Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sistem Reproduksi adalah sistem yang berfungsi untuk berkembang biak.
Terdiri dari testis, ovarium dan bagian alat kelamin lainnya. Pengetahuan tentang
Anatomi dan Fisiologi sistem reproduksi pada manusia merupakan ilmu yang
paling dasar/basik bagi setiap pelaku kesehatan reproduksi khususnya para
wanita.
Reproduksi atau perkembangbiakan merupakan bagian dari ilmu faal
(fisiologi). Reproduksi secara fisiologis tidak vital bagi kehidupan individual dan
meskipun siklus reproduksi suatu manusia berhenti, manusia tersebut masih dapat
bertahan hidup, sebagai contoh saat mencapai menopause dan andropouse tidak
akan mati. Pada umumnya reproduksi baru dapat berlangsung setelah manusia
tersebut mencapai masa pubertas atau dewasa kelamin, dan hal ini diatur oleh
kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon yang dihasilkan dalam tubuh manusia.
Reproduksi juga merupakan bagian dari proses tubuh yang bertanggung jawab
terhadap kelangsungan suatu generasi, karena Reproduksi berarti membuat
kembali, jadi reproduksi pada manusia berarti kemampuan manusia untuk
memperoleh keturunan (beranak).
Pada seorang pria testisnya telah mampu menghasilkan sel kelamin jantan
(sperma) dan hormon testosteron. Hormon testosteron berfungsi mempengaruhi
timbulnya tanda-tanda kelamin sekunder pada pria, di antaranya suara berubah
menjadi lebih besar, tumbuhnya rambut di tempat tertentu misalnya jambang,
kumis, jenggot, dan dada tumbuh menjadi bidang, jakun membesar. Sedangkan
seorang wanita ovariumnya telah mampu menghasilkan sel telur (ovum) dan
hormon wanita yaitu estrogen. Hormon estrogen berfungsi mempengaruhi
timbulnya tanda-tanda kelamin sekunder pada wanita, yaitu kulit menjadi
semakin halus, suara menjadi lebih tinggi, tumbuhnya payudara dan pinggul
membesar.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Bagaimanakah anatomi dan fisiologi sistem reproduksi pria dan wanita ?
1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa lebih memahami tentang indikator status kesehatan
wanita dilihat dari Usia Harapan Hidupnya.
1.3.2 Tujuan Khusus
Agar mahasiswa dapat menjelaskan definisi anatomi dan fisiologi pada

pria dan wanita.


Agar mahasiswa dapat menjelaskan hal-hal yang berpengaruh penting

pada kelangsungan hidup yang lebih lama.


Agar mahasiswa dapat menjelaskan faktor-faktor kesehatan yang
mempengaruhi dan berhubungan dengan usia harapan hidup.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sistem Reproduksi pada Manusia
Organ reproduksi membentuk traktus genetalis yang berkembang setelah
traktus urinarius. Kelamin laki-laki maupun wanita semenjak lahir sudah
dapat

ditentukan,

tetapi

sifat-sifat

kelamin

belum

dapat

dikenal

(Syaifudin,1997). Reproduksi pada manusia terjadi secara seksual artinya


terbentuknya individu baru diawali dengan bersatunya sel kelamin laki-laki
(sperma) dan sel kelamin perempuan (sel telur). Sel reproduksi manusia
dibedakan menjadi alat reproduksi laki-laki dan perempuan.

2.2 Anatomi dan Fisiologi Reproduksi Laki-laki


Alat reproduksi laki-laki terdiri dari alat kelamin bagian luar dan alat
kelamin bagian dalam. Alat kelamin bagian luar terdiri dari penis dan
skrotum. Sedangkan alat kelamin bagian dalam terdiri dari testis, epididimis,
vas deferens, prostat, vesika seminalis, dan kelenjar bulbouretral.

Gambar 1 Reproduksi Laki-laki

2.2.1 Alat Kelamin Luar Laki-laki


A. Penis
Merupakan
organ

yang

berperan

untuk

kopulasi

(persetubuhan). Kopulasi adalah hubungan kelamin (senggama)


antara pria dan wanita yang bertujuan untuk memindahkan semen ke
dalam rahim wanita. Dari dalam penis terdapat uretra berupa saluran
yang dikelilingi oleh jaringan yang banyak mengandung rongga
darah (korpus cavernosum). Apabila karena sesuatu hal korpus
cavernosum itu penuh berisi darah, maka penis akan tegang dan
mengembang disebut ereksi. Hanya dalam keadaan ereksi penis
dapat melakukan tugas sebagai alat kopulasi. Alat reproduksi pada

pria mulai berfungsi semenjak masa puber ( 14 tahun) sampai tua


selama manusia itu dalam keadaan sehat.
B. Skrotum
Skrotum adalah kantong kulit yang melindungi testis dan
berfungsi sebagai tempat bergantungnya testis. Skrotum berwarna
gelap dan berlipat-lipat. Skrotum mengandung otot polos yang
mengatur jarak testis ke dinding perut. Dalam menjalankan
fungsinya, skrotum dapat mengubah ukurannya. Jika suhu udara
dingin, maka skrotum akan mengerut dan menyebabkan testis lebih
dekat dengan tubuh dan dengan demikian lebih hangat. Sebaliknya
pada cuaca panas, maka skrotum akan membesar dan kendur.
Akibatnya luas permukaan skrotum meningkat dan panas dapat
dikeluarkan.

2.2.2 Alat Kelamin Dalam Laki-laki


A. Testis
Testis merupakan sepasang struktur berbentuk oval, agak
gepeng, dengan panjang sekitar 4 cm dan diameter sekitar 2,5 cm.
testis juga disebut dengan Buah Zakar. Testis berada didalam
skrotum yang merupakan sebuah kantung ekstraabdomen tepat
dibawah penis. Dinding pada rongga yang memisahkan testis dengan
epididimis disebut tunika vaginalis. Tunika vaginalis dibentuk dari
peritoneum intraabdomen yang bermigrasi kedalam skrotum
primitive selama perkembangan genetalia interna pria. Setelah
migrasi kedalam skrotum, saluran tempat turunnya testis akan

menutup. Testis juga menjadi tempat terjadinya spermatogenesis dan


produksi steroid seks pada pria.
B. Saluran Reproduksi
a. Epididimis
Merupakan suatu struktur berbentuk koma yang menahan
batas posterollateral testis. Epididimis dibentuk oleh saluran
yang berlekuk-lekuk secara tidak teratur yang disebut duktus
epididimis. Duktus epididimis memiliki panjang sekitar 600 cm.
duktus ini berawal pada puncak testis yang merupakan kepala
epididimis. Setelah melewati jalannya yang berliku-liku, duktus
ini berakhir pada ekor epididimis yang kemudian menjadi vas
deferens.

Epididimis merupakan tempat terjadinya maturasi

akhir sperma.
b. Vas deferens
Vas deferens merupakan lanjutan langsung dari epididimis.
Struktur ini mempunyai panjang 45 cm yang berawal dari ujung
bawah epididimis kemudian naik disepanjang aspek posterior
testis

dalam

bentuk

gulungan-gulungan

bebas.

Setelah

meninggalkan bagian belakang testis, vas deferns melewati korda


spermatika menuju abdomen. Vas deferens dapat teraba sebagai
tali yang keras pada aspek posterior korda spermatika saat
melewati skrotum menuju cincin inguinalis supervisial. Setelah
masuk kedalam abdomen, vas deferens melengkung kearah
medial menyilang arteri iliaka eksterna menuju pelvis. Dari sana
vas deferens menyilang syaraf dan pembuluh darah obturator dan
pembuluh vesicular.vas deferens kemudian menyilang ureter
untuk menuju duktus vesikula seminalis. Vas deferens dan
duktus vesikula seminalis bersama-sama membentuk duktus
ejakulatorius yang bermuara diuretra.
c. Kelenjar Kelamin

Di samping saluran kelamin, alat kelamin dilengkapi dengan


kelenjar kelamin, yang bertugas menghasilkan sekrit (getah)
yaitu:
Vesikula Seminalis (kantung sperma)
Alveoli pada vesikula seminalis dibatasi oleh epitel lurik
semu yang mengandung banyak granula dan gumpalan
pigmen kuning. Beberapa sel epitel memiliki flagella. Sekret
vesikula seminalis berupa cairan kental berwarna kekuningan
yang mengandung globulin dan fruktosa. Sekret ini
merupakan sebagian besar isi ejakulat.

Kelenjar prostat
Kelenjar tubuloalveolar prostat dibatasi oleh epitel-epitel
yang sangat responsive terhadap androgen. Asinus dari zona
kelenjar sentral yang mengelilingi duktus ejakulatorius
berukuran besar dan irregular. Perbedaan yang mencolok
dalam arsitektur kelenjar ini disertai dengan pengamatan
bahwa terdapat beberapa enzim unik yang terdapat pada
vesikula seminalis juga terdapat pada zona sentral namun
tidak terdapat pada zona perifer, menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan asal jaringan embriologi pada kedua
bagian prostat. Epitel pada kelenjar tubulealveolar prostat
menghasilkan fosfatase asam dan asam sitrat yang normal
ditemukan dalam kantong semen. Kantong semen merupakan

tempat penampungan sperma.


Kelenjar Cowper
Terdapat pada pangkal urethra. Getah yang diproduksi berupa
lendir dan dialirkan ke urethra. Sperma bersama getah yang
diproduksi oleh kelenjar kelamin tadi akan membentuk suatu
komponen yang disebut semen. Semen ini akan dipancarkan
keluar melalui uretra yang terdapat di dalam penis (alat
kelamin luar pria).
6

2.3 Alat Reproduksi Wanita


Seperti halnya laki-laki, alat reproduksi wanita terdiri atas alat kelamin
bagian luar wanita terdiri atas Vulva, Klitoris, Vagina, Mons Pubis, Perineum,
Vestibule, dan Labia Mayor serta Minor. Dan alat kelamin dalam terdiri atas
Ovarium, Tuba Fallopi, dan Uterus.
2.3.1 Alat Kelamin Luar Wanita

Gambar 2 Reproduksi Wanita

a. Vulva
Genetalia ekterna wanita sevara kolektif disebut sebagai vulva.
Vulva dibatasi oleh labium mayor sama dengan skrotum pada pria.
Labium Mayor terdiri dari kelenjar keringat dan kelenjar sabasea
yaitu kelenjar penghasil minyak. Setelah melewati masa puber,
labium mayor akan ditumbuhi rambut.
Labium Minor terletak tepat disebelah dalam dari labium mayor
dan mengelilingi lubang vagina serta uretra.
b. Klitoris
Merupakan tonjolan kecil yang sangat peka sama dengan penis
pada pria. Klitoris merupakan pertemuan antar labium minor kiri
dan kanan. Klitoris dibungkus oleh sebuah lipatan kulit yang
disebut preputium sama dengan kulit depan pada ujung penis pria.
Klitoris sangat sensitif terhadap rangsangan dan bisa mengalami
ereksi.
c. Vagina

Merupakan saluran dengan dinding dalam berlipat-lipat dan


memanjang dari leher rahim kearah vulva. Panjang saluran ini
sekitar 7-10 cm. bagian luar vagina berupa selaput yang
menghasilkan lendir. Lendir ini sebenarnya dihasilkan oleh
kelenjar Bartholini. Bagi wanita, vagina berfungsi sebagai saluran
kelahiran yang dilalui bayi saat lahir.
d. Mons Pubis
Bagian yang menonjol meliputi simfisis yang terdiri dari jaringan
dan lemak. Area ini mulai ditumbuhi bulu pada masa pubertas.
e. Perineum
Lebih dikenal dengan kerampang. Terletak diantara vulva dan
anus. Panjangnya kurang lebih 4cm.
f. Vestibule
Merupakan rongga yang berada diantara bibir kecil (labia minora),
muka belakang dibatasi oleh klitoris dan perineum. Bagian dalam
terdapat muara-muara yang berjumlah 6 yaitu satu buah orifisium
uretra eksterna, satu buah introitus vagina, dua buah kelenjar
bartolini dan dua buah kelenjar skene.
g. Labia Mayora dan Minora
Labia mayor adalah dua lipatan dari kulit diantara kedua paha
bagian atas dan banyak mengandung urat syaraf. Sedangkan labia
minora berada sebelah dalam labia mayora.
2.3.2 Alat Kelamin Dalam Wanita

A.

Gambar 3 Alat Reproduksi Dalam Wanita


Ovarium (indung telur)
Merupakan organ reproduksi dalam wanita yang berbentuk
seperti telur dan berjumlah sepasang. Letaknya, ada satu
dirongga perut kiri dan satu lagi dirongga perut kanan. Masingmasing ovarium terlindungi oleh kapsul keras dan terdapat
folikel-folikel.
Setiap folikel mengandung satu sel telur. Fungsi folikel adalah
untuk memberikan makanan dan melindungi sel telur yang
sedang berkembang hingga matang. Setelah sel telur matang,
folikel

akan

mengeluarkannya

dari

ovarium.

Proses

pengeluaran sel telur dari ovarium ini dinamakan ovulasi. Bagi


wanita, proses ovulasi biasanya berlangsung selama 28 bulan.
Selain berperan dalam pelepasan sel telur, folikel-folikel juga
menghasilkan hormone utama yakni ekstrogen.
B. Tuba Fallopi (oviduk)
Saluran reproduksi wanita yang berfungsi sebagai jalur sel
telur menuju uterus (rahim) dinamakan saluran telur (oviduk)
atau bisa juga disebut tuba fallopi. Letaknya berada pada
bagian kanan dan kiri ovarium sehingga jumlah keseluruhan
oviduk ada sepasang. Pada bagian pangkalnya terdapat bagian
mirip corong yang dinamakan infundulum. Infudulum ini
9

memiliki jumbai-jumbai dengan fungsi sebagai penangkap sel


telur(ovum) yang lepas dari ovarium. Jumbai-jumbai ini
dinamakan fimbrae. Dengan gerak peristaltic, sel telur yang
tertangkap fimbrae disalurkan melalui oviduk menuju uterus.
C. Rahim (uterus)
Kantung peranakan yang dikenal sebagai rahim atau uterus
adalah organ tebal dan berotot yang dapat mengembang selama
masa kehamilan. Bentuknya seperti buah pir. Pada bagian
bawah uterus terdapat struktur yang mengecil. Bagian ini
disebut serviks atau leher rahim.
Uterus mempunyai beberapa lapisan penyusun, yakni lapisan
terluar

(perimetrium),

(miometrium),

dan

lapisan
selaput

tengah

yang

rahim/lapisan

berotot
terdalam

(endometrium). Lapisan endometrium mengandung banyak


pembuluh darah dan lendir. Saat terjadi ovulasi, lapisan
endometrium mengalami penebalan. Namun, apabila sel telur
tidak dibuahi oleh sel sperma (tidak terjadi fertilisasi), lapisan
endometrium segera mengalami peluruhan. Proses peluruhan
lapisan ini diikuti pendarahan dan kita biasa menyebutnya
dengan siklus menstruasi.
2.4 Pubertas Pada Laki-laki dan Wanita
Pubertas adalah masa awal pematangan seksual yaitu suatu periode
dimana seseorang mengalami perubahan fisik, hormonal, dan seksual serta
mampu menjalani sebuah proses reproduksi. Pubertas berhubungan dengan
pertumbuhan yang pesat dan timbulnya ciri-ciri seksual sekunder.
2.4.1 Pada Laki-laki
Setiap anak laki-laki akan mengalami masa pubertas, di mana
sejumlah hormon yang disebut dengan androgen, akan menyebabkan
perubahan-perubahan pada tubuh mereka. Masa pubertas dimulai
pada usia 9-15 tahun, dengan rata-rata usia awal pubertas adalah 1014 tahun. Masa pubertas akan berlangsung terus selama 2-5 tahun
selanjutnya. Perubahan yang terjadi sebagai berikut :

10

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Pertumbuhan buah zakar


Pertumbuhan kemaluan
Pertumbuhan tinggi badan
Pertumbuhan penis
Perubahan suara yang semakin berat
Pertumbuhan rambut wajah dan ketiak
Munculnya jerawat (bersamaan dengan munculnya rambut

ketiak)
h. Tumbuhnya jakun

2.4.2 Pada Wanita


Pada saat lahir kadar LH dan FSH masih tinggi. Akan tetapi,
beberapa bulan kemudian, kadarnya menurun dan tetap rendah
sampai masa pubertas. Pada awal masa pubertas, kadar kedua
hormone tersebut meningkat sehingga merangsang pembentukan
hormone seksual. Peningkatan kadar hormone menyebabkan
terjadinya beberapa hal sebagai berikut :
a. Pematangan payudara, ovarium, rahim, dan vagina.
b. Dimulainya siklus menstruasi.
c. Timbulnya ciri-ciri seksual sekunder, misalnya tumbuhnya
rambut kemaluan dan rambut ketiak.
Perubahan tersebut terjadi secara berurutan selama masa
pubertas sampai terjadinya kematangan seksual. Pada anak
perempuan, perubahan pertama kali terjadi pada masa pubertas
biasanya adalah penonjolan payudara, yang segera diikuti dengan
tumbuhnya rambut pada kemaluan dan ketiak. Jarak antara
penonjolan payudara dengan siklus menstruasi yang pertama
biasanya sekitar 2 tahun. Bentuk tubuh berubah dan presentase
lemak tubuh bertambah. Pertumbuhan badan yang pesat terutama
penambahan tinggi badan, biasanya dimulai sebelum payudara

11

membesar. Selain itu vagina akan mengeluarkan cairan yang jernih


atau keputihan dan terjadi penambahan lebar tulang panggul.
Pertumbuhan badan relative paling cepat terjadi pada masa awal
pubertas,

yaitu

sebelum

siklus

menstruasi

dimulai.

Lalu

pertumbuhan menjadi lambat dan biasanya berhenti pada usia 14-16


tahun. Pada anak perempuan, pubertas biasanya terjadi pada usia 916 tahun. Anak perempuan rata-rata mengalami masa pubertas 2
tahun lebih awal daripada anak laki-laki. Usia pubertas tampaknya
dipengaruhi oleh kesehatan dan gizi anak juga faktor sosial ekonomi
dan keturunan. Anak perempuan yang agak gemuk cenderung
mengalami siklus yang pertama lebih awal sedangkan anak
perempuan

yang

kurus

dan

kekurangan

gizi

cenderung

mengalaminya lebih lambat. Siklus pertama juga terjadi lebih awal


pada anak perempuan yang tinggal dikota.
2.5 Pembentukan Sel Kelamin (Gamet)
Reproduksi seksual tidak saja bermakna bagi kelangsungan hidup suatu
spesies, tetapi juga berate bahwa keturunan yang dihasilkan memiliki sifat
atau karakter yang dapat berbeda dari induknya. Hal itu disebabkan pada
waktu fertilisasi terjadi kombinasi sifat-sifat menurun melalui inti sel
kelamin dari dua induk yang berbeda. Sebelum terjadi fertilisasi didahului
proses pembentukan gamet. Pada manusia pembentukan sel kelamin
(gamet) terjadi didalam alat kelamin yang disebut gonad, ada gonad jantan
dan gonad betina. Gonad jantan dikenal dengan istilah testis dan gonad
betina dikenal dengan istilah ovarium. Proses pembentukan sel kelamin
tersebut dikenal dengan gametogenesis yang terdiri atas spermatogenesis
dan oogenesis.
2.5.1 Spermatogenesis

12

Gambar 4 Spermatogenesis
Merupakan

proses

pembentukan

spermatozoa

yang

berlangsung didalam kelenjar kelamin jantan (testis). Spermatozoa


yang terbentuk berasal dari sel pembentuk sperma yang terdapat
didalam

testis

(sel

spermatogonium).

Mula-mula

sel

spermatogonium di dalam testis berulang kali membelah secara


mitosis sehingga terbentuklah beberapa sel spermatogonim yang
baru. Selanjutnya, setiap sel spermatogenium tersebut tumbuh
menjadi sel yang lebih besar, disebut spermatosit primer. Dalam
perkembangannya, spermatosit primer membelah secara meiosis dan
menghasilkan 4 buah spermatid yang bersifad haploid (n) karena
hanya mengandung setengah jumlah kromosom sel induknya. Pada
akhirnya, melalui tahap-tahap perkembangan tertentu, inti sel
spermatid mengecil sehingga terbentuklah spermatozoa yang siap
untuk melakukan pembuahan.
2.5.2 Oogenesis

13

Gambar 5 Oogenesis
Merupakan proses pembentukan sel telur atau ovum didalam
indung telur (ovarium). Sel telur berasal dari sel oogonium didalam
ovarium.

Sama

seperti

halnya

pada

proses

pembentukan

spermatozoa, oogenesis diawali dengan adanya pembelahan mitosis


yang berlangsung beberapa kali pada sel oogonium sehingga
terbentuk beberapa sel oogonium yang bersifat diploid.
Selanjutnya, setiap sel oogonium baru yang terbentuk
mengalami

pertumbuhan

menjadi

oosit

primer.

Dalam

perkembangannya, oosit primer membelah secara mieosis menjadi


dua sel yang tidak sama ukurannya karena sitoplasma selnya terbagi
dua bagian yang tidak sama. Satu sel yang besar mengandung inti sel
(nucleus) dan sitoplasma disebut dengan oosit sekunder, sedangkan
satu sel lain yang lebih kecil halnya mengandung inti sel saja,
disebut badan kutub primer (polosit I).
Pada akhirnya oosit sekunder membelah secara meiosis
menjadi dua sel yang juga tidak sama ukurannya. Sel yang besar
disebut ootid dan akan berkembang menjadi sel telur, sedangkan sel

14

yang kecil disebut dengan badan kutub sekunder (polosit II) yang
kemudian akan terserap kembali oleh dinding ovarium.
Jika terjadi perkawinan antara induk jantan dan induk betina,
maka berlangsunglah proses fertilisasi yang akan menghasilkan
zigot. Selanjutnya, zigot membelah secara mitosis dan setelah
melalui tahap perkembangan tertentu berubah menjadi embrio. Pada
akhirnya embrio tumbuh dan berkembang menjadi individu baru
dengan sifat yang bervariasi diantara kedua induknya. Dengan
demikian, makin jelaslah bahwa dengan adanya proses pembelahan
secara meiosis, sifat dari individu (suatu jenis organisme) tetap
terjaga dari generasi ke generasi berikutnya sehingga kelestarian
jenisnya pun ikut terjaga dari bahaya kepunahan.
2.6 Siklus Menstruasi

Gambar 6 Siklus Menstruasi


Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang
disertai dengan perdarahan dan terjadi secara berulang setiap bulan kecuali
pada saat kehamilan. Menstruasi yang pertama kali disebut menarke dan
paling sering terjadi pada usia 11 tahun. Akan tetapi menarke bisa juga
terjadi pada usia 8 tahun atau 16 tahun. Menstruasi merupakan pertanda

15

masa reproduktif pada kehidupan seorang wanita yang dimulai dari menarke
sampai terjadinya menopause.
Hari pertama terjadinya perdarahan dihitung sebagai awal setiap siklus
menstruasi. Siklus berakhir tepat sebelum siklus menstruasi berikutnya.
Siklus menstruasi berkisar antara 21-40 hari. Hanya 10-15% wanita yang
memiliki siklus 28 hari. Jarak antara siklus yang paling panjang biasanya
terjadi sesaat setelah menarke dan sesaat sebelum menopause.
Pada awalnya, siklus mungkin tidak teratur. Jarak antara 2 siklus bisa
berlangsung selama 2 bulan atau dalam 1 bulan mungkin terjadi 2 siklus.
Hal ini adalah sesuatu yang normal. Setelah beberapa lama, siklus akan
menjadi lebih teratur. Siklus dan lamanya menstruasi bisa diketahui dengan
membuat catatan pada kalender.
Setiap bulan, setelah hari ke5 dari siklus menstruasi endometrium
mulai tumbuh dan menebal sebagai persiapan terhadap kemungkinan
terjadinya kehamilan. Sekitar hari ke14, terjadi pelepasan telur dari ovarium
(ovulasi). Sel telur ini akan masuk kedalam salah satu tuba fallopi. Di dalam
tuba fallopi bisa terjadi pembuahan oleh sperma. Jika terjadi pembuahan, sel
telur akan masuk ke dalam rahim dan mulai tumbuh menjadi janin.
Sekitar hari ke 28, jika tidak terjadi pembuahan maka endometrium
akan dilepaskan dan terjadi perdarahan (siklus menstruasi). Siklus bisa
terjadi selama 3-5 hari, kadang sampai 7 hari. Proses pertumbuhan dan
penebalan endometrium kemudian dimulai lagi pada siklus berikutnya.
2.6.1 Fase-fase Siklus Menstruasi
a. Fase Folikuler
Fase ini dimulai dari hari pertama sampai sesaat sebelum kadar
LH meningkat dan terjadi pelepasan sel telur (ovulasi).
Dinamakan sebagai fase folikuler karena pada saat ini terjadi
pertumbuhan folikel di dalam ovarium. Pada pertengahan fase
folikuler, kadar FSH sedikit meningkat sehingga merangsang
pertumbuhan

sekitar

3-30

folikel

yang

masing-masing

mengandung 1 sel telur. Tetapi hanya 1 folikel yang akan terus


tumbuh sementara yang lainnya hancur. Pada suatu siklus,

16

sebagian endometrium dilepaskan sebagai respon terhadap


penurunan

kadar

hormone

estrogen

dan

progesterone.

endometrium terdiri dari 3 lapisan. Lapisan paling atas dan


lapisan paling tengah dilepaskan sedangkan lapisan dasarnya tetap
dipertahankan dan menghasilkan sel-sel baru untuk kembali
membentuk kedua lapisan yang telah dilepaskan. Pendarahan
pada menstruasi berlangsung selama 3-7 hari rata-rata selama 5
hari. Darah yang hilang sebanyak 28-283 gram. Darah menstruasi
biasanya tidak membeku kecuali jika pendarahannya sangat
hebat.
b. Fase Ovulatori
Fase ini dimulai ketika kadar LH meningkat. Selain itu, pada
fase ini pula sel telur dilepaskan. Sel telur biasanya dilepaskan
dalam waktu 16-32 jam setelah terjadinya peningkatan kadar LH.
Folikel yang matang akan menonjol dari permukaan ovarium.
Akhirnya folikel akan pecah dan melepaskan sel telur. Pada saat
ovulasi ini beberapa wanita merasakan nyeri tumpul pada perut
bagian bawahnya. Rasa nyeri ini dikenal sebagai mittelschmerz
yang berlansung selama beberapa menit atau beberapa jam.
c. Fase Luteal
Fase ini terjadi setelah ovulasi dan berlangsung selama sekitar
14 hari. Setelah melepaskan sel telur, folikel yang pecah kembali
menutup dan membentuk korpus luteum yang menghasilkan
sejumlah besar progesterone. Progesterone menyebabkan suhu
tubuh sedikit meningkat selama fase luteal dan tetap tinggi sampai
siklus yang baru dimulai. Peningkatan suhu ini bisa digunakan
untuk memperkirakan terjadinya ovulasi. Setelah 14 hari, korpus
luteum akan hancur dan siklus yang baru akan dimulai, kecuali jika
terjadi pembuahan. Jika telur dibuahi korpus luteum mulai
menghasilkan HCG (human chorionic gonadotropin). Hormone ini
memelihara korpus luteum yang menghasilkan progesterone

17

sampai janin bisa menghasilkan hormonnya sendiri. Tes kehamilan


didasarkan pada adanya peningkatan kadar HCG.
2.7 Fertilisasi
Sel telur pada ovarium. Setiap bulan, satu ovarium melepaskan telur.
Biasanya hanya satu telur yang dilepaskan setiap 28 hari. Ovarium itu
biasanya secara bergantian melepaskan sel telur. Peristiwa pelepasan sel
telur dari ovarium disebut ovulasi. Pada saat terlepas dari ovarium, telur
bergerak menuju saluran yang disebut oviduk, yaitu organ berbentuk saluran
yang menghubungkan antara ovarium dan rahim (uterus).
Pada waktu kontak seksual (kopulasi) terjadi, sperma akan disuntikkan
oleh serangkaian otot-otot yang mengalami kontraksi dari uretra laki-laki
menuju vagina perempuan. Meskipun jumlah sperma mencapai jutaan yang
dapat masuk kedalam vagina, tetapi yang sampai keuterus hanya beberapa
ratus saja. Beberapa sperma itu seterusnya akan masuk ke oviduk dan proses
fertilisasi akan terjadi jika didalam oviduk ada sel telur yang sudah siap
dibuahi. Meskipun demikian hanya satu sperma yang dapat melakukan
fertilisasi. Sperma yang sampai pada sel telur akan melakukan pernetasi. Sel
sperma dan sel telur yang tadinya bersifat haploid setelah bergabung
(fertilisasi) akan menjadi zigot yang diploid.
Setelah terjadi fertilisasi, telur yang telah dibuahi menjadi embrio.
Setelah 5 hari (120 jam) dari fertilisasi, embrio bergerak dari oviduk menuju
keuterus. Selanjutnya embrio akan menempel pada dinding uterus. Ditempat
ini embrio akan berkembang biak selama 40 minggu untuk menjadi bayi.
2.7.1 Tahapan Proses Fertilisasi
1. Begitu lepas dari Ovarium. Oosit akan melengkapi Meiosis 1 dan
memulai Meiosis 2 (berhenti di Metafase II) sambil bergerak
menuju Oviduct dengan bantuan epitel bersilia.
2. Setelah sperma diejakulasi, sperma bergerak dari serviks (leher
rahim), uterus, hingga tiba di oviduct/tuba fallopi. Dibutuhkan
waktu 14-72 jam bagi sperma untuk membuahi Oosit.

18

3. Kapasitasi Spermatozoa di Oviduct adalah masa penyesuaian


dalam saluran reproduksi wanita di mana terjadi pelepasan
selubung glikoprotein dan protein-protein plasma semen yang
membungkus akrosom yang berlangsung kira-kira 7 jam pada
manusia, selain itu Spermatozoa diberi nutrisi dan ATP oleh
jaringan Oviduct.
4. Sperma dapat menembus oosit sekunder karena baik sperma maupun
oosit sekunder menghasilkan enzim dan senyawa tertentu sehingga
terjadi aktivitas yang saling mendukung. Pada sperma terjadi Reaksi
Akrosom, yaitu pelepasan enzim-enzim yang dapat menembus dinding
Oosit, diantaranya:
a. Hialuronidase, enzim yang dapat melarutkan senyawa hilarunoid yang
terdapat pada lapisan korona radiata.
b. Akrosin, protease yang dapat menghancurkan glikoprotein pada zona
pelusida.
c. Antifertilizin, antigen terhadap oosit sekunder sehingga sperma dapat
melekat pada oosit sekunder.
Selain sperma, oosit sekunder juga mengeluarkan senyawa
tertentu. Senyawa

tersebut adalah

fertilizin,

yang

tersusun

atas

glikoprotein yang berfungsi:


a. Mengaktifkan sperma agar bergerak lebih cepat.
b. Menarik sperma secara kemostaksis positif.
c. Mengumpulkan sperma di sekeliling oosit sekunder.
5. Fusi membran Oosit dan membran Sperma sehingga terjadi Reaksi
Granula Korteks Oosit untuk mencegah lebih dari 1 spema yang masuk
(anti polispermia) dengan cara :
a. Perubahan tegangan listrik membran Oosit dari 20 V menjadi 60 V.
b. Terbentuk membran fertilisasi.

19

MAKALAH SISTEM REPRODUKSI PADA


PRIA DAN WANITA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1 KELAS S1-2A

1. Achmad Rizal S.

(141.0001)

2. Afif Syihabudin

(141.0003)

3. Aisya Niswatul K.

(141.0005)

4. Alfiana

(141.0007)

5. Amalia Nur Fahima

(141.0009)

PEMBIMBING :
Dwi Ernawati, M.Kep. Ns

20

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA


PRODI S-1 KEPERAWATAN
TAHUN 2015-2016

21

Anda mungkin juga menyukai