Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN


HERNIA NUKLEUS PULPOSUS
PERIODE 11 NOVEMBER-16 NOVEMBER 2019
DI RUANG 17 (BEDAH) RS SAIFUL ANWAR MALANG TAHUN 2019

Disusun Oleh:
Faizah Shofiya Ningrum
172303101051

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
KAMPUS LUMAJANG
TAHUN 2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN INI TELAH DISAHKAN PADA


TANGGAL........................................2019

PEMBIMBING KLINIK MAHASISWA

................................................................ ................................................................
NIP......................................................... NIM........................................................

PEMBIMBING AKADEMIK

.....................................................
NIP..............................................
LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA NUCLEUS PULPOSUS (HNP)

I. Konsep penyakit
1.1 Definisi
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah turunnya kandungan
annulus fibrosus dari diskus intervertebralis lumbal pada spinal canal atau
rupture annulus fibrosus dengan tekanan dari nucleus pulposus yang
menyebabkan kompresi pada element saraf. Pada umumnya HNP pada
lumbal sering terjadi pada L4-L5 dan L5-S1. Kompresi saraf pada level ini
melibatkan root nerve L4, L5, dan S1. Hal ini akan menyebabkan nyeri
dari pantat dan menjalar ketungkai. Kebas dan nyeri menjalar yang tajam
merupakan hal yang sering dirasakan penderita HNP. Weakness pada grup
otot tertentu namun jarang terjadi pada banyak grup otot (Lotke dkk,
2008).

1.2 Klasifikasi
1. Hernia Diskus Intervertebra Servikalis
Biasanya terjadi antar ruang C5-C6 dan C6-C7 (sekitar 10%).
Nyeri dan kekakuan dapat terjadi pada leher, bagian atas pundak dan
daerah skapula. Kadang-kadang px menginterpretasikan tanda ini
sebagai gejala masalah jantung atau bursitis. Nyeri dapat juga disertai
dengan parestesia dan kebas pada ekstremitas atas.
2. Hernia Diskus Lumbal
Banyak terjadi pada L4-L5 atau ruang antara L5-S1 (70-90%).
Hernia diskus lumbal menimbulkan nyeri punggung bawah disertai
berbagai derajat gangguan sensori dan motorik. Px mengeluh nyeri
punggung bawah dengan spare otot yang diikuti dengan penyebaran
nyeri ke dalam satu pinggul dan turun ke arah kaki (skiatika). Nyeri
diperberat oleh kegiatan yang menaikkan tekanan cairan intraspinal
(membengkok, mengangkat/mengejan (batuk dan bersin), dan biasanya
berkurang dengan tirah baring. Jika px dibaringkan terlentang dan
diusahakan unguk meninggikan satu kaki dengan posisi lurus, maka
nyeri menyebar ke arah kaki. Karena gerakan yang dilakukan
menegangkan saraf skiatik. Tanda tambahan mencakup kelemahan
otot, perubahan reflek rendah, dan kehilangan sensori.

1.3 Etiologi
Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus (HNP) biasanya dengan
meningkatnya usia terjadi perubahan degeneratif yang mengakibatkan
kurang lentur dan tipisnya nucleus pulposus. Annulus fibrosus mengalami
perubahan karena digunakan terus menerus. Akibatnya, annulus fibrosus
biasanya di daerah lumbal dapat menyembul atau pecah (Moore dan Agur,
2013)
Hernia nucleus pulposus (HNP) kebanyakan juga disebabkan oleh
karena adanya suatu trauma derajat sedang yang berulang mengenai discus
intervertebralis sehingga menimbulkan sobeknya annulus fibrosus. Pada
kebanyakan pasien gejala trauma bersifat singkat, dan gejala ini
disebabkan oleh cidera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa
bulan atau bahkan dalam beberapa tahun. Kemudian pada generasi diskus
kapsulnya mendorong ke arah medulla spinalis, atau mungkin ruptur dan
memungkinkan nucleus pulposus terdorong terhadap sakus doral atau
terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal (Helmi, 2012).
Pengangkatan beban yang berat pada posisi yang tidak benar juga
dapat menyebabkan hernia nukleus pulposus terjadi pada berbagai arah :
1. Bila menjebolnya nukleus ke arah anterior, hal ini tidak
mengakibatkannya munculnya gejala yang berat kecuali nyeri.
2. Bila menjebolnya nukleus ke arah anterior medial maka dapat
menimbulkan penekanan medulla spinalis dengan akibatnya gangguan
fungsi motorik maupun sensorik pada ektremitas, begitu pula
gangguan miksi dan defekasi.
3. Bila menonjolnya ke arah lateral atau dorsal lateral, maka hal ini dapat
menyebabkan tertekannya radiks saraf tepi yang keluar dari sana dan
menyebabkan gejala neuralgia radikuler.
4. Kadangkala protrusi nukleus terjadi ke atas atau ke bawah masuk ke
dalam korpus vetrebal dan disebut dengan nodus Schmorl.

1.4 Manifestasi Klinis


1. Kompresi Radiks L3
a. Daerah nyeri dan hipestasi samping panggul dan bagian depan
paha
b. Kelemahan kuadriseps femoris
c. Refleks tendon patella (RTP) menurun
2. Kompresi Radiks L
a. Daerah nyeri dan hipestasi samping panggul dan bagian depan
paha
b. Kelemahan kuadriseps femoris
c. Refleks tendon patella (RTP) menurun
d. Tanda lasseque positif pada 50% penderita
3. Kompresi Radiks L5
a. Daerah nyeri/hipestasi sepanjang samping tungkai sampai ibu jari
kaki
b. Otot ekstensi/fleksi ibu jari kaki melemah
c. Tanda lasseque positif
4. Kompresi Radiks S1
a. Daerah nyeri/hipestasi sepanjang samping tungkai sampai ibu jari
kaki
b. Refleks tendon patella (RTP) menurun
c. Tanda lasseque positif
1.5 Patofisiologi
Pada tahap pertama sobeknya annulus fibrosus bersifat sirkum
ferensial. Karena adanya gaya traumatik yang berulang, sobekan tersebut
menjadi lebih besar dan timbul sobekan radial. Apabila hal ini telah
terjadi, maka risiko HNP hanya menunggu waktu dan trauma berikutnya
saja. Gaya presipitasi itu dapat diasumsikan sebagai gaya traumatik ketika
hendak menegakkan badan waktu terpeleset, mengangkat benda berat dan
sebagainya.
Menjebolnya (herniasi) nucleus pulposus dapat mencapai ke
korpus tulang belakang diatas atau di bawahnya. Bisa juga menjebol
langsung ke kanalis vertebralis. Menjebolnya sebagian nucleus pulposus
ke dalam korpus vertebra dapat dilihat pada foto rontgen polos dan dikenal
sebagai nodus schmorl. Sobekan sirkum ferensial dan radial pada annulus
fibrosus diskus intervertebralis berikut dengan terbentuknya nodus
schmorl merupakan kelainan yang mendasari low back pain subkronis atau
kronis yang kemudian disusul oleh nyeri sepanjang tungkai yang dikenal
sebagai ischialgia atau siatika. Menjebolnya nucleus pulposus ke kanalis
vertebralis berarti bahwa nucleus pulposus menekan radiks yang bersama-
sama dengan arteria radikularis yang berada dalam lapisan dura. Hal itu
terjadi jika penjebolan berada disisi lateral. Setelah terjadi HNP, sisa
discus intervertebralis mengalami lisis, sehingga dua korpus vertebra
bertumpang tindih tanpa ganjalan (Muttaqin, 2008).
1.6 Pathway

Trauma dan proses degeneratif

Kehilangan protein polisakarida, kandungan air


mneurun, serat-serat menjadi kasar, hialinisasi

Pemisahan lempeng tulang rawan dari


korpus vertebrae yang berdekatan

Nukleus pulposus keluar melalui


serabut annulus yang sobek

Menekan syaraf spinal

Kerusakan jalur simpatik Spasme otot & pelepasan


desending mediator kimia: histamin,
prostaglandin, bradikinin,
Terputusnya jaringan saraf serotonin
di medulla spinalis
Nyeri
Paralisis dan paraplegia

Kelemahan
Gangguan mobilitas fisik

Bed rest total & lama ↓ Tonus otot Atropi, kontraktur

Penekanan jaringan Ulkus, dekubitus Risk for disuse


setempat syndrome

Resiko gangguan integritas


kulit
1.7 Pemeriksaan Penunjang
1. MRI : Untuk melokalisasi protusi diskus
2. CT Scan
3. Mielogram
4. Pemeriksaan Neurologik : Untuk menentukan jika ada kerusakan
refleks, sensori, motorik karena kompresi radiks
5. EMG (elektromiografi) : Untuk melokalisasi radiks saraf spinal khusus
yang terkena

1.8 Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Tujuan : Mengurangi tekanan pada radiks saraf untuk mengurangi
nyeri dan mengubah defisit neurologik.
Macam :
a. Disektomi : Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari
diskus intervertebral
b. Laminektomi : Mengangkat lamina untuk memajankan elemen
neural pada kanalis spinalis, memungkinkan ahli bedah untuk
menginspeksi kanalis spinalis, mengidentifikasi dan mengangkat
patologi dan menghilangkan kompresi medula dan radiks.
c. Laminotomi : Pembagian lamina vertebra.
d. Disektomi dengan peleburan
2. Traksi
Traksi servikal yang disertai dengan penyanggah kepala yang
dikaitkan pada katrol dan beban.
3. Meredakan Nyeri
Kompres lembab panas, analgesik, sedatif, relaksan otot, obat anti
inflamasi dan jika perlu kortikosteroid.
4. Terapi Konservatif
a. Tirah baring, berguna untuk mengurangi rasa nyeri mekanik dan
tekanan intradiskal.
b. Medikamentosa :
1) Analgetik dan NSAID
2) Muscle relaxant
3) Kortikosteroid oral
4) Analgetik adjuvant
c. Rehabilitasi medik:
1) Traksi pelvis
2) Termoterapi (terapi panas)
3) Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS)
4) Korset lumbal
5) Latihan dan modifikasi gaya hidup dengan menurunkan berat
badan yang berlebihan.

1.9 Komplikasi
Kebanyakan komplikasi HNP berupa kompliksasi pasca operasi
1. Komplikasi potensial untuk pendekatan anterior
a. Cedera arteri karotid atau a vertebral
b. Disfungsi saraf laringeus berulang
c. Perforasi esofagus
d. Obstruksi jalan nafas
2. Komplikasi pendekatan posterior
a. Retraksi/kontusio salah satu struktur
b. Kelemahan otot-otot yang dipersyarafi radiks saraf atau medula
3. Komplikasi bedah diskus
a. Terjadi pengulangan herniasi pada tempat yang sama atau tempat
lain
b. Radang pada mebran arachnoid
c. Rasa nyeri seperti terbakar pada derah belakang bagian bawah yang
menyebar ke daerah bokon
d. Sayatan dapat meninggalkan perlekatan dan jaringan parut di sekitar
saraf spinal dan dura, yang akibat radang dapat menyebabkabn
neurotik kronik atau neurofibrosi
e. Cedera syaraf dan jaringan
f. Sindrom diskus gagal (pegal berulang pada pinggul setelah
disektomi lumbal) dapat menetap dan biasanya menyebabkan
ketidakmampuan
II. Konsep Asuhan Keperawatan
2.1 Pengkajian
1. Identitas
HNP terjadi pada umur pertengahan, kebanyakan pada jenis kelamin
pria dan pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat baran berat atau
mendorong benda berat).
2. Keluhan Utama
Nyeri pada punggung bawah :
P, trauma (mengangkat atau mendorong benda berat).
Q, sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut,
seperti kena api, nyeri tumpul atau kemeng yang terus-menerus.
Penyebaran nyeri apakah bersifat nyeri radikular atau nyeri acuan
(referred fain). Nyeri tadi bersifat menetap, atau hilang timbul, makin
lama makin nyeri .
R, letak atau lokasi nyeri menunjukkan nyeri dengan setepat-tepatnya
sehingga letak nyeri dapat diketahui dengan cermat.
S, Pengaruh posisi tubuh atau atau anggota tubuh berkaitan dengan
aktivitas tubuh, posisi yang bagaimana yang dapat meredakan rasa
nyeri dan memperberat nyeri. Pengaruh pada aktivitas yang
menimbulkan rasa nyeri seperti berjalan, turun tangga, menyapu,
gerakan yang mendesak. Obat-obatan yang ssedang diminum seperti
analgetik, berapa lama diminumkan.
T. Sifanya akut, sub akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap,
hilang timbul, makin lama makin nyeri.

3. Riwayat Keperawatan
a.Apakah klien pernah menderita Tb tulang, osteomilitis, keganasan
(mieloma multipleks), metabolik (osteoporosis).
b.Riwayat menstruasi, adneksitis dupleks kronis, bisa menimbulkan nyeri
punggung bawah.
4. PemeriksaanFisik
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum :Pemeriksaan tanda-tanda vital, dilengkapi
pemeriksaan jantung,paru-paru, perut.
 Inspeksi
Inspeksi punggung, pantat dan tungkai dalam berbagai posisi
dan gerakan untuk evalusi neyurogenik.
Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal,adanya
angulus, pelvis yang miring/asimitris, muskulatur paravertebral
atau pantat yang asimetris, postur tungkai yang abnormal.
Hambatan pada pegerakan punggung , pelvis dan tungkai selama
begerak.
Klien dapat menegenakan pakaian secara wajar/tidak.
Kemungkinan adanya atropi, faskulasi, pembengkakan,
perubahan warna kulit.
 palpasi dan perkusi
Paplasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau halus
sehingga tidak membingungkan klien.
Paplasi pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah yang
paling terasanyeri.
Ketika meraba kolumnavertebralis dicari kemungkinan adanya
deviasi ke lateral atau antero-posterior.
Palpasi dan perkusi perut, distensi pewrut, kandung kencing
penuh dll.

1. Neuorologik
a. Pemeriksaan motoric
 Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu
jari dan jari lainnya dengan menyuruh klien unutk melakukan gerak
fleksi dan ekstensi dengan menahan gerakan.
 Atropi otot pada maleolus atau kaput fibula dengan membandingkan
kanan-kiri.
 Fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada otot-otot
tertentu.
b. Pemeriksan sensorik
Pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar
(vibrasi) untuk menentukan dermatom mana yang terganggu sehingga
dapat ditentuakn pula radiks mana yang terganggu.
2. Pemeriksaan reflex
 Refleks lutut /patela/hammer (klien bebraring.duduk dengan tungkai
menjuntai), pada HNP lateral di L4-5 refleks negatif.
 Refleks tumit.achiles (klien dalam posisi berbaring , luutu posisi fleksi,
tumit diletakkan diatas tungkai yang satunya dan ujung kaki ditahan
dalam posisi dorsofleksi ringan, kemudian tendon achiles dipukul. Pada
aHNP lateral 4-5 refleks ini negatif.
3. Pemeriksaan range of movement (ROM)
 Pemeriksaan ini dapat dilakukan aktif atau pasif untuk memperkirakan
derajat nyeri, functio laesa, atau untuk mememriksa ada/tidaknya
penyebaran nyeri.
 Pemeriksaan penunjang:
a. Foto rontgen, Foto rontgen dari depan, samping, dan serong) untuk
identifikasiruang antar vertebra menyempit. Mielografi adalah
pemeriksaan dengan bahankontras melalutindakan lumbal pungsi
dan pemotrata dengan sinar tembus.Apabila diketahiu adanya
penyumbatan.hambatan kanalis spinalis yang mungkindisebabkan
HNP.
b. Elektroneuromiografi (ENMG)
Untuk menegetahui radiks mana yang terkena / melihat adanya
polineuropati.
c. Sken tomografi
Melihat gambaran vertebra dan jaringan disekitarnya termasuk
diskusi intervertebralis.

2.2 Diagnosa Kepeawatan


1. Nyeri b.d kompresi saraf, spasme otot
2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, terapi restriktif dan
kerusakan neuromuskulus
3. Resiko gangguan integritas kulit b.d tirah baring lama

2.3 Intervensi Keperawatan


1. Nyeri Akut b.d kompresi saraf, spasme otot
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam nyeri
berkurang
Kriteria hasil:
 Klien mengatakan nyeri berkurang
 Skala nyeri berkurang
 Klien menggunakan teknik nonfarmakologi dalam mengurangi nyeri
seperti teknik relaksasi
Intervensi Rasional
1. Monitor adanya keluhan nyeri, catat 1. Membantu menen-tukan pilihan inter-
lokasi, lama, factor pencetus atau vensi dan membe-rikan dasar untuk
pemberat perbandingan dan evaluasi terapi
2. Pertahankan tirah baring selama fase 2. Tirah baring dalam posisi yang
akut. Letakkan pasien dengan posisi nyaman memungkinkan pasien untuk
semi fowler dengan tulang spinal, menurunkan spasme otot,
pinggang dan lutut dalam keadaan menurunkan penekanan pada bagian
fleksi; posisi telentang dengan atau tubuh tertentu dan memfasilitasi
tanpa meninggikan kepala 10-30° atau terjadinya reduksi dari tonjolan diskus
pada posisi lateral
3. Bantu pemasangan brace/korset 3. Berguna selama fase akut dari rupture
diskus untuk memberikan sokongan
dan membatasi fleksi
4. Batasi aktivitas selama fase akut 4. Meminimalkan gerakan yang dapat
sesuai kebutuhan menghilangkan spasme otot dan
menurunkan edema dan tekanan pada
struktur sekitar diskus intervertebralis
yang terkena
5. Minta pasin untuk melakukan teknik 5. Memfokuskan perhatian pasien,
relaksasi membantu menurunkan tegangan otot
6. Memberikan sokongan dan
6. Berikan tempat tidur menurunkan fleksi spinal yang
ortopedik/letakkan papan dibawah menurunkan spasme
kasur/matras 7. Merelaksasikan otot dan menurunkan
7. Kolaborasi pemberian obat relaksasi nyeri
ototseperti diazepam 8. Menurunkan edema dan tekanan pada
8. Kolaborasi pemberian NSAID seperti akar saraf
ibuprofen 9. Perlu untuk menghilangkan nyeri
9. Kolaborasi pemberian analgesic sedang sampai berat
seperti asetaminofen

2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, terapi restriktif dan
kerusakan neuromuskulus
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam klien
mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai kemampuannya.
Kriteria hasil:
 Tidak terjadi kontraktur sendi
 Bertambahnya kekuatan otot
 Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
Intervensi Rasional
1. Ubah posisi klien tiap 2 jam 1. Menurunkan resiko terjadinnya
iskemia jaringan akibat sirkulasi
darah yang jelek pada daerah yang
tertekan
2. Ajarkan klien untuk melakukan 2. Gerakan aktif memberikan massa,
latihan gerak aktif pada ekstrimitas tonus dan kekuatan otot serta
yang tidak sakit memperbaiki fungsi jantung dan
pernapasan
3. Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas 3. Otot volunter akan kehilangan tonus
yang sakit dan kekuatannya bila tidak dilatih
untuk digerakkan
4. Demonstrasikan penggunaan alat 4. Memberikan stabilitas dan sokongan
penolong seperti alat bantu jalan, untuk mengkompensasi gangguan
tongkat tonus/kekuatan otot dan
keseimbangannya
5. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi 5. Program latihan/peregangan yang
untuk latihan fisik klien spesifik dapat menghilangkan spasme
otot dan menguatkan otot-otot
punggung, ekstensor, abdomen, dan
otot quadrisep untuk meningkatkan
sokongan terhadap daerah lumbal

3. Resiko gangguan integritas kulit b.d tirah baring lama


Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam klien
mampu mempertahankan keutuhan kulit
Kriteria hasil:
 Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka
 Klien mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka
 Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka
Intervensi Rasional
1. Anjurkan untuk melakukan latihan 1. Meningkatkan aliran darah kesemua
ROM (range of motion) dan daerah
mobilisasi jika mungkin
2. Rubah posisi tiap 2 jam 2. Menghindari tekanan dan
3. Gunakan bantal air atau pengganjal meningkatkan aliran darah
yang lunak di bawah daerah-daerah 3. Menghindari tekanan yang berlebih
yang menonjol pada daerah yang menonjol
4. Lakukan massage pada daerah yang
menonjol yang baru mengalami 4. Menghindari kerusakan-kerusakan
tekanan pada waktu berubah posisi kapiler-kapiler
5. Observasi terhadap eritema dan
kepucatan dan palpasi area sekitar 5. Hangat dan pelunakan adalah tanda
terhadap kehangatan dan pelunakan kerusakan jaringan
jaringan tiap merubah posisi
6. Jaga kebersihan kulit dan seminimal
mungkin hindari trauma, panas 6. Mempertahankan keutuhan kulit
terhadap kulit
DAFTAR PUSTAKA

Cahyati, YI. 2015. “HERNIA NUCLEUS PULPOSUS (HNP)”.


www.eprints.ums.ac.id diakses pada tanggal 20 November 2017.

Heather, Herdman T. 2015. DIAGNOSIS KEPERAWATAN Definisi &


Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta : EGC.

Kuswaya, Fajar. 2011. ASUHAN KEPERAWATAN HNP (HERNIA NUKLEUS


PULPOSUS). http://healthyroom.weebly.com/nurse/asuhan-
keperawatan-hnp-hernia-nukleus-pulposus diakses pada tanggal 20
November 2017.

Lestari, Cindy. 2017. “Hernia Nukleus Pulposus (HNP)”. www.tanyadok.com


diakses pada tanggal 6 November 2017.

Nurarif, Huda dan Hardhi Kusuma.2015. Aplikasi Asuhan Keperawayan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 2.
Yogyakarta : Mediaction Publishing.

Putra, Juniartha Semara. 2013. “ASUHAN KEPERAWATAN HERNIA NUCLEUS


PULPOSUS (HNP)”.https://semaraputraadjoezt.wordpress. com /2013/
03/23/asuhan-keperawatan-hernia-nucleus-pulposus-hnp/ diakses pada
tanggal 20 November 2017.

Anda mungkin juga menyukai