Disusun Oleh:
Faizah Shofiya Ningrum
172303101051
................................................................ ................................................................
NIP......................................................... NIM........................................................
PEMBIMBING AKADEMIK
.....................................................
NIP..............................................
LAPORAN PENDAHULUAN
I. Konsep penyakit
1.1 Definisi
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah turunnya kandungan
annulus fibrosus dari diskus intervertebralis lumbal pada spinal canal atau
rupture annulus fibrosus dengan tekanan dari nucleus pulposus yang
menyebabkan kompresi pada element saraf. Pada umumnya HNP pada
lumbal sering terjadi pada L4-L5 dan L5-S1. Kompresi saraf pada level ini
melibatkan root nerve L4, L5, dan S1. Hal ini akan menyebabkan nyeri
dari pantat dan menjalar ketungkai. Kebas dan nyeri menjalar yang tajam
merupakan hal yang sering dirasakan penderita HNP. Weakness pada grup
otot tertentu namun jarang terjadi pada banyak grup otot (Lotke dkk,
2008).
1.2 Klasifikasi
1. Hernia Diskus Intervertebra Servikalis
Biasanya terjadi antar ruang C5-C6 dan C6-C7 (sekitar 10%).
Nyeri dan kekakuan dapat terjadi pada leher, bagian atas pundak dan
daerah skapula. Kadang-kadang px menginterpretasikan tanda ini
sebagai gejala masalah jantung atau bursitis. Nyeri dapat juga disertai
dengan parestesia dan kebas pada ekstremitas atas.
2. Hernia Diskus Lumbal
Banyak terjadi pada L4-L5 atau ruang antara L5-S1 (70-90%).
Hernia diskus lumbal menimbulkan nyeri punggung bawah disertai
berbagai derajat gangguan sensori dan motorik. Px mengeluh nyeri
punggung bawah dengan spare otot yang diikuti dengan penyebaran
nyeri ke dalam satu pinggul dan turun ke arah kaki (skiatika). Nyeri
diperberat oleh kegiatan yang menaikkan tekanan cairan intraspinal
(membengkok, mengangkat/mengejan (batuk dan bersin), dan biasanya
berkurang dengan tirah baring. Jika px dibaringkan terlentang dan
diusahakan unguk meninggikan satu kaki dengan posisi lurus, maka
nyeri menyebar ke arah kaki. Karena gerakan yang dilakukan
menegangkan saraf skiatik. Tanda tambahan mencakup kelemahan
otot, perubahan reflek rendah, dan kehilangan sensori.
1.3 Etiologi
Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus (HNP) biasanya dengan
meningkatnya usia terjadi perubahan degeneratif yang mengakibatkan
kurang lentur dan tipisnya nucleus pulposus. Annulus fibrosus mengalami
perubahan karena digunakan terus menerus. Akibatnya, annulus fibrosus
biasanya di daerah lumbal dapat menyembul atau pecah (Moore dan Agur,
2013)
Hernia nucleus pulposus (HNP) kebanyakan juga disebabkan oleh
karena adanya suatu trauma derajat sedang yang berulang mengenai discus
intervertebralis sehingga menimbulkan sobeknya annulus fibrosus. Pada
kebanyakan pasien gejala trauma bersifat singkat, dan gejala ini
disebabkan oleh cidera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa
bulan atau bahkan dalam beberapa tahun. Kemudian pada generasi diskus
kapsulnya mendorong ke arah medulla spinalis, atau mungkin ruptur dan
memungkinkan nucleus pulposus terdorong terhadap sakus doral atau
terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal (Helmi, 2012).
Pengangkatan beban yang berat pada posisi yang tidak benar juga
dapat menyebabkan hernia nukleus pulposus terjadi pada berbagai arah :
1. Bila menjebolnya nukleus ke arah anterior, hal ini tidak
mengakibatkannya munculnya gejala yang berat kecuali nyeri.
2. Bila menjebolnya nukleus ke arah anterior medial maka dapat
menimbulkan penekanan medulla spinalis dengan akibatnya gangguan
fungsi motorik maupun sensorik pada ektremitas, begitu pula
gangguan miksi dan defekasi.
3. Bila menonjolnya ke arah lateral atau dorsal lateral, maka hal ini dapat
menyebabkan tertekannya radiks saraf tepi yang keluar dari sana dan
menyebabkan gejala neuralgia radikuler.
4. Kadangkala protrusi nukleus terjadi ke atas atau ke bawah masuk ke
dalam korpus vetrebal dan disebut dengan nodus Schmorl.
Kelemahan
Gangguan mobilitas fisik
1.8 Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Tujuan : Mengurangi tekanan pada radiks saraf untuk mengurangi
nyeri dan mengubah defisit neurologik.
Macam :
a. Disektomi : Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari
diskus intervertebral
b. Laminektomi : Mengangkat lamina untuk memajankan elemen
neural pada kanalis spinalis, memungkinkan ahli bedah untuk
menginspeksi kanalis spinalis, mengidentifikasi dan mengangkat
patologi dan menghilangkan kompresi medula dan radiks.
c. Laminotomi : Pembagian lamina vertebra.
d. Disektomi dengan peleburan
2. Traksi
Traksi servikal yang disertai dengan penyanggah kepala yang
dikaitkan pada katrol dan beban.
3. Meredakan Nyeri
Kompres lembab panas, analgesik, sedatif, relaksan otot, obat anti
inflamasi dan jika perlu kortikosteroid.
4. Terapi Konservatif
a. Tirah baring, berguna untuk mengurangi rasa nyeri mekanik dan
tekanan intradiskal.
b. Medikamentosa :
1) Analgetik dan NSAID
2) Muscle relaxant
3) Kortikosteroid oral
4) Analgetik adjuvant
c. Rehabilitasi medik:
1) Traksi pelvis
2) Termoterapi (terapi panas)
3) Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS)
4) Korset lumbal
5) Latihan dan modifikasi gaya hidup dengan menurunkan berat
badan yang berlebihan.
1.9 Komplikasi
Kebanyakan komplikasi HNP berupa kompliksasi pasca operasi
1. Komplikasi potensial untuk pendekatan anterior
a. Cedera arteri karotid atau a vertebral
b. Disfungsi saraf laringeus berulang
c. Perforasi esofagus
d. Obstruksi jalan nafas
2. Komplikasi pendekatan posterior
a. Retraksi/kontusio salah satu struktur
b. Kelemahan otot-otot yang dipersyarafi radiks saraf atau medula
3. Komplikasi bedah diskus
a. Terjadi pengulangan herniasi pada tempat yang sama atau tempat
lain
b. Radang pada mebran arachnoid
c. Rasa nyeri seperti terbakar pada derah belakang bagian bawah yang
menyebar ke daerah bokon
d. Sayatan dapat meninggalkan perlekatan dan jaringan parut di sekitar
saraf spinal dan dura, yang akibat radang dapat menyebabkabn
neurotik kronik atau neurofibrosi
e. Cedera syaraf dan jaringan
f. Sindrom diskus gagal (pegal berulang pada pinggul setelah
disektomi lumbal) dapat menetap dan biasanya menyebabkan
ketidakmampuan
II. Konsep Asuhan Keperawatan
2.1 Pengkajian
1. Identitas
HNP terjadi pada umur pertengahan, kebanyakan pada jenis kelamin
pria dan pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat baran berat atau
mendorong benda berat).
2. Keluhan Utama
Nyeri pada punggung bawah :
P, trauma (mengangkat atau mendorong benda berat).
Q, sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut,
seperti kena api, nyeri tumpul atau kemeng yang terus-menerus.
Penyebaran nyeri apakah bersifat nyeri radikular atau nyeri acuan
(referred fain). Nyeri tadi bersifat menetap, atau hilang timbul, makin
lama makin nyeri .
R, letak atau lokasi nyeri menunjukkan nyeri dengan setepat-tepatnya
sehingga letak nyeri dapat diketahui dengan cermat.
S, Pengaruh posisi tubuh atau atau anggota tubuh berkaitan dengan
aktivitas tubuh, posisi yang bagaimana yang dapat meredakan rasa
nyeri dan memperberat nyeri. Pengaruh pada aktivitas yang
menimbulkan rasa nyeri seperti berjalan, turun tangga, menyapu,
gerakan yang mendesak. Obat-obatan yang ssedang diminum seperti
analgetik, berapa lama diminumkan.
T. Sifanya akut, sub akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap,
hilang timbul, makin lama makin nyeri.
3. Riwayat Keperawatan
a.Apakah klien pernah menderita Tb tulang, osteomilitis, keganasan
(mieloma multipleks), metabolik (osteoporosis).
b.Riwayat menstruasi, adneksitis dupleks kronis, bisa menimbulkan nyeri
punggung bawah.
4. PemeriksaanFisik
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum :Pemeriksaan tanda-tanda vital, dilengkapi
pemeriksaan jantung,paru-paru, perut.
Inspeksi
Inspeksi punggung, pantat dan tungkai dalam berbagai posisi
dan gerakan untuk evalusi neyurogenik.
Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal,adanya
angulus, pelvis yang miring/asimitris, muskulatur paravertebral
atau pantat yang asimetris, postur tungkai yang abnormal.
Hambatan pada pegerakan punggung , pelvis dan tungkai selama
begerak.
Klien dapat menegenakan pakaian secara wajar/tidak.
Kemungkinan adanya atropi, faskulasi, pembengkakan,
perubahan warna kulit.
palpasi dan perkusi
Paplasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau halus
sehingga tidak membingungkan klien.
Paplasi pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah yang
paling terasanyeri.
Ketika meraba kolumnavertebralis dicari kemungkinan adanya
deviasi ke lateral atau antero-posterior.
Palpasi dan perkusi perut, distensi pewrut, kandung kencing
penuh dll.
1. Neuorologik
a. Pemeriksaan motoric
Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu
jari dan jari lainnya dengan menyuruh klien unutk melakukan gerak
fleksi dan ekstensi dengan menahan gerakan.
Atropi otot pada maleolus atau kaput fibula dengan membandingkan
kanan-kiri.
Fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada otot-otot
tertentu.
b. Pemeriksan sensorik
Pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar
(vibrasi) untuk menentukan dermatom mana yang terganggu sehingga
dapat ditentuakn pula radiks mana yang terganggu.
2. Pemeriksaan reflex
Refleks lutut /patela/hammer (klien bebraring.duduk dengan tungkai
menjuntai), pada HNP lateral di L4-5 refleks negatif.
Refleks tumit.achiles (klien dalam posisi berbaring , luutu posisi fleksi,
tumit diletakkan diatas tungkai yang satunya dan ujung kaki ditahan
dalam posisi dorsofleksi ringan, kemudian tendon achiles dipukul. Pada
aHNP lateral 4-5 refleks ini negatif.
3. Pemeriksaan range of movement (ROM)
Pemeriksaan ini dapat dilakukan aktif atau pasif untuk memperkirakan
derajat nyeri, functio laesa, atau untuk mememriksa ada/tidaknya
penyebaran nyeri.
Pemeriksaan penunjang:
a. Foto rontgen, Foto rontgen dari depan, samping, dan serong) untuk
identifikasiruang antar vertebra menyempit. Mielografi adalah
pemeriksaan dengan bahankontras melalutindakan lumbal pungsi
dan pemotrata dengan sinar tembus.Apabila diketahiu adanya
penyumbatan.hambatan kanalis spinalis yang mungkindisebabkan
HNP.
b. Elektroneuromiografi (ENMG)
Untuk menegetahui radiks mana yang terkena / melihat adanya
polineuropati.
c. Sken tomografi
Melihat gambaran vertebra dan jaringan disekitarnya termasuk
diskusi intervertebralis.
2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, terapi restriktif dan
kerusakan neuromuskulus
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam klien
mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai kemampuannya.
Kriteria hasil:
Tidak terjadi kontraktur sendi
Bertambahnya kekuatan otot
Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
Intervensi Rasional
1. Ubah posisi klien tiap 2 jam 1. Menurunkan resiko terjadinnya
iskemia jaringan akibat sirkulasi
darah yang jelek pada daerah yang
tertekan
2. Ajarkan klien untuk melakukan 2. Gerakan aktif memberikan massa,
latihan gerak aktif pada ekstrimitas tonus dan kekuatan otot serta
yang tidak sakit memperbaiki fungsi jantung dan
pernapasan
3. Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas 3. Otot volunter akan kehilangan tonus
yang sakit dan kekuatannya bila tidak dilatih
untuk digerakkan
4. Demonstrasikan penggunaan alat 4. Memberikan stabilitas dan sokongan
penolong seperti alat bantu jalan, untuk mengkompensasi gangguan
tongkat tonus/kekuatan otot dan
keseimbangannya
5. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi 5. Program latihan/peregangan yang
untuk latihan fisik klien spesifik dapat menghilangkan spasme
otot dan menguatkan otot-otot
punggung, ekstensor, abdomen, dan
otot quadrisep untuk meningkatkan
sokongan terhadap daerah lumbal