Anda di halaman 1dari 26

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN

CEREBRAL PALSY

Dosen pembimbing:
Khotimah S.Kep Ns., M.Kep

Kelompok 07
1. Mohammad Raf Sanjani (7316009)
2. Shofi Nur Faidati (7316018)

PROGAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM JOMBANG
2018-2019
LEMBAR PENGESAHAN
Tugas makalah dan konsep asuhan keperawatan “cerebral palsy” telah disahkan dan
disetujui pada:

Hari : Ahad

Tanggal : 14 oktober 2018

Disetujui oleh :

Dosen pembimbing

(Khotimah S.Kep Ns., M.Kep)


LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini kami menyatakan bahwa:

Kami mempunyai kopi dari makalah ini jika makalah yang dikumpulkan hilang atau
rusak. Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang lain
kecuali yang telah ituliskan dalam refrensi, serta tidak ada seorangpun yang membuatkan
makalah ini untuk kami.

Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidakjujuran akademik, kami bersedia


mendapatkan sangsi sesuai peraturan yang berlaku.

Jombang, 14 Oktober 2018

NO NAMA NIM TANDA TANGAN MAHASISWA


1 Moh. Raf Sanjani 7316009
2 Shofi Nur Faidati 7316018
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-Nya
akhirnya kami dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan Cerebral Palsy. Adapun asuhan
keperawatan ini dibuat adalah untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah dari Ibu Khotimah S.Kep
Ns., M.Kep selaku Dosen Mata Kuliah  Keperawatan Medikal Medah, yang diselesaikan
sesuai sumber yang diberikan dalam penugasan.

Alhamdulillah, Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan asuhan keperawatan yang berjudul ”Cerebral
Palsy”

Semoga dengan asuhan keperawatan ini dapat menunjang dalam proses belajar.
Penulis pun menyadari sepenuhnya bahwa asuhan keperawatn ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
asuhan keperawatan ini.
Semoga asuhan keperawatan ini dapat menambah wawasan pembaca agar mengetahui
dan menambah ilmu tentang “Cerebral Palsy”
Akhirnya penulis memohon petunjuk dan perlindungan kepada Allah SWT, semoga
asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.

Jombang, 26 September 2018


DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................................ii

KATA PENGANTAR..............................................................................................................iii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iv

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Tujuan..........................................................................................................................1

BAB II........................................................................................................................................2

KONSEP DASAR......................................................................................................................2

2.1 Definisi........................................................................................................................2

2.2 Klasifikasi....................................................................................................................2

2.3 Etiologi........................................................................................................................4

2.4 Patofisiologi.................................................................................................................5

2.5 Faktor Resiko...............................................................................................................6

2.6 Manifestasi Klinis........................................................................................................6

2.7 Penatalaksanaan Medis................................................................................................8

2.8 Komplikasi..................................................................................................................9

2.9 Pathway.....................................................................................................................10

..............................................................................................................................................10

BAB III.....................................................................................................................................11

ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................................................11

3.1 Pengkajian.................................................................................................................11

3.2 Pemeriksaan Fisik......................................................................................................11

3.3 Pemeriksaan Penunjang.............................................................................................11


3.4 Diagnosa Keperawatan..............................................................................................11

3.5 Intervensi dan Implementasi......................................................................................12

BAB IV....................................................................................................................................19

PENUTUP................................................................................................................................19

4.1 Kesimpulan................................................................................................................19

4.2 Saran..........................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Paralisis Serebral ( Serebral Palsy ) ialah suatu keadaan kerusakan jaringan otak
yang kekal dan tidak progresif, terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan) serta
merintangi perkembangan otak normal dengan gambaran klinis dapat berubah selama
hidup dan menunjukkan kelainan dalam sikap dan pergerakan, disertai kelainan dalam
sikap dan pergerakan, disertai kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastis,
gangguan ganglia basal dan serebelum juga kelainan mental. Penyebab paralisis
serebral dapat di bagi dalam 3 bagian, yaitu pranatal, perinatal, dan pascanatal.
(Ngastiyah : Perawatan ANAK SAKIT Edisi 2 : 2003).

Cerebral Palsy (CP) adalah ensefalopati statis yang mungkin di definisikan


sebagai kelainan postur dan gerakan non-progresi sering di sertai dengan epilepsy dan
ketidaknormalan bicara, penglihatan, dan kecerdasan akibat dari cacat atau lesi otak
yang sedang berkembang. CP merupakan suatu kelainan yang di perkirakan
prevalensi 2/1.000 populasi.

1.2 Tujuan
1) Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada Cerebral Palsy
2) Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian Cerebral Palsy
b. Untuk mengetahui penyebab dari Cerebral Palsy
c. Untuk mengetahui penanganan pada Cerebral Palsy
BAB II

KONSEP DASAR

2.1 Definisi
Paralisis Serebral ( Serebral Palsy ) ialah suatu keadaan kerusakan jaringan
otak yang kekal dan tidak progresif, terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan)
serta merintangi perkembangan otak normal dengan gambaran klinis dapat berubah
selama hidup dan menunjukkan kelainan dalam sikap dan pergerakan, disertai
kelainan dalam sikap dan pergerakan, disertai kelainan neurologis berupa kelumpuhan
spastis, gangguan ganglia basal dan serebelum juga kelainan mental. Penyebab
paralisis serebral dapat di bagi dalam 3 bagian, yaitu pranatal, perinatal, dan
pascanatal. (Ngastiyah, 2003).

Cerebral palsy ialah suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang kekal dan
tidak progresif, terjadi pada waktu masih muda dan merintangi perkembangan otak
normal dengan gambaran klinis dapat berubah selama hidup dan menunjukkan
kelainan dalam sikap dan pergerakan, disertai kelainan neurologis berupa kelumpuhan
spastis, gangguan ganglia basal dan sereblum dan kelainan mental (Kowalak, 2011).

Kondisi ini terjadi karena adanya gangguan pada fungsi otak serta gangguan
syaraf yang mengendalikan sitem auditor, sensor dan kognisi anak. Penderita serebral
palsi juga mengalami keterbatasan gerak karena kekakuan tubuh, lunglai, lemas
sehingga tidak mampu menggerakkan otot-otot lengan dan kaki bahkan otot wicara
sehingga anak akan mengalami gangguan berbicara dengan variasi kesulitan lainnya
(French, dalam Rohmani, 2012, dalam Emy, Widya, dan Nia, 2017).

2.2 Klasifikasi
Cerebral palsy di klasifikasikan menurut tonus saat istirahat dan anggota tubuh
yang terlibat (disebut dominasi topografi). Cerebral palsy spastik karena lesi
korteks/traktus pyramidal adalah jenis yang paling umum dan menyumbang sekitar
80% kasus, jenis cerebral ini di tandai dengan kekejangan, hyperreflexia, clonus, dan
peningkatan reflexs Babinski. Cerebral palsy ekstrapiramidal atau dyskinetic terdiri
dari 10-15% gangguan ini dan di tandai lebih menurut gerakan tak terkendali
abnormal.
Jenis-jenis khas dari Cerebral Palsy adalah sebagai berikut:

a. Spastic Hemiplegia (20-30%)- cerebral palsy terutama mempengaruhi 1 sisi tubuh,


termasuk lengan dan kaki, dengan keterlibatan kelenturan ekstremitas atas lebih
dari kelenturan ekstremitas bawah. Jika kedua lengan lebih terlibat dari pada kaki,
kondisi tersebut dapat di klarifikasikan sebagai hemiplegiaganda.
b. Spastic Diplegia (30-40%)- Cerebral palsy mempengaruhi ekstremitas bawah
bilateral lebih dari ekstremitas atas dalam beberapa kasus, ekstremitas bawah yang
hanya terlibat.
c. Spastic Quadriplegia (10-15%)- Cerebral palsy mempengaruhi semua 4 ekstremitas
dan tubuh penuh.
d. Cerebral palsy dyskinetic (athetoid, choreoathetoid, dan dystonic)- cerebral palsy
dengan tanda-tanda ekstrapiramida di tandai dengan gerakan abnormal
hipertonisitas sering terkait.
e. Cerebral palsy campuran-cerebral palsy tanpa di domitasi kualitas tunggal tonus
tertentu tonal biasanya di tandai dengan campuran komponen kejang dan
dyskinetic.
f. Cerebral palsy hipotonik- cerebral palsy dengan hipotonia truncal dan ektremitas
dengan hyperreflexia dan reflex primitif persisten di anggap langka.
g. Monoplegia-langka ; keterlibatan di catat dalam 1 anggota tubuh, baik lengan atau
kaki. Jika pasien memiliki monoplegia, upaya harus dilakukan untuk
menyingkirkan penyebab lain dari cerebral palsy.

System klarifikasi fungsional umumnya membagi pasien menjadi jenis ringan,


sedang, berat (tergantung pada keterbatasan fungsional). Berdasarkan derajad
kemampuan fungsional :

a) Golongan Ringan

Penderita masih dapat melakukan pekerjaan aktivitas sehari-hari sehingga


sama sekali /hanya sedikit membutuhkan bantuan.

b) Golongan Sedang

Aktivitas sangat terbatas sekali. Penderita membutuhkan bermacam-macam


bantuan atau pendidikan khusus agar dapat mengurus dirinya sendiri, bergerak,
atau berbicara sehingga dapat bergaul dengan masyarakat yang baik.
c) Golongan Berat

Penderita sama sekali tidak dapat melakukan aktivitas fisik dan tidak mungkin
dapat hidup tanpa pertolongan orang lain. Pendidikan atau latihan khusus sangat
sedikit hasilnya.Sebaiknya penderita seperti ini di tamping pada tempat perawatan
khusus. (Ngastiyah, 2003)

2.3 Etiologi
Penyebab cerebral palsy dapat dibagi dalam tiga bagian, yaitu prenatal,
perinatal, dan pascanatal :

a. Pranatal: Pelekatan plasenta yang abnormal Anoxia.


b. Perinatal: Oksigenasi otak yang tidak cukup, Kelahiran multiple, Kelahiran
premature.
c. Childhood: meningitis, injury otak, toxin. (Wong, 2010)

Penyebabnya dapat dibagi dalam 3 bagian, yaitu pranatal, perinatal, dan


pascanatal.

1) Pranatal
Infeksi terjadi dalam masa kandungan, menyebabkan kelainan pada janin,
misalnya oleh lues, toksoplasmosis, rubella, dan penyakit inklusi sitomegalik.
Kelainan yang menyolok biasanya gangguan pergerakan dan retardasi mental.
Anoksia dalam kandungan, terkena radiasi sinar X dan keracunan kehamilan
dapat menimbulkan “ Cerebral Palsy”.
2) Perinatal
a. Anoksia atau hipoksia
Penyebab yang terbanyak ditemukan dalam masa perinatal ialah “brain
injury”. Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya anoksia.
Hal ini terdapat pada keadaan presentasi bayi abnormal, disproporsi
sefalo-pelvik, partus lama, plasenta previa, infeksi plasenta, partus
menggunakan bantuan instrument tertentu dan lahir dengan seksia kaesar.
b. Perdarahan Otak
Perdarahan anoksia dapat terjadi bersama-sama, sehingga sukar
membedakannya, misalnya perdarahan yang mengelilingi batang otak,
mengganggu pusat pernafasan dan peredaran darah sehingga terjadi anoksia.
Perdarahan dapat terjadi di ruang subaraknoid akan menyebabkan
penyumbatan CSS sehingga mengakibatkan hidrosefalus. Perdarahan di
ruang subdural dapat menekan korteks serebri sehingga timbul kelumpuhan
spastis.
c. Prematuritas
Bayi kurang bulan mempunyai kemungkinan menderita perdarahan
otak lebih banyak dibandingkan bayi cukup bulan, karena pembuluh darah,
enzim, factor pembekuan darah dan lain-lain masih belum sempurna.
d. Ikterus
Ikterus pada masa neonatus dapat menyebabkan kerusakan jaringan
otak yang kekal akibat masuknya bilirubin ke ganglia basal, misalnya pada
kelainan inkompatibilitas golongan darah.
e. Meningitis Purulenta
Meningitis purulenta pada masa bayi bila terlambat atau tidak tepat
pengobatannya akan mengakibatkan gejala sisa berupa “ Cerebral Palsy”
3) Pascanatal
Setiap kerusakan pada jaringan otak yang mengganggu perkembangan dapat
menyebabkan “Cerebral Palsy”. Misalnya pada trauma kapatis, meningitis,
ensefalitis dan luka parut pada otak pasca-operasi. (Buku Kuliah Ilmu Kesehatan
Anak Jilid 2 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia)

2.4 Patofisiologi
Adanya malformasi pada otak, penyumbatan pada vaskuler, atropi, hilangnya
neuron dan degenerasi laminar akan menimbulkan berat otak rendah, Anoxia
merupakan penyebab yang berarti dengan kerusakan otak. Type athetoid/dyskenetik
disebabkan oleh kernicterus dan penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, adanya
pigmen berdeposit dalam basal ganglia dan beberapa saraf nuclei cranial. Secara
umun cortical dan antropy cerebral menyebabkan beratnya kuadriparesis dengan
retardasi mental ( Wong’s, 2010)

Kelainan tergantung dari berat ringannya asfiksia yang terjadi pada otak. Pada
keadaan yang berat tampak ensefalomalasia kistik multiple atau iskemia yang
menyeluruh. Pada keadaan yang lebih ringan terjadi “ Pathcy Necrosis” di daerah
paraventrikuler substansia alba dan dapat terjadi atrofi yang difus pada substansia
grisea korteks serebri. Kelainan tersebut dapat fokal atau menyeluruh tergantung
tempat terkena.

Adanya malformasi hambatan pada vaskuler, atrofi, hilangnya neuron dan


genenarasi lamiran akan menimbulkan narrowergyiri, suluran sulci dan berat otak
rendah. Cerebral palcy di gambarkan sebagai kekacauan pergerakan dan postur tubuh
yang di sebabkan oleh cacat progressive atau luka otak pada saat anak-anak. Suatu
presentasi cerebral palsi dapat di akibatkan oleh suatu dasar kelainan (struktur otak
awal sebelum di lahirkan, perinatal, atau luka-luka/kerugian setelah kelahiran dalam
kaitan dengan ketidakcukupan vaskuler, toksin, atau infeksi). (Behrman : Ilmu
Kesehatan Anak Edisi 15 : 2000)

2.5 Manifestasi Klinis


Gangguan motoric berupa kelainan fungsi dan lokalisasi serta kelainan bukan
motorik yang menyulitkan gambaran klinis “Cerebral Palsy”. Kelainan fungsi motorik
terdiri dari :

1) Spastisitas
Terdapat peninggian tonus otot dan reflex yang disertai dengan klonus dan
reflex Babinski yang positif. Tonus otot yang meninggi itu menetap dan tidak
hilang meskipun penderita dalam keadaan tidur. Peninggian tonus ini tidak sama
derajadnya pada suatu gabungan otot, karena itu tampak sikap yang khas dengan
kecenderungan terjadi kontraktur, misalnya lengan dalam aduksi, fleksi pada
sendi siku dan pergelangan tangan dalam pronasi serta jari-jari dalam fleksi
sehingga posisi ibu jari melintang di telapak tangan. Tangkai dalam sikap aduksi,
fleksi pada sendi paha dan lutut, kaki dalam fleksi plantar dan telapak kaki
berputar ke dalam.
“Tonic neck reflex” dan reflex neonatal menghilang pada waktunya.
Kerusakan biasanya terletak di traktus kortikospinalis. Golongan spastisitas ini
meliputi 2/3-3/4 penderita “Cerebral Palsy”.
Bentuk kelumpuhan spastisitas tergantung kepada letak dan besarnya
kerusakan , yaitu :
a. Monoplegia/ monoparasis : kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi salah
satu anggota gerak lebih hebat dari yang lainnya.
b. Hemiplegia/ hemiparasis : kelumpuhan lengan dan tungkai dipihak yang
sama.
c. Diplegia/ diparesis : kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi tungkai lebih
atau sama hebatnya dibandingkan dengan lengan.
d. Tetraplegia/ tetraparesis : kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi lengan
lebih atau sama hebatnya dibandingkan dengan tungkai.
2) Tonus otot yang berubah
Bayi pada golongan ini pada usia bulan pertama tampak flasid dan berbaring
seperti kodok terlentang, sehingga tampak seperti kelainan pada “lower motor
neuron”. Menjelang umur 1 tahun barulah terjadi perubahan tonus otot dari
rendah hingga tinggi. Bila dibiarkan berbaring tampak flasid dan sikapnya seperti
kodok terlentang, tetapi bila diransang atau mulai diperiksa tonus ototnya berubah
menjadi spastis. Reflek otot yang normal dan refleks babinski negatif, tetapi yang
khas ialah refleks neonatal dan ‘tonik neck reflex’ menetap. Kerusakan biasanya
terletak dibatang otak dan disebabkan oleh asfiksia perinatal atau ikterus.
Golongan ini meliputi 10-20% dari kasus “cerebral palsy”.
3) Koreo-atetosis
Kelainan yang khas ialah sikap yang abnormal dengan pergerakan yang
terjadi dengan sendirinya (involuntary movement). Pada 6 bulan pertama tampak
bayi flasid, tapi sesudah itu barulah muncul kelainan terebut. Refleks noenatal
menetap dan tampak adanya perubahan tonus otot. Dapat timbul juga gejala
spastisitas dan ataksia. Kerusakan terletak di ganglia basal dan disebabkan oleh
asfiksia berat atau ikterus kem pada masa neonatus. Golongan ini meliputi 5-15%
dari kasus “cerebral palsy”.
4) Ataksia
Ataksia adalah gangguan koordinasi. Bayi dalam golongan ini biasanya flasid
dan menunjukkan perkembangan motorik yang terlambat.
Kehilangan keseimbangan tampak bila mulai belajar duduk. Mulai berjalan
sangat lambat dan semu pergerakan canggung dan kaku. Kerusakan terletak di
serebelum. Tedapat kira-kira 5% dari kasus “cerebral palsy”
5) Gangguan pendengaran
Terdapat pada 5-10% anak dengan “cerebral palsy”. Gangguan berupa
kelainan neurogen terutama persepsi nada tinggi, sehingga sulit menangkap kata-
kata. Terdapat pada golongan koreo-atetosis.
6) Gangguan bicara
Disebabkan oleh gangguan pendengaran atau retardasi mental. Gerakan yang
terjadi dengan sendirinya di bibir dan lidah menyebabkan sukar mengontrol otot-
otot tersebut sehingga anak sulit membentuk kata-kata dan sering tampak anak
berliur.
7) Gangguan mata
Gangguan mata biasanya berupa strabismus konvergen dan kelainan refleksi.
Pada keadaan asfiksia yang berat dapat terjadi katarak. Hampir 25% penderita
“cerebral palsy” menderita kelainan mata. (Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak
Jilid 2 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia)

2.6 Penatalaksanaan Medis


Pengobatan kausal tidak ada, hanya simtomatik. Pada keadaan ini perlu kerja
sama yang baik dan merupakan suatu “team” antara dokter anak, neurolog, psikiater,
dokter mata, dokter THT, ahli ortopedi, psikologi, fisioterapi, “occupational
therapist”, pekerja sosial, guru sekolah luar biasa dan orang tua penderita.

a. Fisioterapi

Tindakan ini harus segera dimulai secara intensif. Orang tua turut membantu
program latihan di rumah. Untuk mencegah kontraktur perlu diperhatikan posisi
penderita pada waktu istirahat dan tidur. Bagi penderita yang berat dianjurkan
untuk sementara tinggal disuatu pusat latihan. Fisioterapi ini dilakukan sepanjang
penderita hidup.

b. Pembedahan

Bila terdapat hipertonus otot atau hiperspastisitas, dianjurkan untuk dilakukan


pembedahan otot, tendon atau tulang untuk reposisi kelainan tersebut. Pembedahan
stereotaktik dianjurkan pada penderita dengan pergerakan koreoatetosis yang
berlebihan.

c. Pendidikan

Penderita “cerebral palsy” dididik sesuai dengan tingkat inteligensinya, di


sekolah luar biasa dan bila mungkin di sekolah biasa bersama-sama dengan anak
yang normal. Mereka sebaiknya diperlakukan sama seperti anak yang normal, yaitu
pulang ke rumah dengan kendaraan bersama-sama, sehingga mereka tidak merasa
diasingkan, hidup dalam suasana normal. Orang tua janganlah melindungi anak
secara berlebihan dan untuk ini pekerja sosial dapat membantu di rumah dengan
nasehat seperlunya.

d. Obat-obatan

Pada penderita dengan kejang diberikan obat antikonvulsan rumat yang


sesuai dengan karakteristik kejangnya, misalnya luminal, dilantin dan sebagainya.
Pada keadaan tonus otot yang berlebihan, obat dari golongan benzodiazepin dapat
menolong, misalnya diazepam, klordiazepoksid (librium), nitrazepam (mogadon).
Pada keadaan koreoatetosis diberikan artan. Imipramin (tofranil) diberikan kepada
penderita dengan depresi. (Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid 2 Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia)

2.7 Komplikasi
a) Katarak
b) Hidrosepalus
c) Retardasi mental
d) Strain/ketegangan
e) Hilang pendengaran
f) Gangguan visual
g) Penyimpangan perilaku
h) Inkontinensia
i) Ataksi
2.8 Pathway

Pranatal Prinatal Pascanatal

- Malformasi kongenital - Anoksia hipoksia - Trauma kapitis


- Infeksi dalam kandungan - Perdarahan Intra kranial - Infeksi
- Radiasi - Trauma lahir - Kern Icterus
- Asfiksia dalam kandungan - Prematuritas

Cerebral Palsy

Kerusakan Kecacatan Kerusakan Kerusakan


Nervus Multifase Motorik Nervus
Okulomotorius Toklearis

Strabismus MK: Kelumpuha Gangguan


Keterlambatan n spastisitas: Pendengaran
Pertumbuhan Hemiplegia
dan Kanan
Perkembangan

MK : Hambatan
MK : MK : Interaksi Sosial
Ketidakefektifan Hambatan
Perfusi Jaringan mobilitas fisik
Perifer

Non operative Operative

Fisioterapi Luka insisi

Kerusakan
Jaringan

MK : Resiko
Cedera
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
a. Identifikasi anak yang mempunyai resiko.
b. Jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada wanita
c. Kesukaran dalam makan, keterlambatan perkembangan, perkembangan,
pergerakan kurang, postur.
d. Monitor respon untuk bermain
e. Perkembangan fungsi intelektual.

3.2 Pemeriksaan Fisik


a. Muskuluskeletal : spastisitas, atakxia
b. Neurosensorik : Gangguan menangkap suara, gangguan berbicara, anak berliur,
bibir dan lidah terjadi pergerakan dengan sendirinya, strabismus konvergen, dan
kelainan refraksi
c. Eliminasi : konstipasi
d. Nutrisi : intake yang kurang

3.3 Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan pendengaran
b. Pemeriksaan penglihatan
c. Pemeriksaan serum anti body terhadap rebula, herper, toksoplasmosis
d. MRI kepala, CT Scan menunjukkan adanya kelainan bawaan, dapat melihat
ukuran atau letak vertical
e. EEG mungkin terlihat gelombang lambat secara fokal atau umum (ensepalitis)
atau volsetasenya meningkat (abses)
f. Analisa kromosom
g. Biopsi
h. Penilaian psikologik

3.4 Diagnosa Keperawatan


a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan edema serebral.
b. Resiko cidera berhubungan dengan gangguan fungsi motorik
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelumpuhan spastisita
d. Gangguan interaksi social berhubungan dengan gangguan pendengaran

3.5 Intervensi dan Implementasi


No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
. Keperawatan Hasil

1. Definisi: Penurunan NOC NIC


sirkulasi darah ke
perifer yang dapat  Circulation Peripheral Sensation
status Mangement
mengganggu kesehatan.
(Manajemen sensasi
 Tissue
Batasan Karakteristik : perfusion: perifer)
cerebral
 Perubahan - Monitor adanya
fungsi motorik Kriteria Hasil : darah tertentu
yang hanya peka
 Kelambatan Mendemonstrasikan terhadap
penyembuhan status sirkulasi yang panas/dingin/taja
luka perifer di tandai dengan : m/tumpul
 Penurunan nadi - Monitor adanya
- Tekanan systole
 Edema dan diastole paretese
dalam rentang - Instruksikan
 Nyeri ektremitas yang di keluarga untuk
 Perubahan harapkan mengobservasi
karakteristik - Tidak ada kulit jika ada isi
kulit (warna, ortostatik atau laserasi
elastisitas, hipertensi - Batasi gerakan
rambut,
- Tidak ada pada kepala,
kelembapan,
tanda-tanda leher, dan
kuku, sensasi,
peningkatan punggung
suhu)
tekanan - Monitor
Faktor yang intracranial kemampuan
Berhubungan : (tidak lebih dari BAB
15 mmHg).
 Kurang - Kolaborasi
pengetahuan Mendemonstrasikan pemberian
tentang factor kemampuan kognitif analgetik
pemberat (mis: yang di tandai
merokok, gaya dengan : - Monitor adanya
hidup monoton, tromboplebitis
trauma, obesitas, - Berkomunikasi
- Diskusikan
asupan garam, dengan jelas
mengenai
imobilitas). dan sesuai
penyebab
kemampuan
perubahan
 Kurang - Menunjukkan sensasi
pengetahuan perhatian,
tentang proses konsentrasi dan
penyakit (mis: orientasi
diabetes,
- Memproses
hyperlipidemia).
informasi
 Diabetes
- Membuat
mellitus
keputusan
 Hipertensi dengan benar

 Merokok Menunjukkan fungsi


sensori motoric
cranial yang utuh :
tingkat kesadaran
membaik, tidak ada
gerakan-gerakan
involunter

2. Risiko cidera NOC : NIC

Definisi : Berisiko  Risk control Environment


mengalami cidera Management
Kriteria Hasil :
sebagai akibat kondisi (Manajemen
lingkungan yang  Klien terbebas lingkungan)
berinteraksi dengan dari cidera
sumber adaptif dan - Sediakan
 Klien mampu lingkungan yang
sumber defensif
menjelaskan aman untuk
individu. cara/metode pasien
Faktor Resiko : untuk
mencegah - Identifikasi
injury/cidera kebutuhan
 Eksternal
keamanan
- Biologis (mis:  Klien mampu pasien, sesuai
tingkat menjelaskan dengan kondisi
imunisasi factor resiko fisik dan fungsi
komunitas, dari kognitif pasien
mikroorganisme lingkungan/peri dan riwayat
) laku personal penyakit
terdahulu pasien
- Zat kimia  Mampu
(mis:racun, memodifikasi - Menghindari
polutan, obat, gaya hidup lingkungan yang
agenens untuk berbahaya
farmasi, mencegah
injury - Menyediakan
alkohol, nikotin,
tempat tidur
pengawet,  Menggunakan
kosmetik, fasilitas yang aman dan
pewarna) kesehatan yang bersih
ada
- Manusia (mis: - Membatasi
agens  Mampu pengunjung
nosocomial, mengenali
- Mengontrol
pola ketegangan perubahan
lingkungan dari
atau factor status kesehatan
kebisingan
koknitif, efektif,
psikomotor) - Memindahkan
barang-barang
- Cara
yang dapat
pemindahan/tra
membahayakan
nsport
- Beriakan
- Nutrisi (mis;
penjelasan pada
desain, struktur,
pasien dan
dan pengaturan
keluarga atau
komunitas,
pengunjung
bangunan,
adanya
dan/atau
perubahan status
peralatan)
kesehatan dan
 Internal penyebab
penyakit
- Profil darah
yang abnormal
(mis:
leukositosis/leu
kopenia,
gangguan factor
koagulasi,
trombositopenia
, sel sabit,
talasemia,
penurunan
hemoglobin)
- Disfungsi
biokimia
- Usia
perkembangan
(fisiologis,
psikososial)
- Disfungsi
efektor
- Disfungsi imun-
autoimun
- Disfungsi
integrative
- Malnutrisi
- Fisik
- Disfungsi
sensorik
- Hipoksia
jaringan
3. Hambatan Mobilitas NOC NIC
Fisik
Definisi : Keterbatasan  Join Movement : Exercise therapy :
pada pergerakan fisik Active ambulation
tubuh atau satu atau  Mobility Level
lebih ekstremitas  Self care : - Monitoring vital
secara mandiri dan ADLS sign sebelum /
terarah.  Transfer sesudah latihan
Batasan Permormance dan lihat respon
karakteristik : Kriteria Hasil: pasien saat latihan
 Penurunan waktu - Kesultasikan
reaksi  Klien meningkat dengan terapi
 Kesulitan dalam aktivitas fisik tentang
membolak-balik fisik rencana ambulasi
posisi  Mengerti tujuan sesuai dengan
dari peningkatan kebutuhan
 Melakukan
mobilitas - Bantu klien untuk
aktivitas lain
 Memverbalisasi menggunakan
sebagai
kan perasaan tongkat saat
pengganti
dalam berjalan dan
pegerakan (mis.
meningkatkan cegah terhadap
meningkatkan
kekuatan dan cedera
perhatian pada
kemampuan Ajarkan pasien
aktivitas orang -
berpindah atau tenaga
lain,
 Memperagakan kesehatan lain
mengendalikan
penggunaan alat tentang teknik
perilaku, fokus
 Bantu untuk ambulasi
pada
mobilisasi Kaji kemampuan
ketunadayaan / -
(walker)
aktivitas sebelum pasien dalam
sakit mobilisasi
 Dipsnea setelah - Latih pasien
beraktivitas dalam pemenuhan
 Perubahan cara kebutuhan ADLs
berjalan secara mandiri
 Gerekan bergetar sesuai
 Keterbatasan kemampuan
- Damping dan
kemampuan bantu pasien saat
melakukan mobilisasi dan
keterampilan bantu penuhi
motoric halus kebutuhanADLs
 Keterbatasan ps
kemampuan - Berikan alat bantu
melakukan jika klien
keterampilan memerlukan
motorik kasar - Ajarkan pasien
 Keterbatasan bagaimana
rentang merubah posisi
pergerakan sendi dan berikan
 Tremor akibat bantuan jika
pergerakan diperlukan
 Ketidakstabilan
postur
 Pergerakan
lambat
 Pergerakan tidak
terkoordinasi
Faktor yang
berhubungan:
 Intoleransi
aktivitas
 Perubahan
metabolism
selular
 Ansietas
 Indeks masa
tubuh diatas
parentil ke 75
sesuai usia
 Gangguan
koknitif
 Konstraktur
 Kepercayaan
budaya tentang
aktivitas sesuai
usia
 Fisik tidak bugar
 Penurunan
ketahanan tubuh
 Penurunan
kendali otot
 Penurunan massa
otot
 Malnutrisi
 Penurunan
kekuatan otot
 Keterlambatan
perkembangan
 Ketidaknyamana
n gaya hidup
monoton
4. Hambatan interaksi NOC NIC
social
Definisi : Insufisiensi  Self esteem, Socialization
atau kelebihan situational Enhancement :
kuantitas atau
ketidakefektifan  Communication  Buat interaksi
kualitas pertukaran impaired verbal trjadwal
sosial Kriteria Hasil
Batasan  Dorong pasien
karakteristik ke kelompok
 Lingkungan
 Ketidaknyaman atau progam
yang suportif
an dalam situasi keterampilan
yang bercirikan
sosial interpersonal
hubungan dan
 Disfungsi tujuan anggota
yang membantu
interaksi meningkatkan
keluarga
dengan orang pemahaman
lain  Menggunakan tentang
 Laporan aktivitas yang pertukaran
keluarga memenangkan, informasi atau
tentang menarik, dan sosialisasi, jika
perubahan menyenangkan perlu
interaksi
untuk
(mis.gaya,pola)  Identifikasi
meningkatkan
 Ketidakmampu perubahan
an untuk kesejahteraan
perilaku tertentu
mengkomunika  Interaksi soaial
sikan rasa  Berikan umpan
dengan orang,
keterikatan balik positif jika
kelompok, dan
sosial yang pasien
organisasi
memuaskan berinteraksi
(mis.rasa  Memahami dengan orang
memiliki, dampak dari lain
perhatian, perilaku diri
minat, berbagi  Fasiltas pasien
pada interaksi
cerita) dalam member
sosial
 Ketidakmampu masukkan dan
an menerima  Mendapatkan / membuat
rasa meningkatkan perencanaan
keterikatan keterampilan
sosial yang  Anjurkan
interaksi sosial
memuaskan bersikap jujur
kerjasama,
(mis.rasa dan apa adanya
ketulusan dan
memiliki, dalam
saling
perhatian, berinteraksi
minat, berbagai
cerita) memahami dengan orang
 Penggunaan lain
perilaku  Mengungkapka
interaksi sosial n keinginan  Anjurkan
yang tidak menghargai
 Berhubungngan
efektif orang lain
dengan orang
Faktor yang
lain  Bantu pasien
Berhubungan:
meningkatkan
 Ketiadaan  Perkembangan
orang terdekat kesadaran
fisik, kognitif,
 Kendala tentang
dan psikososial
komunikasi kekuatan dan
anak sesuai
 Deficit tentang keterbatasan
dengan usianya
cara dalam
meningkatkan berkomunikasi
kebersamaan dengan orang
(mis.pengetahu lain
an,
keterampilan)  Gunakan teknik
 Gangguan bermain peran
proses piker untuk
 Kendala meningkatkan
lingkungan keterampilan
 Hambatan dan teknik
mobilitas fisik berkomunikasi
 Gangguan
 Minta dan
konsep diri
diharapkan
 Ketidaksesuaia
n sosiokultural adanya
 Isolasi komunikasi
terapeutik verbal

3.6
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Cerebral palsy ialah suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang kekal dan
tidak progresif, terjadi pada waktu masih muda dan merintangi perkembangan otak
normal dengan gambaran klinis dapat berubah selama hidup dan menunjukkan
kelainan dalam sikap dan pergerakan, disertai kelainan neurologis berupa
kelumpuhan spastis, gangguan ganglia basal dan sereblum dan kelainan mental.
Cerebral palsy biasanya disebabkan oleh meningitis, oksigen di otak tidak cukup,
dan masih ada beberap lagi seperti yang telah dijabarkan di atas.

4.2 Saran
Dalam melakukan asuhan keperawatan perlu adanya pendekatan untuk
menciptakan hubungan saling percaya agar pasien mau mengungkapkan masalahnya
sehingga perawat dapat menjalankan asuhan keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Sudarwati, Emy, Perdhani, Widya Caterine, Budiana, Nia, Pengantar Psikolinguistik,
Malang, UB Press, 2017

Kowalak. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC. 2011

Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta, Buku Kedokteran EGC. , 2003

Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Bagian 2.1985.Neurologi,oleh Staf Pengajar Ilmu
Kesehatan Anak. Jakarta: FKUI

NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020, Penerbit Buku

Kedokteran

GloriaM. Bulechek, Howard K. Butcher, Joanne M. Dochterman, dan Cheryl M. Wagner,

Nursing Intervention Classification (NIC), United kingdom, 2013.

Moorhead. Sue, johnson marion, mass L meridean, swanson elizabeth. Mocomedia, Nursing

Outcomes Classification (NOC), 2013

Anda mungkin juga menyukai