Anda di halaman 1dari 120

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN

METODE AUDIO VISUAL TENTANG ROKOK DAN


NAPZA TERHADAP PENGETAHUAN MAHASISWA
TINGKAT 2 ILMU KEPERAWATAN (S-1)
REGULER FITKES UNJANI

SKRIPSI

OLEH :
MUHAMAD OPI HAFIIZH
213119077

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN S-1


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2023
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN
METODE AUDIO VISUAL TENTANG ROKOK DAN
NAPZA TERHADAP PENGETAHUAN MAHASISWA
TINGKAT 2 ILMU KEPERAWATAN (S-1)
REGULER FITKES UNJANI

SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana
Keperawatan

OLEH :
MUHAMAD OPI HAFIIZH
213119077

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN S-1


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2023
LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan pada Seminar Proposal

Ujian pada Tanggal :

Nama : Muhamad Opi Hafiizh

NPM : 213119077

Program Studi : Ilmu Keperawatan S-1

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kesehatan Universitas Jenderal Achmad Yani

Pembimbing I Pembimbing II

Lilis Rohayani, S.Kep.,Ners.,M.Kep Oyoh S.Kep.,Ners.,M.Kep

i
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1)
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI 2023

MUHAMAD OPI HAFIIZH


PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN METODE AUDIO
VISUAL TENTANG ROKOK DAN NAPZA TERHADAP PENGETAHUAN
MAHASISWA TINGKAT 2 ILMU KEPERAWATAN S-1 REGULER
FITKES UNJANI
xi + 8 tabel + 86 hal + 2 gambar + 11 lampiran

ABSTRAK
Pendidikan kesehatan penting dilakukan. Terlebih masih banyaknya masyarakat
dengan pengetahuan kurang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode audio visual tentang
rokok dan napza terhadap pengetahuan mahasiswa Ilmu Keperawatan S-1
UNJANI.

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif pra-eksperimen pre-test dan post-test. Sampel
pada penelitian ini sebanyak 63 mahasiswa dengan menggunakan random sampling
(Stratified Random Sampling). Penelitian ini dilakukan secara online melalui media
zoom.

Analisa data yang peneliti lakukan adalah uji McNemar . Hasil penelitian ialah
mahasiswa yang sebelum dilakukan penkes memiliki tingkat pengetahuan kurang
baik sebanyak 4 orang (6,3%), dan setelah dilakukan penkes tidak terdapat
perubahan, lalu didapatkan mahasiswa yang setelah dilakukan penkes memiliki
pengetahuan baik dan ketika penkes mengalami penurunan sebanyak 1 orang
(1,6%), selain itu mahasiswa yang sebelum penkes memiliki pengetahuan kurang,
dan meningkat setelah penkes sebanyak 47 orang (74,6%), dan mahasiswa yang
sebelum dan sesudah penkes masih memiliki pengetahuan yang baik ialah sebanyak
11 orang (17,5%). Lalu pada hasil statistic test ialah mendapatkan nilai exact sig.
(2 – sided) 0,000 (p< value 0,05). Disimpulkan bahwa H0 ditolak, artinya terdapat
pengaruh yang signifikan pada penelitian ini.

Penelitian ini dapat dijadikan sumber pembelajaran maupun pengembangan


penelitian lainnya dengan metode yang berbeda, misal dengan metode wawancara.
Hasil penelitian ini-pun dapat dijadikan acuan dalam usaha penurunan angka
kejadian merokok di masyarakat.

Kata Kunci : Pendidikan Kesehatan, Rokok, NAPZA.


Kepustakaan : 68, 2015 – 2023

ii
NURSING STUDY PROGRAM (S1)
FACULTY OF HEALTH SCIENCE AND TECHNOLOGY
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI 2023

MUHAMMAD OPI HAFIIZH


THE INFLUENCE OF HEALTH EDUCATION WITH AUDIO-VISUAL
METHODS ABOUT CIGARETTES AND DRUGS ON THE KNOWLEDGE
OF LEVEL 2 STUDENTS OF NURSING SCIENCE S-1 REGULAR FITKES
UNJANI
xi + 8 tables + 86 sheets + 2 pictures + 11 attachments

ABSTRACT

Health education is important to spread awareness and increase public knowledge.


This study aims to determine whether there is an influence of health education with
audio-visual methods about cigarettes and drugs on the knowledge of UNJANI S-
1 Nursing students.

These types of research are quantitative, pre-experimental, pre-test, and post-test.


The sample in this study was 63 students using random sampling (Stratified
Random Sampling). This research was conducted online via zoom.

The data analysis that the researchers did was the McNemar test. The results of the
study were students who before the health education had a poor level of knowledge
as many as 4 people (6.3%), and after the health education there was no change,
then students were obtained who after the health education had good knowledge
and when the health education had decreased by 1 person (1.6%), besides that
students who before the health center had less knowledge, and increased after the
health education by 47 people (74.6%), And students who before and after Penkes
still have good knowledge are as many as 11 people (17.5%). Then the statistical
test results are to get the exact sig value. (2 – sided) 0.000 (p< value 0.05). It was
concluded that H0 was rejected, meaning that there was a significant reduction in
this study.

Based on the research that has been done, it can be an additional reference in
increasing the knowledge of individuals and groups through other creative methods
to attract interest and facilitate readers in understanding the content of the material.
Researchers can further develop this research with other titles such as, using
counseling methods

Keywords : health education, cigarettes, drugs.

Bibliography : 68, 2015 – 2023

iv
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT dengan

segala berkah, nikmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan tepat waktu yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan

Dengan Metode Audio Visual Tentang Rokok dan Napza Terhadap Pengetahuan

Mahasiswa Tingkat 2 di Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1) Universitas

Jenderal Achmad Yani”. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi

Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat dan kita selaku umatnya hingga akhir

zaman. Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan

dan arahan, juga semangat dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin

mengucapkan terimakasih dengan ditunjukan kepada :

1. Prof. Hikmahanto Juwana, S.H., LLM., Ph.D selaku Rektor Universitas

Jenderal Achmad Yani Cimahi.

2. Gunawan Irianto, dr, M.Kes (MARS) selaku Ketua Fakultas Ilmu dan

Teknologi Kesehatan Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi.

3. Ismafiaty., S.Kp.,M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1).

4. Lilis Rohayani, S.Kep.,M.Kep selaku dosen pembimbing satu yang telah

membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam proses penyusunan

skripsi dan juga selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberi

motivasi dan dukungan.

iv
5. Oyoh S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku pembimbing II yang telah membimbing dan

memberikan arahan kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi.

6. Seluruh dosen dan jajaran Program Studi Ilmu Keperawatan S-1 Fakultas Ilmu

dan Teknologi Kesehatan Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak

kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan

skripsi ini. Akhir kata semoga ketulusan dan doa serta bantuan yang telah

diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Cimahi, …. September 2023

Penulis

v
DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i
ABSTRACT .......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 8
C. Tujuan Masalah ...................................................................................................... 8
1. Tujuan Umum ..................................................................................................... 8
2. Tujuan Khusus ..................................................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian................................................................................................. 9
1. Bagi Peneliti......................................................................................................... 9
2. Bagi Institusi Pendidikan ................................................................................... 10
3. Bagi Responden................................................................................................. 10
4. Bagi Peneliti Selanjutnya ................................................................................... 10
BAB II .................................................................................................................. 11
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 11
A. Konsep Mahasiswa .............................................................................................. 11
1. Pengertian Mahasiswa ...................................................................................... 11
2. Karakteristik Mahasiswa ................................................................................... 12
B. Konsep Pendidikan Kesehatan ............................................................................. 14
1. Pengertian Pendidikan Kesehatan .................................................................... 14
2. Sasaran Pendidikan Kesehatan ......................................................................... 15
3. Pendidikan Kesehatan dan Perilaku Manusia ................................................... 16
4. Hambatan Pendidikan Kesehatan ..................................................................... 17
5. Prinsip Pendidikan Kesehatan ........................................................................... 19

vi
6. Peran Perawat dalam Pendidikan Kesehatan ................................................... 20
7. Metode Pendidikan Kesehatan ......................................................................... 21
D. Konsep NAPZA ..................................................................................................... 37
1. Definisi NAPZA .................................................................................................. 37
2. Jenis-Jenis NAPZA.............................................................................................. 38
3. Faktor Penyalahgunaan NAPZA ........................................................................ 40
4. Berhenti Menggunakan NAPZA ........................................................................ 42
5. Dampak NAPZA ................................................................................................. 43
E. Kerangka Teori ..................................................................................................... 45
BAB III ................................................................................................................. 46
METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................ 46
A. Metode Penelitian ............................................................................................... 46
1. Paradigma Penelitian ........................................................................................ 46
2. Desain Penelitian .............................................................................................. 48
3. Hipotesis Penelitian .......................................................................................... 48
4. Variabel Penelitian ............................................................................................ 49
5. Definisi Operasional Variabel Penelitian........................................................... 50
B. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................................... 52
1. Populasi ............................................................................................................. 52
2. Sampel............................................................................................................... 53
C. Pengumpulan Data .............................................................................................. 55
1. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 55
2. Instrumen Penelitian......................................................................................... 56
D. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen Penelitian ................................................ 57
1. Uji Validitas Data ............................................................................................... 57
2. Uji Realibilitas Data ........................................................................................... 58
E. Prosedur Penelitian.............................................................................................. 58
F. Pengolahan dan Analisa Data .............................................................................. 60
1. Pengolahan Data ............................................................................................... 60
1. Analisa Data ...................................................................................................... 62
G. Etika Penelitian .................................................................................................... 64
H. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................................ 65
BAB IV ................................................................................................................. 66
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................................. 66

vii
A. Hasil Penelitian..................................................................................................... 66
C. Pembahasan......................................................................................................... 70
BAB V................................................................................................................... 79
SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 79
A. Simpulan .............................................................................................................. 79
B. Saran .................................................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 82
LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kerangka Konsep .................................................................................

Tabel 3.2 Definisi Operasional ............................................................................

Tabel 3.3 Sampel Penelitian ..................................................................................

Tabel 3.4 Indikator Penilaian ...............................................................................

Tabel 3.5 Tabel Uji McNemar ..............................................................................

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Sebelum PENKES Audio

Visual

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Setelah PENKES Audio

Visual

Tabel 4.3 Hasil Uji McNemar Sebelum dan Sesudah dilakukan Penkes

terhadap Tingkat Pengetahuan Mahasiswa

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori .................................................................................. 45

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ............................................................................. 46

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Pengetahuan Rokok dan NAPZA

Lampiran 2 Surat Izin Studi Pendahuluan dan Pengambilan Data

Lampiran 3 Surat Balasan Izin Studi Pendahuluan dan Pengambilan Data

Lampiran 4 Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 5 Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Responden

Lampiran 6 Surat Pengantar Kode Etik Penelitian

Lampiran 7 Balasan Kode Etik

Lampiran 8 Surat Penelitian

Lampiran 9 Lembar Bimbingan SPSS

Lampiran 10 Uji SPSS Analisa Univariat dan Bivariat

Lampiran 11 Dokumentasi Penelitian

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mahasiswa di definisikan sebagai orang yang memiliki tingkat

pendidikan yang tinggi. Dengan demikian seseorang yang menyandang

status tersebut, secara otomatis seharusnya dapat memiliki perilaku serta

penguasaan wawasan yang sangat baik. Hal ini menjadikan mahasiswa

sebagai Agent of Change atau seseorang yang berperan dalam melakukan

perubahan yang positif dalam diri sendiri serta masyarakat luas. Secara

filosofis mahasiswa identic dengan hal-hal yang rasional, cerdas, inovatif,

radikal, idealis, kritis, revolusioner dan militant (Harun Gafur, 2015).

Seorang mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan reguler

diploma atau sarjana, biasanya memiliki rentang usia 18-30 tahun (Harun

Gafur, 2015). Sebagian besar mahasiswa adalah seorang remaja, dan

menurut WHO remaja adalah seseorang dengan rentang usia 10-19 tahun.

Sedangkan menurut Permenkes RI tahun 2014 remaja dikatakan sebagai

penduduk dengan rentang usia 10-18 tahun. Sedangkan menurut BKKBN

rentang usia remaja adalah 12-24 tahun dan belum menikah (Harnita, 2021).

Remaja cenderung memiliki beragam permasalahan, salah satunya yang

sering terjadi adalah ketergantungan obat atau alcohol dan perilaku merokok

(Apriliyana, 2020). Menurut perwakilan WHO di Jakarta yaitu Dr Robert

Kim-Farley, terdapat pergeseran perokok dari pria ke wanita dan

1
2

anak-anak. Dan survey dari Global Health Proffesionel Survei (GHPS)

tahun 2006 menurut Suryo Sukendro (2007) dalam (Apriliyana, 2020),

menunjukan bahwa 48,4% mahasiswa dan mahasiswi kedokteran di

Indonesia memiliki perilaku merokok dengan 9,3% nya masih merokok

hingga saat survey dilakukan.

Permasalahan ketergantungan merokok pada mahasiswa atau remaja,

membuat mereka cenderung mengabaikan lingkungan yang sebetulnya

dilarang untuk merokok. UU No. 39 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang

menerangkan bahwa setiap tempat belajar mengajar adalah kawasan tanpa

rokok. Jumlah perokok dikalangan mahasiswa yang meningkat, menurut

(Nurul Dalimunte, 2019) pada penelitiannya diakibatkan oleh perasaan

negatif mahasiswa yang ingin menghilangkan beragam rasa stress dan

cemas tentang masalah yang sedang dihadapinya. Jumlah rokok yang

dihisap diseluruh belahan dunia mencapai 15 miliar batang setiap harinya.

Indonesia berada di peringkat ke-5 dalam konsumsi rokok di dunia dengan

jumlah konsumsi rokok sebanyak 215 miliar batang setiap tahunnya.

Rokok dengan ribuan bahayanya ternyata tetap menjadi konsumsi wajar

bagi pecintanya. Beberapa bahaya dalam senyawa yang terkandung dalam

rokok itu meliputi karbon monoksida (zat beracun, yang mempengaruhi

oksigen dalam darah), nikotin (dapat menghalangi rasa lapar), ammonia

(gas tidak berwarna yang terdiri dari hydrogen dan nitrogen), asam format

(cairan yang dapat membakar kulit), hydrogen sianida (menghambat

pernafasan), nitrous oxide (menimbulkan rasa sakit ketika dihisap),


3

formaldehyde (gas beracun sebagai pengawet & pembasmi hama), phenol

(menghalangi masuknya protein), acetol (zat yang mudah menguap),

pyridine (zat pelarut dalam alkohol dan pembunuh hama), TAR (penyebab

kanker pada hewan), dan methanol (penyebab kebutaan dan kematian)

(Dinata, 2021).

Ratusan zat berbahaya yang mengintai perokok, secara otomatis

membuat perokok khususnya mahasiswa mengalami beberapa resiko yang

diakibatkan rokok. Beberapa dampak sederhana yang akan dirasakan oleh

perokok diantaranya terganggunya fokus ketika belajar, lebih mudah

terpapar penyakit, penurunan kualitas tidur, memiliki gangguan kulit seperti

jerawat, dan depresi yang diakibatkan kecanduan (Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia, 2019). Seseorang yang merokok semenjak umur <15

tahun akan lebih sulit terlepas dari ketergantungan rokok karena terlalu

banyaknya zat beracun yang mengalir dalam tubuhnya.

Perilaku merokok dan penyalahgunaan NAPZA adalah dua jenis

permasalahan yang sama-sama memiliki risiko bahaya tinggi. Rokok

disebut sebagai gerbang masuk ke dalam lingkungan penyalahgunaan

NAPZA karena dianggap menjadi salah satu faktor seseorang

menyalahgunakan NAPZA (Putu Darma Mahardipa, 2022). NAPZA atau

Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya adalah zat berbahaya yang

bila masuk ke dalam tubuh akan mengakibatkan penurunan kesehatan baik

fisik maupun psikis. NAPZA juga menyebabkan ketagihan dan

ketergantungan (Martaatmadja, 2020). Menurut Thoa (2006) dalam


4

(Apriliyana, 2020), perilaku penyalahgunaan NAPZA tidak terlepas dari

perilaku merokok. Hal ini disebabkan karena remaja yang merokok, ketika

memiliki masalah yang tidak terselesaikan, pada akhirnya remaja tersebut

akan menggunakan NAPZA.

Penyalahgunaan NAPZA menurut UNODC atau United Nations Office

on Drugs and Crime dalam (Badan Narkotika Nasional, 2021), mengatakan

bahwa terdapat 275 juta jiwa di seluruh dunia yang menggunakan NAPZA.

Indonesia, dengan total penduduk ber usia 15-64 tahun yang berjumlah

sekitar 187.513.456 jiwa, yang pernah menggunakan NAPZA menurut data

tahun 2021, adalah sebanyak 4.827.616 penduduk (Putri, 2022). Sedangkan

Jawa Barat dengan jumlah penduduk sebanyak 49,94 juta pada tahun 2020,

mengantongi jumlah pengguna NAPZA sebanyak 710 orang. Dan data

terbaru BNN Kota Cimahi tahun 2023, tedapat 40 pengguna NAPZA yang

sedang di rehabilitasi, dan 23 diantaranya adalah pelajar/mahasiswa (BNN

Kota Cimahi, 2023).

Pengguna NAPZA di Kota Cimahi, menurut (BNN Kota Cimahi, 2023)

seluruhnya memiliki perilaku merokok sebelum menggunakan NAPZA.

Melalui penelitiannya yang berjudul “Gerakan Edukasi Bahaya Merokok &

Narkoba Untuk Mewujudkan Generasi Muda Yang Sehat dan Berprestasi”,

(Uswatun Chasanah, 2021) mengatakan pengetahuan yang masih minim

mengenai rokok dan narkoba membuat penggunanya semakin meningkat.

Dalam penelitiannya juga ditemukan bahwa tak jarang perokok ini tidak

mempercayai dampak dan bahaya yang akan ditimbulkan oleh rokok


5

tersebut, karena melihat orang tua atau kerabatnya yang sudah merokok

puluhan tahun masih dalam keadaan sehat hingga saat ini.

Anak yang sudah terpapar stimulus perilaku merokok sejak dini,

membutuhkan banyak instrument pendukung dalam pencegahan perilaku

merokok khususnya dalam lingkungan keluarga. banyaknya mahasiswa

yang belum memahami secara sempurna mengenai rokok dan NAPZA,

membuat metode pendidikan kesehatan dapat dijadikan salah satu solusi

dalam menangani minimnya pengetahuan serta informasi yang harus

diketahui mahasiswa. Pendidikan kesehatan adalah gabungan antara

pengalaman belajar yang bertujuan untuk membantu individu serta

masyarakat dalam meningkatkan kualitas kesehatan melalui peningkatan

pengetahuan serta keterampilan menjaga kesehatan (Azizah, 2022).

Pendidikan kesehatan dibedakan berdasarkan teknik komunikasi

(langsung dan tidak langsung), sasaran (individu, kelompok dan masal) dan

indera penerima (mata, telinga dan kombinasi). Menurut Natoatmodjo

(2019) dalam (Azizah, 2022) media pendidikan kesehatan adalah semua

sarana yang bertujuan untuk meyampaikan pesan dari komunikator baik

dengan media cetak, elektronik, dalam atau luar ruangan. Peneliti

menambahkan bahwa dalam pelaksanaannya, pendidikan kesehatan harus

juga memperhatikan beberapa aspek, diantaranya bahasa harus mudah

dimengerti dan suasana penyampaian harus santai agar responden bisa

menyimak tanpa tekanan.


6

Beragam metode diatas, harus dikuasai dengan baik oleh seorang

perawat dalam perannya sebagai perawat educator yang tidak hanya

merawat secara fisik, namun juga secara psikis dan pengetahuan. Dalam

prosesnya, pendidikan kesehatan dilakukan untuk meningkatkan

pengetahuan dan perubahan perilaku ke arah positif baik di masyarakat

maupun di organisasi (Hastuti, 2022). Perawat yang professional memiliki

tanggungjawab dalam memberikan pelayanan berkualitas tinggi. Menurut

Potts (2007) dalam (Nyimas Sri Wahyuni, 2022) ada empat peran perawat,

yaitu peran utama (pemberi asuhan, advokat, pendidik, pemimpin), peran

sekunder (coordinator, kolabolator, komunikator), peran praktiksi

(koordinator dan manajer perawatan klinis) dan peran sebagai praktisi

advance (perawat spesialis dan manajer khusu).

Pentingnya pendidikan kesehatan juga dikatakan dalam penelitian

(Melliana, 2017) dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang

Dampak Merokok Terhadap Minat Berhenti Merokok Pada Siswa SMP N

2 Tempel” dan (Putra, 2020) yang berjudul “Pengaruh Pendidikan

Kesehatan Terhadap Perilaku Remaja Dalam Pencegahan Penyalahgunaan

Narkoba Pada Siswa Kelas XI SMA N 1 Gamping Yogyakarta”, kedua

peneliti menyampaikan bahwa pendidikan kesehatan berpengaruh terhadap

perubahan perilaku remaja khususnya dalam pengetahuan dan kesadaran

mengenai dampak buruk yang disebabkan oleh rokok dan NAPZA.

Perilaku merokok yang marak terjadi berdasarkan data-data diatas,

membuat mahasiswa memiliki risiko yang juga cenderung sama. Hal ini
7

membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Pengaruh

Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Audio Visual Tentang Rokok dan

Napza pada Mahasiswa Tingkat 2 Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1)

UNJANI. Alasan ini dikarenakan latar belakang program studi yang

merupakan sarana pendidikan bagi para calon perawat. Selain itu Program

Studi Ilmu Keperawatan (S-1) UNJANI juga memiliki jumlah mahasiswa

lebih banyak jika dibandingkan dengan program studi lain.

Jumlah mahasiswa tingkat 2 yaitu sebanyak 168 orang dengan total

keseluruhan mahasiswa program studi Ilmu Keperawatan (S-1) sebanyak

658 orang mahasiswa. Berdasarkan hasil studi penelitian yang dilakukan

peneliti melalui wawancara bersama ketua Angkatan 2021 pada tanggal 17

Maret 2023, narasumber mengatakan bahwa dari total jumlah Angkatan

2021, sebanyak 28 orang adalah perokok, Dari hasil wawancara, 28 orang

yang merupakan perokok, 19 diantaranya berasal dari kabupaten/kota

dengan kategori 3T (terdepan, terpencil dan tertinggal). Peneliti kemudian

melakukan observasi kepada beberapa responden yang direkomendasikan

oleh ketua Angkatan 2021, dan didapatkan hasil bahwa 3 dari 28 responden,

pernah menggunakan NAPZA yang disebabkan oleh faktor lingkungan,

pertemanan dan pengetahuan.

Banyaknya mahasiswa Ilmu Keperawatan (S-1) UNJANI yang memiliki

perilaku merokok, membuat organisasi mahasiswa atau HM KMJ IKP

berharap penelitian ini mampu memberikan dampak baik bagi pengurangan

jumlah perokok khususnya dilingkungan Ilmu Keperawatan (S-1) UNJANI.


8

Melalui wawancara peneliti bersama anggota kastrat HM KMJ IKP,

narasumber menyampaikan bahwa mahasiswa harus memberikan dampak

positif kepada masyarakat sesuai dengan peran dan fungsi mahasiswa.

Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian (Melliana, 2017)

“Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Dampak Merokok Terhadap

Minat Berhenti Merokok Pada Siswa SMP N 2 Tempel” dan (Putra, 2020)

yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perilaku Remaja

Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Pada Siswa Kelas XI SMA N

1 Gamping Yogyakarta”, adalah penelitian ini menggunakan metode audio

visual pada saat melakukan pendidikan kesehatan. Selain itu, penelitian ini

lebih ber-fokus trerhadap peningkatan kualitas pengetahuan, yang akan di

uji apakah dipengaruhi oleh pendidikan kesehatan atau tidak.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjabaran latar belakang diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu untuk

mengetahui apakah ada Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap

Pengetahuan Tentang Dampak Merokok dan Risiko Penyalahgunaan

NAPZA pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1) UNJANI

C. Tujuan Masalah

1. Tujuan Umum

Tujuan Umum dalam penelitian ini untuk mengetahui apakah ada

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Audio Visual Tentang


9

Rokok dan Napza Terhadap Pengetahuan Mahasiswa Tingkat 2

Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1) UNJANI

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan sebelum dilakukan

Pendidikan Kesehatan;

b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan sesudah dilakukan

Pendidikan Kesehatan;

c. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara Pendidikan

Kesehatan Dengan Metode Audio Visual Tentang Rokok dan

Napza terhadap Pengetahuan Mahasiswa Tingkat 2 Program Studi

Ilmu Keperawatan (S-1) UNJANI sebelum dan sesudah dilakukan

pendidikan kesehatan.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Peneliti berharap penelitiannya mampu memberikan dampak positif

bagi peneliti itu sendiri, khususnya pada peningkatan kualitas diri

sebagai perawat yang memiliki peran edukator dalam pencegahan

perilaku merokok dan kontribusi konkret mengenai edukasi guna

memberantas penyalahgunaan NAPZA khususnya dikalangan

mahasiswa.
10

2. Bagi Institusi Pendidikan

Peneliti berharap, hasil penelitiannya dapat memberikan informasi yang

baik dan mampu dikembangkan serta membantu dalam proses

monitoring mahasiswa sehingga dapat menghentikan perilaku merokok

ataupun penyalahgunaan NAPZA.

3. Bagi Responden

Peneliti berharap, seluruh responden yang terlibat dalam penelitian ini

bisa menambah keyakinan bahwa merokok adalah kegiatan sia-sia yang

membahayakan kesehatan serta jembatan penghubung yang nyata

dengan perilaku penyalahgunaan NAPZA. Penelitian ini juga

diharapkan menjadi referensi ketika responden ingin kembali menggali

informasi mendalam mengenai bahaya merokok dan NAPZA, juga agar

responden tergerak untuk melakukan pendidikan kesehatan kepada

lingkungan terdekat disekitarnya.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti berharap dalam penelitian selanjutnya, dapat menggunakan

metode pendidikan kesehatan yang lebih menarik, agar responden lebih

cepat tanggap dan menyimak dengan baik, sehingga timbul perasaan

untuk berhenti merokok dan tidak akan mendekati perilaku negative

lainnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Mahasiswa

1. Pengertian Mahasiswa

Mahasiswa merupakan peserta didik yang terdaftar secara aktif

dalam proses belajar disebuah perguruan tinggi dan mampu belajar

secara mandiri. Dalam PP RI No. 30 tahun 1990 mahasiswa diartikan

sebagai peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi

tertentu. Menurut Sarwono (2018) mahasiswa diartikan sebagai

seseorang yang secara aktif terdaftar dan mengikuti perkuliahan

dengan rentang usia 18-30 tahun. Mahasiswa secara bahasa juga

memiliki arti dari 2 kata “Maha” dan “Siswa”. Maha artinya besar,

dan siswa mengartikan seseorang yang sedang menempuh

Pendidikan. Hal ini di ungkapkan Harun Gafur dalam bukunya yang

berjudul “Mahasiswa dan Dinamika Dunia Kampus” (Harun Gafur,

2015). Dalam buku Dudih Sutrisman, S.Pd, yang berjudul

“Pendidikan Politik, Persepsi, Kepemimpinan dan Mahasiswa”.

(Sutrisman, 2019) menerangkan bahwa mahasiswa juga diartikan

sebagai kategori pemuda yang memiliki kemampuan intelektualitas

yang tinggi. Sebagai kelompok atau individu terdidik, diharapkan

mahasiswa andil dalam setiap proses baik dan perubahan positif

dilingkungan masyarakat.

11
12

2. Karakteristik Mahasiswa

Menjadi mahasiswa akan banyak peristiwa baru yang dialami. Kita

akan menjadi actor/aktris untuk diri kita sendiri guna menyesuaikan

kelebihan serta kekurangan kita yang digunakan dalam proses belajar

dan ber sosialiasi. Dalam usia yang relative muda atau dalam periode

remaja akhir ini, mahasiswa dipaksa untuk mampu mengatur segalanya

secara mandiri. Hal-hal kecil yang mulai terbiasa, perlahan menjadikan

seorang mahasiswa mampu dalam melakukan manajemen dalam

beberapa aspek, diantaranya keuangan, waktu pikiran, permasalahan

dan kualitas mental (Kartika, 2020).

Karakter mahasiswa yang mandiri, memiliki intelektualitas tinggi,

dan memiliki jiwa muda disebabkan oleh “gelar” yang wajib

dipertanggungjawabkan oleh mahasiswa. Beberapa gelar tersebut

diantaranya:

a. Agent of Change

Sesuai dengan Namanya, mahasiswa harus menjadi motor

pergerakan guna merubah sesuatu ke arah yang lebih baik.

b. Social Control

Mahasiswa diharuskan menjadi control sosial yang akan menjaga

dan merawat lingkungan beserta isinya agar tetap sesuai dengan

nilai dan norma baik disekitarnya.


13

c. Iron Stock

Mahasiswa diharapkan menjadi manusia yang seseorang yang

tangguh guna menjadi penerus perjuangan bangsa.

d. Guardian of Value

Mahasiswa juga harus mampu menjaga nilai-nilai baik serta

budaya yang belum maupun perlahan mulai memudar dikalangan

masyarakat umum.

e. Moral Force

Mahasiswa memiliki amanat sebagai pejuang dalam hal-hal baik

secara sukarela melalui pergerakan-pergerakan massif dan

terstruktur yang digagas melalui diskusi akademik di lingkup

kampus (Sutrisman, 2019).

Mahasiswa memiliki sejarah baik dimasa lalu karena selalu dapat

menimbulkan perubahan yang besar di negeri ini. Mahasiswa selalu

ditempatkan dalam posisi yang terhormat juga bermartabat dalam

setiap gerakan yang dibangungnya. Baik buruknya perilaku yang

dilakukan oleh mahasiswa tergantung pada apa yang mahasiswa

lakukan. Hal ini juga diperkuat dengan penjelasan dalam (Nugroho,

2018) yang menerangkan bahwa jiwa pemimpin terbentuk

diakibatkan oleh 2 faktor, yaitu pemberian tuhan dan kedua sengaja

diciptakan melalui proses pembelajaran.


14

B. Konsep Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian Pendidikan Kesehatan

Dalam keperawatan, pendidikan kesehatan diartikan sebagai suatu

bentuk intervensi keperawatan yang bertujuan membantu klien baik

secara individu, kelompok maupun masyarakat dalam mengatasi

permasalahan kesehatan melalui pembelajaran (Maulana, 2022).

Namun demikian, promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan

cenderung dianggap sama. Tetapi sebenarnya kedua istilah tersebut

memiliki arti yang berbeda. Dalam bukunya (Raingruber, 2014)

menekankan dengan jelas bahwa promosi kesehatan memiliki fokus

utama terhadap permasalahan sosio-ekonomi dan lingkungan dari

determinan kesehatan. Sedangkan pendidikan kesehatan memiliki satu

konsep yang lebih sempit serta merupakan bagian dari promosi

kesehatan. Menurut Mackintosh 1996 dalam (Raingruber, 2014)

pendidikan kesehatan adalah suatu aktivitas yang memberikan dampak

atau kesadaran individu melalui penambahan kualitas wawasan yang

berfungsi sebagai tolak ukur dalam memutuskan suatu tindakan

kesehatan tertentu. Berdasarkan penjelasan diatas, pendidikan

kesehatan dijadikan sebagai suatu metode untuk mencapai perubahan

perilaku serta peningkatan wawasan dalam aspek kesehatan

dilingkungan masyarakat.
15

2. Sasaran Pendidikan Kesehatan

Pelaksanaan pendidikan kesehatan berdasarkan ruang

lingkupnya dapat dilihat dari berbagai dimensi, salah satunya adalah

dimensi sasaran pendidikan kesehatan. Dimensi ini yaitu berfokus pada

sasaran pendidikan berupa individu, kelompok dan masyarakat luas.

Dimensi dengan sasaran individu, kelompok, dan masyarakat luas dapat

dilakukan dengan penyuluhan baik secara teori maupun praktik kerja

lapangan. Aspek ini memiliki tolak ukur keberhasilan yaitu harus

mampu merubah dan meningkatkan kualitas wawasan sesuai dengan

sasaran, yang meliputi kesehatan secara fisik, psikis, sosial dan

ekonomi.

Sasaran pendidikan kesehatan juga dibagi menjadi tiga,

diantaranya:

a. Sasaran Primer

Pendidikan kesehatan yang berfokus pada masyarakat secara

langsung.

b. Sasaran Sekunder

Pendidikan kesehatan yang ditujukan kepada tokoh masyarakat

dengan tujuan dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada

masyarakatnya secara berkelanjutan,

c. Sasaran Tersier

Pendidikan kesehatan yang difokuskan pada pemangku kebijakan

disuatu daerah maupun pusat. Kebijakan dan putusan yang diambil,


16

diharapkan mampu membawa dampak positif bagi kehidupan dan

perilaku masyarakat (Faizatul Ummah, 2021).

Perawat menjadi salah satu aspek penting dalam terlaksananya

pendidikan kesehatan yang baik dan bermutu. Maka dari itu seorang

perawat harus mampu melakukan pendidikan kesehatan baik secara

individu, kelompok maupun massal dengan tujuan membantu dalam

menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi (Maulana, 2022).

3. Pendidikan Kesehatan dan Perilaku Manusia

(Faizatul Ummah, 2021) menjelaskan bahwa seorang pakar

psikologi yaitu. Skiner (1938) merumuskan serta menjabarkan perilaku

sebagai hasil dari hubungan antara stimulus dan respon. Teori ini

disebut juga dengan teori “s-o-r” atau stimulus organisme respons.

Skiner membagi perilaku ini ke dalam dua respons. Pertama adalah

responsdent responds atau reflexive, yaitu respon yang muncul akibat

stimulus tertentu seperti makanan lezat akan menimbulkan nafsu

makan, begitupun sebaliknya. Respons yang kedua adalah instrumental

respons yang diakibatkan oleh timbulnya respon dan perkembangan

yang di ikuti oleh rangsangan tertentu yaitu reinforcer yang dapat

memperkuat respon. Contohnya dalam respon kedua ini adalah perawat

yang melaksanakan tugas dengan baik, kemudian mendapat

penghargaan karenanya, maka petugas tersebut akan termotivasi oleh

stimulus penghargaan tadi sehingga berusaha untuk lebih baik lagi.


17

Manusia memang ditakdirkan sebagai mahluk sosial, yang secara

harfiah menjadikan manusia sebagai individu atau kelompok yang

harus berinteraksi. Hal inilah yang menyebabkan manusia memiliki

perilaku yang beragam dan unik. Menurut King LA 2010 dalam

(Faizatul Ummah, 2021) pikiran selalu berhubungan dengan tubuh.

Perilaku kesehatan yang muncul dari pikiran sehingga berdampak pada

tubuh misalnya menggosok gigi, tidak merokok dan tidak

mengkonsumsi NAPZA akan berdampaik bagi tubuh seseorang

sehingga menjadikan tubuhnya menjadi sehat dan bugar. Tubuh yang

bugar inilah yang kemudian akan menimbulkan pikiran yang positif

bagi seseorang.

4. Hambatan Pendidikan Kesehatan

Remaja adalah kelompok atau individu yang memiliki rasa ingin tahu

secara besar. Namun, hal ini tidak ditopang dengan penyebaran informasi

yang merata. Pada kenyataannya, banyak remaja yang bahkan tidak

mengetahui tentang beberapa hal mengenai kesehatan dalam kehidupan

sehari-harinya (Rezky Yuliana, 2021).

Menurut (La Ode Reskiaddin, 2020), untuk menopang proses edukasi

kesehatan dalam masyarakat, perlu dilakukannya peningkatan kapasitas

individu dalam kepemimpinan, pemecahan masalah dan keterampilan

dalam kerjasama tim. Selain itu, peneliti menjabarkan beberapa

hambatan dalam proses pendidikan kesehatan yang ditelitinya,

diantaranya:
18

a. Kurangnya Pengalaman

Melalui hasil observasinya, didapatkan beberapa kader

kesehatan setempat terpaksa untuk menjadi kader karena ditunjuk

oleh tokoh masyarakat setempat. Selain itu, keterampilan dalam

penulisan laporan dan data yang kurang, sehingga menghasilkan

kesimpulan yang tidak begitu baik. Kader kesehatan harus

memiliki kepercayaan diri dan keinginan sukarela agar mampu

memberikan informasi serta edukasi yang maksimal kepada

masyarakat.

b. Kurangnya Kesadaran Masyarakat

Masyarakat masih memiliki kesadaran yang minim terhadap

kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh pusat layanan

kesehatan setempat. Hal ini didasari oleh persepsi masyarakat bahwa

kegiatan tersebut hanya membuang-buang waktu mereka saja, dan

menghambat kegiatan sehari-harinya.

c. Karakterisitik Sosial, Ekonomi dan Budaya

Masyarakat lebih memilih kegiatan yang menghasilkan uang

dibandingkan kegiatan pemberdayaan di bidang kesehatan. Hal ini

mempersulit petugas kesehatan untuk masuk lebih jauh dalam

forum-forum masyarakat.

d. Informasi Kesehatan pada Media Massa

Kurangnya informasi kesehatan untuk masyarakat dalam

bentuk poster atau media lainnya.


19

e. Kurangnya dukungan Stakeholder

Beberapa perangkat desa, seperti ketua RT kurang

berpartisipasi dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam

lingkup kesehatan.

f. Padatnya Aktivitas Masyarakat

Sebagian besar masyarakat adalah pekerja, pelajar atau

mahasiswa. Mereka banyak melakukan kegiatan dari pagi hingga

sore hari. Sehingga sulit diajak untuk berpartisipasi karena merasa

lelah dengan kegiatan sehari-harinya.

g. Birokrasi Yang Panjang

Lamanya proses surat-menyurat dan persyaratan lain untuk

melaksanakan kegiatan, membuat fasilitator menunggu cukup lama

untuk melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat.

h. Minimnya Data Kesehatan

Dibeberapa daerah, data kesehatan yang dimiliki masyarakat

sangatlah minim, yang disebabkan oleh hilangnya data dan

burukunya pendokumentasian.

5. Prinsip Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan dalam sudut pandang dimensi

pelaksanannya dikelompokan menjadi:

a. Pendidikan kesehatan dalam tatanan keluarga

b. Pendidikan kesehatan dalam tatatan dunia pendidikan

c. Pendidikan kesehatan di tempat umum


20

d. Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan seperti

puskesmas, rumah sakit, klinik dan sejenisnya.

Denman, Moon and Parsons (2002) dalam (Martina Pakpahan,

2021) menjelaskan bahwa prinsip pendidikan kesehatan sebagai

berikut:

a. Pelaksanaan pendidikan kesehatan tidaklah hanya dilakukan

diruang kelas saja, tetapi juga harus dilakukan berkelanjutan

sehingga menjadikan sekumpulan pengalaman yang dapat

memengaruhi pengetahuan, sikap dan kebiasaan.

b. Pendidikan kesehatan tidak mudah dilakukan oleh seseorang

kepada orang yang lain. Karena hakikatnya, hanya diri sendiri yang

kemudia mampu merubah kebiasaan dan perilakunya.

c. Seorang pendidik harus mampu menciptakan sasaran agar individu,

kelompok dan masyarakat luas dapat mengubah perilakunya

sendiri.

d. Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil jika sudah mampu

mencapai tolak ukur keberhasilan yaitu, sasaran atau individu,

kelompok dan masyarakat ini mampu mengubah perilaku dan

kebiasaanya menjadi kea rah yang lebih baik.

6. Peran Perawat dalam Pendidikan Kesehatan

Peran merupakan sikap atau kegiatan yang dilakukan seseorang

terhadap orang lain sesuai kedudukan serta kapasitasnya dalam sebuah

system. Peran perawat juga diartikan sebagai aktivitas perawat dalam


21

praktik karena memiliki kewenangan dalam menjalankan tugas serta

tanggungjawab secara professional sesuai kode etik keperawatan. (Lusi,

2023).

Sebagai edukator, perawat diharuskan membantu klien dalam

meningkatkan pengetahuan dalam aspek kesehatan, yang meliputi teori

dan pemberian tindakan. Output yang diharapkan, terciptanya

perubahan perilaku klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan. Tugas

sebagai perawat edukator, menurut (Lusi, 2023) adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan pengetahuan kesehatan sehingga mampu membantu

klien dalam menangani masalahan kesehatan.

b. Memberi pendidikan kesehatan kepada kelompok atau individu

yang memiliki resiko tinggi dan lain lain sebagainya.

c. Mendidik klien untuk meningkatkan perubahan perilaku yang sehat.

7. Metode Pendidikan Kesehatan

Tujuan pembelajaran yang salah satunya adalah peningkatan

pengetahuan pada remaja melalui pendidikan kesehatan, tentu juga

harus dilakukan dengan cara yang flexible, tidak kaku dan menggunakan

bahasa yang mudah difahami oleh responden atau klien (Azizah, 2022).

Menurut (Azizah, 2022) metode pendidikan kesehatan dibagi menjadi

beberapa kategori, diantaranya:


22

a. Metode Individual (Perorangan)

Dalam promosi kesehatan, metode yang bersifat individual

digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang

yang mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi.

Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang

mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan

dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut (Notoatmodjo,

2012). Bentuk dari pendekatan ini, antara lain :

1) Bimbingan dan Penyuluhan (Guidance and Counseling)

Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih

intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat diteliti

dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien tersebut akan

dengan sukarela dan berdasarkan kesadaran, penuh perhatian,

akan menerima perilaku baru.

2) Wawancara (Interview)

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan

dan penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan

klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum

menerima perubahan, apakah ia tertarik atau tidak terhadap

perubahan. Juga untuk mengetahui apakah perilaku yang

sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar

pengertian dan kesadaran yang kuat. Apabila belum maka

perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.


23

b. Metode Kelompok

Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus

mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan

formal pada sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan

lain dengan kelompok kecil. Efektivitas suatu metode akan

tergantung pula pada besarnya sasaran pendidikan (Notoatmodjo,

2012).

1) Keunggulan

a. Memberi kemungkinan untuk saling mengemukakan

pendapat.

b. Merupakan pendekatan yang demokratis, mendorong rasa

kesatuan.

c. Dapat memperluas pandangan atau wawasan.

d. Membantu mengembangkan kepemimpinan.

2) Kekurangan

a. Tidak efekif pada kelompok yang lebih besar.

b. Keterbatasan informasi yang didapat oleh peserta.

c. Membutuhkan pemimpin diskusi yang terampil.

d. Kemungkinan didominasi orang yang suka berbicara.

e. Biasanya sebagian besar orang menghendaki

pendekatan formal.
24

c. Metode Massa

Metode (pendekatan) massa cocok untuk mengomunikasikan pesan-pesan

kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Terdapat beberapa contoh

metode yang cocok untuk pendekatan massa sebagai berikut :

1) Ceramah Umum (Public Speaking)

2) Berbincang-bincang(TalkShow)

3) Simulasi

4) Billboard (Spanduk, poster)

C. Konsep Rokok

1. Definisi dan Jenis Rokok

Rokok adalah bagian dari zat adiktif yang jika digunakan dapat

menyebabkan masalah dan bahaya dari berbagai aspek kehidupan

khususnya kesehatan. PP No. 9 tahun 2003 menerangkan bahwa

“Rokok adalah hasil olahan tembakau yang kemudian dibungkus dan

termasuk juga cerutu atau bentuk lainnya yang terbuat dari tanaman

Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya yang juga

mengandung nikotin maupun tar dengan atau tanpa bahan tambahan”

(Ramadhan, 2023).

Rokok mulai masuk Indonesia pada sekitar abad 17 yang

kemudia pada tahun 1.800 rokok dan cerutu mulai disebarkan oleh

pemerintah Belanda dalam jumlah besar. Hal ini yang kemudian

membentuk kebiasaan merokok karena dianggap sebagai bentuk dari

modernisasi karena dianggap merokok akan menyetarakan dengan


25

bangsawan Belanda. Merokok juga dapat disimpulkan sebagai

kegiatan membakar tembakau dan daun tar kemudia dihisap sehingga

menghasilkan asap (Ramadhan, 2023).

Seiring perkembangan zaman, rokok mulai beradaptasi dengan

segala modernisasi saat ini. Dari rokok tradisional hingga rokok

modern, perlahan menghiasi sejarah rokok di Nusantara. Berikut

adalah jenis-jenis rokok yang dijelaskan (Mega Marindrawati, 2019)

dalam bukunya:

a. Berdasarkan pembungkusnya, rokok dibedakan menjadi tiga jenis

yaitu kawung (daun kawung/aren), sigaret (kertas) dan cerutu

(daun tembakau).

b. Berdasarkan bahan bakunya, jenis rokok dibedakan menjadi tiga,

yaitu rokok putih (daun tembakau dan saus), kretek (daun

tembakau, saus dan cengkeh) dan klembak (daun tembakau,

cengkeh, saus dan kemenyan).

c. Berdasarkan penggunaan filter, rokok dibedakan menjadi dua,

yaitu rokok filter dan non-filter. (Kumboyono, 2022) dalam

bukunya menjelaskan perbedaan jenis rokok berdasarkan cara

penggunaannya, yaitu rokok elektrik dan non elektrik.


26

2. Kandungan Rokok

Rokok mengandung sekitar 4.000 dalam bahan

pembuatannya, dan 2.000 diantaranya konkret dinyatakan sebagai bahan

berbahaya yang dapat membahayakan kesehatan. (Ramadhan, 2023)

melalui bukunya mejelaskan bahwa racun yang terkandung dalam

sebatang rokok, diantaranya:

a. Nikotin

Nikotin adalah zat yang pengaruhnya dapat menyerang

system syaraf dan peredaran darah serta mampu memicu kanker

paru-paru. Dalam prosenya, nikotin diserap oleh paru-paru dan

kecepatannya hampir sama seperti jika niktoin disuntikan melalui

intravena. Hanya butuh waktu 10 detik agar nikotin masuk ke

dalam otak dan selanjutnya disebarkan ke seluruh bagian otak

kemudian beredar dalam tubuh dalam kurun waktu 15-20 menit

pada waktu penghisapan terakhir.

b. Tar

Cairan berwarna cokelat atau hitam kental yang dihasilkan

dari distilasi sari kayu atau arang. Tar sebenarnya digunakan

sebagai media untuk melapisi jalanan aspal. Hal inilah yang

kemudia membuat tar sangat berbahaya bagi kesehatan, karena tar

bukanlah zat tunggal melainkan ratusan zat beracun dan zat kimia

gelap serta lengket yang dapat mengakibatkan kanker.


27

c. Karbon Monoksida (CO)

Zat ini tidak memiliki bau namun berbahaya. CO

menghambat dan menghilangkan 15% oksigen yang biasanya

disebarkan oleh sel darah merah. Jika hemoglobin dibebani oleh

CO, maka oksigen yang sangat dibutuhkan oleh tubuh akan

berkurang. CO juga mampu merusak lapisan pembuluh darah dan

menaikkan kadar lemak pada dinding pembuluh darah yang dapat

menjadi penyumbat.

Karbon Monoksida dapat disimpulkan sebagai zat tidak

berwarna, beracun serta dapat mengikat hemoglobin dalam darah

yang akan mengurangi kadar oksigen dalam tubuh. Dengan begitu

, asap rokok yang diihisap merupakan gas sebanyak 85% dan

sisanya berbentuk partikel. Asap yang dihasilkan rokok terbagi

menjadi dua. Pertama adalah main stream smoke atau asap yang

diproses lewat penghisapan, sedangkan yang kedua said stream

smoke yaitu asap yang disebarkan melalui udara dan dapat dihirup

oleh orang lain yang juga biasa disebut sebagai perokok pasif.

(Mega Marindrawati, 2019) dalam bukunya, menambahkan

kandungan-kandungan dalam rokok, diantarnya:

d. Arsenik

Arsenik adalah unsur kimia yang bersifat racun. Biasanya

dipergunakan untuk membunuh serangga karena terdiri dari unsur

nitrogen oksida atau zat yang mampu menghambat dan


28

mengganggu jalan pernapasan serta kerusakan kulit. Arsenik inilah

yang juga menyebabkan perokok memiliki plak kuning yang lebih

banyak disbanding yang bukan perokok. Karena arsenic memiliki

kandungan ammonium karbonat yang menyebabkan plak kuning

pada gigi atau permukaan lidah.

e. Amonia

Zat yang memiliki bau menyengat dan apabila ammonia

disuntikan ke dalam tubuh maka akan menyebabkan seseorang

pingsan.

f. Fomid Acid

Hampir sama dengan ammonia, zat ini memiliki bau yang

sanhgat menyengat dan tajam. Zat ini juga mengakibatkan

pernapasan menjadi lebih cepat dari biasanya.

g. Hydrogen Cyanide

Zat ini mengandung racun yang sangat berbahaya bagi

tubuh. Sedikit saja zat ini masuk dan mengkontaminasi tubuh,

dapat menyebabkan kematian.

h. Methanol

Zat methanol adalah cairan ringan yang mudah terbakar serta

menguap. Methanol dapat mengakibatkan kebutaan hingga

kematian.

Penulis juga menjelaskan kadungan lain yang terdapat dalam satu

batang rokok, diantaranya bahan pembuat lilin (asam stearate), butan


29

(komponen bensin), bahan cat, hexamine, gas metan, cadmium (bahan

baterai), tuluen (racun tikus) dan ammonia atau zat pembersih toilet

(Mega Marindrawati, 2019).

3. Identifikasi Perilaku Merokok

Untuk mengetahui seseorang memiliki perilaku merokok, maka

dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Wawancara

Bisa ditanyakan secara langsung kepada individu yang

bersangkutan.

b. Observasi

Mengamati atau mencari informasi kepada kawan maupun

kerabat terdekatnya.

c. Pemeriksaan Medik

Dengan melakukan pemeriksaan urine untuk mengetahui

komponen rokok. Misalnya nikotin dan lain-lain.

4. Tipe Perilaku Merokok

Sebagian perokok tidak memiliki pengetahuan yang cukup baik

mengenai rokok dan dampaknya. Sebagian besar hanya melihat iklan

dan informasi tanpa pernah mengetahui lebih jauh mengenai rokok dan

dampak mematikannya. Dalam buku yang ditulis (Puji Setya Rini,

2022) berdasarkan hasil penelitiannya dari 5 responden, 3 diantaranya

mengatakan memiliki kebiasaan merokok. Penulis juga mengatakan

banyak remaja kurang memahami mengenai bahaya merokok.


30

Tipe perilaku merokok dibedakan menjadi dua, yaitu perokok aktif

dan perokok pasif. Seseorang mampu dikategorikan sebagai tipe

perokok aktif dikarenakan seseorang tersebut merokok. Sedangkan

perokok pasif adalah dia yang tidak merokok namun tinggal, menghirup

serta berhubungan dengan seseorang yang merokok.

Seorang perokok menurut Basyir (2005) dalam (Puji Setya Rini,

2022) juga memiliki kategori perokok berat, sedang dan ringan. Tipe

perokok berat adalah dia yang mengkonsumsi rokok sekitar 20-30

batang per hari. Perokok sedang menghabiskan rokok 11-20 batang

perhari. Sedangkan tipe perokok ringan mengkonsumsi rokok sekitar 10

batang per hari dengan selang waktu 60 menit dari semenjak dia bangun

pagi.

Tipe perilaku merokok manapun, dapat menyebabkan kematian.

Dari data European Code Againts Cancer dalam (Simanjuntak, 2020)

mencatat, diantaranya:

a. Sekitar 500 juta penduduk di dunia meninggal karena rokok dan 250

juta diantaranya meninggal dunia.

b. Setiap tahun diseluruh dunia, sekitar 3 juta orang meninggal karena

penyakit yang diakibatkan oleh rokok.

c. Kanker yang disebabkan oleh rokok sekitar 20 macam, termasuk

kanker paru dan tenggorokan.

d. 25-30% kanker disebabkan oleh rokok.


31

e. Perokok yang berusia anak-anak atau remaja akan lebih sulit

berhenti merokok.

f. Rokok merupakan gerbang masuk menuju penyalahgunaan

NAPZA.

Dampak dari perilaku merokok secara sosial, salah satunya adalah

berisiko untuk mencoba NAPZA. Drs. Ahwil Luthan, S.H.,MBA.,MM

dalam (Badan Narkotika Nasional , 2020) mengatakan, tidak dapat

dipungkiri bahwa rokok adalah pintu masuk utama NARKOBA.

Argumentasi ini juga merujuk pada penjelasan mengenai NAPZA yang

salah satunya adalah kalimat “zat adiktif lainnya”. Rokok memiliki

niktoin yang berdampak terhadap adiksi dan termasuk ke dalam salah

satu jenis psikotropika. Hal ini didukung oleh data para pengguna

NAPZA yang di rehabilitasi oleh (BNN Kota Cimahi, 2023), yang

menunjukan bahwa dari 40 orang pasien, keseluruhan (100%) adalah

perokok bahkan sebelum mereka menyentuh NAPZA.

a. Faktor Merokok

Perilaku merokok jika ditinjau dari penyebabnya, dalam lima

tahun terakhir menurut Badan Pusat Statistik adalah karena tuntutan

gaya hidup dan penghilang stress. Tidak sedikit orang yang

melampiaskan stress terhadap rokok. Mereka seringkali memupuk

sugesti, bahwa dengan merokok stress yang mereka alami akan reda

secara instan (Dovianda, 2021).


32

Penyebab-penyebab lain yang menjadi faktor seseorang

pertama kali mencoba merokok adalah kurangnya pengetahuan

mengenai bahaya merokok bagi kesehatan. Pada saat pertama kali

seseorang mencoba merokok, rasa yang mereka dapatkan adalah

pahit, pusing dan mual. Hal ini disebabkan oleh zat yang terkandung

dalam rokok yang belum mampu diterima tubuh secara sempurna.

Namun karena kurangnya pengetahuan, perokok pemula terus

mencoba merokok sampai akhirnya tubuh mulai ber adaptasi dengan

unsur-unsur yang terkandung dalam rokok seperti nikotin serta

karbon monoksida yang selanjutnya menyebabkan kecanduan (Puji

Setya Rini, 2022).

Sedangkan menurut (M. Ali Sodik, 2018) juga mengatakan

bahwa faktor merokok diantaranya:

1) Faktor Sosial

Pengaruh terbesar bagi seorang perokok adalah lingkungan

sosial. Karena pada sejatinya, karakter seseorang akan terbentuk

dari bagaimana lingkungan sosialnya tumbuh dan berkembang.

2) Faktor Psikologis

Sebagian orang yang memilih merokok adalah karena

dorongan keinginan dalam menyelesaikan masalah kecemasan,

marah dan ketegangan. Tidak sedikit perokok yang memiliki

ikatan psikologis pada sebatang rokok, karena kebutuhan dalam

proses mengatasi diri sendiri secara instan.


33

3) Faktor Media

Dalam pengaruhnya, media mengambil peran cukup banyak

dalam iklan promosi rokok dengan konsep yang maskulin.

Sehingga tercipta stereotype bahwa lelaki jantan pastilah harus

merokok.

b. Pencegahan Perilaku Merokok

Kampanye maupun sosialisasi serta pemberian motivasi

mengenai dampak merokok maupun manfaat tidak/berhenti merokok

harus dating dari berbagai lapisan masyarakat. Richard Evans (1980)

dalam (Cahyaningrum, 2020) juga dikatakan melakukan kampanye

anti rokok yang ditujukan untuk para remaja, yang akhirnya dapat

membawa hasil yang menggembirakan. Bentuk kampanye ini dapat

dilakukan dengan beragam media, seperti poster, film serta dialog

terbuka mengenai segala dampak, cara dan solusi dalam berbagai

aspek merokok. Propaganda dalam kampanye ini memuat beberapa

pesan bagi pembacanya, yaitu:

a. Meskipun orang tua mu perokok, kamu tidak harus menjadi

perokok,karena kamu memiliki akal yang dapat kamu gunakan

untuk membuat keputusan sendiri.

b. Iklan rokok sebenarnya menjerumuskan, sebaiknya kamu tidak

terpengaruh.

c. Kamu tidak harus ikut merokok hanya karena temanmu merokok.


34

d. Kamu bisa menolak ajakan untuk merokok (Cahyaningrum,

2020).

Melalui cara diatas, remaja akan digiring untuk memiliki

kepercayaan diri dalam pengambilan keputusan dalam menentukan

pilihan positif dalam aspek berhenti merokok. Melarang, memaksa

maupun memberi hukuman terhadap remaja perokok hanya akan

menimbulkan perlawanan karena tidak didasari motivasi dari dalam

diri sendiri.

Proses pencegahan perilaku merokok ini, ada beberapa hal

yang dilakukan diantaranya psikoedukasi, menayangkan video

pencegahan merokok, pelatihan komunikasi asertif, poster dan

banner yang berisikan ajakan maupun tema dalam pencegahan

perilaku merokok. Teknik lain yang dilakukan adalah dengan

mengajak perokok untuk melakukan kegiatan yang ia sukai diluar

merokok, misalnya membaca, berolahraga dan bermain music (R

Sutatminingsih, 2022). Selain itu, mengajarkan Teknik relaksasi

dalam rangka mengatasi kecemasan dibilang cukuplah penting, serta

mencoba perlahan dalam merubah stigma individu dalam aspek

kognitif melalui menirukan hal positif, mengamati perilaku asertif

dalam video, dan diberikan motivasi serta reward terhadap perilaku

komunikasi asertif yang dilakukannya.


35

c. Cara Berhenti Merokok

Menurut (Taufick, 2023), stimulus seseorang berhenti

merokok ada dalam dua faktor pemicu, yaitu pemicu internal dan

eksternal. Faktor pemicu ini dijabarkan, sebagai berikut:

1) Faktor Pemicu Internal

Pemicu yang hadir karena kesadaran dalam diri sendiri,

meliputi:

a. Ekonomi

Hal yang dirasa merugikan secara keuangan.

b. Kesehatan Tubuh

Timbul kesadaran bahwa merokok mengakibatkan

menurunnya kesehatan secara fisik maupun psikis.

c. Pengetahuan

Wawasan menjadi pemicu dalam proses untuk

berhenti merokok karena memberikan pemahaman positif

mengenai dampak yang disebabkan rokok.

d. Kesibukan

Kegiatan positif secara akademik maupun non

akademik membuat seseorang jadi teralihkan fokusnya,

sehingga mengurangi keinginan untuk merokok.

2) Faktor Pemicu Eksternal

Faktor pemicu eksternal diartikan sebagai stimulus yang

datang dari luar diri seseorang atau individu, misalnya


36

permasalahan dalam hidup, teman dan ketersediaan rokok.

Peneliti menjelaskan dalam proses berhenti merokok, seorang

perokok akan mencari alternatif pengganti lain seperti

berpindah untuk menggunakan vape atau pod. Selain mencari

alternatif pengganti, usaha untuk berhenti merokok juga

dilakukan dengan cara mencoba untuk tidak membeli rokok.

Beberapa hambatan sedikitnya memengaruhi upaya dalam

berhenti merokok, seperti pengaruh teman, keluarga, referensi

tontonan, kepuasan dan godaan. Peneliti juga menerangkan,

dalam hasil penelitiannya cara paling efektif dalam berhenti

merokok adalah dengan mencari alternatif pengganti seperti

vape atau pod yang dinilai lebih aman karena tidak

mengandung tembakau yang dapat mengakibatkan kanker.

e. Instrumen Pengukuran Perilaku Merokok

Instrumen pengukuran perilaku merokok dalam penelitian

ini ialah kuisioner, yang berisikan:

a. Karakteristik Responden

Karakteristik responden adalah kriteria yang diberikan agar

informasi dan maksud penelitian tersebut dapat terlaksana

dengan tepat dan sesuai harapan.

b. Pengetahuan

Pengetahuan adalah informasi yang diketahui oleh

seseorang. Atau dalam pengertian lain, pengetahuan diartikan


37

sebagai gejala yang ditemui atau diperoleh dan diamati.

Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan seluruh

tubuhnya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang

belum diketahui sebelumnya.

c. Sikap

Sikap adalah perasaan seseorang terhadap suatu objek,

aktifitas, peristiwa, atau orang lain. Sikap juga memiliki

kecenderungan untuk secara konsisten memberikan pandangan

suka atau tidak suka terhadap suatu objek, aktifitas, peristiwa,

atau oramg lain yang di stimulus berdasarkan pengalaman atau

hasil belajar.

D. Konsep NAPZA

1. Definisi NAPZA

Narkotika, Psikotrpoika dan Zat Adiktif Lainnya atau NAPZA

adalah zat, bahan maupun obat yang dapat memengaruhi tubuh

khususnya fungsi otak, sehingga menyebabkan gangguan dalam

beragam aspek kesehatan seperti kesehatan fisik, psikis dan fungsi

sosial. NAPZA juga menyebabkan ketagihan dan ketergantungan

(Martaatmadja, 2020)

Hal ini didukung oleh penelitian (Nurhanifah, 2019) yang

menjelaskan bahwa NAPZA adalah zat atau bahan yang dapat

memengaruhi tubuh seseorang terutama otak dan saraf pusat. Bahaya

yang ditimbulkan pun menjadi beragam, diantaranya Kesehatan fisik,


38

psikis, fungsi sosial, adiksi serta ketergantungan. NAPZA juga sering

dikatakan sebagai zat psikoaktif karena pengaruh kerjanya terhadap

otak yang dapat menyebabkan perubahan perilaku, perasaan dan

pikiran penggunanya.

2. Jenis-Jenis NAPZA

Seseorang yang sudah lama atau terbiasa menggunakan NAPZA

tanpa anjuran dokter, maka secara fisik dan psikologi seseorang

tersebut tidak mampu lagi menjalani kehidupan normal tanpa zat-zat

NAPZA di dalam tubuhnya. Bahkan jika orang tersebut memaksa

dirinya untuk berhenti mengkonsumsi NAPZA, maka tubuhnya akan

mengalami kesakitan dan penderitaan hingga zat yang memiliki dosis

sama atau lebih masuk kembali ke dalam tubuhnya (Krisnawati, 2022).

Seiring perkembangan zaman, jenis NAPZA atau narkotika pun

semakin beragam. Diantaranya yang paling sering digunakan adalah

ganja, heroin atau putau dan kokain. Sedangkan jenis obat berbahaya

yang sering digunakan adalah shabu, ecstasy dan pil koplo. Selain jenis-

jenis tersebut, ada satu jenis lagi yang luput dari perhatian, yaitu

minuman keras dan rokok yang tidak kalah berbahayanya dengan

narkoba (Kabain, 2019).

Berikut adalah jenis-jenis narkotika yang dibedakan menjadi tiga

golongan, diantaranya:
39

a. Narkotika Golongan I

Narkotika yang secara regulasi hanya diperbolehkan untuk

keperluan penelitian, serta sangat berisiko mengakibatkan

ketergantungan. Contoh: heroin, kokain dan ganja.

b. Narkotika Golongan II

Narkotika yang berfungsi untuk pengobatan serta penelitian

yang berpotensi tinggi menimbulkan ketergantungan. Contoh:

morfin, turunan/garam golongan tersebut dan petidin.

c. Narkotika Golongan III

Narkotika yang diperbolehkan untuk penelitian serta

memiliki khasiat untuk pengobatan, dan ber potensi ringan

mengakibatkan ketergantungan. Contoh: kodein dan garam-garam

narkotika dalam golongan tersebut.

Adapun psikotropika menurut UU RI No. 5 tahun 1997 dijelaskan

bahwa psikotropika terdiri dari ecxtasy, shabu, obat tidur, anti depresan

dan anti psikosis. Psikotropika memiliki reaksi yang mirip dengan

narkotika yaitu menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, kesadaran

dan persepsi. Psikotropika dibagi menjadi empat golongan, sebagai

berikut:

a. Psikotropika Golongan I

Hanya digunakan untuk penelitian dan memiliki potensi yang sangat

amat kuat untuk mengakibatkan ketergantungan. Contoh: ekstasi,

LSD, MDMA dan ST.


40

b. Psikotropika Golongan II

Dapat digunakan dalam pengobatan serta penelitian dan memiliki

potensi kuat dalam penyebab ketergantungan. Contoh: amfetamin,

fensiklidin, secobarbital, metakualon dan metilfedinat (retalin).

c. Psikotropika Golongan III

Dapat digunakan dalam pengobatan dan penelitian serta berpotensi

sedang dalam mengakibatkan ketergantungan. Contoh: fenobarbital

dan flunitrazepam.

d. Psikotropika Golongan IV

Digunakan dalam pengobatan dan penelitian serta memiliki potensi

ringan dalam mengakibatkan ketergantungan. Contoh: diazepam,

klobazam, bromazepam, klonazepam, khlordiazepoxide dan

nitrazepam (BK, DUM atau MG).

3. Faktor Penyalahgunaan NAPZA

Perilaku merokok adalah salah satu penyebab seseorang

menggunakan NAPZA. Di dalam rokok tentu juga terdapat zat adiktif

yang mampu menimbulkan kecanduan sama halnya seperti NAPZA.

Bagi para remaja, merokok sudah bukan lagi menjadi hal yang

memuaskan, maka para anak muda ini akan lebih ber ambisi untuk

mencari sesuatu yang lebih memuaskan, salah satunya adalah NAPZA

(Putu Darma Mahardipa, 2022).

Rokok dikatakan gerbang pertama dalam men-stimulus

penyalahgunaan NAPZA. Hal ini disampaikan oleh Drs. Ahwil Luthan,


41

S.H.,MBA.,MM selaku ketua kelompok ahli BNN RI dalam situs

(Badan Narkotika Nasional , 2020). Beliau mengatakan tidak dapat

dipungkiri bahwa rokok adalah pintu masuk utama NARKOBA.

Argumentasi ini juga merujuk pada penjelasan mengenai NAPZA yang

salah satunya adalah kalimat “zat adiktif lainnya”. Rokok memiliki

niktoin yang berdampak terhadap adiksi dan termasuk ke dalam salah

satu jenis psikotropika.

Penyebab fundamental inilah yang banyak tidak orang ketahui

secara mendalam. Dalam bukunya, penulis menerangkan bahwa remaja

yang merokok mencari kepuasaan lain dengan cara menggunakan

heroin tanpa pernah tahu dampak yang akan ditimbulkannya. Remaja

dianggap menjadi target pasar yang potensial bagi peredaran NAPZA

di dunia (Putu Darma Mahardipa, 2022).

Hal ini dipertegas dalam buku tentang penelitiannya yang berjudul

“Penanganan Adiksi NAPZA Bagi Pembimbing Kemasyarakatan”,

penulis menjelaskan faktor yang dapat menurunkan resiko seseorang

menyalahgunakan NAPZA, yaitu kontrol diri yang baik, dukungan

orang tua, hubungan sosial yang baik dan memiliki pengetahuan yang

baik (Lukman, 2020).

Faktor pendidikan serta pengetahuan juga disampaikan dalam buku

yang menjelaskan bahwa dari beberapa upaya kerjasama yang

dilakukan guna mencegah dan memutus peredaran serta


42

penyalahgunaan NAPZA adalah melalui jalur pendidikan, baik

disekolah maupun diluar sekolah (Ardhi Subandri, 2021).

4. Berhenti Menggunakan NAPZA

Mulanya, seseorang hanya mencoba menggunakan NAPZA tanpa

tahu resiko jangka panjangnya. Dan jika sudah terjebak, tidak hanya

kehidupan sosial yang terganggu, namun juga NAPZA mengancam

kesehatan karena dapat mengakibatkan kematian. Ada 4 cara menurut

(Badan Narkotika Nasional, 2019) yang dapat dilakukan untuk

mengatasi dan keluar dari jerat NAPZA, diantaranya:

a. Pemeriksaan

Pemeriksaan dapat dilakukan oleh dokter maupun terapis

yang bertujuan untuk mengetahui separah apa kecanduan dan efek

samping yang muncul. Jika pada prosesnya klien mengalami

depresi atau gangguan perilaku, maka prioritasnya adalah

menyembuhkan efek tersebut, lalu selanjutnya dilanjutkan pada

tahap rehabilitasi.

b. Detoksifikasi

Pada tahap ini, pengguna harus 100% berhenti menggunakan

NAPZA. Pada proses ini rekasi yang akan timbul adalah tersiksa,

mual dan sakit pada tubuh. Selain itu pengguna akan merasakan

depresi karena tidak ada asupan zat di dalam tubuhnya. Dalam fase

ini, klien diharuskan mengkonsumsi air putih secara cukup.


43

c. Stabilisasi

Setelah proses poin b telah dilewati, dokter akan melakukan

tahap stabilisasi yang bertujuan membantu pemuliham secara

berkelanjutan agar tidak terjerumus kembali dalam lubang yang

sama.

d. Pengelolaan Aktivitas

Setelah keluar dari rehabilitasi, klien yang sudah sembuh

akan kembali dalam kehidupan dimasyarakat. Proses ini

memerlukan pendekatan yang tepat dari keluarga maupun kerabat

terdekat klien. Karena, tanpa dukungan penuh, proses ini tidak

akan berjalan maksimal.

e. Melaporkan Kepada BNN

BNN membuka layanan rehabilitasi yang disebut Balai

Besar Rehabilitasi. Klien akan dipulihkan baik secara fisik maupun

mental. Untuk bisa melakukan pelaporan ini, wali atau keluarga

bisa melapor baik langsung maupun secara online melalui website

http://rehabilitasilido.bnn.go.id. Atau bisa melalui puskesmas,

rumah sakit dan lembaga rehabilitasi medis lainnya.

5. Dampak NAPZA

Perilaku menyalahgunakan NAPZA menimbulkan beragam

dampak berbahaya bagi kesehatan fisik maupun psikis seseorang.

Beberapa diantaranya pengguna NAPZA akan mengalami kerusakan

otak secara permanen, kerusakan gigi, ginjal, lambung, organ


44

reproduksi serta dampak mental lainnya (Putra, 2020). Selain

membuat kecanduan dan ketergantungan, bila digunakan secara

berlebihan NAPZA juga mampu memberikan dampak jangka pendek

berupa perubahan nafsu makan, insomnia, detak jantung meningkat,

berbicara tidak jelas, rasa senang sementara dan hilangnya koordinasi

bagian tubuh. Selain membawa dampak buruk bagi tubuh, dampak

NAPZA bagi mahasiswa juga adalah pada kehidupan sosial seperti

proses pembelajaran terganggu, sulit menjaga kebersihan tubuh,

perununan berat badan yang ekstrem dan hilangnya ketertarikan

terhadap semua aktivitas positif yang menyenangkan (Badan

Narkotika Nasional, 2021).


45

E. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Faktor Merokok:
1. Pengetahuan
2. Genetik
3. Psikologis
4. Informasi Media
5. Sosial
Pendidikan Kesehatan:
1. Pengertian Rokok dan Napza
2. Dampak Rokok dan Napza
3. Kandungan Rokok dan
Faktor Penyalahgunaan Napza
NAPZA: 4. Faktor Perilaku Merokok
dan Penyalahgunaan Napza
1. Pengetahuan
2. Merokok
3. Lingkungan Sosial
4. Hubungan Keluarga
5. Kontrol Diri

Sumber: (BNN Kota Cimahi, 2023), (Badan Narkotika Nasional , 2020),

(Lukman, 2020) (Putu Darma Mahardipa, 2022) (Ardhi Subandri, 2021)

(Dovianda, 2021) (M. Ali Sodik, 2018) (Puji Setya Rini, 2022).
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

1. Paradigma Penelitian

NAPZA adalah zat, bahan maupun obat yang dapat memengaruhi

tubuh khususnya fungsi otak, sehingga menyebabkan gangguan dalam

beragam aspek kesehatan seperti kesehatan fisik, psikis dan fungsi

sosial. NAPZA juga menyebabkan ketagihan dan ketergantungan

(Martaatmadja, 2020). Perilaku penyalahgunaan NAPZA, menurut

(Putu Darma Mahardipa, 2022) diawali dengan peran remaja dalam

mencoba merokok dan akhirnya sulit untuk terlepas yang disebabkan

oleh zat adiktif (nikotin) yang terkandung dalam rokok. Pada akhirnya,

bagi remaja merokok sudah bukan lagi hal yang memuaskan, maka

mereka akan mencari jalan keluar lain yang dapat memuaskan untuk

dirinya, salah satunya adalah NAPZA karena dianggap mampu

memberikan kesenangan yang jauh lebih baik dari rokok.

Penggunaan NAPZA pada akhirnya menimbulkan kesamaan dalam

aspek kesehatan dengan perilaku merokok. Menurut Aristoteles dalam

(Cecep, 2021), tujuan manusia hidup adalah untuk mencari kebahagian,

namun bukanlah kebahagian yang hedonistik. Perilaku merokok atau

bukanlah tindakan mencari kebermanfaatan serta kebahagian yang

rasional, karena rokok mengakibatkan kematian dini sedikitnya 239.000

46
47

jiwa setiap tahun, selain dari risiko penyakit-penyakit berbahaya seperti

kanker, diabetes, jantung dan lain-lain. Banyaknya risiko berbahaya,

namun tetap menambah jumlah perokok khususnya remaja, disebabkan

oleh mayoritas perokok tidak pernah mengetahui lebih jauh mengenai

dampak rokok maupun cara untuk berhenti dari rokok (Puji Setya Rini,

2022).

Polemik minimnya pengetahuan seseorang mengenai bahaya

merokok, menjadikan program pendidikan kesehatan diberbagai sektor

sangat direkomendasikan. Pendidikan atau pengetahuan, mampu

menurunkan risiko seseorang dalam pengaruh pergaulan maupun

kegiatan yang dapat merugikan, seperti perilaku merokok dan

penyalahgunaan NAPZA (Ardhi Subandri, 2021). Penulis

menambahkan, bahwa pendidikan hakikatnya tidak hanya dilakukan

diruang akademis, namun juga harus dilakukan dalam sektor masyarakat

khususnya keluarga, agar para remaja sebagai penerus bangsa ini tidak

terjerumus dalam perilaku negatif seperti merokok yang berisiko

mengantarkan mereka kedalam perilaku penyalahgunaan NAPZA.

Kerangka Konsep

Tabel 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Pendidikan Kesehatan Rokok dan NAPZA Pengetahuan

Variabel Independent Variabel Dependen


48

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang akan digunakan oleh peneliti adalah desain

penelitian pra-eksperiment one group prerest postest. Desain penelitian ini

akan melakukan pretest sebelum intervensi dilakukan, dan postest setelah

intervensi dilakukan. Peneliti tidak menggunakan kelompok kontrol atau

kelompok pembanding karena dalam desain penelitian ini sudah dapat

dibandingkan kondisi sample pada saat sebelum dan sesudah dilakukan

pendidikan kesehatan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan

tentang rokok dan napza, setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

Sebelum Pendidikan Kesehatan Sesudah

O1 X O2

Keterangan :

O1 = Nilai Pre test

X = Intervensi Pendidikan Kesehatan

O2 = Nilai Post test

3. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan proporsionalnya, hipotesis dijabarkan melalui kalimat

pernyataan yang menunjukan ada atau tidaknya sebab antara dua variabel

maupun lebih. Untuk menjadikan penelitian ini sebagai penelitian yang

terarah, maka peneliti menggunakan hipotesis ini sebagai kontrol

(Adiputra, et al., 2021). Berikut penjelasannya:


49

a. Hipotesis Nol (H0)

Tidak ada pengaruh antara Pendidikan Kesehatan Dengan Metode

Audio Visual Tentang Rokok dan Napza Terhadap Pengetahuan

Mahasiswa Tingkat 2 di Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1)

Universitas Jenderal Achmad Yani.

b. Hipotesis Alternatif (Ha)

Terdapat pengaruh antara Pendidikan Kesehatan Dengan Metode

Audio Visual Tentang Rokok dan Napza Terhadap Pengetahuan

Mahasiswa Tingkat 2 di Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1)

Universitas Jenderal Achmad Yani.

4. Variabel Penelitian

Variabel adalah konteks dari sifat yang akan diukur atau diuji dalam

penelitian. Variabel memiliki nilai ber variasi antara satu dengan objek

yang lain dan terukur (Riyanto, 2022).

a. Variabel Bebas (Independen)

Menurut Sugiyono dalam (Rahman, 2022) variabel independen

merupakan variabel yang akan mempengaruhi suatu perubahan atau

memunculkan variabel dependen. Variabel independen dalam

penelitian ini adalah Pendidikan Kesehatan dengan Metode Audio

Visual Tentang Rokok dan Napza.

b. Variabel Terikat (Dependen)

Variabel dependen adalah variable yang dapat berubah karena

dioengaruhi oleh variable independent (Riyanto, 2022). Variabel


50

dependen dalam penelitian ini adalah Pengetahuan tentang Rokok dan

Napza (y).

5. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Definisi Definisi Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur

Konseptual Operasional

Pendidikan Pendidikan Pendidikan Audio Visual - -

Kesehatan kesehatan kesehatan

Tentang tentang rokok atau kegiatan

Rokok dan dan napza menyampaik

Napza dalam an informasi

penelitian ini dengan

diartikan tujuan

sebagai edukasi ini

upaya dalam dilakukan

memberikan kepada

pengetahuan mahasiswa

baru serta tingkat 2,

meyakinkan dengan

mahasiswa pemberian

dalam pendidikan

merubah kesehatan

maupun selama 60
51

mencapai menit, yang

tujuan yang dibagi

telah menjadi 15

diinginkan menit

khususnya menyaksikan

pada upaya video

berhenti pendidikan

merokok kesehatan, 25

maupun menit

upaya ceramah, dan

menghindari 20 menit

penyalahguna tanya jawab.

an NAPZA .
52

Pengetahua Pengetahuan Pada saat Kuesioner Ordinal Skala

n Tentang tentang rokok pemberian Pengetahuan Pengetahuan

Rokok dan dan napza kuesioner Tentang NAPZA :

Napza yang kepada Rokok dan Baik : 77%-

dimaksud mahasiswa, Napza 100%

dalam pengisian ini Skor untuk Kurang Baik :

penelitian ini dilakukan jawaban pada <77%

adalah dalam waktu tingkat

ukuran 15 menit pengetahuan

pemahaman dalam semua :

mengenai pertanyaan e. Jawaban

rokok dan yang ada benar = 1

napza. pada f. Jawaban

kuesioner. salah = 0

Tabel 3.2 Definisi Operasional

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Dalam sebuah penelitian, populasi diartikan sebagai objek atau

sasaran penelitian baik itu benda, hewan, gejala, peristiwa atau manusia

yang berfungsi sebagai narasumber dalam mencari data dengan

karakteristik tertentu (Riyanto, 2022). Populasi yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah seluruh mahasiswa tingkat 2 Ilmu Keperawatan (S-1)

UNJANI dengan jumlah 168 orang.


53

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang berfungsi untuk mewakili

populasi. Hematnya, sampel adalah target yang akan digunakan dalam

penelitian dan sudah memenuhi kriteria bagi peneliti (Riyanto, 2022).

Peneliti akan menggunakan random sampling, yaitu teknik pengambilan

sampel dari suatu populasi yang semua anggota populasi memiliki

kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel. Dengan menggunakan

Stratified Random Sampling atau Teknik populasi yang bersifat heterogen

dibagi – bagi dalam lapisan – lapisan (strata). Dan dari setiap strata dapat

diambil sampel secara acak. (Riyanto, 2022).

Penentuan pengambilan sampel ini menggunakan rumus Slovin

untuk menentukan besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini,

yaitu:

𝑁
𝑛 = 1+𝑁(𝑒)2

Keterangan:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

e = Batas kesalahan maximal yang ditolerir dalam sampel alias

tingkat signifikansi adalah 0,1 (10%)

168
𝑛=
1 + 168(0,1)2
54

168
𝑛=
1 + 1,68

168
𝑛=
2,68

𝑛 = 62,6 (63 orang)

Hasil estimasi sampel berdasarkan perhitungan pada rumus

didapatkan hasil 63 orang. Dari hasil perhitungan diatas, langkah

selanjutnya adalah menghitung jumlah sampel tiap kelas menggunakan

rumus Stratified Random Sampling :

𝑁𝑖 𝑥 𝑛
𝑛𝑖 = 𝑁

Keterangan :

ni : Jumlah sampel menurut strata

Ni : Jumlah populasi menurut strata

N : Jumlah populasi seluruhnya

n : Jumlah sampel seluruhnya

Tabel 3.3 Sampel Penelitian

No. Kelas Perhitungan Total Sampel

1. A 44 𝑋 63 17
𝑛𝑖 = = 16,5
168

2. B 43 𝑋 63 16
𝑛𝑖 = = 16,1
168
55

3. C 39 𝑋 63 15
𝑛𝑖 = = 14,6
168

4. D 41 𝑋 63 15
𝑛𝑖 = = 15,3
168

Total Sampel 63

C. Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data, dalam penelitian harus diamati guna memastikan

data tersebut valid dan dapat diandalkan. Kuisioner, digunakan untuk

mengumpulkan data pada sebagian besar penelitian. Sebagai instrumen

untuk mengumpulkan, kuisioner memang memiliki sejumlah kelebihan

Sumber yang ditentukan tidak valid..

Selanjutnya, setelah peneliti mendapatkan izin dari pimpinan

lembaga, maka peneliti akan mulai melakukan penelitian dan menyetujui

mengikuti rangkaian penelitian mulai dari pengisian kuisoner hingga

mengikuti Pendidikan Kesehatan dalam penelitian, yang bertujuan

mencegah penyalahgunaan NAPZA dari aspek pengetahuan dan perilaku

merokok.

a) Proses perizinan kepada dekan dan program studi Ilmu Keperawatan

(S-1) UNJANI.

b) Penelitian akan dilakukan tanggal 1 Juli 2023.

c) Dimulai pada tanggal 1 Juli 2023, peneliti akan melakukan informed

consent kepada seluruh responden via zoom meeting serta

menjelaskan rangkaian dan tujuan penelitian yang dilanjutkan dengan


56

membagikan kuisioner tahapan pre-test kepada responden dengan

jumlah sampel yang telah ditentukan.

d) Setelah data pre test dibagikan, responden akan mengisi seluruh

pertanyaan selama 15 menit hingga selesai. Peneliti akan memastikan

seluruh kuisioner sudah terisi.

e) Peneliti akan melakukan kegiatan pendidikan kesehatan dengan

menayangkan audio visual secara online via zoom meeting.

f) Setelah itu peneliti melakukan diskusi dan tanya jawab Bersama

seluruh responden dengan waktu 18 menit.

g) Peneliti kembali membagikan kuisioner. Tahapan ini termasuk ke

dalam tahap post test yang akan dilakukan selama 15 menit.

h) Setelah semua tahapan selesai, peneliti akan mengucapkan terimakasih

kepada seluruh pihak yang membantu tahapan pengumpulan data ini.

i) Peneliti, akan melakukan analisis dan pengolahan data kuisioner yang

telah diisi oleh responden yang bertujuan untuk mencari kesimpulan

serta melakukan interpretasi pada saat siding akhir penelitian.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan peneliti dalam

pengumpulan data agar penelitiannya berjalan dengan efisien dan efektif.

Variasi jenis penelitian adalah angket, check list, pedoman wawancara dan

pedoman pengamatan Arikunto (2006) dalam (Hakimah, 2016). Dalam

penelitiin ini bentuk instrumen yang digunakan yaitu kuesioner tertutup,


57

responden cukup memilih jawaban yang tersedia formulir identik dengan

kuesioner yang dipilih gandaSumber yang ditentukan tidak valid..

Instrumen dalam penelitian ini adalah pertanyaan atau pernyataan

berupa kuisioner yang meliputi pengetahuan. Kuisioner dalam penelitian

ini terdiri dari 27 pertanyaan tentang pengetahuan dengan dua pertanyaan

tidak valid. Tujuan isntrumen pengetahuan ini adalah untuk mengetahui

pengetahuan mahasiswa tingkat 2 Ilmu Keperawatan (S-1) UNJANI

tentang rokok dan napza.

Tabel 3.4 Indikator Penilaian Pertanyaan

Tingkat Pengetahuan Indikator Kuesioner

Baik 77%-100%

Kurang Baik < 77%

D. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen Penelitian

1. Uji Validitas Data

Validitas adalah sah atau tidaknya instrumen pengukuran yang akan

digunakan. Dan akurasinya mengacu kepada ketetapan pengukuran

(Riyanto, 2022). Syarat penting dalam berlakunya sebuah kuisioner

penelitian, terbagi menjadi dua, yaitu keharusan untuk valid dan reallibel

atau konsisten. Kuisioner dapat menjadi valid jika pertanyaan atau

pernyataannya mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh

kuisioner tersebut (Riyanto, 2022).

Instrumen akan dilakukan uji validitas pada 20 mahasiswa yang

menjadi responden dengan r tabel 0.444 dan akan dilakukan juga uji
58

validitas kepada mahasiswa tingkat 4 yang memiliki karakteristik serupa.

Hasil uji validitas yang telah dilakukan oleh peneliti ialah, pertanyaan

mengenai pengetahuan remaja terhadap NAPZA rhitung (0,546 – 0,887) >

rtabel (0,444), dan hasil uji validitas mengenai pengetahuan rokok, rhitung

(0,555 – 0,815) > rtabel (0,444), hal tersebut dapat disimpulkan bahwa

kuesioner valid untuk digunakan dalam penelitian.

2. Uji Realibilitas Data

Realibilitas adalah respon yang konsisten atau stabil dari setiap

responden dalam seluruh rangkaian penelitian. Konsistensi dalam

pengukuran mengacu pada realibilitas dengan nilai Cronbach’s Alpha >

0,6 maka item pertanyaan dalam kuesioner dinyatakan reliable (Riyanto,

2022). Hasil uji realibilitas pada pengetahuan NAPZA ialah Cronbach’s

Alpha (0,760) > konstanta (0,6), dan realibilitas pada pengetahuan rokok

ialah Cronbach’s Alpha (0,776) > konstanta (0,6).

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah upaya untuk memenuhi syarat penelitian, yaitu

sistematis, terencana dan memiliki pedoman seperti dalam konsep ilmiah

sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a) Peneliti mencari fenomena sebagai landasan awal pada penelitiannya,

yang selanjutnya mengamati tempat penelitian sesuai dengan

fenomena yang telah ditentukan. Peneliti mulai menentukan

fenomena ini pada akhir bulan Februari.


59

b) Setelah menentukan fenomena, peneliti selanjutnya membuat judul

penelitian, yaitu “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Metode

Audio Visual Tentang Rokok dan Napza Terhadap Pengetahuan

Mahasiswa Tingkat 2 di Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1)

Universitas Jenderal Achmad Yani”.

c) Peneliti selanjutnya mengajukan surat permohonan kepada pihak

program studi Ilmu Keperawatan (S-1) UNJANI untuk melakukan

pengambilan data awal dengan nomer surat B.3669/FITKes-

Unjani/VIII/2023

d) Peneliti mendapatkan izin untuk pengambilan data awal penelitian.

e) Peneliti melakukan pencarian data awal atau studi pendahuluan pada

seluruh mahasiswa aktif reguler Ilmu Keperawatan (S-1) UNJANI.

f) Peneliti melaksanakan seminar proposal penelitian 15 Juni 2023.

2. Tahap Pelaksanaan

a) Peneliti melakukan perizinan kepada program studi Ilmu

Keperawatan (S-1) UNJANI untuk melanjutkan tahapan penelitian,

yang akan peneliti lakukan pada bulan Juni.

b) Peneliti melakukan penelitian, dengan prosedur informed consent

kepada seluruh responden yang terlibat dalam penelitian. Setelah

responden bersedia dan menyepakati seluruh ketentuan, peneliti

membagikan kuisioner kepada seluruh responden sebagai tahapan

pretest yang akan diisi dalam waktu 15 menit. Setelah pengisian

selesai, peneliti akan melakukan intervensi berupa pendidikan


60

kesehatan dengan metode audio visual selama 12 menit yang

dilanjutkan diskusi selama 18 menit. Setelah selesai, peneliti kembali

membagikan kuisioner kepada seluruh responden yang telah masuk

pada tahapan posttest, pengisian ini dilakukan selama 15 menit.

c) Hasil pengisian kuisioner tadi, selanjutnya peneliti olah dan analisa

melalui software computer.

d) Hasil dari perhitungan, akan peneliti tuangkan dalam BAB IV.

3. Tahap Akhir

a) Hasil pengolahan data, akan peneliti susun berdasarkan konsep

penelitian yang meliputi pendahuluan, tinjauan Pustaka, metodologi

penelitian, hasil dan pembahasan serta kesimpulan maupun saran.

b) Peneliti akan melakukan pemaparan hasil pada siding akhir penelitian.

F. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Tujuan pengolahan data adalah untuk menghasilkan kesimpulan

data (Notoatmodjo, 2018). Data mentah atau raw data harus ditangani

agar menghasilkan data yang dapat dimanfaatkan untuk menjawab tujuan

dari penelitian sehingga menghasilkan data yang tepat (Riyanto, 2022).

Tahapan dalam mengolah data, terbagi menjadi 4, yaitu:

a. Editing

Editing adalah pengujian untuk melihat apakah kuisioner sudah

terisi secara lengkap, memastikan jawaban responden jelas, konsisten

serta relevan dengan pertanyaan (Riyanto, 2022). Tujuannya, untuk


61

memastikan apakah dibutuhkan data tambahan untuk melengkapi

jawaban yang kosong tersebut atau tidak. Namun, jika-pun tidak

memungkinkan, pertanyaan yang kurang atau tidak terjawab, maka

akan di cancel dalam pemrosesan (data missing) (Notoatmodjo,

2018). Dalam penelitian ini responden telah menjawab seluruh

pertanyaan yang sudah disediakan.

b. Coding

Coding adalah proses mengubah data dari huruf menjadi sebuah data

yang di representasikan melalui angka atau bilangan, Peneliti

melakukan pengkodean untuk membuat data semakin mudah difahami

khususnya selama proses analisis dan entry data (Riyanto, 2022). Pada

variabel dependen yaitu pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan

rokok dan napza dikategorikan pada coding menjadi:

Kode 1 : Kurang Baik


Kode 2 : Baik
c. Skoring

Peneliti melakukan skoring pada penelitian ini, sebagai berikut :

Skor CI (Pengetahuan) NAPZA :

1) Jika jawaban benar diberi nilai 1

2) Jika jawaban salah diberi nilai 0

Setelah itu skor dijumlahkan dan dimasukan kedalam rumus :

𝑓
𝑃= x 100%
𝑓𝑛

Keterangan :
62

P : Presentase
f : Skor yang didapat
fn : Skor maksimal

d. Entry Data

Proses memasukan data dari kuisioner ke dalam program software

computer (Riyanto, 2022). Seseorang yang memasukan data harus

dipastikan akurat selama proses ini berlangsung. Karena jika tidak

dalam kondisi yang teliti, maka akan sangat memungkinkan data

tersebut menjadi bias (Notoatmodjo, 2018).

e. Cleaning

Cleaning adalah proses untuk mengecek data untuk memastikan ada

atau tidaknya kesalahan dalam proses sebelumnya (Riyanto, 2022).

Setelah proses ini dilakukan, maka selanjutnya peneliti akan melakukan

penyesuaian yang diperlukan. Istilah lainnya dalam proses ini disebut

pembersihan data (Riyanto, 2022).

2. Analisa Data

a. Analisa Univariat

Proses yang bertujuan menjelaskan karakteristik setiap jenis data

untuk setiap variabel penelitian. Dalam kebanyakan kasus, satu-satunya

hasil dari analisis ini adalah presentase dan distribusi frekuensi masing-

masing variabel (Notoatmodjo, 2018). Proses ini menggunakan data

kategorik dengan metode penyajian distribusi frekuensi dengan

persentase (proporsi) (Riyanto, 2022).


63

b. Analisa Bivariat

Proses ini dilakukan terhadap dua variabel yang diduga memiliki

keterkaitan. Analisa bivariat dilakukan untuk menunjukan hubungan

antar variabel (Notoatmodjo, 2018). Dalam analisis ini, uji stastik yang

digunakan adalah McNemar karena data kategorik.

1. Uji McNemar

Tabel 3.5 Uji McNemar

Post Test

- +

Pre Test + A B

- C D

Rumus Uji McNemar

(|𝑨 − 𝑫| − 𝟏)𝟐
𝒙𝟐 𝒉𝒊𝒕
𝑨+𝑫

Menentukan nilai x2 tabel (2x2)

dk = (k-1) (r-1)

k = Kolom

r = Baris

Batas kemaknaan yang digunakan alpha (α) = 0,05 dengan ketentuan


l l l l

sebagai berikut :
l l

a) Pvalue ≤ 0,05 berarti Ho ditolak (Pvalue ≤ α) menunjukkan terdapat


l l l l l

pengaruh yang signifikan.


l

b) Pvalue > 0,05 berarti Ha diterima (Pvalue >α) menunjukkan tidak


l l l l

terdapat pengaruh yang signifikan.


l l
64

G. Etika Penelitian

Etika menjadi poin penting dalam sebuah proses pendidikan, pelayanan

maupun penelitian. Pertanyaan etis harus mampu peneliti sampaikan sesuai

dengan aturan serta proses, seperti beberpa hal berikut:

1. Informed Consent

Informed consent pada saat dilakukan penelitian ialah memberikan


l l l l l l

lembar persetujuan, informasi tentang penelitian, termasuk informasi


l l l l l l l

tentang manfaat penelitian bagi responden, kerahasiaan, dan kebebasan


l l l l l l l l

untuk berpartisipasi atau bahkan menolak untuk menjadi responden. Isi dari
l l l l l

lembar persetujuan memuat pernyataan bahwa peneliti bertanggung jawab


l l l l l l l l

terhadap kerahasiaan data dan segala bentuk yang ditimbulkan peneliti.


l l l l l l

Peneliti meminta responden menandatangani selembaran informed consent


l l l l l l l l l l

sebelum lanjut ke tahap penelitian.


l l l l l

2. Tanpa Nama

Peneliti hanya akan mecantumkan kode pada lembar pendataan untuk

menjaga privacy responden dengan inisial nama.

3. Kerahasiaan

Peneliti akan menjamin seluruh data yang diproses dalam

penelitiannya akan terjamin kerahasiannya dan hanya data tertentu data

yang akan diungkapkan kepada pihak-pihak yang terkait dalam penelitian

(Nursalam, 2016).
65

H. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi

Lokasi penelitian dilakukan di Ilmu Keperawatan (S-1) FITKES

UNJANI

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan berlangsung di program studi Ilmu Keperawatan

(S-1) UNJANI dan mulai dilakukan pada bulan Februari 2023 dan Juli 2023

yang merupakan pengajuan judul serta pengambilan data awal.


66

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh

antara sebelum dilakukan penkes dan sesudah dilakukan penkes audio visual

untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa terhadap NAPZA dan rokok.

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 31 Juli 2023 di Fakultas Ilmu dan

Teknologi Kesehatan Prodi Ilmu Keperawatan S1 Reguler Universitas Jenderal

Achmad Yani Cimahi. Hasil penelitian dikatakan berhasil jika penkes audio

visual dikatakan efektif untuk membuat tingkat pengetahuan pada mahasiswa

tingkat 2 mengenai rokok dan NAPZA menjadi baik. Hasil yang diperoleh

disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan analisa univariat dan bivariat.

1. Analisa Univariat

a. Gambaran Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Tingkat 2 Mengenai

Rokok dan NAPZA Sebelum dilakukan Pendidikan Kesehatan

dengan Metode Audio Visual

Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan hasil distribusi

frekuensi dari variabel tingkat pengetahuan sebelum dilakukannya

penkes audio visual menggunakan uji statistik.


67

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Sebelum


PENKES Audio Visual
Sebelum Frequency Persentase (%)

Kurang Baik 51 81,0

Baik 12 19,0

Total 63 100,0

Berdasarkan hasil analisa pada tabel 4.1 dapat diketahui dari

total 63 mahasiswa sebelum dilakukan penkes audio visual sebagian

besar dari responden sebanyak 51 mahasiswa (81 %) memiliki tingkat

pengetahuan kurang baik.

b. Gambaran Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Tingkat 2 Mengenai

Rokok dan NAPZA Sesudah dilakukan Pendidikan Kesehatan

dengan Metode Audio Visual

Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan hasil

distribusi frekuensi dari variabel tingkat pengetahuan setelah

dilakukannya penkes audio visual menggunakan uji statistik.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Setelah


PENKES Audio Visual
Sebelum Frequency (n) Persentase (%)

Kurang Baik 5 7,9

Baik 58 92,1

Total 63 100,0
68

Berdasarkan hasil analisa pada tabel 4.2 dapat diketahui dari

total 63 mahasiswa setelah dilakukan penkes audio visual Sebagian

besar dari responden sebanyak 58 mahasiswa (92,1 %) memiliki tingkat

pengetahuan yang baik, dimana hal tersebut berbeda dari sebelum

penkes.

2. Analisa Bivariat

a. Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Metode Audio Visual

Tentang Rokok dan NAPZA Terhadap Pengetahuan Mahasiswa

Tingkat 2 Ilmu Keperawatan (S-1) Reguler FITKes Unjani

1. Identifikasi hasil penelitian sebelum dan sesudah penkes audio

visual menggunakan uji statistic Mc Nemar

Tabel 4.3 Hasil Uji McNemar Sebelum dan Sesudah dilakukan

Penkes terhadap Tingkat Pengetahuan Mahasiswa

Setelah Penkes NAPZA dan


Rokok
Kurang Baik Total
Baik

Sebelum Kurang Count 4 47 51


Penkes Baik % of 6,3 % 74,6 % 81,0 %
NAPZA dan Total
rokok Baik Count 1 11 12
% of 1,6 % 17,5 % 19,0%
Total
Total Count 5 58 63
% of 7,9 % 92,1 % 100,0 %
Total
69

Value Exact Sig. (2 – sided)


McNemar Test .000
N of Valid Cases 63

Berdasarkan hasil analisa pada tabel 4.4 didapatkan bahwa

hasil data pada uji McNemar ialah mahasiswa yang sebelum

dilakukan penkes memiliki tingkat pengetahuan kurang baik

sebanyak 4 orang (6,3%), dan setelah dilakukan penkes tidak

terdapat perubahan, lalu didapatkan mahasiswa yang setelah

dilakukan penkes memiliki pengetahuan baik dan ketika penkes

mengalami penurunan ialah sebanyak 1 orang (1,6%). Dilanjutkan

pada mahasiswa yang sebelum penkes memiliki pengetahuan

kurang, dan meningkat setelah penkes sebanyak 47 orang (74,6%),

setelah itu pada mahasiswa yang sebelum dan sesudah penkes

masih memiliki pengetahuan yang baik ialah sebanyak 11 orang

(17,5%).

Lalu pada hasil statistic test ialah mendapatkan nilai exact

sig. (2 – sided) 0,000 (p< value 0,05), maka dapat disimpulkan

bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada mahasiswa sebelum

dilakukan penkes dan setelah dilakukan penkes dengan metode

audio visual. Artinya ialah H0 ditolak, terdapat pengaruh penkes

dengan metode audio visual tentang rokok dan NAPZA terhadap

pengetahuan pada mahasiswa tingkat 2 di Ilmu Keperawatan (S1)

Reguler FITKes Unjani.


70

C. Pembahasan

1. Gambaran Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Tingkat 2 Sebelum

dilakukan Pendidikan Kesehatan dengan Metode Audio Visual

Gambaran hasil analisis pada penelitian ini didapatkan hasil dari total

63 mahasiswa sebelum dilakukan penkes audio visual sebagian besar

dari responden sebanyak 51 mahasiswa (81 %) memiliki tingkat

pengetahuan kurang baik.

Jumlah perokok dikalangan mahasiswa yang meningkat, menurut

(Nurul Dalimunte, 2019) pada penelitiannya diakibatkan oleh perasaan

negatif mahasiswa yang ingin menghilangkan beragam rasa stress dan

cemas tentang masalah yang sedang dihadapinya. Perilaku merokok dan

penyalahgunaan NAPZA adalah dua jenis permasalahan yang sama-

sama memiliki risiko bahaya tinggi. Rokok disebut sebagai gerbang

masuk ke dalam lingkungan penyalahgunaan NAPZA karena dianggap

menjadi salah satu faktor seseorang menyalahgunakan NAPZA (Putu

Darma Mahardipa, 2022).

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya, bahwa sebagian

besar tentang merokok di SMPN 8 Padang Sidimpuan memiliki tingkat

pengetahuan dikategorikan kedalam tiga kateori yaitu Baik, Cukup,

Kurang. Dari 66 responden mayoritas responden berpengetahuan kurang

sebanyak 29 orang (43,9%), dan minoritas responden berpengetahuan

baik sebanyak 17 orang (25,8%), dan berpengetahuan cukup sebanyak

20 orang (30,3%) (Lestari, 2021).


71

Berdasarkan hasil analisa peneliti, dari total 63 mahasiswa dengan

hasil penelitian ini menunjukan bahwa (81%) mahasiswa memiliki

tingkat pengetahuan kurang baik mengenai rokok dan NAPZA. Artinya

bahwa pengetahuan yang kurang baik tersebut berpengaruh pada hasil

penkes yang dilakukan. Berdasarkan hasil pengisian kuesioner yang

dilakukan oleh seluruh responden, didapatkan skor terkecil dari 32

pertanyaan dengan nilai 55,7%.

Sifat acuh terhadap bahaya rokok, juga terjadi terhadap NAPZA.

Peneliti mendapatkan hasil bahwa sebagian besar mahasiswa mengetahui

bahwa NAPZA ialah narkotika. Mereka tidak banyak memahami

kandungan dan turunan-turunan dari NAPZA itu sendiri. Bahan yang

digunakan dalam rokok terdapat kandungan yang dapat menyebabkan

berbagai penyakit salah satunya kanker paru. Begitupun dengan NAPZA,

NAPZA bukan hanya berisi narkotika, tetapi rokok pun termasuk

kedalam NAPZA dengan bahan zat adiktif lainnya.

2. Gambaran Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Tingkat 2 Sesudah

dilakukan Pendidikan Kesehatan dengan Metode Audio Visual

Gambaran hasil analisis pada total 63 mahasiswa setelah dilakukan

penkes audio visual sebagian besar dari responden sebanyak 58

mahasiswa (92,1%) memiliki tingkat pengetahuan yang baik, dimana hal

tersebut berbeda dari sebelum penkes.

Tingkat pengetahuan yang membaik dapat dimungkinkan dengan

respon responden yang mengatakan bahwa metode pendidikan kesehatan


72

yang peneliti lakukan sangatlah menarik. Hal ini disebabkan oleh

penayangan video animasi yang menjadi stimulus bagi responden agar

lebih cermat serta focus dalam mengamati materi pendidikan kesehatan.

Respon positif tersebut membuat pendidikan kesehatan dalam

penelitian ini cukup berjalan lancer dan mencapai perubahan yang

diharapkan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Lestari, 2021) yang

berjudul Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan

Tentang Bahaya Merokok Pada Siswa di SMP N 8 Padang Sidimpuan,

yang dalam penelitiannya dikatakan setelah dilakukan pendidikan

kesehatan pengetahuan responden menjadi meningkat yang dijabarkan

menjadi 3 kategori, yaitu cukup (50,0%), kurang (13,6%) dan baik

(36,4%).

Pendidikan kesehatan memiliki sasaran yang sejalan dengan

program pembangunan Indonesia yaitu masyarakat umum mulai dari

masyarakat pedesaan, kota, dan semua jenjang pendidikan (Lestari,

2021). Sasaran tanpa pelaksanaan tak akan menjadi apa-apa, itulah

sekiranya yang juga turut mengilhami perencanaan penelitian ini.

Penelitian ini menjadikan pendidikan kesehatan sebagai metode

untuk meningkatkan pengetahuan masing-masing responden. Karena

menurut (Muhammad Ilham Fadyllah, 2021) pendidikan kesehatan

dengan metode audio visual memiliki banyak kelebihan, diantaranya

metode ini mengandung unsur suara dan video yang didukung dengan

muatan materi yang singkat, padat dan jelas sehingga menarik dan mudah
73

dipahami. Macam-macam metode audio visual yaitu film, video dan lain-

lain.

Metode audio visual dalam penelitian ini-pun mejelaskan dampak

rokok yang mampu memenjarakan pilihan tersebut, yang diakibatkan

ribuan bahan yang terkandung didalamnya. Rokok mengandung sekitar

4.000 dalam bahan pembuatannya, dan 2.000 diantaranya konkret

dinyatakan sebagai bahan berbahaya yang dapat membahayakan

kesehatan. (Ramadhan, 2023).

3. Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Metode Audio Visual

Tentang Rokok dan NAPZA Terhadap Pengetahuan Mahasiswa

Tingkat 2 Ilmu Keperawatan (S-1) Reguler FITKes Unjani

Berdasarkan hasil analisa pada tabel 4.4 didapatkan bahwa hasil

data pada uji McNemar ialah mahasiswa yang sebelum dilakukan penkes

memiliki tingkat pengetahuan kurang baik sebanyak 4 orang (6,3%), dan

setelah dilakukan penkes tidak terdapat perubahan, lalu didapatkan

mahasiswa yang setelah dilakukan penkes memiliki pengetahuan baik

dan ketika penkes mengalami penurunan ialah sebanyak 1 orang (1,6%).

Dilanjutkan pada mahasiswa yang sebelum penkes memiliki

pengetahuan kurang, dan meningkat setelah penkes sebanyak 47 orang

(74,6%), setelah itu pada mahasiswa yang sebelum dan sesudah penkes

masih memiliki pengetahuan yang baik ialah sebanyak 11 orang (17,5%).

Lalu pada hasil statistic test ialah mendapatkan nilai exact sig. (2

– sided) 0,000 (p< value 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
74

perbedaan yang signifikan pada mahasiswa sebelum dilakukan penkes

dan setelah dilakukan penkes dengan metode audio visual. Artinya ialah

H0 ditolak, terdapat pengaruh penkes dengan metode audio visual

tentang rokok dan NAPZA terhadap pengetahuan pada mahasiswa

tingkat 2 di Ilmu Keperawatan (S1) Reguler FITKes Unjani.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya, mengenai

pendidikan kesehatan juga dikatakan dengan judul “Pengaruh

Pendidikan Kesehatan Tentang Dampak Merokok Terhadap Minat

Berhenti Merokok Pada Siswa SMP N 2 Tempel”. Hasil penelitian

menunjukkan minat Sebelum diberikan pendidikan kesehatan (Pre Test)

didapatkan kategori sedang yaitu ada 18 siswa (56,3%) pada kategori

rendah yaitu 14 siswa (43,8%), minat berhenti merokok setelah diberikan

pendidikan kesehatan (Post Test) pada kategori rendah (3,1%)

selanjutnya kategori sedang (46,9%) dan kategori tinggi yaitu (50,0)

(Melliana, 2017).

Menurut Mackintosh 1996 dalam (Raingruber, 2014) pendidikan

kesehatan adalah suatu aktivitas yang memberikan dampak atau

kesadaran individu melalui penambahan kualitas wawasan yang

berfungsi sebagai tolak ukur dalam memutuskan suatu tindakan

kesehatan tertentu. Berdasarkan penjelasan diatas, pendidikan kesehatan

dijadikan sebagai suatu metode untuk mencapai perubahan perilaku serta

peningkatan wawasan dalam aspek kesehatan dilingkungan masyarakat,

salah satunya NAPZA dan Rokok.


75

Peningkatan kualitas pengetahuan salah satunya dipengaruhi oleh

metode audio visual. Hal ini dikarenakan metode audio visual mampu

merangsang kedua indera yaitu mata serta telinga secara bersamaan,

sehingga responden menjadi lebih fokus dalam mencermati materi.

Metode audio visual juga menerangkan dan mengilustrasikan objek

mengenai bahaya rokok dan napza sehingga membantu responden dalam

memahami materi.

Narkotika, Psikotrpoika dan Zat Adiktif Lainnya atau NAPZA

adalah zat, bahan maupun obat yang dapat memengaruhi tubuh

khususnya fungsi otak, sehingga menyebabkan gangguan dalam beragam

aspek kesehatan seperti kesehatan fisik, psikis dan fungsi sosial. NAPZA

juga menyebabkan ketagihan dan ketergantungan (Martaatmadja, 2020).

Keragaman jenis NAPZA atau narkotika pun semakin beragam.

Diantaranya yang paling sering digunakan adalah ganja, heroin atau

putau dan kokain. Sedangkan jenis obat berbahaya yang sering

digunakan adalah shabu, ecstasy dan pil koplo. Selain jenis-jenis

tersebut, ada satu jenis lagi yang luput dari perhatian, yaitu minuman

keras dan rokok yang tidak kalah berbahayanya dengan narkoba (Kabain,

2019).

Seiring perkembangan zaman, rokok mulai beradaptasi dengan

segala modernisasi saat ini. Dari rokok tradisional hingga rokok modern,

perlahan menghiasi sejarah rokok di Nusantara (Mega Marindrawati,

2019). Rokok mengandung sekitar 4.000 dalam bahan pembuatannya,


76

dan 2.000 diantaranya konkret dinyatakan sebagai bahan berbahaya yang

dapat membahayakan Kesehatan (Ramadhan, 2023). Sebagian perokok

tidak memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai rokok dan

dampaknya. Sebagian besar hanya melihat iklan dan informasi tanpa

pernah mengetahui lebih jauh mengenai rokok dan dampak

mematikannya (Puji Setya Rini, 2022).

Perilaku merokok adalah salah satu penyebab seseorang

menggunakan NAPZA. Di dalam rokok tentu juga terdapat zat adiktif

yang mampu menimbulkan kecanduan sama halnya seperti NAPZA.

Bagi para remaja, merokok sudah bukan lagi menjadi hal yang

memuaskan, maka para anak muda ini akan lebih ber ambisi untuk

mencari sesuatu yang lebih memuaskan, salah satunya adalah NAPZA

(Putu Darma Mahardipa, 2022).

Rokok dikatakan gerbang pertama dalam men-stimulus

penyalahgunaan NAPZA. Hal ini disampaikan oleh Drs. Ahwil Luthan,

S.H.,MBA.,MM selaku ketua kelompok ahli BNN RI dalam situs. Beliau

mengatakan tidak dapat dipungkiri bahwa rokok adalah pintu masuk

utama NARKOBA. Argumentasi ini juga merujuk pada penjelasan

mengenai NAPZA yang salah satunya adalah kalimat “zat adiktif

lainnya”. Rokok memiliki niktoin yang berdampak terhadap adiksi dan

termasuk ke dalam salah satu jenis psikotropika (Badan Narkotika

Nasional , 2020).
77

Faktor pemicu eksternal diartikan sebagai stimulus yang datang

dari luar diri seseorang atau individu, misalnya permasalahan dalam

hidup, teman dan ketersediaan rokok. Peneliti menjelaskan dalam proses

berhenti merokok, seorang perokok akan mencari alternatif pengganti

lain seperti berpindah untuk menggunakan vape atau pod. Selain mencari

alternatif pengganti, usaha untuk berhenti merokok juga dilakukan

dengan cara mencoba untuk tidak membeli rokok (Taufick, 2023).

Beberapa hambatan sedikitnya memengaruhi upaya dalam berhenti

merokok, seperti pengaruh teman, keluarga, referensi tontonan, kepuasan

dan godaan. Peneliti juga menerangkan, dalam hasil penelitiannya cara

paling efektif dalam berhenti merokok adalah dengan mencari alternatif

pengganti seperti vape atau pod yang dinilai lebih aman karena tidak

mengandung tembakau yang dapat mengakibatkan kanker (Taufick,

2023).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan, harus dikuasai

dengan baik oleh seorang perawat dalam perannya sebagai perawat

educator yang tidak hanya merawat secara fisik, namun juga secara psikis

dan pengetahuan. Dalam prosesnya, pendidikan kesehatan dilakukan

untuk meningkatkan pengetahuan dan perubahan perilaku ke arah positif

baik di masyarakat maupun di organisasi (Hastuti, 2022). Perawat yang

professional memiliki tanggungjawab dalam memberikan pelayanan

berkualitas tinggi. Menurut Potts (2007) dalam (Nyimas Sri Wahyuni,

2022) ada empat peran perawat, yaitu peran utama (pemberi asuhan,
78

advokat, pendidik, pemimpin), peran sekunder (coordinator, kolabolator,

komunikator), peran praktiksi (koordinator dan manajer perawatan

klinis) dan peran sebagai praktisi advance (perawat spesialis dan manajer

khusus).
79

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan data yang telah diperoleh pada saat penelitian, dan

pembahasan mengenai pengaruh penkes dengan metode audio visual

tentang rokok dan NAPZA terhadap pengetahuan pada mahasiswa tingkat

2 di Ilmu Keperawatan S1 FITKes Unjani, maka diperoleh kesimpulan

sebagai berikut :

1. Gambaran mahasiswa sebelum dilakukan penkes audio visual

sebanyak 51 mahasiswa (81 %) memiliki tingkat pengetahuan kurang

baik.

2. Gambaran mahasiswa setelah dilakukan penkes audio visual sebanyak

58 mahasiswa (92,1 %) memiliki tingkat pengetahuan yang baik.

3. Lalu pada hasil statistic test ialah mendapatkan nilai exact sig. (2 –

sided) 0,000 (p< value 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan pada mahasiswa sebelum dilakukan penkes

dan setelah dilakukan penkes dengan metode audio visual pada

mahasiswa tingkat 2 di Ilmu Keperawatan S1 FITKes Unjani.

B. Saran

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukan hasil berupa

beberapa saran yang bisa diberikan bagi institusi Pendidikan, bagi

responden, serta bagi peneliti selanjutnya.


80

1. Bagi Peneliti

Peneliti berharap penelitiannya mampu memberikan dampak

positif bagi peneliti itu sendiri, khususnya pada peningkatan kualitas

diri sebagai perawat yang memiliki peran edukator dalam

pencegahan perilaku merokok dan kontribusi konkret mengenai

edukasi guna memberantas penyalahgunaan NAPZA khususnya

dikalangan mahasiswa.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Peneliti berharap, hasil penelitiannya dapat memberikan

informasi yang baik dan mampu dikembangkan serta membantu

dalam proses monitoring mahasiswa sehingga dapat menghentikan

perilaku merokok ataupun penyalahgunaan NAPZA.

3. Bagi Responden

Berdasarkan kuisioner, peneliti berharap seluruh responden

lebih memahami dan mencari referensi lain mengenai narkotika

khususnya jenis depresan. Penelitian ini juga diharapkan menjadi

referensi ketika responden ingin kembali menggali informasi

mendalam mengenai bahaya merokok dan NAPZA, juga agar

responden tergerak untuk melakukan pendidikan kesehatan kepada

lingkungan terdekat disekitarnya.


81

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti berharap, penelitian selanjutnya mengembangkan dan

melakukan penelitian serupa dengan muatan judul yang berbeda.

Peneliti menyarankan untuk peneliti selanjutnya menggunakan judul

“Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Metode Ceramah Tentang

Rokok dan Napza Terhadap Pengetahuan Mahasiswa”.


DAFTAR PUSTAKA

Hukom, S. (2021). Faktor Internal dan Eksternal dengan Tingkat Stress pada Mahasiswa
Keperawatan. Window of Nursing Journal.
Harun Gafur. (2015). Mahasiswa dan Dinamika Dunia Kampus. Bandung: CV. Rasi
Terbit.
Apriliyana, E. (2020). PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DAN SIKAP,
TERHADAP PEBGETAHUAN REMAJA TENTANG BAHAYA MEROKOK
DI SMA MUHAMADDIYAH 1 PURWOKERTO. FIKES UMP, 1-4.
Nurul Dalimunte, R. S. (2019). PENGARUH PERILAKU MEROKOK TERHADAP
RESIKO PENYALAHGUNAAN NAPZA DI UPMI. Jurnal Riset Hesti Medan.
Dinata, A. (2021). Bahaya dalam rokok. Loka Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Pangandaran.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2019, January 30). Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. Retrieved from p2ptm.kemenkes.go.id:
https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/penyakit-paru-
kronik/page/14/beberapa-masalah-yang-muncul-bagi-remaja-perokok
Putu Darma Mahardipa, I. G. (2022). BUNGA RAMPAI ISU-ISU KRUSIAL TENTANG
NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, ALKOHOL DAN ZAT ADIKTIF LAINNYA
(NAPZA). In I. G. Putu Darma Mahardipa, BUNGA RAMPAI ISU-ISU KRUSIAL
TENTANG NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, ALKOHOL DAN ZAT ADIKTIF
LAINNYA (NAPZA) (p. 182). KLATEN: LAKEISHA.
Martaatmadja, S. (2020). Batasan dan Pengertiannya. In S. Martaatmadja, Awas Bahaya
NAPZA (p. 1). Semarang: ALPRIN.
Badan Narkotika Nasional. (2021). Press Release UNODC dalam HANI 2021. Badan
Narkotika Nasional Surakarta.
Putri, W. U. (2022). INDONESIA DRUGS REPORT. JAKARTA: PUSDIKLATIN BNN.
Retrieved from ppid.bnn.go.id.
BNN Kota Cimahi. (2023, 3 12). DATA BNN KOTA CIMAHI. CIMAHI: Badan Narkotika
Nasional Kota Cimahi. Retrieved from Badan Narkotika Nasional Kota Cimahi:
https://cimahikota.bnn.go.id/search/mahasiswa/
Uswatun Chasanah, R. W. (2021). Gerakan Edukasi Bahaya Merokok & Narkoba Untuk
Mewujudkan Generasi Muda Yang Sehat dan Berprestasi. Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat.
Azizah, N. (2022). METODE PENDIDIKAN KESEHATAN UNTUK
MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN REMAJA
PUTRI DALAM MELAKUKAN PRAKTIK PEMERIKSAAN PAYUDARA
SENDIRI. FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASAR, 3-4.

82
83

Hastuti, M. (2022). HUBUNGAN PERAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN


PROMOSI KESEHATAN PADA PENDERITA HIPERTENSI. JURNAL
KEPERAWATAN PRIORITY, 73.
Nyimas Sri Wahyuni, M. H. (2022, juli 25). Perawat dan Perannya Sebagai Pendidik
Pasien. Retrieved from yankes.kemkes.go.id:
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/451/perawat-dan-perannya-sebagai-
pendidik-pasien
Diana, M. S. (2022). PENYULUHAN BAHAYA MEROKOK DAN NARKOBA
DALAM MENINGKATKAN KESADARAN REMAJA AKAN DAMPAK
MEROKOKO DAN NARKOBA. JURNAL PLAKAT, 90-93.
Melliana, E. T. (2017). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Dampak Merokok
Terhadap Minat Berhenti Merokok Pada Siswa SMP N 2 Tempel. Lecturer of
Helath Sciences Faculty.
Putra, H. A. (2020). PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP
PERILAKU REMAJA DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN
NARKOBA PADA SISWA KELAS XI SMA N 1 GAMPING YOGYAKARTA.
NASKAH PUBLIKASI UNISA.
Meigawati, A. N. (2022). EFEKTIVITAS PROGRAM PENCEGAHAN,
PEMBERANTASAN, PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP
NARKOBA DI KALANGAN MAHASISWA. Jurnal Inovasi Penelitian.
Kementerian Kesehatan RI. (2022, 6 1). Temuan Survei GATS : Perokok Dewasa di
Indonesia Naik 10 Tahun Terakhir. Sehat Negeriku Sehatlah Bangsaku.
Indy Larasati, Agus Dwi Susanto. (2020). HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN
MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA TERHADAP KEBIASAAN
MEROKOK. Essence of Scientific Medical Journal.
Jimmy Junior, S. E. (2021). TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG
PERILAKU MEROKOK PADA MAHASISWA DI FAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT UNIVERSITAS SAM RATULANGI. Jurnal Kesmas.
Pusdiklat Bea Cukai, Jakarta, Indonesia. (2020). ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN
EARMARKING TAX DARI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL
TEMBAKAU TERHADAP KESEHATAN MASYARKAT. SIMPOSIUM
NASIONAL KEUANGAN NEGARA 2020, 480.
UNICEF. (2021, Mei). Profil Remaja 2021. Retrieved from UNICEF:
https://www.unicef.org/indonesia/media/9546/file/Profil%20Remaja.pdf
Hidayat, N. (2021, September 7). kepri.bnn.go.id. Retrieved from https://kepri.bnn.go.id:
https://kepri.bnn.go.id/bahaya-penyalahgunaan-narkoba-bagi-pelajar-mahasiswa/
Petrus Geroda, M. F. (2020). PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG BAHAYA
MEROKOK, NARKOBA DAN DAMPAK PERGAULAN BEBAS DI SMK
BINA KARYA BANGSA CIANJUR. JURNAL PEMBERDAYAAN KOMUNITAS
MH THAMRIN.
Diananda, A. (2019). PSIKOLOGI REMAJA DAN PERMASALAHANNYA. ISTIGHNA.
84

Petrus Geroda, M. F. (2019). Penyuluhan Kesehatan Tentang Bahaya Merokok, Narkoba


dan Dampak Pergaulan Bebas di SMK Karya Bangsa Cianjur. JURNAL
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT.
Susanti Niman, L. W. (2022). Edukasi Kesehatan Bahaya Seks Bebas, Rokok dan Narkoba
dalam Meningkatkan Perkembangan Identitas Diri yang Positif pada Remaja.
JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT KASIH STIKES DIRGAHAYU.
Muslim Sultryawan, S. B. (2022). GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN
MAHASISWA DI MATARAM TENTANG PENCEGAHAN DAN
PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP
NARKOBA (P4GN). Retrieved from ntb.bnn.go.id:
https://ntb.bnn.go.id/konten/unggahan/2023/01/GAMBARAN-TINGKAT-
PENGETAHUAN-MAHASISWA-DI-MATARAM-TENTANG-
PENCEGAHAN-DAN-PEMBERANTASAN-PENYALAHGUNAAN-DAN-
PEREDARAN-GELAP-NARKOBA-P4GN.pdf
Sutrisman, D. (2019). Pendidikan Politik, Persepsi, Kepemimpinan dan Mahasiswa.
Bogor: GUEPEDIA.
Kartika, R. (2020). Mahasiswa di Atas Rata-Rata. Jakarta: PT Elex Media Komputerindo.
Nugroho, Y. A. (2018). KEPEMIMPINAN UNTUK MAHASISWA. JAKARTA:
UNIVERSITAS KATOLLIK INDONESIA ATMA JAYA.
Maulana, N. (2022). PENGANTAR PENDIDIKAN KESEHATAN BAGI PASIEN. In N.
Maulana, PROMOSI KESEHATAN DAN PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM
KEPERAWATAN (pp. 1-3). Jawa Tengah: CV Sarnu Untung.
Raingruber, B. (2014). CONTEMPORARY HEALTH PROMOTION IN NURSING
PRACTICE. In B. Raingruber, CONTEMPORARY HEALTH PROMOTION IN
NURSING PRACTICE (pp. 2-3). CALIFORNIA: JONES & BARTLETT
LEARNING.
Faizatul Ummah, D. S. (2021). KONSEP, TEORI DAN PRINSIP BELAJAR MENGAJAR
PADA PROGRAM PENDIDIKAN KESEHATAN BAGI PASIEN. In D. S.
Faizatul Ummah, PENDIDIKAN KESEHATAN DAN PROMOSI KESEHATAN
(pp. 9-10). BANDUNG: Media Sains Indonesia.
Rezky Yuliana, R. R. (2021). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Remaja
Tentang Kesehatan Reproduksi di SMPN 1 Buntao Kabupaten Toraja Utara.
KOMUNITAS KESEHATAN MASYARAKAT.
La Ode Reskiaddin, V. Y. (2020). TANTANGAN DAN HAMBATAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGENDALIAN PENYAKIT
TIDAK MENULAR DI DAERAH SEMI-PERKOTAAN : SEBUAH EVIDENCE
BASED PRACTICE DI PADUKUHAN SAMIRONO, SLEMAN
YOGYAKARTA. JURNAL KESMAS JAMBI.
Martina Pakpahan, D. S. (2021). PRINSIP PENDIDIKAN KESEHATAN. In D. S. Martina
Pakpahan, PROMOSI KESEHATAN DAN PERILAKU KESEHATAN (pp. 104-
108). MEDAN: YAYASAN KITA MENULIS.
Lusi, Y. (2023, April 6). PERAN PERAWAT SEBAGAI EDUKATOR. Retrieved from
academia.edu:
85

https://www.academia.edu/40181897/PERAN_PERAWAT_SEBAGAI_EDUKA
TOR
Ramadhan, G. E. (2023). ROKOK DAN PERILAKU MEROKOK. In G. E. Ramadhan,
PREVALENSI DAN MITIGASI DINI TERHADAP PERILAKU MEROKOK
ADAKTIF. Surabaya: Cipta Media Nusantara.
Mega Marindrawati, A. A. (2019). KAWASAN TANPA ROKOK DI FASILITAS
UMUM. In A. A. Mega Marindrawati, KAWASAN TANPA ROKOK DI FASILITAS
UMUM. JAWA TIMUR: UWAIS INSPIRASI INDONESIA.
Kumboyono, T. A. (2022). PERAN ROKOK DALAM PATOMENKANISME
PENYAKIT KARDIOVASKULAR. In T. A. Kumboyono, PERAN ROKOK
DALAM PATOMENKANISME PENYAKIT KARDIOVASKULAR. Malang: UB
Press Malang.
Puji Setya Rini, Y. A. (2022). Analisis Kebiasaan Merokok dan Status Gizi Pada Remaja.
In Y. A. Puji Setya Rini, Analisis Kebiasaan Merokok dan Status Gizi Pada
Remaja. Banyumas: Wawasan Ilmu.
Simanjuntak, J. (2020). MENDIDIK ANAK UTUH MENUAI KELUARGA TANGGUH.
In J. Simanjuntak, MENDIDIK ANAK UTUH MENUAI KELUARGA TANGGUH
(p. 240). TANGERANG: YAYASAN PELIKAN.
Badan Narkotika Nasional . (2020, SEPTEMBER 9). ROKOK DAN NARKOBA. ROKOK
DAN NARKOBA.
BNN Kota Cimahi. ( 2023). Data Pengguna NAPZA BNN Kota Cimahi. CIMAHI: BNN
KOTA CIMAHI.
Dovianda, T. R. (2021). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU
MEROKOK PADA WANITA. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERILAKU MEROKOK PADA WANITA.
M. Ali Sodik, M. (2018). Merokok dan Bahayanya. Merokok dan Bahayanya.
Cahyaningrum. (2020). POLTEKKES DENPASAR. Retrieved from POLTEKKES-
DENPASAR.AC.ID: http://repository.poltekkes-
denpasar.ac.id/4785/3/BAB%20II.pdf
R Sutatminingsih, I. Z. (2022). PSIKOEDUKASI PENCEGAHAN PERILAKU
MEROKOK. Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi Communique.
Taufick, K. (2023). DINAMIKA ADIKSI PEROKOK DALAM USAHANYA UNTUK
BERHENTI MEROKOK. JURNAL PSIKOLOGI UNSYIAH, 11-16.
Nurhanifah, F. (2019). Konsep Dasar Napza. Konsep Dasar Napza.
Krisnawati. (2022). SEPUTAR NARKOTIKA SEJARAH SAMPAI DAMPAK
NARKOTIKA. In Krisnawati, SEPUTAR NARKOTIKA SEJARAH SAMPAI
DAMPAK NARKOTIKA (pp. 1-40). CV MEDIA EDUKASI KREATIF.
Kabain, H. A. (2019). Jenis-Jenis Narkotika. In H. A. Kabain, JENIS-JENIS NAPZA DAN
BAHAYANYA (pp. 1-3). SEMARANG: ALPRIN.
86

Lukman, H. R. (2020). Penanganan Adiksi NAPZA Bagi Pembimbing Kemasyarakatan.


In H. R. Lukman, Penanganan Adiksi NAPZA Bagi Pembimbing Kemasyarakatan
(p. 29). Rumah Bunyi.
Ardhi Subandri, S. T. (2021). MENUMPAS BANDAR MENYONGSONG FAJAR. In S.
T. Ardhi Subandri, MENUMPAS BANDAR MENYONGSONG FAJAR (p. 65).
Jakarta: PRENADA.
Badan Narkotika Nasional. (2019, Januari 7). 4 Langkah Cara Mengatasi Kecanduan
Narkoba. Retrieved from bnn.go.id: https://bnn.go.id/4-langkah-cara-mengatasi-
kecanduan-narkoba/
Badan Narkotika Nasional. (2021, agustus 7). BAHAYA PENYALAHGUNAAN NARKOBA
BAGI PELAJAR DAN MAHASISWA. Retrieved from kepri.bnn.ac.id:
https://kepri.bnn.go.id/bahaya-penyalahgunaan-narkoba-bagi-pelajar-mahasiswa/
Cecep, A. W. (2021). dasar-dasar ilmu pendidikan. In A. W. Cecep, dasar-dasar ilmu
pendidikan. yayasan kita menulis.
Adiputra, I. M., Trisnadewi, N. W., Oktaviani, N. P., Munthe, S. A., Hulu, V. T.,
Budiastutik, I., . . . Lusiana. (2021). Metodologi Penelitian Kesehatan. Denpasar:
Yayasan Kita Menulis.
Riyanto, A. (2022). Aplikasi Metodelogi Penelitian Kesehatan. Cimahi: Nuha Medika.
Rahman, P. (2022). BAB III METODE PENELITIAN 3.1 JENIS PENELITIAN MENURUT
SUGIYONO. Retrieved from DARMAJAYA.AC.ID:
http://repo.darmajaya.ac.id/7638/7/Bab%203.pdf
Hakimah, E. N. (2016). PENGARUH KESADARAN MEREK, PERSEPSI KUALITAS,
ASOSIASI MEREK, LOYALITAS MEREK TERHADAP KEPUTUSAN
PEMBELIAN MAKANAN KHAS DAERAH KEDIRI TAHU MEREK “POO”
PADA PENGUNJUNG TOKO PUSAT OLEH-OLEH KOTA KEDIRI. nusamba,
16.
Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis Edisi 4.
Jakarta: Salemba Medika.
Yuda, A. P. (2018). HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA
ROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA PUTRA DI SMP
NEGERI 1 DOLOPO. Retrieved from repository.stikes-bhm.ac.id.
Harnita, S. (2021, April). Gambaran Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pada
Masa Pandemi. Retrieved from poltekkes-denpasar.ac.id:
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/7612/4/BAB%20I%20Pendahuluan.pdf
Lestari, I. (2021). PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP
PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA MEROKOK PADA SISWA DI SMP N
8 PADANG SIDIMPUAN. Wondershare PDFelement, 63.
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Muhamad Opi Hafiizh

NPM : 213119077

Melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH PENDIDIKAN

KESEHATAN DENGAN METODE AUDIO VISUAL TENTANG ROKOK

DAN NAPZA TERHADAP PENGETAHUAN MAHASISWA TINGKAT 2 DI

ILMU KEPERAWATAN S1 REGULER FITKES UNJANI CIMAHI” pada

penelitian ini dilakukan intervensi pemberian pendidikan kesehatan menggunakan

metode audio visual.

Dengan ini saya mengharapkan kesediaan saudara/i sekalian untuk turut

berpartisipasi dalam penelitian ini dengan menandatangani lembar persetujuaan dan

bersedia menjawab pertanyaan – pertanyaan yang peneliti ajukan. Mohon untuk

menjawab pertanyaan sesuai dengan kondisi yang dirasakan saat ini. Jawaban yang

telah diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian. Segala bentuk kerahasiaan

dan keaslian jawaban serta identitas responden akan dijaga dengan sebaik-baiknya.

Oleh karena itu, saya menyampaikan terima kasih kepada semua pihak atas

perhatian dan partisipasinya dalam memfasilitasi kelancaran penelitian ini.

Peneliti

Muhamad Opi Hafiizh


LAMPIRAN 2

SURAT PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN

Saya menyatakan bersedia dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan

untuk berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian yang dilakukan oleh

Muhamad Opi Hafiizh, mahasiswa Ilmu Keperawatan (S-1) Reguler FITKES

UNJANI dengan judul “PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN

METODE AUDIO VISUAL TENTANG ROKOK DAN NAPZA TERHADAP

PENGETAHUAN MAHASISWA TINGKAT 2 DI ILMU KEPERAWATAN

S1 REGULER FITKES UNJANI CIMAHI”

Saya menandatangani pernyataan ini dan menunjukan bahwa saya telah

diberi informasi dan memutuskan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Cimahi, Juni 2023


LAMPIRAN 3

KUESIONER PENGETAHUAN ROKOK DAN NAPZA

Kisi – kisi Kuesioner Pengetahuan NAPZA

No. Indikator Item Pertanyaan Jawaban

1. Pengertian NAPZA 1 A

2 B

2. Penyebab NAPZA 7 B

8 C

10 C

3. Penggolongan NAPZA 3 A

4 C

5 A

6 B

4. Dampak Penyalahgunaan 9 A

NAPZA 11 B

12 A

13 A

14 C

5. Pencegahan 15 C
Penyalahgunaan NAPZA 16 B
17 C
18 B
19 A
20 B
No. Indikator Jumlah Soal No. Soal Jenis

Pertanyaan

1. Pengertian perilaku merokok 4 1, 4, 7, 10 (+) (+) (+)

(+)

2. Aspek – aspek perilaku merokok 3 2, 5, 8 (+) (+) (+)

3. Faktor – factor yang mempengaruhi 5 3, 6, 9, 11, (+) (+) (+)

perilaku merokok 12 (+) (+)


No Responden :

KUESIONER PENELITIAN MENGENAI PENGETAHUAN REMAJA

TERHADAP NAPZA

I. Identitas

Pilihlah jawaban yang menurut anda tepat dengan memberikan tanda ceklis

(√) pada jawaban.

Nama :

Pendidikan :

Usia : tahun

Apakah sebelumnya anda pernah mendengar tentang NAPZA?

Pernah Tidak Pernah

Jika pernah, melalui sumber informasi manakah anda mendapatkannya?

Orang Tua Televisi

Guru Radio

Teman Koran

Petugas Kesehatan Internet

Majalah Leaflet/Brosur

II. Kuesioner Pengetahuan NAPZA

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda (X) pada jawaban

yang dianggap benar!

1) Apa kepanjangan dari NAPZA?

a. NAPZA adalah singkatan dari Narkotika, Psikotoprika, dan Zat

Adiktif lainnnya
b. NAPZA adalah singkatan dari Narkotika dan Zat Asing

c. NAPZA adalah singkatan dari Narkotika dan Zat Asam

2) Apa yang dimaksud dengan penyalagunaan NAPZA?

a. Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan narkotika dengan

aturan dokter.

b. Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan narkotika tanpa

sepengetahuan dan pengawasan dokter.

c. Penyelahgunaan NAPZA adalah penggunaan narkotika untuk

pengobatan atau penelitian

3) Berikut ini, manakah yang termasuk narkotika jenis depresan?

a. Heroin

b. Shabu

c. Ganja

4) Narkotika jenis apa yang memacu kerja otak dan meningkatkan aktivitas

tubuh?

a. Halusinogen

b. Depresan

c. Stimulan

5) Jenis NAPZA apa yang penggunaannya dengan cara disuntikkan di

lengan atau paha pemakainya?

a. Morfin

b. Tembakau

c. Kokain
6) Berikut ini, manakah yang termasuk dalam golongan narkotika yang

paling berbahaya?

a. Petidin, Betametadol

b. Heroin, Kokain

c. Rokok, alcohol

7) Apa salah satu factor penyebab penyalahgunaan NAPZA?

a. Hubungan erat dengan tetangga

b. . Pengaruh teman sebaya

c. Anjuran tenaga kesehatan

8) Apa penyebab penyalahgunaan NAPZA?

a. Pola makan

b. Pola asuh orang tua

c. Lingkungan pergaulan

9) Apa dampak fisik dari penggunaan NAPZA?

a. Peningkatan denyut jantung, kejang

b. Depresi, peningkatan denyut jantung

c. Kecemasan, peningkatan tekanan darah

10) Apa saja efek yang ditimbulkan dari penggunaan NAPZA dan sangat

sulit untuk dihentikan?

a. Kejang, halusinasi, gangguan kesadaran

b. Kecemasan. depresi

c. Ketergantungan/kecanduan

11) Apa dampak kejiwaan dari penggunaan NAPZA?


a. Peningkatan tekanan darah

b. Depresi

c. Terinfeksi HIV/AIDS

12) Apa dampak penyalahgunaan NAPZA?

a. Gangguan terhadap proses belajar

b. Konsentrasi meningkat

c. Mudah bersosialisasi

13) Disebut apakah kumpulan gejala yang timbul sebagai akibat berhenti

atau mengurangi jumlah zat yang biasa digunakan?

a. Sakaw

b. Suges/craving

c. Toleransi

14) Disebut apakah keadaan akibat kelebihan dosis penggunaan NAPZA

yang biasanya ditandai dengan kejang-kejang dan mulut berbusa?

a. Sakaw

b. Toleransi

c. Overdosis

15) Berikut ini, manakah yang bukan merupakan penyalahgunaan NAPZA?

a. Digunakan secara berkali-kali atau terus menerus

b. Digunakan secara bebas atas ajakan teman

c. Pemberian NAPZA oleh dokter sebagai penghilang rasa sakit

16) Apa penyebab dilarangnya penggunaan NAPZA?

a. Karena NAPZA bermanfaat bagi kesehatan tubuh


b. Karena NAPZA dapat menimbulkan ketidaksadaran dan

ketergantungan

c. Karena NAPZA belum jelas dampaknya

17) Berikut yang merupakan upaya pencegahan NAPZA adalah?

a. Menolak untuk berkumpul dengan keluarga

b. Menuruti ajakan teman sebaya untuk mencoba-coba

c. Menjalin pola komunikasi baik dengan orang tua

18) Berikut ini yang merupakan aktifitas yang dapat menghindarkan diri dari

NAPZA adalah?

a. Mengikuti kumpul-kumpul kegiatan sampai dini hari

b. Mengikuti forum pelatihan pencegahan NAPZA

c. Mengikuti aksi tawuran

19) Berikut yang bukan merupakan upaya pencegahan NAPZA adalah?

a. Mencari informasi tentang NAPZA melalui teman sebaya

b. Pola asuh orang tua yang baik

c. Mengikuti penyuluhan tentang NAPZA ke sekolah

20) Berikut yang merupakan perilaku upaya pencegahan NAPZA adalah?

a. Bergaul dengan sekelompok remaja yang pernah melakukan tindak

criminal

b. Mengadakan kelompok diskusi belajar dengan teman sebaya

c. Jarang berkomunikasi dengan orang tua


III. Kuesioner Pengetahuan Rokok

Isi pertanyaan dibawah sesuai dengan keadaan diri anda yang sebenarnya.

Berilah tanda (√) pada yang akan anda pilih.

No. Pertanyaan Benar Salah

1. Merokok merupakan aktivitas menghisap tembakau

yang dibakar

2. Salah satu Aspek dalam merokok adalah frekuensi

seringnya mengkonsumsi rokok

3. Lingkungan mempengaruhi aktivitas merokok

4. Merokok merupakan kebiasaan aktivitas tangan untuk

aktivitas merokok

5. Lama mengkonsumsi rokok merupakan salah satu

Aspek perilaku merokok

6. Usia seseorang menjadi faktor mengkonsumsi rokok

7. Merokok adalah sesuatu yang dilakukan seseorang

berupa membakar rokok

8. Intensitas atau jumlah rokok merupakan aspek merokok

9. Orang tua yang merokok cenderung mempunyai anak

merokok

10. Merokok menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh

orang – orang disekitarnya

11. Teman perokok menjadi pengaruh aktivitas merokok

12. Perilaku rokok dipengaruhi oleh iklan rokok


LAMPIRAN 4

SURAT IZIN STUDI PENDAHULUAN DAN PENGAMBILAN DATA


LAMPIRAN 5

HASIL PERBAIKAN SEMINAR PROPOSAL


LAMPIRAN 6

SURAT PENGANTAR KODE ETIK PENELITIAN


LAMPIRAN 7

BALASAN KODE ETIK PENELITIAN


LAMPIRAN 8

SURAT IZIN PENELITIAN


LAMPIRAN 9

LEMBAR BIMBINGAN SPSS


LAMPIRAN 10

ANALISA UNIVARIAT DAN BIVARIAT


LAMPIRAN 11

DOKUMENTASI PENELITIAN
LAMPIRAN 12

TURNITIN

Anda mungkin juga menyukai