Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH & TEKS ROLEPLAY

HAMBATAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK

DI SUSUN OLEH :

1. Lely Nur Rosalena (1710026) 13. Keisha Flavia Labobar (1710023)


2. Mega Ayu W (1710032) 14. Ria Rada Kaka (1710043)
3. Dini Sri Rahayu (1710014) 15. Yudi Fransina (1710055)
4. Dessy Siska Fitriani (1710012) 16. Werlin Weya (1610049)
5. Nurillah Widiani (1710041) 17. Lisye Efruan (1710028)
6. Rikha Amelia Safitri (1710044) 18. Idinha d'jesus viegas (1710019)
7. Bila Romadhoni (1710007) 19. Reinhard Agusthinus (1710042)
8. Dita Fara Marlinda (1710016) 20. Moh. Aldi (1710033)
9. Zulfa Fatkhu R (1710056) 21. Wisno Bosa Mawukoda (1710054)
10. Siti Mutmainnah (1710046) 22. Delis Abisai Bana (1710011)
11. Winda Ayu Lestari (1710053) 23. Melkisedek Sairdekut (1410031)
12. Keisya M.M.K (1710024) 24. Maximus Sistyan Atun (1710031)

S1 Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan


Artha Bodhi Iswara Surabaya
2018 / 2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT ,yang atas Rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan Makalah yang berjudul “MAKALAH & TEKS
ROLEPLAY HAMBATAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK”. Penulisan Makalah ini
merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Komunikasi Keperawatan 2.

Dalam penulisan Makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada
Teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu,
Kritik dan Saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan
Makalah ini.

Dalam penulisan Makalah ini Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar besarnya kepada pihak yang membantu dalam menyelesaikan Makalah ini,
khususnya kepada dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kami, serta pihak pihak pendukung yang tidak
dapat kami cantumkan satu per satu.

Surabaya, 17 Mei 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Cover ................................................................................................ i

Kata Pengantar ................................................................................................ ii

Daftar Isi ................................................................................................ iii

BAB I : Pendahuluan

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah........................................................................................... 1
C. Tujuan ................................................................................................ 1

BAB II : Pembahasan
A. Hambatan dalam Komunikasi Terapeutik Resistence...................................... 2
B. Hambatan dalam Komunikasi Terapeutik Transference................................... 3
C. Hambatan dalam Komunikasi Terapeutik Coutertransference......................... 3
D. Pelanggaran Batas.............................................................................................. 4
E. Analisa Proses Interaksi..................................................................................... 6

BAB III : Teks Roleplay.............................................................................................. 11

BAB IV : Penutup

A. Kesimpulan.................................................................................................... 22
B. Saran.............................................................................................................. 22

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Komunikasi adalah instrumen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan


seseorang untuk melakukan kontak dengan orang lain karena komunikasi dilakukan oleh
seseorang setiap hari baik disadari maupun tidak. Di dunia kesehatan, terutama pada saat
menghadapi klien, seorang perawat juga harus mengadakan suatu komunikasi agar
informasi yang ada dapat tersampaikan dengan baik. Terutama informasi yang berkenaan
dengan kebutuhan klien akan asuhan keperawatan yang akan diberikan. Oleh karena itu,
komunikasi adalah faktor yang paling penting ,yang digunakan untuk menetapkan
hubungan antara perawat dengan klien. seringkali informasi yang seharusnya sampai
kepada orang yang membutuhkan, ternyata terputus di tengah jalan akibat tidak efektifnya
suatu komunikasi yang dilakukan. Pada komunikasi terapeutik antara perawat dengan
klien, hal tersebut dapat mungkin terjadi karena disebabkan oleh berbagai hal.

Hal –hal tersebut tidak hanya berasal dari klien saja, tetapi juga dapat disebabkan
oleh pola komunikasi yang salah yang dilakukan oleh perawat. Komunikasi yang tidak
efektif juga dapat disebabkan kegagalan pada proses komunikasi itu sendiri. Kegagalan itu
dapat terjadi pada saat pengiriman pesan, penerimaan pesan, serta pada kejelasan pesan itu
sendiri (Edelman, 2002).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hambatan dalam proses komunikasi terapeutik dan analisa proses interaksi
itu ?

C. Tujuan
Makalah ini di buat dengan  tujuan agar mahasiswa, tenaga kesehatan atau tenaga
medis dapat memahami hambatan dalam proses komunikasi terapeutik dan analisa proses
interaksi.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hambatan Dalam Proses Komunikasi Terapeutik Resistence
Resistens merupakan upaya klien untuk tidak menyadari aspek dari penyebab cemas
atau kegelisahan yang dialami. Ini juga merupakan keengganan alamiah atau penghindaran
secara verbal yang dipelajari. Klien yang resisten biasanya menunjukkan ambivalensi
antara menghargai tetapi juga menghindari pengalaman yang menimbulkan cemas padahal
hal ini merupakan bagian normal dalam proses terapeutik. Resisten ini sering akibat dari
ketidaksesuaian klien untuk berubah ketika kebutuhan untuk berubah telah dirasakan.
Perilaku resisten biasanya diperlihatkan oleh klien pada fase kerja, karena pada fase ini
sangat banyak berisi proses penyelesaiaan masalah (Stuart danSundeen dalam Intan. 2005)
Beberapa bentuk resistensi (Stuart dan Sundeen , 1995)
a) Supresi dan represi informasi yang terkait
b) Intensifikasi gejala
c) Devaluasi diri serta pandangan dan keputusasaan tentang masa depan
d) Dorongan untuk sehat, yang terjadi secara tiba-tiba tetapi hanya kesembuhan yang
bersifat sementara. Hambatan intelektual yang mungkin tampak ketika klien
mengatakan ia tidak mempunyai pikiran apapun atau tidak mampu memikirkan
masalahnya, saat ia tidak memenuhi janji untuk pertemuan atau tiba terlambat untuk
suatu sesi, lupa, diam, atau mengantuk.
e) Pembicaraan yang bersifat permukaan/ dangkal
f) Penghayatan intelektual dimana klien memverbalisasi pemahaman dirinya dengan
menggunakan istilah yang tepat namun tetap berprilaku maladaptive, atau
menggunakan mekanisme pertahanan intelektualisasi tanpa diikuti penghayatan.
g) Muak terhadap normalitas yang terlihat ketika klien telah mempunyai penghayatan
tetap menolak memikul tanggung jawab untuk berubahdengan alas an bahwa
normalitas adalah hal yang tidak penting.
h) Reaksi transference (respon tidak sadar dimana klien mengalami perasaan dan sakit
terhadap perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh dengan kehidupan yang
dulu)
i) Perilaku amuk atau tidak rasion

2
B. Hambatan dalam Komunikasi Terapeutik Transference
Transference merupakan respon tak sadar berupa perasaan atau perilaku terhadap
perawat yang sebetulnya berawal dari berhubungan dengan orang-orang tertentu yang
bermakna baginya pada waktu dia masih kecil (Stuart dan Sundeen , 1995).
Reaksi transference membahayakan untuk proses terapeutik hanya bila hal ini diabaikan
dan tidak ditelaah oleh perawat. Ada dua jenis utama reaksi transference yaitu reksi
bermusuhan dan tergantung. Contoh reaksi transference bermusuhan (Intan, 2005)
Bungkus (15 tahun) adalah klien yanag dirawat dirumah sakit karena demam berdarah.
Tanpa sebab yang jelas klien ini marah-marah kepada perawat Gengki. Setelah dikaji,
ternyata Gengki ini mirip pacar si Bungkus yang pernah menyakiti hatinya. Hal ini
dikarenakan klien mengalami perasaan dan sikap terhadap perawat yang pada dasarnya
terkait dengan tokoh kehidupan yang lalu. Contoh reaksi transference tergantung ( Intan,
2005). Seorang klien, Sinchan (18 tahun), dirawat oleh perawat bidadari. Perawat itu
mempunyai wajah dan suara mirip Ibu klien, sehingga dalam setiap tindakan keperawatan
yang harus dilakukan selalu meminta perawat bidadari yang melakukannya.

C. Hambatan dalam Komunikasi Terapeutik Coutertransference


Coutertrasference merupakan kebutuhan terapeutik yang di buat oleh perawat dan
bukan oleh klien. Hal ini dapat mempengaruhi hubungan perawat-klien.
Beberapa bentuk countransference ( Stuart dan Sundeen dalam Intan, 2005):
a) Ketidakmampuan berempati terhadap klien dalam masalah tertentu.
b) Menekan perasaan selama  atau sesudah sesi.
c) Kecerobohan dalam mengimplementasikan kontrak dengan datang terlambat, atau
melampaui waktu yang telah ditentukan.
d) Mengantuk selama sesi.
e) Perasaan marah atau tidak sabar karena ketidak inginan klien untuk  berubah.
f) Dorongan terhadap ketergantungan, pujian atau efeksi klien.
g) Berdebat dengan klien atau kecendrungan untuk memaksa klien sebelum ia siap.
h) Mencoba untuk menolong klien dalam segala hal tidak berhubungan dengan tujuan
keperawatan yang telah diidentifikasi.
i) Keterlibatan dengan klien dalam tingkat personal dan sosial.Melamunkan atau
memikirkan  klien.
j) Fantasi seksual atau agresi yang diarahkan kepada klien.
k) Perasaan cemas, gelisah atau  persaan bersalah terhadap kien

3
l) Kecendrungan untuk memusatkan secara berulang hanya pada satu aspek atau cara
memandang pada informasi yang  di berikan klien.
m) Kebutuhan untuk mempertahankan intervensi keperawatan dengan klien.

1. Reaksi coutertrasference biasanya dalam tiga bentuk (  Stuart dan Sundeen dalam


Intan, 2005):
a) Reaksi sangat mencintai atau “caring”.
Perawat Dono melakukan perawatan pada klien dini dengan cara yang
berlebih-lebihan yaitu dengan cara ,masih berlama-lama mengobrol dengan klien
tersebut padahal masih banyak klien yang perlu di tangani.perawat Dono juga
mencoba menolong klien dengan segala hal yang tidak berhubungan dengan tujuan
yang telah diidentifikasi.
b) Reaksi sangat bermusuhan
Perawat Dora mempunyai klien yang sangat Menjenkelkan.Derry (25 tahun)
Derry ini selalu marah-marah dan menjengkelkan perawat Dora sangat dendam pada
klienini dan selalumengacuhkan Derry meskipun dia membutuhkan pertolongan
c) Reaksi sangat cemas sering kali di gunakan sebagai respon terhadap resistensi.
Lima cara mengidentifikasikan terjadi countertransference (Stuart G. W
dalam Suryani, 2006)
1. Perawat harus mempunyai standaryang sama terhadap dirinya sendiriatas apa
yang di harapkan kepada kliennya.
2. Perawat harus menguji diri sendiri melalui latihan menjalin hubungan, terutama
ketika klien menentang atau mengeritik.
3. Perawat harus dapat menemukan sumber masalahnya.
4. Ketika countertrasference terjadi, perawat harus dapat melatih diri untuk
mengontrolnya.
5. Jika perawat membutuhkan pertolongan dalam mengatasi
countertransference, pengawasan secara individumaupun kelompok dapat lebih
membantu.

D. Pelanggaran Batas
Perawat perlu membatasi hubungannya dengan klien. Batas hubungan perawat-klien
adalah bahwa hubungan yang di bina adalah hubungan terapeutik,dalam hubungan ini
perawat berperan sebagai penolong dan klien berperan sebagai yang di tolong.

4
Baik perawat maupun klien harus menyadari batas tersebut (Suryani, 2006). Pelanggaran
batas terjadi jika perawat melampaui batas hubungan yang terapeutik dan membina
hubungan sosial, ekonomi, atau personal dengan klien. Beberapa batas hubungan perawat
dank lien (stuart dansundeen, dalam Intan, 2005)
1. Batas peran
Masalah batas peran ini memerlukan wawasan dan pengetahuan yang luas dari
perawat serta penentuan secara tegas mengenai batas-batas terapeutik perawat dan
klien.
2. Batas waktu
Penetapan waktu perlu dilakukan dimana perawat mengadakan hubungan
terapeutiknya dengan klien. Waktu pengobatan atau hubungan terapeutik yang tidak
wajar dan tidak mempunyai tujuan terapeutik harus dievaluasi kembali untuk
mencegah terjadinya pelanggaran batas.
3. Batas tempat dan ruang
4. Misalnya wawancara dimana? Kapan dan berapa lama?
Batas ini biasanya berhubungan dengan perawatan yang dilakukan . Pemanfaatan
terapeutik diluar kebiasaan misalnya dimobil atau dirumah klien, harus dengan
tindakan terapeutik yang rasional dan mempunyai tujuan yang jelas. Perawat tidak di
perbolehkan t dalam melakukan tindakan dikamar klien kadang perlu menghormati
batas-batas tertentu misanya pintu terbuka atau ada pegawai yang lain. 
5. Batas uang

Batas ini berhubungan dengan penghargaan klien dengan perawat berupa uang.
Disini juga perluadanya perhatian mengenai tawar-menawar terhadap klien miskin
tentang biaya pengobatan untuk mencegah timbulnya pelanggaran batas.

6. Batas pemberian hadiah dan pelayanan


Masalah ini controversial dalam keperawatan, namun yang pasti hal ini
melanggar batas.
7. Batas pakaian
Batas ini berhubungan dengan kebutuhan perawat dalam berpakaian secara tepat
dalam hubungan terapeutik perawat dank lien. Dimana perawat tidak diperbolehkan
memakai pakaian yang tidak sopan.

5
8. Batas Bahasa
Perawat perlu memperhatikan nada bicara dan pilihan kata ketika komunikasi
dengan klien. Tidak terlalu akrab, mengarah sikap seksul dan memberikan pendapat
dengan nada menggurui merupakan pelanggaran batas.
9. Batas pengungkapan diri secara personal
Mengungkapkan  diri secara personal dari perawat yang tidak berhubungan
dengan tujuan terapeutik dapat mengarah kepada pelanggaran batas.
10. Batas kontak fisik
Semua kontak fisik dengan klien harus dievaluasi untuk melihat apakah
melanggar batas atau tidak. Beberapa jenis kontak fisik/ seksual terhadap kien yang
tidak pernah tercangkup dalam hubungan terpeutik antara perawat dengan klien.
Untuk mencegah terjadinya pelanggaran batas dalam berhubungan dengan klien,
perawat sejak awal interkasi perlu menjelaskan atau membuat kesepakatan bersama
klien tentang hubungan yang mereka jalin. Kemudian selama berinteraksi perawat
harus berhati-hatidalam berbicara agar tidak banyak terlibat dalam komunikasi
sosial. Dengan selalu berfokus pada tujuan interaksi, perawat bisa terhindar
daripelanggaran terhadap batas-batas dalam berhubungan dengan klien.selalu
mengingatkan kontrak dan tujuan interaksi setiap kali bertemu dengan klien juga
dapat menghindari pelanggaran batas ini.(Suryani 2006). Contoh pelagggaran batas
yaitu (Intan 2005):
 Klien mengajak makan perawat siang atau maka malam  di luar.
 Klien memperkenalkan perawat pada keluarganya.
 Perawat menerimah pemberian hadiah dari bisis klien.
 Perawat menghadiri  acara-acara  sosial.
 Klien member perawat hadiah.
 Perawat secara rutin memeluk dan memegang klien.
 Perawat menjalankan bisnis atau memesan pelayanan dari klien.
 Perawat secara teratur memberi informasi personal kepada klien.
 Hubungan professional berubah menjadi hubungan sosial.
 Perawat menghadiri undangan klien
 Pemberian hadiah
Pemberian hadiah merupakan masalah yang kontroversial dalam
keperawatan. Disatu pihak ada yang menyatakan bahwa pemberian hadiah
dapat membantu dalam mencapai tujuan terapeutik, tapi dipihak lain ada yang

6
menyatakan bahwa pemberian hadiah bisa merusak hubungan terapeutik.
Hadiah dapat dalam berbagai bentuk misalnya yang nyata seperti sekotak
permen, rangkaian bunga, rajutan atau lukisan. Sedangkan yang tidak nyata
bisa berupa ekspresi ucapan terima kasih dari klien kepada perawat sebagai
orang yang akan meninggalkan rumah sakit atau dari anggota keluarga yang
lega dan berterima kasih atas bantuan perawat dalam meringankan beban
emosional klien.
 Cara mengatasi hambatan komunikasi
Untuk mengatasi hambatan teurapeutik, perawat harus siap mengungkapkan
perasaan emosional yang sangat kuat dalam konteks hubungan perawat -pasien.
Awalnya , perawat harus mempunyai pengetahuan tentang hambatan teurapeutik dan
mengenali prilaku yang menunjukkan adanya hambatan tersebut. Kemudian perawat
dapat mengklarifikasi dan mengungkapkan perasaan serta isi agar lebih berfokus
secara objektif pada apa yang sedang terjadi.
Latar belakang prilaku dikaji, baik pasien (untuk reaksi resistens dan
transferensa) atau perawat (untuk reaksi kontertransferens dan pelanggaran batasan)
bertanggung jawab terhadap hambatan teurapeutik dan dampak negatifnya pada
proses teurapeutik. Terakhir, tujuan hubungan, kebutuhan, dan masalah pasien
ditinjau kembali. Hal ini dapat membantu perawat untuk membina kembali kerja sama
teurapeutik yang sesuai dengan proses hubungan perawat-pasien.

E. Analisa Proses Interaksi


Analisa proses interaksi (API) (the interactional process analysis) merupakan alat
kerja yang dipakai perawat (mahasiswa) untuk memahami interaksi yang terjadi antara
perawat dan klien.
1) Tujuan API
 Meningkatkan kemampuan mendengar
 Meningkatkan kemampuan berkomunikasi
 Memberi dasar belajar artinya berupa alat untuk mengkaji kemampuan perawat
(mahasiswa) dalam berinteraksi dengan klien, dan data bagi CI / supervisor /
pembimbing untuk memberi arahan.
 Meningkatkan kepekaan perawat terhadap kebutuhan klien, serta mempermudah
perkembangan dan perubahan pendekatan perawat

7
 Membantu perawat merencanakan tindakan keperawatan
2) Analisa Proses Interaksi (API)
1) Pencatatan dan pelaporan merupakan alat komunikasi antar tim keperawatan
dan tim kesehatan
2) Aspek yang penting dicatat dan dilaporkan dalam keperawatan jiwa adalah pola
perilaku dan hubungan interpersonal perawat-klien.
3) Ada 3 macam catatan :
 Catatan perkembangan (proses keperawatan)
 Catatan hubungan perawat-klien
 Catatan resume
4) Catatan hubungan P-K adalah interaksi yang terjadi selama perawat berhubung
individual klien, kelompok klien, pada terapi modalitas keperawatan .
Catatan hubungan P-K secara verbal dapat berupa :
 Video tape; tape recording
 Catatan secara garis besar
 Catatan interaksi
1) Analisa proses interaksi merupakan alat kerja yang dipakai perawat
(mahasiswa) untuk memahami interaksi yang terjadi antara perawat dan
klien.
2) Semua pasien dapat dilakukan API.
3) Komponen API :
 Komunikasi verbal dan non-verbal perawat dan klien
 Analisa dan identifikasi peras perawat serta kemungkinan
komunikasi yang dapat dilakukan perawat.
 Analisa dan identifikasi persepsi perawat terhadap emosi dan
komunikasi klien.
 Analisa makna dan rasional dari komunikasi.
 Kesan atau evaluasi terhadap efektivitas dari komunikasi
berdasarkan data 1 sampai dengan 4
 Rencana lanjutan tindakan keperawatan
1) Pusatkan analisa proses yang berhubungan dengan komponen
sebagai berikut :
 Perasaan sendiri

8
Perawat waspada tentang respon perasaan sendiri &
menunjukkan peningkatan kemampuan untuk menjelaskan
riwayat / latar belakang dan analisa, apa dan mengapa
perasaan itu muncul.
 Tingkah laku non verbal
Cari / kenali, diskusikan dan analisa tingkah laku non
verbal diri sendiri
 Isi pembicaraan yang muncul dan terselubung
Cari / kenali, bedakan dan diskusikan teknik
komunikasi yang digunakan
2) Tujuan interaksi
 Perawat berperan sebagai apa ? dan pasien sebagai apa ?
 Apa anggapan perawat tentang kejadian yang telah terjadi ?
 Bagaimana seharusnya mereka berinteraksi ?
 Bagaimana proses ?
3) Analisa berpusat pada klien :
Pusatkan analisa proses interaksi pada komponen sebagai
berikut :
 Tingkah laku non verbal : Cari / kenali, diskusikan dan
analisa tingkah laku non verbal klien.
 Isi pembicaraan yang muncul dan terselubung (latent) :Cari /
kenali, bedakan dan diskusika
4) Perasaan klien
Temukan / cari arti tingkah laku klien, identifikasi dan
diskusikan keadaan perasaan klien, bagaimana perasaan klien
dipengaruhi oleh perawat
5) Kebutuhan klien
Cari kebutuhan klien dengan menggunakan data dari
interkasi yang baru terjadi, interaksi sebelumnya, riwayat klien
dari teori.

9
6) Alasan teori (rasional)
Sintesa dan terapan teori pada proses interpersonal :
berikan alasan teoritis intervensi anda atau intervensi lain dan
tunjukkan peningkatan kemampuan dalam mendiskusikan
tingkah laku klien dalam rangka teori psikodinamika, teori
adaptasi, setiap teori-teori lain yang dikenal.

10
BAB III

TEKS ROLEPLAY HAMBATAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK

PERAN :

1. Narator : Ria Rada Kaka


2. Dokter IGD : Maximus Sistyan A
3. Dokter Rawat Inap : Winda Ayu Lestari
4. Perawat IGD 1 : Lely Nur Rosalena
5. Perawat IGD 2 : Mega Ayu Wulandhari
6. Perawat Ranap 1 : Nurilla Widia
7. Perawat Ranap 2 : Dini Sri Rahayu
8. Perawat Ranap 3 : Dita Fara Marlinda
9. Perawat Ranap 4 : Bila Romadhoni
10. Siswa Magang IGD : Rikha Amelia Safitri
11. Siswa Magang Ranap : Siti Mutmainnah
12. Pasien : Wisno Bosa Mawukudo
13. Ayah Pasien : Moh. Aldi
14. Ibu Pasien : Dessy Siska Fitriani
15. Kakak Pasien : Keisya Flavia L
16. Apoteker : 1. Zulfa Fatkhu R
2. Idinha D'jesus V
17. Administrasi : 1. Lisye Efruan
2. Yudi Fransina
18. Radiologi : 1. Reinhard
2. Werlin Weya
19. Dokumentasi : 1. Delis Abisai Bana
2. Kezia Kilmanun
3. Melkisedek Sairdekut
___________________________________________________________________________

Assalamualaikum wr.wb
Kami dari kelompok 2 akan menampilkan sebuah roleplay yang biasa terjadi di kalangan
masyarakat, yaitu hambatan komunikasi terapeutik. Hambatan pada komunikasi terapeutik ini

11
memiliki 3 tahap yaitu, resistence hambatan dari klien yang tidak mengetahui aspek
penyebab penyakit, transference hambatan yang di lakukan oleh klien, coutertransference
hambatan yang di lakukan oleh perawat sendiri. Selamat menyaksikan ,..

Prolog :
Suatu hari, datang pasien ke rumah sakit artha bodhi iswara bersama keluarganya dengan
tergesa gesa, dengan keluhan pusing berputar, mata berkunang kunang, lemas dan sesak
nafas. Kemudian, perawat IGD 1 melakukan tindakan pemeriksaan TTV beserta pemasangan
oksigen, sedangkan perawat IGD 2 memanggil dokter IGD untuk segera memeriksa klien.
Ibu Pasien : " mbak, mbak tolong anak saya mbak " (sambil menuju ruang igd)
Perawat igd 1 : " iya bu, sini mas nya tiduran dulu, kepala nya agak di tinggikan ya, dek dek
pasang oksigen ya "
Siswa Mgng 1 : " iya mbak " (sambil mengambil tabung oksigen & memasang di hidung)
Perawat igd 2 : " salah satu keluarga dimohon untuk ke bagian administrasi untuk
melakukan pendaftaran "
Ayah Pasien : " biar ayah saja bu, ibu tunggu wisno disini " (perawat igd sambil
melakukan ttv)
Ibu Pasien : "iya sudah yah " (ayah pasien menuju ke bagian administrasi)
Administrasi : " ada yang bisa saya bantu pak ? "
Ayah Pasien : " daftar pasien baru mbak "
Administrasi : " nama nya yang sakit siapa pak ? "
Ayah Pasien : " Wisno Bosa mbak "
Administrasi : " usia nya pak ? "
Ayah Pasien : " 20 tahun mbak "
Administrasi : " Alamat tinggal nya dimana pak ? "
Ayah Pasien : " Pumpungan 3 no. 12 "
Administrasi : " baik pak, sudah. Silahkan kembali ke ruangan igd, untuk rekam medisnya
biar saya serahkan ke perawatnya "
Ayah Pasien : " iya mbak, terima masih " (ayah pasien kembali ke ruangan igd)

Prolog :
Setelah ayah pasien melakukan pendaftaran di bagian administrasi, ayah pasien langsung
kembali ke ruangan igd.
Perawat 1 : "ini keluhannya apa mas.?"

12
Pasien : "pusing, lemas, sama sesak mba."
Perawat 1 : "ini awalnya kenapa, habis jatuh atau gimana.?"
Pasien : "ngga tau mba, tiba-tiba aja kaya gini."
Perawat 1 : "Sudah berapa lama,?"
Pasien : "Baru tadi habis mandi mba."
Perawat 1 : "Sebelumnya punya riwayat penyakit apa, hipertensi atau vertigo,?"
Pasien : "Ngga tau mbak."
Perawat 1 : " dek, dek...... tolong tensikan masnya ya sama pasang oksigen juga."
Siswa : " iya mbak "

Kemudian siswa magangpun melakukan tindakan ttv, sedangkan perawat-perawat memanggil


dokter Igd, setelah beberapa menit, Dr Igd pun datang dan melakukan pemeriksaan.

Perawat 2 : "dok, ada pasien..!"


Dokter Igd : "iya mbak," ( menuju ruangan Igd )
Perawat 2 : "ini dok pasiennya."
Dokter Igd : "selamat pagi, saya dokter sistyan, keluhannya apa mas,?"
Ayah Pasien : "pusing dok, badan rasanya lemas, habis mandi seperti mau pingsan."
Dokter Igd : "iya sudah mas, saya periksa dulu ya." (dokter melakukan pemeriksaan)

Setelah pemeriksaan, dokter menganjurkan pasien untuk rawat inap, dan melakukan
pemeriksaan radiologi rontgen dada.

Dokter : "ini harus dilakukan rawat inap, dikarenakan tubuh masnya lemas, dan harus
di lakukan pemeriksaan ronsen dada"
Pasien : "iyasudah tidak apa-apa dok."
Dokter : "dek, tensi masnya berapa,?"
Siswa mgng : "Tensinya 90/60 mmHg dok."
Dokter : "iya sudah" mba minta tolong di pasang infusnya ya."
Perawat 2 : "baik dok."

Perawat menyiapkan alat untuk memasang infus, tetapi cairan infus yang diminta dokter,
persediaan di igd habis, dan harus mengambil ke apotik.

13
Perawat 2 : "dek, cairan infusnya di igd habis, minta tolong ambilkan di apotik ya."
Siswa mgng : "iya mbak."
Perawat 2 : "ini resepnya."
Siswa : "iya mbak."

Siswa magang menuju apotik untuk mengambil resep dokter.

Siswa mgng : "mbak, ini ada resep dokter dari igd."


Apoteker : "iya, sebentar ya dek saya ambilkan,"
Siswa mgng : "iya mbak."
Apoteker : "ini cairannya dek."
Siswa mgng : "iya, terimakasi mbak."

Siswa magang kembali ke igd untuk menyerahkan cairan infus dari apotik dan perawat igd
melakukan tindakan pemasangan infus.

Perawat 1 : "keluarga mas wisno, silahkan mengisi surat persetujuan tindakan ya"
Ibu px : "iya mbk. Tanda tangan disini ya mbk"
Perawat 1 : "iya bu"

Perawat igd 1 dan 2 memasang infus

Perawat 2 : "mas saya pasang infusnya dulu ya, kalau sakit ditahan jangan dilepas atur
pernafasan saja ya
Px : "iya mbk pelan pelan ya"
Perawat 2 : "saya suntik ya mas, tarik nafas mas... sudah keluarkan"
Px : "aaduuuuuuhhhh........."

Setelah perawat 2 melakukan tindakan, perawat 1 meminta kepada siswa magang untuk
memberitahukan kepada perawat ruangan agar menyiapkan ruang rawat inap untuk pasien

Siswa mgng 1 : "mbak permisi saya di minta mbak lely untuk memberitahukan bahwa ada
pasien baru yang akan di pindah ke ruang ranap dewasa. Ini pasien kelas 2

14
mbk, minta tolong disiapkan juga kamarnya, kira kira yang kosong ruang
mana ya. Biar nanti saya yang antar."
Perawat 3 : "di ruang anggrek aja dek. Nanti biar teman mu yang bersih kan"
Siswa mgng 1 : "Oh ya siap mbak"
Perawat 3 : "iya dek, terima kasih ya, dek ayo ikut bersihkan ruang anggrek ya"
Siswa mgng 2 : "iya mbak"

Siswa magang kembali ke IGD memberitahukan ruang ranap anggrek sudah siap .

Siswa mgng 1 : "mbk ruangan untuk pasien sudah siap, di ruang anggrek."
Perawat 1 : baiklah kalau gitu dek, nanti kamu ikut saya untuk antar pasien nya ya"
Siswa mgng 1 : "iya mbak"

Siswa magang igd mengantarkan pasien ke ruang anggrek sedangkan perawat igd 1 menuju
ke ruangan perawat rawat inap untuk melakukan timbang terima

Perawat igd 1 : "selamat siang mba, ini ada pasien baru Sdr.Wisno usia 20 tahun, keluhan
utama masuk pusing berputar, lemas, mata berkunang kunang dan sesak
nafas mba, tetapi sekarang sudah tidak sesak lagi"
Perawat ranap 1: "oh iya mba, baik"
Perawat ranap 2: "untuk terapi nya bagaimana mbak ?"
Perawat igd 1 : " semua terapi nya sudah saya masukkan semua untuk injeksi pertama mba,
untuk injeksi selanjutnya sesuai jadwal ya"
Perawat ranap 1: "oke mba sip sip"
Perawat igd 1 : " kalau begitu saya kembali ke igd ya mba"
Perawat ranap 2: " terima kasih ya mba"

Perawat igd 1 dan siswa magang igd kembali ke igd, dan pada siang hari nya perawat ranap 2
melakukan TTV pada pasien

Perawat ranap 2: "Permisi, selamat siang. Mas di cek TTV dulu ya"
Pasien : "iya mbk silahkan"
Perawat ranap 2: "bagaimana mas keadaannya sekarang?"
Pasien : "masih pusing mbk, tapi karna mbk nya ada disini pusing saya berkurang"

15
Selama perawat melakukan tindakan TTV dan mengecek kondisi pasien, pasien mengajukan
pertanyaan dengan senyum senyum sendiri

Pasien : "mbak apakah harus dilakukan rontgen ya, harus banget ya. Saya takut loh
mbak"
Perawat ranap 2: "iya mas ini perlu untuk melihat apakah ada tanda tanda benturan yang
mengakibatkan kerusakan dibagian dalam dada atau ada penumpukan cairan
di paru paru mas. Apakah mas nya masih terasa sesak sekarang?"
Pasien : "hihihi.. mbak nya ini kok mirip sama mantan saya ya, cara bicaranya juga
ih. nama mbk siapa?"
Perawat ranap2: "oh ya mas!, wah berarti mantan mas cantik ya, kan sama kayak saya"
Pasien : "wah iya mbk. Mbk ini mirip bidadari yang turun dari surga untuk
menolongku saja ya, jadi adem liat nya"
Perawat ranap 2: "masak sih mas, jadi malu kalau gitu saya antar ke radiologi sekarang ya
mas"
Pasien : "iya sudah mbak, ayo"

Perawat rawat inap 2 mengantarkan saudara wisno ke ruang radiologi untuk di lakukan
pemeriksaan rontgen dada

Perawat ranap2 : "mas, ini ada surat pengantar untuk dilakukan rontgen dada"
Radiologi : "oh iya mbak, di tunggu dulu ya, mas nya mari ikut saya"
Pasien : " iya mas"

Setelah menunggu beberapa menit, perawat ranap 2 pun mengantarkan pasien kembali ke
ruangannya

Perawat ranap 2 : " ya sudah kalau begitu saya kembali ke ruangan ya mas, kalau ada apa apa
panggil saya saja di ruangan perawat "
Pasien : "loh mbak, kemana ? kok terburu sekali, disini saja dulu temani saya"
Perawat ranap 2 : "maaf ya mas saya masih ada banyak kerjaan yang harus di selesaikan"
Pasien : "iya sudah mbak, hati hati ya"

16
Perawat rawat inap 2 keluar dari ruang anggrek, untuk memeriksa pasien lain. Keluarga
pasien yang tadi melihat tingkah aneh pasien pun menanyakan sikapnya

Ayah pasien : "kenapa tadi senyum senyum sendiri"


Pasien : "suster tadi mirip tasya ya yah, ayah ingat kan teman smp ku dulu"
Ayah pasien : " oh tasya, iya mirip. Cantik ya"

Malam hari nya, perawat ranap 1 dan 2 yang tadi berjaga, melakukan operan timbang terima
kepada perawat yang shift selanjutnya yaitu perawat ranap 3 dan 4. Semua perawat sedang
berfokus pada rekam medis pasien sedangkan perawat ranap 2 sedang melamun dan senyum
senyum sendiri.

Perawat ranap 1 : "mbak, ini sdr wisno keluhannya sekarang masih sama seperti awal masuk
mba, pusing berputar hanya saja sudah tidak sesak"
Perawat ranap 3 : "ohh iya iya mbak, tetesannya 21 tpm ya"
Perawat ranap 4 : "mba dini? Mba ?"
Perawat ranap 1 : "mba dini baik baik saja? Apa lagi jatuh cinta ? "
Perawat ranap 2 : " ha? Enggak kok mba, maaf maaf lagi kepikiran sesuatu aja"
Perawat ranap 4 : " iya sudah mba yang fokus ya"

Setelah melakukan operan timbang terima perawat ranap 1 & 2 pulang, sedangkan perawat
ranap 3 melakukan tindakan pemberian obat injeksi kepada sdr wisno dan sdr wisno sedang
mencari cari keberadaan perawat ranap 2

Perawat ranap 3 : "selamat malam mas,"


Kakak pasien : "iya mba, selamat malam"
Perawat ranap 3 : " permisi ya mas, saya perawat dita, akan memberikan obat melalui
suntikan, jadi ini disuntik dulu ya biar ndak pusing"
Pasien : "loh kok mbak ini, mbak yang tadi mana ? "
Perawat ranap 3 : " mbak siapa mas ?"
Pasien : " mbak tadi itu loh yang nensi tadi siang, mbak nya cantik, kalau gak salah
nama nya dini"
Ayah pasien : " iya mbak, mbak dini yang di maksud anak saya"

17
Perawat ranap 3 : " oh mbak dini baru saja pulang, besok mbak dini shift lagi, sekarang biar
saya yang nyuntik ya"
Pasien : " gak mau mbak, saya mau nya sama mbak dini"
Ayah Pasien : " gimana sih wis, nanti kamu gk sembuh bagaimana ? "
Perawat ranap 3 : " iya, biar cepat sembuh mas, besok biar tak sampaikan salam nya buat
mbak dini, biar besok mbak dini yang nyuntik ya"

Setelah beberapa menit kemudian sdr wisno pun mau untuk disuntik oleh perawat dita, karna
pasien bersih kukuh hanya ingin di suntik oleh perawat dini

Pasien : " ya sudah mba, saya mau tapi nanti salam in buat mbak dini ya"
Perawat ranap 3 : " nah gitu, iya nanti saya sampaikan"

Setelah melakukan injeksi kepada saudara wisno, perawat dita kembali ke ruangan dan
keesokan harinya dokter ranap ke ruangan sdr wisno di temani oleh perawat bila untuk
melakukan pemeriksaan kembali kepada sdr wisno

Dokter ranap : "selamat pagi"


Ibu pasien : " pagi dok,"
Dokter ranap : " saya dr winda, bagaimana keadaannya apa sudah baikan ?"
Pasien : " sudah baikan kok dok"
Perawat ranap 4 : " ini rekam medis nya dok, keluhan terakhir sudah tidak ada keluhan "
Dokter ranap : " ya sudah saya periksa dulu ya"
Pasien : "iya dok"
Dokter ranap : "ya sudah pulang saja ya kalau begitu, rawat jalan saja nanti di siapkan oleh
perawat untuk kepulangannya"
Ibu pasien : " terima kasih ya dok"

Dan pada akhirnya dokter pun mengizinkan bahwa sdr wisno sudah di perbolehkan pulang,
dan dokter kembali ke ruangan untuk menyampaikan kepada perawat yang sedang berjaga.

Dokter ranap : "mbak, ini sdr wisno sudah bisa pulang ya,obat pulang nya sudah saya tulis
di rekam medis nya."
Perawat ranap 3 : "iya dok, nanti resep obat pulang nya saya kasihkan ke keluarga pasien"

18
Dokter ranap : "iya mbak, terima kasih ya"
Perawat ranap 3 : "iya sama sama dok"

Kemudian perawat ranap 3 meminta kepada siswa magang untuk menyerahkan resep obat
pulang kepada keluarga pasien untuk di tebus di apotek.

Perawat ranap 3 : "dek, tolong ini kasihkan ke keluarga pasien sdr wisno ya, untuk di tebus di
apotek"
Siswa mgng 2 : " iya mbak"
Siswa mgng 2 : " permisi bu, ini ada resep obat pulang untuk di tebus di apotek bu ya"
Ibu pasien : " oh iya mba, terima kasih ya"

Setelah siswa magang memberikan resep obat pulang kepada keluarga pasien, ayah pasien
pun segera menebus obatnya di apotek.

Ayah pasien : " mbak saya mau nebus obat buat anak saya"
Apoteker : "oh iya pak, di tunggu ya"
Ayah pasien : " iya mbak"
Apoteker : " ini obatnya pak, sesudah makan semuanya, kalau semisal 3 hari masih ada
keluhan silahkan kontrol ke rumah sakit ini ya "
Ayah pasien : " terima kasih"
Apoteker : " sama sama pak"

Ayah pasien pun kembali ke ruang anggrek, di tempat lain perawat ranap 3 & 4 melakukan
pergantian shift kepada perawat ranap 1 & 2 bahwa saudara wisno sudah di perbolehkan
untuk pulang/

Perawat ranap 4 : "mbak ini saudara wisno sudah di perbolehkan pulang ya"
Perawat ranap 3 : "resep obat pulang nya sudah saya serahkan ke keluarga pasien"
Perawat ranap 1 : "ya sudah mbak, berati ini tinggal up infus saja ya"
Perawat ranap 3 : " iya mbak, tinggal up infus saja kok"
Perawat ranap 2 : "ya sudah nanti biar saya saja yang up infus"

19
Setelah perawat ruangan melakukan timbang terima, perawat ranpa 2 menuju ke ruang
anggrek untuk melepas infus saudara wisno, dan memastikan apakah resep obat pulang nya
sudah di tebus di apotek atau belum.

Perawat ranap 2 : "permisi "


Kakak pasien : " loh mbak ini"
Perawat ranap 2 : "iya mba"
Ibu pasien : " wis, ini loh mbak dini yang kamu cari cari kemarin"
Pasien : "loh mbak nya kemana saja, saya dari kemarin nyari in mbak dini loh"
Perawat ranap 2 : " iya mas, kemarin bukan shift saya"
Pasien : "oh gitu ya mba, mba kita tukaran tulang yuk mba"
Perawat ranap 2 : " maksud nya mas?"
Pasien : "iya mba, saya jadi tulang punggung nya mba, mba nya jadi tulang rusuk
saya ma"
Perawat ranap 2 : "ah mas nya bisa saja, bu resep obat pulang nya sudah di tebus di apotek
apa belum ya"
Ibu pasien : "sudah mbak, ayah nya yang nebus"
Perawat ranap 2 : " ya sudah kalau begitu bu"
Pasien : " mbak nya ada waktu gak nanti ? "
Perawat ranap 2 : "emang kenapa mas ?"
Pasien : " kalau mbak nya gak sibuk entar malam temani saya makan, bisa gk mba?"
Perawat ranap 2 : "iya saya usahakan ya mas"
Pasien : "mbak kok nafas saya sesak ya"
Perawat ranap 2 : "loh masih sesak ta, kalau masih sesak ndak bisa pulang loh"
Pasien : " iya mbak karna separuh nafas ku ada di mbak nya"
Perawat ranap 2 : "saya kira sesak beneran mas"
Kakak pasien : " sudah jangan gombal terus, kasihan mbaknya, malu malu"

Setelah beberapa kali saudara wisno melontarkan gombalan nya kepada perawat dini, saudara
wisno pun memberikan hadiah spesial

Pasien : " mbak dini, ini saya ada hadiah buat mbak dini, karna mbak dini sudah
merawat saya dengan sebaik mungkin"
Perawat ranap 2 : "sudah jangan gitu mas, itu sudah merupakan tugas saya"

20
Pasien : "gapapa mbak, terima saja buat kenang kenang an"
Perawat ranap 2 : " ya sudah mas, saya terima ya"
Pasien : " iya sama sama mbak"

Perawat ranap 2 kembali ke ruang perawat sambil tersenyum senyum sendiri membawa
hadiahnya, dan bertemu dengan perawat ranap 1 dan perawat dita pun menjelaskan bahwa
yang dia lakukan merupakan hambatan komunikasi terapeutik

Perawat ranap 1 : "dapat hadiah dari pasien wisno ? "


Perawat ranap 2 : " iya mba, katanya sih untuk kenang kenang an"
Perawat ranap 1 : "maaf ya mbak sebelumnya, yang mbak lakukan itu salah mbak, yang
mbak lakukan itu merupakan hambatan dari komunikasi terapeutik. Kita
sebagai perawat harus bisa bersikap professional antara perawat dan pasien,
agar tidak menghambat proses penyembuhan pasien itu sendiri mba"
Perawat ranap 2 : " iya mba, maaf kan saya, kejadian ini tidak akan terulang lagi"
Perawat ranap 1 : " iya sudah mbak, tidak apa2"

Pasien & keluarga pasien pun pulang dan perawat ranap 2 sudah menyadari kesalahannya.
Sebagai perawat seharusnya kita menjunjung tinggi professionalisme, menyamaratakan
pasien 1 dengan pasien yang lain, tidak membeda beda kan, tidak melama lama kan ngobrol
dengan 1 pasien sedangkan pasien lain menunggu untuk di cek, sehinga tidak menghambat
proses penyembuhan pada pasien. Sekian dari kelompok kami, mohon maaf apabila ada tutur
kata yang salah dan tidak berkenan di hati, terima kasih
Wassalamualaikum wr.wb

21
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Komunikasi terapeutik merupakan tanggung jawab moral seorang perawat


serta salah satu upaya yang dilakukan oleh perawat untuk mendukung proses
keperawatan yang diberikan kepada klien. Komunikasi terapeutik bertujuan untuk
mengembangkan pribadi klien ke arah yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan
pada petumbuhan klien. Komunikasi terapeutik tidak sama dengan komunikasi sosial.
Komunikasi sosial tidak mempunyai tujuan tertentu dan biasanya pelaksanaan
komunikasi ini terjadi begitu saja. Sedangkan komunikasi terapeutik mempunyai
tujuan dan berfungsi sebagi terapi bagi klien. Karena itu, pelaksanaan komunikasi
terapeutik harus direncanakan dan terstruktur dengan baik.

Analisa proses interaksi (API) (the interactional process analysis) merupakan


alat kerja yang dipakai perawat (mahasiswa) untuk memahami interaksi yang terjadi
antara perawat dan klien.

B. Saran
Untuk dapat melakukan pendekatan yang efektif terhadap klien perawat hendaknya
mengetahui strategi yang tepat dalam menggunakan komunikasai terapeutik. Perawat
harus menciptakan sebuah perencanaan dan struktur yang baik dalam pelaksanaan
komunikasi terapeutik. Dalam melakukan komunikasa dengan klien perawat harus
menghargai keunikan setiap klien.

22
DAFTAR PUSTAKA

Alimul A.A. 2003. Riset Keperawatan & Tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Pernerbit
Salemba Medika.

Ellis R.B & Gates R.J. 2000. Komunikasi Interpersonal dalam Keperawatan(terjemahan).


Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Wahyuni Arti. 2004. Hubungan Antara Karakteristik Perawat Dengan Motivasi Perawat


Dalam Menerapkan Komunikasi Terapeutik. Semarang

http://healthyusandart.blogspot.com/2013/01/hambatan-dalam-komunikasi-terapeutik.html

23

Anda mungkin juga menyukai