Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

HNP (HERNIA NUCLEUS PULPOSUS)

Disusun oleh :
KELOMPOK 3
1. Adik N (120121) 8. Dwi O (120153) 15. Setyorini (120227)
2. Adung Y ( 120122) 9. Eri Arinta (120164) 16. Shinta A (120229)
3. Astri W (120126) 10. Hudiyanti (120177) 17. S.Anggriani (120234)
4. Dian Sri L (120144) 11. Iwung P (120187) 18. Suci N (120239)
5. Diana S (120146) 12. Kristiya 120191) 19. Supaati (120242)
6. Dika W (120147) 13. Kusmiyanti (120193) 20. Witha S (120255)
7. Dwi Ariastuti (120152) 14. Mirada C (120205) 21. Zumrotus S (120262)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES TELOGOREJO SEMARANG
TAHUN AJARAN 2022 / 2023
LAPORAN PENDAHULUAN HNP LUMBAL

1. KONSEP DASAR

A. DEFINISI
Hernia Nukleus Pulposus lumbal adalah perpindahan local dari diskus diluar batas
anatomis ruang intervertebralis yang menyebabkan nyeri, kelemahan atau mati rasa,
dan atau kesemutan pada distribusi myotomal atau dermatomal (Shahdevi Nandar K,
2023)
Penyalit Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah suatu keadaan dimana sering
mengalami rasa sakit pada ruas tulang belakang. HNP terjadi karena adanya nucleus
pulposus (bahan pengisi berupa zat yang kenyal seperti gell) yang keluar dari diskus
intervertebralis atau sendi tulang belakang (Herliana, Yuduhinono & Fitriyani, 2017)
Nyeri punggung bawah merupakan suatu gejala yang berkaitan dengan lebih dari
60 kondisi medis. Hernia Nucleus Pulposus (HNP) lumbal merupakan penyakit
degenerasi spinal yang paling sering menyebabkan 30% hingga 80% dari kasus
terjadi pada semua diskus intervertebralis. Namun yang paling sering terjadi adalah di
segmen lumbosakral, tepatnya di diskus intervertebralis L5 – S1. (Nova, Octaviani &
Julianti, 2016)

B. ETIOLOGI
Degenerasi diskus biasanya berhubungan dengan herniasi diskus. Pada usia tua
fibrokondrosit diskus mengalami penuaan dan penurunan produksi proteoglikan.
Pengurangan proteoglikan ini menyebabkan dehidrasi dan kolaps diskus,
meningkatkan ketegangan pada annulus fibrosus, mengakibatkan robekan dan fissura,
dan akibatnya menimbulkan herniasi nucleus pulposus. Oleh karena itu, ketika
stressor mekanis berulang terjadi pada diskus selanjutnya akan menimbulkan gejala
bertahap yang cenderung kronis. Di sisi lain, kelebihan beban aksial menerapkan
gaya biomekanik yang besar pada diskus yang sehat, yang dapat mengakibatkan
ekstrusi bahan diskus melalui annulus fibrosus yang gagal. Cedera tersebut biasanya
mengakibatkan gejala akut yang lebih parah. Penyebab lain yang kurang umumadalah
gangguan jaringan ikat dan kelainan bawaan seperti pedikel pendek.

C. KLASIFIKASI
Menurut tempat terjadinya HNP terbagi atas :
1. Hernia Lumbosacralis
Penyebab terjadiya lumbal menonjol keluar, biasanya oleh kejadian luka
posisi fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhya pada pasien non trauma
adalah kejadian yang berulang. Bersin, gerakan tiba – tiba biasa dapat
menyebabkan nucleus pulposus prolaps, mendorong ujungnya dan
melemahkan annulus posterior, Lebih sering, fragmen dari nucleus pulposus
menonjol sampai pada celah annulus, biasanya pada satu sisi atau lainnya
(kadang – kadang di tengah), dimana mereka mengenai menimpa sebuah
serabut atau beberapa serabut saraf.
2. Hernia Servikalis
Keluhan utama nyeri radikuler pleksus servikobrakhialis. Penggerakan
kolumna vertebralis servikal menjadi terbatas, sedang kurvatural yasng
normal menghilang. Otot – otot leher spastic, kaku kuduk, refleks biseps yang
menurun atau menghilang. Hernia ini menonjol keluar posterolateral
mengakibatkan tekanan pada pangkal saraf, hal ini menghasilkan nyeri radikal
yang mana selalu diawali gejala – gejala dan mengacu pada kerusakan kulit.
3. Hernia Thorakalis
Hernia ini jarang terjadi dan selalu berada di garis tengah hernia. Gejala –
gejalanya terdiri dari nyeri radikal pada tingkat lesi yang parestesis. Hernia
dapat menyebabkan melemahnya anggota tubuh bagian bawah, membuat
kejang paraparese kadang – kadang serangannya mendadak dengan
paraparese. Penonjolan pada sendi intervertebral thorakal masih jarang terjadi
(menurut love dan schorm 0,5% dari semua operasi menunjukkan penonjolan
sendiri)
D. PATOFISIOLOGI
Daerah lumbal adalah daerah yang paling sering mengalami herniasi pulposus,
kandungan air diskus berkurang bersamaan dengan bertambahnya usia. Selain itu
serabut menjadi kotor dan mengalami hialisasi yang memantu perubahan yang
mengakibatkan herniasi nucleus pulposus melalui annulus dengan menekan akar –
akar saraf spinal. Pada umumnya herniasi paling besar kemungkinan terjadi di bagian
kolumna yang lebih mobil ke yang yang kurang mobil (Perbatasan Lumbo Sakralis
dan Servikothorakalis, 1991)
Sebagian besar dari HNP terjadi pada lumbal antara L4 - L5, atau L5 – S1, arah
herniasi yang paling sering adalah posterolateral. Karena radiks saraf pada daerah
lumbal miring ke bawah sewaktu berjalan keluar melalui foramen neuralis, maka
herniasi diskus antara L5 dan S1.
Perubahan degenerative pada nucleus pulposus disebabkan oleh pengurangan
kadar protein yang berdampak pada peningkatan kadar cairan sehingga tekanan intra
distal meningkat, menyebabkan rupture pada annulus dengan stress yang relative
kecil.
Sedang M. Istiadi (1986) mengatakan adanya trauma baik secara langsung atau
tidak langsung pada diskus intervertebralis akan menyebabkan kompresi hebat dan
herniasi nucleus pulposus (HNP). Nucleus yang tertekan hebat akan mencari jalan
keluar dan melalui robekan annulus fibrosus mendorong ligamentum longitudinal
terjadilah herniasi.
Progresifitas suatu HNP secara garis besarnya dapat disimpulkan sebagai berikut
1) Protrusi : selama tahap pertama nucleus pulposus menjadi lemah akibat
perubahan kimia dari diskus yang dipengaruhi oleh usia
2) Prolaps : pada tahap ini, bentuk atau posisi dari diskus berubah.
Pembengkakan ringan atau protusi mulai terbentuk, yang dapat mulai
mendesak sumsum tulang belakang
3) Ekstrusi : pada tahap ekstrusi, gell nucleus pulposus memecahkan dinding
lemah dari annulus fibrosus tetapi masih didalam diskus
4) Sequestrasi : pada fasse yang terakhir ini, nucleus pulposus memecahkan
annulus fibrosus bahkan keluar dari diskus ke kanalis spinalis.
E. PATHWAY

Trauma baik secara langsung/tdk Bertambahnya usia


langsung pd diskus invertebralis

Sobeknya anulus fibrosus Kandungan air diskus berkurang


serabut menjadi kotor dan hialisasi

Nucleus yang tertekan


hebat mencari jalan keluar Menekan akar saraf spinal

Mendorong ligamentum
longitudinal

Herniasi Nucleus Pulposus

Pelepasan bradikinin Spasme otot

Aktivasi nosiseptor Kesulitan / hambatan


melakukan pergerakan

Dorsal column

Gangguan mobilitas fisik


Thalamus

Kortex cerebri

Respon nyeri pada punggung


Kelemahan neuromuskuler
bagian bawah, nyeri sepanjang
tungkai, dsb

Nyeri

Merangsang sistem
Merangsang korteks serebral
aktivasi retikuler (SAR) Sulit tidur Gangguan pola tidur
untuk meningkatkan
untuk menurunkan
pengeluaran serotonin
pengeluaran serotonin
F. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Rusmayanti MY, JPHV 2023, gejala khas HNP lumbal adalah :
1. Nyeri punggung bawah dan nyeri radikular, serta defisit sensori
2. Keluhan pada kandung kemih, pencernaan dan disfungsi seksual ditemukan
pada kasus yang parah yaitu pada Sindrom Cauda Equina (CES)
3. Nyeri punggung bawah lokal yang meningkat dibawah tekanan dan beban
aksial
4. Nyeri yang menyebar dari tulang belakang bagian bawah di sepanjang daerah
gluteal dan bagian belakang paha atas dan betis, serta ke kaki
5. Gangguan reflex dan gangguan sensorik (hipestesia, hiperalgesia) dan
kelemahan motorik
6. Nyeri sakral atau bokong yang menjalar ke paha posterolateral, betis, plantar
atau kaki lateral.
Menurut (Yusuf 2017) gejala yang sering ditimbulkan akibat HNP adalah :
1. Nyeri punggung bawah, nyeri pada bokong, rasa kaku atau tertarik pada
punggung bawah
2. Nyeri yang menjalar atau rasa kesterum dan dapat disertai baal, yang
dirasakan dari bokong menjalar ke daerah paha, betis sampai kaki, tergantung
bagian saraf mana yang terjepit, rasa nyeri sering ditimbulkan setelah
melakukan aktivitas yang berlebihan
3. Kelemahan anggota badan bawah tungkai bawah yang disertai dengan
mengecilnya otot – otot tungkai bawah dan hilangnya reflex tendon patella
(KPR) dan atchilles (APR), bila mengenai conus atau cauda equina dapat
terjadi gangguan defekasi, miksi dan fungsi seksual
Bila stress vertical yang kuat mengenai kolumna vertebra maka nukleus pulposus
dapat menonjol keluar melalui annulus fibrosus. Peregangan annulus fibrosus,
yang berbentuk cincin dan kaya mervasi nosiseptor, memyebabkan nyeri
yang sangat hebat sebagai nyeri punggung bawah yang terlokalisir. Sementara
itu, karena peregangan yang sangat kuat, annulus fibrosus bisa rupture atau
pecah sehingga material diskus akan ekstrusi dan dapat menekan radiks saraf
menimbulkan nyeri dirasakan sebagai nyeri radikuler (Jennie,
2010)
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Foto polos
HNP tidak dapat ditegakkan dengan pemeriksaan foto polos biasa, karena
pada foto polos tidak jelas. Kemungkinan yang terlihat adalah hilangnya
lordosis lumbal, skoliosis, penyempitan intervertebralis dan perkapuran dalam
diskus, dapat digunakan utuk mengesampingkan kecurigaan patologis lain
seperti tumor atau osteomyelitis.
2. Mielography
Adalah suatu pemeriksaan radiologis dengan tujuan melihat struktur kanalis
spinalis dengan memakai kontras. Mielgraphy hanya dapat mendiagnosis
sebagian kecil kasus HNP (6%), karena mielography tidak sensitif pada kasus
HNP dengan grade awal.
3. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
MRI merupakan pemeriksaan gold standard untuk HNP lumbalis, selain itu
MRI juga dapat mendeteksi kelainan jaringan lunak, seperti otot, tendon,
ligament dan diskus intervetebralis serta edema yang terjadi di sekitar HNP.
MRI mempunyai akurasi 7 – 80%, sehingga pada grade awalpun dapat terlihat
dengan MRI.
Penunjang lainnya :
 Darah rutin : tidak spesifik
 Urine rutin : tidak spesifik
 Liquor cerebrospinalis : biasanya normal, jika terjadi blok akan didapatkan
peningkatan kadar protein ringa dengan adanya penyakit diskus kecil
manfaatnya untuk diagnosis
 Myelogram : mungkin disarankan untuk menjelaskan ukuran dan lokasi dari
hernia. Bila operasi diperimbangkan maka myelogram dilakukan untuk
menentukan tingkat protrusi diskus
H. KOMPLIKASI
Kebanyakan komplikasi HNP berupa komplikasi pasca operasi
1. Komplikasi potensial untuk pendekatan anterior
a. Cedera arteri carotis atau arteri vertebral
b. Disfungsi saraf laringeus berulang
c. Perforasi esofagus
d. Obstruksi jalan nafas
2. Komplikasi potensial untuk pendekatan posterior
a. Retraksi / kontusio salah satu struktur
b. Kelemahan otot – otot yang dipersarafi radiks saraf atau medula
3. Komplikasi bedah diskus
a. Terjadi pengulangan herniasi pada tempat yang sama atau tempat lain
b. Radang pada membrane arachnoid
c. Rasa nyeri seperti terbakar pada daerah belakang bagian bawah yang
menyebar ke daerah bokong
d. Sayatan dapat meninggalkan perlekatan dan jaringan parut di sekitar
saraf spinal dan dura, yang akibat radang dapat menyebabkan neurotic
kronik atau neurofibrosi
e. Cedera syaraf dan jaringan
f. Sindrom diskus gagal (pegal berulang pada pinggul setelah disektomi
lumbal) dapat menetap dan biasanya menyebabkan ketidakmampuan

I. PENATALAKSANAAN
1. Terapi konservatif
Tujuan terapi konservatif dalah mengurangi iritasi saraf, memperbaiki kondisi
fisik pasien dan melindungi dan meningkatkan fungsi tulang punggung secara
keseluruhan. Perawatan utama untuk diskus hernia adalah diawali dengan
istirahat dengan obat – obatan untuk nyeri dan anti inflamasi, diikuti dengan
terapi fisik. Beberapa dari penderita butuh untuk terus mensdapat perawatan
lebih lanjut yang meliputi injeksi steroid atau pembedahan.
Terapi konservatif meliputi :
a. Tirah baring
Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan
intradiskal, lama yang dianjurkan adalah 2 – 4 hari. Tirah baring
terlalu lama akan menyebabkan otot melemah. Pasien dilatih secara
bertahap untuk kembali ke aktifitas biasa.
Posisi tirah baring yang dianjurkan adalah dengan menyandarkan
punggung, lutut dan punggung bawah pada posisi sedikit fleksi. Fleksi
ringan dari vertebra lumbosakral akan memisahkan permukaan sendi
dan memisahkan aproksimasi jaringan yang meradang.
b. Medikamentosa
1) Analgetik dan NSAID
2) Pelemas otot : digunakan untuk mengatasi spasme otot
3) Opioid : tidak terbukti lebih efektif dari analgetik biasa.
Pemakaian jangka panjang dapat menyebabkan ketergantungan
4) Kortikosteroid oral : pemkaian masih menjadi kontroveresi
namun dapat dipertimbangkan pada kasus HNP berat untuk
mengurangi inflamasi
5) Analgetik ajuvan : dipakai pada HNP kronis
c. Terapi fisik
1) Traksi pelvis
Menurut panel penelitian di Amerika dan Inggris traksi pelvis
tidak terbukti bermanfaat
2) Diatermi / kompres panas / dingin
Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi
dan spasme otot. Keadaan akut biasanya dapat digunakan
kompres dingin, termasuk bila terdapat edema. Untuk nyeri
kronik dapat digunakan kompres panas maupun dingin
3) Korset lumbal
Korset lumbal tidak bermanfaat pada HNP akut namun dapat
digunakan untuk mencegah timbulnya eksaserbasi akut atau
nyeri HNP kronis. Sebagai penyangga korset dapat mengurangi
beban diskus serta dapat mengurangi spasme
4) Latihan
Direkomdasikan melakukan latihan dengan stress minimal
punggung seperti jalan kaki / naik sepeda atau berenang.
Latihan lain berupa keleneturan dan penguatan. Latihan
bertujuan untuk memelihara fleksibilitas fisiologik, kekuatan
otot, mobilitas sendi dan jaringan lunak. Dengan latihan dapat
terjadi pemanjangan otot, ligament dan tendon sehingga aliran
darah semakin meningkat
5) Proper body mechanics
Pasien perlu mendapat pengetahuan mengenai sikap tubuh
yang baik untuk mencegah terjadinya cedera maupuan nyeri.
Beberapa prinsip dalam menjaga posisi punggung adalah
sebagai berikut :
 Dalam posisi duduk dan berdiri, otot perut
ditegangkan,punggung tegak dan lurus. Hal ini akan
menjaga kelurusantulang punggung
 Ketika akan turun dari tempat tidur posisi punggung
didekatkan ke pinggir tempat tidur. Gunakan tangan
dan lengan untuk mengangkat panggul dan berubah ke
posisi duduk. Pada saat akan berdiri tumpukan tangan
pada paha untuk membantu posisi berdiri
 Posisi tidur gunakan tangan untuk membantu
mengangkat dan menggeser posisi panggul
 Saat duduk, lengan membantu menyangga badan. Saat
akan berdiri badan diangkat dengan bantuan tangan
sebagai tumpuan
 Saat mengangkat sesuatu dari lantai, posisi lutut ditekuk
seperti hendak jongkok, punggung tetap dalam
keadaaan lurus dengan mengencangkan otot perut.
Dengan punggung lurus, beban diangkat dengan cara
meluruskan kaki. Beban yang diangkat dengan tangan
diletakkan sedekat mungkin dengan dada
 Jika hendak berubah posisi, jangan memutar badan.
Kepala, punggung dan kaki harus berubah posisi secara
bersamaan
 Hindari gerakan yang memutar vertebra. Bila perlu
ganti WC jongkok dengan WC duduk sehingga
memudahkan gerakan dan tidak membebani punggung
saat bangkit
6) Injeksi steroid epidural
Sebuah meta analisis yang mencakup semua strategi
pengobatan untuk nyeri skiatik menyimpulkan bahwa suntikan
epidural lebih unggul daripada suntikan intradiskal, discectomy
perkutan, traksi, terapi fisik / latihan, pengobatan grekuensi
radio dan kemonucleolisis dalam hal respon keseluruhan atau
pemulihan secara keseluruhan

2. Terapi operatif
Terapi bedah beguna untuk menghilangkan penekanan dan iritasi saraf
sehingga nyeri dan gangguan fungsi akan hilang. Tindakan operatif HNP
harus berdasarkan alasan yang kuat yaitu berupa :
• Defisit neurologic memburuk
• Gangguan otonom (miksi, defekasi, seksual)
• Paresis otot tungksi bswah
a. Laminectomy
Laminectomy yaitu tindakan operatif membuang lamina vertebralis,
dapat dilakukan sebagai dekompresi terhadap radiks spinalis yang
tertekan atau terjepit oleh protrusi nucleus pulposus
b. Discectomy
Pada discectomy sebagian dari didskus intervertebralis diangkat untuk
mengurangi tekanan terhadap nervus. Discectomy digunakan untuk
memindahkan bagian yang menonjol dengan general anesthesia.
Hanya sekitar 2 – 3 hari tinggal di RS. Akan dianjurkan untuk berjalan
pada hari pertama setelah operasi untuk mengurangi resiko
pengumpulan darah. Untuk sembuh total memakan waktu beberapa
minggu. Jika lebih dari 1 diskus yang harus ditangani jika ada masalah
lain selain herniasi diskus. Operasi yang lebih ekstensif mungkin
diperlukan dan mungkin memerlukan waktu yang lebih lama untuk
sembuh (recovery)
c. Microdiscectomy
Pilihan operasi lainnya meliputi microdiscectomy, prosedur
memindahkan fragmen of nucleated disk melalui irisan yang sangat
kecil dengan menggunakan x-ray dan chemonucleosis.
Chemonucleosis meliputi injeksi enzim (yang disebut chymopapain)
ke dalam herniasi diskus untuk melarutkan substansi gelatin yang
menonjol. Prosedur ini merupakan salah satu alternatif discectoy pada
kasus – kasus tertentu

2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien dan penanggung jawab
HNP terjadi pada umur pertengahan, kebanyakan pada jenis kelamin pria dan
pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat barang berat atau mendorong
benda berat)
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama sering menjadi alasan klien untuk meminta
pertolongan kesehatan, biasanya berhubungan dengan adanya
gangguan seperti nyeri punggung / pinggang hebat, kelemahan
anggota gerak, kesemutan
Nyeri pada punggung / pinggang bawah
P : trauma (mengangkat atau mendorong benda berat)
Q : sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut,
seperti kena api, nyeri tumpul atau kemeng yang terus
menerus. Penyebaran nyeri apakah bersifat nyeri radicular
atau nyeri acuan (referred pain). Nyeri tadi bersifat menetap,
atau hilang timbul, makin lama makin nyeri
R : letak lokasi nyeri menunjukkan nyeri dengan setepat-tepatnya
sehingga letak nyeri dapat diketahui dengan cermat
S : pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh berkaitan dengan
aktivitas tubuh, posisi yang bagaimana yang dapat
meredakan rasa nyeri dan memperberat nyeri.
Pengaruh pada aktivitas yang menimbulkan rasa nyeri seperti
berjalan, turun tangga, menyapu, gerakan yang mendesak.
Obat- obatan yang sedang diminum seperti analgetik,
berapa lama diminumkan.
T : sifatnya akut, sub akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat
menetap, hilang timbul, makin lama makin nyeri
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Adanya riwayat trauma akibat mengangkat atau mendorong benda
yang berat. Pengkajian yang didapat meliputi keluhan paraparesis
falasid, parestesia dan retensi urin. Keluhan nyeri pada punggung
bawah di tengah abira bokong dan betis, belakang tumit dan telapak
kaki. Klien sering mengeluh kesemutan (parestesia) atau baal bahkan
kekuatan otot menurun sesuai dengan distribusi persarafan yang
terlibat. Pengkajian riwayat menstruasi, adneksitis dupleks kronil,
yang juga menimbulkan nyeri punggung bawah yang keluhan hampir
mirip dengan keluhan nyeri HNP sangat diperlukan agar penegakan
masalah klien lebih komprehensif dan memberikan dampak terhadap
intervensi keperawatan selanjutnya.
c. Riwayat Kesehatan Lalu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi apakah klien pernah
menderita TB tulang, osteomyelitis, keganasan (myeloma multiple),
metabolic (osteoporosis) yang sering berhubungan dengan peningkatan
resiko terjadinya HNP. Pengkajian lainnya untuk mendengar adanya
riwayat hipertensi, riwayat cedera tulang belakang sebelumnya, DM,
penyakit jantung, yang berguna sebagai tindakan lainnya untuk
menghindari komplikasi
d. Riwayat Kesehatan keluarga
Mengkaji adanya anggota generasi terdahulu yang mengalami
penyakit yang sama, hipertensi, penyakit jantung atau DM.

B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum dan kesadaran
Pada keadaan HNP umumnya tidak mengalami penurunan kesadaran. Kaji
hambatan pada pergerakan punggung, pelvis dan tungkai selam bergerak
2. Tanda – tanda vital
Adanya perubahan tanda – tanda vital, contohnya bradikardi yang
menyebabkan hipotensi yang berhubungan dengan penuruna aktivitas karena
adanya paraparese
3. Pemeriksaan head to toe / cephalo – caudal
a. Kulit
b. Kepala
c. Hidung

d. Mulut
Pemeriksaan rongga mulut dengan melakukan penilaian ada tidaknya
lesi pada mulut atau perubahan pada lidah dapat menunjukkan adanya
dehidrasi. Bagaimana dengan mukosa mulut nya.
e. Telinga
Pemerikssan telinga untuk melihat keadaan telinga, bersih / kotor
f. Leher
Apakah ada pembesaran kelenjar tiroid / tidak
g. Jantung
Jika tidak ada gangguan pada sistem kardiovaskuler, biasanya nadi
kualitas dan frekuensi nadi normal. Pada auskultasi tidak ditemukan
bunyi jantung tambahan.
h. Paru – paru
Jika tidak mengganggu sistem pernafasan biasanya didapatkan : pada
inspeksi tidak ada batuk, tidak ada sesak nafas dan frekuensi
pernafasan normal. Pada palpasi taktil fremitus seimbang kanan dan
kiri. Pada perkusi terdapat suara resonan pada seluruh lapang paru.
Pada auskultasi tidak terdengar bunyi nafas tambahan..
i. Abdomen
Pada inspeksi amati bentuk perut simetris / tidak, warna kulit, adanya
reetraksi, penonjolan, adanya asites. Pada auskultasi dilakukan pada
keempat kuadran abdomen, mendengarkan peristaltic usus selama 1
menit penuh (bising usus / peristaltik usus normal 5 – 30 x/mnt), jika
kurang dari itu / tidak ada samasekali kemungkinan ada ileus paralitik,
konstipasi, peritonitis atau obstruksi. Jika terdengar lebih dari normal
kemungkinan klien sedang mengalami diare. Pada palpasi apakah ada
massa dan respon nyeri tekan pada area kuadran abdomen. Pada
perkusi lakukan pada kesembilan regio abdomen, jika terdenganr
timpani berarti perkusi dilakukan diatas organ yang berisi udara, jika
terdengar pekak berarti perkusi mengenai organ padat.

j. Ekstremitas
Adanya kesulitan untuk beraktivitas dan menggerakkan badan karena
adanya nyeri, kelemahan, kehilangan sensori, serta mudah lelah
menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat.
Look. Kurvatura yang berlebihan, pndataran arkus lumbal, adanya
angulus, pelvis yang miring / asimetris, muskulatur paravertebral /
pantat yang asimetris dan postur tungkasi yang abnormal.
Feel. Ketika meraba kolumna vertebralis dicari kemungkinan adanya
deviasi ke lateral / antero posterior. Palpasi dari area dengan rasa nyeri
ringan kea rah yang paling terasa nyeri.
Move. Adany akesulitan / hambatan dalam melakukan pergerakan
punggung, pelvis dan tungkai selama bergerak.
4. Pemeriksaan neurologi
a. Pemeriksaan motorik
Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu jari
dan jari lainnya dengan menyuruh klien untuk melakukan gerak fleksi
dan ekstensi dengan menahan gerakan.Atropi otot pada
maleolus atau kaput fibula dengan membandingkan kanan-
kiri.Fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada
otot-otot tertentu.
b. Pemeriksaan sensorik
Pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar
(vibrasi) untuk menentukan dermaton mana yang terganggu sehingga
dapat ditentukan pula radiks mana yang terganggu.
c. Pemeriksaan reflek
Refleks lutut / patella / hammer (klien berbaring, duduk dengan
tungkai menjuntai), pada HNP lateral di L4-5 refleks negatif.
Refleks tumit achiles (klien dalam posisi berbaring, lutut posisi fleksi,
tumit diletakkan diatas tungkai yang satunya dan ujung kaki
ditahan dalam posisi dorsofleksi ringan, kemudian tendon
achiles dipukul. Pada HNP lateral 4-5 refleks ini negatif.

5. Pengkajian fungsi serebral


Status mental : Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi
wajah dan aktifitas motoric klien. Pada klien yang telah lama menderita HNP
biasanya status mental klien mengalami perubahan
6. Pengkajian saraf kranial
Pengkajian ini meliputi pengkajian saraf kranial I – XII antara lain :
• Saraf I : Biasanya pada klien HNP tidak ada kelainan pada fungsi
penciuman.
• Saraf II : Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal.
• Saraf III, IV dan VI : Biasanya tidak mengalami gangguan mengangkat
kelopak mata, pupil isokor.
• Saraf V : Pada klien HNP umumnya tidak didapatkan paralisis pada otot
wajah dan reflek kornea biasanya tidak ada kelainan.
• Saraf VII : Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris.
• Saraf VIII : Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
• Saraf IX dan X : Kemampuan menelan baik.
• Saraf XI : Tidak ada otrofi otot sternokleido mastoideus dan trapecius
• Saraf XII : Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi tidak ada
fasikulasi. Indra pengecapan normal
7. Pemeriksaan ROM (Range Of Motion)
Pemeriksaan ini dapat dilakukan aktif atau pasif untuk memperkirakan derajat
nyeri, function laesa, atau untuk memeriksa ada / tidaknya penyebaran
nyeri

C. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN


Menurut Gordon (2002) pengkajian pola kesehatan fungsional sebagai berikut
1. Pola persepsi managemen kesehatan
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan kesehatan, persepsi
terhadap arti kesehatan dan pelaksanaan kesehatan, kemampuan menyusun
tujuan, pengetahuan tentang praktek kesehatan.

2. Pola nutrisi - metabolik


Menggambarkanmasukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit, nafsu makan,
pola makan, diet, fluktuasi berat badan (BB) dalam 6 bulan terakhir, kesulitan
menelan, mual / muntah, kebutuhan jumlah zat gizi, masalah paenyembuhan
kulit, makanan kesukaan.
3. Pola eliminasi
Menjekaskan pola fungsi ekskresi, kandung kemih dan kulit, kebiasaan
defekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalah miksi (oliguri, disuri, dll),
penggunaan kateter, frekuensi defekasi dan miksi, karakteristik urine dan
feses, pola input cairan, imfeksi saluran kemih, masalah bau badan, perspirasi
berlebih, dll
4. Pola aktivitas dan latihan
Menggambarkan aktivitas, pola latihan, fungsi pernafasan dan sirkulasi.
Pentingnya latihan / gerak dalam keadaan sehat dan sakit, gerak tubuh dan
kesehatan berhubungan satu sama lain.
Kemampuan klien dalam menata diri apabila tingkat kemampuan
0 : mandiri
1 : dengan alat bantu
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu orang dan alat
4 : tergantung dalam melakukan ADL
Kekuatan otot dan Range Of Motion (ROM), riwayat penyakit jantung,
frekuensi, irama dan kedalaman nafas, bunyi nafas, riwayat penyakit paru.
5. Pola persepsi kognitif
Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif, pola persepsi sensori meliputi
pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan, pembau dan
kompensasinya terhadap tubuh, sedangkan pola kognitif didalamnya
mengandung kemampuan daya ingat klien terhadap peristiwa yang telah lama
terjadi atau baru terjadi dan kemampuan orientasi klien terhadap waktu,
tempat dan nama (orang atau benda lain). Tingkat pendidikan, persepsi nyeriu
dan penanganan nyeri, kemampuan untuk menikuti, menilai nyeri skala 0 –
19, pemakaian alat bantu dengar, melihat, kehilangan bagian tubuh atau
fungsinya, tingkat kesadaran, orentasi pasien, adakah gangguanpenglihatan,
pendengaran, persepsi sensori (nyeri), penciuman, dll.
6. Pola persepsi dan konsep diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap kemampuan.
Kemampuan konsep diri antara lain gambaran diri, harga diri, peran, identitas
dan ide diri sendiri. Manusia sebagai sstem terbuka dimana keseluruhan
bagian manusia akan berinteraksi dengan lingkungannya. Disamooing sebagai
sistem terbuka, manusia juga sebagai makhluk bio-psiko-sosio-kultural-
spiritual dan dalam pandangan secara holistic. Adanya kecemasan, ketakutan
dan penilaian terhadap diri, dampak sakit terhadap diri, kontak mata, aktif atau
pasif, isyarat non verbal, ekspresi wajah, merasa tak berdaya, gugup atau
relaks.
7. Pola istirahat – tidur
Menggambarkan pola tidur, istirahat dan persepsi tentang energi. Jumlah jam
tidur pada siang dan malam, masalah selama tidur, insomnia atau mimpi
buruk, penggunaan obat dan mengeluh letih
8. Pola peran dan hubungan
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap anggota
keluarga dan masyarakat, tempat tinggal klien, tidak punya rumah, pekerjaan,
tingkah laku yang pasif atau agresif terhadap orang lain, masalah keuangan,
dll.
9. Pola reproduksi – seksual
Menggambarkan kepuasan atau masalah yang actual atau dirasakan dengan
seksualitas. Dampak sakit terhadap seksualitas, riwayat haid, pemeriksaan
mammae sendiri, riwayat penyalit berhubungan dengan sex, pemeriksaan
genital
10. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stres dan penggunaansistem
pendukung. Penggunaan obat untuk menangani stress, interaksi dengan orang
terdekat, menangis, kontak mata, mekanisme koping yang biasa digunakan,
efek penyakit terhadap tingkat stress.
11. Pola keyakinan dan nilai (sistem nilai kepercayaan)
Pengkajian psikologis klien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan
perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi,
kognitif dan perilaku klien. Mekanisme koping yang digunakan oleh klien
juga penting untuk dikaji guna memulai respon emosi klien terhadap penyakit
yang dideritanya oleh perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat
serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari – hari baik dalam
keluarga ataupun masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul pada klien,
yaitu timbul seperti ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal dan pandangan
terhadap dirinya yang salah. Sedangkan pada pengkajian pola tata nilai dan
kepercayaan, klien biasanya jarang melakukan ibadah spiritual karena tingkah
laku yang tidak stabil dan kelemahan / kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
Karena klien harus menjalani rawat inap maka keadaaan ini member dampak
pola status ekonomi klien karena biaya perawatan dan pengobatan
memerlukan dana yang tidak sedikit. Biaya untuk pemeriksaan, pengobatan
dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga factor biaya
ini dapat mempengaruhi stabilisasi emosi dan pikiran klien dan keluarga.

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri kronis berhubungan dengan penekanan saraf ditandai dengan mengeluh
nyeri, tampak meringis, tidak mampu menuntaskan aktivitas (D.0078)
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular,
nyeri ditandai dengan nyeri saat bergerak, enggan melakukan pergerakan,
gerakan terbatas (D.0054)
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri ditandai dengan mengeluh
sering terjaga, mengeluh kemampuan beraktivitas menurun (D.0055)

E. INTERVENSI KEPERAWATAN
Perencanaan atau intervensimerupakan fungsi pemilihan berbagai alternatif tujuan,
kebijakan, prosedur dan program. Perencanaan juga merupakan alat ukur
pengembangan program pada periode berikutnya (Ali, 2010). Intervensi keperawatan
meliputi pengembangan strategi dsain untuk mencegah, mengurangi atau mengoreksi
masalah – masalah yang telah diidentifikasi pada diagnosis keperawatan (Nursalam,
2011)

NO DIAGNOSIS LUARAN INTERVENSI KEPERAWATAN

1 Nyeri kronis Luaran utama : Intervensi utama :


berhubungan dengan Tingkat nyeri (L.08066) Manajeman nyeri (I.08238)
penekanan saraf
ditandai dengan Setelah dilakukan tindakan Observasi :
mengeluh nyeri, keperawatan selama 3 x 24 jam  Identifikasi lokasi, karakteristik,
tampak meringis, tidak diharapkan nyeri dapat durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
mampu menuntaskan berkurang sampai dengan hilang nyeri
aktivitas (D.0078) dengan kriteria hasil :  Identifikasi skala nyeri
• Kemampuan menuntaskan  Identifikasi respon nyeri non verbal
aktivitas menjadi meningkat  Identifikasi pengaruh nyeri pada
• Keluhan nyeri menjadi kualitas hidup
menurun
• Meringis menjadi menurun Terapeutik :
 Berikan teknik non farmakologis
Luaran tambahan : untuk mengurangi rasa nyeri (misal
Kontrol nyeri (L.06063) TENS, kompres hangat/dingin,
• Melaporkan nyeri terkontrol terapi pijat)
menjadi meningkat  Pertimbangkan jenis dan sumber
• Kemampuan mengenali nyeri dalam pemilihan strategi
onset nyeri menjadi meredakan nyeri
meningkat
• Keluhan nyeri menjadi Edukasi :
menurun  Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
 Ajarkan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu

Intervensi pendukung :
Edukasi teknik napas (L.12452)

Observasi :
 Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi

Terapeutik :
 Sediakan materi dan media
pndidikan kesehatan
 Jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
 Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi :
 Jelaskan tujuan dan manfaat teknik
napas
 Jelaskan prosedur teknik napas
 Anjurkan memposisikan tubuh
senyaman mungkin (misal duduk,
baring)
 Anjurkan menutup mata dan
berkosentrasi penuh
 Ajarkan melakukan inspiprasi
dengan menghirup udara melalui
hidung secara perlahan
 Ajarkan melakukan ekspirasi dengan
menghembuskan udara mulut
mencucu secara perlahan
 Demonstrasikan menarik napas
selama 4 detik, menahan napas
selama 2 detik dan menghembuskan
napas selama 8 detik

2 Gangguan mobilitas Luaran utama : Intervensi utama :


fisik berhubungan Mobilitas fisik (L.05042) Dukungan ambulasi (I.06171)
dengan gangguan
neuromuskular, nyeri Setelah dilakukan tindakan Observasi :
ditandai dengan nyeri keperawatan selama 3 x 24 jam  Identifikasi adanya nyeri atau
saat bergerak, enggan diharapkan mobilitas fisik
melakukan pergerakan, meningkat dengan kriteria hasil : keluhan fisik lainnya
gerakan terbatas • Pergerakan ekstremitas  Identifikasi toleransi fisik
(D.0054) menjadi meningkat melakukan ambulasi
• Kekuatan otot menjadi  Monitor kondisi umum selama
meningkat melakukan ambulasi
• Nyeri menjadi menurun

• Rentang gerak (ROM)


menjadi meningkat Terapeutik :
 Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan
alat bantu
 Fasilitasi melakukan mobilisasi
fisik, jika perlu
 Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan
ambulasi

Edukasi :
 Jelaskan tujuan dan prosedur
ambulasi
 Anjurkan melakukan ambulasi dini
 Ajarkan ambulasi sederhana yang
harus dilakukan

Intervensi pendukung :
Terapi aktivitas (I.05186)

Observasi :
 Identifikasi defisit tingkat aktivitas
 Identifikasi kemampuan
berpartisipasi dalam aktivitas
tertentu
 Identifikasi sumber daya untuk
aktivitas yang diinginkan

Terapeutik :
 Fasilitasi focus pada kemampuan,
bukan defisit yang dialami
 Koordinasikan pemilihan aktivitas
yang sesuai usia
 Fasilitasi aktivitas fisik rutin (misal
ambulasi,mobilisasi dan perawatan
diri)

Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian terapi
analgetik dan relaxan

3 Gangguan pola tidur Luaran utama : Intervensi utama :


berhubungan dengan Pola tidur (L.05045) Dukungan tidur (I.05174)
nyeri ditandai dengan
mengeluh sering Setelah dilakukan tindakan Observasi :
terjaga, mengeluh keperawatan selama 3 x 24 jam  Identifikasi factor pengganggu tidur
kemampuan diharapkan kualitas dan  Identifikasi obat tidur yang di
beraktivitas menurun kuantitas tidur membaik dengan konsumsi
(D.0055) kriteria hasil :
• Keluhan sering terjaga Terapeutik :
menjadi menurun  Modifikasi lingkungan (matras dan
• Keluhan istirahat tidak cukup tempat tidur)
menjadi menurun  Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan (misal
pengaturan posisi, pijat)
 Sesuaikan jadwal pemberian obat
dan / atau tindakan untuk menunjang
siklus tidur

Edukasi :
 Ajarkan relaksasi otot autogenic atau
cara non farmakologis

Intervensi pendukung :
Terapi relaksasi (I.09326)

Observasi :
 Identifikasi teknik relaksasi yang
pernah efektif digunakan
 Monitor respons terhadap terapi
relaksasi

Terapeutik :
 Ciptakan lingkungan tenang dan
tanpa gangguan dengan pencahayaan
dan suhu ruangan nyaman, jika
memungkinkan
 Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetik atau
tindakan medis lain jika sesuai

Edukasi :
 Jelaskan tujuan, manfaat, batasan
dan jenis relaksasi yang tersedia
 Jelaskan secara terperinci jenis
relaksasi yang sesuai
 Anjurkan mengambil posisi nyaman
 Anjurkan rileks dan merasakan
sensasi relaksasi
 Anjurkan sering mengulang atau
melatih teknik yang dipilih
 Demonstrasikan dan latih teknik
relaksasi
DAFTAR PUSTAKA

Kusyati, E. 2006. Keterampilan dan prosedur laboratorium. Jakarta: EGC.


Magee, D.J. 2013. Orthopedic Physical Assement. Sixth Edition, W.B. Saunders Publication
Ltd.
Metules, T.J. 2007. Hands – on help practical tips for the bedside : Hot and cold packs. Health
Care Traveler, 14 (9), 36-40.
New York Chiropractice College. 2003. Cryotherapy. Physiological therapeutic. Educational
and Patient Care Protocols, 1-5.
Potter, P.A. & Perry, A.G. 2009. Fundamentals of nursing, fundamental keperawatan. Edisi
7, Buku 1 dan 2. Jakarta: EGC.
Price, A.S. & Wilson ML, 2005, Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit
(Pathophysiology: clinical consept of disease processes), eds. Hartanto, H, dkk, EGC,
Jakarta.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1,
Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai