Anda di halaman 1dari 18

Makalah Keperawatan Medikal Bedah

Gangguan Kebutuhan Nutrisi Akibat Patologis Sistem


Pencernaan dan Metabolic Endokrin : Ulkus Peptikum

Oleh Kelompok 1:

1. M. Uwais Al Qarany
2. Arief Ramadhan
3. Meysi
4. Nanda Febriana
5. Rahmad Ramadhani
6. Yuda Puspita Ningrum

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun

makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang Gangguan

Kebutuhan Nutrisi Akibat Patologis Sistem Pencernaan dan Metabolic Endokrin :

Ulkus Peptikum. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat

tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak,

tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan

Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik

dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca

sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita

sekalian.

Banjarmasin, 20 November 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3 Manfaat..............................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1 Konsep Masalah Keperawatan Gastroenteritis.............................................3
2.1.1 Definisi Ulkus Peptikum....................................................................3
2.1.2 Etiologi...............................................................................................3
2.1.3 Tanda dan Gejala...............................................................................4
2.2 Masalah Keperawatan pada Klien Gangguan Kebutuhan Nutrisi Patologis
Sistem Pencernaan dan Metabolic Endokrin.................................................5
2.2.1 Masalah keperawatan/Diagnosa Medis..............................................5
2.2.2 Intervensi............................................................................................6
2.2.3 Implementasi Keperawatan................................................................7
2.2.4 Evaluasi..............................................................................................8
2.2.5 Praktik Anamnesa............................................................................10
BAB III..................................................................................................................13
PENUTUP..............................................................................................................13
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................13
3.2 Saran................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tukak Peptic merupakan gangguan pada saluran gastrointestinal
atas yang disebabkan sekresi asam dan pepsin yang berlebihan oleh
mukosa lambung. Tukak peptic merupakan suatu keadaan terputusnya
kontinuitas mukosa yang meluas dibawah epitel atau kerusakan pada
jaringan mukosa, submukosa hingga lapisan otot dari suatu daerah saluran
cerna yang langsung berhubungan dengan cairan asam/pepsin (Sanusi,
2011).
Setiap tahun 4 juta orang menderita ulkus peptikum diseluruh
dunia, sekitar 10%-20% terjadi komplikasi dan sebanyak 2%-14%
didapatkan ulkus peptikum perforasi. Perforasi ulkus peptikum relative
kecil tetapi dapat mengancam kehidupan dengan angka kematian yang
bervariasi dari 10%-40%. Lebih dari setengah kasus adalah perempuan
dan biasanya mengenai usia lanjut yang mempunyai lebih banyak resiko
komorbiditas daripada laki-laki. Penyebab utama adalah Non-Steroidal
Anti-Inflammatory Drugs (NSAIDs), steroids, merokok, Helicobacter
pylori dan diet tinggi garam (Saverio rt al, 2014).
Pengobatan tukak peptic ditujukan untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien, menghilangkan keluhan, menyembuhkan tukak, mencegah
kekambuhan dan komplikasi (Sanusi, 2011). Pilihan pengobatan yang
paling tepat untuk penyakit tukak peptic tergantung pada penyebabnya.
Penggunaan obat yang tidak rasional masih sering dijumpai di pusat
kesehatan seperti rumah sakit, klinik, dan puskesmas. Ketidaktepatan
indikasi, obat, klien, dan dosis dapat menyebabkan kegagalan terapi.
Berdasarkan studi pendahuluan yang pernah dilakukan, klien rawat inap
yang terdiagnosa tukak peptic di RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie
kota Pontianak selama tahun 2017 adalah 43 pasien dengan angka kejadian
sebanyak 0,88% dari total pasien yang dirawat inap selama satu tahun.
Memang tidak banyak pasien yang menderita penyakit ini, akan tetapi
penyakit tukak peptic tidak bisa dianggap remeh, karena jika dibiarkan
dapat menyebabkan kekambuhan dan komplikasi yang parah seperti
kanker lambung, perdarahan, bahkan kematian (Sanusi, 2011).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana Konsep Ulkus Peptikum, diagnose, intervensi,
implementasi, evaluasi, dan praktek anamnesa pada klien dengan
gangguan kebutuhan nutrisi?

1.3 Manfaat
1.3.1 mahasiswa
Mahasiswa bisa mengetahui bagaimana Konsep Ulkus
Peptikum, diagnose, intervensi, implementasi, evaluasi, dan
praktek anamnesa pada klien dengan gangguan kebutuhan
nutrisi.
1.3.2 Dosen
Makalah ini bisa bermanfaat untuk arsip laporan dosen
mengenai tugas mahasiswa.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Masalah Keperawatan Gastroenteritis


2.1.1 Definisi Ulkus Peptikum
Pada tahun 350 SM, Diocles Of Caryston dipercaya sebagai
orang yang menyebutkan kondisi ulkus lambung pertama kali.
Marcellus Donatus of Mantua pada tahun 1586 menjadi orang
pertama yang mendeskripsikan ulkus lambung melalui autopsi.
Istilah ulkus peptikum (peptic ulcer) digunakan untuk erosi lapisan
mukosa di bagian mana saja di saluran GI, tetapi biasanya
dilambung atau duodenum. Ulkus gaster atau tukak lambung
adalah istilah untuk ulkus di lambung (Corwin, 2010). Menurut
definisi, ulkus peptikum dapat ditemukan pada setiap bagian
saluran cerna yang terkena getah asam lambung, yaitu esophagus,
lambung, duodenum, jejenum, dan setelah tindakan
gastroenterostomi.

2.1.2 Etiologi
Penyebab umum dari ulserasi peptikum adalah
ketidakseimbangan antara sekresi cairan lambung dan derajat
perlindungan yang diberikan sawar mukosa gastroduodenal dan
netralisasi asam lambung oleh cairan deudenum (Arif Mutaqqin,
2011). Dan bisa disebabkan oleh factor lain yang menyebabkan
ulkus peptikum : Genetik, merokok, alcohol, kafein, obat-obatan
(NSAID), kuman Helicobacter Pylori.
2.1.3 Tanda dan Gejala
Berikut tanda dan gejala menurut Mansjoer, yaitu:
2.1.3.1 Nyeri
Biasanya pasien dengan ulkus mengeluh nyeri
tumpul, seperti tertusuk atau sensai terbakar di epigastrium
tengah atau di punggung. Hal ini diyakini bahwa nyeri
terjadi bila kandungan asam lambung dan duodenum
meningkat menimbulkan erosi dan merangsang ujung saraf
yang terpajan. Teori lain menunjukkan bahwa kontak lesi
dengan asam merangsang mekanisme reflex local yang
memulai kontraksi otot halus sekitarnya. Nyeri biasanya
hilang dengan makan, karena makan menetralisasi asam
atau dengan menggunakan alkali, namun bila lambung
telah kosong atau alkali tidak digunakan, nyeri kembali
timbul.
2.1.3.2 Pirosis (nyeri ulu hati)
Beberapa pasien mengalami sensasi luka bakar pada
esophagus dan lambung yang naik ke mulut, kadang-
kadang disertai eruktasi asam. Eruktasi atau sendawa umum
terjadi bila lambung pasien kosong.
2.1.3.3 Muntah
Meskipun jarang pada usus duodenal tak
terkomplikasi, muntah dapat menjadi gejala ulkus
peptikum. Hal ini dihubungkan dengan pembentukan
jaringan parut atau pembengkakan akut dari membrane
mukosa yang mengalami inflamasi disekitarnya pada ulkus
akut. Muntah dapat terjadi atau tanpa didahului oleh maul,
biasanya setelah nyeri berat yang dihilangkan dengan ejeksi
kandungan asam lambung.
2.1.3.4 Konstipasi dan Perdarahan
Konstipasi dapat terjadi pada pasien ulkus,
kemungkinan sebagai akibat dari diet dan obat-obatan.
Pasien dapat juga dating dengan perdarahan gastrointestinal
sebagian kecil pasien yang mengalami akibat ulkus akut.
Sebelumnya tidak mengalami keluhan, tetapi mereka,
menunjukkan gejala setelahnya.

2.2 Masalah Keperawatan pada Klien Gangguan Kebutuhan Nutrisi


Patologis Sistem Pencernaan dan Metabolic Endokrin

Seorang klien bernama Ny. W umur 35 tahun datang ke Rumah


Sakit dengan keluhan nyeri perut dibagian epigastrium, klien mengatakan
nyeri tumpul seperti tertusuk dan seperti terbakar. Nyeri bertambah setelah
makan dan beraktifitas, pasien juga mengeluh mual dan muntah.

2.2.1 Masalah keperawatan/Diagnosa Medis

No Diagnosa Keperawatan
1 Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d peningkatan asam
lambung
DS: px mengatakan perutnya seperti terbakar di epigastrium
DO:
1. Keadaan umum px kurang
2. GCS 4-4-4
3. Skala nyeri berada pada skala nyeri 10
4. Nadi 107x/menit
2 Gangguan kebutuhan nutrisi b.d anoreksia
DS: px mengatakan mual dan muntah lebih dari 3x
DO:
1. Keadaan umum px kurang
2. GCS 4-4-4
3. Makanan px tidak pernah habis
4. BB awal: 58kg
BB MRS: 54kg
3 Resiko infeksi b.d perforasi lambung
DS: -
DO: penonjolan besar berbentuk nodular pada kurtavura
minor lambung melalui pemeriksaan radiogram dengan
barium

2.2.2 Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi


Keperawat Kriteria Hasil
an
1 Gangguan Dalam waktu 1. Kaji intensitas,
rasa 1x24 jam nyeri durasi, dan
nyaman berkurang frekuensi nyeri.
(nyeri) b.d Kriteria hasil: 2. Beri teknik distraksi
peningkata 1. Px tidak dan relaksasi
n asam mengelu 3. Beri posisi yang
lambung h nyeri nyaman
2. Px dapat 4. Memberi wawasan
beristira tentang penyakitnya
hat 5. Observasi TTV
dengan 6. Kolaborasi dengan
tenang tim gizi
2 Gangguan Dalam waktu 1. Mempertahankan
Pemenuha 1x24 jam BHSP
n Nutrisi kebutuhan 2. Memberi makanan
Kurang nutrisi porsi sedikit tapi
dari terpenuhi. sering
Kebutuhan Jangka pendek: 3. Berikan makanan
b.d 1. Px selagi hangat
Anoreksia terlihat 4. Anjurkan px untuk
segar minum 8 gelas/hari.
2. Px tidak 5. Berikan informasi
mual nutrisi
atau 6. Observasi TTV
muntah 7. Kolaborasi dengan
Jangka panjang: tim gizi.
1. BB ideal
2. Nafsu
makan
normal
3 Resiko Dalam waktu 1. Anjurkan px untuk
infeksi b.d 2x24 jam infeksi tidak makan-
perforasi bisa teratasi makanan yang dapat
lambung sebagian. mengiritasi lapisan
lambung
2. Berikan jadwal
minum sedikit tapi
sering
3. Ajarkan px tentang
manfaat minum

2.2.3 Implementasi Keperawatan


Menurut Rudiansyah (2017) implementasi keperawatan adalah
pelaksanaan dari rencana intervensi yang telah dibuat untuk
mencapai tujuan yang spesifik.
Pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan disesuaikan dengan
rencana tindakan keperawatan berdasarkan (NIC)

2.2.4 Evaluasi
no Waktu evaluasi
1 Hari Pertama S: px merasa nyeri perut sedikit berkurang

O: keadaan umum cukup. Skala nyeri


menjadi skala 7.
TTV:
TD: 110/80
S: 37 C
N: 88 x/menit
RR; 22x/menit
BB awal : 58 kg
BB sekarang ; 54 kg

A: masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan:
1. Motivasi px untuk makan dan
minum cukup
2. Observasi TTV
3. Kolaborasi dengan tim dokter.

2 Hari ke-dua S: px mengatakan mual dan muntah sedikit


berkurang

O:
1. keadaan umum cukup
2. mukosa bibir kering

A: masalah teratasi sebagian


P: intervensi dilanjutkan:
1. motivasi px untuk makan dan
minum cukup
2. observasi TTV
3. kolaborasi dengan tim dokter

3 Hari ke-3 S:
1. px mengatakan mual dan muntah
sudah berkurang
2. px mengatakan nyeri perut sebelah
kanan atas
O:
1. Keadaan umum cukup
2. Pembesaran hepar
3. Sclera mata dan wajah icterus
4. Urine seperti the
TTV:
TD: 130/80
S: 36 C
N: 80x/menit
RR: 20x/menit

A: masalah mual dan muntah teratasi


sebagian

P: intervensi dilanjutkan:
1. Motivasi px untuk makan dan
minum cukup
2. Observasi TTV
3. Kolaborasi dengan tim dokter

2.2.5 Praktik Anamnesa


Anamnesa adalah salah satu teknik pemeriksaan yang dilakukan
lewat suatu percakapan antara seorang dokter atau perawat dengan
kliennya secara langsung atau dengan orang lain yang mengetahui
tentang kondisi klien, untuk mendapatkan data klien beserta
permasalahan medisnya.
2.2.5.1 Keluhan Utama
Px mengatakan nyeri pada bagian ulu hati
2.2.5.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak bagi px belum makan nasi ataupun makanan yang
mengandung karbohidrat, hanya minum air putih dan
kemudian makan manga. Tiba-tiba Ny. W mengeluh sakit
perut, 5 jam kemudian nyeri bertambah hebat, 2 jam setelah
Ny. W makan siang, px datang ke RS dengan keluhan nyeri
perut , nyeri tumpul seperti ditusuk-tusuk dan seperti terbakar
di epigastrium tengah. Nyeri bertambah setelah 2 jam makan
dan setelah beraktifitas. Skala nyeri berada pada 10. Px juga
mengeluh mual dan muntah lebih dari 3 kali.
2.2.5.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Px mengatakan sebelumnya memang mempunyai penyakit
maag atau gastritis
2.2.5.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Px mengatakan keluarganya tidak mempunyai penyakit
menurun ataupun menular.
2.2.5.5 Aktivitas/istirahat
Di rumah: px tidur 8-9 jam perhari. Mulai jam 21.00 WIB-
04.00 WIB.
Di RS: px tidur 5-7 jam perhari. Mulai jam 22.00 WIB- 05.00
WIB.
2.2.5.6 Pola Nutrisi
Di Rumah:
1. px makan 2x sehari dengan lauk dan sayur, dengan porsi
sedang.
2. Px minum ±700 cc perhari
Di RS:
1. Px mengatakan makan 3x sehari dengan porsi 3 sdm
2. Px mengatakan minum ±500 cc(air hangat) perhari.
2.2.5.7 Pola Eliminasi
Di Rumah:
1. px mengatakan BAB 1x sehari, tidak ada darah, lender,
konsistensi lembek
2. px mengatakan BAK ±6x sehari , warna urine kuning
jernih.
Di RS : Px mengatakan mengalami konstipasi (sembelit)
selama 3 hari.
2.2.5.8 Personal Hygiene
Di Rumah: px mengatakan mampu membersihkan diri sendiri
secara mandiri, gosok gigi 2x sehari mandi 2x sehari, cuci
rambut 2 hari sekali.
Di RS: px diseka 2x sehari, gosok gigi2x sehari dibantu oleh
keluarga.

2.2.5.9 Interaksi Sosial


Klien sering dijaga oleh suami dan keluarganya, selama
sakit klien juga sering dibesuk oleh kerabat dan tetangga.
Beberapa kali klien sering mengungkapkan keinginan untuk
pulang kerumah, dan sering bertanya mengenai penyakit yang
dialaminya. Klien Nampak cemas dan berharap agar cepat
sembuh dari penyakitnya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
3.1.1 Pada klien Ny. W menunjukkan diagnose keperawatan:
3.1.1.1 Gangguan rasa nyama (nyeri) b.d peningkatan asam lambung
3.1.1.2 Gangguan kebutuhan nutrisi b.d anoreksia
3.1.1.3 Resiko infeksi b.d perforasi lambung
3.1.2 Intervensi keperawatan yang diberikan pada Ny. W sesuai dengan
diagnosa yang ditegakkan
3.1.3 Implementasi keperawatan pada Ny. W dilakukan sesuai rencana
keperawatan
3.1.4 Evaluasi keperawatan pada catatan perkembangan mengalami
kemajuan yang signifikan, serta menunjukkan penyembuhan dengan
ditandai dengan nyeri berkurang serta mual dan muntah berkurang.

3.2 Saran
mahasiswa sebaiknya mempelajari sungguh-sungguh tentang gangguan
kebutuhan nutrisi akibat patologis system pencernaan dan metabolic
endokrin: Ulkus peptikum
DAFTAR PUSTAKA

Zainudin. (2015). Asuhan Keperawatan pada Pasien bapak S yang Menjalani


Pasca Operasi Lparatomi dengan Indikasi Ulkus Peptikum E.C Perforasi Gaster di
Ruang Cempaka Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda[Karya Tulis Ilmiah]. Samarinda. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Samarinda.
Santika, N. Y., Rise, D., Muhammad, A.Y. (2019). Evaluasi Penggunaan Obat
Tukak Peptik pada Pasien Tukak Peptik di Instalasi Rawat Inap RSUD Sultan
Syarif Mohamad Alkadrie Pontianak. Majalah Farmaseutik. , 15(1), 1-15.

Anda mungkin juga menyukai