Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIK KEPERAWATAN DASAR DENGAN HERNIA NUKLEUS

PULPOSUS DI RUANG POLI SARAP RSUD DR.H.MOCH ANSARI SALEH


BANJARMASIN

DOSEN PEMBIMBING : Wahyu Asnuriyati.,S.Kep.,Ns.,MM

DISUSUN OLEH:

NAMA : Yogi Feby Pebria Bayu Pradana

NIM : 11409719075

TINGKAT : II B

SEMESTER : III

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM VI/TANJUNGPURA
TAHUN AJARAN
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DASAR DENGAN HERNIA


NUKLEUS PULPO RUANG POLI SARAF RSUD DR.H.MOCH ANSARI SALEH
BANJARMASIN, TELAH DISETUJUI OLEH PEMBIMBING LAHAN DAN
PEMBIMBING AKADEMIK

Banjarmasin, Desember 2020

Yogi Feby Pebria Bayu Pradana

NIM.11409719075

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Wahyu Asnuriyati.,S.Kep.,Ns.,MM Anida Fahrina , AMK


NIP. 029637120 NIP.198512032009032008
HERNIA NUKLEUS PULPOSUS (HNP)

A. Pengertian
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah. Suatu kondisi yang mengacu
pada masalah dengan lempeng kenyal di antara tulang-tulang belakang
Kondisi ini terjadi saat bagian yang lembut di cakram tulang belakang
didorong melewati celah di lapisan eksterior yang lebih keras Beberapa
penonjolan tidak menimbulkan gejala. Orang lain dapat mengiritasi saraf
di dekatnya dan menyebabkan nyeri, mati rasa, atau kelemahan pada
lengan atau kaki Tidak setiap cakram membutuhkan intervensi. Jika
diperlukan, pengobatan termasuk obat-obatan, terapi fisik, dan
kemungkinan operasi.
Pada umumnya HNP pada lumbal sering terjadi pada L4-L5 dan
L5-S1. Kompresi saraf pada level ini melibatkan root nerve L4, L5, dan
S1. Hal ini akan menyebabkan nyeri dari pantat dan menjalar ketungkai.
Kebas dan nyeri menjalar yang tajam merupakan hal yang sering
dirasakan penderita HNP. Weakness pada grup otot tertentu namun
jarang terjadi pada banyak grup otot (Lotke dkk, 2008).

B. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala tergantung pada di mana diskus berada dan


apakah diskus menekan saraf. Seseorang baru mengetahui
mengalami hernia nukleus pulposus ketika melakukan tes
pemindaian atau gejala sudah terlanjur parah. 

Secara umum, beberapa gejala khas dari HNP adalah:

 Nyeri lengan atau kaki. Jika HNP berada di punggung bawah,


biasanya Anda akan merasakan sakit paling parah di bokong,
paha, dan betis. Anda mungkin merasakan sakit di bagian kaki
juga. Jika kondisinya terjadi di leher, biasanya Anda akan
merasakan sakit yang paling parah di bahu dan lengan Anda. Nyeri
ini mungkin menjalar ke lengan atau kaki Anda ketika batuk, bersin,
atau pindah ke posisi tertentu. 
 Kesemutan atau mati rasa. Beberapa bagian tubuh, seperti
punggung, bahu, tangan, dan kaki sering
mengalami kesemutan atau mati rasa.
 Lemah otot. Otot di sekitar saraf yang terkena lambat laun akan
melebah. Kondisi ini dapat menyebabkan menurunnya kemampuan
Anda untuk mengangkat atau membawa barang

C. Etiologi
Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus (HNP) biasanya dengan
meningkatnya usia terjadi perubahan degeneratif yang mengakibatkan
kurang lentur dan tipisnya nucleus pulposus. Annulus fibrosus mengalami
perubahan karena digunakan terus menerus. Akibatnya, annulus fibrosus
biasanya di daerah lumbal dapat menyembul atau pecah (Moore dan
Agur, 2013)
Hernia nucleus pulposus (HNP) kebanyakan juga disebabkan oleh
karena adanya suatu trauma derajat sedang yang berulang mengenai
discus intervertebralis sehingga menimbulkan sobeknya annulus fibrosus.
Pada kebanyakan pasien gejala trauma bersifat singkat, dan gejala ini
disebabkan oleh cidera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa
bulan atau bahkan dalam beberapa tahun. Kemudian pada generasi
diskus kapsulnya mendorong ke arah medulla spinalis, atau mungkin
ruptur dan memungkinkan nucleus pulposus terdorong terhadap sakus
doral atau terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal (Helmi,
2012).
Pengangkatan beban yang berat pada posisi yang tidak benar
juga dapat menyebabkan hernia nukleus pulposus terjadi pada berbagai
arah :
1. Bila menjebolnya nukleus ke arah anterior, hal ini tidak
mengakibatkannya munculnya gejala yang berat kecuali nyeri.
2. Bila menjebolnya nukleus ke arah anterior medial maka dapat
menimbulkan penekanan medulla spinalis dengan akibatnya
gangguan fungsi motorik maupun sensorik pada ektremitas, begitu
pula gangguan miksi dan defekasi.
3. Bila menonjolnya ke arah lateral atau dorsal lateral, maka hal ini dapat
menyebabkan tertekannya radiks saraf tepi yang keluar dari sana dan
menyebabkan gejala neuralgia radikuler.
4. Kadangkala protrusi nukleus terjadi ke atas atau ke bawah masuk ke
dalam korpus vetrebal dan disebut dengan nodus Schmorl.

D. Manifestasi Klinis
1. Kompresi Radiks L3
a. Daerah nyeri dan hipestasi samping panggul dan bagian depan
paha
b. Kelemahan kuadriseps femoris
c. Refleks tendon patella (RTP) menurun
2. Kompresi Radiks L
a. Daerah nyeri dan hipestasi samping panggul dan bagian depan
paha
b. Kelemahan kuadriseps femoris
c. Refleks tendon patella (RTP) menurun
d. Tanda lasseque positif pada 50% penderita
3. Kompresi Radiks L5
a.    Daerah nyeri/hipestasi sepanjang samping tungkai sampai ibu
jari kaki
b. Otot ekstensi/fleksi ibu jari kaki melemah
c. Tanda lasseque positif
4.  Kompresi Radiks S1
a. Daerah nyeri/hipestasi sepanjang samping tungkai sampai ibu
jari kaki
b. Refleks tendon patella (RTP) menurun
c. Tanda lasseque positif
E. Patofisiologi
Pada tahap pertama sobeknya annulus fibrosus bersifat sirkum
ferensial. Karena adanya gaya traumatik yang berulang, sobekan tersebut
menjadi lebih besar dan timbul sobekan radial. Apabila hal ini telah
terjadi, maka risiko HNP hanya menunggu waktu dan trauma berikutnya
saja. Gaya presipitasi itu dapat diasumsikan sebagai gaya traumatik
ketika hendak menegakkan badan waktu terpeleset, mengangkat benda
berat dan sebagainya.
Menjebolnya (herniasi) nucleus pulposus dapat mencapai ke
korpus tulang belakang diatas atau di bawahnya. Bisa juga menjebol
langsung ke kanalis vertebralis. Menjebolnya sebagian nucleus pulposus
ke dalam korpus vertebra dapat dilihat pada foto rontgen polos dan
dikenal sebagai nodus schmorl. Sobekan sirkum ferensial dan radial pada
annulus fibrosus diskus intervertebralis berikut dengan terbentuknya
nodus schmorl merupakan kelainan yang mendasari low back pain
subkronis atau kronis yang kemudian disusul oleh nyeri sepanjang
tungkai yang dikenal sebagai ischialgia atau siatika. Menjebolnya nucleus
pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nucleus pulposus menekan
radiks yang bersama-sama dengan arteria radikularis yang berada dalam
lapisan dura. Hal itu terjadi jika penjebolan berada disisi lateral. Setelah
terjadi HNP, sisa discus intervertebralis mengalami lisis, sehingga dua
korpus vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan (Muttaqin, 2008).
F. Pathway
annulus fibrosus sobek

Trauma berulang

Sobekan membesar

sobekan radial

nucleus pulposus jebol (HNP)

penjepitan saraf pada diskus intervetebralis

Kerusakan saraf yang mengatur Dx kep :Nyeri akut


kordinasi anggota gerak tubuh

Dx kep : hambatan mobilitas fisik

Kurang gerak

Tirah baring

Dx kep : imtoleransi aktifitas


G. Pemeriksaan Penunjang
1. MRI : Untuk melokalisasi protusi diskus
2. CT Scan
3. Mielogram
4. Pemeriksaan Neurologik : Untuk menentukan jika ada kerusakan
refleks, sensori, motorik karena kompresi radiks
5. EMG (elektromiografi) : Untuk melokalisasi radiks saraf spinal khusus
yang terkena

H. Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Tujuan : Mengurangi tekanan pada radiks saraf untuk mengurangi
nyeri dan mengubah defisit neurologik.
Macam :
a. Disektomi : Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari
diskus intervertebral
b. Laminektomi : Mengangkat lamina untuk memajankan elemen
neural pada kanalis spinalis, memungkinkan ahli bedah untuk
menginspeksi kanalis spinalis, mengidentifikasi dan mengangkat
patologi dan menghilangkan kompresi medula dan radiks.
c. Laminotomi : Pembagian lamina vertebra.
d. Disektomi dengan peleburan
2. Traksi
Traksi servikal yang disertai dengan penyanggah kepala yang
dikaitkan pada katrol dan beban.
3. Meredakan Nyeri
Kompres lembab panas, analgesik, sedatif, relaksan otot, obat anti
inflamasi dan jika perlu kortikosteroid.
4. Terapi Konservatif
a. Tirah baring, berguna untuk mengurangi rasa nyeri mekanik dan
tekanan intradiskal.
b. Medikamentosa :
1) Analgetik dan NSAID
2) Muscle relaxant
3) Kortikosteroid oral
4) Analgetik adjuvant
c. Rehabilitasi medik:
1) Traksi pelvis
2) Termoterapi (terapi panas)
3) Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS)
4) Korset lumbal
5) Latihan dan modifikasi gaya hidup dengan menurunkan berat
badan yang berlebihan.

I. Komplikasi
Kebanyakan komplikasi HNP berupa kompliksasi pasca operasi
1. Komplikasi potensial untuk pendekatan anterior
a. Cedera arteri karotid atau a vertebral
b. Disfungsi saraf laringeus berulang
c. Perforasi esofagus
d. Obstruksi jalan nafas
2. Komplikasi pendekatan posterior
a. Retraksi/kontusio salah satu struktur
b. Kelemahan otot-otot yang dipersyarafi radiks saraf atau medula
3. Komplikasi bedah diskus
a. Terjadi pengulangan herniasi pada tempat yang sama atau tempat
lain
b. Radang pada mebran arachnoid
c. Rasa nyeri seperti terbakar pada derah belakang bagian bawah
yang menyebar  ke daerah bokon
d. Sayatan dapat meninggalkan perlekatan dan jaringan parut di
sekitar saraf spinal dan dura, yang akibat radang dapat
menyebabkabn neurotik kronik atau neurofibrosi
e. Cedera syaraf dan jaringan
f. Sindrom diskus gagal (pegal berulang pada pinggul setelah
disektomi lumbal) dapat menetap dan biasanya menyebabkan
ketidakmampuan
II. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian Keperawatan yang Diperlukan
1. Identitas
HNP terjadi pada umur pertengahan, kebanyakan pada jenis
kelamin pria dan pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat baran
berat atau mendorong benda berat)
2. Keluahan Utama
Nyeri pada punggung bawah P, trauma (mengangkat atau
mendorong benda berat) Q, sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau
seperti disayat, mendenyut, seperti kena api, nyeri tumpul atau
kemeng yang terus-menerus. Penyebaran nyeri apakah bersifat nyeri
radikular atau nyeri acuan (referred fain). Nyeri tadi bersifat menetap,
atau hilang timbul, makin lama makin  nyeri . R, letak atau lokasi nyeri
menunjukkan nyeri dengan setepat-tepatnya sehingga letak nyeri
dapat diketahui dengan cermat. S, Pengaruh posisi tubuh atau atau
anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas tubuh, posisi yang
bagaimana yang dapat meredakan rasa nyeri dan memperberat nyeri.
Pengaruh pada aktivitas yang menimbulkan rasa nyeri seperti
berjalan, turun tangga, menyapu, gerakan yang mendesak. Obat-
oabata yang ssedang diminum seperti analgetik, berapa lama
diminumkan. T Sifanya akut, sub akut, perlahan-lahan atau bertahap,
bersifat menetap, hilng timbul, makin lama makin nyeri.
3. Riwayat Keperawatan
b. Apakah klien pernah menderita Tb tulang, osteomilitis, keganasan
(mieloma multipleks), metabolik (osteoporosis)

c. Riwayat menstruasi, adneksitis dupleks kronis, bisa menimbulkan


nyeri punggung bawa
4. Status mental
Pada umumny aklien menolak bila langsung menanyakan tentang
banyak pikiran/pikiran sedang (ruwet). Lebih bijakasana bila kita
menanyakan kemungkinan adanya ketidakseimbangan mental secara
tidak langsung (faktor-faktor stres).
5. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum
pemeriksaan tanda-tanda vital, dilengkapi pemeriksaan jantung,
paru-paru, perut.
a) Inspeksi
- inspeksi punggung, pantat dan tungkai dalam berbagai
posisi dan gerakan untuk evalusi neyurogenik
- Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus
lumbal,adanya angulus, pelvis ya ng miring/asimitris,
muskulatur paravertebral atau  pantat yang asimetris,
postur tungkai yang abnormal.
- Hambatan pada pegerakan punggung , pelvis dan tungkai
selama begerak.
- Klien dapat menegenakan pakaian secara wajar/tidak
- Kemungkinan adanya atropi, faskulasi, pembengkakan,
perubahan warna kulit.
b) palpasi dan perkusi
- paplasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati
atau halus sehingga tidak membingungkan klien
- Paplasi pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah
yang paling terasanyeri.
- Ketika meraba kolumnavertebralis dicari kemungkinan
adanya deviasi ke lateral atau antero-posterior
- Palpasi dan perkusi perut, distensi pewrut, kandung kencing
penuh dll
-
2) Neuorologik
a) Pemeriksaan motorik
- Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah,
kaki, ibu jari dan jari lainnya dengan menyuruh klien unutk
melakukan gerak fleksi dan ekstensi dengan menahan
gerakan.
- atropi otot pada maleolus atau kaput fibula dengan
membandingkan kanan-kiri.
- fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada otot-
otot tertentu.
b) Pemeriksan sensorik
Pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan
rasa getar (vibrasi) untuk menentukan dermatom mana yang
terganggu sehingga dapat ditentuakn pula radiks mana yang
terganggu.
c) pemeriksaan reflex
- refleks lutut /patela/hammer (klien bebraring.duduk dengan
tungkai menjuntai), pada HNP lateral di L4-5 refleks negatif.
- Refleks tumit.achiles (klien dalam posisi berbaring , luutu
posisi fleksi, tumit diletakkan diatas tungkai yang satunya
dan ujung kaki ditahan dalam posisi dorsofleksi ringan,
kemudian tendon achiles dipukul. Pada aHNP lateral 4-5
refleks ini negatif.
d) Pemeriksaan range of movement (ROM)
Pemeriksaan ini dapat dilakukan aktif atau pasif untuk
memperkirakan derajat nyeri, functio laesa, atau untuk
mememriksa ada/tidaknya penyebaran nyeri.

B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri b.d Penjepitan saraf pada diskus intervertebralis.

2. Ansietas b.d gangguan berulang dengan nyeri terus menerus.

3. Perubahan mobilitas fisik b.d Hemiparese/hemiplagia.


Intervensi
Diagnosa Tujuan Intervensi
Nyeri b.d Penjepitan Setelah diberikan tindakan Menejemen nyeri
saraf pada diskus keperawatan 1 x 24 jam  Identifikasi klien
intervertebralis. nyeri klien dapat teratasi. dalam membantu
Dengan kriteria hasil : menghilangkan rasa
1. Mengatakan nyerinya
tidak terasa nyeri  Berikan informasi
2. Lokasi nyeri tentang penyebab
minimal dan cara
3. Keparahan nyeri mengatasinya
berskala 0  Tindakan
4. Indikator nyeri penghilangan rasa
verbal dan nonverbal nyeri noninvasif dan
(tidak menyeringai). nonfarmakologis
posisi, balutan (24-48
jam), distraksi dan
relaksasi.
 Terapi analgestik

Ansietas b.d Setelah diberikan tindakan Mengurangi


gangguan berulang keperawatan 1 x 24 jam kecemasan
dengan nyeri terus klien tidak merasa cemas,  Kaji tingkat ansietas
menerus. dengan kriteria hasil : pasien
1. Klien mampu  Berikan informasi
mengungkapkan yang akurat dan
ketakutan/kekuatiranny jawab dengan jujur
a.  Berikan support
2. Respon klien tampak system (perawat,
tersenyum. keluarga atau teman
3. Tampak rileks dekat dan
pendekatan spiritual)
 Berikan informasi
mengenai klien yang
juga pernah
mengalami
gangguan seperti
yang dialamu klien
dan menjalani
operasi.

Perubahan mobilitas Setelah diberikan tindakan Mobilisasi fisik


 Uba
fisik b.d keperawatan 2 x 24 jam
h posisi klien tiap 2
Hemiparese/hemiplag diharapkan mobilitas fisik
jam
ia. klien dapat meningkat,
 Ajar
dengan kriteria hasil :.
kan klien untuk
1. Mende
melakukan latihan
monstrasi perilaku yang
gerak aktif pada
baik.
ekstremitas yang
2. Memper
tidak sakit
tahankan atau
 Ajar
meningkatkan kekuatan
kan klien utnuk
dan fungsi bagian tubuh
melakukan latihan
yang sakit dan/atau
gerak aktif pada
kompensasi.
ekstremitas yang
3. Tidak
tidak sakit
terjadi kontraktur sendi.
 Kol
aborasi dengan ahli
fisioterapi

Implementasi
Diagnosa Implementasi
Nyeri b.d Penjepitan Menejemen nyeri
saraf pada diskus  Mengidentifikasi klien dalam membantu
intervertebralis. menghilangkan rasa nyerinya
 Memberikan informasi tentang penyebab
dan cara mengatasinya
 Memberikan tindakan penghilangan rasa
nyeri noninvasif dan nonfarmakologis posisi,
balutan (24-48 jam), distraksi dan relaksasi.
 Memberikan terapi analgestik

Ansietas b.d gangguan Mengurangi kecemasan


berulang dengan nyeri  Mengkaji tingkat ansietas pasien
terus menerus.  Memberikan informasi yang akurat dan
jawab dengan jujur
 Memberikan support system (perawat,
keluarga atau teman dekat dan pendekatan
spiritual)
 Memberikan informasi mengenai klien yang
juga pernah mengalami gangguan seperti
yang dialamu klien dan menjalani operasi
Perubahan mobilitas Mobilisasi fisik
 Mengubah posisi klien tiap
fisik b.d
2 jam
Hemiparese/hemiplagi
 Mengajarkan klien untuk
a
melakukan latihan gerak aktif pada
ekstremitas yang tidak sakit
 Mengajarkan klien utnuk
melakukan latihan gerak aktif pada
ekstremitas yang tidak sakit
 Borkolaborasi dengan ahli
fisioterapi
Evaluasi
Data Evaluasi
Nyeri S : klien mengatakan nyeri sedikit berkurang
O : Ekspresi wajah tenang
A : Nyeri teratasi
P : lanjutkan intervensi

Ansietas S : Klien mengatakan sudah tidak cemas


O : ekspresi wajah tenang
A : ansietas klien sudah teratasi
P : lanjutkan intervensi
Mobilitas fisik S : klien mengatakan susah untuk bergerak
O : klien hanya diam di tempat tidur
A : masalah belum teratasi teratasi
P : melanjutkan intervensi mobilisasi fisik
DAFTAR PUSTAKA

Cahyati, YI. 2015. “HERNIA NUCLEUS PULPOSUS (HNP)”. eprints.ums.ac.id


diakses pada tanggal 1 October 2020.

Heather, Herdman T. 2015. DIAGNOSIS KEPERAWATAN Definisi & Klasifikasi


2015-2017 Edisi 10. Jakarta : EGC.

Kuswaya, Fajar. 2011. ASUHAN KEPERAWATAN HNP (HERNIA NUKLEUS


PULPOSUS). diakses pada tanggal 1 October 2020.

Lestari, Cindy. 2017. “Hernia Nukleus Pulposus (HNP)”. diakses pada tanggal 6
November 2017.

Nurarif, Huda dan Hardhi Kusuma.2015. Aplikasi Asuhan Keperawayan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 2.
Yogyakarta : Mediaction Publishing.

Putra, Juniartha Semara. 2013. “ASUHAN KEPERAWATAN HERNIA NUCLEUS


PULPOSUS (HNP diakses pada tanggal 1 October 2020

Sjamsuhidajat. 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC diakses pada
tanggal 1 October 2020

Suzanne C.Smeltzer & Brenda G.Bare.2001. KMB vol 3. Hal.2194 BAB 60


UNIT 15.EGC.Jakarta. diakses pada tanggal 1 October 2020

Anda mungkin juga menyukai