Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN

KEPERAWATAN
ANAK DENGAN
NEFROTIK
SINDROM

Kelompok 4
Definisi
1. Sindrom Nefrotik adalah status klinis yang ditandai dengan peningkatan
permeabilitas membran glomerulus terhadap protein, yang mengakibatkan
kehilangan protein urinaris yang massif (Donna L. Wong, 2004).
2. Sindrom Nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh injuri
glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik ; proteinuria,
hipoproteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema (Suriadi dan Rita
Yuliani, 2001).
3. Berdasarkan pengertiann diatas maka penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa Sindrom Nefrotik pada anak merupakan kumpulan gejala yang terjadi
pada anak dengan karakteristik proteinuria massif hipoalbuminemia,
hiperlipidemia yang disertai atau tidak  disertai edema dan hiperkolestrolemia.
Etiologi

Menurut Arif Mansjoer (2000 : 488) sebab pasti nefrotik simdrom belum
diketahui. Umunya dibagi menjadi :
– Sindrom Nefrotik Bawaan : Diturunkan sebagai resesif autosom atau
karena reaksi fetomaternal.
– Sindrom Nefrotik Sekunder : Disebabkan oleh parasit malaria, penyakit
kolagen, glomerulonefritis akut, glomerulonefrits kronik, trombosis
vena renalis, bahan kimia (trimetadion, paradion, penisilamin, garam
emas, raksa), amiloidosis, dan lain-lain.
–  Sindrom Nefrotik Idiopatik (tidak diketahui penyebabnya)
Patofisiologi

Menurut Suriadi dan Rita Yuliani (2001 : 217), patofisiologi sindrom nefrotik
yaitu :
1.Adanya peningkatan permiabilitas glomerulus mengakibatkan proteinuria
masif sehingga terjadi hipoproteinemia. Akibatnya tekanan osmotik plasma
menurun karean adanya pergeseran cairan dari intravaskuler ke intestisial.
2. Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat
pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria.
Lanjutan dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan
menurunnya albumin, tekanan osmotik plasma menurun sehingga cairan
intravaskuler berpindah ke dalam interstitial.
3. Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum
akibat dari peningkatan stimulasi produksi lipoprotein
karena penurunan plasma albumin dan penurunan onkotik
plasma.
4. Adanya hiper lipidemia juga akibat dari meningkatnya
produksi lipopprtein dalam hati yang timbul oleh karena
kompensasi hilangnya protein, dan lemak akan banyak
dalam urin (lipiduria).
Manifestasi Klinis

Menurut Betz, Cecily L (2002 : 335), manifestasi klinis yang terjadi pada sindrom nefrotik
diantaranya :
–  Manifestasi utama sindrom nefrotik adalah edema. Edema biasanya bervariasi dari bentuk
ringan sampai berat (anasarka). Edema biasanya lunak dan cekung bila ditekan (pitting), dan
umumnya ditemukan disekitar mata (periorbital) dan berlanjut ke abdomen daerah genitalia
dan ekstermitas bawah.
– Penurunan jumlah urin : urine gelap, berbusa
– Pucat
– Hematuri
– Anoreksia dan diare disebabkan karena edema mukosa usus
–  Sakit kepala, malaise, nyeri abdomen, berat badan meningkat dan keletihan umumnya
terjadi
– Gagal tumbuh dan pelisutan otot (jangka panjang)
Pemeriksaan Penunjang

1. Uji Urin
2. Protein urin meningkat
3. Berat jenis urin meningkat
4. Uji Darah
5. Albumin serum menurun
6. Kolesterol serum meningkat
7. Hemoglobin dan hematokrit meningkat (hemokonsetrasi)
8. Laju Endap Darah (LED) meningkat
9. Kalsium dalam darah sering menurun
10. Uji Diagnostik
11. Biopsi ginjal sesuai anjuran pengobatan
Komplikasi
Menurut Rauf (2002 : 27-28) komplikasi yang dapat terjadi pada
sindrom nefrotika yaitu :
–  Infeksi sekunder mungkin karena kadar imunoglobulin yang rendah
akibat hipoalbuminemia.
– Shock : terjadi terutama pada hipoalbuminemia berat (< 1
gram/100ml) yang menyebabkan hipovolemia berat sehingga
menyebabkan shock.
– Trombosis vaskuler : mungkin akibat gangguan sistem koagulasi
sehingga terjadi peninggian fibrinogen plasma.
–  Malnutrisi atau kegagalan ginjal.
Penatalaksanaan

– Istirahat sampai edema tinggal sedikit


– Diet protein 3-4 gram/kg BB/hari
– Diuretikum
– Furosemid 1 mg/kgBB/hari. Bergantung pada beratnya edema dan respon pengobatan. Bila
edema refrakter, dapat digunakan hididroklortiazid (25-50 mg/lama pengobatan). Diuretik perlu
dipantau kemungkinan hipokalemi, alkalosis metabolik dan kehilangan cairan intravaskuler
berat.
– Kortikosteroid
– Selama 28 hari prednison diberikan per oral dengan dosis 60 mg/hari luas permukaan badan
(1bp) dengan maksimum 80 mg/hari.
Kemudian dilanjutkan dengan prednison per oral selama 28 hari dengan dosis 40 mg/hari/1bp,
setiap 3 hari dalam satu minggu dengan dosis maksimum 60 mg/hari. Bila terdapat respon
selama pengobatan, maka pengobatan ini dilanjutkan secara intermitten selama 4 minggu.
– Antibiotika bila ada infeksi
– Digitalis bila ada gagal jantung
Pencegahan

– Untuk mencegah terserang sindrom nefrotik, cara terbaik


yang dapat dilakukan adalah mengonsumsi nutrisi sehat dan
seimbang. Contohnya adalah mengonsumsi makanan
berprotein tinggi dan mengurangi konsumsi makan yang
mengandung garam, lemak, serta kolestrol.
– Jangan terlalu sering berbaring, bekerjalanlah secara aktif
untuk membuang air dan mencegah penggumpalan.
Asuhan Keperawatan
a. Identitas
Di dalam identitas hal-hal yang perlu di kaji antara lain nama pasien, alamat pasien, umur pasien, jenis
kelamin, agama, tanggal masuk rumah sakit , dll.
b. Keluhan Utama
Badan bengkak, muka sembab dan napsu makan menurun.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Badan bengkak, muka sembab, muntah, napsu makan menurun, konstipasi, diare, urine menurun.
d.Riwayat Penyakit Dahulu
Edema masa neonatus, malaria, riwayat GNA dan GNK, terpapar bahan kimia.
e.Riwayat Kesehatan Keluarga
Karena kelainan gen autosom resesif. Kelainan ini tidak dapat ditangani dengan terapi biasa dan bayi
biasanya mati pada tahun pertama atau dua tahun setelah kelahiran.
f. Riwayat Kesehatan Lingkungan.
Endemik malaria sering terjadi kasus NS.
g. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
– Berat badan = umur (tahun) X 2 + 8
– Tinggi badan = 2 kali tinggi badan lahir.
– Perkembangan Psikoseksual : anak berada pada fase oedipal/falik dengan ciri meraba-raba dan
merasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogennya, senang bermain dengan anak berjenis kelamin
beda,dll.
– Perkembangan Psikososial : anak berada pada fase pre sekolah (inisiative vs rasa bersalah) yaitu
memiliki inisiatif untuk belajar mencari pengalaman baruPerkembangan Kognitif : masuk tahap pre
operasional yaitu mulai mempresentasekan dunia dengan bahasa, bermain dan meniru, menggunakan
alat-alat sederhana.
– Perkembangan Fisik dan Mental : melompat, menari, menggambar orang dengan kepala, lengan dan
badan, segiempat, segitiga, menghitung jari-jarinya, menyebut hari dalam seminggu, protes bila
dilarang, mengenal empat warna, membedakan besar dan kecil, meniru aktivitas orang dewasa.
h. Respon Hospitalisasi
Sedih, perasaan berduka, gangguan tidur, kecemasan, keterbatasan dalam bermain, rewel, gelisah,
regresi, perasaan berpisah dari orang tua, teman.
i.Riwayat Nutrisi
Usia pre sekolah nutrisi seperti makanan yang dihidangkan dalam keluarga. Status gizinya adalah
dihitung dengan rumus (BB terukur dibagi BB standar) X 100 %, dengan interpretasi : < 60 % (gizi
buruk), < 30 % (gizi sedang) dan > 80 % (gizi baik).
Pemeriksaan Persistem

– Sistem Pernafasan
– Frekuensi pernapasan 15-32 x/menit, rata-rata 18 x/menit, efusi pleura karena distensi abdomen.
– Sistem Kardiovaskuler
– Nadi 70-110 x/mnt, tekanan darah 95/65 - 100/60 mmHg, hipertensi ringan bisa dijumpai.
– Sistem Persarafan
– Dalam batas normal.
– Sistem Perkemihan
– Urine/24 jam 600-700 ml, hematuri, proteinuria, oliguri.
– Sistem Pencernaan
– Diare, nafsu makan menurun, anoreksia, hepatomegali, nyeri daerah perut, malnutrisi berat, hernia
umbilikalis, prolaps ani.
– Sistem Muskuloskeletal
– Dalam batas normal.
– Sistem Integumen
– Edema periorbital, asites.
– Sistem Endokrin (dalam batas normal)
– Sistem Reproduksi (dalam batas normal)
– Persepsi Orang Tua
– Kecemasan orang tua terhadap kondisi anaknya.
Diagnosa Keperawatan

1. Kelebihan volume cairan b.d kehilangan protein sekunder terhadap


peningkatan permiabilitas glomerulus
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d malnutrisi sekunder
terhadap kehilangan protein dan penurunan nafsu makan
3. Kecemasan anak b.d lingkungan perawatan yang asing (dampak
hospitalisasi)
4. Perubahan proses keluarga b.d anak yang menderita penyakit serius
5. Intoleransi aktifitas b.d kelelahan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 Kelebihan volume Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji masukan yang relatif 1. Menentukan fungsi ginjal,
cairan b.d kehilangan keperawatan selama 1x24 terhadap keluaran secara akurat kebutuhan penggantian cairan
protein sekunder jam diharapkan kebutuhan 2. Timbang berat badan setiap hari 2. Mengkaji retensi cairan
terhadap peningkatan cairan adekuat dengan 3. Kaji perubahan edema : ukur 3. Untuk mengkaji ascites dan
permiabilitas kriteria hasil : lingkar abdomen pada umbilicus karena merupakan sisi umum
glomerulus  Penurunan edema, serta pantau edema sekitar mata edema
ascites 4. Atur masukan cairan dengan  
 Kadar protein darah cermat  
meningkat 5. Pantau infus intra vena 4. Menentukan kebutuhan cairan
 Output urine adekuat   5. Mempertahankan masukan yang
600 – 700 ml/hari 6. Kolaborasi pemberian diresepkan
 Tekanan darah dan kortikosteroid sesuai ketentuan 6. Untuk menurunkan ekskresi
nadi dalam batas 7. Kolaborasi pemberian diuretik proteinuria
normal bila diinstruksikan  
7. Untuk memperlancar eliminasi
urine
Implementasi :

Implementasi dapat dilakukan sesuai dengan intervensi setiap diagnosa yang


diangkat dengan memperhatikan kemampuan pasien dalam mentolerir tindakan
yang akan dilakukan

Evaluasi :

1. Penurunan edema, ascites

2. Kadar protein darah meningkat

3. Output urine adekuat 600 – 700 ml/hari


4. Tekanan darah dan nadi dalam batas normal

Anda mungkin juga menyukai