Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN DISLOKASI SENDI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Keperawatan Medikal Bedah III


Dosen Pengampu: Sukini S.Kep.,Ns.

Disusun oleh:

Umi Naviatun Maesaroh

S19050

S19A

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA


PROGAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
2020/2021
ASUHAN KEPERAWATAN DISLOKASI SENDI

A. Pengertian Dislokasi Sendi


Sendi atau artikulasio adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk
pertemuan antara dua atau beberapa tulang kerangka. Beberapa komponen penunjang
sendi, yaitu kapsula sendi, ligamen (ligamentum), tulang rawan hialin (kartilago
hialin).
Dislokasi atau luksasio adalah kehilangan hubungan yang normal antara kedua
permukaan sendi secara komplet/lengkap. Terlepasnya kompresi jaringan tulang dari
kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser
atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari
mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis
membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan
kata lain : sendi rahangnya telah mengalami dislokasi (Santosa, 2013).
Dislokasi sendi adalah suatu keadaan dimana permukaan sendi tulang yang
membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis. Dislokasi sendi dimaksud
juga dengan keluarnya kepala sendi dari mangkuknya atau tulang lepas dari sendi.
Dislokasi sendi jika tidak segera ditangani dapat mengakibatkan nekrosis
avaskuler, yaitu kematian jaringan akibat anoksia dan hilangnya pasokan darah, dan
juga mengakibatkan paralysis syaraf (Brunner & Suddarth, 2012).

B. Etiologi Dislokasi Sendi


Dislokasi sendi terjadi karena trauma akibat kecelakaan, seperti kecelakaan mobil,
kecelakaan sepeda mtor, kecelakaan terjatuh dari tempat yang tinggi, cedera olahraga,
trauma yang tidak berhungan dengan olahraga, dan lain-lain. Dislokasi sendi dapat
disebabkan juga oleh trauma akibat pembedahan ortopedi. Dislokasi sendi juga dapat
disebabkan oleh faktor predisposisi, terjadi infeksi disekitar sendi dan juga akibat
kelainan pertumbuhan sejak lahir (Brunner & Suddarth, 2012).

C. Manifetasi klinik Dislokasi Sendi


Pada penderita Dislokasi Sendi, akan menunjukkan tanda dan gejala seperti :
1. Nyeri terasa hebat
2. Perubahan kontur sendi
3. Perubahan panjang ekstremitas
4. Kekakuan
5. Deformitas
6. Kehilangan mobilitas normal
7. Perubahan sumbu tulang yang mengalami Dislokasi
8. Pasien menyokong lengan
9. Garis gambar lateral bahu dapat rata dan,
10. Jika pasien tak terlalu berotot suatu tonjolan dapat diraba tepat di bawah klavikula

D. Patofisiologi Dislokasi Sendi


Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu Kelainan congenital yang
mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga terjadi penurunan stabilitas sendi.
Dari adanya traumatic akibat gerakan yang berlebih pada sendi dan dari patologik
karena adanya penyakit yang akhirnya terjadi perubahan struktur sendi. Dari tiga hal
tersebut, menyebabkan dislokasi sendi. Dislokasi mengakibatkan timbulnya trauma
jaringan dan tulang, penyempitan pembuluh darah, perubahan panjang eksremitas
sehingga terjadi perubahan struktur. Dan yang terakhir terjadi kekakuan pada sendi.
Dari dislokasi sendi, perlu dilakukan adanya reposisi dengan cara dibidai.

E. Klasifikasi Dislokasi Sendi


1. Dislokasi congenital : terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.
2. Dislokasi patologik : akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi.
3. Dislokasi traumatic : dislokasi sendi akibat kedaruratan ortopedi (seperti pasokan
darah, susunan syaraf rusak, dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat
anoreksia) yang disebabkan oleh cedera dimana sendi mengalami kerusakan
akibat kekerasan (Brunner & Suddarth, 2012).
 Berdasarkan tipe kliniknya dibagi :
a. Dislokasi akut : umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri
akut dan pembengkakan di sekitar sendi.
b. Dislokasi berulang : jika suatu trauma dislokasi pada sendi diikuti oleh
frekuensi dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut
dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral
joint. Dislokasi biasanya sering dikaitan dengan patah tulang/fraktur yang
disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya
trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.
 Berdasarkan tempat terjadinya :
a. Dislokasi sendi rahang
b. Dislokasi sendi bahu
c. Dislokasi sendi siku
d. Dislokasi sendi jari
e. Dislokasi panggul
f. Dislokasi sendi metacarpophalangeal dan interphalangeal
g. Dislokasi patella

F. Pemeriksaan penunjang Dislokasi Sendi


Untuk melakukan diagnosa terhadap penyakit dislokasi dapat dilakukan
beberapa cara pemeriksaan, seperti :
1. Pemeriksaan Foto Rontgen yang digunakan untuk menentukan lokasi Dislokasi.
2. Pemeriksaan Radiologi Foto X-Ray yang digunakan untuk menentukan arah
dislokasi dan apakah disertai fraktur.
3. Pemeriksaan CT-Scan, MRI, Scan tulang, dan Tomogram yang digunakan untuk
memperlihatkan Dislokasi, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak.
G. Patway Dislokasi Sendi
H. Penatalaksanaan Dislokasi Sendi
1. Medis
a. Farmakologi
Pemberian obat-obatan : analgesik non narkotik. Analgesik yang berfungsi
untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit kepala, nyeri pinggang.
b. Pembedahan : Operasi Ortopedi
2. Non Medis
a. Dislokasi reduksi : dikembalikan ke tempat semula dengan menggunakan
anastesi jika dislokasi berat.
b. RICE
- R : Rest (istirahat)
- I : Ice (kompres dengan es)
- C : Compression (kompresi/pemasangan pembalut tekan)
- E : Elevasi (meninggikan bagian dislokasi)

I. Komplikasi Dislokasi Sendi


1. Komplikasi Dini
a. Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat mengkerutkan otot
deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tersebut.
b. Cedera pembuluh darah : arteri aksila dapat rusak.
2. Komplikasi Lanjut
a. Kekakuan sendi bahu : immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan
kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40 tahun.
b. Kelemahan otot
J. Pencegahan Dislokasi Sendi
1. Cedera akibat olahraga
- Gunakan peralatan yang diperlukan seperti sepatu untuk lari.
- Latihan atau exercise
- Conditioning
2. Trauma kecelakaan
- Kurangi kecepatan.
- Memakai alat pelindung diri seperti helm, sabuk pengaman.
- Patuhi peraturan lalu lintas.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT DISLOKASI
SENDI

Kasus :

Tn.S yang berumur 37 tahun datang kerumah sakit bersama Ny.T yang mengeluh
nyeri pada lutut akibat tertimpa benda berat saat duduk di bawah benda, saat ini Tn.S susah
untuk beraktifitas.

1. Pengkajian primer
a. Airway : adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan
sekret akibat kelemahan reflek batuk. Jika ada obstruksi maka lakukan :
- Chin lift/jaw trust
- Suction/hisap
- Guedel airway
- Intubasi trakhea dengan leher ditahan (imobiisasi) pada posisi netral.
b. Breathing : kelemahan menelan/batuk/melindungi jalan napas, timbulnya
pernapasan yang sulit dan/atau tak teratur, suara napas terdengar
ronchi/aspirasi, whezing, sonor, stidor/ngorok, ekspansi dinding dada.
c. Circulation : TD dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi pada tahap
lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit
membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut.
d. Disability : menilai kesadaran dengan cepat, apakah sadar, hanya respon
terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur GCS.
e. Eksposure : lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua
cidera yang mungkin ada, jika ada kecurigaan cedera leher atau tuang
belakang, maka imonilisasi in line harus dikerjakan.

A. Pengkajian
Tanggal pengkajian : 11 Mei 2021
Jam : 09.00 Wib
Dx : Dislokasi Sendi

1. Biodata
a. Identitas Klien
Nama : Tn.S
Umur : 37 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA

Penanggung Jawab
Nama : Ny. T
Umur : 35 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA
Hubungan dengan pasien : Istri

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : pada pasien Dislokasi sendi mengeluh nyeri pada lutut akibat
tertimpa benda berat saat duduk di bawah benda.
b. Riwayat Penyakit Sekarang : pasien mengeluh nyeri pada bagian lututnya.
Pasien tidak dapat melakukan aktivitas fisik seperti biasanya. Pasien tidak
dapat mandi secara mandiri. Pasien mengeluh susah tidur karena merasakan
nyeri pada lututnya. Pasien dibawa ke rumah sakit dan di diagnosa menderita
Dislokasi Sendi pada lutut.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu : pasien tidak menderita penyakit menular
sebelumnya. Pasien belum pernah mengalami pembedahan dan kecelakaan
sebelumnya.
d. Riwayat Kesehatan Lingkungan : pasien mengatakan di lingkungan rumahnya
bersih dan luas.

3. Pola Fungsi Kesehatan


a. Pola persepsi kesehatan : apabila sakit pasien biasanya menceritakan kepada
istrinya dan pasien biasanya berobat ke pelayanan kesehatan / dokter.
b. Pola aktivitas latihan

Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandiri √
Berpakaian √
Eliminasi √
Mandi √
Mobilitas di tempat tidur √
Makan √
Ambulansi √
Pola aktivitas latihan pasien Dislokasi sendi lutut tergantung pada tingkat
keparahan Dislokasi sendi lutut, dengan keterangan :
1 : menggunakan alat bantu
2 : dibantu orang lain
3 : di bantu orang dan alat
4 : tergantung penuh / total
c. Pola istirahat tidur : pada pasien Dislokasi sendi lutut mengalami susah tidur
karena merasakan nyeri pada lututnya. Pasien tidur siang sekitar kurang lebih
selama 1 jam paling lama, sedangkan saat malam pasien hanya tidur sekitar 4
jam.
d. Pola nutrisi metabolik : pada pasien Dislokasi sendi lutut tidak mengalami
gangguan nutrisi ataupun penurunan berat badan. Pasien tidak mengalami
penurunan nafsu makan. Berat badan pasien sebelum mengalami sakit 70 kg
sedangkan saat sakit berat badan pasien menurun sekitar 55 kg.
e. Pola eliminasi : pasien tidak mengalami gangguan eliminasi baik urin maupun
bowel. BAB pasien normal tidak ada konstipasi, sedangkan BAK pasien
normal sekitar 4 sampai 10 kali dalam seharo, IWL eliminasi pasien berkisar
300-400 ml per hari.
f. Pola kognitif perseptual : saat pengkajian pasien dalam keadaan sadar, tidak
mengalami gangguan bicara, pendengaran, dan penglihatan.
g. Pola konsep diri : pasien cemas karena takut akan penyakitnya dan takut akan
mengalami perubahan harga diri.
h. Pola koping : bila pasien punya masalah pertama kali menceritakan pada
istrinya.
i. Pola seksual reproduksi : pasien sudah menikah, pasien mempunyai 3 anak,
diantaranya 1 laki-laki dan 2 perempuan.
j. Pola peran hubungan : dalam kehidupan sehari-hari pasien memiliki hubungan
yang sangat baik dengan kelurga dan masyarakat.
k. Pola nilai dan kepercayaan : pasien beragama islam dan taat dalam beribadah.

4. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda vital :
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 140x/menit
Suhu : 36°C
RR : 21x/menit
b. Keadaan umum
- Kesan umum : baik
- Wajah : menahan nyeri lutut
- Kesadaran : CM
- Pakaian : penampilan dan kebersihan baik
c. Pemeriksaan Head to-toe
1. Kepala
- Inspeksi : distribusi merata, tekstur halus, bentuk bulat, kulit kepala
bersih, tidak ada ketombe.
- Palpasi : tidak ada massa/benjolan, tidak ada nyeri tekan.
2. Mata
- Inspeksi : penglihatan baik, konjungtiva tidak anemis, tidak skret,
simetris kiri dan kanan, pupil miosis, sklera tidak ikterus.
- Palpasi tidak ada peningkaan tekanan intra okuler, tidak ada nyeri
tekan.
3. Telinga
- Inspeksi : pendengaran baik, ada serumen, tidak ada lesi.
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
4. Hidung
- Inspeksi : penciuman baik, pernapasan cuping hidung tidak ada, tidak
ada secret, distribusi rambut mereta hidung merata, tidak ada polip,
septum lurus.
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
5. Mulut :
- Inspeksi : gigi lengkap, lidah bersih, mulut bersih, bibir kering.
6. Leher :
- Inspeksi : tidak ada pembesaran vena jugularis.
- Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar tiroid.
7. Dada :
- Inspeksi : ekspansi paru baik, bentuk dada simetris kiri dan kanan,
tidak ada kelainan.
- Palpasi : tidak ada massa
8. paru-paru :
- inspeksi : pola napas teratur, pergerakan simetris kiri dan kanan,
pergerakan teratur.
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
- Perkusi : bunyi resonan.
- Auskultasi : bunyi napas vaskuler.
9. Jantung :
- Inspeksi : terlihat iktus kortis.
- Palpasi : tidak ada cardiomegali.
- Perkusi : bunyi pekak.
- Auskultasi : bunyi jantung S1 dan S2.
10. Abdomen :
- Inspeksi : terlihat lemas, dan datar, umbilikus terletak di tengah.
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, tidak ada asites.
- Perkusi : abdomen kembung.
- Auskultasi : bising usus ada.
11. Genetalia :
- Inspeksi : tak ada kelainan, kebersihan baik.
12. Anus :
- Inspeksi : tidak ada kelainan, tidak ada hemoroid.
13. Ekstremitas atas :
- Kiri :
 inspeksi : tidak ada odema, pergerakan baik, kekuatan otot 5,
kuku bersih.
 Palpasi : tidak ada odema.
- Kanan :
 Inspeksi : tidak ada odema, pergerakan baik, kekuatan otot 5.
14. Ekstremitas bawah :
- Kiri :
 Inspeksi : terdapat luka, ada fraktur femur, hematom,
pergerakan kurang baik, warna luka putih karena ada pus,
kekuatan otot 0, luka dibalut.
 Palpasi : ada odema.
- Kanan :
 Inspeksi : pergerakan baik, kekuatan otot 5
15. Kulit
- Inspeksi : kulit sawo matang.
- Palpasi : turgor kulit baik.

B. Analisa Data
Nama : Tn. S Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 37 Tahun Diagnosa Medis : Dislokasi Sendi
Tgl Pengkajian : 11 Mei 2021

No Data fokus Diagnosa keperawatan


1. Ds : Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
- Pasien mengatakan nyeri (D.0077) d.d nyeri di sendi
di sendi
Do :
- Klien tampak menahan
rasa nyeri
- Klien tampak perubahan
cara berjalan
- Klien tampak kesulitan
untuk tidur
2. Ds : Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan
- Klien mengatakan massa otot (D.0054) d.d kekuatan otot
membolak-balik posisi menurun
- Klien mengatakan
perubahan cara berjalan
Do :
- Klien tampak
keterbatasan rentang
pergerakan sendi
- Klien tampak
keterbatasan kemampuan
melakukan keterampilan
motorik halus
- Klien tampak pergerakan
lambat
Kekuaran otot :
0 : tidak ada pergerakan otot
1 : pergerakan otot yang dapat
terlihat, namun tidak ada
pergerakan sendi
2 : pergerakan sendi, namun tidak
melawan gravitasi
3: pergerakan melawan gravitasi
namun tidak melawan tahanan
4 : pergerakan melawan tahanan,
namun kurang dari normal
5 : kekuatan otot normal
3. Ds : Gangguan citra tubuh b.d perubahan fungsi
- Klien mengatakan tubuh (D.0083) d.d hubungan sosial berubah
perubahan pola hidup
Do :
- Klien tampak trauma
pada bagian yang tidak
berfungsi
- Klien tampak perubahan
dalam keterlibatan sosial

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (D.0077) d.d nyeri di sendi.
2. Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan massa otot (D.0054) d.d kekuatan otot
menurun.
3. Gangguan citra tubuh b.d perubahan fungsi tubuh (D.0083) d.d hubungan sosial
berubah.

D. Rencana Keperawatan
Nama : Tn. S Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 37 Tahun Diagnosa Medis : Dislokasi Sendi

No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan TTD


Dx
1. Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri (I.08238) DIN
keperawatan selama 3 x 24 jam A
Tingkat Nyeri menurun (L.08066) Observasi :
dengan kriteria hasil : - Identifikasi lokasi,
- Kemampuan karakteristik, durasi,
menuntaskan aktivitas frekuensi, kualitas, intensitas
meningkat (5) nyeri.
- Keluhan nyeri menurun - Identifikasi skala nyeri
(5) - Identifikasi respon non
- Meringis menurun (5) verbal
- Gelisah menurun (5) - Identifikasi faktor yang
- Kesulitan tidur menurun memperberat dan
(5) memperingan nyeri
- Perasaan depresi - Identifikasi pengaruh nyeri
menurun (5) pada kualitas hidup
- Ketegangan otot
menurun (5) Terapeutik :
- Frekuensi nadi membaik - Berikan teknik
(5) nonfarmakologis untuk
- Proses berfikir membaik mengurangi rasa nyeri.
(5) - Kontrol lingkungan yang
- Nafsu makan membaik memoerberat rasa nyeri.
(5) - Fasilitas istirahat dan tidur.
- Pola tidur membaik (5) - Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan
nyeri.

Edukasi :
- Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri.
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri.
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri.
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat.
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu.
2. Setelah dilakukan intervensi Latihan rentang gerak (I.05177) DIN
keperawatan selama 3 x 24 jam A
mobilitas fisik meningkat (L.05042) Observasi :
dengan kriteria hasil : - Identifikasi indikasi
- Pergerakan ekstremitas dilakukan latihan
meningkat (5) - Identifikasi keterbatasan
- Kekuatan otot meningkat pergerakan sendi
(5) - Monitor lokasi
- Rentang gerak (ROM) ketidaknyamanan atau nyeri
meningkat (5) pada saat bergerak
- Nyeri menurun (5) Terapeutik :
- Kecemasan menurun (5) - Gunakan pakaian yang
- Kaku sendi menurun (5) longgar
- Gerakan terbatas - Cegah terjadinya cedera
menurun (5) selama latihan rentang gerak
- Kelemahan fisik dilakukan
menurun (5) - Fasilitasi mengoptimalkan
posisi tubuh untuk
pergerakan sendi yang aktif
dan pasif.
- Lakukan gerakan pasif
dengan bantuan sesuai
dengan indikasi.
- Berikan dukungan positif
pada saat melakukan latihan
gerak sendi.
Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan prosedur
latihan
- Anjurkan melakukan rentang
gerak aktif dan pasif secara
sistematis
- Anjurkan duduk di tempat
tidur atau di kursi, jika perlu
- Ajarkan rentang gerak aktif
sesuai dengan program
latihan

Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan
fisioterapis mengembangkan
program latihan, jika perlu.
3. Setelah dilakukan intervensi Promosi citra tubuh (I.09305) DIN
keperawatan selama 3 x 24 jam A
Citra tubuh meningkat (L.09067) Observasi :
dengan kriteria hasil : - Identifikasi harapan citra
- Melihat bagian tubuh tubuh berdasarkan tahap
membaik (5) perkembangan
- Menyentuh bagian tubuh - Identifikasi perubahan citra
membaik (5) tubuh yang mengakibatkan
- Verbalisasi kecacatan isolasi sosial
bagian tubuh membaik - Monitor frekuensi
(5) pernyataan kritik terhadap
- Verbalisasi perubahan diri sendiri
gaya hidup menurun (5)
- Fokus pada bagian tubuh Terapeutik :
menurun (5) - Diskusikan perubahan tubuh
- Respon non verbal pada dan fungsinya
perubahan tubuh - Diskusikan perbedaan
membaik (5) penampilan fisik terhadap
- Hubungan sosial harga diri
membaik (5) - Diskusikan cara
mengembangkan harapan
citra tubuh secara realistis

Edukasi :
- Anjurkan mengungkapkan
gambaran diri terhadap citra
tubuh
- Anjurkan menggunakan alat
bantu
- Latih fungsi tubuh yang
dimiliki
- Latih peningkatan
penampilan diri
E. Implementasi
Nama : Tn. S Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 37 Tahun Diagnosa Medis : Dislokasi Sendi

N Implementasi Respon TT
o D
D
x
1. Manajemen Nyeri (I.08238) - Pasien bersedia diperiksa DIN
- Mengidentifikasi lokasi, untuk mengetahui skala A
karakteristik, durasi, nyeri yang dirasakan.
frekuensi, kualitas, intensitas - Pasien bersedia diberikan
nyeri. terapi untuk
- Mengidentifikasi skala nyeri memperingan rasa nyeri.
- Mengidentifikasi respon non - Pasien bersedia diberikan
verbal obat analgetik
- Mengidentifikasi faktor yang - Pasien bersedia mengikuti
memperberat dan semua yang dianjurkan.
memperingan nyeri - Pasien bersedia diberikan
- Mengidentifikasi pengaruh tekhnik nonfarmakologis
nyeri pada kualitas hidup untuk meredakan nyeri.
- Memberikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
- Mengontrol lingkungan yang
memoerberat rasa nyeri.
- Memfasilitas istirahat dan
tidur.
- Mempertimbangkan jenis
dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri.
- Menjelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri.
- Menjelaskan strategi
meredakan nyeri.
- Menganjurkan memonitor
nyeri secara mandiri.
- Menganjurkan menggunakan
analgetik secara tepat.
- Mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- Mengkolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu.
2. Latihan rentang gerak (I.05177) - Pasien bersedia DIN
- Mengidentifikasi indikasi melakukan latihan sesuai A
dilakukan latihan indikasi
- Mengidentifikasi - Pasien bersedia
keterbatasan pergerakan menggunakan pakaian
sendi yang longgar saat latihan
- Memonitor lokasi - Pasien bersedia berhati-
ketidaknyamanan atau nyeri hati dalam melakuan
pada saat bergerak latihan
- Menggunakan pakaian yang - Pasien sangat semangat
longgar karena mendapat
- Mencegah terjadinya cedera dukungan dari keluarga
selama latihan rentang gerak - Pasien sangat
dilakukan memperhatikan saat
- Memfasilitasi diberi penjelasan
mengoptimalkan posisi - Pasien bisa melakukan
tubuh untuk pergerakan latihan dengan baik dan
sendi yang aktif dan pasif. sesuai yang diajarkan
- Melakukan gerakan pasif
dengan bantuan sesuai
dengan indikasi.
- Memberikan dukungan
positif pada saat melakukan
latihan gerak sendi.
- Menjelaskan tujuan dan
prosedur latihan
- Menganjurkan melakukan
rentang gerak aktif dan pasif
secara sistematis
- Menganjurkan duduk di
tempat tidur atau di kursi,
jika perlu
- Mengajarkan rentang gerak
aktif sesuai dengan program
latihan
- Mengkolaborasi dengan
fisioterapis mengembangkan
program latihan, jika perlu.
3. Promosi citra tubuh (I.09305) - Pasien bersedia untuk DIN
- Mengidentifikasi harapan mengungkapkan A
citra tubuh berdasarkan gambaran dirinya saat
tahap perkembangan sakit
- Mengidentifikasi perubahan - Pasien bersedia menerima
citra tubuh yang keadaannya saat ini
mengakibatkan isolasi sosial - Pasien bisa memahami
terhadap harga diri dirinya sendiri dan bisa
- Mendiskusikan cara mengargai perasaannya
mengembangkan harapan - Pasien mengguakan alat
citra tubuh secara realistis bantu penyangga
- Menganjurkan
mengungkapkan gambaran
diri terhadap citra tubuh
- Menganjurkan menggunakan
alat bantu
- Melatih fungsi tubuh yang
dimiliki
- Melatih peningkatan
penampilan diri
- Memonitor frekuensi
pernyataan kritik terhadap
diri sendiri
- Mendiskusikan perubahan
tubuh dan fungsinya
- Mendiskusikan perbedaan
penampilan fisik

F. Evaluasi
Nama : Tn. S Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 37 Tahun Diagnosa Medis : Dislokasi Sendi

No. Dx Tanggal/jam Evaluasi TTD


1. Kamis, 11 Mei - Setelah diberikan terapi DINA
Nyeri akut b.d 2021 nonfarmakologis nyeri perut
agen pencedera
Jam 10.00 Wib kanan bawah menurun.
fisiologis
(D.0077) d.d - Setelah diberikan obat analgetik
nyeri di sendi.
nyeri di sendi menurun.
- Setelah diajarkan tekhnik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri, pasien
bisa melakukannya di rumah
apabila nyerinya kambuh lagi
- Klien mengatakan nyeri
berkurang atau hilang
2. Kamis, 11 Mei - Setelah diajarkan latihan gerak DINA
Gangguan 2021 klien dapat melakukan aktivitas
mobilitas fisik
Jam 10.00 Wib fisik seoptimal mungkin
b.d penurunan
massa otot
(D.0054) d.d
kekuatan otot
menurun.

3. Kamis, 11 Mei - Setelah diberikan edukasi klien DINA


Gangguan citra 2021 bisa memahami tentang dirinya
tubuh b.d
Jam 10.00 Wib sendiri
perubahan
fungsi tubuh - Klien menanyakan pemahaman
(D.0083) d.d tentang kondisi, prognosis, dan
hubungan sosial
pengobatan
berubah.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddart. 2012. Keperawatan medical Bedah volume 3. Jakarta : EGC

SANTOSA, Budi. 2013. Panduan Diagnosa. Jakarta : Prima Medika

Nurarif, A.H, & Kusuma, H. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan


diagnosa medical bedah, jilid 1. Jogjakarta : Mediaction

Rendi, M.C, & Th, M.(2012). Asuhan keperawatan medikal bedh penyakit dalam.
Yogjakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai