Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

“ASUHAN KEPERAWATAN NEFROTIK SINDROM (NS)


PADA ANAK”

Disusun : Kelompok 4

1. Zulfa Fatkhu R. (1710056)


2. Wisno Bosa M. (1710054)
3. Keisya M.M.K. (1710024)
4. Elthon J. (1710017)
5. Chandra H. (1710009)
6. Werlin (1610031)
7. Yohana M.R.T

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
ARTHA BODHI ISWARA SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT. yang mana atas
berkat, rahmat, dan karunia-Nya penulis dapat menyusun makalah yang berjudul
“ASUHAN KEPERAWATAN NEFROTIK SINDROM (NS) PADA ANAK”
untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Anak II.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak lepas dari hambatan yang penulis
hadapi, namun penulis menyadari kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak
lain berkat dorongan, bantuan, dan bimbingan semua pihak, sehingga kendala-
kendala yang penulis hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak / ibu dosen mata kuliah Keperawatan Anak II
2. Orang tua yang senantiasa mendukung terselesaikannya makalah ini
3. Rekan kelompok yang telah bekerjasama dalam penyusunan makalah ini
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini tentunya masih banyak
kekurangan, mengingat akan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis.
Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan
penyusunan makalah yang akan datang.

Surabaya , 22 Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................1
C. Tujuan Penulisan...............................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Definisi .........................................................................3
B. Anatomi dan Fisiologi ..................................................4
C. Etiologi .........................................................................7
D. Patofisiologi ..................................................................7
E. Pathway ........................................................................9
F. Manefestasi Klinis ........................................................9
G. Pemeriksaan Penunjang ..............................................10
H. Komplikasi ..................................................................10
I. Penatalaksanaan ..........................................................11
J. Pencegahan .................................................................11
K. Asuhan Keperawatan ..................................................12
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian ...................................................................18
B. Analisa Data ................................................................25
C. Diagnosa Keperawatan ...............................................27
D. Intervensi, Implementasi dan Evaluasi........................28
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................34
B. Saran ..............................................................................34
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sindrom nefrotik (SN) ialah keadaan klinis yang ditandai oleh
proteinuria masif, hipoproteinemia, edema, dan dapat disertai dengan
hiperlipidemia. Angka kejadian SN di Amerika dan Inggris berkisar antara 2-
7 per 100.000 anak berusia di bawah 18 tahun per tahun, sedangkan di
Indonesia dilaporkan 6 per 100.000 anak per tahun, dengan perbandingan
anak laki-laki dan perempuan 2:1. Di Departemen Ilmu Kesehatan Anak
FKUI/RSCM Jakarta, sindrom nefrotik merupakan penyebab kunjungan
sebagian besar pasien di Poliklinik Khusus Nefrologi, dan merupakan
penyebab tersering gagal ginjal anak yang dirawat antara tahun 1995-2000.
Semua penyakit yang mengubah fungsi glomerulus sehingga
mengakibatkan kebocoran protein (khususnya albumin) ke dalam ruang
Bowman akan menyebabkan terjadinya sindrom ini. Etiologi SN secara garis
besar dapat dibagi 3, yaitu kongenital, glomerulopati primer/idiopatik, dan
sekunder mengikuti penyakit sistemik seperti pada purpura Henoch-Schonlein
dan lupus eritematosus sitemik. Sindrom nefrotik pada tahun pertama
kehidupan, terlebih pada bayi berusia kurang dari 6 bulan, merupakan
kelainan kongenital (umumnya herediter) dan mempunyai prognosis buruk.
Dengan demikian, makalah ini dibuat untuk lebih memahami tentang
proses penyakit Sindrom Nefrotik pada anak dan asuhan keperawatan yang
dapat diberikan sehingga diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah ada, penulis merumuskan beberapa
permasalahan diantaranya :
1. Apakah pengertian sindrom nefrotik?
2. Apa saja etiologi penyakit sindrom nefrotik?
3. Bagaimana patofisiologi penyakit sindrom nefrotik?

1
4. Apa saja tanda dan gejala penyakit sindrom nefrotik?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk penyakit
penyakit sindrom nefrotik?
6. Apa saja komplikasi penyakit sindrom nefrotik?
7. Bagaimana penatalaksanaan penyakit sindrom nefrotik?
8. Bagaimana pencegahan penyakit sindrom nefrotik?
9. Bagaimana asuhan keperawatan anak dengan penyakit sindrom nefrotik?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan sindrom nefrotik pada anak.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Keperawatan Anak II
b. Untuk dijadikan bahan dalam kegiatan diskusi
c. Untuk mengetahui pengertian sindrom nefrotik
d. Untuk mengetahui etiologi sindrom nefrotik
e. Untuk mengetahui patofisiologi sindrom nefrotik
f. Untuk mengetahui tanda dan gejala sindrom nefrotik
g. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada penyakit sindrom
nefrotik
h. Untuk mengetahui pencegahan sindrom nefrotik
i. Untuk mengetahui penatalaksanaan sindrom nefrotik
j. Untuk mengetahui komplikasi sindrom nefrotik

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Sindrom Nefrotik adalah status klinis yang ditandai dengan peningkatan
permeabilitas membran glomerulus terhadap protein, yang mengakibatkan
kehilangan protein urinaris yang massif (Donna L. Wong, 2004).
Sindrom Nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh
injuri glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik ; proteinuria,
hipoproteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema (Suriadi dan
Rita Yuliani, 2001).
Sindrom nefrotik (SN) merupakan sekumpulan gejala yang terdiri dari
proteinuria massif   (lebih dari 50 mg/kgBB/24 jam), hipoalbuminemia
(kurang dari 2,5 gram/100 ml) yang disertai atau tidak disertai dengan edema
dan hiperkolesterolemia. (Rauf, 2002).
Berdasarkan pengertiann diatas maka penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa Sindrom Nefrotik pada anak merupakan kumpulan gejala
yang terjadi pada anak dengan karakteristik proteinuria massif
hipoalbuminemia, hiperlipidemia yang disertai atau tidak  disertai edema dan
hiperkolestrolemia.

3
B. Anatomi dan Fisiologi
1. Anatomi
Sisem urinaria terdiri dari ginjal, ureter, vesika urinaria dan uretra.
Dalam kasus sindrom nefrotik ini, masalah terjadi pada organ ginjal.
Ginjal merupakan salah satu bagian saluran kemih yang terletak
retroperitoneal dengan panjang lebih kurang 11-12 cm, disamping kiri
kanan vertebra.
Pada umumnya, ginjal kanan lebih rendah dari ginjal kiri oleh karena
adanya hepar dan lebih dekat ke garis tengah tubuh. Batas atas ginjal kiri
setinggi batas atas vertebra thorakalis XII dan batas bawah ginjal setinggi
batas bawah vertebra lumbalis III.
Parenkim ginjal terdiri atas korteks dan medula. Medula terdiri atas
piramid-piramid yang berjumlah kira-kira 8-18 buah, rata-rata 12 buah.
Korteks sendiri terdiri atas glomeruli dan tubili, sedangkan pada medula
hanya terdapat tubuli. Glomeruli dari tubuli ini akan membentuk Nefron.
Tiap ginjal mempunyai lebih kurang 1,5-2 juta nefron berarti pula lebih
kurang 1,5-2 juta glomeruli.
Ureter terdiri dari 2 saluran pipa dari ginjal ke vesika urinaria
sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada
rongga pelvis. Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan
peristaltic yang mendorong urine masuk ke dalam kandung kemih.
Vesika urinaria merupakan tempat penampungan urine. Terletak di
dasar panggul pada daerah retroperitoneal dan terdiri atas otot-otot yg
dapat mengecil. Dapat menampung 3000-4000 ml urine.
Uretra merupakan saluran pembuangan urine yang langsung keluar
dari tubuh. Kontrol pengeluaran urine terjadi karena adanya sfingter
eksterna yg dapat dikontrol oleh kesadaran kita.

4
Pembentukan urin dimulai dari glomerulus, dimana pada glomerulus
ini filtrat dimulai, filtrat adalah isoosmotic dengan plasma pada angka 285
mosmol. Pada akhir tubulus proksimal 80% filtrat telah di absorbsi
meskipun konsentrasinya masih tetap sebesar 285 mosmol. Saat infiltrat
bergerak ke bawah melalui bagian desenden lengkung henle, konsentrasi
filtrat bergerak ke atas melalui bagian asenden, konsentrasi makin lama
makin encer sehingga akhirnya menjadi hipoosmotik pada ujung atas
lengkung. Saat filtrat bergerak sepanjang tubulus distal, filtrat menjadi
semakin pekat sehingga akhirnya isoosmotic dengan plasma darah pada
ujung duktus pengumpul. Ketika filtrat bergerak turun melalui duktus
pengumpul sekali lagi konsentrasi filtrat meningkat pada akhir duktus
pengumpul, sekitar 99% air sudah direabsorbsi dan hanya sekitar 1%
yang diekskresi sebagai urin atau kemih (Price,2001 : 785).

2. Fisiologi
Telah diketahui bahwa ginjal berfungsi sebagai salah satu alat
ekskresi yang sangat penting melalui ultrafiltrat yang terbentuk dalam
glomerulus. Terbentuknya ultrafiltrat ini sangat dipengaruhi oleh sirkulasi
ginjal yang mendapat darah 20% dari seluruh cardiac output.
a. Faal glomerulus
Fungsi terpenting dari glomerolus adalah membentuk ultrafiltrat yang
dapat masuk ke tubulus akibat tekanan hidrostatik kapiler yang lebih
besar dibanding tekanan hidrostatik intra kapiler dan tekanan koloid
osmotik. Volume ultrafiltrat tiap menit per luas permukaan tubuh
disebut glomerula filtration rate (GFR). GFR normal dewasa : 120
cc/menit/1,73 m2 (luas pemukaan tubuh). GFR normal umur 2-12
tahun : 30-90 cc/menit/luas permukaan tubuh anak.
b. Faal Tubulus
Fungsi utama dari tubulus adalah melakukan reabsorbsi dan sekresi
dari zat-zat yang ada dalam ultrafiltrat yang terbentuk di glomerolus.
Sebagaimana diketahui, GFR : 120 ml/menit/1,73 m2, sedangkan yang
direabsorbsi hanya 100 ml/menit, sehingga yang diekskresi hanya

5
1ml/menit dalam bentuk urin atau dalam sehari 1440 ml (urin dewasa).
Pada anak-anak jumlah urin dalam 24 jam lebih kurang dan sesuai
dengan umur :
 1-2 hari : 30-60 ml
 3-10 hari : 100-300 ml
 10 hari-2 bulan : 250-450 ml
 2 bulan-1 tahun : 400-500 ml
 1-3 tahun : 500-600 ml
 3-5 tahun : 600-700 ml
 5-8 tahun : 650-800 ml
 8-14 tahun : 800-1400 ml
c. Faal Tubulus Proksimal
Tubulus proksimal merupakan bagian nefron yang paling banyak
melakukan reabsorbsi yaitu ± 60-80 % dari ultrafiltrat yang terbentuk
di glomerolus. Zat-zat yang direabsorbsi adalah protein, asam amino
dan glukosa yang direabsorbsi sempurna. Begitu pula dengan elektrolit
(Na, K, Cl, Bikarbonat), endogenus organic ion (citrat, malat, asam
karbonat), H2O dan urea. Zat-zat yang diekskresi asam dan basa
organik.
d. Faal loop of henle
Loop of henle berfungsi untuk membuat cairan intratubuler lebih
hipotonik.
e. Faal tubulus distalis dan duktus koligentes
Mengatur keseimbangan asam basa dan keseimbangan elektrolit
dengan cara reabsorbsi Na dan H2O dan ekskresi Na, K, Amonium
dan ion hidrogen.
f. Mekanisme Berkemih
Vesika urinaria berisi urine yg dapat menimbulkan rangsangan,
melalui medula spinalis dihantarkan ke pusat pengontrol berkemih yg
terdapat di kortek serebral, kemudian otak memberikan impuls/
rangsangan melalui medula spinalis ke neuromotoris di daerah sakral,
serta terjadi koneksasi otot detrusor dan relaksasi otot sfingter internal.

6
C. Etiologi
Menurut Arif Mansjoer (2000 : 488) sebab pasti nefrotik simdrom belum
diketahui. Umunya dibagi menjadi :
a. Sindrom Nefrotik Bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosom atau karena reaksi fetomaternal.
b. Sindrom Nefrotik Sekunder
Disebabkan oleh parasit malaria, penyakit kolagen, glomerulonefritis akut,
glomerulonefrits kronik, trombosis vena renalis, bahan kimia (trimetadion,
paradion, penisilamin, garam emas, raksa), amiloidosis, dan lain-lain.
c.  Sindrom Nefrotik Idiopatik (tidak diketahui penyebabnya)

D. Patofisiologi
Menurut Suriadi dan Rita Yuliani (2001 : 217), patofisiologi sindrom
nefrotik yaitu :
a. Adanya peningkatan permiabilitas glomerulus mengakibatkan proteinuria
masif sehingga terjadi hipoproteinemia. Akibatnya tekanan osmotik
plasma menurun karean adanya pergeseran cairan dari intravaskuler ke
intestisial. Volume plasma, curah jantung dan kecepatan filtrasi
glomerulus berkurang mengakibatkan retensi natrium. Kadar albumin
plasma yang sudah merangsang sintesa protein di hati, disertai
peningkatan sintesa lipid, lipoprotein dan trigliserida.
b. Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat
pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria.
Lanjutan dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan
menurunnya albumin, tekanan osmotik plasma menurun sehingga cairan
intravaskuler berpindah ke dalam interstitial. Perpindahan cairan tersebut
menjadikan volume cairan intravaskuler berkurang, sehingga menurunkan
jumlah aliran darah ke renal karena hypovolemi.
c.  Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi
dengan merangsang produksi renin-angiotensin dan peningkatan sekresi
anti diuretik hormon (ADH) dan sekresi aldosteron yang kemudian terjadi

7
retensi kalium dan air. Dengan retensi natrium dan air akan menyebabkan
edema.
d. Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari
peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma
albumin dan penurunan onkotik plasma.
e. Adanya hiper lipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi
lipopprtein dalam hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya
protein, dan lemak akan banyak dalam urin (lipiduria).
f. Menurunya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan
disebabkan oleh karena hipoalbuminemia, hiperlipidemia, atau defesiensi
seng.

8
E. Pathway

F. Manifestasi Klinis
Menurut Betz, Cecily L (2002 : 335), manifestasi klinis yang terjadi pada
sindrom nefrotik diantaranya :
a.  Manifestasi utama sindrom nefrotik adalah edema. Edema biasanya
bervariasi dari bentuk ringan sampai berat (anasarka). Edema biasanya
lunak dan cekung bila ditekan (pitting), dan umumnya ditemukan
disekitar mata (periorbital) dan berlanjut ke abdomen daerah genitalia dan
ekstermitas bawah.
b. Penurunan jumlah urin : urine gelap, berbusa
c. Pucat

9
d. Hematuri
e. Anoreksia dan diare disebabkan karena edema mukosa usus
f.  Sakit kepala, malaise, nyeri abdomen, berat badan meningkat dan
keletihan umumnya terjadi
g. Gagal tumbuh dan pelisutan otot (jangka panjang)

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Uji Urin
a. Protein urin meningkat
b. Berat jenis urin meningkat
2. Uji Darah
a. Albumin serum menurun
b. Kolesterol serum meningkat
c. Hemoglobin dan hematokrit meningkat (hemokonsetrasi)
d. Laju Endap Darah (LED) meningkat
e. Kalsium dalam darah sering menurun
3. Uji Diagnostik
Biopsi ginjal sesuai anjuran pengobatan

H. Komplikasi
Menurut Rauf (2002 : 27-28) komplikasi yang dapat terjadi pada sindrom
nefrotika yaitu :
1.  Infeksi sekunder mungkin karena kadar imunoglobulin yang rendah
akibat hipoalbuminemia.
2. Shock : terjadi terutama pada hipoalbuminemia berat (< 1 gram/100ml)
yang menyebabkan hipovolemia berat sehingga menyebabkan shock.
3. Trombosis vaskuler : mungkin akibat gangguan sistem koagulasi sehingga
terjadi peninggian fibrinogen plasma.
4.  Malnutrisi atau kegagalan ginjal.

10
I. Penatalaksanaan
1. Istirahat sampai edema tinggal sedikit
2. Diet protein 3-4 gram/kg BB/hari
3. Diuretikum
Furosemid 1 mg/kgBB/hari. Bergantung pada beratnya edema dan respon
pengobatan. Bila edema refrakter, dapat digunakan hididroklortiazid (25-
50 mg/lama pengobatan). Diuretik perlu dipantau kemungkinan
hipokalemi, alkalosis metabolik dan kehilangan cairan intravaskuler berat.
4. Kortikosteroid
Selama 28 hari prednison diberikan per oral dengan dosis 60 mg/hari luas
permukaan badan (1bp) dengan maksimum 80 mg/hari.
Kemudian dilanjutkan dengan prednison per oral selama 28 hari dengan
dosis 40 mg/hari/1bp, setiap 3 hari dalam satu minggu dengan dosis
maksimum 60 mg/hari. Bila terdapat respon selama pengobatan, maka
pengobatan ini dilanjutkan secara intermitten selama 4 minggu.
5. Antibiotika bila ada infeksi
6. Digitalis bila ada gagal jantung

J. Pencegahan
1. Untuk mencegah terserang sindrom nefrotik, cara terbaik yang dapat
dilakukan adalah mengonsumsi nutrisi sehat dan seimbang. Contohnya
adalah mengonsumsi makanan berprotein tinggi dan mengurangi
konsumsi makan yang mengandung garam, lemak, serta kolestrol.
2. Jangan terlalu sering berbaring, bekerjalanlah secara aktif untuk
membuang air dan mencegah penggumpalan.

11
K. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Di dalam identitas hal-hal yang perlu di kaji antara lain nama pasien,
alamat pasien, umur pasien, jenis kelamin, agama, tanggal masuk
ruma sakit penting untuk di kaji untuk melihat perkembangan dari
pengobatan, penanggung jawab pasien agar pengobatan dapat di
lakukan dengan persetujuan dari pihak pasien dan petugas kesehatan.
Umumnya 90 % dijumpai pada kasus anak. Enam (6) kasus pertahun
setiap 100.000 anak terjadi pada  usia kurang dari 14 tahun. Rasio
laki-laki dan perempuan yaitu 2 : 1. Pada daerah endemik malaria
banyak mengalami komplikasi sindrom nefrotik.
b. Keluhan Utama
Badan bengkak, muka sembab dan napsu makan menurun.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Badan bengkak, muka sembab, muntah, napsu makan
menurun, konstipasi, diare, urine menurun.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Edema masa neonatus, malaria, riwayat GNA dan GNK, terpapar
bahan kimia.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Karena kelainan gen autosom resesif. Kelainan ini tidak dapat
ditangani dengan terapi biasa dan bayi biasanya mati pada tahun
pertama atau dua tahun setelah kelahiran.
f. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Tidak ada hubungan.
g. Riwayat Kesehatan Lingkungan.
Endemik malaria sering terjadi kasus NS.
h. Riwayat Imunisasi
Tidak ada hubungan

12
i. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
 Berat badan = umur (tahun) X 2 + 8
 Tinggi badan = 2 kali tinggi badan lahir.
 Perkembangan Psikoseksual : anak berada pada fase
oedipal/falik dengan ciri meraba-raba dan merasakan
kenikmatan dari beberapa daerah erogennya, senang bermain
dengan anak berjenis kelamin beda, oedipus kompleks untuk
anak laki-laki lebih dekat dengan ibu, elektra kompleks untuk
anak perempuan lebih dekat dengan ayah.
 Perkembangan Psikososial : anak berada pada fase pre sekolah
(inisiative vs rasa bersalah) yaitu memiliki inisiatif untuk
belajar mencari pengalaman baru. Jika usahanya diomeli atau
dicela anak akan merasa bersalah dan menjadi anak peragu.
 Perkembangan Kognitif : masuk tahap pre operasional yaitu
mulai mempresentasekan dunia dengan bahasa, bermain dan
meniru, menggunakan alat-alat sederhana.
 Perkembangan Fisik dan Mental : melompat, menari,
menggambar orang dengan kepala, lengan dan badan,
segiempat, segitiga, menghitung jari-jarinya, menyebut hari
dalam seminggu, protes bila dilarang, mengenal empat warna,
membedakan besar dan kecil, meniru aktivitas orang dewasa.
j. Respon Hospitalisasi
Sedih, perasaan berduka, gangguan tidur, kecemasan, keterbatasan
dalam bermain, rewel, gelisah, regresi, perasaan berpisah dari orang
tua, teman.
k. Riwayat Nutrisi
Usia pre sekolah nutrisi seperti makanan yang dihidangkan dalam
keluarga. Status gizinya adalah dihitung dengan rumus (BB terukur
dibagi BB standar) X 100 %, dengan interpretasi : < 60 % (gizi
buruk), < 30 % (gizi sedang) dan > 80 % (gizi baik).

13
l. Pemeriksaan Persistem
1) Sistem Pernafasan
Frekuensi pernapasan 15-32 x/menit, rata-rata 18 x/menit, efusi
pleura karena distensi abdomen.
2) Sistem Kardiovaskuler
Nadi 70-110 x/mnt, tekanan darah 95/65 - 100/60
mmHg, hipertensi ringan bisa dijumpai.
3) Sistem Persarafan
Dalam batas normal.
4) Sistem Perkemihan
Urine/24 jam 600-700 ml, hematuri, proteinuria, oliguri.
5) Sistem Pencernaan
Diare, nafsu makan menurun, anoreksia, hepatomegali, nyeri
daerah perut, malnutrisi berat, hernia umbilikalis, prolaps ani.
6) Sistem Muskuloskeletal
Dalam batas normal.
7) Sistem Integumen
Edema periorbital, asites.
8) Sistem Endokrin (dalam batas normal)
9) Sistem Reproduksi (dalam batas normal)
m. Persepsi Orang Tua
Kecemasan orang tua terhadap kondisi anaknya.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Kelebihan volume cairan b.d kehilangan protein sekunder terhadap
peningkatan permiabilitas glomerulus
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d malnutrisi sekunder
terhadap kehilangan protein dan penurunan nafsu makan
c. Kecemasan anak b.d lingkungan perawatan yang asing (dampak
hospitalisasi)
d. Perubahan proses keluarga b.d anak yang menderita penyakit serius
e. Intoleransi aktifitas b.d kelelahan

14
3. Intervensi Keperawatan

15
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 Kelebihan Setelah 1. Kaji masukan yang 1. Menentukan fungsi
volume dilakukan relatif terhadap ginjal, kebutuhan
cairan b.d asuhan keluaran secara akurat penggantian cairan
kehilangan keperawatan 2. Timbang berat badan 2. Mengkaji retensi
protein selama 1x24 jam setiap hari cairan
sekunder diharapkan 3. Kaji perubahan edema 3. Untuk mengkaji
terhadap kebutuhan : ukur lingkar ascites dan karena
peningkatan cairan adekuat abdomen pada merupakan sisi umum
permiabilitas dengan kriteria umbilicus serta edema
glomerulus hasil : pantau edema sekitar
 Penurunan mata
edema, 4. Atur masukan cairan 4. Menentukan
ascites dengan cermat kebutuhan cairan
 Kadar 5. Pantau infus intra 5. Mempertahankan
protein darah vena masukan yang
meningkat diresepkan
 Output urine 6. Kolaborasi pemberian 6. Untuk menurunkan
adekuat 600 kortikosteroid sesuai ekskresi proteinuria
– 700 ml/hari ketentuan
 Tekanan 7. Kolaborasi pemberian 7. Untuk memperlancar
darah dan diuretik bila eliminasi urine
nadi dalam diinstruksikan
batas normal
2 Perubahan Setelah 1. Catat intake dan 1. Monitoring asupan
nutrisi dilakukan output makanan nutrisi bagi tubuh
kuruang dari asuhan secara akurat
kebutuhan keperawatan 2. Kaji adanya 2. Mengetahui adanya
b.d malnutrisi selama 2x24 jam anoreksia, gangguan nutrisi/
sekunder diharapkan hipoproteinemia, diare
terhadap kebutuhan diare
kehilangan nutrisi adekuat 3. Beri diet yang bergizi 3. Meningkatkan daya

protein dan dengan kriteria tahan tubuh anak

penurunan hasil : 4. Batasi natrium selama 4. Mencegah

napsu makan.  Napsu edema dan terapi memperberat edema

makan baik kortikosteroid


 Tidak terjadi 5. Beri lingkungan yang 5. Merangsang nafsu

hipoprtoeine menyenangkan, makan anak

mia 16 bersih, dan rileks pada


 Porsi makan saat makan
habis 6. Beri makanan dengan
6. Merangsang nafsu
BAB III
TINJAUAN KASUS

(Contoh Kasus)
An. M usia 6 tahun datang beserta keluarga ke RS Roemani pada tanggal 01 Oktober
2018 jam 07.00 WIB, ibu klien mengatakan anaknya bengkak pada seluruh tubuh
sejak 4 minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Bengkak diawali pada
daerah kelopak mata dan muka yang terasa sedikit gatal sejak 6 minggu yang
lalu, terutama pada pagi hari saat bangun tidur, dan bengkak berkurang saat siang
dan sore hari yang kemudian menjalar ke daerah kaki sejak 4 minggu yang lalu
sebelum masuk rumah sakit, bengkak makin bertambah, menyebar ke daerah
muka, perut, dan kedua tungkai sampai seluruh tubuh dengan tidak disertai rasa
gatal atau nyeri. Selama bengkak, ibu klien mengeluh anaknya BAK sedikit dan
berwarna kuning keruh. Tidak disertai sesak napas saat tidur dan anak masih bisa
tidur dengan satu bantal. Anak muntah 2-3 kali dalam sehari, dan tidak demam,
atau kejang. Anak tampak, lemah, dan kehilangan nafsu makan. Anak masih bisa
beraktivitas ringan. Kesadaran : Compos Mentis, Nadi : 90x/menit, Respirasi :
21x/menit, Suhu : 37℃.

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama : An. M
Umur : 6 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Alamat : Jln. Ahmad Bastasi Palembang
Tanggal MRS : 01 Oktober 2018 Jam 07.00 WIB
Tanggal Pengkajian : 01 Oktober 2018 Jam 09.00 WIB
No. CM : 36.24.38

17
Diagnose Medis : Nefrotik Sindrom
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. A
Umur : 30 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Jln. Ahmad Bastasi Palembang
Hubungan dengan Klien : Anak Kandung

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan anaknya bengkak seluruh tubuh.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 01 Oktober 2018 jam 09.00 WIB,
ibu klien mengatakan anaknya bengkak pada seluruh tubuh sejak 4 minggu
yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Bengkak diawali pada daerah kelopak
mata dan muka yang terasa sedikit gatal sejak 6 minggu yang lalu, terutama
pada pagi hari saat bangun tidur, dan bengkak berkurang saat siang dan sore
hari yang kemudian menjalar ke daerah kaki sejak 4 minggu yang lalu
sebelum masuk rumah sakit, bengkak makin bertambah, menyebar ke daerah
muka, perut, dan kedua tungkai sampai seluruh tubuh dengan tidak disertai
rasa gatal atau nyeri. Selama bengkak, ibu klien mengeluh anaknya BAK
sedikit dan berwarna kuning keruh. Tidak disertai sesak napas saat tidur dan
anak masih bisa tidur dengan satu bantal. Anak muntah 2-3 kali dalam sehari,
dan tidak demam, atau kejang. Anak tampak, lemah, dan kehilangan nafsu
makan. Anak masih bisa beraktivitas ringan. Kesadaran : Compos Mentis,
Nadi : 90x/menit, Respirasi : 21x/menit, Suhu : 37℃.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Ibu klien mengatakan klien pernah dirawat di RS karena penyakit yang
serupa 1 tahun yang lalu.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga

18
Ibu klien mengatakan dalam keluarga klien tidak terdapat anggota
keluarga yang mempunyai riwayat penyakit yang sama, tidak ada
riwayat penyakit keturunan seperti asma, diabetes mellitus, dan tidak
ada riwayat penyakit menular seperti TBC, hepatitis dan HIV/ AIDS.
e. Riwayat Pengobatan
Ibu klien membawa berobat ke dokter, diberikan obat (ibu penderita
lupa nama obatnya), tetapi tidak ada perubahan, keluhan bengkak
makin menjalar.
f. Riwayat Alergi
Tidak ada alergi terhadap obat-obatan, makanan, ataucuaca tertentu.
g. Riwayat Psikososial
Anak masih bisa beraktivas ringan dirumah. Anak makan 3 kali sehari
dengan sayur dan lauk pauk. Anak tidak tampak lebih kecil dibanding
teman sebayanya.
h. Riwayat Kehamilan Ibu
Ibu selalu rutin dalam memeriksakan kehamilan ke bidan sebulan sekali
pada awal kehamilan dan 2 kali sebulan pada akhir kehamilan.
i. Riwayat Kelahiran
Lahir spontan di rumah ditolong bidan. Tidak ada penyulit. BB 2700
gram. PB 48 cm. Anak langsung menangis.
j. Riwayat Nutrisi
Ibu memberikan hanya ASI sampai umur 10 bulan, lalu dilanjutkan
susu formula setelah umur 10 bulan dan bubur susu dengan bubur tim
setelah umur 14 bulan, dilanjutkan nasi umur 18 bulan sampai
sekarang.

k. Riwayat Imunisasi
Hepatitis B 1x
BCG 1x

19
DPT 3x
Polio 3x
Campak 1x
Kesan : Imunisasi dasar tidak lengkap
l. Riwayat Tumbuh Kembang
Anak sekarang Sekolah SD kelas 1. Menurut ibu klien anaknya tidak
ada masalah di sekolah.
Mengangkat kepala : 3 bulan
Duduk : 6 bulan
Berdiri : 10 bulan
Kesan : Tumbuh Kembang anak sesuai dengan umur.
m. Riwayat Psikologis
Klien tampak tenang dan menjalin hubungan baik dengan keluarganya.

3. Activity Daily Living

20
No Aktivitas Sebelum Sakit Setelah Sakit
4. 1. Pola Nutrisi
Pemeriksaan Fisik
a. Makan
Frekuensi 3x sehari 3x sehari
Jenis Nasi + Lauk + Sayur TKTP
Masalah - Tidak nafsu makan

b. Minum
Frekuensi ±4- 6 gelas / hari ±3gelas/hari
Jenis Air putih Air putih
2. Pola Eliminasi
a. BAB
Frekuensi 1x sehari 1x sehari
Konsistensi Padat lembut Padat lembut

b. BAK ±3-5 x sehari ± 1x sehari


Frekuensi Kuning jernih Kuning keruh
Warna
Masalah - Sempat sulit BAK

c. Muntah - 2-3x sehari


3. Pola istirahat Tidur siang ± 1 jam, Tidur malam ±7 jam
malam ±7 jam
4. Pola aktivitas Melakukan aktifitas Melakukan aktivitas
secara mandiri dibantu sebagian
5. Pola hygiene
Mandi 2x/ hari 1x/hari (waslap)
Sikat gigi 2x/hari 1x/ hari

Keadaan umum : Klien tampak bersih


Kesadaran : Compos Mentis
Berat Badan : 17 kg
Tinggi Badan : 108 cm
Tanda-Tanda Vital : TD :110/80 mmHg

21
Nadi : 90/menit
Suhu : 37o C
Respirasi : 21 x/menit
Head To Toe :
1. Kepala :
Bentuk simetris, rambut hitam, bersih, tidak ada
nyeri tekan atau bekas luka di kepala.
2. Mata : Bentuk simetris,
konjungtiva merah muda, reflek
pupil normal, ketajaman penglihatan baik, terdapat
edema, tidak ada nyeri tekan.
3. Hidung : Bentuk simetris,
tidak ada sekret, tidak ada polip,
fungsi penciuman baik, terdapat edema.
4. Telinga : Bentuk simetris,
tidak ada kotoran, fungsi
pendengaran baik.
5. Mulut : Bentuk simetris, mukosa
lembab, tidak ada lesi,
lidah tidak kotor, gigi tidak ada caries, tidak ada
stomatitis, tidak ada peradangan tonsil.
6. Leher : Bentuk simetris, terdapat
edema.
7. Dada : Bentuk simetris, pergerakan dada dan
thorak sama,
tidak nampak penggunaan otot bantu pernafasan,
terdapat edema, bunyi jantung normal lupdub
dan teratur, imana nafas vesikuler.
8. Abdomen : Bentuk simetris, sedikit kembung,
tidak ada lesi,
bising usus 8 x /menit, terdapat acites.
9. Ekstremitas : Bentuk simetris, terdapat edema pada
kedua

22
tangan dan kaki, tangan kanan terpasang infus,
CRT normal kembali dalam 2 detik, pitting edema
menurun kembali dalam >2 detik.

5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium tgl 01/10/18 jam 08.17 WIB.
a. Hematologi Rutin
Hemoglobin 13,8 11,5-15,5 g/dL
Hematokrit 40,8 32-42%
Eritrosit 5,20 4-5,2 106/ul
Leukosit 16,8 4,5-10,5 103/ul
Trombosit 144 150-450 103/ul
Kolesterol total 697 < 200 mg/dl
Protein total 3,83 6,7-7,8 g/dl
Albumin 1,73 3,5-5,0 g/dl
Globulin 2,1 1,5-3,0 g/dl

b. Urine Rutin
Warna Jingga Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
Berat jenis 1,015 1,013-1,030
pH 6,5 4,6-8,0
Nitrit - -
Protein urin 500mg/dl / 4+ -
Glukosa (reduksi) Normal -
Keton 50mg/dl / 3+ -
Urobilinogen Normal Normal
Bilirubin - -
Eritrosit 50/ul / 3+ -
Leukosit - -

6. Therapy
IVFD RL : D5% gtt X
Diet NB 40gr Protein
Furesamid 2x1
Metil . P 3x4
Neurodex 1x1

23
B. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Kelainan-kelainan Kelebihan
 Ibu klien mengatakan glomerulus volume
seluruh bagian tubuh cairan tubuh
anaknyanya Albuminuria
membengkak mulai
dari mata, leher, Hipoalbuminemia
tangan, tubuh, hingga
kaki Tekanan onkotik koloid
 Klien mengatakan plasma menurun
bagian tubuh yang
bengkak tidak nyeri Volume plasma
 Ibu klien mengatakan meningkat
BAK anaknya sedikit
dan berwarna keruh Retensi natrium renal
meningkat
DO :
 muka sembab, edema Edema
ekstremitas atas dan
bawah, dada, Kelebihan volume cairan

24
punggung , ascites
 Albumin 0,87 g/dl
 Protein urine
75mg/dl (positif)
2 DS : Hipoalbuminemia Perubahan
 Ibu klien mengatakan nutrisi
anaknya muntah 2x Sisntesa pritein hepar kurang dari
sehari dan sulit meningkat kebutuhan
makan tubuh
 Klien mengatakan Hiperlipidemia
mual dan lemas
DO : Malnutrisi
 Porsi makan habis
½ porsi
 BB 17 kg
3 DS : Penyakti autoimun Resiko tinggi
 Ibu klien mengatakan infeksi
anaknya pernah Kelainan glomerulus
menderita sakit yang
sama 1 tahun yang Imunitas menurun
lalu
 Klien mengatakan Infeksi meningkat
lemas
DO :
 Intake nutrisi
menurun
 Edema seluruh tubuh
 Leukosit
16.800/mm3
4 DS : Kelainan-kelainan Kecemasan
 Ibu klien mengatakan glomerulus anak
anaknya kadang
rewel dan tidak mau Albuminuria

25
ditinggal ibunya
DO : Retensi natrium renal
 Klien tampak sulit di meningkat
ajak berkomunikasi
dan menghindari Edema
kontak mata perawat
 Klien tampak takut Hospitalisasi
saat akan dilakukan
tindakan Cemas dan takut
keperawatan
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kelebihan volume cairan b.d hipoalbuminemia
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d malnutrisi sekunder dari
katabolisme protein
3. Resiko tinggi infeksi b.d imunitas yang menurun
4. Kecemasan anak b.d lingkungan perawatan yang asing (dampak
hospitalisasi)

26
D. INTERVENSI, IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama : An. M Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 6 Tahun


Perencanaan Paraf
No Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
Tujuan Intervensi
1.Kelebihan volume cairan b.d Setelah dilakukan 01 Oktober 2018, 09.30 02 Oktober 2018, 08.30 WIB
hipoalbuminemia, ditandai asuhan keperawatan 1. Kaji TTV dan masukan WIB S:
dengan: selama 1x24 jam yang relatif terhadap 1. Mengkaji TTV dan  Ibu klien
DS : diharapkan volume keluaran secara akurat masukan yang relatif mengatakan bengkak
 Ibu klien cairan adekuat terhadap keluaran secara di tubuh anaknya
mengatakan dengan kriteria 2. Timbang berat badan akurat berkurang terutama
seluruh bagian hasil : setiap hari 2. Menimbang berat badan daerah muka dan
tubuh anaknyanya  Penurunan 3. Kaji perubahan edema : setiap hari tangan
membengkak edema, ukur lingkar abdomen 3. Mengkaji perubahan  Ibu klien
mulai dari mata, ascites pada umbilicus serta edema : ukur lingkar mengatakan BAK
leher, tangan,  Kadar protein pantau edema sekitar abdomen pada umbilicus anak nya lebih
tubuh, hingga darah normal mata serta pantau edema banyak
kaki  Output urine 4. Atur masukan cairan sekitar mata
 Klien mengatakan adekuat 600- dengan cermat 4. Mengatur masukan
bagian tubuh 700 ml/hari 5. Pantau infus intra vena cairan dengan cermat O:

28
yang bengkak  Tekanan 5. Memantau infus intra  Abdomen agak
tidak nyeri darah dan 6. Kolaborasi pemberian vena kembung
 Ibu klien nadi dalam kortikosteroid sesuai 6. Berkolaborasi dalam  Edema berkurang
mengatakan BAK batas normal ketentuan pemberian kortikosteroid terutama di bagian
anaknya sedikit 7. Kolaborasi pemberian sesuai ketentuan ektremitas atas
dan berwarna diuretik bila 7. Berkolaborasi dalam  Wajah sedikit
keruh diinstruksikan pemberian diuretik bila sembab
DO : diinstruksikan  Warna urin kuning
 muka sembab, sedikit pekat
edema A : Masalah teratasi
ekstremitas atas sebagian
dan bawah, dada, P : Lanjutkan Intervensi
punggung ,
ascites
 Albumin 0,87
g/dl
 Protein urine
75mg/dl (positif)
2.Perubahan nutrisi kurang dari Setelah dilakukan 01 Oktober 2018, 09.30 WIB 03 Oktober 2018, 09.30 WIB

29
kebutuhan b.d malnutrisi asuhan keperawatan 1. Catat intake dan 1. Mencatat intake dan S:
sekunder dari katabolisme selama 2x24 jam output makanan output makanan secara  Ibu klien
protein, ditandai dengan: diharapkan secara akurat akurat mengatakan anaknya
DS : kebutuhan nutrisi 2. Kaji adanya anoreksia, 2. Menkaji adanya sudah tidak muntah
 Ibu klien adekuat dengan hipoproteinemia, diare anoreksia, dan nafsu makannya
mengatakan kriteria hasil : hipoproteinemia, diare bertambah
anaknya muntah  Napsu makan 3. Beri diet yang bergizi 3. Memberi diet yang  Klien mengatakan
2x sehari dan sulit baik bergizi sudah tidak mual
makan  Tidak terjadi 4. Batasi natrium selama 4. Membatasi natrium tapi masih sedikit
 Klien mengatakan hipoprtoeine edema dan terapi selama edema dan lemas
mual dan lemas mia kortikosteroid terapi kortikosteroid O:
DO :  Porsi makan 5. Beri lingkungan yang 5. Memberi lingkungan  Porsi makan habis 1
 Porsi makan habis menyenangkan, yang menyenangkan, porsi
habis ½ porsi  Tidak ada bersih, dan rileks pada bersih, dan rileks pada  BB meningkat (18,1
 BB 17 kg muntah saat makan saat makan kg)
6. Beri makanan dengan 6. Memberi makanan A : Masalah teratasi
cara yang menarik dengan cara yang sebagian
menarik P : Lanjutkan Intervensi
3.Resiko tinggi infeksi b.d Setelah dilakukan 01 Oktober 2018, 09.30 WIB 03 Oktober 2018, 09.30 WIB

30
imunitas yang menurun, asuhan keperawatan 1. Lindungi anak dari 1. Melindungi anak S:
ditandai dengan : selama 2x24 jam orang-orang yang dari orang-orang yang  Klien mengatakan
DS : diharapkan resiko terkena infeksi melalui terkena infeksi melalui masih sedikit lemas
 Ibu klien infeksi teratasi pembatasan pembatasan O:
mengatakan dengan kriteria pengunjung  pengunjung   Porsi makan
anaknya pernah hasil : 2. Tempatkan anak di 2. Menempatkan anak meningkat
menderita sakit  Tanda-tanda ruangan non infeksi  di ruangan non infeksi   Klien tidak muntah
yang sama 1 infeksi tidak 3. Cuci tangan sebelum 3. Mencuci tangan  BB Klien meningkat
tahun yang lalu ada dan sesudah tindakan  sebelum dan sesudah (9 kg)
 Klien mengatakan  Tanda vital 4. Lakukan tindakan tindakan   Edema berkurang
lemas dalam batas invasif secara aseptic 4. Melakukan tindakan A : Masalah teratasi
DO : normal 5. Berikan nutrisi dengan invasif secara aseptic sebagian
 Intake nutrisi  Leukosit gizi adekuat 5. Memberikan nutrisi P : Lanjutkan Intervensi
menurun normal dengan gizi adekuat
 Edema seluruh
tubuh
 Leukosit
16.800/mm3
4.Kecemasan anak b.d lingkungan Setelah dilakukan 01 Oktober 2018, 09.30 WIB 02 Oktober 2018, 09.30 WIB
perawatan yang asing

31
(dampak hospitalisasi), asuhan keperawatan 1. Validasi perasaan takut 1. Memvalidasi S:
ditandai dengan: selama 1x24 jam atau cemas perasaan takut atau  Ibu klien
DS : diharapkan rasa 2. Pertahankan kontak cemas mengatakan anaknya
 Ibu klien cemas teratasi dengan klien 2. Mempertahankan kontak sudah tidak rewel
mengatakan dengan kriteria 3. Upayakan ada keluarga dengan klien dan bias ditinggal
anaknya kadang hasil : yang menunggu 3. Mengupayakan ada sementara bersama
rewel dan tidak  Kooperatif pada 4. Anjurkan orang tua keluarga yang menunggu neneknya
mau ditinggal tindakan untuk membawakan 4. Menganjurkan orang O:
ibunya keperawatan mainan atau benda tua untuk membawakan  Klien tampak lebih
DO :  Komunikatif yang disukai mainan atau benda yang komunikatif pada
 Klien tampak pada perawat disukai perawat
sulit di ajak  Secara verbal  Klien lebih
berkomunikasi mengatakan tidak kooperatif setiap
dan menghindari takut dilakukan tindakan
kontak mata keperawatan
perawat  Klien sedah tidak
 Klien tampak menghindari kontak
takut saat akan mata dan lebih
dilakukan ramah serta mampu

32
tindakan menyapa perawat
keperawatan terlebih dulu
A : Masalah teratasi
P : Intervensi selesai

33
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sindrom nefrotik merupakan gangguan klinis ditandai oleh peningkatan
protein, penurunan albumin dalam darah (hipoalbuminemia), edema dan
serum kolesterol yang tinggi dan lipoprotein densitas rendah (hiperlipidemia).
Etiologi nefrotik sindrom dibagi menjadi 3, yaitu Sindrom Nefrotik
Bawaan (diturunkan sebagai resesif autosom atau karena reaksi fetomaternal),
sekunder (Diabetes Mellitus, Sistema Lupus Erimatosis, dan Amyloidosis),
dan idiopatik (tidak diketahui penyebabnya). Tanda paling umum adalah
peningkatan cairan di dalam tubuh. Tanda lainnya seperti hipertensi (jarang
terjadi), oliguri (tidak umum terjadi pada nefrotik sindrom), malaise, mual,
anoreksia, irritabilitas, dan keletihan.
Sehingga masalah keperawatan yang mungkin muncul adalah kelebihan
volume cairan berhubungan, resiko tinggi infeksi, perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan, resiko kehilangan volume cairan intravaskuler, intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelelahan, kecemasan anak berhubungan
dengan hospitalisasi dan defisit pengetahuan.

B. Saran
Penyakit sindrom nefrotik dapat terjadi pada orang yang memiliki ginjal
sehat atau pada seseorang yang sudah memiliki masalah ginjal sebelumnya.
Anak-anak pun juga dapat terkena penyakit ginjal. Meski pada anak-anak,
penyakit ginjal lebih disebabkan oleh kelainan ginjal bawaan atau kerusakan
saluran kemih saat lahir. Maka selain mulai menyusun menu makanan harian
yang lebih sehat dan bergizi, beberapa perubahan gaya hidup sehat dan
sederhana agar dapat membantu mencegah penyakit ginjal.

34
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca agar lebih
memahami proses penyakit serta asuhan keperawatan pada anak dengan
sindrom nefrotik.

35
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2003. Medical Surgical Nursing (Perawatan


Medikal
Bedah), alih bahasa : Monica Ester. Jakarta : EGC
Dochterman, J. M., & Bulechek. G. M. 2004. Nursing Interventions
Classification (NIC). 5th ed. United States of America : Mosby Elseiver
Donna L.Wong. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatric (terjemah). EGC :
Jakarta
Mooehead, S., Jhonson, M., Maas, M., & Swanson, L. 2008. Nursing Outcomes
Classification (NOC). 5th ed. United States of America : Mosby
Elseiver
Nanda International. 2015. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi
2015-2017. 10th ed. Jakarta : EGC
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC

Diakses dari : https://www.academia.edu/Askep_Sindrom_Nefrotik-Anak-grqdg


id=5EDGZNLr&s=1&hl=id-ID
Judul : Askep Sindrom Nefrotik Anak (2016)
Pada tanggal : 01/10/2018

Diakses dari :http://www.scribd.com/doc/71194259-ASKEP-NS-MARNI


Judul : Laporan Kasus Sindrom Nefrotik Pada Anak (2012)
Pada tanggal : 01/10/2018

Diakses dari : http://www.scribd.com/document/3682648734/LAPORAN_PRE


ENTASI_KASUS_SINDROMA_NEFROTIK_ANAK
Judul : Laporan Kasus Sindroma Nefrotik Anak (2016)
Pada tanggal : 01/10/2018
ii

Anda mungkin juga menyukai