tekanan darah.
2) Kekurangan
a. Masyrakat awam masih banyak yang belum mengetahui bahwa senam lansia
dapat menurunkan tekanan darah. Sehingga perlu pengetahuan untuk masyrakat
betapa pentingnya senam bagi kesehatan tubuh.
b. Senam lansia tidak mempengaruhi tekanan darah sistolik dan terdapat pengaruh
senam lansia terhadap tekanan darah diastolik.

1.9 Penerapan Hasil Penelitian

1. Penerapan hasil praktek

Senam lansia ini dapat dilakukan kapan saja dan bisa diterapkan dimana saja.
Apabila dilakukan berulang-ulang akan lebih baik. Observasi dilakukan sebelum dan
sesudah senam. Selain itu dalam proses senam juga dilakukan observasi/pengukuran
tekanan darah setiap sebelum dan sesudah melakukan senam. Hal ini juga tergantung dari
gaya hidup lansia itu sendiri. Apabila lansia selalu membina hidup yang positif dan selalu
mengkonsumsi makanan tinggi serat seperti buah-buahan atau sayuran, maka fluktuasi
tekanan darah lansia terkontrol. Sedangkan lansia yang jarang mengkonsumsi makanan
tersebut dengan baik maka fluktuasi tekanan darahnya tidak terkontrol dengan baik.
Selain senam lansia, lansia juga dapat melakukan jalan santai di pagi hari. Jalan santai
juga sangat berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah.

Menurut kami penelitian ini dapat diaplikasikan dalam proses keperawatan saat
ini. Karena sesuai dengan peran perawat sebagai edukator dan tidak memerlukan
keterampilan khusus dalam pengoprasiannya.

2. Kontribusi Penelitian
a. Bagi perawat, disarankan untuk mengikutkan senam lansia sebagai
pendukung terapi non farmakologi dan juga sebagai alternatif terapi bagi
lansia dengan tekanan darah atau hipertensi.
b. Bagi responden, disarankan mensosialisasikan/mengajak yang lain untuk
ikut senam karena selain bisa mengatasi hipertensi dan menjadikan tubuh
lebih sehat.
c. Membandingkan pengaruh senam dalam menurunkan tekanan darah
dengan terapi nonfarmakologi lainnya, seperti diet rendah garam dan
tinggi serat.
d. Membandingkan efektivitas penurunan tekanan darah berdasarkan
lamanya senam, misalnya antara 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan.
3. Manfaat

6
Hasil penelitian ini dapat memberikan implikasi besar terhadap asuhan
keperawatan lansia dengan hipertensi khususnya dalam upaya mencegah komplikasi
lebih lanjut dari hipertensi. Karena hipertensi yang tidak dikelola dengan baik akan
mengakibatkan kerusakan organ/system tubuh yang lain seperti gagal ginjal, gagal
jantung dan kematian akibat serangan jantung koroner dan stroke, sehingga senam lansia
bisa disosialisasikan pada seluruh lapisan masyrakat.

Khususnya bagi perawat komonitas ataupun perawat yang bertugas di puskesmas


bisa mensosialisasikan dan mendorong para lansia untuk selalu aktif dalam kegiatan
senam yang biasanya diadakan oleh puskesmas ataupun posyandu lansia sehingga
diharapkan bisa meningkatkan harapan hidup lansia.

1.10 Kesimpulan
Lanjut usia adalah suatu proses yang alami dari tumbuh kembang. Semua orang
akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang
terakhir (Azizah, 2011). Senam lansia dilakukan untuk mengetahui TD sebelum dan
sesudah senam dilakukan dan untuk mengetahui pengaruh senam lansia terhadap TD.
Senam juga bepengaruh melancarkan peredaran darah dan menjadikan tubuh tetap sehat
dan bugar. Metode Penelitian ini menggunakan metode Pra Eksperimen dengan
pendekatan one grouppretest-post test design (Setiadi, 2013).Teknik pengambilan sampel
menggunakan non probabilitysampling yaitu purposive sampling.
Senam lansia merupakan suatu bentuk olahraga aerobik yang bermanfaat bagi
para lanjut usia. Senam lansia yang teratur dapat membantu menjaga keseimbangan
tekanan darah.
Pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah tidak selalu sama antara tekanan
darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Tidak terdapat pengaruh senam lansia terhadap
tekanan darah sistolik dan terdapat pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah
diastolik pada kelompok lansia GMIM Anugerah di Desa Tumaratas 2 Kecamatan
Langowan Barat Kabupaten.

Anda mungkin juga menyukai