Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

HNP (Hernia Nukleus Pulposus)

A. Pengertian

Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penonjolan diskus inter vertabralis


dengan piotusi dan nukleus kedalam kanalis spinalis pumbalis mengakibatkan
penekanan pada radiks atau cauda equina.

HNP adalah suatu penekanan pada suatu serabut saraf spinal akibat dari herniasi
dan nucleus hingga annulus, salah satu bagian posterior atau lateral (Barbara C.Long,
2000).

B. Anatomi fisiologi

Medula spinalis merupakan jaringan saraf berbentuk kolum vertical tang


terbenteng dari dasar otak, keluar dari rongga kranium melalui foramen occipital
magnum, masuk kekanalis sampai setinggi segmen lumbal-2. medulla spinalis terdiri
dari 31 pasang saraf spinalis (kiri dan kanan) yang terdiri atas :

1. 8 pasang saraf cervical.


2. 15 pasang saraf thorakal.
3. 5 pasang saraf lumbal.
4. 5 pasang saraf sacral.
5. 1 pasang saraf cogsigeal.

Penampang melintang medulla spinalis memperlihatkan bagian bagian yaitu


substansia grisea (badan kelabu) dan substansia alba. Substansia grisea mengelilingi
kanalis centralis sehingga membentuk kolumna dorsalis, kolumna lateralis dan
kolumna ventralis. Kolumna ini menyerupai tanduk yang disebut conv. Substansia
alba mengandung saraf myelin (akson).

Kolumna vertebralis tersusun atas seperangkat sendi antar korpus vertebra yang
berdekatan, sendi antar arkus vertebra, sendi kortovertebralis, dan sendi sakroiliaka.
Ligamentum longitudinal dan discus intervertebralis menghubungkan korpus vertebra
yang berdekatan.

Diantara korpus vertebra mulai dari cervikalis kedua sampai vertebra sakralis
terdapat discus intervertebralis. Discus discus ini membentuk sendi fobrokartilago
yang lentur antara dua vertebra. Discus intervertebralis terdiri dari dua bagian pokok :
nucleus pulposus di tengah dan annulus fibrosus disekelilingnya. Discus dipisahkan
dari tulang yang diatas dan dibawanya oleh lempengan tulang rawan yang tipis.

Nucleus pulposus adalah bagian tengah discus yang bersifat semigetalin, nucleus
ini mengandung berkas-berkas kolagen, sel jaringan penyambung dan sel-sel tulang
rawan. Juga berperan penting dalam pertukaran cairan antar discus dan pembuluh-
pembuluh kapiler.

C. Etiologi
1. Trauma, hiperfleksia, injuri pada vertebra.
2. Spinal stenosis.
3. Ketidakstabilan vertebra karena salah posisi, mengangkat, dll.
4. Pembentukan osteophyte.
5. Degenerasi dan degidrasi dari kandungan tulang rawan annulus dan nucleus
mengakibatkanberkurangnya elastisitas sehingga mengakibatkan herniasi dari
nucleus hingga annulus.
D. Tanda dan gejala
1. Mati rasa, gatal dan penurunan pergerakan satu atau dua ekstremitas.
2. Nyeri tulang belakang
3. Kelemahan satu atau lebih ekstremitaS
4. Kehilangan control dari anus dan atau kandung kemih sebagian atau lengkap.

Gejala Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah adanya nyeri di daerah diskus
yang mengalami herniasasi didikuti dengan gejala pada daerah yang diinorvasi oleh
radika spinalis yang terkena oleh diskus yang mengalami herniasasi yang berupa
pengobatan nyeri kedaerah tersebut, matu rasa, kelayuan, maupun tindakan-tindakan
yang bersifat protektif. Hal lain yang perlu diketahui adalah nyeri pada hernia nukleus
pulposus ini diperberat dengan meningkatkan tekanan cairan intraspinal
(membungkuk, mengangkat, mengejan, batuk, bersin, juga ketegangan atau spasme
otot), akan berkurang jika tirah baring.

E. Patofisiologi

Daerah lumbal adalah daerah yang paling sering mengalami hernisasi pulposus,
kandungan air diskus berkurang bersamaan dengan bertambahnya usia. Selain itu
serabut menjadi kotor dan mengalami hialisasi yang membantu perubahan yang
mengakibatkan herniasi nukleus purpolus melalui anulus dengan menekan akar – akar
syaraf spinal. Pada umumnya harniassi paling besar kemungkinan terjadi di bagian
koluma yang lebih mobil ke yang kurang mobil (Perbatasan Lumbo Sakralis dan
Servikotoralis) (Sylvia,1991, hal.249).

Sebagian besar dari HNP terjadi pada lumbal antara VL 4 sampai L 5, atau L5
sampai S1. arah herniasi yang paling sering adalah posterolateral. Karena radiks saraf
pada daerah lumbal miring kebawah sewaktu berjalan keluar melalui foramena
neuralis, maka herniasi discus antara L 5 dan S 1.

Perubahan degeneratif pada nukleus pulpolus disebabkan oleh pengurangan kadar


protein yang berdampak pada peningkatan kadar cairan sehingga tekanan intra distal
meningkat, menyebabkan ruptur pada anulus dengan stres yang relatif kecil.

Sedang M. Istiadi (1986) mengatakan adanya trauma baik secara langsung atau
tidak langsung pada diskus inter vertebralis akan menyebabkan komprensi hebat dan
transaksi nukleus pulposus (HNP). Nukleus yang tertekan hebat akan mencari jalan
keluar, dan melalui robekan anulus tebrosus mendorong ligamentum longitudinal
terjadilah herniasi.

F. Pathway
G. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
a. Darahrutin
b. Cairan cerebrospinal
2. Foto polos lumbosakral dapat memperlihatkan penyempitan pada keeping sendi
3. CT scan lumbosakral : dapat memperlihatkan letak disk protusion.
4. MRI ; dapat memperlihatkan perubahan tulang dan jaringan lunak divertebra
serta herniasi.
5. Myelogram : dapat menunjukkan lokasi lesi untuk menegaska pemeriksaan fisik
sebelumpembedahan.
6. Elektromyografi : dapat menunjukkan lokasi lesi meliputi bagian akar saraf
spinal.
7. Epidural venogram : menunjukkan lokasi herniasi
8. Lumbal functur : untuk mengetahui kondisi infeksi dan kondisi cairan serebro
spinal.

H. Komplikasi
1. Kerusakan penanaman tulang setelah fusi spinal.
2. Infeksi lukakarena tindakan pembedahan HNP.
3. Kerusakan penanaman tulang setelah fusi spinal

I. Penatalaksanaan
1. Konservatif bila tidak dijumpai defisit neurologik :
a. Tidur selama 1 – 2 mg diatas kasur yang keras
b. Exercise digunakan untuk mengurangi tekanan atau kompresi saraf.
c. Terapi obat-obatan : muscle relaxant, nonsteroid, anti inflamasi drug dan analgetik.
d. Terapi panas dingin.
e. Imobilisasi atau brancing, dengan menggunakan lumbosacral brace atau korset
f. Terapi diet untuk mengurangi BB.
g. Traksi lumbal, mungkin menolong, tetapi biasanya resides
h. Transcutaneus Elektrical Nerve Stimulation (TENS).
2. Pembedahan
a. Laminectomy hanya dilakukan pada penderita yang mengalami nyeri menetap
dan tidak dapat diatasi, terjadi gejala pada kedua sisi tubuh dan adanya
gangguan neurology utama seperti inkontinensia usus dan kandung kemih serta
foot droop.
b. Laminectomy adalah suatu tindakan pembedahan atau pengeluaran atau
pemotongan lamina tulang belakang dan biasanya dilakukan untuk memperbaiki
luka pada spinal.
c. Laminectomy adalah pengangkaan sebagian dari discus lamina (Barbara C.
Long, 1996).
d. Laminectomy adalah memperbaiki satu atau lebih lamina vertebra, osteophytis,
dan herniated nucleus pulposus.

J. Pengkajian
1. Identitas
HNP terjadi pada umur pertengahan, kebanyakan pada jenis kelamin pria dan
pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat baran berat atau mendorong benda
berat).
2. Keluhan Utama
Nyeri pada punggung bawah :
P, trauma (mengangkat atau mendorong benda berat).
Q, sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut, seperti kena api,
nyeri tumpul atau kemeng yang terus-menerus. Penyebaran nyeri apakah bersifat
nyeri radikular atau nyeri acuan (referred fain). Nyeri tadi bersifat menetap, atau
hilang timbul, makin lama makin nyeri .
R, letak atau lokasi nyeri menunjukkan nyeri dengan setepat-tepatnya sehingga letak
nyeri dapat diketahui dengan cermat.
S, Pengaruh posisi tubuh atau atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas tubuh,
posisi yang bagaimana yang dapat meredakan rasa nyeri dan memperberat nyeri.
Pengaruh pada aktivitas yang menimbulkan rasa nyeri seperti berjalan, turun
tangga, menyapu, gerakan yang mendesak. Obat-obatan yang ssedang diminum
seperti analgetik, berapa lama diminumkan.
T Sifanya akut, sub akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap, hilang
timbul, makin lama makin nyeri.
3. Riwayat Keperawatan
a.Apakah klien pernah menderita Tb tulang, osteomilitis, keganasan (mieloma
multipleks), metabolik (osteoporosis).
b.Riwayat menstruasi, adneksitis dupleks kronis, bisa menimbulkan nyeri punggung
bawah.
4. PemeriksaanFisik
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum :Pemeriksaan tanda-tanda vital, dilengkapi pemeriksaan
jantung,paru-paru, perut.
 Inspeksi
Inspeksi punggung, pantat dan tungkai dalam berbagai posisi dan gerakan
untuk evalusi neyurogenik.
Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal,adanya angulus, pelvis
yang miring/asimitris, muskulatur paravertebral atau pantat yang asimetris,
postur tungkai yang abnormal.
Hambatan pada pegerakan punggung , pelvis dan tungkai selama begerak.
Klien dapat menegenakan pakaian secara wajar/tidak.
Kemungkinan adanya atropi, faskulasi, pembengkakan, perubahan warna
kulit.
 palpasi dan perkusi
Paplasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau halus sehingga
tidak membingungkan klien.
Paplasi pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah yang paling
terasanyeri.
Ketika meraba kolumnavertebralis dicari kemungkinan adanya deviasi ke
lateral atau antero-posterior.
Palpasi dan perkusi perut, distensi pewrut, kandung kencing penuh dll.
5. Neuorologik
a. Pemeriksaan motoric
 Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu jari dan jari
lainnya dengan menyuruh klien unutk melakukan gerak fleksi dan ekstensi
dengan menahan gerakan.
 Atropi otot pada maleolus atau kaput fibula dengan membandingkan kanan-kiri.
 Fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada otot-otot tertentu.
b. Pemeriksan sensorik
Pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar (vibrasi)
untuk menentukan dermatom mana yang terganggu sehingga dapat ditentuakn pula
radiks mana yang terganggu.
6. Pemeriksaan reflex
 Refleks lutut /patela/hammer (klien bebraring.duduk dengan tungkai menjuntai),
pada HNP lateral di L4-5 refleks negatif.
 Refleks tumit.achiles (klien dalam posisi berbaring , luutu posisi fleksi, tumit
diletakkan diatas tungkai yang satunya dan ujung kaki ditahan dalam posisi
dorsofleksi ringan, kemudian tendon achiles dipukul. Pada aHNP lateral 4-5 refleks
ini negatif.
7. Pemeriksaan range of movement (ROM)
 Pemeriksaan ini dapat dilakukan aktif atau pasif untuk memperkirakan derajat
nyeri, functio laesa, atau untuk mememriksa ada/tidaknya penyebaran nyeri.
 Pemeriksaan penunjang:
a. Foto rontgen, Foto rontgen dari depan, samping, dan serong) untuk
identifikasiruang antar vertebra menyempit. Mielografi adalah pemeriksaan
dengan bahankontras melalutindakan lumbal pungsi dan pemotrata dengan
sinar tembus.Apabila diketahiu adanya penyumbatan.hambatan kanalis spinalis
yang mungkindisebabkan HNP.
b. Elektroneuromiografi (ENMG)
Untuk menegetahui radiks mana yang terkena / melihat adanya polineuropati.
c. Sken tomografi
Melihat gambaran vertebra dan jaringan disekitarnya termasuk diskusi
intervertebralis.

K. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan penjepitan saraf pada diskus intervetebralis.
2. Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri,
hilangnya fungsi.
3. Perubahan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia.
4. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan tirah baring lama.
L. Perencanaan
DX.1.Perubahan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan dampak penjepitan saraf pada
radiks intervertebralis
Tujuan Nyeri berkurang atau rasa nyaman terpenuhi
: - Klien mengatakan tidak terasa nyeri.
Kriteria hasil - Lokasi nyeri minimal
: - Keparahan nyeri berskala 0
- Indikator nyeri verbal dan noverbal (tidak menyeringai)
INTERVENSI RASIONAL
1) Identifikasi klien dalam membantu 1) Pengetahuan yang mendalam tentang nyeri
menghilangkan rasa nyerinya. dan keefektifan tindakan penghilangan nyeri.
2) Informasi mengurangi ansietas yang
2) Berikan informasi tentang penyebab berhubungan dengan sesuatu yang diperkirakan
dan cara mengatasinya. 3) Tindakan ini memungkinkan klien untuk
mendapatkan rasa kontrol terhadap nyeri.
3) Tindakan penghilangan rasa nyeri
noninvasif dan nonfarmakologis (posisi,
balutan (24-48 jam), distraksi dan relaksasi. 4) Terapi farmakologi diperlukan untuk
4) Terapi analgetik. memberikan peredam nyeri.

DX.2.Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi,


nyeri, hilangnya fungsi
Tujuan : Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.
Kriteria hasil : - Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya.
- Respon klien tampak tersenyum.
INTERVENSI RASIONAL
1) Diskusikan mengenai kemungkinan
1) Menunjukkan kepada klien bahwa dia
kemajuan dari fungsi gerak untuk dapat berkomunikasi dengan efektif tanpa
mempertahankan harapan klien dalam menggunakan alat khusus, sehingga dapat
memenuhi kebutuhan sehari-hari. mengurangi rasa cemasnya.
2) Berikan informasi mengenai klien yang
2) Harapan-harapan yang tidak realistik tiak
juga pernah mengalami gangguan seperti dapat mengurangi kecemasan, justru malah
yang dialami klien danmenjalani operasi menimbulkan ketidak percayaan klien
terhadap perawat.
3) Berikan informasi mengenai sumber-
3) Memungkinkan klien untuk memilih
sumber dan alat-lat yang tersedia yang metode komunikasi yang paling tepat untuk
dapat membantu klien. kehidupannya sehari-hari disesuaikan
dnegan tingkat keterampilannya sehingga
dapat mengurangi rasa cemas dan
frustasinya.
4) Berikan support sistem (perawat, keluarga
4) Dukungan dari bebarapa orang yang
atau teman dekat dan pendekatan spiritual) memiliki pengalaman yang sama akan
5) Reinforcement terhadap potensi dan sangat membantu klien.
sumber yang dimiliki berhubungan dengan
5) Agar klien menyadari sumber-sumber apa
penyakit, perawatan dan tindakan saja yang ada disekitarnya yang dapat
mendukung dia untuk berkomunikasi.

DX.3. Perubahan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia


Tujuan : Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan
Kriteria hasil : kemampuannya
- Tidak terjadi kontraktur sendi
- Bertabahnya kekuatan otot
- Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
INTERVENSI RASIONAL
1) Ubah posisi klien tiap 2 jam. 1) Menurunkan resiko terjadinnya iskemia
jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek
pada daerah yang tertekan.

2) Ajarkan klien untuk melakukan latihan


2) Gerakan aktif memberikan massa, tonus
gerak aktif pada ekstrimitas yang tidak sakit. dan kekuatan otot serta memperbaiki
fungsi jantung dan pernapasan.
3) Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang
sakit 3) Otot volunter akan kehilangan tonus dan
4) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk kekuatannya bila tidak dilatih untuk
latihan fisik klien digerakkan

DX.4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama
Tujuan : Klien mampu mempertahankan keutuhan kulit
Kriteria hasil : - Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka
- Klien mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka
- Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka
INTERVENSI RASIONAL
1) Anjurkan untuk melakukan latihan ROM
1) Meningkatkan aliran darah ke semua
(range of motion) dan mobilisasi jika daerah
mungkin
2) Rubah posisi tiap 2 jam. 2) Menghindari tekanan dan meningkatkan
aliran darah
3) Gunakan bantal air atau pengganjal yang
3) Menghindari tekanan yang berlebih pada
lunak di bawah daerah-daerah yang daerah yang menonjol.
menonjol
4) Lakukan massage pada daerah yang
4) Menghindari kerusakan-kerusakan kapiler-
menonjol yang baru mengalami tekanan kapiler.
pada waktu berubah posisi

5) Observasi terhadap eritema dan kepucatan


5) Hangat dan pelunakan adalah tanda
dan palpasi area sekitar terhadap kehangatan kerusakan jaringan.
dan pelunakan jaringan tiap merubah posisi.

6) Jaga kebersihan kulit dan seminimal


mungkin hindari trauma, panas terhadap
6) Mempertahankan keutuhan kulit.
kulit.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta.
Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan,
Edisi 3, EGC,Jakarta.
Engram, Barbara, 1998, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3,
EGC,Jakarta.
Gallo B.M.,1996, Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, Edisi VI, VolumeII, EGC,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai