Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA NUCLEUS PULPOSUS (HHP)

Disusun Oleh :
Kezia melson
2130702036

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BONEO
TARAKAN
2022/2023
I. Konsep Medis
A. Definisi
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah gangguan yang melibatkan ruptur

anulus pulposus (cincin luar diskus) sehingga nucleus pulposus menonjol

(mengalami herniasi) dan menekan akar saraf spinal, menimbulkan nyeri dan

mungkin deficit neurologic. Sebagian besar terjadi antara L4 dan L5, menekan

akar saraf L5 atau antara L5 dan S1, menekan akar saraf S1 (Amin Huda Nurarif

& Hardih Kusuma, 2015).

HNP adalah keadaan dimana terjadi penonjolan atau perubahan tempat bentuk

pada nukleus pulposus dalam diskus intervertebralis. Tulang belakang atau

kolumna veterbralis tersusun atas ruas ruang tulang belakang (korpus veterbralis)

yang dihubungkan oleh diskus veterbralis. Diskus-diskus ini membentuk sendi

fibrokartilago sehingga meningkatkan tulang belakang bergerak fleksibel. Diskus

ini juga berfungsi sebagai penyangga dan peredam kejut (Tarwoto, 2013).

Herniasi diskus interveterbralis atau disebut juga herniasi nukleus pulposus

(HNP) adalah keadaan yang diakibatkan oleh penonjolan nukleus pulposus dari

iskus kedalam anulus (cincin fibrosa disekitar diskus), yang disertai dengan

kompresi dari akar-akar saraf. Herniasi dapat terjadi dilumbal. Lumbosakral, regio

skapula, regio servikal, dan berbagai kolumna vertrbralis (Fransisca B. Baticaca,

2012).

Penyakit Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah suatu keadaan dimana

sering mengalami rasa sakit pada ruas-ruas tulang belakang. HNP terjadi karena

adanya nucleus pulposus (bahan pengisi berupa zat yang kenyal seperti gell) yang

keluar dari diskus intervertebralis atau sendi tulang belakang (Herliana,

Yudhinono , & Fitriyani, 2017).


B. Etiologi

Penyebab Hernia Nukleus Pulposus (HNP) terjadi karena perubahan

degeneratif yang mengakibatkan kurang lentur dan tipisnya nucleus pulposus yang

ditandai dengan adanya peningkatan usia. Annulus fibrosa akan mengalami

perubahan karena digunakan secara terus menerus. Akibatnya, annulus fibrosa

biasanya di daerah lumbal dapat menyembul atau pecah (Yusuf, 2017).

Hernia Nukleus Pulposus (HNP) timbul karena sobeknya annulus fibrosus

yang dipicu oleh suatu trauma derajat sedang dan terjadi secara berulang

mengenai discus intervertebralis. Gejala trauma yang dialami pasien pada

umumnya bersifat singkat, dan gejala yang disebabkan oleh cidera pada diskus

tidak terlihat selama beberapa bulan atau bahkan dalam beberapa tahun.

Kemudian pada generasi diskus kapsulnya mendorong ke arah medulla spinalis,

atau mungkin rupture dan memungkinkan nucleus pulposus terdorong terhadap

sakus doral atau terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal (Helmi,

2012).

Menurut (Herliana, Yudhinono , & Fitriyani, 2017) bahwa hal-hal yang

menyebabkan penyakit HNP antara lain :

1. Aktivitas mengangkat benda berat dengan posisi awalan yang salah

seperti posisi membungkuk sebagai awalan

2. Kebiasaan sikap duduk yang salah dalam rentang waktu yang sangat

lama. Hal ini sangat berpengaruh pada tulang belakang ketika kita sedang

membungkuk dalam posisi duduk yang kurang nyaman

3. Melakukan gerakan yang salah baik disengaja maupun tidak yang

sangat berpengaruh pada tulang dan menyebabkan tulang punggung mengalami

penyempitan sehingga terjadi trauma


4. Kelebihan berat badan (obesitas)

C. Klasifikasi

Hernia nucleus pulposus (HNP) di bagi menjadi :

1) Hernia nucleus pulposus (HNP) sentral

Akan menimbulkan paraparesis flasid, parestesia, dan retensi urine.

2) Hernia nucleus pulposus (HNP)

Rasa nyeri terletak pada punggung bawah, ditengah-tengah abtra pantat

dan belakang tumit dan telapak kaki. Di tempat itu juga akan terasa nyeri

tekan.

D. Patofisiologi

Penyebab utama terjadinya penyakit HNP karena adanya cedera yang diawali

dengan terjatuh atau trauma pada daerah lumbal, tetapi lebih sering terjadi karena

posisi menggerakkan tubuh yang salah. Pada posisi gerakan yang tidak tepat inilah,

sekat tulang belakang dan terdorong ke satu sisi sehingga pada saat itulah bila beban

yang mendorong cukup besar maka akan terjadi perobekan pada annulus pulposus

yaitu cincin yang melingkari nucleus pulposus dan mendorongnya merosot keluar

( JS, 2013).

Melengkungnya punggung kedepan akan menyebabkan menyempitnya atau

merapatnya tulang belakang bagian depan, sedangkan bagian belakang merenggang

sehingga nucleus pulposus akan terdorong ke belakang. Hanya prolapsus discus

intervertebralis yang terdorong ke belakang yang menimbulkan nyeri, sebab pada

bagian belakang vertebra terdapat serabut saraf spinal beserta akarnya, dan apabila

sampai tertekan oleh prolapsus discus intervertebralis akan menyebabkan nyeri yang

hebat pada bagian pinggang bahkan juga dapat menyebabkan kelumpuhan anggota

bagian bawah ( JS, 2013).


E. Manifestasi Klinis

Menurut (Yusuf, 2017) gejala yang sering ditimbulkan akibat HNP adalah:

1. Nyeri punggung bawah, nyeri daerah bokong, rasa kaku atau tertarik pada

punggung bawah

2. Nyeri yang menjalar atau seperti rasa kesetrum dan dapat disertai baal, yang

dirasakan dari bokong menjalar ke daerah paha, betis bahkan sampai kaki,

tergantung bagian saraf mana yang terjepit, rasa nyeri sering ditimbulkan setelah

melakukan aktifitas yang berlebihan

3. Kelemahan anggota badan bawah/tungkai bawah yang disertai dengan

mengecilnya otot-otot tungkai bawah dan hilangnya refleks tendon patella (KPR)

dan archilles (APR), bils mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi

gangguan defekasi, miksi, dan fungsi seksual.

Bila stress vertical yang kuat mengenai kolumna vertebra maka nucleus

pulposus dapat menonjol keluar melalui annulus fibrosus. Peregangan annulus

fibrosus, yang berbentuk cincin dan kaya inervasi nosiseptor, menyebabkan nyeri

yang sangat hebat sebagai nyeri punggung bawah yang terlokalisir. Sementara itu,

karena perengangan yang sangat kuat, annulus fibrosus bisa ruptur atau pecah

sehingga material diskus akan ekstrusi dan dapat menekan radiks saraf

menimbulkan nyeri dirasakan sebagai nyeri radikuler (Jennie, 2010).

F. Pemeriksaan Penunjang

Menurut nanda (2015) pemeriksaan yang dilakukan pada pasien HNP yaitu

meliputi :

- Pemeriksaan klinik, pada punggung, tungkai dan abdomen. Pemeriksaan rektal

dan vaginal untuk menyingkirkan kelainan pada pelvis.


- Pemeriksaan radiologis

a) Foto Rontgen

Untuk mengidentifikasi ruang antar vertebra menyempit.

b) Elektroneuromiografi (ENMG)

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui radiks mana yang terkena

dan untuk melihat adanya polineuropati.

c) Sken Tomografi

Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat gambaran vertebra dan jaringan

di sekitarnya termasuk diskusi intervertebralis.

d) RO Spinal

Pemeriksaan ini bertujuan untuk memperlihatkan perubahan degenerative

pada tulang belakang.

e) MRI (Magneting Resonance Imaging)

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui spinal lumbal.

f) CT Scan Dan Mielogram

Pemeriksaan ini dilakukan jika gejala klinis dan patologiknya tidak terlihat

pada pemeriksaan MRI.

- Pemeriksaan laboratorium

a) Pemeriksaan urine untuk menyingkirkan kelainan pada saluran kencing

b) Pemeriksaan darah

G. Penatalaksanaan

Menurut (Winata, 2014) untuk mempertahankan dan meningkatkan mobilitas,

menghambat progresivitas penyakit, dan mengurangi kecacatan. Penatalaksanaan

HNP yaitu:
1. Terapi konservatif meliputi tirah baring disertai obat analgetik dan obat pelemas

otot. Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan intradiskal,

pasien dilatih secara bertahap untuk kembali ke aktivitas biasa

2. Terapi non-medikamentosa berupa fisioterapi, diatermi, kompres panas dingin,

korset lumbal maupun traksi pelvis

Menurut (Kesumaningtyas, 2010) metode yang dapat digunakan untuk

penatalaksanaan HNP antara lain:

1. McKenzie Cervical Exercise

Metode yang dikembangkan oleh Robin Mc. Kenzie yaitu merupakan sebuah

latihan yang spesifik untuk tulang belakang. Spekulasi dari metode ini adalah

bahwa arah lentur berpusat pada rasa sakit yang justru sesuai dengan arah dimana

isi nucleus pulposus telah berpindah untuk menghasilkan gejala mekanis yang

merangsang annulus

2. Tancutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)

Dari pelaksanaan metode ini adalah untuk menurunkan nyeri pada pasien HNP.

Manfaat akhir metode ini yaitu mengurangi penggunaan obat-obatan, modulasi

respon nyeri penderita, dapat meningkatkan aktifitas fisik dan memodifikasi

perilaku nyeri, hasil dari penatalaksanaan nyeri dapat berupa perubahan dalam

penggunaan obat-obatan, jarak ketika berjalan, kekuatan otot, kelenturan otot,

toleransi ketika duduk, berdiri dan berjalan, perilaku sakit dan performance dalam

pekerjaan.

3. Shortwave Diathermy (SWD)

SWD yaitu medan elektromagnrtik frekuensi tinggi yang bersosialisasi untuk

memanaskan area. Teknik ini lebih efektif dalam memanaskan masa otot besar

dan mengakibatkan otot menahan panas lebih lama Dengan pemberian SWD akan
memberi efek berupa pengurangan nyeri dan memberi dampak rileksasi pada

jaringan otot dengan adanya pengurangan spasme otot terutama pada punggung

bawah.

H. Prognosis

Prognosis Hernia Nukleus Pulposus (HNP) pada pasien yang menjalani

operasi laminektomi memiliki angka mortalitas 0,3%. Pasien yang mendapat terapi

dini dan agresif memiliki prognosis keseluruhan yang lebih baik.

I. Komplikasi

Kebanyakan komplikasi HNP berupa komplikasi pasca operasi

a) Komplikasi potensial untuk pendekatan anterior

1) Cedera arteri carotid atau a vertebral

2) Disfungsi saraf laringeus berulang

3) Perforasi esofagus

4) Obstruksi jalan nafas

b) Komplikasi pendekatan posterior

1) Retraksi / kontusio salah satu struktur

2) Kelemahan otot-otot yang di persyarafi radiks saraf atau medulla

c) Komplikasi bedah diskus

1) Terjadi pengulangan herniasi pada tempat yang sama atau tempat lain.

2) Radang pada membra arachnoid

3) Rasa nyeri seperti terbakar pada daerah belakang bagian bawah yang

menyebar ke daerah bokon.

4) Sayatan dapat meninggalkan perlekatan dan jaringan parut di sekitar

saraf spinal dan dura, yang akibat radang dapat menyebabkan neurotic

kronik atau neurofibrosi


5) Cedera syaraf dan jaringan

6) Sindrom diskus gagal (pegal berulang pada pinggul setelah disektomi

lumbal) dapat menetapkan dan biasanya menyebabkan

ketidakmampuan.

II. Penyimpangan KDM


Perubahan degenerative & trauma

Repture diskus

Aliran darah ke diskus berkurang

Serabut anulus robek

Jepitan saraf spinal

B1 B3 B6

Reaksi peradangan Kerusakan jalur simpatetik


Blok saraf parasimpatis
desending

Kelumpuhan otot pernapasan Syok spinal


Jar.saraf medulla spinal
putus
hipoksemia Nyeri Akut

Paralis dan paralpegia

Pola nafas
tidak efektif
Gangguan mobilitas
fisik
III. Konsep Keperawatan

A. Pengkajian

1. Pengkajian data focus

Menurut (Astuti, YE., Setyorini, Y., Rifai, A. 2018)

a) Identitas meliputi nama, umur alamat, jenis kelamin, agama, diagnosa

medis.

b) Identitas penanggung jawab.

 Keluhan utama

Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan

Kesehatan adalah nyeri pada punggung bawah. Untuk lebih

lengkap pengkajian nyeri dengan pendekatan PQRST.

 Riwayat penyakit sekarang

 Riwayat penyakit dahulu

 Riwayat penyakit keluarga

 Pengkajian psikososiospiritual

c) Pemeriksaan fisik

 Keadaan umum

1) B1 (Breathing)

2) B2 (Blood)

3) B3 (Brain)

4) B4 (Bladder)

5) B5 (Bowel)

6) B6 (Bone)
B. Diagnosa keperawatan

Menurut (SDKI,2016)

a. Pola Nafas Tidak Efektif (D.0005)

b. Nyeri Akut (D.0077)

c. Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054)

C. Perencanaan

DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI

HASIL

Pola Nafas Tidak Efektif Setelah dilakukan a. Monitor pola nafas

(D.0005) intervensi keperawatan b. Monitor suara

selama 1 x 24 jam maka nafas tambahan

ventilasi tetap adekuat : c. Monitor sputum

Kriteria hasil : d. Pertahankan

- Frekuensi kepatenan jalan

nafas nafas

membaik. e. Posisikan semi

- Kedalaman fowler

nafas f. Berikan minuman

membaik hangat

- Penggunaan g. Lakukan

otot bantu fisioterapi dada,

nafas jika perlu.

menurun. h. Lakukan section

<15 detik

i. Berikan oksigen
jika perlu

j. Anjurkan asupan

cairan 2L/hari

k. Anjurkan batuk

efektif

l. Kolab

u/pemberian

bronkidilator,

ekspektoran,

mukolitik. Jika

perlu

Nyeri Akut Setelah dilakukan a. Identifikasi lokasi,

(D.0077) intervensi keperawatan karakteristik, durasi

selama 1 x 24 jam maka frekuensi, kualitas, intensitas

tingkat nyeri menurun : nyeri.

Kriteria hasil : b. Identifikasi skala nyeri

- Keluhan c. Identifikasi respon nyeri non

nyeri verbal

menurun. d. Monitor keberhasilan terapi

- Meringis komplementer

menurun. e. Berikan Teknik non

- Gelisah farmakologi.

menurun. f. Jelaskan penyebab nyeri,

periode dan pemicu nyeri

g. Jelaskan strategi meredakan


nyeri

h. Kolab u/pemberian analgesic

jika perlu

Gangguan Mobilitas Fisik Setelah dilakukan a. Identifikasi adanya nyeri arau

(D.0054) intervensi keperawatan keluhan fisik lainnya

selama 1 x 24 jam maka b. Identifikasi toleransi fisik

meningkatkan mobilitas melakukan ambulasi

fisik : c. Fasilitasi aktivitas ambulasi

Kriteria hasil : dg alat bantu

- Pergerakan d. Jelaskan tujuan dan prosedur

ekstermitas ambulasi

meningkat e. Anjurkan melakukan

- Nyeri ambulasi dini

menurun f. Anjurkan ambulasi sederhana

- Kecemasan yang harus dilakukan

menurun

D. Implementasi

Tindakan implementasi rencana yang telah dibuat. Dengan demikian

implementasi hanya dapat dilakukan jika terdapat sebuah rencana.

E. Evaluasi

Kegiatan dalam menilai Tindakan keperawatan yang telah ditentukan

untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur

hasil dari proses keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai