ASUHAN KEPERAWATAN
CEREBRAL PALSY
Dosen pembimbing:
Khotimah S.Kep Ns., M.Kep
Kelompok 07
1. Mohammad Raf Sanjani (7316009)
2. Shofi Nur Faidati (7316018)
Hari : Ahad
Disetujui oleh :
Dosen pembimbing
Kami mempunyai kopi dari makalah ini jika makalah yang dikumpulkan hilang atau
rusak. Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang lain
kecuali yang telah ituliskan dalam refrensi, serta tidak ada seorangpun yang membuatkan
makalah ini untuk kami.
Alhamdulillah, Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan asuhan keperawatan yang berjudul ”Cerebral
Palsy”
Semoga dengan asuhan keperawatan ini dapat menunjang dalam proses belajar.
Penulis pun menyadari sepenuhnya bahwa asuhan keperawatn ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
asuhan keperawatan ini.
Semoga asuhan keperawatan ini dapat menambah wawasan pembaca agar mengetahui
dan menambah ilmu tentang “Cerebral Palsy”
Akhirnya penulis memohon petunjuk dan perlindungan kepada Allah SWT, semoga
asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iv
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.2 Tujuan..........................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
KONSEP DASAR......................................................................................................................2
2.1 Definisi........................................................................................................................2
2.2 Klasifikasi....................................................................................................................2
2.3 Etiologi........................................................................................................................4
2.4 Patofisiologi.................................................................................................................5
2.8 Komplikasi..................................................................................................................9
2.9 Pathway.....................................................................................................................10
..............................................................................................................................................10
BAB III.....................................................................................................................................11
ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................................................11
3.1 Pengkajian.................................................................................................................11
BAB IV....................................................................................................................................19
PENUTUP................................................................................................................................19
4.1 Kesimpulan................................................................................................................19
4.2 Saran..........................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1) Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada Cerebral Palsy
2) Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian Cerebral Palsy
b. Untuk mengetahui penyebab dari Cerebral Palsy
c. Untuk mengetahui penanganan pada Cerebral Palsy
BAB II
KONSEP DASAR
2.1 Definisi
Paralisis Serebral ( Serebral Palsy ) ialah suatu keadaan kerusakan jaringan
otak yang kekal dan tidak progresif, terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan)
serta merintangi perkembangan otak normal dengan gambaran klinis dapat berubah
selama hidup dan menunjukkan kelainan dalam sikap dan pergerakan, disertai
kelainan dalam sikap dan pergerakan, disertai kelainan neurologis berupa kelumpuhan
spastis, gangguan ganglia basal dan serebelum juga kelainan mental. Penyebab
paralisis serebral dapat di bagi dalam 3 bagian, yaitu pranatal, perinatal, dan
pascanatal. (Ngastiyah, 2003).
Cerebral palsy ialah suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang kekal dan
tidak progresif, terjadi pada waktu masih muda dan merintangi perkembangan otak
normal dengan gambaran klinis dapat berubah selama hidup dan menunjukkan
kelainan dalam sikap dan pergerakan, disertai kelainan neurologis berupa kelumpuhan
spastis, gangguan ganglia basal dan sereblum dan kelainan mental (Kowalak, 2011).
Kondisi ini terjadi karena adanya gangguan pada fungsi otak serta gangguan
syaraf yang mengendalikan sitem auditor, sensor dan kognisi anak. Penderita serebral
palsi juga mengalami keterbatasan gerak karena kekakuan tubuh, lunglai, lemas
sehingga tidak mampu menggerakkan otot-otot lengan dan kaki bahkan otot wicara
sehingga anak akan mengalami gangguan berbicara dengan variasi kesulitan lainnya
(French, dalam Rohmani, 2012, dalam Emy, Widya, dan Nia, 2017).
2.2 Klasifikasi
Cerebral palsy di klasifikasikan menurut tonus saat istirahat dan anggota tubuh
yang terlibat (disebut dominasi topografi). Cerebral palsy spastik karena lesi
korteks/traktus pyramidal adalah jenis yang paling umum dan menyumbang sekitar
80% kasus, jenis cerebral ini di tandai dengan kekejangan, hyperreflexia, clonus, dan
peningkatan reflexs Babinski. Cerebral palsy ekstrapiramidal atau dyskinetic terdiri
dari 10-15% gangguan ini dan di tandai lebih menurut gerakan tak terkendali
abnormal.
Jenis-jenis khas dari Cerebral Palsy adalah sebagai berikut:
a) Golongan Ringan
b) Golongan Sedang
Penderita sama sekali tidak dapat melakukan aktivitas fisik dan tidak mungkin
dapat hidup tanpa pertolongan orang lain. Pendidikan atau latihan khusus sangat
sedikit hasilnya.Sebaiknya penderita seperti ini di tamping pada tempat perawatan
khusus. (Ngastiyah, 2003)
2.3 Etiologi
Penyebab cerebral palsy dapat dibagi dalam tiga bagian, yaitu prenatal,
perinatal, dan pascanatal :
1) Pranatal
Infeksi terjadi dalam masa kandungan, menyebabkan kelainan pada janin,
misalnya oleh lues, toksoplasmosis, rubella, dan penyakit inklusi sitomegalik.
Kelainan yang menyolok biasanya gangguan pergerakan dan retardasi mental.
Anoksia dalam kandungan, terkena radiasi sinar X dan keracunan kehamilan
dapat menimbulkan “ Cerebral Palsy”.
2) Perinatal
a. Anoksia atau hipoksia
Penyebab yang terbanyak ditemukan dalam masa perinatal ialah “brain
injury”. Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya anoksia.
Hal ini terdapat pada keadaan presentasi bayi abnormal, disproporsi
sefalo-pelvik, partus lama, plasenta previa, infeksi plasenta, partus
menggunakan bantuan instrument tertentu dan lahir dengan seksia kaesar.
b. Perdarahan Otak
Perdarahan anoksia dapat terjadi bersama-sama, sehingga sukar
membedakannya, misalnya perdarahan yang mengelilingi batang otak,
mengganggu pusat pernafasan dan peredaran darah sehingga terjadi anoksia.
Perdarahan dapat terjadi di ruang subaraknoid akan menyebabkan
penyumbatan CSS sehingga mengakibatkan hidrosefalus. Perdarahan di
ruang subdural dapat menekan korteks serebri sehingga timbul kelumpuhan
spastis.
c. Prematuritas
Bayi kurang bulan mempunyai kemungkinan menderita perdarahan
otak lebih banyak dibandingkan bayi cukup bulan, karena pembuluh darah,
enzim, factor pembekuan darah dan lain-lain masih belum sempurna.
d. Ikterus
Ikterus pada masa neonatus dapat menyebabkan kerusakan jaringan
otak yang kekal akibat masuknya bilirubin ke ganglia basal, misalnya pada
kelainan inkompatibilitas golongan darah.
e. Meningitis Purulenta
Meningitis purulenta pada masa bayi bila terlambat atau tidak tepat
pengobatannya akan mengakibatkan gejala sisa berupa “ Cerebral Palsy”
3) Pascanatal
Setiap kerusakan pada jaringan otak yang mengganggu perkembangan dapat
menyebabkan “Cerebral Palsy”. Misalnya pada trauma kapatis, meningitis,
ensefalitis dan luka parut pada otak pasca-operasi. (Buku Kuliah Ilmu Kesehatan
Anak Jilid 2 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia)
2.4 Patofisiologi
Adanya malformasi pada otak, penyumbatan pada vaskuler, atropi, hilangnya
neuron dan degenerasi laminar akan menimbulkan berat otak rendah, Anoxia
merupakan penyebab yang berarti dengan kerusakan otak. Type athetoid/dyskenetik
disebabkan oleh kernicterus dan penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, adanya
pigmen berdeposit dalam basal ganglia dan beberapa saraf nuclei cranial. Secara
umun cortical dan antropy cerebral menyebabkan beratnya kuadriparesis dengan
retardasi mental ( Wong’s, 2010)
Kelainan tergantung dari berat ringannya asfiksia yang terjadi pada otak. Pada
keadaan yang berat tampak ensefalomalasia kistik multiple atau iskemia yang
menyeluruh. Pada keadaan yang lebih ringan terjadi “ Pathcy Necrosis” di daerah
paraventrikuler substansia alba dan dapat terjadi atrofi yang difus pada substansia
grisea korteks serebri. Kelainan tersebut dapat fokal atau menyeluruh tergantung
tempat terkena.
1) Spastisitas
Terdapat peninggian tonus otot dan reflex yang disertai dengan klonus dan
reflex Babinski yang positif. Tonus otot yang meninggi itu menetap dan tidak
hilang meskipun penderita dalam keadaan tidur. Peninggian tonus ini tidak sama
derajadnya pada suatu gabungan otot, karena itu tampak sikap yang khas dengan
kecenderungan terjadi kontraktur, misalnya lengan dalam aduksi, fleksi pada
sendi siku dan pergelangan tangan dalam pronasi serta jari-jari dalam fleksi
sehingga posisi ibu jari melintang di telapak tangan. Tangkai dalam sikap aduksi,
fleksi pada sendi paha dan lutut, kaki dalam fleksi plantar dan telapak kaki
berputar ke dalam.
“Tonic neck reflex” dan reflex neonatal menghilang pada waktunya.
Kerusakan biasanya terletak di traktus kortikospinalis. Golongan spastisitas ini
meliputi 2/3-3/4 penderita “Cerebral Palsy”.
Bentuk kelumpuhan spastisitas tergantung kepada letak dan besarnya
kerusakan , yaitu :
a. Monoplegia/ monoparasis : kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi salah
satu anggota gerak lebih hebat dari yang lainnya.
b. Hemiplegia/ hemiparasis : kelumpuhan lengan dan tungkai dipihak yang
sama.
c. Diplegia/ diparesis : kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi tungkai lebih
atau sama hebatnya dibandingkan dengan lengan.
d. Tetraplegia/ tetraparesis : kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi lengan
lebih atau sama hebatnya dibandingkan dengan tungkai.
2) Tonus otot yang berubah
Bayi pada golongan ini pada usia bulan pertama tampak flasid dan berbaring
seperti kodok terlentang, sehingga tampak seperti kelainan pada “lower motor
neuron”. Menjelang umur 1 tahun barulah terjadi perubahan tonus otot dari
rendah hingga tinggi. Bila dibiarkan berbaring tampak flasid dan sikapnya seperti
kodok terlentang, tetapi bila diransang atau mulai diperiksa tonus ototnya berubah
menjadi spastis. Reflek otot yang normal dan refleks babinski negatif, tetapi yang
khas ialah refleks neonatal dan ‘tonik neck reflex’ menetap. Kerusakan biasanya
terletak dibatang otak dan disebabkan oleh asfiksia perinatal atau ikterus.
Golongan ini meliputi 10-20% dari kasus “cerebral palsy”.
3) Koreo-atetosis
Kelainan yang khas ialah sikap yang abnormal dengan pergerakan yang
terjadi dengan sendirinya (involuntary movement). Pada 6 bulan pertama tampak
bayi flasid, tapi sesudah itu barulah muncul kelainan terebut. Refleks noenatal
menetap dan tampak adanya perubahan tonus otot. Dapat timbul juga gejala
spastisitas dan ataksia. Kerusakan terletak di ganglia basal dan disebabkan oleh
asfiksia berat atau ikterus kem pada masa neonatus. Golongan ini meliputi 5-15%
dari kasus “cerebral palsy”.
4) Ataksia
Ataksia adalah gangguan koordinasi. Bayi dalam golongan ini biasanya flasid
dan menunjukkan perkembangan motorik yang terlambat.
Kehilangan keseimbangan tampak bila mulai belajar duduk. Mulai berjalan
sangat lambat dan semu pergerakan canggung dan kaku. Kerusakan terletak di
serebelum. Tedapat kira-kira 5% dari kasus “cerebral palsy”
5) Gangguan pendengaran
Terdapat pada 5-10% anak dengan “cerebral palsy”. Gangguan berupa
kelainan neurogen terutama persepsi nada tinggi, sehingga sulit menangkap kata-
kata. Terdapat pada golongan koreo-atetosis.
6) Gangguan bicara
Disebabkan oleh gangguan pendengaran atau retardasi mental. Gerakan yang
terjadi dengan sendirinya di bibir dan lidah menyebabkan sukar mengontrol otot-
otot tersebut sehingga anak sulit membentuk kata-kata dan sering tampak anak
berliur.
7) Gangguan mata
Gangguan mata biasanya berupa strabismus konvergen dan kelainan refleksi.
Pada keadaan asfiksia yang berat dapat terjadi katarak. Hampir 25% penderita
“cerebral palsy” menderita kelainan mata. (Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak
Jilid 2 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia)
a. Fisioterapi
Tindakan ini harus segera dimulai secara intensif. Orang tua turut membantu
program latihan di rumah. Untuk mencegah kontraktur perlu diperhatikan posisi
penderita pada waktu istirahat dan tidur. Bagi penderita yang berat dianjurkan
untuk sementara tinggal disuatu pusat latihan. Fisioterapi ini dilakukan sepanjang
penderita hidup.
b. Pembedahan
c. Pendidikan
d. Obat-obatan
2.7 Komplikasi
a) Katarak
b) Hidrosepalus
c) Retardasi mental
d) Strain/ketegangan
e) Hilang pendengaran
f) Gangguan visual
g) Penyimpangan perilaku
h) Inkontinensia
i) Ataksi
2.8 Pathway
Cerebral Palsy
MK : Hambatan
MK : MK : Interaksi Sosial
Ketidakefektifan Hambatan
Perfusi Jaringan mobilitas fisik
Perifer
Kerusakan
Jaringan
MK : Resiko
Cedera
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Identifikasi anak yang mempunyai resiko.
b. Jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada wanita
c. Kesukaran dalam makan, keterlambatan perkembangan, perkembangan,
pergerakan kurang, postur.
d. Monitor respon untuk bermain
e. Perkembangan fungsi intelektual.
3.6
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Cerebral palsy ialah suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang kekal dan
tidak progresif, terjadi pada waktu masih muda dan merintangi perkembangan otak
normal dengan gambaran klinis dapat berubah selama hidup dan menunjukkan
kelainan dalam sikap dan pergerakan, disertai kelainan neurologis berupa
kelumpuhan spastis, gangguan ganglia basal dan sereblum dan kelainan mental.
Cerebral palsy biasanya disebabkan oleh meningitis, oksigen di otak tidak cukup,
dan masih ada beberap lagi seperti yang telah dijabarkan di atas.
4.2 Saran
Dalam melakukan asuhan keperawatan perlu adanya pendekatan untuk
menciptakan hubungan saling percaya agar pasien mau mengungkapkan masalahnya
sehingga perawat dapat menjalankan asuhan keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Sudarwati, Emy, Perdhani, Widya Caterine, Budiana, Nia, Pengantar Psikolinguistik,
Malang, UB Press, 2017
Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta, Buku Kedokteran EGC. , 2003
Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Bagian 2.1985.Neurologi,oleh Staf Pengajar Ilmu
Kesehatan Anak. Jakarta: FKUI
Kedokteran
Moorhead. Sue, johnson marion, mass L meridean, swanson elizabeth. Mocomedia, Nursing