Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

RADICULOPHATY VENTRIKAL

Oleh :
Muhamad Opi Hafiizh
2350721108

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI
2023
Rumah Tgl : Nilai Tgl : Nilai Rata-rata
Sakit :
Paraf CI Paraf Dosen

A. Definisi
Radikulopati adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan gangguan
fungsi dan struktur radiks akibat proses patologik yang dapat mengenai satu atau
lebih radiks saraf dengan pola gangguan bersifat dermatomal.
Radikulopati adalah sindrom klinis yang ditandai dengan nyeri menjalar
dengan atau tanpa kelemahan otot motorik dan gangguan sensorik dalam distribusi
miotomal atau dermatomal. Tujuan pengobatan untuk radikulopati adalah
meredakan gejala melalui penatalaksanaan gejala tanpa pembedahan ataupun
intervensi bedah untuk mengatasi mekanisme penyebab yang mendasari
keduanya.(abdu, 2017)
Istilah nyeri radikuler dan radiulopati kadang-kadang digunakan secara
bergantian meskipun tidak identik. Nyeri radikuler hanya nyeri yang menjalar,
sedangan nyeri radikulopati kehilangan motorik dan sensorik dapat di temukan. (lin
2014)
B. Etiologi
Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya radikulopati,
diantaranya yaitu proses kompresif, proses inflammatory, proses degeneratif
sesuai dengan struktur dan lokasi terjadinya proses
1. Proses kompresif
Kelainan-kelainan yang bersifat kompresif sehingga mengakibatkan
radikulopati adalah seperti : hernia nucleus pulposus (HNP) atau herniasi
diskus, tumor medulla spinalis, neoplasma tulang, spondilolisis dan
spondilolithesis, stenosis spinal, traumatic dislokasi, kompresif fraktur,
scoliosis dan spondilitis tuberkulosa, cervical spondilosis
2. Proses inflammatori
Kelainan-kelainan inflamatori sehingga mengakibatkan radikulopati
adalah seperti : Gullain-Barre Syndrome dan Herpes Zoster
3. Proses degeneratif
Kelainan-kelainan yang bersifat degeneratif sehingga mengakibatkan
radikulopati adalah seperti Diabetes Mellitus
C. Tipe-tipe radikulopati
1. Radikulopati lumbar
Radikulopati lumbar merupakan problema yang sering terjadi yang
disebabkan oleh iritasi atau kompresi radiks saraf daerah lumbal sering disebut
sciatica. Gejala yang terjadi dapat disebabkan oleh beberapa sebab seperti
bulging diskus (disk bulges), spinal stenosis, deformitas vertebra atau herniasi
nukleus pulposus. Radikulopati dengan keluhan nyeri pinggang bawah sering
didapatkan (low back pain)
2. Radikulopati cervical
Radikulopati cervical umunya dikenal dengan “pinched nerve” atau
saraf terjepit merupakan kompresi [ada satu atau lebih radix saraf uang halus
pada leher. Gejala pada radikulopati cervical seringnya disebabkan oleh
spondilosis cervical.
3. Radikulopati torakal
Radikulopati torakal merupakan bentuk yang relative jarang dari
kompresi saraf pada punggung tengah. Daerah ini tidak didesain untuk
membengkok sebanyak lumbal atau cervical. Hal ini menyebabkan area thoraks
lebih jarang menyebabkan sakit pada spinal. Namun, kasus yang sering yang
ditemukan pada bagian ini adalah nyeri pada infeksi herpes zoster.

D. Patofisiologi
Ketika akar saraf keluar dari tulang belakang, akar saraf menjalar ke
lengan. Selama perjalanan, setiap saraf mensuplai sensasi terhadap bagian kulit
dari bahu dan lengan. Saraf ini juga mensuplai signal listrik terhadap beberapa
otot untuk menggerakan tangan dan lengan. Ketika sebuah saraf terganggu atau
terjepit baik karena penonjolan tulang abnormal atau tertekan oleh bagian dari

diskus intervertebalis, hal ini menimbulkan masalah penekanan pada saraf


sehingga saraf tidak dapat bekerja dengan baik.

Hal ini kemudian dapat menyebabkan kelemahan pada otot yang


dipersarafi, rasa tebal pada kulit dan nyeri pada daerah tersebut. Tergantung
tempat dimana saraf terhimpit, dileher disebut dengan radikulopati servikal
(Eubank, 2016). Adapun radikulopati lumbosakral adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan sindrom nyeri yang disebabkan oleh
kompresi atau iritasi akar saraf di punggung bawah. Hal ini dapat disebabkan
oleh herniasi lumbalis, degenerasi vertebra tulang belakang, dan penyempitan
foramen tempat saraf keluar dari kanal tulang belakang. (Herman, 2019).
Kombinasi faktor seperti mediator inflamasi (subtansi p) perubahan respon
vaskular, edema intra neural sebagai respon dari penekanan saraf berkontribusi
terhadap timbulnya nyeri radikuler. (Corey, 2014).

E. Pathway
Perubahan struktu dengan diseus atas fibri
fertilago dan mantrik gelatimus

fibri kartilago padat dan tidak teratur

penonjolan diskus atau kerusakan sendi pusat

menekan akar saraf

nyeri

gangguan mobilitas fisik defisit pengetahuan

ansietas
F. Manifestasi Klinis
Secara umum, manifestasi klinis radikulopati adalah sebagai berikut :
1. Rasa nyeri berupa nyeri tajam yang menjalar dari daerah parasentral dekat
vertebra hingga ke arah ekstremitas. Rasa nyeri ini mengikuti pola dermatomal.
Nyeri bersifat tajam dan diperhebat oleh gerakan, batuk, mengedan, atau bersin.

2. Paresthesia yang mengikuti pola dermatomal.

3. Hilang atau berkurangnya sensorik (hipesthesia) di permukaan kulit sepanjang


distribusi dermatom radiks yang bersangkutan.

4. Kelemahan otot-otot yang dipersarafi radiks yang bersangkutan.

5. Refles tendon pada daerah yang dipersarafi radiks yang bersangkutan menurun
atau bahkan menghilang

Gejala radikulopati tergantung pada lokasi radiks saraf yang terkena


(yaitu pada servikal atau lumbal)
Manifestasi klinis radikulopati pada daerah servikal antara lain :
1. Leher terasa kaku, rasa tidak nyaman pada bagian medial skapula.
2. Gejala diperburuk dengan gerakan kepala dan leher, juga dengan regangan
pada lengan yang bersangkutan. Untuk mengurangi gejala, penderita
seringkali mengangkat dan memfleksikan lengannya di belakang kepala.
3. Lesi ditandai dengan nyeri pada bahu dan daerah trapezius, berkurangnya
sensorik sesuai dengan pola dermatomal, kelemahan dan atrofi otot deltoid.
Lesi ini dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan abduksi dan
eksorotasi lengan.
4. Lesi ditandai dengan nyeri pada trapezius, ujung bahu, dan menjalar hingga
lengan atas anterior, lengan bawah bagian radial, jari ke-1 dan bagian lateral
jari ke-2. Lesi ini mengakibatkan paresthesia ibu jari, menurunnya refleks
biseps, disertai kelemahan dan atrofi otot biseps.
5. Lesi pada C7 ditandai dengan nyeri pada bahu, area perktoralis dan medial
aksila, posterolateral lengan atas, siku, dorsal lengan bawah, jari ke-2 dan 3
atau seluruh jari. Lesi ini dapat mengakibatkan paresthesia jari ke-2,3 juga
jari pertama, atrofi dan kelemahan otot triseps, ekstensor tangan, dan
pektoralis.
6. Lesi ditandai dengan nyeri sepanjang bagian medial lengan bawah. Lesi ini
akan mengganggu fungsi otot-otot intrinsik tangan dan sensasi jari ke-4 dan
ke 5
Manifestasi klinis radikulopati pada daerah lumbal antara lain :
1. Rasa nyeri pada daerah sakroiliaka, menjalar ke bokong, paha, hingga ke
betis, dan kaki. Nyeri dapat ditimbulkan dengan Valsava maneuvers (seperti
: batuk, bersin, atau mengedan saat defekasi).
2. Pada ruptur diskus intervertebra, nyeri dirasakan lebih berat bila penderita
sedang duduk atau akan berdiri. Ketika duduk, penderita akan menjaga
lututnya dalam keadaan fleksi dan menumpukan berat badannya pada
bokong yang berlawanan. Ketika akan berdiri, penderita menopang dirinya
pada sisi yang sehat, meletakkan satu tangan di punggung, menekuk tungkai
yang terkena (Minor’s sign)
3. Nyeri mereda ketika pasien berbaring. Umumnya penderita merasa nyaman
dengan berbaring telentang disertai fleksi sendi coxae dan lutut, dan bahu
disangga dengan bantal untuk mengurangi lordosis lumbal. Pada tumor
intraspinal, nyeri tidak berkurang atau bahkan memburuk ketika berbaring.
4. Gangguan postur Pada pemeriksaan dapat ditemukan berkurangnya
lordosis vertebra lumbal karena spasme involunter otot-otot punggung.
Sering ditemui skoliosis lumbal, dan mungkin juga terjadi skoliosis torakal
sebagai kompensasi. Umumnya tubuh akan condong menjauhi area yang
sakit, dan panggul akan miring, sehingga sendi coxae akan terangkat. Bisa
saja tubuh penderita akan bungkuk ke depan dan ke arah yang sakit untuk
menghindari stretching pada saraf yang bersangkutan. Jika iskialgia sangat
berat, penderita akan menghindari ekstensi sendi lutut, dan berjalan dengan
bertumpu pada jari kaki (karena dorsifleksi kaki menyebabkan stretching
pada saraf, sehingga memperburuk nyeri).Penderita bungkuk ke depan,
berjalan dengan langkah kecil dan semifleksi sendi lutut disebut Neri’s sign.
5. Ketika pasien berdiri, dapat ditemukan gluteal fold yang menggantung dan
tampak lipatan kulit tambahan karena otot gluteus yang lemah. Hal ini
merupakan bukti keterlibatan radiks S1.
6. Dapat ditemukan nyeri tekan pada sciatic notch dan sepanjang n.iskiadikus.
7. Pada kompresi radiks spinal yang berat, dapat ditemukan gangguan sensasi,
paresthesia, kelemahan otot, dan gangguan refleks tendon. Fasikulasi jarang
terjadi.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bervariasi tergantung pada etiologi dan keparahan
gejala
1. Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) adalah andalan dari pengobatan awal
untuk LBP. Dengan penggunaan semua NSAID, pasien usia lanjut harus
dimonitor untuk gastrointestinal (GI) dan toksisitas ginjal. Acetaminophen
sering digunakan untuk pasien usia lanjut. NSAID memiliki aktivitas analgesik,
antiinflamasi, dan antipiretik. Mekanisme kerja agen ini tidak diketahui, tetapi
mereka dapat menghambat aktivitas siklooksigenase dan sintesis prostaglandin.
2. Obat eurcab rbaaxagt bukan merupakan agen lini pertama, tetapi dapat
dipertimbangkan untuk pasien yang mengalami kejang yang signifikan. Belum
ada penelitian yang mendokumentasikan bahwa obat-obatan ini mengubah
riwayat alami penyakit. Efek samping dari obat-obatan ini dapat menyebabkan
kantuk dan mulut kering, dan sebaiknya dikonsumsi 2 jam sebelum tidur.
3. Diclofenac (Voltaren, Cataflam) menghambat sintesis prostaglandin dengan
mengurangi aktivitas enzim siklooksigenase, yang pada gilirannya menurunkan
pembentukan prekursor prostaglandin.
4. Naproxen (Aleve, Naprelan, Naprosyn, Anaprox) menghilangkan rasa sakit
ringan sampai sedang. Menghambat reaksi peradangan dan nyeri dengan
mengurangi aktivitas siklooksigenase, yang menghasilkan penurunan sintesis
prostaglandin.
5. Cyclobenzaprine merupakan relaksan otot rangka yang bekerja sentral dan
mengurangi aktivitas motorik dari asal tonik somatik yang memengaruhi kedua
neuron motorik alfa dan gamma. Secara struktural terkait dengan TCA.
6. Tramadol bekerja dengan cara menghambat arcending pain pathway,
mengubah persepsi dan respons terhadap nyeri. Juga menghambat reuptake
norepinefrin dan serotonin.
7. Gabapentin (Neurontin) merupakan obat yang digunakan untuk mengelola rasa
sakit dan memberikan sedasi pada nyeri neuropatik.
Pada suatu kasus dalam kondisi kronis, dimana tidak merespon baik
dengan penggunaan obat-obatan, maka tindakan operasi perlu dipertimbangkan
(contoh : decomprerrive laminectomy, rurgical decomprerrion, rpinal furion).
Ketika kondisi revere rpinal inrtability, maka tindakan intervensi seperti operasi
dapat dilakukan. Hal ini dilakukan dengan tujuan mengurangi rasa nyeri,
memperbaki fungsi tulang belakang, dan meningkatkan kualitas hidup dari
penderita. Tujuan utama dari tindakan operasi ini adalah untuk menstabilkan
tulang belakang dan merekonstruksi disk dari tulang belakang (Tarulli, 2007)
Tindakan operasi hanya dilakukan jika penanganan konservatif gagal dan gejala
neurologis terus berlanjut dirasakan oleh pasien. (Tang, 2018)

H. Pemeriksaan Penunjang
Radikulopati dapat didiagnosa dari menifestasi klinis yang khas, seperti
rasa nyeri, baal, atau paresthesia yang mengikuti pola dermatomal. Namun
demikian gejala-gejala tersebut dapat disebabkan oleh banyak hal, sehingga
untuk menentukan penatalaksanaan radikulopati, diperlukan beberapa
pemeriksaan penunjang, antara lain :
1. Rontgen
Tujuan utama foto polos Roentgen adalah untuk mendeteksi adanya
kelainan struktural. Seringkali kelainan yang ditemukan pada foto roentgen
penderita radikulopati juga dapat ditemukan pada individu lain yang tidak
memiliki keluhan apapun
2. MRI atau ct scan
MRI merupakan pemeriksaan penunjang yang utama untuk mendeteksi
kelainan diskus intervertebra. MRI selain dapat mengidentifikasi kompresi
medula spinalis dan radiks saraf, juga dapat digunakan untuk mengetahui
beratnya perubahan degeneratif pada diskus intervertebra. Dibandingkan
dengan CT Scan, MRI memiliki keunggulan, yaitu adanya potongan sagital, dan
dapat memberikan gambaran hubungan diskus intervertebra dan radiks saraf
yang jelas; sehingga MRI merupakan prosedur skrining yang ideal untuk
menyingkirkan diagnosa banding gangguan struktural pada medula spinalis dan
radiks saraf.
CT Scan dapat memberikan gambaran struktur anatomi tulang vertebra
dengan baik, dan memberikan gambaran yang bagus untuk herniasi diskus
intervertebra. Namun demikian sensitivitas CT Scan tanpa myelography dalam
mendeteksi herniasi masih kurang bila dibandingkan dengan MRI.
3. Myelografi
Pemeriksaan ini memberikan gambaran anatomik yang detail, terutama
elemen osseus vertebra. Myelografi merupakan proses yang invasif karena
melibatkan penetrasi pada ruang subarachnoid. Secara umum myelogram
dilakukan sebagai test preoperatif, seringkali dilakukan bersama dengan CT
Scan.
4. Nerve Concuction Study (NCS), dan Electromyography (EMG)
NCS dan EMG sangat membantu untuk membedakan asal nyeri atau
untuk menentukan keterlibatan saraf, apakah dari radiks, pleksus saraf, atau
saraf tunggal. Selain itu pemeriksaan ini juga membantu menentukan lokasi
kompresi radiks saraf. Namun bila diagnosis radikulopati sudah pasti secara
pemeriksaan klinis, maka pemeriksaan elektrofisiologis tidak dianjurkan.
5. Laboratorium
Pemeriksaan darah perifer lengkap, laju endap darah, faktor rematoid,
fosfatase alkali/asam, kalsium.
6. Urin analisis, berguna untuk penyakit nonspesifik seperti infeksi.

I. Asuhan Keperawatan Teori


1. Pengkajian
Pengkajian pada pasien dengan Radiculophaty menurut (Pratama, Y. B.
2018) yakni:
a. Riwayat Kesehatan
1) Identitas klien
Meliputi: nama, tempat/tanggal lahir, jenis kelamin, agama,
Pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal MRS, No. RM, diagnosa medis
2) Keluhan utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus radiculopati ialah rasa
nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung lamanya serangan.
Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri pasien
digunakan :
a) Provoking Incident : apakah ada peristiwa yang menjadi faktor
presipitasi nyeri
b) Quality of pain : seperti apa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
pasien. Apakah terbakar, berdenyut, atau menusuk.
c) Region/radiation/relief : apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit
menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit itu terjadi
d) Severity (scale) of pain : seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan pasien,
bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa
sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
e) Time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk
pada malam hari atau siang hari.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari
radichulopati yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan
terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut
sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh
mana yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya
kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang lain.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Pada pengkajian ini perlu dikaji apakah pasien pernah menderita
penyakit yang sama, riwayat ketergantungan terhadap makanan minuman
zat dan obat-obqtan (Muraqqin dalam pusputarini), 2018)
5) Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit saraf
merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya radiculopati seperti
penyakit diabetes, yang sering terjadi pada beberapa keturunan yang
cenderung diturunkan secara genetik.
6) Riwayat psikososial
Merupakan respons emosi pasien terhadap penyakit yang diderita dan peran
pasien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
7) Pola-pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat pada kasus radiculopati akan
timbul ketakutan akan penyakitnya pada dirinya dan harus menjalani
penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan
b) Pola nutrisi dan metabolisme
Pada klien fraktur harus mengkosumsi nutrisi melebihi kebutuuhan sehari-
harinya seperti protein, vit C , Vit B dan lainnnya untuk membantu proses
penyembuhan . Evaluasi terhadap pola nutrisi pasien bisa membantu
menentukan masalah neurologi dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi
yang tidak adekuat
c) Pola eliminasi
Untuk kasus radichulopati tidak ada gangguan pada pola eliminasi,
tapi walaupun begitu perlu juga untuk dikaji frekuensi, konsistensi, warna,
serta bau feses pada eliminasi alvi. Sedangkan pada eliminasi urin dikaji
frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola inni juga
dikaji pada kesulitan atau tidak.
d) Pola tidur atau istirahat
Semua pasien radiculopati timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak,
sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur pasien. Selain
itu juga, pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, seuasana lingkungan,
kebiasaan tidur, kesulitan tidur, serta penggunaan obat tidur.
e) Pola aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk
kegiatan pasien menjadi berkurang dan kebutuhan pasien perlu banyak
dibantu oleh orang lain. Hall ini yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas
pasien .
f) Pola hubungan dan peran
Pasien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam
masyarakat. Karena pasien harus menjalani rawat inap.
g) Pola persepsi dan konsep diri
Dampak yang timbul pada pasien radikulopati yaitu ketakukan akan
kecacatan akibat penyakitnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang
salah
h) Pola sensori dan kognitif
kaji pada pasien radiculopati apakah terdapat gangguan pola
sensorik dan motorik.
i) Pola reproduksi seksual
kaji dampak radiculopati pada pasien. Pada pasien radichulophaty
yaitu pasien tidak dapat melakukan hubungan seksual karena harus
menjalani rawat inap dan mengalami nyeri
j) Pola penanggulangan stress
Pada pasien radiculopati timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya,
yaitu ketakukan timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya.
Mekanisme koping yang ditempuh pada pasien tidak bisa efektif.
k) Pola tata nilai dan keyakinan
Untuk pasien dengan radiculopati tidak dapat melaksanakan
kebutuhan beribadah dengan baik, hal ini disebabkan karena nyeri fisik yang
dialaminya.
8) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum : baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda tanda vital
seperti (1) Kesadaran penderita : composmentis kooperatif, sampai terjadi
penurunan kesadaran seperti apatis, somnolen, stupor bahkan koma
tergantung keadaan pasien (2) Kesakitan, keadaan penyakit : akut, kronik,
ringan, sedang, berat, dan pada kasus farktur biasanya akut (3) tanda-tanda
vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi maupun bentuk.
b) Pemeriksaan wajah
(1) Mata : kelopak mata/palpebra edema/tidak, perdarahan
subkonjungtiva, reaksi pupil terhadap cahaya (+/-)
(2) Hidung : Kaji adanya obtruksi/tidak, simetris/tidak,ada secret/tidakp
(3) Mulut : amati mukosa mulut dan bibir, kebersihan, lesi, pendarahan di
mulut serta kebersihan
(4) Telinga : amati bentuk, ukuran, warna, lesi, nyeri tekan, penumpukan
serumen ,perdarahan.
c) Pemeriksaan kepala dan leher
(1) Kepala : amati bentuk kepala, kesimetrisan, perdarahan, nyeri tekan.
Pada radichulophaty biasanya terdapat nyeri tekan.
(2) Leher : amati bentuk leher, peradangan, jaringan parut, perubahan
warna, massa, pembesaran kelenjar limfe, pembesaran tiroid, kesimetrisan
posisi trachea, dan pembesaran vena jugularis. Pada pasien dengan
radichulophaty servikal biasanya terdapat nyeri pada bagian leher
d) Pemeriksaan thoraks/dada
(1) Pemeriksaan paru : amati bentuk toraks, susunan rusa tulang belakang,
bentuk dada, keadaan kulit, retraksi otot bantu pernafasan, pernafasan
cuping hidung, pola nafas, cyanosis, dan batuk produktif
(2) Pemeriksaan jantung
Amati ictus cordis, pulsasi pada dinding torak dada, bunyi jantung (normal
S1, S2)
e) Pemeriksaan abdomen
Amati bentuk abdomen, massa/benjolan, kesimetrisan, frekuensi peristaltic
usus, adanya pembesaran hepar/tidak, nyeri tekan/tidak, normalnya hasil
perkusi abdomen adalah tympani.
f) Pemeriksaan punggung dan tulang belakang
Periksa ada tidaknya lesi pada kulit punggung, apakah terdapat kelainan
bentuk tulang belakang, apakah terdapat deformitas pada tulang belakang,
apakah terdapat fraktur atau tidak, pada pasien dengan radiculopati terdapat
nyeri punggung.
g) Pemeriksaan musculoskeletal
Amati kesimetrisan otot antar sisi kanan dan kiri, ekstremitas yang
terganggu akan menjadi lemah.
h) Pemeriksaan fungsi pendengaran/penghidu/tenggorokan
➢ Pendengaran : periksa uji ketajaman pendengaran dengan tes
bisik/arloji/uji weber
➢ Penghidu : dengan menggunakan rangsang bau-bauan. Pada pasien yang
mengalami perdarahan hidung pada sisi yang mengalami fraktur,
kemungkinan dapat mengalami gangguan penciuman
➢ Tenggorokan : lakukan pemeriksaan tonsil, nyeri tekan (+/-)
Pemeriksaan fungsi neurologis
a. Tingkat Kesadaran : kaji tingkat kesadaran pasien dan
GCS
b. Tanda-tanda Rangsangan Otak
Peningkatan suhu tubuh (-), nyeri kepala (-), pusing (+),
kaku kuduk (-), mual (+) muntah (-), kejang (-), penurunan tingkat
kesadaran (-)
c. Gangguan sensorik (hipesthesia atau hiperesthesia). Perlu dibedakan
gangguan saraf perifer atau segmental.
d. Gangguan motorik (pemeriksaan kekuatan otot, atrofi, fasikulasi,
spasme otot).
e. Perubahan refleks.
Pemeriksaan panggul dan rektum perlu dilakukan untuk
menyingkirkan adanya neoplasma dan infeksi di luar vertebra.
Pada pemeriksaan radikulopati servikal, antara lain akan didapatkan
terbatasnya “range of motion” leher dan nyeri akan bertambah berat dengan
pergerakan (terutama hiperekstensi).
h) Pemeriksaan Integument
➢ Kulit : adanya lesi di tempat menyebarnya radiculopati
➢ Rambut : kaji penyebaran (merata/tidak), bau, rontok
➢ Kuku : kaji warna, bentuk, dan kebersihan kuku

2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d mengeluh nyeri, tampak
meringis, bersikap protektif (D.0077)
2. Gangguan mobilitas fisik b.d Nyeri d.d mengeluh nyeri saat bergerak
(D.0054)
3. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi d.d menunjukkan
presepsi keliru terhadap masalah
4. Ansietas b.d kurang terpapar informasi d.d tampak gelisah
3. Rencana Asuhan Keperawatan
N Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan (SI

O (SDKI) Hasil (SLKI)

1. Nyeri Akut (D.0077) Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238)


asuhan keperawatan Observasi
Kategori : Psikologis selama ... x 24 jam 1. Identifikasi lokasi, karakteristi
Subkategori : Nyeri dan diharapkan Tingkat durasi, frekuensi, kualitas, dan
kenyamanan Nyeri (L.08066) intensitas nyeri
menurun dengan 2. Identifikasi skala nyeri
Definisi : kriteria hasil : 3. Identifikasi faktor yang mempe
Pengalaman sensorik atau 1. Keluhan nyeri nyeri
emosional yang berkaitan menurun 4. Identifikasi pengetahuan dan
dnegan kerusakan jaringan 2. Meringis menurun keyakinan tentang nyeri
actual atau fungsional, dengan 3. Gelisah menurun 5. Indetifikasi pengaruh nyeri ter
onsete mendadak atau lambat 4. Kesulitan tidur kualitas hidup
dan berintensitas ringan hingga menurun 6. Monitor keberhasilan terapi
berat yang berlangsung kurang 5. Sikap protektif komplementer yang sudah dibe
dari 3 bulan menurun 7. Monitor efek samping penggun
6. Frekuensi nadi analgetik
b.d : membaik Terapeutik
Agen pencedera fisik (trauma 7. Tekanan darah 1. Berikan teknik non farmakolog
jaringan) membaik dalam menangin nyeri
2. Kontrol lingkungan yang
d.d : memperberat nyeri
Gejala dan tanda mayor : 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
Subjektif : 4. Pertimbangkan jenis dan sumb
1. Mengeluh nyeri nyeri dalam pemilihan strategi
Objektif : meredakan nyeri
1. Tampak meringis Edukasi
2. Bersikap protektif 1. Jelaskan penyebab, periode, da
3. Gelisah pemicu nyeri
4. Frekuensi nadi meningkat 2. Jelaskan strategi mengurangi n
5. Sulit tidur
3. Anjurkan memonitor nyeri
Gejala dan tanda minor : secaramandiri
Subjektif : (tidak tersedia) 4. Ajarkan teknik non
Objektif : farmakologisuntuk mengurangi
1. Tekanan darah meningkat nyeri
2. Pola nafas berubah Kolaborasi
3. Nafsu makan berubah 1. Kolaboratif pemberian analgetik
4. Proses berpikir terganggu sesuai order
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaphoresis
2. Gangguan Mobilitas Setelah dilakukan Dukungan mobilisasi (I.05173)
Fisik (D.0054) asuhan keperawatan Observasi
selama ... x 24 jam 1. identifikasi adanya nyeri atau
Kategori : fisiologis diharapkan Mobilitas keluhan fisi lainnya
fisik (L.05042) 2. identifikasi toleransi fisik
Subkategori : melakukan pergerakan
meningkat dengan
aktivitas/istirahat 3. monitor kondisi umum selama
kriteria hasil :
Definisi : 1. Pergerakan melakukan mobilisasi
Keterbatasan dalam gerakan ekstremitas Terapeutik
fisik dari satu atau lebih meningkat 1. fasilitasi aktivitas moblisasi
ekstremitas secara mandiri 2. Kekuatan otot dengan alat bantu (pagar
meningkat tempat tidur)
3. Rentang gerak 2. fasilitasi melakukan pergerakan
ROM meningkat 3. libatkan eluarga untuk
4. Nyeri membantu pasien dalam
menurun mobilisasi
b.d : 5. Kecemasa Edukasi
nyeri n menurun 1. jelaskan tujuan prosedur mobilisasi
6. Gerakan tidak 2. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
d.d : terkoordinasi 3. Ajarkan mobilisasi sederhana
Gejala dan tanda mayor : menurun
Subjektif 7. Gerakan
1. Mengeluh sulit terbatas
menggerakkan ekstremitas menurun
Objektif : 8. Kelemahan
1. Kekuatan otot fisik menurun
menurun
2. Rentang gerak
menurun
Gejala dan tanda minor
Subjektif :
1. Nyeri saat bergerak
2. Enggan melakukan
pergerakan
3. Merasa cemas saat bergerak
objektif
1. Sendi kaku
2. Gerakan tidak terkoordinasi
3. Gerakan terbatas
4. Fisik lemah
3. Defisit pengetahuan (D.0111) Setelah dilakukan Edukasi proses penyakit (I.12444)
asuhan keperawatan Observasi :
selama ... x 24 jam 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
Kategori : prilaku
diharapkan Tingkat menerima infomasi
Subkategori :
pengetahuan Terapeutik :
penyuluhan dan
(L.12111) 1. Sediakan materi dan media
pembelajaran
meningkat dengan pendidikan kesehatan
kriteria hasil : 2. Jadwalkan pendidikan
Definisi :
1. Prilaku sesuai kesehatan sesuai kesepakatan
Keadaan atau kurangnya
anjuran 3. Berikan kesempatan untuk
informasi kognitif yang berkaitan
meningkat bertanya
dengan topik tertentu
2. Kemampuan Edukasi :
b.d :
menjelaskan 1. Jelaskan penyebab dan faktor
kurang terpapar informasi
sebuah topik resiko penyakit
meningkat 2. Jelaskan proses patologis
Gejala dan tanda mayor
3. Kemampuan penyakit
Subyektif :
menggambar 3. Jelaskan tanda dan gejala
1. menanyakan masalah yang
kan yang ditimbulkan oleh
dihadapi penyakit
pengalaman
sebelumnya 4. Ajarkan cara mengatasi atau
Objektif :
meningkat mengurangi gejala yang
1. menunjukkan prilaku
4. Prilaku sesuai dirasakan
tidak sesuai anjuran
dengan
2. menunjukkan presepsi
pengetahuan
yang keliru terhadap
meningkat
masalah
5. Pertanyaan
tentang
Gejala dan tanda minor
masalah
Subjektif :
menurun
1. Tidak tersedia
6. Presepsi yang
keliru
Objektif :
menurun
1. Menjalani pemeriksaan yang
7. Prilaku
tidak tepat
2. Menunjukkan prilaku membaik
berlebihan (apatis,
bermusuhan, histeria)
4. Ansietas (D.0080) Setelah dilakukan Reduksi Ansietas (I.09314)
Kategori ; psikologis asuhan keperawatan Observasi
Sub kategori : integritas ego selama ... x 24 jam 1. identifikasi tingkat ansietas
diharapkan Tingkat 2. identifikasi kemampuan mengambil
Definisi : kondisi emosi dan Ansietas (L.09093) keputusan
pengalaman subjektif individu menurun dengan kriteria 3. monitor tanda-tanda ansietas
terhadap objek yang tidak jelas hasil: terapeutik
dan spesifik akibat bahaya yang 1. Verbalisasi 1. ciptakan suasana terapeutik untuk
memunginkan individu kebingungan menurunkan ansietas
melakukan tindakan untuk menurun 2. temani pasien untuk mengurangi
menghadapi ancaman. 2. Verbalisasi kecemasan
khawatir akibat 3. pahami situasi yang mrmbuat
b.d penyakit ansietas
kurang terpapar informasi menurun 4. dengarkan dengan penuh perhatian
3. prilau gelisah 5. gunakan pendekatan tenang dan
d.d menurun meyakinkan
gejala dan tanda mayor 4. prilaku tegang edukasi
subjektif : menurun 1. informasikan secara faktual
1. Merasa bingung 5. tremor menurun mengenai diagnosis, pengobatan
2. Merasa khawatir dengan 6. pucar menurun dan prognosis
akibat dari kondisi yang 7. konsentrasi 2. anjurkan keluarga untuk tetap
dihadapi membaik bersama pasien
Objektif : 3. anjurkan mengungkapkan perasaan
1. Tampak gelisah dan persepsi
2. Tampak tegang 4. latih kegiatan pengalihan untuk
3. Sulit tidur mengurangi ketegangan
Gejala dan tanda minor 5. latih teknik relaksasi
Subjektif:
1. Mengeluh pusing
2. Anoreksia
3. Palpitasi
4. Merasa tidak berdaya
Objektif:
1. Frekuensi nafas meningat
2. Muka tampak pucat
3. Suara bergetar
Sumber : (PPNI, 2016; PPNI, 2018; PPNI, 2016)
DAFTAR PUSTAKA

Abdu RW, Abdu WA, Pearson AM, et al. Reoperation for Recurrent Intervertebral
Disc Herniation in the Spine Patient Outcomes Research Trial: Analysis of Rate,
Risk Factors, and Outcome. Spine (Phila Pa 1976). 2017 Jul 15; 42(14):1106-14
Herman PM, Broten N, Lavelle TA, Sorbero ME, Coulter ID. Healthcare Costs and
Opioid Use Associated with High-Impact Chronic Spinal Pain in the United States.
Spine. 2019 Mar 04
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan


Kriteria HasilKeperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan


TindakanKeperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Tarulli AW, Raynor EM. Lumbosacral radiculopathy. Neurol Clin. 2007


May;
Pratama, Y. B. (2018). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Radiculopati di
Ruang 19 Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Saiful Anwar Malang [Report]. Fakultas
Keperawatan Universitas Jember

Anda mungkin juga menyukai