Anda di halaman 1dari 30

Konsep AKI, CKD dan

Dialisis
Oleh:
Yuda Puspita Ningrum
1814401110023

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN AJARAN 2020/2021
Etiologi AKI dibagi menjadi 3 kelompok utama berdasarkan patogenesis
AKI

AKI pra renal, ±55% AKI renal/intrinsik, AKI pasca renal, ±5%
±40%
1. Hipovolemia 1. Obstruksi 1.   ureter
Obstruksi
2. Penurunan curah jantung renovaskular 2. Obstruksi leher
3. Perubahan rasio resistensi 2. Penyakit glomerulus kandung kemih
vascular ginjal sistemik atau mikrovaskular 3. Obstruki uretra
4. Hipoperfusi ginjal dengan ginjal
gangguan autoregulasi 3. Nekrosis tubular akut
ginjal (Acute Tubular
5. Sindroma hiperviskositas Necrosis, NTA)
4. Nefritis interstisial
Konsep Acute Kidney Injury (AKI)
PENGERTIAN
● Secara konseptual AKI adalah penurunan cepat (dalam jam hingga minggu)
glomerular filtration rate (GFR) yang umumnya berlangsung reversible, diikuti
kegagalan ginjal untuk mengekskresi sisa metabolisme nitrogen, dengan / tanpa
gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit. Penurunan tersebut dapat
terjadi pada ginjal yang fungsi dasarnya normal (AKI “klasik’) atau tidak normal
(acute on chronic kidney disease). Dahulu, hal di atas disebut sebagai gagal ginjal akut
dan tidak ada definisi operasional yang seragam, sehingga parameter dan batas
parameter gagal ginjal akut yang digunakan berbeda– beda pada berbagai
kepustakaan.
Patogenesis AKI Prerenal

Volume sirkulasi darah total Curah jantung menurun


atau efektif menurun

Korteks ginjal menurun Laju filtrasi glomerulus


menurun
Patogenesis AKI Renal

Kelainan pembuluh darah Penyakit glomerulus


ginjal Pasca streptokokus
SHU, trombosis arteri/ vena GN kresentik
renalis, vaskulitis

Kerusakan tubulus Nefritis intersisial


Nekrosis tubulus akut Anomali kongenital ginjal
Patogenesis AKI Post Renal

Disebabkan obstruksi Penyakit glomerulus


Pasca streptokokus
GN kresentik

Kerusakan tubulus Nefritis intersisial


Nekrosis tubulus akut Anomali kongenital ginjal
Patogenesis AKI Post Renal
Disebabkan obstruksi intra
renal dan ekstra renal 01
Obstruksi intra renal:
deposisi kristal (urat,
oksalat), protein (mioglobin,
02
hemoglobin)

Obstruksi ekstra renal: batu,


tumor, dll
03
Ureter, buli-buli, uretra
Diagnosis
• Anamnesa dan pemeriksaan fisik mencari sebab AKI
• Pemeriksaan berulang fungsi ginjal
• Membedakan AKI dan CKD
• Evaluasi pada pasien dengan AKI
• Beberapa pemeriksaan:
1. Kreatinin serum
2. Cystatin C serum
3. Volume urin
4. Kelainan analisis urin
5. Petanda biologis
Evaluasi
Pasien
Dengan AKI
• Anamnesa dan pemeriksaan fisik

• Mikroskopik urin

• Pemeriksaan biokimia darah

• Pemeriksaan biokimia urin

• Darah perifer lengkap

• USG ginjal

• Bila diperlukan: CT scan abdomen, scan radionuklior, pielogram,


biopsi ginjal
Prioritas tatalaksana pasien dengan
AKI
• Cari & perbaiki faktor pre&pasca renal
• Evaluasi obat-obatan yang telah diberikan
• Optimalkan curah jantung& aliran darah ke ginjal
• Perbaiki dan atau tingakatkan aliran urin
• Monitor asupan cairan dan pengeluaran cairan, timbang
badan tiap hari
• Cari dan obati komplikasi akut (hiperkalemia, hipertremia,
asidosis, hiperfosfatemua, edema paru)
Prioritas tatalaksana pasien dengan
AKI (lanjutan)
• Asupan nutrisi adekuat sejak dini
• Cari fokus infeksi dan atasi infeksi secara agresif
• Perawatan menyeluruh yang baik (kateter, kulit, psikologis)
• Segera memulai terapi dialisis sebelum timbul komplikasi
• Berikan obat dengan dosis tepat sesuai kapasitas bersihan
ginjal
Terapi Khusus AKI
Kriteria untuk memulai terapi pengganti ginjal pada pasien
kritis dengan gagal ginjal akut
• Oliguria : produksi urin < 2000 ml dalam 12 jam
• Anuria : produksi urin < 50 ml dalam 12 jam
• Hiperkalemia : Kadar potassium > 6.5 mmol/L
• Asidemia (keracunan asam) yang berat : pH < 7.0
• Azotemia : kadar urea > 30 mmol/L
• Ensefalopati uremikum
• Neuropati / miopati uremikum
• Pericarditis uremikum
• Natrium abnormalitas plasma : konsentrasi > 155
mmol/L atau <120 mmol/L
• Hipertermia
• Keracunan obat
Komplikasi dan penanganan pada
AKI
• Kelebihan volume intravaskuler
• Hiponatremia
• Hiperkalemia
• Asidosis metabolic
Konsep Chronic Kidney Disease
DEFINISI CKD
● Secara definisi, gagal ginjal kronis disebut juga sebagai ”Chronic Kidney Disease
(CKD)” adalah penurunan fungsi ginjal kronis yang bersifat progresif dan ireversibel
yang ditandai dengan penurunan atau keruksakan struktur serta fungsi ginjal selama
lebih dari 3 bulan (Pernefri, 2011).
● Levey et al. (2015) dalam Thomas et al. (2009) juga menyatakan bahwa CKD
merupakan manifestasi dari ketidaknormalan ekskresi albumin sehingga terjadi
penurunan fungsi ginjal selama lebih dari tiga bulan.
● National Kidney Foundation (di Amerika Serikat) mendefinisikan gagal ginjal kronik
sebagai adanya kerusakan ginjal atau penurunan laju filtrasi glomerulus ≤ 90
mL/min/1,73 m2 selama lebih dari 3 bulan (Lewis & Dirksen, 2014).
● Pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa CKD adalah penurunan fungsi
ginjal yang dimana fungsi ginjal yang kurang memfiltrasi glomerulus ≤ 90
mL/min/1,73 m2 yang terjadi lebih dari 3 bulan yang secara progresif dan ireversibel.
ETIOLOGI
Gagal ginjal kronis sering kali menjadi penyakit komplikasi penyakit lainnya, sehingga merupakan
penyakit sekunder (Secondary illness). Penyebab yang sering adalah diabetes melitus dan hipertensi.
Selain itu, ada beberapa penyebab lainnya dari gagal ginjal kronis, yaitu Robinson, 2013):

01 02 03
Glomerulonefri Polikistik Nefropati
tis ginjal diabetik

04 05
Hipertensi Obstuksi oleh
karena batu
Manifestasi klinis CKD
Penderita CKD akan menunjukkan beberapa tanda dan gejala
sesuai dengan tingkat kerusakan ginjal, kondisi lain yang
mendasari dan usia penderita. Penyakit ini akan
menimbulkan gangguan pada berbagai organ tubuh
anatara lain :
• Efek cairan dan elektrolit
• Efek kardiovaskular
• Efek hematologi
• Efek sistem imun
• Efek Gastrointestinal
• Efek neurologis
• Efek muskuloskeletal
• Efek endokrin
Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit gagal ginjal kronis adalah (Baughman, 2010):
1. Penyakit tulang
Penurunan kadar kalsium (hipokalsemia) secara langsung akan mengakibatkan dekalsifikasi
matriks tulang, sehingga tulang akan menjadi rapuh (osteoporosis) dan jika berlangsung lama
akan menyebabkan fraktur pathologis.
2. Penyakit kardiovaskular
Ginjal sebagai kontrol sirkulasi sistemik akan berdampak secara sistemik berupa hipertensi,
kelainan lipid, intoleransi glukosa, dan kelainan hemodinamik (sering terjadi hipertrofi ventrikel
kiri).
3. Anemia
Selain berfungsi dalam sirkulasi, ginjal juga berfungsi dalam rangkaian hormonal (endokrin).
Sekresi eritroportin yang mengalami defisiensi di ginjal akan mengakibatkan penurunan
hemoglobin.
4. Disfungsi seksual
Dengan gangguan sirkulasi pada ginjal, maka libido sering mengalami penurunan dan terjadi
impotensi pada pria. Pada wanita dapat terjadi hiperprolaktinemia.
Penatalaksanaan dan
Terapi
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien CKD yaitu :
• Konservatif
• CaCO3
• Anemia
• Transfusi darah
• Dyalisis
Penatalaksanaan Kolaboratif
• Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya
• Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid
• Memperlambat pemburukan fungsi ginjal
• Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskuler
• Pencegahaan dan terapi terhadap komplikasi
• Terapi pengganti ginjal (Renal Replacement Therapy).
Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan darah
• Blood urea nitrogen (BUN)
• Kreatinin (Cr)
• Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)
• Hitung darah lenglap (CBC)
• Gas darah Arteri (ABG)
• Elektrolit (renalit)
2. Pemeriksaan urine
• Volume
• Warna
• Berat jenis urine
3. Pemeriksaan diagnostik lain
• Ultrasonografi ginjal
• Comuted tomographic (Ct) scan
• Sinar X ginjal, ureter, kandung kemih
• Angiografi aortorenal
Konsep Dialisis
Definisi
Dialisi adalah suatu proses difusi zat terlarut dan air secara pasif melalui suatu membran berpori dari satu kompartemen
cair lainnya. Hemodialisi adalah suatu mesin ginjal buatan (atau alat hemodialisis) terutama terdiri dari membran
semipermeabel dengan darah di satu sisi dan cairan dialisis di sisi lain. hemodialisa adalah suatu proses penyaringan
kotoran dan racun dalam darah dengan menggunakan suatu alat dialisis atau ginjal buatan dengan prinsip disfusi,
osmosis dan filtrasi.
Etiologi
● Hemodialisa dilakukan kerena pasien menderita gagal ginjal akut dan kronik akibat dari : azotemia, simtomatis
berupa enselfalopati, perikarditis, uremia, hiperkalemia berat, kelebihan cairan yang tidak responsive dengan
diuretic, asidosis yang tidak bisa diatasi, batu ginjal, dan sindrom hepatorenal.
Penatalaksanaan
Prinsip Fisologi Dialisis

Dialise berdasarkan tiga prinsip : difusi, osmose dan ultrafiltrasi. Difusi berhubungan dengan pergeseran
partikel-pertikel dari daerah konsentrasi yang tinggi ke daerah yang lebih rendah. Didalam tubuh ini terjadi
melewati membran semipermiabel. Difusi berhubungan dengan keperluan pembersihan bahan yang terlarut
dari tubuh pasien ke hemodialise dan peritoneal dialise. Difusi menyebabkan pergeseran urea, kreatinin dan
uric acid dari darah pasien ke larutan dialisat. Larutan mengandung lebih sedikit partikel-partikel yang harus
dibuang dari aliran darah dan harus ditambah konsentrasi partikel-partikel yang lebih tinggi. Karena dialisis
tidak mengandung produk sisa protein, konsentrasi dari zat- zat ini di dalam darah akan berkurang karena
peergeseran random partikel-partikel lewat membran semipermiabel ke dialisat. Prinsip yang sama berlaku
untuk ion- ion potasium. Walaupun konsentrasi sel-sel eritrosit dan protein lebih tinggi didalam darah,
molekul-molekulnya lebih besar dan tidak bisa berdisfusi melalui pori-pori dari membran karena itu tidak
terbuang dari darah.
Prosedur
Hemodialisa mencakup shunting / pengalihan arus darah dari tubuh pasien ke dialisator dimana terjadi difusi
dan ultrafiltrasi dan kemudian kembali ke sirkulasi pasien. Untuk pelaksanaan hemodialisa terjadi yang
masuk ke darah pasien, suatu mekanisme yang mentraspor darah ke dan dari dialisator, dan dialisator (daerah
dimana terjadi pertukaran larutan elektrolit dan produk-produk sisa berlangsung). Sekarang terdapat lima
cara utama agar terjadi yang masuk ke aliran darah pasien. Ini terdiri dari yang berikut :

• Fistula aerteriovena
• External arteriovenous/arus arteriorvena eksternal 
• Kateterisasi vena femoral
• Kateterisasi vena subklavia
Perawatan Pra
Dialisa
Sebelum prosedur pasien harus merasa terbiasa dengan melihat unit dialise. Ia harus mendapatkan
penerangan apa yang akan dikerjakan dan apa yang akan dirasakan pada waktu pengobatan berlangsung.
Pasien biasanga ingin mengetahuhi :

• Bentuk rasa nyeri yang bagaimana yang akan dialami selama pengobatan

• Berapa lama dan berapa kali dialisis akan dilakukan

• Apakan yang dirasakn selama dan setelah pengobatan (hemodialisa)

• Apa yang harus dikerjakan pada waktu dialise

• Keluarga pasien dapat hadir pada waktu terapi.


Kegiatan pemantauan selama pada tahap ini meliputi :

• Mencatat berat badan


• Mengetahui garis dasar gejala vital 
• Mengakaji kebanyakan cairan (udim pada pedis, periorbital, distensi vena leher kelainan bunyi nafas)
• Pengkajian kelancaran masuk ke vaskular dan gejala infeksi
Bahan darah diambil untuk pemeriksaan kadar elektrolit dalam serum dan produk sisa dan status fisik
pasien dikaji.
Harus diberitahukan kepada pasien bahwa ia akan mengalami sedikit sakit kepala dan mual pada waktu
pengobatan dan beberapa jam sesudahnya. Sakit kepala adalah dampak dari perubahan cairan, asam
dan basa, dan keseimbangan produk sisa selama dialisis. Gejala-gejala tersebut tidak boleh parah dan
harus menjadi kurang setelah istirahat dan tidur, analgetik ringan atau anti piretik. Hipertensi postural
bisa juuga terjadi dialisis, sifatnya transit dan disebabkan oleh kekurangan volume sekunder dampak
dari pergeseran.hipotensi menyebabkan pusing dan kelenger. Dapat disembuhkan dengan istirahat
beberapa jam. Pasien harus diyakinkan bahwa semua gejala tersebut adalah akan mereda, seringnya
dipantau pada waktu sedang dilakukan prosedur dapat mengendalikan tingkat perubahan yang terjadi
demikian juga gejala-gejala tersebut. (Long, 1996)
Perawatan Pada Waktu Hemodialisa

Bila pada pasien dipasang shunt eksternal tidak akan timbul nyeri pada permulaan dialise. Namun rasa
nyeri sedikit akan tetap terasa bila sedang dilakukan fungsi vena pada fistula arteriovena. Pada
umumnya suka dilakukan anesthesi dipusat-pusat dialise sebelum memasukan jarum.
Asuhan keperawatan terdiri dari peningkatan kenyamanana fisik. Berbaring tanpa gerakan meskipun
berlangsung beberapa jam dapat menimbulkan ketidak tenangan. Pergantian posisi dapat memberi
kesadaran kepada keterbatasan gerakan. Pasien perlu berkumur bila mual dan muntah. Karena
ekstremitas atas dipertahankanimobilitas pada waktu dialisa pasien perlu dibantu bila ada kegiatan
yang dilakukan pakai kedua tangan.
Aktifitas pada waktu dialisis hanya merupakan pilihan dari pasien. Sementara orang terus tidur selama
pengobatan, yang lain membaca atau menegerjakan sesuatu.
Makan sedang dialise merupakan pilihan inddividu saja. Sementara orang bisa menjadis sangat lapar,
sedangkan yang lain jadi mual karena bau darah. Para pasien menghendaki makan pada waktu dialise
yang pada umumnya tidak diizinkan. Dalam praktek yang baik mengizinkan atau memperbolehkan
makan pada waktu dialise adalah merupakan fisiologi masing-masing unit. Karena seringnya mual dan
muntah dan disequilibilibrium yang sering dialami pasien lebih baik untuk tidak memperbolehkan
makan pada waktu dialise agar dapat mencegah aspirasi yang potensial . 
Bila pada pasien dipasang shunt eksternal tidak akan timbul nyeri pada permulaan dialise. Namun rasa
nyeri sedikit akan tetap terasa bila sedang dilakukan fungsi vena pada fistula arteriovena. Pada
umumnya suka dilakukan anesthesi dipusat-pusat dialise sebelum memasukan jarum.
Asuhan keperawatan terdiri dari peningkatan kenyamanana fisik. Berbaring tanpa gerakan meskipun
berlangsung beberapa jam dapat menimbulkan ketidak tenangan. Pergantian posisi dapat memberi
kesadaran kepada keterbatasan gerakan. Pasien perlu berkumur bila mual dan muntah. Karena
ekstremitas atas dipertahankanimobilitas pada waktu dialisa pasien perlu dibantu bila ada kegiatan
yang dilakukan pakai kedua tangan.
Aktifitas pada waktu dialisis hanya merupakan pilihan dari pasien. Sementara orang terus tidur selama
pengobatan, yang lain membaca atau menegerjakan sesuatu.
Komplikasi

 
Komplikasi dari hemodialisa menurut (jevon, 2004) adalah sebagai berikut :
•  Hemodialisis, akibat kerusakan sel darah merah ketika melewati pompa, dapat menyebabkan
hiperkalemia dan henti jantung. Amati adanya nyeri dada dan dispnea. Darah didalam sirkuit vena
mungkin memiliki tampilan “port wine” .
• Embolisme udara : amati adanya nyeri dada dan dispnea
•  Reaksi terhadap membran : jika menggunakan cuprophane (membran dializer) berbahand asar
selulosa, dapat menyebabkan sindrom respon inflamasi sistemik (Hakim 1993) yang dapat
menyebabkan lambatnya pemulihan ginjal dan peningkatan mortalitas .
• Diskuilibrium : komplikasi ini disebabkan oleh pengeluaran ureum dan toksin uremik secara tiba-tiba
dan pasien dapat mengalami nyeri kepala, muntah, gelisah, konvulsi dan koma Infeksi : perhatian yang
ketat harus diberikan untuk mempertahankan kondisi aseptik setiap saat
Thanks

Anda mungkin juga menyukai