Dosen Pembimbing:
Ns. Fahmi Wardana, S.Kep
Disusun Oleh:
Nama : Ahmad Rohimi
NPM : 19005
A. Konsep Penyakit
1. Definisi HNP
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah turunnya kandungan annulus
fibrosus dari diskus intervertebralis lumbal pada spinal canal atau rupture annulus
fibrosus dengan tekanan dari nucleus pulposus yang menyebabkan kompresi pada
element saraf. Pada umumnya HNP pada lumbal sering terjadi pada L4-L5 dan L5-
S1. Kompresi saraf pada level ini melibatkan root nerve L4, L5, dan S1. Hal ini akan
menyebabkan nyeri dari pantat dan menjalar ketungkai. Kebas dan nyeri menjalar
yang tajam merupakan hal yang sering dirasakan penderita HNP. Weakness pada
grup otot tertentu namun jarang terjadi pada banyak grup otot (Lotke dkk, 2008).
2. Etiologi HNP
trauma bersifat singkat, dan gejala ini disebabkan oleh cidera pada diskus yang tidak
terlihat selama beberapa bulan atau bahkan dalam beberapa tahun. Kemudian pada
generasi diskus kapsulnya mendorong ke arah medulla spinalis, atau mungkin ruptur
dan memungkinkan nucleus pulposus terdorong terhadap sakus doral atau terhadap
3. Patofisiologi / pathway
Karena adanya gaya traumatic yang berulang, sobekan tersebut menjadi lebih besar
dan timbul sobekan radial. Apabila hal ini telah terjadi, maka risiko HNP hanya
menunggu waktu dan trauma berikutnya saja. Gaya presipitasi itu dapat
dilihat pada foto rontgen polos dan dikenal sebagai nodus schmorl. Sobekan sirkum
ferensial dan radial pada annulus fibrosus diskus intervertebralis berikut dengan
terbentuknya nodus schmorl merupakan kelainan yang mendasari low back pain
subkronis atau kronis yang kemudian disusul oleh nyeri sepanjang tungkai yang
vertebralis berarti bahwa nucleus pulposus menekan radiks yang bersama- sama
dengan arteria radikularis yang berada dalam lapisan dura. Hal itu terjadi jika
penjebolan berada disisi lateral. Setelah terjadi HNP, sisa discus intervertebralis
mengalami lisis, sehingga dua korpus vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan
(Muttaqin, 2008).
Manifestasi klinis utama yang muncul adalah rasa nyeri d punggung bawah
disertai otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan. HNP terbagi atas HNP sentral dan
lateral. HNP sentral akan menimbulkan paraparesis flasid, parestesia dan retensi
urine. Sedangkan HNP lateral bermanifestasi pada rasa nyeri dan nyeri tekan yang
terletak pada punggung bawah, di tengah-tengah area bokong dan betis, belakang
tumit, dan telapak kaki. Kekuatan ekstensi jari kelima kaki berkurang dan reflex
achiller negative. Pada HNP lateral L5-S1 rasa nyeri dan nyeri tekan didapatkan di
punggung bawah, bagian lateral pantat, tungkai bawah bagian lateral, dan di dorsum
halusis longus (ekstensi ibu jari kaki). Gangguan reflex Achilles, defisit sensorik
pada malleolus lateralis dan bagian lateral pedis (Setyanegara dkk, 2014).
5. Pemeriksaan penunjang
b. Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan Computered Tornografi Scan (CT Scan)
direkomendasikan pada pasien dengan kondisi yang serius atau deficit neurologis
yang progresif, seperti infeksi tulang, cauda equine syndrome atau kanker dengan
penyempitan vertebra. Pada kondisi tersebut keterlambatan dalam diagnosis dapat
mengakibatkan dampak yang buruk (Maksum & Hanriko, 2016)
c. Electromyography (EMG) dan Nerve Conduction Studies (NCS)
6. Penatalaksanaan medis
1. Terapi konservatif meliputi tirah baring disertai obat analgetik dan obat
pelemas otot. Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan
tekanan intradiskal, pasien dilatih secara bertahap untuk kembali ke
aktivitas biasa
2. Terapi non-medikamentosa berupa fisioterapi, diatermi, kompres panas
dingin, korset lumbal maupun traksi pelvis
Menurut (Kesumaningtyas, 2010) metode yang dapat digunakan untuk
penatalaksanaan HNP antara lain:
1. McKenzie Cervical Exercise
Metode yang dikembangkan oleh Robin Mc. Kenzie yaitu
merupakan sebuah latihan yang spesifik untuk tulang belakang. Spekulasi
dari metode ini adalah bahwa arah lentur berpusat pada rasa sakit yang
justru sesuai dengan arah dimana isi nucleus pulposus telah berpindah
untuk menghasilkan gejala mekanis yang merangsang annulus
2. Tancutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)
Dari pelaksanaan metode ini adalah untuk menurunkan nyeri pada
pasien HNP. Manfaat akhir metode ini yaitu mengurangi penggunaan
obat-obatan, modulasi respon nyeri penderita, dapat meningkatkan
aktifitas fisik dan memodifikasi perilaku nyeri, hasil dari penatalaksanaan
nyeri dapat berupa perubahan dalam penggunaan obat-obatan, jarak ketika
berjalan, kekuatan otot, kelenturan otot, toleransi ketika duduk, berdiri dan
berjalan, perilaku sakit dan performance dalam pekerjaan.
3. Shortwave Diathermy (SWD)
SWD yaitu medan elektromagnrtik frekuensi tinggi yang
bersosialisasi untuk memanaskan area. Teknik ini lebih efektif dalam
memanaskan masa otot besar dan mengakibatkan otot menahan panas
lebih lama Dengan pemberian SWD akan memberi efek berupa
pengurangan nyeri dan memberi dampak rileksasi pada jaringan otot
dengan adanya pengurangan spasme otot terutama pada punggung bawah
7. Referensi:
1. American Chiropractic Association (2014). “What is Chiropractic” Tersedia:
http://www.acatoday.org/level2_css.cfm?T1ID=13&T2ID=61
2. Peterson, D. H. & Bergmann, T.F. Chiropractic Technique: Principles and
Procedures (2nd ed.). St. Louis, MO: Mosby.
3. Kuusisto, L., Ph.D., The University of Minnesota Driven to Discover. “What
Happens at the Chiropractor?” Tersedia: http://www.takingcharge
.csh.umn.edu/explore-healing-practices/chiropractic/what-happens-chiropractor
vertebra. Diantara tiap dua ruas vertebra terdapat bantalan tulang rawan. Panjang
tujuh vertebra cervikalis, dua belas vertebra thoracalis, lima vertebra lumbalis,
lima vertebra sacralis, dan empat vertebra koksigeus (Pearce, 2009). Susunan
Korpus
Merupakan lempeng tulang yang tebal, agak melengkung dipermukaan atas
dan bawah (Gibson, 2003). Dari kelima kelompok vertebra, columna vertebra
lumbalis merupakan columna yang paling besar dan kuat karena pusat
b. Pediculus di bagian depan: bagian tulang yang berjalan kea rah bawah dari
intervertebrale.
c. Lamina di bagian belakang: bagian tulang yang pipih berjalan ke arah belakang
dan ke dalam untuk bergabung dengan pasangan dari sisi yang berlawanan.
- Foramen vertebrale
- Foramen intervertebrale
dan di bawahnya.
- Processus Transversus
annulus fibrosus.
3. Ligament Vertebrae
- Interspinous ligament
- Ligamentum Flavum
kearah ventral.
fibrosus).
- Capsular ligament
4.Sistem Otot
Menurut Moore dan Agur (2013) otot penggerak batang tubuh secara
1) M. Erector Spinae
Origo: berasal melalui tendo yang lebar dari bagian dorsal crista
vertebrae cervicalis.
2) M. Psoas Major
3) M. Rectus Abdominis
5. Sistem Saraf
Tiga puluh satu pasang saraf spinal (nervus spinalis) dilepaskan dari
medulla spinalis. Beberapa anak akar keluar dari permukaan dorsal dan
ventral (radix anterior) dan akar dorsal (radix posterior). Dalam radix
posterior terdapat serabut aferen atau sensoris dari kulit, jaringan subkutan
dan profunda, dan sringkali dari visera.radix anterior terdiri dari serabut
eferen atau motoris untuk otot kerangka. Pembagian nervus spinal adalah
pasang nervus lumbalis, 5 pasang nervus sakralis, dan satu pasang nervus
coccygeus.
6. Biomekanik
pada persendian. Pada lumbal spine gerakannya berupa gerak slide atau
1) Osteokinematik
sagital plane, lateral fleksi pada frontal plane, dan rotasi kanan-kiri
terjadi pada transverse plane. Sudut normal gerakan fleksi yaitu 65o-
85o, gerakan ekstensi sudut normal gerakan sekitar 25o-40o, dan untuk
2) Arthrokinematik
mengarah pada arah yang berlawanan (kira- kira 120o) dari jaringan
facet joint terbuka pada fleksi dan tertutup pada ekstensi (Schenck,
2005)
diketahui. Hipotesis yang banyak dianut oleh para ahli adalah interaksi antara faktor
1. Kompresi mekanis
daripada nyeri. Faktor inflamasi dan respon imun lebih berperan penting dalam
perbaikan klinik yang nyata tanpa perubahan pada kelainan kelainan patologi
yang menekan akar saraf tidak selalu menghilangkan nyeri. Korelasi positif
ditemukan pada hubungan antara kompresi dan defisit neurologi preoperasi. Hal
dibandingkan nyeri.
2. Faktor inflamasi
lebih berperan sebagai sumber nyeri radiks saraf daripada faktor kompresi
mekanis.25 Teori ini didukung oleh fakta bahwa penyuntikan autologous nukleus
hebat pada dura dan radiks saraf dengan tanda-tanda fibrosis epidural.
berperan pada stadium awal dari HNP. Pada model binatang coba, nukleus
inflamasi, banyak mediator inflamasi yang berperan antara lain Tumor Necrosis
berbagai sel dalam sistem saraf tepi dan saraf pusat. Antibodi terhadap GSL
meningkat pada 71% pasien dengan skiatika akut, 61.9% pada follow up 4
tahun dan 54% pada pasien yang mengalami operasi disektomi. Mekanisme
nyeri dimulai dari stimulasi nosiseptor oleh stimulus noksious pada jaringan.
noksious tersebut kemudian dirubah menjadi potensial aksi. Tahap awal dari
mekanisme nyeri ini dinamakan tranduksi atau aktivasi reseptor. Tahap kedua
kornu dorsalis medula spinalis. Pada kornu dorsalis tersebut, neuron aferen
primer bersinaps dengan neuron susunan saraf pusat. Dari sini jaringan neuron
tersebut akan naik ke atas di medula spinalis menuju batang otak dan thalamus.
x Tahap ketiga adalah modulasi yaitu aktivitas saraf yang bertujuan untuk
mengontrol transmisi nyeri. Suatu jaras tertentu di sistem saraf pusat yang
1. Usia
Usia mempengaruhi seseorang bereaksi terhadap nyeri. Lansia
mungkin tidak akan melaporkan nyeri yang dialaminya dengan alasan
nyeri merupakan sesuatu yang harus mereka terima, sedangkan anak kecil
yang belum dapat mengucapkan kata-kata mengalami kesulitan dalam
mengungkapkan secara verbal dan mengekspresikan rasa nyerinya.
2. Jenis kelamin
Laki-laki dan wanita tidak mempunyai perbedaan secara signifikan
mengenai respon mereka terhadap nyeri. Masih diragukan bahwa jenis
kelamin merupakan faktor yang berdiri sendiri dalam ekspresi nyeri.
Misalnya anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis dimana
seorang wanita dapat menangis dalam waktu yang sama.
3. Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai budaya sangat berpengaruh pada individu
dalam mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diajarkan dan apa
yang diterima oleh kebudayaan mereka
4. Keletihan
Keletihan atau kelelahan yang dirasakan seseorang akan
meningkatkan sensasi nyeri dan menurunkan kemampuan koping individu
5. Pengalaman sebelumnya
Seringkali individu yang lebih berpengalaman dengan nyeri yang
dialaminya, akan tetapi pengalaman yang telah dirasakan individu tersebut
akan mudah dalam menghadapi nyeri pada masa mendatang. Seseorang
yang terbiasa merasakan nyeri akan lebih siap dan mudah
mengantisipasi nyeri daripada individu yang mempunyai pengalaman
sedikit tentang nyeri.
6. Ansietas
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks, ansietas
yang dirasakan oleh seseorang seringkali meningkatkan presepsi nyeri,
akan tetapi nyeri juga dapat menimbulkan perasaan ansietas.
7. Dukungan keluarga dan sosial
8.
Individu yang mengalami nyeri seringkali membutuhkan dukungan,
bantuan dan perlindungan dari anggota keluarga lain.
Yaitu nyeri kulit berasal dari struktur superfisial kulit dan jaringan subkutis.
Nyeri somatik sering dirasakan sebagai penyengat, tajam maupun seperti
terbakar, dan apabila pembuluh darah ikut berperan menimbulkan nyeri, sifat
nyeri menjadi berdenyut.
2. Nyeri somatik
Merupakan nyeri yang berasal dari otot, tendon, ligamentu, tulang, sendi, arteri
3. Nyeri visera
Merupakan nyeri yang berasal dari organ-organ tubuh, terletak di dinding otot
polos organ-organ berongga. Mekanisme utama yang menimbulkan nyeri visera
adalah adanya peregangan atau distensi abnormal dinding atau kapsul organ,
iskemia dan peradangan.
4. Nyeri alih
Merupakan nyeri yang berasal dari salah satu daerah tubuh tetapi yang dirasakan
terletak didaerah lain.
5. Nyeri neuropati
Merupakan nyeri yang sering memiliki kualitas seperti perih atau biasanya seperti
tersengat listrik. Nyeri ini akan bertambah parah apabila seseorang tersebut stres,
emosi, atau kedinginan maupun kelelahan, dan bisa mereda apabila seseorang
tersebut bisa relaksasi (Judha ,2012)
C. Proses Keperawatan pada Gangguan Kebutuhan Rasa Aman Nyaman Nyeri Akut
dengan HNP
1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat pekerjaan, agama,
suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan diagnosis medis.
HNP terjadi pada usia pertengahan, kebanyakan pada jenis kelamin pria dan
pekerjaan atau aktivitas berat (mengngkat barang berat atau mendorong
benda berat).
2. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah nyeri
pada punggung bawah. Untuk lebih lengkap pengkajian nyeri dengan pendekatan
PQRST.
o Provocking Accident. Adanya riwayat trauma (mengangkat atau mendorong
benda berat)
o Quality and Quantity. Sifat nyari seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat,
mendenyut, seperti kena api, nyeri tumpul atau kemang yang terus-
menerus.
o Region, Radiating, and Relief. Letak atau lokasi nyeri menunjukkan nyeri
dengan tepat sehingga letak nyeri dapat diketahui dengan cermat.
o Scale of Pain. Pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh berkaitan dengan
aktivitas tubuh, posisi yang dapat meredakan rasa nyeri dan memperberat
nyeri.
o Time. Sifatnya akut, subakut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat
menetap, hilang timbul, makin lama makin nyeri.
3. Riwayat penyakit sekarang
Adanya riwayat trauma akibat mengangkat atau mendorong benda yang berat.
Pengkajian yang didapat, meliputi keluhan paraparesis falasid, parestesia, dan
retensi urin. Keluhan nyeri pada punggung bawah, di tengah-tengah abtra
bokong dan betis, belakang tumit dan telapak kaki. Klien sering mengeluh
kesemutan (parastesia) atau bual bahkan kekuatan otot menurun sesuai
dengan distribusi persyaratan yang terlibat. Pengkajian riwayat menstruasi,
adneksitis dupleks kronik, yang juga dapat menimbulkan nyeri punggung
bawah yang keluhan hampir mirip dengan keluhan nyeri HNP sangat
diperlukan agar penegakan masalah klien lebih komprehensif dan
memberikan dampak terhadap intervensi keperawatan selanjutnya.
4. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi apakah klien pernah menderita TB
tulang, osteomalitis, keganasan (mieloma multipleks), metabolik
(osteoporosis) yang sering berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya
herniasi nukleus pulposus(HNP).
Pengkajian lainnya untuk mendengar adanya riwayat hipertensi,
riwayat cedera tulang belakang sebelumnya, diabetes melitus, penyakit
jantung yang berguna sebagai tindakan lainnya untuk menghindari
komplikasi.
5. Riwayat penyakit keluarga
Mengkaji adanya anggota generasi terdahulu yang mengalami hipertensi dan
diabetes melitus.
6. Pengkajian psikososiospiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien berguna untuk menilai
respons emosi klien terhadap penyakit yang di deritanya dan perubahan peran
klien dalam keluarga dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari- harinya, baik dalam keluarga maupun masyarakat. Apakah
dampak yang timbul pada klien yaitu timbul seperti ketakutan akan kecatatan,
rasa cemas, rasa ketidak mampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal,
dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh). Adanya
perubahan berupa paralisis anggota gerak bawah memberikan manifestasi
yang berbeda pada setiap klien mengalami gangguan tulang belakang dan
HNP. Semakin lama klien menderita paraparese bermanifestasi pada koping
yang tidak efektif.
a. Keadaan Umum
Jika tidak ada gangguan pada sistem kardiovaskular, biasanya nadi kualitas
dan frekuensi nadi normal, dan ada auskultasi tidak di temukan bunyi
jantung tambahan.
d. B3 (Brain)
1. Saraf I. Biasanya pada klien HNP tidak ada kelainan pada fungsi
penciuman.
2. Saraf II. Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal.
3. Saraf III,IV, dan VI. Biasanya tidak mengalami gangguan mengangkat
kelopak mata, pupil isekor.
4. Saraf V. Pada klien HNP umumnya tidak di dapatkan paralisis pada otot
wajah dan refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.
5. Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris.
6. Saraf VIII. Tidak di temukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi
7. Saraf IX dan X. Kemampuan menelan baik
8. Saraf XI. Tidak ada otrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius
9. Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi tidak ada
fasikulasi. Indara pengecapan normal
a. Pengkajian Sitem Motorik
b. Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungaki bawah, kaki, ibu jari, dan
jari lainnya menyuruh klien untuk melakukan gerak fleksi dan ekstensi
dengan menahan gerakan. Atrofi otot pada maleolus atau kaput fibula
dengan membandingkan anggota tubuh kanan kiri. Fakulasi (kontraksi
involunter yang bersifat halus) pada otot-otot tertentu.
c. Pemeriksaan penunjang.
2. Diagnosa keperawatan
3. Perencanaan
Tentukan lokasi yang akan di kiropraktik Memastikan lokasi terapi bagai pasien tepat
Jelaskan manfaat terapi kiropraktik Menambhan pengetahuan pasien tentang
kiropraktik.
Terapi komplementer: