Anda di halaman 1dari 5

I.

PENDAHULUAN :
Zingiber cassumunar Roxb. di Indonesia dikenal dengan nama
bangle / panglai. Tanaman ini sejak lama telah dimanfaatkan sebagai obat
tradisional oleh masyarakat di pulau Jawa bahkan telah
membudidayakannya walaupun tidak intensif, padahal sangat potensial
untuk dikembangkan sebagai bahan baku obat tradisional dalam industri
Farmasi. Bangle merupakan tumbuhan yang tidak berkayu yang termasuk
dalam suku Zingiberaceae, yang perbanyakannya dengan menggunakan
rimpang atau anakannya. Cara pemanfaatan bangle sebagai obat
tradisioanal, penggunaannya dicampur dengan rempah-rempah lainnya
seperti lempuyang, jahe, dan kencur yang diminum untuk mengobati
masuk angin, susah buang air besar / sakit perut dan sakit kuning. Selain
rimpangnya akar daun bangle juga dapat dimanfaatkan sebagai obat
penenang. Selanjutnya Kloppenburg dalam Heyne menyatakan bahwa
bangle berkhasiat menghangatkan, mengeringkan, membersihkan dan
menghilangkan rasa sakit.
Daun dan rimpang bangle ini mengandung minyak atsiri sineol
yang dapat menghangatkan, serta pinen yang dapat merangsang selaput
lendir yang melindungi di dinding usus bagian dalam pada konsentrasi
rendah, tetapi pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan orang pingsan.
Masyarakat di Lembak Delapan ( Bengkulu ) sering menggunakan
tumbukan rimpang bangle ( dalam bahasa bengkulu berarti belai ) untuk
mengobati sakit kepala ( pusing ) bagi wanita yang baru melahirkan.
Apabila dikaji dari manfaat dan kandungan senyawa aktif yang
dikandung tumbuhan ini, maka bangle sangat berpeluang untuk
dikembangkan sebagai bahan baku obat tradisional industri Farmasi.
Kelompok kami akan mencoba memproduksi Bangle sebagai
bahan baku obat tradisional dan membuatnya menjadi bentuk sediaan obat
yang layak dikonsumsi baik dari mutu, stabilitas, efektifitas, dan
kenyamanan pemakaiannya.
II. STUDI PUSTAKA :
Sinonim : Zingiber cassumunar Roxb.
Klasifikasi tanaman Bangle / Purple ginger
Divisio = Spermatophyta
Subdivisio = Angiospermae
Class = Monocotyledoneae
Ordo = Scitaminae
Familia = Zingiberaceae
Genus = Zingiber
Species = Zingiber purpureum Roxb.
Simplisia = Zingiberis purpurei rhizoma ( rimpang bangle )
( Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991 )

Nama daerah :
Sumatra : Mugle ( Aceh ), bengle ( Gayo ), bungle ( Batak simalungun ),
banglai, banlai ( Mentawai ), banglai ( Palembang ), bunglai, bangle, kunit
bolai, kunyit bolai ( Melayu ).
Jawa : Panglai ( Sunda ), bengle ( Jawa ), pandiyang ( Madura ).
Kalimantan : Bangalai ( Dayak Ngaju ).
Sulawesi : Manglai, mangulai, bangerai, wangelei, kukuniran kukundian,
walegai ( Minahasa ), bale ( Makasar ), panini ( Bugis ).
Nusa Tenggara : Banggele ( Bali ), banggulae ( Bima ), bangalae ( Roti ).
Maluku : Unin makei, unin pakei ( Ambon ), bangle ( Ternate, Tidore ).
English : Purple ginger.

Ciri tumbuhan :
Terna atau herba dengan rimpang kuat, menjalar berdaging. Batang
bulat semu terdiri dari pelepah daun yang dipinggir ujungnya berbulu
sikat, tangkai daun pendek. Daun banyak, berhadapan, daun paling bawah
tereduksi, helai daun berbentuk lonjong panjang 10 sampai 11 kali lebar,
pangkal tumpul, ujung sangat lancip, kedua permukaan berbulu halus,
jarang, panjang helai daun 23 cm sampai 35 cm, lebar 20 mm sampai 37
mm. Perbungaan terdapat diujung, panjang gagang sampai 20 cm, bagian
yang mengandung bunga berbentuk tandan, bentuk bundar telur atau
seperti gelendong ; panjang 6 cm sampai 10 cm, lebar 4 cm sampai 5 cm ;
daun kelopak tersusun seperti genting ; kelopak berbentuk tabung,
ujungnya bergerigi 3, panjang lebih kurang 1.5 cm, warna merah
menyala ; tajuk berbentuk tabung pada bagian pangkal, panjang lebih
kurang 1.5 cm, warna kuning, ujung berbelah-belah, lonjong berujung
lancip, panjang kurang lebih 2.5 cm ; bibir bunga berbentuk agak bundar
memanjang, warna putih atau berwarna coklat, panjang 2 cm sampai 4 cm,
lebar 2 cm sampai 2.5 cm. Rimpang rasanya agak pahit, pedas, dan berbau
aromatik.

Keanekaragaman :
Keanekaragaman kecil.

Ekologi dan penyebaran :


Tumbuh di Asia yang beriklim tropis dari India sampai Indonesia.
Di Jawa ditanam di pekarangan yang cukup mendapat sinar matahari, dari
dataran rendah sampai pada ketinggian 1.300 m di atas permukaan laut.

Budidaya :
Perbanyakan dengan stek rimpang. Berat stek rimpang 25 gram sampai 40
gram dengan 2 sampai 3 tunas setiap stek. Tanaman ini menghendaki tanah
yang relatif subur, ringan, gembur, baik tata pengairannya dan
mendapatkan sinar matahari. Pada tanah yang becek atau tergenang,
pertumbuhan tanaman akan terganggu dan rimpangnya cepat membusuk.
Jarak tanam 40 cm sampai 50 cm. Cara pemeliharaan adalah dengan
penyiangan dan pembumbunan. Penyakit yang sering dijumpai adalah
serangan penyakit layu. Panen dapat dilakukan setelah tanaman berumur 1
tahun, dengan hasil 1 ton sampai 30 ton rimpang segar tiap hektar.
Kandungan zat akar tinggal bangle ini adalah :
a. Minyak atsiri yang berisikan sineol, pinen, dan sesquiterpen.
b. Damar yang lunak ( rasanya pahit ), lemak, gom, gula, pati, dan tannin.
c. Asam-asam organik, mineral, dan albuminoida.

Efek Farmakologi / Kegunaan :


Bagian yang dipakai sebagai obat adalah rimpang dan daunnya.
Rimpang :
1. Sakit kuning.
2. Karminatif ( peluruh kentut )
3. Penghangat badan
4. Anti asma ( Antiasthmatic activity ).
5. Obat penurun panas ( Antipiretik )
6. Sakit kepala ( Analgesic )
7. Batuk berdahak ( Expectoran )
8. Perut nyeri
9. Pencahar ( Laksan )
10. Cacingan ( Vermifuge )
11. Rheumatism
12. Ramuan jamu pada wanita setelah melahirkan
13. Mengecilkan perut setelah melahirkan
14. Kegemukan ( Obesitas )
Daunnya :
1. Kurang nafsu makan
2. Perut terasa penuh

Dosis :
Yang digunakan adalah Rhizomanya dengan dosis 0.5 gram sampai 3 gram
dapat digunakan sebagai Karminatif dan penghangat badan.

Anda mungkin juga menyukai