1. Bangkit Utomo
2. Nova Zahra Sistiani
3. Pertosa Marina Depa
4. Sekar Fitdzatvika
5. Viana
SURAKARTA
2017/ 2018
BAB I
PENDAHULUAN
HNP sering terjadi pada daerah L4-L5 dan L5-S1 kemudian pada C5-
C6 dan paling jarang terjadi pada daerah torakal, sangat jarang terjadi pada
anak-anak dan remaja tapi kejadiannya meningkat dengan umur setelah 20
tahun. Insiden terbanyak adalah pada kasus Hernia Lumbo Sakral lebih dari 90
%, dan diikuti oleh kasus Hernia Servikal 5-10 % . Pasien HNP lumbal
seringkali mengeluh rasa nyeri menjadi bertambah pada saat melakukan
aktifitas seperti duduk lama, membungkuk, mengangkat benda yang berat,
juga pada saat batuk, bersin dan mengejan. Rose dan Engstorm menyebutkan
bahwa nyeri yang bertambah pada saat batuk, bersin dan mengejan di
sebabkan oleh peningkatan tekanan intratekal yang transien sepanjang
durameter. Wiener mendapatkan sekitar 48-84 % pasien HNP lumbal
mengalami rasa nyeri yang bertambah saat batuk, bersin dan mengejan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defiisi
HNP terjadi pada seluruh ruas tulang belakang mulai dari tulang leher
sampai tulang ekor (cervical, thorakal, lumbal atau sacrum). Daerah sakitnya
tergantung di mana terjadi penjepitan, semisal di leher maka akan terjadi
migrain atau sakit sampai ke bahu. Bisa juga terjadi penjepitan di tulang ekor,
maka akan terasa sakit seperti otot ketarik pada bagian paha atau betis,
kesemutan, bahkan sampai pada kelumpuhan.
B. Etiologi
1. Trauma, hiperfleksia, injuri pada vertebra
2. Sering membungkuk
3. Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat beban berat,
duduk, mengemudi dalam waktu lama.
4. Posisi tubuh saat berjalan.
5. Proses degeneratif (usia 30-50 tahun).
6. Struktur tulang belakang.
7. Kelemahan otot-otot perut, tulang belakang.
2. Pathway
Proses degenerative
HNP
D. Manifestasi Klinik
1. Mati rasa, gatal dan penurunan pergerakan satu atau dua ekstremitas
2. Nyeri tulang belakang
3. Kelemahan satu atau lebih ekstremitas
4. Kehilangan control dari anus dan atau kandung kemih sebagian atau
lengkap
E. Komplikasi
1. Infeksi luka karena tindakan pembedahan HNP
2. Kerusakan penanaman tulang setelah fusi spinal
3. Paralis / ketidakmampuan pergerakan
4. Perdarahan
5. Infeksi dan inflamasi pada tingkat pembedahan diskus spinal
F. Pemeriksaan Penunjang HNP
1. Laboraturium :
a. Daerah rutin
b. Cairan cerebrospimal
2. Foto polos lumbosakral dapat memperlihatkan penyempitan pada keping
sendi
3. CT scan lumbosacral
4. MRI : dapat memperlihatkan perubahan tulang dan jaringan lunak
divertebra serta herniasi.
5. Myelogram : dapat menunjukkan lokasi lesi untuk menegaskan
pemeriksaan fisik sebelum pembedahan.
6. Elektromyografi : dapat menunjukkan lokasi lesi meliputi bagian akar
saraf spinal.
7. Epidural venogram : menunjukkan lokasi herniasi
8. Lumbal functur : untuk mengetahui kondisi infeksi dan kondisi cairan
serebro spinal
H. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Keluhan Utama
Nyeri pada punggung bawah
P : trauma (mengangkat atau mendorong benda berat)
Q : sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat,
mendenyut, seperti kena api, nyeri tumpul atau kemeng yang
terus-menerus. Penyebaran nyeri apakah bersifat nyeri radikular
atau nyeri acuan (referred fain). Nyeri tadi bersifat menetap,
atau hilang timbul, makin lama makin nyeri .
R : letak atau lokasi nyeri menunjukkan nyeri dengan setepat-
tepatnya sehingga letak nyeri dapat diketahui dengan cermat.
S : Pengaruh posisi tubuh atau atau anggota tubuh berkaitan
dengan aktivitas tubuh, posisi yang bagaimana yang dapat
meredakan rasa nyeri dan memperberat nyeri. Pengaruh pada
aktivitas yang menimbulkan rasa nyeri seperti berjalan, turun
tangga, menyapu, gerakan yang mendesak. Obat-oabata yang
ssedang diminum seperti analgetik, berapa lama diminumkan.
T : Sifanya akut, sub akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat
menetap, hilng timbul, makin lama makin nyeri.
c. Riwayat Keperawatan
1) Apakah klien pernah menderita Tb tulang, osteomilitis,
keganasan (mieloma multipleks), metabolik (osteoporosis)
2) Riwayat menstruasi, adneksitis dupleks kronis, bisa
menimbulkan nyeri punggung bawah
d. Status mental
Pada umumny aklien menolak bila langsung menanyakan tentang
banyak pikiran/pikiran sedang (ruwet). Lebih bijakasana bila kita
menanyakan kemungkinan adanya ketidakseimbangan mental
secara tidak langsung (faktor-faktor stres)
2. Pemeriksaan fusik
a.Pemeriksaan Umum
1) pemeriksaan tanda-tanda vital, dilengkapi pemeriksaan jantung,
paru-paru, perut.
2) Inspeksi
a) inspeksi punggung, pantat dan tungkai dalam berbagai
posisi dan gerakan untuk evalusi neyurogenik
b) Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus
lumbal,adanya angulus, pelvis ya ng miring/asimitris,
muskulatur paravertebral atau pantat yang asimetris, postur
tungkai yang abnormal.
c) Hambatan pada pegerakan punggung , pelvis dan tungkai
selama begerak.
d) Klien dapat menegenakan pakaian secara wajar/tidak
e) Kemungkinan adanya atropi, faskulasi, pembengkakan,
perubahan warna kulit.
3) palpasi dan perkusi
a) paplasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau
halus sehingga tidak membingungkan klien
b) Paplasi pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah yang
paling terasanyeri.
c) Ketika meraba kolumnavertebralis dicari kemungkinan
adanya deviasi ke lateral atau antero-posterior
d) Palpasi dna perkusi perut, distensi pewrut, kandung kencing
penuh dll.
4) Pemeriksaan motoric
a) Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah,
kaki, ibu jari dan jari lainnya dengan menyuruh klien unutk
melakukan gerak fleksi dan ekstensi dengan menahan
gerakan.
b) atropi otot pada maleolus atau kaput fibula dengan
membandingkan kanan-kiri.
c) fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada
otot-otot tertentu.
5) Pemeriksan sensorik
Pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa
getar (vibrasi) untuk menentukan dermatom mana yang terganggu
sehingga dapat ditentuakn pula radiks mana yang terganggu.
6) pemeriksaan reflex
a) refleks lutut /patela/hammer (klien bebraring.duduk dengan
tungkai menjuntai), pada HNP lateral di L4-5 refleks
negatif.
b) Rfleks tumit.achiles (klien dalam posisi berbaring , luutu
posisi fleksi, tumit diletakkan diatas tungkai yang satunya
dan ujung kaki ditahan dalam posisi dorsofleksi ringan,
kemudian tendon achiles dipukul. Pada aHNP lateral 4-5
refleks ini negatif.
7) Pemeriksaan range of movement (ROM)
8) Pemeriksaan ini dapat dilakukan aktif atau pasif untuk
memperkirakan derajat nyeri, functio laesa, atau untuk
mememriksa ada/tidaknya penyebaran nyeri.
3. Pemeriksaan penunjang
a. foto rontgen, Foto rontgen dari depan, samping, dan serong) untuk
identifikasi ruang antar vertebra menyempit. Mielografi adalah
pemeriksaan dengan bahan kontras melalu tindakan lumbal pungsi dan
pemotrata dengan sinar tembus. Apabila diketahiu adanya
penyumbatan.hambatan kanalis spinalis yang mungkin disebabkan
HNP.
b. Elektroneuromiografi (ENMG)
Untuk menegetahui radiks mana yang terkena / melihat adanya
polineuropati.
c. Sken tomografi
Melihat gambaran vertebra dan jaringan disekitarnya termasuk diskusi
intervertebralis.
4. Dignosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan dari masalah
pasien yang nyata ataupun potensial dan membutuhkan tindakan
keperawatan sehingga masalah pasien dapat ditanggulangi atau dikurangi.
a) Nyeri berhubungan dengan penjepitan saraf pada diskus
intervetebralis
b) Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis,
prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya fungsi
c) Perubahan mobilitas fisik berhubungan dengan
hemiparese/hemiplegia
d) Perubahan eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan
imobilisasi, intake cairan yang tidak adekuat
e) Kurangnya pemenuhan perawatan diri yang berhubungan dengan
hemiparese/hemiplegi
f) Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan tirah baring
lama
5. Intervensi
a) Perubahan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan dampak
penjepitan saraf pada radiks intervertebralis
1) Identifikasi klien dalam membantu menghilangkan rasa
nyerinya
2) Berikan informasi tentang penyebab dan cara
mengatasinya.
3) Tindakan penghilangan rasa nyeri noninvasif dan
nonfarmakologis (posisi, balutan (24-48 jam), distraksi dan
relaksasi.
4) Terapi analgetik
b) Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis,
prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya fungsi,.
1) Diskusikan mengenai kemungkinan kemajuan dari fungsi
gerak untuk mempertahankan harapan klien dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari
2) Berikan informasi mengenai klien yang juga pernah
mengalami gangguan seperti yang dialami klien
danmenjalani operasi
3) Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat
yang tersedia yang dapat membantu klien
4) Berikan support sistem (perawat, keluarga atau teman dekat
dan pendekatan spiritual)
5) Reinforcement terhadap potensi dan sumber yang dimiliki
berhubungan dengan penyakit, perawatan dan tindakan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1.PENGKAJIAN
A. IDENTITAS
1. Identitas Klien
b Nama pasien : Ny. R
c Umur : 45th
d Jenis Kelamin : Perempuan
e Agama : Islam
f Status Perkawinan : Menikah
g Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
h Pendidikan : SMA
i Suku : Jabat (Jawa Batak)
j Alamat : Jebres, Surakarta
k Golongan Darah : AB
l Diagnosa Medis : Post Op Laminectom dengan DM HNP
m NO RM : 10121245
a Nama : Tn. T
b Jenis Kelamin : Laki-laki
c Umur : 49th
d Pendidikan : SMA
e Agama : Islam
f Suku : Jabat (Jawa Batak)
g Hubungan Dengan Pasie : Suami
h Pekerjaan : Pegawai Swasta
i Alamat : Jebres, Surakarta
B. RIWAYAT KESEHATAN
1) Keluhan utama
Nyeri otot. Nyeri desebabkan oleh spasme otot-otot disekitar
Nukleus Pulposus yang menonjol. Spasme tersebut menyebabkan
penekanan pada saraf, neuron saraf menjadi terjepit lalu timbul
reaksi zat kimia/bioaktif (serotonin , bradikinin dan prostaglandin).
Zat-zat tersebut merupakan reseptor nyeri sehingga timbul rasa
nyeri.
Tahun 2000 pernah jatuh karena terpeleset dan tidak bisa bergerak
seperti yang dirasakan saat ini teteapi tidak perlu dioperasi karena
bisa disembuhkan dengan perawatan dan istirahat, mendapat
perawatan di ruang syaraf A RSDS.
Tahun 2002 dengan penyebab dan sakit yang sama, sembuh tanpa
operasi dan menjalani perawatan di ruang syaraf A RSDS.
4) Riwayat keluarga
Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan
Mandi
Berpakaian
Eliminasi
Mobilisasi di tempat tidur
Berpindah
Ambulasi
Naik Tangga
b.Saat Sakit
Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan
Mandi
Berpakaian
Eliminasi
Ambulasi
Naik Tangga
Keterangan:
1 : Mandiri
2 : Dibantu sebagian
3 : Dibantu orang lain
4 : Dibantu orang lain dan peralatan
Pasien pola istirahatnya teratur (sekitar jam 21.00 sudah tidur), dan
tidurnya nyenyak jika di rumah (lamanya tidur 7-8 jam).
2 Selama sakit
Pasien sulit tidur (lamanya tidur sekitar 5-6 jam) karena telinganya
nyeri.
IWL
= 15 x BB
= 15 x 48
= 720cc
1 Antropologi:
TB : 160cm = 1,6m
BB Sebelum sakit :50KG
BB Saat sakit : 48Kg
IMT Sebelum Sakit : BB
(TB/ meter)2
= 50
(1,6)2
= 50
2,56
= 19, 53(normal)
2 Biochemical
tes rinne : (-),
tes weber : lateralisasi kekanan, dan pada tes bisik, pasien tidak dapat
mendengarkan suara berfrekuensi rendah
3 Clinical Sign
a Rambut : hitam, lebat, tidak ada jejas
b Mata : pupil dilatasi, diplopia (+), konjungtiva anemis
c Telinga :berisih, simetris, warna coklat, tidak ada nyeri
tekan
d Mulut dan Gigi : bersih, tidak ada stomatis, tidak ada nyeri tekan
4 Diets
a Frekuensi : 3 x sehari
b Jenis Makanan : Bubur, sayur-sayuran, buah-buahan
c Porsi : porsi habis
d Keluhan : perut dan mual, keadaan pinggirnya hiperemi,
bibir pecah-pecah, muka merah, banyak keringat).
5. Pola kognitif dan perceptual
1 Sebelum sakit
Pasien sadar dapat berbicara dengan normal,
2 Selama sakit
Pasien sadar dapat berbicara, dan pendengaran normal. Konsep
Nyeri PQRST:
P:Pasien mengatakan Nyeri bertambah saat bergerak
Q: Pasien mengatakan nyeri dirasakan seprti diremas-remas
R: Pasien mengatakan nyeri pada telinga kanan
S: Pasien mengatakan nyerinya berskala 7
T: Pasien mengatakan nyeri terus menerus
6. Pola konsep diri
1 Gambaran diri
Pasien menyukai semua bagian tubuhnya dan tidak ada salah satu
yang tidak disukai.
2 Identitas diri
Pasien mengatakan sebagai pegawai swasta identitas dirinya sedikit
terganggun akibat penyakit yang dideritannya. Pasien dapat
menyebutkan identitas dirinya seperti nama pasien pasien tinggal,
alamat, usia, tanggal lahir, siapa saja nama keluarganya.
3 Peran diri
Pasien mengatakan ia adalah seorang ayah dengan 3 anak yang
memiliki tanggung jawab untuk mereka, didalam bermasyarakat
pasien menjabat sebagai sekretaris desa.
4 Ideal diri
Pasien mengatakan ingin segera sembuh dan berkumpul dengan
keluarga dan temannya.
5 Harga diri
Pasien tidak merasa malu dengan keadaanya sekarang
7. Pola toleransi stress koping
1 Sebelum sakit
Pasien melihat penyakitnya sebagai hukuman atas dosa yang telah
ia perbuat, biasanya pasien mengatasinya dengan berbicara dengan
keluarganya, dan beribadah ( sholat dan membaca alquran )
2 Saat sakit
Pasien selalu menanyakan bagaimana kondisi nanti apabila sakitnya
tidak sembuh - sembuh. Ketika pasien gelisah, pasien selalu berbincang
tentang penyakitnya dengan keluarga .
8. Pola reproduksi seksualitas
a. Masalah menstruasi
Siklus menstruasi normal
b. Papsmear terakhir
Pasien belumpernah melakukan papsmear
c.Alat kontrasepsi
Pasien tidak menggunakan alat kontrasepsi
d.Apakah ada kesukaran dalam berhubungan seksual
Penyakit pasien tidak mengganggu dalam berhubungan seksual
e.Perawatan payudara setiap bulan
Pasien tidak melakukan perawatan payudara secara khusus
f.Apakah penyakit sekarang mengganggu fungsi seksual?
Penyakit pasien tidak mengganggu fungsi seksual
9. Pola Peran hubungan
1 Sebelum sakit
Pasien mengatakan sebagai seorang kakak dan mahasiswa yang
bertanggung jawab dan aktif dalam keluarga dan kampus
2 Saat Sakit
Pasien mengatakan tidak bisa berkumpul dengan keluarga ,
tetangganya serta teman-temannya karena sedang dirawat di Rumah
Sakit.
10. Pola nilai keyakinan
1 Sebelum sakit
Pasien mengatakan selalu mengerjakan sholat wajib 5 waktu
2 Saat Sakit
Pasien mengatakan masih melakukan sholat 5 waktu tapi dengan tidur.
D. Pemeriksaan Fisik
1.Keadaan Umum
Keadaan umum :Lemah
Kesadaran :Composmetis
GCS :Eyes=4 Verbal=5 Motorik=6
BB :48Kg
TB :160 cm
Skala Nyeri :7
TTV =TD :120/80 mmHG
Nadi :110x/menit
RR :20x/menit
Suhu :390C
Keterangan :
3) Hidung
a) Inspeksi
Bentuk : Simetris
Kebersihan : Tidak ada secret
Cuping Hidung : Tidak ada nyeri tekan
b) Palpasi
4) Mulut
a) Inspeksi
Bentuk : Simetris
Kebersihan : kotor
b) Palpasi
b. Leher
1) Inspeksi
Warna : Sawo matang
Kebersihan : bersih
Bentuk : Simetris
2) Palpasi
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid , tidak ada
pembesaran kelenjar limfe.
c. Telinga
1) Inspeksi
Bentuk : Simetris
2) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan bagian mastoid dan tragus, tidak ada
gangguan pendengaran.
d. Paru-paru
a) Inspeksi : Simetris, tidak ada jejas
b) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
c) Perkusi : Sonor, batas paru terlihat jelas
d) Auskultasi : Vesikular
e. Jantung
a) Inspeksi
Ictus Cordis : denyutan tidak terlihat
b) Palpasi
Ictus Cordis : tidak teraba
c) Perkusi
(1) SIC II
Mediaclavic
ula : redup
(2) Linea
parasternalis
kanan, SIC
III IV
:
tricuspid
(3) SIC V mid
clavicula kiri
: redup
(4) Batas
jantung
midclavicula
kiri : SIC
V, redup
(5) Batas
jantung
kanan
: redup
d) Auskultasi
(1) Irama : teratur, reguler
(2) Frekuensi : teratur
(3) Bunyi : S1 S2 normal tidak ada
murmur
f. Abdomen
a) Inspeksi
Bentuk : Simetris
Warna : Sawo matang
Umbilicus : Bersih
Gerakan dinding perut : TidakNormal
b)Auskultasi
Bissing usus : < 15x/menit
c) Perkusi : thympani
d)Palpasi : nyeri
g. Genatalia
a) Inspeksi
Kebersihan :Tidak ada kotoran, bersih tidak berbau, tidak
ada sekret
b)Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan
tanda-danda hemoroid
h. Ekstrimitas
a) Inspeksi
Warna :Sawo matang
Intregitas kulit :Tidak kering, Tidakkeriput
Lesi : tidak ada
Bentuk : Simetris antara ekstrimitas atas kanan dan
kiri, ekstrimitas bawah kanan dan kiri
b)Palpasi
Tidak ada pembengkakan/ nyeri tekan
Kekuatanotot
4 4
3 3
Keterangan :
Skala 0: artinya otot tak mampu bergerak, misalnya jika
tapak tangan dan jari mempunyai skala 0 berarti
tapak tangan dan jari tetap saja di tempat walau
sudah diperintahkan untuk bergerak.
Skaa1: jika otot ditekan masih terasa ada kontraksi atau
kekenyalan ini berarti otot masih belum atrofi atau
belum layu.
Skala 2 :dapat mengerakkan otot atau bagian yang lemah
sesuai perintah misalnya tapak tangan disuruh
telungkup atau lurus bengkok tapi jika ditahan
sedikit saja sudah tak mampu bergerak
Skala 3 : dapat menggerakkan otot dengan tahanan minimal
misalnya dapat menggerakkan tapak tangan dan jari
Skala 4 : Dapat bergerak dan dapat melawan hambatan yang
ringan.
Skala 5 : bebas bergerak dan dapat melawan tahanan yang
setimpal untuk mengerahkan tenaga memence tjari-
jari kita. Kalau lemah akan terasa tangan pasien tak
mampu meremas kuat tangan kita. Kesulitannya
adalah kalau pasien cewek yang tak pernah
menggunakan tenaga otot jarit angan, remasannya
terasa kurang kuat walaupun sudah dipaksakan untuk
itu dapat diperiksa lebih jauh dengan hati-hati.
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.Pemeriksaan laboratorium.
LED 40 mm/jam
Ht 48 % F: 38-46%
Tromb. 215 x 109/L 150rb-400rb u/mm3
GDPP -
Na 39 101-111 mEq/L
PTT 11,2
APTT 38,8
FH N
2. ANALISIS DATA
Do :
a. Klien sedang dalam
posisi berbaring dengan
kepala ditinggikan 45 o,
b. Pada waktu sendiri
dengan posisi tidur dengan
nasi ditempatkan pada
kursi sambil makan.
(Paska operasi
laminectomy hari ke 6)
3. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan
1. 18-03- Perubahan rasa 1.Mengkaji (PQRST)
tindakan keperawatan
2014 nyaman (nyeri)
selama 3x24 jam Nyeri
(08.00 ) 2.Memberikan posisi
berhubungan dengan
berkurang atau rasa
yang aman
diskontinuitas
nyaman terpenuhi
jaringan sekunder
setelah paska operasi 3 Melakukan
terhadap operasi
perkenalan dan
laminectomy, Kriteria :
kontrak dengan klien
sindroma sisa. 1. Klien mengatakan dan keluarga dalam
tidak terasa nyeri. membantu perawatan
2. lokasi nyeri minimal
3. keparahan nyeri dan permasalah yang
1.Kaji kembali
2. Selasa,18 1. S:Pasien mengatakan
kemampuan dan keadaan
Nov 2014 sudah biasa
secara fungsional pada
(09.40 WIB) mengendalikan
kerusakan yang terjadi.
pergerakan ototnya
3. S :pasien mengatskan
3.Berikan perawatan merasa nyaman
kulit dengan cermat dengan pemijatan
seperti massage dan yang di lakukan
memberi pelembab ganti perawat
linen atau pakaian yang
basah. O:pasien terlihat nyaman
pemijatan yang di lakukan
perawat
1.Mengkaji dan
3. Selasa,18 1. S: Klien mengatakan
mengobservasi pola tidur
Nov 2014 sudah bisa mengatur pola
klien
(09.30 WIB) tidur dengan tidur selama
6-8 jam
3.Berikan pengertian
S: Pasien mengatakan
tentang pentinnya tidur
mengerti tentang pentingnya
pola tidur dengan baik
C. Evaluasi
P: Lanjutkan intervensi
iii.Memperikan pijatan
iv.Menganti linen
BAB 4
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hernia nukleus pulposus merupakan penyakit yang disebabkan oleh trauma atau
perubahan degeneratif yang menyerang massa nukleus pada daerah vertebra L4-L5, L5-S1,
atau C5-C6 yang menimbulkan nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang atau
kambuh. Hernia dibagi menjadi tiga klasifiksi, yaitu hernia lumbosacralis, hernia servikalis,
hernia thorakalis.
B. Saran
Diharapkan bagi pembaca setelah membaca makalah ini dapat memahami dan
mengerti serta dapat mengaplikasikan tindakan yang harus dilakukan apabila mendapati
klien hernia nucleus pulposus di lahan.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, 2013, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta.
Harsono, 2000, Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Long, Barbara C, Perawatan Medikal Bedah, Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Pajajaran, 2013.
Price, Sylvia Anderson . 2003 . Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit . Jakarta
: EGC
Priguna Sidharta, Sakit Neuromuskuloskeletal dalam Praktek, Jakarta : Dian Rakyat, 2012.
Smeltzer, Suzane C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth edisi 8 Vol
3, Jakarta : EGC, 2002