Anda di halaman 1dari 12

ROLE PLAY

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KELUARGA

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Muthia Muthmainnah, M. Kep., Sp. Kep. Mat.

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
1. Indah Widya Astuti N. G1B119022
2. Syifa Inayati G1B119023
3. Vinola Adiesty Pratami G1B119024
4. Muhammad Nasril Lukman G1B119026
5. Rizki Dini Maharani G1B119029
6. Okti Maghfirawati G1B119032
7. Putri Dwi Azizi G1B119033
8. Sri Mulyani G1B119034
9. Tasya Nabila G1B119040
10. Esa Surya Aulia G1B119042
11. Septia Dwi Mawarti G1B119050

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah role play ini yang berjudul
“komunikasi terapeutik pada keluarga”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas komunikasi keperawatan 2. kami
sangat menyadari dalam penyusunan dan penulisan makalah ini masih ada banyak
sekali kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun untuk perbaikan dan memperluas wawasan penulis. Semoga makalah ini
dapat memberi tambahan ilmu bagi kami semua pada khususnya dan juga untuk
peserta penyuluhan.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Jambi, 17 novenmber 2020

kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai salah satu komponen yang penting dalam keperawatan adalah keluarga.
Keluarga merupakan unit terkecil setelah individu yang menjadi klien dalam
keperawatan (sebagai penerima asuhan keperawatan). Salah satu aspek terpenting
dari keperawatan keluarga adalah pemberian asuhan pada unit keluarga. Keluarga
bersama dengan individu, kelompok, dan komunitas adalah klien keperawatan.
Secara empiris disadari bahwa kesehatan para anggota  keluarga sudah ditanggulangi
secara tepat tetapi keluarga belum dianggap sebagai klien dari keperawatan. Keluarga
sangat memiliki pengaruh yang besar terhadap individu dan kelompok.
Menurut Burgess dan kawan–kawan (1963) bahwa (1) keluarga terdiri dari orang-
orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah, dan ikatan adopsi, (2) para
anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama dalam satu rumah tangga atau jika
hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut
sebagai  rumah mereka, (3) anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu
dengan yang lainnya dalam peran sosial. Keluarga seperti suami dan istri, ayah dan
ibu, anak laki-laki dan anak perempuan, saudara dan saudari, (4) keluarga sama-sama
menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang diambil dari masyarakat dengan
beberapa ciri unik tersendiri.
Oleh karena itu, penetapan keluarga sebagai klien atau sasaran asuhan
keperawatan adalah hal yang tepat. Keluarga dalam hal ini tidak dipandang berapa
banyak anggotanya, tetapi kesatuannya yang unik dalam menghadapi masalah.
Keunikan dilihat dari cara berkomunikasi, mengambil keputusan, sikap, nilai, cita-
cita, hubungan dengan masyarakat luas, dan gaya hidup yang tidak sama atar satu
keluarga dengan keluarga yang lainnya. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh
lingkungan, zaman, dan geografis ; keluarga di desa sangat berbeda dengan keluarga
di kota dalam besarnya anggota keluarga, struktur, nilai, dan juga gaya hidupnya.
Keluarga mempunyai siklus perkembangan sebagaimana layaknya individu.
Perkembangan itu terutama dalam hal besarnya keluarga dan kemampuannya, mulai
dari pasangan yang baru menikah, baru memiliki anak , memiliki anak remaja,
memiliki anak dewasa, sampai keluarga yang salah seorang anggota keluarganya
meninggal dunia. Menurut tapia, perkembangan keluarga juga mengikuti tahap-tahap
seperti tahap bayi, tahap kanak-kanak, tahap remaja, tahap dewasa, keluarga dewasa.
Keluarga dewasa adalah keluarga sendiri yang sanggup memikul tanggung jawab dan
menentukan perannya yang baik.

1.2 Landasan Teori


Komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk
membantu klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan psikologis, belajar
dan bagaimana berhubungan dengan orang lain (Northouse, 1998). Komunikasi
terapeutik adalah komunikasi yang mendorong proses penyembuhan klien (Depkes
RI, 1997).
Ciri-Ciri Komunikasi Keluarga
Menurut Kumar (Wijaya,1987) ciri-ciri komunikasi dalam keluarga adalah
sebagai berikut:
a.       Keterbukaan (openess)
Keterbukaan adalah sejauh mana individu memiliki keinginan untuk terbuka dengan
orang lain dalam berinteraksi. Keterbukaan yang terjadi dalam komunikasi
memungkinkan perilakunya dapat memberikan tanggapan secara jelas terhadap
segala pikiran dan perasaan yang diungkapkannya.
b.      Empati (Empathy)
Empaty adalah suatu perasaan individu yang merasakan sama seperti yang dirasakan
orang lain, tanpa harus secara nyata terlibat dalam perasaan ataupun tanggapan orang
tersebut.
c.       Dukungan
Adanya dukungan dapat membantu seseorang lebih bersemangat dalam melakukan
aktivitas serta meraih tujuan yang diinginkan. Dukungan ini lebih diharapkan dari
orang terdekat yaitu, keluarga.
d.      Perasaan Positif (Positiveness)
Perasaan yaitu dimana individu mempunyai perasaan positif terhadap apa yang sudah
dikatakan orang lain terhadap dirinya.
e.       Kesamaan (Equality)
kesamaan disini dimaksudkan individu mempunyai kesamaan dengan orang lain
dalam hal berbicara dan mendengarkan.

1.3 Tujuan
Adapun tujuan komunikasi terapeutik pada keluarga adalah sebagai berikut:

1. Realisasi dan penerimaan diri serta peningkatan penghormatan diri pasien


2. Pasien mampu membina hubungan interpersonal dan saling bergantung pada
orang lain
3. Meningkatkan fungsi dan kemampuan pasien untuk memuaskan
kebutuhannya serta mencapai tujuan yang realistis
4. Pasien memiliki rasa identitas yang jelas serta peningkatan integritas diri
5. Membantu pasien mengurangi beban perasaan dan pikiran
6. Membantu pasien mencapai tingkat kesembuhan yang diharapkan
7. Membantu pasien atau keluarga mengambil tindakan untuk mengubah situasi
8. Mendorong dan menganjurkan terjalinnya kerja sama antara perawat dengan
keluarga maupun dengan pasien
9. Mengidentifikasi, mengungkapkan, mengkaji serta melakukan evaluasi
tindakan intervensi keperawatan
10. Membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik serta diri pasien
maupun keluarga pasien
11. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk pasien dan keluarga
12. Memperbaiki pengalaman emosional pasien dan keluarga
BAB II

NASKAH ROLE PLAY

2.1 Pengorganisasian

Indah Widya Astuti N Sebagai: Perawat perawat 1


Syifa Inayati Sebagai: Kakak 1
Vinola Adiesty Pratami Sebagai: Ibu pasien
Muhammad Nasril Lukman Sebagai: perawat 2
Rizki Dini Maharani Sebagai: kakak 2
Okti Maghfirawati Sebagai: Pasien
Putri Dwi Azizi Sebagai: Kakak 3
Sri Mulyani Sebagai: Adik 1
Tasya Nabila Sebagai: Dokter
Esa Surya Aulia Sebagai: Adik 2
Septia Dwi Mawarti Sebagai: Narator

2.2 Naskah
Prolog:
Komunikasi perawat dengan keluarga di ruang rawat inap

Suatu hari di suatu desa seorang anak kesayangan yang bernama Okti sedang
bermain lompat tali dengan teman-temannya. Hingga pada saat bermain lompat tali
tadi okti pun terjatuh dan merasa sakit di kakinya dan teman-teman okti langsung
membawanya pulang dengan okti menangis kesakitan.

Di rumah

Okti : “maaaaa kaki okti sakit maaaaa”

Ibu : “ya Allah kamu kenapa nak sampai begini?”

Okti : “tadi okti bermain lopat tali bu kemudian terjatuh kaki okti sakit bu”
Ibu :”ayo sekarang kita pergi ke rumah sakit”

Okti : “iya bu”

Ibu Oktipun langsung menghubungi semua kakak dari okti dan juga
membawa 2 adik okti ke rumah sakit karena ayah okti sedang bekerja di luar kota.

Ibu; (menelpon kakak 1) “kak adekmu si Okti tadi main lompat tali dan terjatuh
tolong hubungi adek-mu yang lain ya ini ibu lagi di perjalan menuju rumah sakit”

Kakak 1 : “ya ampun si okt masih aja main lompat tali kan gini jadinya, baik bu
saya akan menagtakannya ke adek-adek yang lain dan kami bisa langsung datang ke
RS sama-sama bu”

Ibu : “iya nak buruan datang ya nak”

Kakak 1 pun langsung datang ke rumah adek adeknya yaitu kakak 2 dan 3
yang rumah mereka lumayan berdekatan

Kakak 1 : “dek ada kabar buruk dari adek kita si okti”

Kakak 2 dan 3 : “okti kenapa kak?

Kakak 1 : “okti main lompat tali dengan teman-temannya kemudian terjatuh


dan kakinya sakit”

Kakak 3 : “lalu sekarang bagaimana kak?”

Kakak 1 : “ibu lagi di perjalanan menuju rumah sakit dan juga membawa adek
kita si sri dan esa”

Kakak 2 :”yaudah kak kita langsung berangkat aja ke rumah sakit kita lihat
keadaan si okti “

Kakak 1 dan 3 : “iya ayo kita siap-siap”


Kakak 1,2 dan 3 pun bersiap-siap menuju rumah sakit. Dan ibu okti dan sri
dan esa sudah sampai di rumah sakit, kebetulan rumah sakit pada saat itu ada
lumayan banyak pasien yang perlu di tangani segera selain okti sehingga membuat
mereka menunggu

Ibu :”ini gimana sih lama banget udah dari tadi saya datang”

Okti :”(meringis kesakitan) bu sakit kaki okti bu”

Ibu :”sabar ya nak nanti ibu panggil perawatnya”

Sembari menunggu perawat satu lewat di depan ibu okti dengan terburu-buru
karena ada pasien yang butuh penanganan segera.

Ibu :”ners ini saya dari tadi di sini lo kok kamu cuman mondar-mandir aja
anak saya kapan di tangani ?”

Perawat 1 : “sabar ya ibu ini lagi ada pasien yang butuh penanganan segera bu
kecelakaan bu”

Ibu: saya gak mau tau buruan ya”

Perawat 1 : “iya bu tunggu sebentar ya bu”

Ibu okti tetap menunggu untuk penanganan anaknya, kemudian adek 1 dan 2
sudah mulai bosan dan takut di rumah sakit tersebut

Adik 1 : “bu ayo pulang sri ga suka di sini ada bau obat bu”

Adik 2 : “iya bu esa juga takut melihat suntik yang di bawa sama mereka itu
bu”

Ibu: tunggu bentar lagi ya nan kakak kamu lagi sakit kita tunggu kakak kamu yang
lain datang dlu baru kalian pulang ya
Tidak lama kemudian kakak 1,2 dan 3 pun datang dan melihat kondisi okti
yang masih belum di tangani oleh dokter dan malah menjadi emosi, dan kemudian
perawat 1 pun lewat lagi di dekat mereka

Kakak 1 :”nurse kenapa masih belum di tangani sih adek saya ini udah lama lo
kami di sini “

Perawat 1 :”sebentar lagi dokter akan datang ya sabar sebentar ya buk”

Kakak 2 : “sabar-sabar udah dari tadi juga”

Kakak 3 : yaudah bu sri dan esa saya bawa pulang ke rumah sayaa saja dulu”

Ibu :”iya nak hati-hati ya”

Kakak 3 :” iya bu, ayok dek kita ke rumah kakak”

Adek 1 dan 2 :”ayo kak”

Setelah adek 1 dan 2 di bawa oleh kakak 3 pulang barulah perawat dan dokter
datang untuk melihat kondisi okti.

Dokter : “ini kenapa bu anaknya”

Ibu :”dia terjatuh main lompat tali dok”

Dokter : “ooo ada yang sakit di bagian tulang dak dek?”

Okti :”tidak ada dok tapi lukanya perih banget dok”

Dokter:”yaudah nanti akan di bersihkan dan di beri obat sama perawat ya dek, ners
bersihkan ya lukanya”

Perawat 2 : “baik dok”

Sembari perawat 2 membersihkan luka okti dokterpun pamit untuk memeriksa


pasien yang lain dan ibu dan kakak 1 dan 2 marah kepada perawat 2 karena cukup
lama di tangani si okti.
Ibu :” ners ini kenapa anak saya baru di tangani sekarang udah lama lo
kami di sini”

Kakal 1 : “iya nih orang dari tadi nunggu gimana sih rs ini”

Kakak 2 :”tau nih lama banget”

Perawat 2 :”mohon maaf bu, tadi ada pasien darurat ibu jadi kami menangani
mereka dulu bu”

Kakak 1 :”terus kami ini ga penting gitu ya?”

Karena perawat terus di salahkan oleh keluarga pasien maka perawat 2 pun
menjelaskan aturan prioritas di rumah sakit tersebut

Perawat 1 :” bukan begitu ibu di rumah sakit itu ada namanya standar prioritas
ibu jadi tenaga kesehatan jadi tau mana yang harus di dulukan”

Ibu:”apa itu ners kami ga paham tentang itu”

Perawat 2 :”begini bu standar prioritas di rumah sakit itu menentukan pasien


mana yang memerlukan perawatan segera seperti pasien prioritas itu adalah yang
pertama berdasarkan kesadaran pasien tersebut kemudian dari tingkat keparahan dari
pasien tersebut, apakah pasein asma dll, sedangkan anak ibu kami melihat tadi bahwa
anak ibu hanya mengalami luka yang ringan bu jadi kami dahulukan yang lebih
membutuhkan pertolongan cepat bu, bukan berarti kami tidak menhiraukan ibu
cuman kami menunda penanganannya saja bu”

Kakak 2 : oo begitu ya ners kalau jelas begini kan kami ga jadi salah faham tadi
kami kira kami gak di perhatikan sama pihak RS”

Perawat 2 : “iya tidak apa-apa bu kami juga tadi terlalu sibuk sehingga tidak
dapat menjelaskan nya kepada ibu soalnya tadi lumayan ramai bu pasien di IGD ini
bu”

Ibu :”iya ners tidak apa2 terimakasih ners atas penjelasannya”


Perawat 2 :”iya bu sama-sama bu”

Setelah perawat berkomunikasi dengan keluarga dengan baik barulah keluarga


dari pasien okti mengerti dari standar prioritas tersebut dan tidak lagi menyalahkan
pihak rumah sakit.
BAB III

Kesimpulan Dan Saran

3.1 Kesimpulan

Komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk


membantu klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan psikologis, belajar
dan bagaimana berhubungan dengan orang lain (Northouse, 1998).  Dalam kasus role
play yang kami buat yaitu komunikasi terapeutik pada keluarga dimana perawat di
sini menjekaskan kepada keluarga tentang aspek prioritas di rumah sakit dengan tidak
menyinggung perasaan dari pasien maupun keluarga pasien. Perawat menyampaikan
hal tersebut dengan memahami kondisi dari keluarga dari pasien terlebih dahulu.

3.2 Saran

Penulis berharap naskah role play ini dapat menjadi salah satu bahan ajar
yang bisa di baca atau di terapkan oleh mahasiswa sarjana keperawatan dalam
berkomunikasi terapeutik kepada keluarga dari pasien yang sedang ada di rumah
sakit. Perawat juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kebaikan dari makalah
Role play ini.

Anda mungkin juga menyukai