Anda di halaman 1dari 133

KARYA ILMIAH AKHIR NERS (KIA-N)

JUDUL

PENERAPAN TERAPI SPIRITUAL : DZIKIR PADA Tn. A TERHADAP


KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PENDENGARAN DI
RUANGAN NURI RSJ PROF HB SA’ANIN PADANG
TAHUN 2020

OLEH :

NURDIANA, S. Kep
NIM : 1914901731

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES PERINTIS PADANG
T/A 2019/2020

1
KARYA ILMIAH AKHIR NERS (KIA-N)

JUDUL

PENERAPAN TERAPI SPIRITUAL : DZIKIR PADA Tn. A TERHADAP


KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PENDENGARAN DI
RUANGAN NURI RSJ PROF HB SA’ANIN PADANG

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Profesi
Ners Stikes Perintis Padang

OLEH :

NURDIANA, S. Kep
NIM : 1914901731

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES PERINTIS PADANG
T/A 2019/2020

2
3
4
5
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS PADANG

Karya Ilmiah Akhir Ners, Oktober 2020


Nurdiana, S. Kep

PENERAPAN TERAPI SPIRITUAL : DZIKIR PADA Tn. A TERHADAP


KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PENDENGARAN DI
RUANGAN NURI RSJ PROF HB SA’ANIN PADANGTAHUN 2020
xii, V bab, 105 halaman, 2 tabel

ABSTRAK
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang bersifat kronis ditandai dengan
terdapatnya perpecahan (schism) antara pikiran, emosi dan perilaku pasien yang
terkena. Perpecahan pada pasien digambarkan dengan adanya gejala fundamental
(atau primer) spesifik, yaitu gangguan pikiran yang ditandai dengan gangguan
asosiasi, khususnya kelonggaran asosiasi. Halusinasi merupakan persepsi yang salah
(false perception) tanpa adanya objek luar. Salah satu intervensi yang dapat dilakukan
pada pada pasien halusinasi adalah penerapan terapi spiritual:dzikir. Tujuan dari
karya ilmiah ini mampu menerapkan terapi spiritual:dzikir pada Tn.A dalam
mengontrol halusinasi pendengaran diruangan nuri RSJ Prof Hb Saanin padang.
Metode penulisan ini adalah studi kasus dengan quasy eksperime, intervensi ini
dilakukan 1 kali dalam sehari selama 4 hari. Dari hasil intervensi yang dilakukan
selama 4 hari didapatkan bahwa terapi Spiritual : dzikir dapat mengontrol halusinasi
pendengaran pada Tn.A. Kesimpulan dari intervensi mengontrol halusinasi
pendengaran dapat diidentifikasi dan dikendalikan dengan salah satunya penerapan
terapi spiritual : dzikir dengan strategi pelaksanaan (Sp1-Sp 4). Saran diharapkan
perawat selalu berusaha untuk menerapkan terapi spiritual :dzikir pada pasien
halusinsi pendengaran, karena berdzikir dapat meningkatkan ketenangan hati
sehingga gejala-gejala penderita halusinasi akan lebih.

Kata Kunci : Terapi spiritual : dzikir, gangguan persepsi sensori :


halusinasi pendengaran.
Kepustakaan : 28 (2000 – 2018)

6
NURSING SCIENCE PROFESSIONAL PROGRAM
PERINTIS COLLEGE OF HEALTH SCIENCE WEST SUMATERA

Essay, oktober 2020


Nurdiana, S. Kep

APPLICATION OF SPIRITUAL THERAPY: DZIKIR ON Mr. A ON THE


ABILITY TO CONTROL THE HEARING HALLUSNATION IN THE ROOM
NURI ROOM RSJ PROF HB SA'ANIN PADANG TAHUN 2020.

xii, V chapters, 105 pages, 2 tables

ABSTRACT

Schizophrenia is a chronic psychotic disorder characterized by the presence of


schism between the thoughts, emotions and behavior of the affected patient. The
division in the patient is described by the presence of specific fundamental (or
primary) symptoms, that is, a mental disorder characterized by an association
disorder, in particular loosening of the association. Hallucinations are false
perceptions in the absence of external objects. One of the interventions that can be
done in hallucinated patients is the application of spiritual healing: dhikr. The
purpose of this scientific work is to be able to apply spiritual healing: dzikir to Mr. A
in controlling auditory hallucinations in the parrot room of RSJ Prof. Hb Saanin
Padang. This writing method is a case study with quasy experiment, this intervention
is carried out once a day for 4 days. From the results of the intervention carried out
for 4 days, it was found that Spiritual therapy: dhikr could control auditory
hallucinations in Mr.A. The conclusion of the intervention to control auditory
hallucinations can be identified and controlled by one of them the application of
spiritual healing: dhikr with implementation strategies (Sp1-Sp 4). Suggestions are
expected that nurses always try to apply spiritual healing: dhikr in hearing
hallucinations patients, because dzikir can increase peace of mind so that the
symptoms of hallucinations sufferers will be more.

Keywords : Spiritual healing: dhikr, sensory perception disorders: auditory


hallucinations.

Bibliography : 28 (2000 – 2018)

7
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS

Nama : Nurdiana

Tempat/Tanggal Lahir : Pulau Rengas Ulu, 04 Oktober 1996

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Mahasiswi

Jumlah Saudara :-

Anak Ke- : 1 (Pertama)

Alamat :Pulau Rengas Ulu, Kecamatan Bangko Barat,

Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi.

NAMA ORANG TUA

Ayah : Armadi

Ibu : Alm. Karsi

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Tahun -2009 : SDN 116 Kec. Bangko Barat

2. Tahun 2009-2012 : SMPN 03 Merangin

3. Tahun 2012-2015 : SMAN 07 Merangin

4. Tahun 2015-2019 : S1 Keperawatan STIKes Perintis Padang

8
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan

pembuatan (KIA-N) yang berjudul (Penerapan terapi spiritual : dzikir pada tn. A

terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pendengaran di ruangan nuri rsj

prof hb sa’anin padang).

Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW,

yang telah mengajarkan dan membimbing umatnya dari umat yang tidak mengetahui

apa-apa menuju umat yang berbudi luhur dan bermoral serta menjadikan umatnya

senantiasa bertaqwa kepada Allah SWT.

(KIA-N) ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan

pendidikan Profesi Ners di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang. Dalam

pembuatan (KIA-N) ini peneliti mengucapkan terima kasih terutama kepada Kedua

Orang Tua yang telah memberikan semangat dan doanya tanpa henti, untuk selalu

menguatkan peneliti sehingga dapat menyelesaikan penulisan makalah seminar kasus

ini. Selanjutnya peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ketua Stikes Perintis Padang Yendrizal Jafri, S.Kep, M.Biomed.

2. Ketua Program Profesi Ners Stikes Perintis Padang, Ns. Mera Delima, M.Kep.

3. Pembimbing Akademik Ns. Falerisiska Yunere, M. Kep.yang telah meluangkan

untuk memberikan bimbingan arahan dan petunjuk selama menyelesaikan KIA-N.

9
4. Pembimbing Klinik Ns, Aldo yuliano, S.kep. MM, telah memberikan arahan dan

masukan selama penyelesaian (KIA-N) ini.

5. Teristimewa kepada Papak dan ibuk serta semua sanak saudara yang telah

membantu dan memberi dukungan baik moril maupun material untuk dapat

menyelesaikan proposal ini.

6. Teman-teman senasib dan seperjuangan angkatan 2015 S1 Keperawatan sampai

dengan Profesi Ners Reguler Sekolah Tinggi Kesehatan Perintis Padang Serta

semua pihak yang telah membantu dalam penyelesian KIA-N ini.

Meskipun peneliti telah berusaha semaksimal mungkin dalam penulisan

(KIA-N) ini, namun peneliti menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan

(KIA-N), karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Oleh karena itu peneliti

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan

(KIA-N) ini.

Semoga Allah SWT, selalu melimpahkann rahmat dan hidayah-Nya kepada

kita semua, Amin

Bukittinggi, Oktober 2020

Peneliti

DAFTAR ISI

10
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep dasar halusinasi
2.1.1 Pengertian.......................................................................................... 9
2.1.2 Rentang respon ................................................................................. 10
2.1.3 Faktor Penyebab ............................................................................... 12
2.1.4 Jenis Halusinasi ................................................................................ 15
2.1.5 Tanda Gejala ..................................................................................... 15
2.1.6 Tahap-Tahap Halusinasi................................................................... 16
2.1.7 Proses terjadinya ............................................................................... 18
2.1.8 Mekanisme Koping Halusinasi ........................................................ 19
2.1.9 Penatalaksanaan ................................................................................ 20
2.1.10 Pohon Masalah................................................................................ 21

2.2 Konsep Terapi Spiritual:dzikir


2.1.1 Pengertian ......................................................................................... 21
2.1.2 Macam-Macam Dzkir ...................................................................... 22
2.1.3 Bentuk-Bentuk Terapi Dzikir .......................................................... 24

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis


2.3.1 Pengkajian ......................................................................................... 26
2.3.2 Diagnosa ............................................................................................ 37
2.3.3 Rencana tindakan .............................................................................. 38
2.3.4 Implementasi ..................................................................................... 50
2.3.5 Evaluasi ............................................................................................. 50

BAB III STUDI KASUS


3.1 Pengkajian .................................................................................................. 51
3.2 Analisa Data ............................................................................................... 64
3.3 Daftar masalah keperawatan ..................................................................... 67
3.4 Pohon masalah ........................................................................................... 68

11
3.5 Daftar iagnosa Keperawatan ..................................................................... 68
3.6 Intervensi Keperawatan ............................................................................. 69
3.7 Catatan Perkembangan .............................................................................. 79

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Analisis Masalah Keperawatan ................................................................. 91
4.2 Analisis Salah Satu Intervensi ................................................................... 100
4.3 Arternatif Pemecahan ................................................................................ 102

BAB IV PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 103
5.2 Saran ........................................................................................................... 104
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

12
No. Tabel Halaman

2.1 Jenis Halusinasi ....................................................................................... 28


3.1 Analisa Data ............................................................................................. 78
3.2 Rencana Rindakan Keperawatan............................................................. 84
3.3 Implementasi dan Evaluasi ...................................................................... 94

DAFTAR SKEMA

No Tabel

2.1 Rentang Respon........................................................................................ 23


3.1 Pohon Masalah .......................................................................................... 82

BAB I

PENDAHULUAN

13
A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan sosial yang

terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang

efektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan emosional (Videbeck, 2008).

Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seseorang yang terus tumbuh berkembang

dan mempertahankan keselarasan dalam pengendalian diri, serta terbebas dari

stress yang serius (Direja, 2011).

Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang bersifat kronis ditandai dengan

terdapatnya perpecahan (schism) antara pikiran, emosi dan perilaku pasien yang

terkena. Perpecahan pada pasien digambarkan dengan adanya gejala fundamental

(atau primer) spesifik, yaitu gangguan pikiran yang ditandai dengan gangguan

asosiasi, khususnya kelonggaran asosiasi. Gejala fundamental lainnya adalah

gangguan afektif, autisme, dan ambivalensi. Sedangkan gejala sekundernya adalah

waham dan halusinasi (Stuart, 2013 ).

Menurut World Health Organization (WHO, 2018), memperkirakan terdapat

sekitar 450 juta orang didunia terkena skizofrenia. Di Indonesia menunjukkan

prevalensi skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000

penduduk Indonesia (RISKESDAS, 2013), sedangkan pada tahun 2018

diperkirakan sabanyak 31,5% penduduk mengalami gangguan jiwa (RISKESDAS,

2018). Jumlah penderita gangguan jiwa di indonesia khususnya halusinasi

menyebutkan bahwa jumlah gangguan jiwa pada tahun 2014 adalah 121.962

orang, tahun 2015 jumlahnya meningkat menjadi 260.247 orang, tahun 2016

14
bertambah menjadi 317.504 orang (Dinkes, 2017). Di Sumatera Barat penderita

gangguan jiwa pada tahun 2016 sebanyak 50.608 jiwa, pada tahun 2017 terdapat

sebanyak 45.481 jiwa (DKK Padang, 2017).

Berdasarkan data yang di dapatkan di Rumah Sakit Jiwa RSJ Prof. H.B. Sa’anin

Padang, jumlah penderita gangguan jiwa yang dirawat pada tahun 2016 terdapat

sebanyak 2.956 orang penderita yang mana 1.514 (51,22%) adalah penderita

schizophrenia dan 1.278 diantaranya adalah penderita halusinasi. Sedangkan pada

tahun 2017 di dapatkan data pasien yang mengalami gangguan jiwa khususnya

skizofrenia sebanyak 2.032 orang dan pada tahun 2018 terdapat sebanyak 2.130

orang penderita yang mana 1.477 orang adalah penderita halusinasi. Berdasarkan

data di atas di simpulkan bahwa terjadinya peningkatan kasus skizofrenia

khusunya dengan halusinasi (Rekam Medik, RSJ Prof. H.B. Sa’anin Padang,

2018).

Dari hasil buku laporan komunikasi ruangan dan wawancara yang dilakukan pada

tanggal 21 Februari terhadap 27 orang pasien di ruangan Wisma Nuri RSJ Prof.

H.B. Sa’anin Padang didapatkan 10 orang (43,75%) yang mengalami halusinasi, 9

orang (37,5%) yang mengalami resiko perilaku kekerasan, 3 orang (9,3%) yang

mengalami harga diri rendah, dan 4 orang (9,3%) yang mengalami waham. Dari

14 orang pasien yang mengalami halusinasi tersebut penulis menganalisis satu

orang pasien yaitu Tn. A yang sudah lebih kurang 4 bulan yang lalu mengalami

gangguan jiwa dan sudah dirawat di RSJ sebanyak 4 kali (RSJProf. H.B. Sa’anin

Padang, 2020).

15
Halusinasi merupakan persepsi yang salah (false perception) tanpa adanya objek

luar. Tentu saja persepsi yang dihasilkan tidak seperti persepsi yang normal, ada

objek luar pembentuk persepsi. Selain itu halusinasi hanya dimiliki oleh individu

tersebut, sedangkan orang lain tidak memilikinya. Halusinasi dapat diperngaruhi

oleh imajinasi mental yang kemudian diproyeksikan keluar sehingga seolah-olah

datangya dari luar dirinya, sehingga orang yang mengalami halusinasi sangat

berdampak buruk (Ibrahim, 2011).

Dampak yang terjadi dari halusinasi adalah seseorang dapat kehilangan control

dirinya sehingga bisa membahayakan diri sendiri, orang lain maupun merusak

lingkungan, hal ini terjadi dimana seseorang yang mengalami halusinasi sudah

mengalami panic dan perilakunya dikendalikan oleh pikiran halusinasinya. Dalam

situasi ini sesorang yang mengalami halusinasi dapat melakukan bunuh diri

bahkan bisa membunuh orang lain. Sehingga petugas kesehatan telah berupaya

untuk melakukan terapi pengobatan pada pasien halusinasi seperti terapi berupa

farmakologi dan terapi nofarmakologi seperti terapi spiritual:Dzikir dimana terapi

ini sangat bermanfaat bagi seseorang yang terkena gangguan jiwa pada haulusinasi

(Yosep, 2010).

Terapi Spiritual : Dzikir menurut bahasa berasal dari kata ”dzakar” yang berarti

ingat. Dzikir juga di artikan “menjaga dalam ingatan”. Jika berdzikir kepada Allah

artinya menjaga ingatan agar selalu ingat kepada Alla ta‟ala. Dzikir menurut

syara‟ adalah ingat kepada Allah dengan etika tertentu yang sudah ditentukan Al-

Qur‟an dan hadits dengan tujuan mensucikan hati dan mengagungkan Allah.

Menurut Ibn Abbas ra. Dzikir adalah konsep, wadah, sarana, agar manusia tetap

16
terbiasa dzikir (ingat) kepadaNya ketika berada diluar shalat. Tujuan dari dzikir

adalah mengagungkan Allah, mensucikan hati dan jiwa, mengagungkan Allah

selaku hamba yang bersyukur, dzikir dapat menyehatkan tubuh, dapat mengobati

penyakit dengan metode Ruqyah, mencegah manusia dari bahaya nafsu.

(Fatihuddin, 2010).

Terapi Spiritual:Dzikir secara Islami, yaitu suatu perlakuan dan pengobatan yang

ditujukan kepada penyembuhan suatu penyakit mental, kepada setiap individu,

dengan kekuatan batin atau ruhani, yang berupa ritual keagamaan bukan

pengobatan dengan obat-obatan, dengan tujuan untuk memperkuat iman seseorang

agar ia dapat mengembangkan potensi diri dan fitrah beragama yang dimilikinya

secara optimal, dengan cara mensosialkan nilai-nilai yang terkandung di dalam al-

Quran dan as-Sunnah ke dalam diri. Seperti melakukan shalat wajib, berdoa dan

berzikir dari perbuatan tersebut dapat membuat hidup selaras, seimbang dan sesuai

dengan ajaran agama (Yusuf, 2016).

Berdasarkan Tanda dan gejala pada indikator Afektif paling banyak dialami

responden seperti senang dengan halusinasinya, merasa terganggu, ketakutan,

khawatir dan curiga. Pada indicator fisiologis paling banyak dialami responden

seperti kewaspadaan, tekanan darah dan keringat dingin meningkat. Pada tanda

dan gejala pada indikator perilaku paling banyak dialami responden seperti

menggerakan bibirnya / komat-kamit, cenderung mengikuti halusinasinya dari

pada menolak, daya tilik dirikurang, penampilan tidak sesuai, dan menunjukan-

nunjuk kearah tertentu. Tanda dangejala pada indikator sosial paling banyak

17
dialami responden seperti Acuh dengan lingkungan, Kesulitan menjalin hubungan

dengan orang lain, dan Tidak tertarik dengan kegiatan harian. Dampak yang terjadi

dari halusinasi adalah seseorang dapat kehilangan control dirinya sehingga bisa

membahayakan diri sendiri, orang lain maupun merusak lingkungan, hal ini terjadi

dimana seseorang yang mengalami halusinasi sudah mengalami panic dan

perilakunya dikendalikan oleh pikiran halusinasinya. Dalam situasi ini sesorang

yang mengalami halusinasi dapat melakukan bunuh diri bahkan bisa membunuh

orang lain (Kusumawati, 2010).

Dari hasil jurnal penelitian (Deden dermawan, 2017) tentang pengaruh terapi

psikoreligius : Dzikir pada pasien halusinasi pendengaran yang dilakukan kepada 8

orang responden dirasakan oleh responden umumnya memiliki ciri-ciri yang sama,

dari 8 responden tersebut 5 responden mengatakan bahwa halusinasi yang dialami

nya berkurang setelah melakukan dzikir, dan 3 responden lainnya tidak mengalami

perubahan. Dan dari hasil jurnal penelitian ( wahyu catur hidayati, 2014)

mengenai pengaruh terapi religius zikir terhadap peningkatan kemampuan

mengontrol halusinasi pendengaran pada pasien halusinasi menunjukan bahwa

pasien halusinasi sebelum diberikan terapi religius zikir sebanyak 6,7%

katagorikan baik, sedangkan pasien halusinasi yang sudah di berikan terapi

religius zikir katagori baik sebanyak 98,7%. Jumlah sampel 75 pasien halusinasi

pendengaran dengan teknik purposive sampling. Hasil analisa bivariate dengna uji

Wilcoxon menunjukkan ada pengaruh terapi religius zikir terhadap peningkatan

kemampuan mengontrol halusinasi pendengaran di peroleh nilai p-value = 0,000,

karena nilai p<α (0,05) sehingga dapat disimpulkan terapi religius zikir

18
berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan mengontrol halusinasi

pendengaran pada pasien halusinasi di RSJD Dr. Amino Gondohutomo semarang.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis tertarik untuk

menerapkan terapi spiritual:dzikir pada Tn.A terhadap peningkatan kemampuan

mengontrol halusinasi pendengaran.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan latar belakang di atas maka yang akan menjadi rumusan

masalah yaitu penerapan terapi spiritual: dzikir dapat mengontrol halusinasi

pendengaran pada pasien halusinasi di ruangan Nuri RSJ Prof HB Sa’anin

Padang

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum karya ilmiah ini ialah untuk memberikan asuhan keperawatan

jiwa pada Tn. A dengan penerapan terapi spiritual : Dzikir dapat mengontrol

halusinasi pendengaran di ruangan Nuri RSJ Prof HB Sa’anin Padang.

2. Tujuan khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Tn. A dengan

masalah Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran .

b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan Tn.A dengan

masalah utama Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran

19
c. Mahasiswa mampu melakukan Intervensi keperawatan pada Tn. A dengan

Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.

d. Mahasiswa mampu melakukan implementasi asuhan keperawatan dengan

intervensi penerapan terapi spiritual : Dzikir pada Tn. A dengan masalah

Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.

e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Tn. A dengan

Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.

f. Mahasiswa mampu menganalisis asuhan keperawatan dengan intervensi

penerapan terapi spiritual : Dzikir pada Tn. A dengan masalah Gangguan

persepsi sensori : halusinasi pendengaran.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi pendidikan

Hasil karya ilmiah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi oleh mahasiswa

maupun pendidikan dalam bidang keilmuan terutama mengenai analisa

asuhan keperarawatan jiwa dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi

pendengaran dengan spiritual terhadap kemampuan pasien dalam mengontrol

halusinasi pendengaran.

2. Bagi responden

Karya ilmiah ini dapat menambah pengetahuan responden tetang pengaruh

penerapan terapi spiritual : Dzikir terhadap kemampuan mengontrol halusinasi

pendengaran. Sehingga dapat direkomendasikan atau dianjurkan sebagai

salah satu pengobatan non farmakologi bagi responden.

3. Bagi Rumah sakit

20
Hasil karya ilmiah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi peneliti yang

akan menangani pasien halusinasi dalam bidang keilmuan terutama mengenai

analisa asuhan keperarawatan jiwa dengan gangguan persepsi sensori:

halusinasi pendengaran dengan spiritual:Dzikir terhadap kemampuan pasien

dalam mengontrol halusinasi pendengaran.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

21
2.1 Konsep Dasar

2.1 1 Pengertian Halusinasi

Halusinasi dapat didefenisikan sebagai suatu gejala gangguan jiwa pada

individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi merasakan sensasi

palsu berupa panglihatan, pengecapan, perabaan, penghiduan, atau

pendengaran (Keliat dan Akemat, 2014). Halusinasi adalah hilangnya

kemampuan manusia dalam membedakan ransangan internal (pikiran) dan

ransangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat

tentang lingkungan tanpa ada objek atau ransangan yang nyata. Sebagai

contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang

berbicara (Kusumawati dan Hartono, 2010).

Halusinasi merupakan persepsi yang salah (false perception) tanpa adanya

objek luar. Tentu saja persepsi yang dihasilkan tidak seperti persepsi yang

normal, ada objek luar pembentuk persepsi. Selain itu halusinasi hanya

dimiliki oleh individu tersebut, sedangkan orang lain tidak memilikinya.

Halusinasi dapat diperngaruhi oleh imajinasi mental yang kemudian

diproyeksikan keluar sehingga seolah-olah datangya dari luar dirinya

(Ibrahim, 2011).

2.1 2 Rentang Respon

22
Respon prilaku klien dapat di identifikasi sepanjang rentang respon yang

berhubungan dengan fungsi neurobiologi. Prilaku yang dapat diamati dan

mungkin menunjukan adanya halusinasi disajikan dalam tabel berikut.

Skema 2.1

Respon Adaptif Respon Maladaptif

1. Pikiran Logis 1. Distorasi Fikiran 1. Waham

2. Persepsi Akut 2. Ilusi 2. Halusinasi

3. Emosi Konsisten 3. Emosi </> 3. Emosi tidak

4. Perilaku Sesuai 4. Perilaku tidak Terkontrol

5. Hubungan Sosial biasa 4. Perilaku

5. Menarik diri Kekerasan

5. Isolasi Sosial

(Stuart GW, 2013)

a. Respon Adaptif

1) Pikiran logis

Pendapat atau pertimbangan yang dapat diterima akal

2) Persepsi Akurat

3) Mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus

berdasarkan informasi yang diterima melalui pancaindera

(pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan, dan perabaan).

4) Emosi Konsisten dengan pengalaman

23
Kemantapan perasaan jiwa dengan peristiwa yang pernah dialami.

5) Perilaku Sesuai

Prilaku individu berupa tindakan nyata dalam menyelesaikan masalah

masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya umum yang

berlaku.

6) Hubungan Sosial

Hubungan seseorang dengan orang lain dalam pergaulan ditengah-

tengah masyarakat.

b. Respon Transisi

1) Distorasi Fikiran

Kegagalan dalam mengabstrakkan dan mengambil keputusan.

2) Ilusi

Persepsi atau respon yang salah terhadap stimulus sensori.

3) Reaksi emosional berlebihan atau kurang

Emosi yang di ekspresikan dengan sikap yang tidak sesuai.

4) Perilaku ganjil atau tidak lazim

Prilaku aneh yang tidak enak, membingungkan, kesukaran mengelola

dan tidak kenal orang lain.

5) Menarik diri

Prilaku menghindar dari orang lain

c. Respon Maladaptif

24
1) Waham

Keyakinan yang salah secara kokoh dipertahankan walaupun tidak

diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita sosial.

2) Halusinasi

Persepsi yang salah tanpa adanya ransangan.

3) Ketidakmampuan mengalami emosi

Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk mengalami

kesenangan, kebahagiaan, keakraban, dan kedekatan.

4) Ketidakteraturan

Ketidakselarasan antara prilaku dan gerakan yang ditimbulkan.

5) Isolasi Sosial

Suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain

menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Stuart GW, 2013).

2.1 3 Faktor Penyebab

a. Faktor Predisposisi

Merupakan faktor yang melatarbelakangi terjadinya perubahan,

penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan yang mempengaruhi

perilaku (Stuart dan Laraia, 2006). Menurut Yosep, (2011) ada beberapa

faktor penyebab terjadinya gangguan halusinasi yaitu faktor

perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis, genetik dan pola asuh.

adapun penjelasan yang lebih diteil dari masing-masing faktor adalah

sebagai berikut:

1) Faktor Perkembangan

25
Tugas perkembangan klien yang terganggu minsalnya rendahnya

kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu

mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih

rentan terhadap stress.

2) Sosiokultural

Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi

(Unwanted child) akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak

percaya pada lingkungannya.

3) Faktor Biokimia

Mempunyai pengaruh terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang

berlebihan yang dialami seseorang maka didalam tubuh akan

dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinigik neurokimia seperti

Buffofenon dan Dimetytranferase (DMP). Akibat stress

berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotrasmitter otak.

Minsalnya Terjadi ketidak seimbangan Acetylcholin dan Dopamin.

4) Sosial Psikologis

Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah

terjerumus pada penyalahgunaan zat aktif. Hal ini berpengaruh pada

ketidak mampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi

masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari

alam nyata menuji alam khayal.

5) Faktor Genetik dan Pola Asuh

26
Penelitian menunjukan bahwa anak yang sehat yang diasuh oleh orang

tua Skizofrenia cendrung mengalami Skizofrenia. Hasil studi

menunjukan bahwa faktor keluarga menunjukan hubungan yang

sangat berpengaruh pada penyakit ini.

b. Faktor Presipitasi

Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah

adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak

berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stresor

dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan.

1) Biologis

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur

proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk

dalam otak mengakibatkan ketidak mampuan untuk secara selektif

menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterprestasikan.

2) Stress Lingkungan

Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor

lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku.

3) Sumber Koping

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi

stressor (Keliat, 2014).

27
2.1 4 Jenis halusinasi

Tabel 2.1

No Jenis Halusinasi Data Objektif Data subjektif


1 Halusinasi a. Bicara atau tertawa a. Mendengar suara-
Pendengaran sendiri suara atau
b. Marah-marah kegaduhan
tanpa sebab b. Mendengar suara-
c. Mengarahkan suara yang
telinga kearah mengajak bercakap-
tertentu cakap
d. Menutup telinga c. Mendengar suara
menyuruh untuk
melakukan sesuatu
yang berbahaya

2 Halusinasi a. Menunjuk-nunjuk a. Melihat bayangan,


Penglihatan kearah tertentu sinar, bentuk
b. Ketakutan pada geometris, bentuk
sesuatu yang tidak kartun, melihat
jelas hantu atau monster
3 Halusinasi a. Mencium seperti a. Membaui bauan
Penciuman sedang membaui seperti bau darah,
baubauan tertentu urine, feses, dan
b. Menutup hidung kadang-kadang bau
itu menyenangkan
4 Halusinasi a. Sering meludah a. Merasa rasa seperti
Pengecapan b. Muntah darah, urine, atau
feses
5 Halusinasi a. Menggaruk-garuk a. Mengatakan ada
Perabaan permukaan kulit serangga
dipermukaan kulit
b. Merasa seperti
tersengat listrik

28
2.1 5 Tanda Gejala

Tanda gejala bagi klien yang mengalami halusinasi adalah sebagai berikut:

a. Bicara,senyum dan tertawa sendiri

b. Mengatakan mendengar suara

c. Merusak diri sendiri/orang lain/lingkungan

d. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan yang mistis

e. Tidak dapat memusatkan konsentrasi

f. Pembicaraan kacaw terkadang tidak masuk akal

g. Sikap curiga dan bermusuhan

h. Menarik diri,menghindar dari orang lain,

i. Sulit membuat keputusan

j. Ketakutan dan mudah tersinggung

k. Menyalahkan diri sendiri/orang lain dan tidak mampu memenuhu

kebutuhan sendiri

l. Muka merah kadang pucat, ekspresi wajah tegang, tekanan darah

meningkat, nadi cepat dan banyak keringat

(Yudi Hartono ;2012;109)

2.1 6 Tahap - tahap Halusinasi

Halusinasi berkembang melalui empat tahap menurut Stuart dan Sundeen,

yaitu sebagai berikut:

29
a. Tahap I (Non-Psikotik) Pada tahap ini halusinasi mampu memberikan rasa

nyaman pada klien, tingkat orientasi sedang. Secara umum pada tahap ini

halusinasi merupakan hal yang menyenangkan bagi klien.

Karakteristik:

1) Mengalami kecemasan, kesepian, rasa bersalah dan ketakutan

2) Mencoba fokus pada pikiran yang dapat menghilangkan kecemasan

3) Pikiran dan pengalaman sensorik masih ada dalam kontrol kesadaran.

Prilaku yang muncul:

a) Tersenyum atau tertawa sendiri

b) menggerakkan bibir tanpa suara

c) Pergerakan mata yang cepat

d) Respon verbal lambat, diam dan berkonsentrasi

b. Tahap II (Non-Psikotik) Pada tahap ini biasanya klien bersikap

menyalahkan dan mengalami tingkat kecemasan berat. Secara umum

halusinasi yang ada dapat menimbulkan antipasi.

Karakteristik:

1) Pengalaman sensori menakutkan atau mearasa dilecehkan oleh

pengalaman tersebut

2) Mulai merasa kehilangan control

3) Menarikdiri dari orang lain

Prilaku yang muncul:

a) Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah

b) Perhatian terhadap lingkungan menurun

30
c) Konsentrasi terhadap pengalaman sensoripun menurun

d) Kehilangan kemampuan dalam membedakan antara halusinasi dan

realita

c. Tahap III (Psikotik) Klien biasanya tidak dapat mengontrol dirinya

sendiri, tingkat kecemasan berat, dan halusinasi tidak dapat ditolak lagi.

Karakteristik:

1) Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya

2) Isi halusinasi menjadi atraktif

3) Klien menjadi kesepian bila pengalaman sensori berahir

Prilaku yang muncul:

a) Klien menuruti perintah halusinasi

b) Sulit berhubungan dengan orang lain

c) Perhatian terhadap lingkungan sedikit atau sesaat

d) Tidak mampu mengikuti perintah yang nyata

e) Klien tampak tremor dan berkeringat

d. Tahap IV (Psikotik) Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasi dan

biasnya klien terlihat panik.

Prilaku yang muncul:

1) Resiko tinggi mencederai

2) Agitasi/ kataton

3) Tidak mampu merespon ransangan yang ada

(Fitria, 2010).

31
2.1 7 Proses Terjadinya

Proses terjadinya halusinasi diawali dengan seseorang yang mengalami

halusinasi akan menganggap sumber dari galusinyasinya berasal dari

lingkungan stimulasi eksternal. Padahal sumber itu berasal dari stimulus

internal yang berasal dari dalam dirinya tanpa ada stimulus eksternal

( Yosep, 2011 ).

Pada fase awal masalah itu menimbulkan.peningkatan kecemasan yang

terus-menerus dan sistem pendukung yang kurang akan nmembuat persepsi

untuk membedakan yang dipikirkan dengan perasaan sendiri, klien sulir

tidur sehingga terbiasa menghayal dan klien biasa menggap lamunan itu

sebagai pemecahan masalah. Meningkatnya pula pada fase comforting,

klien mengalami emosi yang berlanjurt seperti adanya cemas, kesepian,

perasaan berdosa dan sensorinya dapat diatur. Pada fase ini merasa nyaman

dengan halusinasinya.

Halusinasi jadi sering datang, klien tidak mampu lagi mengontrol dan

berupaya menjaga jarak dengan obyek yang dipesepsikan. Pada fase

codeming klien mulai menarik diri dari orang lain. Pada fase controlling

klien bisa merasakan kesepian. Pada fase conquering lama-kelamaan

pengalamn sensorinya terganggu, klien merasa teranam dengan

halusinasinya terutama bila menuruti kemauan dari halusinasinya tersebut.

32
2.1 8 Mekanisme Koping halusinasi

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor:

pada halusinasi terdapat 3 mekanisme koping yaitu

a. With Drawal : Menarik diri dan klien sudah asik dengan pelaman

internalnya

b. Proyeksi : Menggambarkan dan menjelaskan persepsi yang

membingungkan

c. Regresi : Terjadi dalam hubungan sehari hari untuk memproses masalah

dan mengeluarkan sejumlah energi dalam mengatasi cemas.

(Iskandar;2012;58)

2.1 9 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara

a. Menciptakan lingkungan yang terapeutik

Untuk mengurangi tingkat kecemasan ,kepanikan dan ketakutan pasien

akibat halusinasi sebaiknya pada permulaan dilakukan secara individu dan

usahakan terjadi kontak mata jika perlu pasien di sentuh atau dipegang.

b. Melaksanakan program terapi dokter

Sering kali pasien menolak obat yang diberikan sehubungan dengan

rangsangan halusinasi yang di terimanya.pendekatan sebaiknya secara

persuasif tapi nstruktif.perawat harus mengamati agar obat yang diberikan

betul di telanya serta reaksi obat yang diberikan.

c. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada

33
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif,perawat dapat menggali

masalah pasien yang merupakan penyebabab timbulnya halusinasi serta

membantu mengatasi masalah yang ada.

d. Memberi aktifitas kepada pasien

Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik,misalnya

berolahraga,bermain,atau melakukan kegiatan untul menggali potensi

keterampilan dirinya

e. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan Keluarga

pasien dan petugas lain sebaiknya diberitahu tentang data pasien agar ada

kesatuan pendapat kesinambungan dalamasuhan keperawatan

(Budi ana dkk;2011;147).

2.1 10 Pohon Masalah

Resiko perilaku kekerasan (Effect)

Gangguan sensori persepsi : halusinasi ( Core Problem)

Isolaso social (cause)

( Sumber Yosep, 2011 )

34
2.2 Konsep Terapi Spiritual : Dzikir

2.2.1. Pengertian Terapi Dzikir

Terapi adalah upaya pengobatan yang ditunjukan untuk penyembuhan kondisi

psikologis. Terapi juga dapat berarti upaya sistematis dan terencana dalam

menanggulangi masalah masalah yang dihadapi klien dengan tujuan

mengembalikan, memelihara, menjaga, dan mengembangkan kondisi klien

agar akal dan hatinya berada dalam kondisi dan posisi yang proposional. (M.

Shilihin, 2004)

Sedang kan dzikir secara etimologi berasal dari bahasa arab dzakara, artinya

mengingat, memperhatikan, mengenang, mengambil pelajaran, atau mengerti.

Sedangkan dalam pengertian terminology dzikir sering dimaknai sebagai

suatu amalu capanatauamal qauliyahmlalui bacaan- bacaan tertentu untuk

mengingat Allah. (Amzah, 2008)

Dari paparan Al-Qr’ansuratAr-Ra’dayat 28 diatas, bahwa dzikir merupakan

salah satu cara untuk terapi semua penyakit rokhani yang dialami manusia.

Walaupun dalam teks Al-Qur’an dzikir hanya sebagai penentram hati saja.

Kita dapat memahami bahwa banyak penyakit hati yang muncul karena tidak

tenangnya hati. Dalam hal ini dzikir dapat menenangkan hati dan jiwa

seseorang yang sedang mengalami goncangan dan menentralisasi pikiran yang

sedang merasakan kepenatan.

35
Sebagian ahli kedokteran jiwa telah menyakini bahwa penyembuhan penyakit

klien dapat dilakukan lebih cepat jika memakai cara pendekatan keagamaan,

yaitu dengan membangikitkan potensi keimanan kepada Tuhan lalu

menggerakan kearah pencerahan batiniah. Dengan kondisi ini lah akhirnya

timbul kepercayaan diri bahwa Tuhan adalah satu-satunya penyembuh dari

berbagai penyakit. (Amzah, 2008)

2.2.2. Macam-macam dzikir

Usman membagi model dzikir berdasarkan pusat aktivitas dzikirnya menjadi

2 macaam, yaitu sebagai berikut:

a. Dzikir dalam arti ingat yang sebelumnya lupa atau lalai. Artinya manusia

kembali berdzikir setelah lalai mengingat Allah. Dalam jangka waktu

tertentu, kemudian dia bertabaat untuk senantiasa mengingat-Nya.

b. Dzikir dalam artian kekal ingatnya. Artinya setelah manusia tersebut

bertaubat yang sebenar-benarnya kemudian dia akan selalu ingatakan Allah

Lebih lanjut, dalam kehidupan sufi dikenal dengan dua jenis praktik dzikir,

yaitu dzikir lisan (jahar) dan dzikir qalbi (khofi).

 Dzikir Lisan

Dzikir lisan merupakan dzikir dengan mengucapkan lafal- lafal dzikir

tertentu yang berasal dari ayat-ayat Al-Qur’an baik keseluruhan maupun

sebagian, baik dengan suara keras maupun perlahan. Dalam melakukan

dzikir ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Pertama diniatkan untuk

mendekatkan diri dan beribadah kepada Allah dengan tujuan mencari ridha,

36
cinta, dan ma’rifat-Nya. Kedua dilakukan dalam keadaan memiliki wudlu.

Pertimbangnnya karena wudlu menyiratkan penyucian diri dari hadas.

Ketiga dilakukan pada tempat dan suasan yang menunjang kekhusyukan.

Keempat berusaha memahami makna yang terkandung didalmnya. Kelima

mengosongkan hati dan ingatan dari segala sesuatu selain Allah. Keenam

mewujudkan pesan-pesan yang terkandung dalam ucapan dzikir itu dalam

sikap hidup.

 Dzikir Qalbu

Dzikir Qalbu yaitu dzikir yang tersembunyi di dalam hati tanpa suara dan

kata kata. Dzikir ini hanya memenuhi qalbu dengan kesadaran yang sangat

dekat dengan Allah seirama dengan detak jantung serta mengikuti keluar

masuknya nafas disertai kesadaran akan kehadiran Allah. Dalam literature

sufisme barat, dzikir qalbu sering dilukiskan sebagai Living Prosenc (hidup

dengan merasakan kehadiran Tuhan).

2.2.3. Bentuk- bentuk terapi dzikir

Ada beberapa lafal dzikir yang bersumber dari Al-Qur’an maupun Hadist Nabi,

diantaranya sebagai berikut :

a. Tahmid, yaitu mengucap kanal-hamdulillah (Segala puji bagi Allah)

b. Tasbih, yaitu mengucapkan Subhanallah (Mahasuci Allah)

c. Takbir, yaitu mengucapkan Allahuakbar

d. Tahlil, yaitu mengucapkan Laailahailla Allah (Tiada tuhan selain Allah)

37
e. Basmalah, yaitu mengucapkan bismillahirrahmaniar-rahim (Dengan nama

Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang)

f. Istighfar, yaitu mengucapkan astghfirullah (Aku memohon ampun kepada

Allah)

g. Hawqalah, yaitu mengucapkan La hawlawalaquwwataillabillah (Tiada daya

dan tiada kekuatan, kecuali daya dan kekuatan dari Allah).

Dzikir Tauhid menurut Agus mustofa adalah upaya berdzikir disepanjang waktu

yang kita milki. Tidak hanya seusai shalat tetapi sejak bangun tidur sampai tidur

kembali, bahkan sampai kealam bawa shadar sekalipun, dalam keadaan berdiri,

duduk, maupun berbaring. Prinsip dasar dari dzikir tauhid adalah kembali kepada

‘mengingat’ Allah. Berdzikir kepada Allah, mengorientasikan segala aktifitas

hanya kepada Allah, dzikir tauhid ini untuk meng-Esakan Allah dan untuk

mencapai kesadaran tauhid.

Lafaz dzikir yang digunakan dalam penelitian ini ialah dzikir dengan kalimat

Tauhid (La illahaillallah). Nabi Musa as telah diberi penjelasan oleh Allah

bahwa dzikir merupakan ibadah khusus yang paling disenangi. Karena

kemampuannya untuk menanamkan ketulusan yang sangat dalam pada hati orang

yang mempercayainya, La illahaillallahu juga disebut sebagai pembersih jiwa.

Dalam ordo Chishtiyyah fase awal praktik dzikir terdiri dari pembacaan La

illahaillallahu dengan perhentian napas pada tempat-tempat tertentu, bagian

dzikr kedua, ketiga, dan keempat pun terdiri dari bacaan La illahaillallahu.

Alasan bahwa praktik dizikir ini sangat efektif karena adanya bunyi-bunyi vocal

38
panjang kalimat La illahaillallah akan menggetarkan hati, yang menyebabkan

tersebarnya sifat-sifat Allah dalam waktu singkat.

Menurut Agus Mustofa tahap-tahap dalam dzikir tauhid antara lain sebagai

berikut:

1. Merasakan keberadaan diri kita dan alam semesta secara holistic dengan

begitu kita dapat mengenal da merasakan kehadiran sang pencipta.

2. Meniadakan diri, artinya segala hal hanya semu belaka, yang adahanya Dia,

zat tunggal Allah Azza Wajalla.

3. Meyatukan diri dalam harmoni alam semesta, merasakan keselarasan sunat

allah dan ekistensinya.

4. Melebur dalam realitas. Melatih kepahaman dan rasa, bahwa segala realita

adalah Dia.

2.2.4 Manfaat terapi dzikir

Seseorang yang berdzikir akan merasakan beberapa manfaat, selain merasakan

ketenagan batin, juga terdapat manfaat-manfaat yang lain yaitu :

a. Dzikir merupakan ketetapan dan syarat kewalian. Artinya siapa yang

senangtiasa berdzikir kepada Allah maka akan bisa mencapai derajat

kekasih Tuhan.

b. Dzikir merupakan kunci ibadah-ibadah yang lain

39
c. Dzkir akan membuat hijat dan menciptakan keikhlasan hati yang

sempurna.d.Dzikir akan menurunkan rahmad.

d. Menghilangkan kesusahan hati.

e. Meluangkan hati.

f. .memutuskan kehendak setan.

g. Dzikir menolak bencana.

Menurut Anshori dzikir bermanfaat mengontrol prilaku. Pengaruh yang

ditimbulkan secara konstan, akan mampu mengontrol prilaku seseorang dalam

kehidupan sehari-hari. Seseorang yang melupakan dzikir atau lupa kepada Allah,

terkadang tanpa sadar dapat berbuat maksiat, namun mana kala ingat kepada

Tuhan kesadaran akan dirinya sebagai hamba Tuhan akan muncul kembali.

Dzikir juga bermanfaat sebagai pembersih hati. Dzikir merupakan lawan kelalaian

(nisyan), jika manusia mengingat Allah dalam keadaan apapun dan menyadari

dirinya ada dihadapan dzat suci, tentu akan menahan diri dari masalah –masalah

yang tidak sesuai dengan keridhaan-Nya, dan mengendalikan diri agar tidak

bersikap durhaka. Semua malapetaka dan penderitaan yang timbulkan oleh hawa

nafsu dan setan, disebabkan oleh kelupaan akan Allah. Ingat Allah dapat

mebersihkan hati dan mensucikan jiwa

40
2.3 Asuhan Keperawatan Teoritis

2.3.1 Pengkajian

Berdasarkan Askep teoritis, diuraikan dengan beberapa langkah sebagai

berikut (Keliat 2014):

a. Identitas

Biasanya meliputi: nama klien, umur jenis kelamin, agama, alamat,

tanggal masuk ke rumah sakit, nomor rekam medis, informasi keluarga

yang bisa di hubungi.

b. Keluhan Utama

Biasanya yang menjadi alasan utama yang menyebakan kambuhnya

halusinasi klien, dapat dilihat dari data klien dan bisa pula diperoleh dari

keluarga, antara lain : berbicara, senyum dan tertawa sendiri tanpa sebab.

Mengatakan mendengar suara-suara. Kadang pasien marah-marah sendiri

tanpa sebab, mengganggu lingkungan, termenung, banyak diam, kadang

merasa takut dirumah, lalu pasien sering pergi keluar rumah dan

keluyuran/jalan-jalan sendiri dan tidak pulang kerumah.Mengatakan

melihat bayangan seperti montser atau hantu. Mengatakan mencium

sesuatu atau bau sesuatu dan pasien sangat menyukai bau tersebut.

Mengatakan sering meludah atau muntah karena pasien merasa seperti

mengecap sesuatu. Mengatakan sering mengagaruk-garuk kulit karena

pasien merasa ada sesuatu di kulitnya.

c. Faktor Predisposisi

1) Gangguan jiwa di masa lalu

41
Biasanya pasien pernah mengalami sakit jiwa masa lalu atau baru

pertama kali mengalami gangguan jiwa.

2) Riwayat pengobatan sebelumnya

Biasanya pengobatan yang dilakukan tidak berhasil atau putus obat

dan adaptasi dengan masyarakat kurang baik.

3) Riwayat Trauma

a) Aniaya fisik

Biasaya ada mengalami aniaya fisik baik sebagai pelaku, korban

maupun saksi.

b) Aniaya seksual

Biasanya tidak ada klien mengalami aniaya seksual sebelumnya

baik sebagai pelaku, korban maupun saksi.

c) Penolakan

Biasanya adamengalami penolakan dalam lingkungan baik sebagai

pelaku, korban maupun saksi

d) Tindakan kekerasan dalam keluarga

Biasanya ada atau tidak adaa klien mengalami kekerasan daalam

keluarga baik sebagai pelaku, korban maupun sebagai saksi.

e) Tindakan kriminal

Biasanya tidak ada klie mengalamitindakan kriminal baik sebagai

pelaku, korban maupun saksi.

4) Riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

42
Biasanya ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa yang sama

dengan klien.

5) Riwayat pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

Biasanya yang dialami klien pada masa lalu yang tidak menyengkan

seperti kegagalan, kehilangan, perpisahan atau kematian, dan trauma

selama tumbuh kembang.

d. Fisik

1) Biasanya ukur dan observasi tanda-tanda vital seperti tekanan darah,

nadi, suhu, dan pernapasan

2) Ukur tinggi badan dan berat badan

3) Menjelaskan keluhan fisik yang dirasakan oleh pasien

e. Psikososial

1) Genogram

Biasanya salah satu faktor penyakit jiwa diakibatkan genetik atau

keturunan, dimana dapat dilihat dari tiga generasi. Genogram dibuat 3

generasi yang dapat menggambarkan hubungan Pasien dengan

keluarga. Tiga generasi ini dimaksud jangkauan yang mudah diingat

oleh Pasien maupun keluarga pada saat pengkajian.

2) Konsep diri

1. Citra tubuh

Biasanya persepsi pasien terhadap tubuhnya merasa ada kekurangan

di bagian tubuhnya (perubahan ukuran, bentuk dan penampilan

43
tubuh akibat penyakit) atau ada bagian tubuh yang tidak disukai.

Biasanya pasien menyukai semua bagian tubuhnya

2. Identitas diri

Biasanya berisi status pasien atau posisi pasien sebelum dirawat.

Kepuasan pasien sebagai laki-laki atau perempuan. Dan kepuasan

pasien terhadap status dan posisinya (sekolah, tempat kerja, dan

kelompok)

3. Peran diri

Biasanya pasien menceritakan tentang peran/tugas dalam

keluarga/kelompok masyarakat. Kemampuan pasien dalam

melaksanakan tugas atau peran tersebut, biasanya mengalami krisis

peran.

4. Ideal diri

Biasanya berisi tentang harapan pasien terhadap penyakitnya.

Harapan pasien terhadap lingkungan (keluarga, sekolah, tempat

kerja, dan masyarakat). Dan harapan pasien terhadap tubuh, posisi,

status, dan tugas atau peran. Biasanya gambaran diri negatif.

f) Harga diri

Biasanya hubungan Pasien dengan orang lain tidak baik, penilaian

dan penghargaan terhadap diri dan kehidupannya yang selalu

mengarah pada penghinaan dan penolakan. Biasanya ada perasaan

malu terhadap kondisi tubuh / diri, tidak punya pekerjaan, status

44
perkawinan, muncul perasaan tidak berguna, kecewa karena belum

bisa pulang / bertemu keluarga.

3) Hubungan sosial

a) Orang terdekat

Biasanya ada ungkapan terhadap orang/tempat, orang untuk

bercerita, tidak mempunyai teman karena larut dalam kondisinya.

b) Peran serta dalam kelompok

Biasanya pasien baik dirumah maupun di RS pasien tidak mau/tidak

mengikuti kegiatan/aktivitas bersama.

c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Biasanya pasien meloporkan kesulitan dalam memulai

pembicaraan, takut dicemooh/takut tidak diterima dilingkungan

karena keadaannya yang sekarang.

4) Spritual

a) Nilai dan Keyakinan

Biasanya nilai-nilaai dan keyakinan terhadap agama kurang sekali,

keyakinan agama pasien halusinasi juga terganggu.

b) Kegiatan Ibadah

Biasanya pasien akan mengeluh tentang masalah yang dihadapinya

kepada Tuhan YME.

45
5) Status Mental

a) Penampilan

Biasanya pasien berpenampilan tidak rapi, seperti rambut acak-

acakan, baju kotor dan jarang diganti, penggunaan pakaian yang

tidak sesuai dan cara berpakaian yang tidak seperti biasanya.

b) Pembicaraan

Biasanya ditemukan cara bicara pasien dengan halusinasi bicara

dengan keras, gagap, inkoheren yaitu pembicaraan yang berpindah-

pindah dari satu kalimat ke kalimat lain yang tidak ada kaitannya.

c) Aktifitas motorik

Biasanya ditemukan keadaan pasien agitasi yaitu lesu, tegang,

gelisah dengan halusinasi yang didengarnya. Biasanya bibir pasien

komat kamit, tertawa sendiri, bicara sendiri, kepala mengangguk-

ngangguk, seperti mendengar sesuatu, tiba-tiba menutup telinga,

mengarahkan telinga kearah tertentu, bergerak seperti mengambil

atau membuang sesuatu, tiba-tiba marah dan menyerang.

d) Alam perasaan

Biasanya pasien tanpak, putus asa, gembira yang berlebihan,

ketakutan dan khawatir.

e) Afek

Biasanya ditemukan afek klien datar, tidak ada perubahan roman

muka pada saat ada stimulus yang menyenangkan atau

menyedihkan. Efek klien bisa juga tumpul dimana klien hanya

46
bereaksi jika ada stimulus emosi yang sangat kuat. Afek labil

(emosi yang mudah) berubah juga ditemukan pada klien halusinasi

pendengaran. Bisa juga ditemukan efek yang tidak sesuai atau

bertentangan dengan stimulus yang ada.

f) Interaksi selama wawancara

Biasanya pada saat melakukan wawancara ditemukan kontak mata

yang kurang, tidak mau menatap lawan bicara. Defensif

(mempertahankan pendapat), dan tidak kooperatif.

g) Persepsi

Biasanya pada pasien yang mengalami gangguan persepsi

halusinasi pendengaran sering mendengar suara gaduh, suara yang

menyuruh untuk melakukan sesuatu yang berbahaya, dan suara

yang dianggap nyata oleh pasien. Waktunya kadang pagi, siang,

sore dan bahkan malam hari, frekuensinya biasa 3 sampai 5 kali

dalam sehari bahkan tiap jam, biasanya pasien berespon dengan

cara mondar mandir, kadang pasien bicara dan tertawa sendiri dan

bahkan berteriak, situasinya yaitu biasanya ketika pasien

termenung, sendirian atau sedang duduk.

h) Proses pikir

Biasanya pada klien halusinasi ditemukan proses pikir klien

Sirkumtansial yaitu pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai

dengan tujuan pembicaraan. Tangensial : Pembicaraan yang

berbelit-belit tapi tidak sampai pada tujuan pembicaraan.

47
Kehilangan asosiasi dimana pembicaraan tidak ada hubungannya

antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dan klien tidak

menyadarinya. Kadang-kadang ditemukan blocking, pembicaraan

terhenti tiba-tiba tanpa gangguan eksternal kemudian dilanjutkan

kembali, serta pembicaraan yang diulang berkali-kali.

i) Isi pikir

Biasanya ditemukan fobia yaitu ketakutan yang patologis/ tidak

logis terhadap objek/ situasi tertentu. Biasanya ditemukan juga isi

pikir obsesi dimana pikiran yang selalu muncul walaupun klien

berusaha menghilangkannya.

j) Tingkat kesadaran

Biasanya ditemukan stupor yaitu terjadi gangguan motorik seperti

kekakuan, gerakan-gerakan yang diulang, anggota tubuh dalam

sikap canggung tetapi klien mengerti tentang semua hal yang terjadi

dilingkungan. Orientasi terhadap waktu, tempat dan orang bisa

ditemukan jelas ataupun terganggu.

k) Memori

Biasanya pasien mengalami gangguan daya ingat jangka panjang

(mengingat pengalamannya dimasa lalu baik atau buruk), gangguan

daya ingat jangka pendek (mengetahui bahwa dia sakit dan

sekarang berada dirumah sakit), maupun gangguan daya ingat saat

ini (mengulang kembali topik pembicaraan saat berinteraksi).

48
Biasanya pembicaraan pasien tidak sesuai dengan kenyataan dengan

memasukan cerita yang tidak benar untuk menutupi daya ingatnya.

l) Tingkat konsentrasi dan berhitung

Biasanya pasien mengalami gangguan konsentrasi, pasien biasanya

mudah dialihkan, dan tidak mampu berhitung.

m) Kemampuan penilaian

Biasanya ditemukan gangguan kemampuan penilaian ringan dimana

klien dapat mengambil kepusan sederhana dengan bantuan orang

lain seperti memberikan kesempatan pada pasien untuk memilih

mandi dulu sebelum makan atau makan dulu sebelum mandi. Jika

diberi penjelasan, pasien dapat mengambil keputusan.

n) Daya tilik diri

Biasanya ditemukan klien mengingkari penyakit yang diderita

seperti tidak menyadari penyakit (perubahan emosi dan fisik) pada

dirinya dan merasa tidak perlu pertolongan. Klien juga bisa

menyalahkan hal-hal di luar dirinya seperti menyalahkan orang lain/

lingkungan yang dapat menyebabkan kondisi saat ini.

6) Kebutuhan persiapan pulang

a) Makan

Biasanya pasien tidak mengalami perubahan makan, biasanya

pasien tidak mampu menyiapkan dan membersihkan tempat makan.

b) BAB/BAK

49
Biasanya pasien dengan prilaku kekerasan tidak ada gangguan,

pasien dapat BAB/BAK pada tempatnya.

c) Mandi

Biasanya pasien jarang mandi, tidak menyikat gigi, jarang mencuci

rambut dan bercukur atau berhias.Badan pasien sangat bau dan

kotor, dan pasien hanya melakukan kebersihan diri jika disuruh.

d) Berpakaian/berhias

Biasanya pasien jarang mengganti pakaian, dan tidak mau

berdandan. Pasien tidak mampu mengenakan pakaian dengan sesuai

dan pasien tidak mengenakan alas kaki

e) Istirahat dan tidur

Biasanya pasien tidak melakukan persiapan sebelum tidur, seperti:

menyikat gigi, cucui kaki, berdoa. Dan sesudah tidur seperti:

merapikan tempat tidur, mandi atau cuci muka dan menyikat gigi.

Frekuensi tidur pasien berubah-ubah, kadang nyenyak dan kadang

gaduh atau tidak tidur.

f) Penggunaan obat

Biasanya pasien mengatakan minum obat 2 kali sehari danpasien

tidak mengetahui fungsi obat dan akibat jika putus minum obat.

g) Pemeliharaan kesehatan

Biasanya pasien tidak memperhatikan kesehatannya, dan tidak

peduli tentang bagaimana cara yang baik untuk merawat dirinya.

50
h) Aktifitas didalam rumah

Biasanya pasien mampu atau tidak merencanakan, mengolah, dan

menyajikan makanan, merapikan rumah, mencuci pakaian sendiri

dan mengatur biaya sehari-hari.

7) Mekanisme Koping

a) Adaptif

Biasanya ditemukan klien mampu berbicara dengan orang lain,

mampu menyelesaikan masalah, tenik relaksasi, aktivitas

konstruktif, klien mampu berolah raga.

b) Maladaptif

Biasanya ditemukan reaksi klien lambat/berlebuhan, klien bekerja

secara berlebihan, selalu menghindar dan mencederai diri sendiri.

8) Masalah Psikososial dan Lingkungan

Biasanya ditemukan riwayat klien mengalami masalah dalam

berinteraksi dengan lingkungan, biasanya disebabkan oleh kurangnya

dukungan dari kelompok, masalah dengan pendidikan, masalah dengan

pekerjaan, masalah dengan ekonomi dan msalah dengan pelayanan

kesehatan.

9) Pengetahuan

Biasanya pasien halusinasi mengalami gangguan kognitif.

51
10) Aspek Medik

Tindakan medis dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien

dengan halusinasi adalah dengan memberikan terapi sebagai berikut

(Erlinafsiah, 2010) :

a) ECT (Electro confilsive teraphy)

b) Obat-obatan seperti : Risperidon, Lorazepam, Haloperidol

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi berhubungan

b. Perilaku kekerasan

c. Isolasi social : menarik diri

( Yosep, 2011 )

52
2.3.3 Rencana keperawatan

NO DIAGNOS TUJUAN KRITERIA HASIL INTEVENSI RASIONAL


A
1. Gangguan - Mengenali Setelah…..kali SP(STRATEGIPELAK - Dengan memberikan
persepsi halusinasi pertemuan klien : SANAAN) pemahaman tentang
sensori : yang - Klien dapat PASIEN halusinasi pasien mampu
halusinasi dialami. membina SP 1 memahami:
pendengar - Klien dapat hubungan saling - Bina hubungan  Masalah yang
an menyebutka percaya. saling percaya. dialaminya
n cara - Klien dapat - Identifikasi  Kapan masalah timbul,
mengontrol mengenal halusinasi (isi, menghindarkan waktu
halusinasi. halusinasinya. frekuensi, situasi, dan situasi saat masalah
- Mengikuti - Klien dapat waktu, perasaan, muncul.
program mengontrol respon)  Pentingnya masalah
pengobatan. halusinasinya - Latih mengontrol halusinasi untuk diatasi
dengan halusinasi dengan karena perasaan tidak
menghardik. cara menghardik nyaman saat munculnya
- Masukkan latihan halusinasi dapat
menghardik menimbulkan perilaku
dalam jadual maladaptif yang sulit
untul dikontrol.
- Dengan menghardik
halusinasi memberi
kesempatan pasien
mengatasi masalah dengan
reaksi penolakan terhadap
sensasi palsu
- Dengan peragaan langsung
dan pasien memperagakan
ulang memungkinkan cara
53
menghardik dilakukan
dengan benar.
- Dengan penguatan positif
mendorong pengulangan
perilaku yang diharapkan.
SP 2 setelah SP 2 - Menilai kemajuan dan
…….kali pertemuan - Evaluasi tanda perkembangan klien
klien dan gejala - Memberikan pemahaman
- Klien dapat halusinasi. tentang pentingnya
menjelaskan - Validasi penggunaan obat pada
tentang cara kemampuan gangguan jiwa, akibat jika
minum obat pasien melakukan penggunaan obat tidak
dengan prinsip 6 latihan sesui dengan program,
benar. menghardik dan akibat bila putus obat, cara
- Klien dapat berikan pujian mendapatkan obat, cara
mempraktekkan - Evaluasi manfaat meggunakan obat dengan
cara minum obat melakukan prinsip 6 benar.
dengan prinsip 6 menghardik - Memungkinkan terapi obat
benar. - Latih cara terlaksana lebih epektif
mengontrol guna mendukung proses
halusinasi dengan perawatan dan
obat (jelaskan 6 penyembuhan klien
benar: jenis,
guna, dosis,
frekuensi, cara,
kontinuitas
minum obat)
- Masukkan pada
jadual kegiatan
untuk latihan
menghardik dan

54
minum obat.

SP 3 setelah SP 3 - Menilai kemajuan dan


…….kali pertemuan - Evaluasi tanda perkembangan klien.
klien: dan gejala - Dengan bercakap-cakap
- Klien dapat halusinasi mengalihkan pokus
menjelaskan cara - Validasi perhatian dan
mengatasi kemampuan menghindarkan saat klien
halusinasi dengan pasien melakukan merasakan sensasi palsu.
bercakap-cakap latihan - Memungkinkan klien
dengan orang lain. menghardik dan melakukan kegiatan
- Klien dapat jadual minum dengann teratur.
mempraktekkan obat, berikan
cara mengatasi pujian
halusinasi dengan - Evaluasi manfaat
bercakap-cakap. melakukan
menghardik dan
minum obat
sesuai jadual
- Latih cara
mengontrol
halusinasi dengan
bercakap-cakap
saat terjadi
halusinasi.
- Masukkan pada
jadual kegiatan
untuk latihan
menghardik,
minum obat dan

55
bercakap-cakap.

SP 4 setelah ……kali SP 4 - Menilai kemajuan dan


pertemuan klien : - Evaluasi tanda dan perkembangan klien.
- Klien dapat gejala halusinasi - Dengan aktivitas
menyebutkan - Validasi kemampuan terjadwal memberikan
tindakan yang pasien melakukan kesibukan yang menyita
biasa dilakukan latihan menghardik waktu dan perhatian
untuk dan jadual minum menghindarkan klien
mengendalikan obat, berikan pujian merasakan sensasi palsu.
halusinasinya. - Evaluasi manfaat  Memberikan
- Klien dapat melakukan pemahaman
menyebutkan cara menghardik dan pentingnya mencegah
baru mengontrol minum obat sesuai munculnya halusinasi
halusinasi. jadual dengan aktivitas positif
- Klien dapat - Latih cara mengontrol yang bermanfaat bisa
memilih car halusinasi dengan dilakukan.
mengatasi bercakap-cakap saat  Dengan memantau
halusinasi seperti terjadi halusinasi. pelaksanaan terjadwal
yang telah - Masukkan pada jadual memastikan intervensi
didiskusikan kegiatan untuk latihan yang diberikan
dengan perawat. menghardik, minum dilakukan oleh pasien
- Klien dapt obat bercakap-cakap secara teratur.
melaksanakan dan melakukan terapi  Dengan penguatan
cara yang telah spiritual : dzikir. positif mendorong
dipilih untuk pengulangan perilaku
mengendalikan yang diharapkan.
halusinasi.
- Klien dapat
mencoba cara

56
menghilangkan
halusinasi.
2. Resiko - pasien SP 1 SP PASIEN - Langkah awal untuk
perilaku mampu : Setelah pertemua Sp 1: intervensi selanjutnya
kekrasan - Klien mampu pasien - Identifikasi dengan harapan klien
mengindentifi - Dapat penyebab, percaya dan terbuka
kasi penyebeb menyebutkan tanda & dalam mengungkapkan
PK penyebab perilaku gejala,PK perasaannya dengan rasa
- Klien dapat kekerasan, tanda- yang aman.
mengidentifik tanda perilaku dilakukan, - Memberikan pemahaman
asi tanda- kekerasan, jenis akibat PK tentang perilaku
tanda PK perilaku - Jelaskan cara kekerasan pada klien
- Klien dapat kekerasan yang mengontrol sehingga memungkinkan
menyebutkan pernah dilakukan PK: fisik, klien untuk menghindari
jenis PK yang dan akibat dari obat, verbal, penyebab rasa marah.
pernah perilaku spiritual - Menilai pengetahuan
dilakukannya kekerasan yang - Latihan cara klien tentang efek
- Klien dapat dilakukan. ,engontrol PK perilaku agresif terhadap
menyebutkan - Pasien dapt secara fisik: diri sendiri dan orang lain.
akibat dari menyebutkan cara tarik nafas - Memberikan gambaran
PK yang mencegah/mengo dalam dan pada klien cara
dilakukannya. ntrol perilaku pukul kasur menyalurkan marah
- Klien dapat kekerasan dengan dan bantal secara konstruktif.
mencegah latihan fisik. - Masukan pada  Dengan nafas dalam
atau jadwal mampu mengurangi
mengontrol kegiatan untuk ketegangan otot saat
fisik, obat, latihan fisik marah, sehingga dapat
verbal, dan menurunkan energy
spritual. emosi.
 Dapat menyalurkan
energy secara positif

57
tanpa mencederai diri
sendiri dan orang lain.
- Membantu menetapkan
kegiatan yang mungkin
terselesaikan dengan baik
dan dapat dilakukan
secara teratur.
SP 2 Sp 2: - Menilai kemajuan dan
Setelah pertemuan - Evaluasi kegiatan perkembangan klien.
pasien latihan fisik. Beri - Memberikan pemahaman
- Mampu pujian tentang pentingnya
menyebutkan - latihan cara penggunaan obat pada
kegiatan yang mengontrol PK gangguan jiwa, akibat
sudah dilakukan dengan obat tidak sesuai dengan
- Mampu (jelaskan 6 benar: program, akibat bila putus
memperagakan jenis, guna, dosis, obat, cara menggunakan
cara mengontrol frekuensi, cara, obat dengan prinsip 6
perilaku kontinuitas minum benar dan motivasi rasa
kekerasan obat) klien untuk mandiri dan
dengann patuh - masukan pada jadwal menyadari kebutuhannya
minum obat dan kagiatan untuk akan pengobatan yang
prinsip 6 benar latihan fisik dan optiamal.
minum obat. minum obat. - Memungkinkan terapi
obat terlaksana lebih
efektif guna mendukung
proses perawatan
penyembuhan klien.
SP 3 SP 3 Klien: - Menilai kemajuan dan
Seteah pertemuan - Evaluasi tanda perkembangan klien.
pasien dan gejala - Dengan mengungkapkan
- Mampu perilaku marah secara verbal klien

58
menyebutkan kekerasan mampu mengungkapkan
kegiatan yang - Validasi : marah secara asertif
sudah dilakukan. kemampuan sehingga orang lain lebih
- Mampu pasien melakukan memahami
memperagakan tarik nafas dalam, keinginan/maksud klien
cara mengontrol pukul kasur dan maupun perasaan emosi
perilaku bantal, jadwal yang sedang di alami.
kekerasan dengan minum obat. - Membantu menetapkan
verbal yang biak. - Tanyakan kegiatan yang
manfaat memungkinkan
melakukan terselesaikan dengan baik
latihan nafas dan dapat dilakukan
dalam, secara teratur
pukulkasur dan
bantal, manfaat
minum obat. Beri
pujian
- Latih cara
mengontrol
perilaku
kekekrasan secara
verbal (bicara
yang
baik:meminta,
menolak, dan
mengungkapkan
perasaan)
- Melakukan
penerapan terapi
musik
- Masukkan pada

59
jadwal kegiatan
untuk latihan
fisik, minum
obat, dan latihan
cara bicara yang
baik.
SP 4 SP 4 Klien: - Menilai kemampuan dan
Setelah pertemuan - Evaluasi : tanda dan perkembangan klien.
pasien gejala perilaku - Mengontrol PK dengan
- Mampu kekerasan cara spiritual dengan cara
menyebutkan - Validasi : berdoa, berdzikir, wudhu,
kegiatan yang kemampuan pasien shalat dapat menurunkan
sudah dilakukan. melakukan tarik ketegangan fisik dan
Mampu nafas dalam,pukul psikologis.
memperagakan cara kasur dan bantal, - Membantu menetapkan
mengontrol perilaku minum obat dengan 6 kegitan yang
kekerasan dengan benar dan patuh, memungkinkan
spiritual dan kegiatan bicara yang baik. terselesaikan dengan baik
yang lain. - Tanyakan manfaat dan dapat dilakukan
latihan tarik nafas secara teratur..
dalam ,pukul kasur
bantal, minum obat,
bicara yang baik.
Beri pujian
- Latih mengontrol
marah dengan
spritual (2 kegiatan )
- Melakukan
penerapan terapi
musik
- Masukkan pada

60
jadwal kegiatan
untuk latihan fisik,
minum obta, verbal
dan spritual.
3. Isolasi Pasien mampu: SP 1setelah….kali SP 1 - Hubungan saling percaya
social - Membina pertemuan klien: - Mengidentifikasi merupakan landasan dasar
hubungan - Mampu membina penyebab isolasi intervensi perawat dengan
saling hubungan saling sosial pasien klien sehingga klieb
percaya percaya. - Berdiskusi dengan terbuka dalam
- Menyadari - Mampu mengenal pasien tentang mengungkapkan
penyebab penyebab isolasi keuntungan masalahnya dan
isolasi social, keuntungan berinteraksi dengan menimbulkan sikap
social. berhubungan orang lain. menerima terhadap orang
- Berintekrasi dengan orang lain - Berdiskusi dengan lain.
dengan dan kerugian tidak pasien tentang - Agar klien dapat
orang lain. berhubungan kerugian tidak mengenal dan
dengan orang lain. berinteraksi dengan mengungkapkan
orang lain. penyebab isolasi social
- Mengajarkan pasien yang terjadi.
cara berkenalan - Agar klien mempunyai
dengan satu orang. keinginan berintekrasi
- Menganjurkan pasien dengan orang lain.
memasukkan cara - Agar klien menyadari
latihan berbincang kerugian yang
bincang dg orang lain ditimbulkan akibat tidak
dlm kegiatan harian berintekrasi dengan orang
pasien. lain.
- Dengan belajar
berkenalan menimbulkan
motivasi klien untuk
berintekrasi dengan orang

61
lain.
- Memberikan rasa
tanggung jawab pada
pasien untuk
melaksanakan kegiatan
dengan teratur.

SP 2 setelah…..kali SP 2 - Menilai kemajuan dan


pertemuan klien: - Mengevaluasi perkembangan pasien.
- Mampu jadwal kegiatan - Memberikan kesempatan
berintekrasi harian pasien motivasi klien untuk mau
dengan orang lain - Latihan melakukan interaksi
secara bertahap : Berinteraksi secara bertahap dan
berkenalan Secara Bertahap nerinteraksi saat
dengan 2-3 orang. (Pasien dengan 2 melakukan kegiatan.
orang lain),
latihan bercakap-
cakap saat
melakukan 2
kegiatan harian
- Menaganjurkan
pasien
memasukkan
kedalam jadwal
kegiatan harian

SP 3 setelah….kali SP 3 - Sebagai dasar bagi


pertemuan klien: - Mengevaluasi perawat untuk menilai
- Mampu jadwal kegiatan perkembangan klien
menyebutkan harian pasien dalam mengenal cara
kegiatan yang - Latihan berintekrasi.

62
telah sudah Berinteraksi - Memberikan motivasi
dilakukan Secara Bertahap klien untuk berintekrasi
- Mampu (Pasien dengan 4- dan mendapatkan respon
berintekrasi 5 orang ), latihan yang positif.
dengan orang lain bercakap-cakap - Memberikan motivsi dan
: berkenalan saat melakukan 2 rasa tanggung jawab pada
dengan 4-5 orang kegiatan harian pasien untuk
dan berbicara baru. melaksanakan kegiatan
sambil melakukan - Menaganjurkan berkenalan dengan
4 kegiatan harian. pasien teratur.
memasukkan
kedalam jadwal
kegiatan harian
SP 4 setelah …..kali SP 4 - Menilai perkembangan
pertemuan klien: - Evaluasi dan kemampuan pasien.
- Mampu kemampuan - Memberikan motivasi
menyebutkan berinteraksi klien untuk berintekrasi
kegiatan yang - Latih cara bicara dan mendapatkan respon
sudah dilakukan. saat melakukan yang positif.
- Mampu kegiatan sosial - Memberikan motivasi dan
berintekrasi - Melatih rasa tanggung jawab pada
dengan orang lain berkenalan pasien untuk
: berkenalan dengan >5 orang - melaksanakan kegiatan
dengan > 5 orang Menaganjurkan berkenalan dengan
dan bersosialisasi. pasien teratur.
memasukkan
kedalam jadwal
kegiatan harian.

63
2.3.4 Implementasi

Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan, dimana

perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil

yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dan kesehatan ( Kozier, 2011).

Implementasi merupakan langkah keempat dari proses keperawatan yang telah

direncanakan oleh perawat untuk di kerjakan dalam rangka membantu klien

untuk mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak atau respon yang

ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan kesehatan ( Zaidin, 2014).

2.3.5 Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah tindakan intelekrual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana

tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai kemampuan pasien

meliputi :

a. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien

b. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien

c. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien

d. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien

e. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi

f. Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi

g. Melatih pasien cara mengontrol halusinasi dengan menghardik

h. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

64
BAB III

TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA Tn.A

3.1 Pengkajian

Ruangan rawat : Wisma Nuri Tanggal dirawat : 07-03-2020

3.1.1 Identitas Pasien

Inisial : Tn. A

Jenis Kelamin : laki-laki

Tanggal Pengkajian : 13 Maret 2020

Umur : 24 Tahun

Pendidikan : SD

Status Perkawinan : Belum menikah

Pekerjaan : Tidak bekerja

No. Rekam medik : 01-08-01

Alamat : Jl. Teratai indah. RT 03. RW 04. Kel. Padang sarai.

Kec. Koto tangah. Kota padang.

3.1.2 Alasan masuk

Klien masuk melalui Igd rumah sakit diantar oleh keluarga karena kilien

dirumah marah-marah, curiga, saat ditanya responnya lambat, kadang-kadang

banyak diam, dan selalu mendengar suara-suara seperti orang memukul

dinding, suara-suara menyuruh untuk mondar-mandir, pasien cemas, gelisah

dan tidak mau minum obat.

65
3.1.3 Faktor Predisposisi

a. Gangguan jiwa di masa lalu

Keluarga pasien mengatakan Tn. A terakhir masuk rumah sakit pada tahun

2019, keluarga mengatakan pasien sakit sejak SMP, pasien sudah 4x di rawat

di rumah sakit.

b. Pengobatan sebelumnya

Keluarga mengatakan selalu control ulang dan keluarga mengatakan pasien

tidak mau minum obat, sudah di kasih obat juga tidak mau minum obat,

setiap diberikan obat, obat tersebut selalu di buang oleh Tn.A. Tn. A masuk

kembali kerumah sakit karna tidak mau minum obat. Keluarga sudah

berusaha untuk pasien patuh minum obat, tetapi pasien tetap tidak mau

minum obat, pasien pernah memukul ibu nya pada saat halusinasi nya

kambuh.

Masalah keperawatan : Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik

c. Trauma

 Aniaya fisik

Tn. A mengatakan tidak pernah menjadi korban penganiayaan fisik

waktu pasien kecil sampai sekarang, dan Tn.A mengatakan pernah ingin

melakukan penganiayaan fisik terhadap ibunya.

Masalah Keperawatan : Resiko perilaku kekerasan

 Aniaya seksual

Tn.A mengatakan tidak pernah menjadi korban aniaya seksual dan

pelaku aniaya seksual.

66
 Penolakan

Tn.A mengatakn tidak ada penolakan dari lingkungan maupun keluarga

pasien

 Kekerasan dalam keluarga

Tn.A mengatakan tidak pernah menjadi korban kekerasan dalam

keluarga.

 Tindakan kriminal

Klien mengatakan tidak pernah melakukan tindakan kriminal

Masalah keperawatan : Tidak ada maslah

d. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa : Tidak Ada

e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

Tn. A mengatakan mengalami pengalaman yang buruk pada waktu SMP

yaitu selalu di bully oleh teman-temannya semenjak itu pasien marah-marah,

tidak mau mendengarkan kata-kata orang tua.

Masalah keperawatan : Respon Pasca Trauma

3.1.4 Fisik

a. TandaVital :

TD : 120/70 mmHg N : 92x/menit S : 36,6°c

R : 18x/menit TB :155 cm BB : 48 Kg

b. KeluhanFisik :Tidak Ada

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

67
3.1.5 Psikososial

a. Genogram

Keterangan :

: Perempuan

: Laki-Laki

: Meninggal

: Orang yang tinggal serumah

: Pasien

klien mengatakan tinggal bersama kedua orang tua dan adik-adiknya, keluarga

klien mengatakan interaksi klien dirumah baik, namun klien memang tife orang

yang jarang berbicara jika pasien ada masalah, klien selalu di libatkan dalam

proses pengambilan keputusan dalam keluarga.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

68
b. Konsep Diri

 Citra tubuh

Tn. A mengatakan tidak ada yang kurang pada dirinya. Pasien

mengatakan bagian tubuh yang paling disukainya adalah mata karena

dapat melihat ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang indah.

 Identitas

Klien seorang laki-laki berumur 24 tahun, belum menikah, dan

pendidikan terakhir SD. Semenjak sakit klien hanya di rumah saja.

 Peran diri

Tn. A berperan sebagai anak dalam keluarganya. Dalam perannya

sebagai seorang anak pasien tidak mampu melaksanakan perannya

dengan baik karena saat ini pasien dirawat di RSJ. Prof. H.B. Sa’anin

Padang. Selama menjadi seorang anak yang masih bujangan pasien

belum dapat menjadi anak yang bisa dibanggakan oleh keluarganya.

 Ideal diri

Tn. A mengatakan ingin sembuh dan ingin cepat keluar dari rumah sakit

agar bisa pulang kerumah berkumpul lagi bersama keluarga.

 Harga diri
Tn. A Klien mengatakan dirinya tidak berguna karena klien tidak
memiliki pekerjaan yang tetap. Pasien mengatakan ia kurang
mendapatkan kasih sayang dari keluarganya. Kemudian dilingkungan
sekitar rumahnya klien juga tidak ada berguna karena klien jarang
diikutsertakan dalam kegiatan di lingkungan masyarakat.
Masalah Keperawatan: Harga diri rendah

69
c. Hubungan Sosial

 Orang terdekat

Tn. A mengatakan orang yang paling terdekat bagi dirinya adalah kedua

orang tuanya dan ke 3 adiknya

 Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat

Tn. A mengatakan lebih sering dirumah dan tidak pernah ikut serta

dalam kegiatan masyrakat dilingkungan rumahnya. Selama di rumah

sakit klien mengatakan jarang mengikuti kegiatan kelompok seperti

senam, ataupun berkumpul dengan teman-teman di ruangan.

Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial

d. Spritual

 Nilai dan keyakinan : Tn. A mengatakan ber agama islam

 Kegiatan ibadah : Tn. A Mengatakan bahwa dirinya tidak pernah

melakukan sholat 5 waktu. Klien mengatakan bahwa dirinya marah ke

pada tuhan karena keinginannya tidak di kabulkan dan merasa hidupnya

sudah tidak berguna lagi.

Masalah keperawatan : Distress Spiritual

3.1.6 Status Mental

a. Penampilan

Penampilan pasien rapi, mandi secara mandiri, kuku bersih dan tidak

panjang, rambut rapi tapi agak kotor, gigi agak sedikit kotor.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

70
b. Pembicaraan

Tn. A berbicara pelan dan kurang jelas. Pasien menjawab pertanyaan yang

diberikan, dan terkadang pasien bicara ngaur dan respon pasien lambat.

Pasien sering berpindah ke topik lain yang tidak ada hubungannya dengan

pertanyaan yang diberikan perawat. Pasien mengatakan cepat merasa bosan

ketika berbicara dengan perawat. Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak

bisa memfokuskan komunikasi.

Masalah Keperawatan : Hambatan Komunikasi Verbal

c. Aktivias Motorik

Tn. A mengatakan mengarahkan telinga kearah sumber suara jika

halusinasinya datang, tidak mampu membersihkan tempat tidur jika

disuruh, dan terkadang menghiraukan halusinasinya serta mengikuti

halusinasinya, pasien tidak tenang, gelisah saat bicara dan suka pergi-

pergi, atau mondar-mandir, dan sering duduk sendiri di teras kamar.

Masalah keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran

d. Alam perasaan

Saat berbicara Tn.A mengatakan sangat merasa sedih karena ia

merindukan keluarganya, dan Tn. A tampak tidak tenang ketika duduk

dan diajak berkomunikasi. Tn.A mengatakan dirinya merasa takut tidak

bisa bertemu dengan orang tuanya selama ia dirawat di rumah sakit.

Masalah Keperawatan : Ketidak berdayaan

71
e. Afek

Terdapat perubahan roman muka pada saat diberikan stimulus yang

menyenangkan ataupun menyedihkan. Roman muka yang ditunjukkan

sesuai dengan stimulus yang diberikan contohnya saat diberi stimulus

menyenangkan pasien tampak tersenyum ataupun tertawa.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

f. Interaksi selama wawancara

Tn.A Saat dilakuakan wawancara klien cukup kooperatif, terkadang

pasien tidak mempertahan kontak mata, dimana klien mau menjawab

pertanyaan yang diajukan oleh perawat, konsentrasi mudah dialihkan.

klien tidak pernah menolak saat bicara, klien sopan dan menghormati

perawat. Saat dijelaskan cara mengontrol halusinasi dengan cara

menghardik klien kadang-kadang kurang memberikan respon.

Masalah Keperawatan : Hambatan Komunikasi verbal

g. Persepsi

Tn. A mengatakan mendengar suara-suara 5x dalam 1 hari yang isinya

berupa suara yang menghasutnya untuk mondar mandir dan mendengar

suara memukul dinding. Suara tersebut muncul pada saat pasien sedang

sendiri waktu siang dan malam hari, durasinya selama ± 2 menit.

Masalah keperawatan : Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran

72
h. Proses pikir

Klien mengatakan saat berpikir ia agak lambat, pada saat interaksi Tn. A

mampu menjawab pertanyaan walaupun respon agak lambat dan sesekali

melenceng dari topic pembicaraan.

Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir

i. Isi pikir

Tn.A saat di wawancara tidak memiliki keyakinan yang berlebihan

terhadap sesuatu dan selalu berpikiran untuk pulang dan selalu bilang minta

di jemput oleh keluarga nya.

j. Tingkat kesadaran

Pada saat dilakukan wawancara kepada pasien, pasien tampak sadar dan

mengerti dengan pertannyaan yang diajukan perawat. Pasien mengetahui

identitas dirinya seperti siapa dirinya dan usianya. Saat ditanya tentang

waktu, pasien sedikit lupa mengenai tanggal saat ini. Pasien mengatakan

ia tahu bahwa ia sedang berada di RSJ. Prof. H.B. Sa’anin Padang sebagai

pasien dan bagaimana dirinya bisa dirawat di rumah sakit. Tapi pasien

tidak bisa focus dengan keadaan.

k. Memori

Tn. A mengatakan masih ingat kejadian pada saat ia dibawa ke rumah

sakit, ia di antar oleh ayah, ibu, dan adik-adiknya, ia juga dapat

menceritak sedikit penyebab ia dibawa kerumah sakit ini dan apa yang

sudah ia lakukan dirumah.

73
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Tn. A mengatakan bahwa konsentrasi nya mudah dialihkan jika saat ada

hal lain yang mengganggu pasien seperti saat pasien sedang berbincang

dengan perawat, ada seorang pasien lain yang mengganggu pasien, saat

itu konsentrasi pasien langsung terfokus pada pasien lain tersebut dan

membuat pembicaraan sedikit terganggu. Pasien dapat berhitung dari 1-

10 dengan baik.

Masalah Keperawatan : Gangguan konsentrasi

m. Kemampuan menilaim

Tn.A mampu menilai dan mengambil keputusan sesui tingkat atau mana

yang baik untuk di kerjakan pertama kali, misalnya mencuci tangan

sebelum makan, berdo’a sebelum makan.

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah

3.1.7 Kebutuhan Persiapan Pulang

a. Makan

Pasien mampu makan secara mandiri dan teratur 3x sehari, klien selalu

menghabiskan makanannya, dan pasien tampak makan bersama teman-teman

lainnya.

b. BAB/BAK

Pasien BAK dan BAB secara mandiri dengan menggunakan toilet sebagai

tempat toileting. Pasien mampu membersihkan diri saat setelah BAK/BAB.

Saat keluar dari WC baju celana pasien tampak tidak rapi dan basah.

74
c. Mandi

Pasien sudah mandiri dalam hal kebersihan diri dimana pasien mandi 2 kali

sehari. Pasien mengatakan ia jarang menggosok gigi ketika dirinya mandi.

Pasien malas mencuci rambut. Rambut tampak kotor dan kuku pasien tampak

pendek tapi tidak bersih.

Masalah Keperawatan : Defisit perawatan diri

d. Berpakaian / Berhias

Pasien mampu memakai pakaian secara mandiri dan bisa berhias sendiri.

e. Istirahat dan Tidur

Pasien mengatakan selalu merasa mengantuk dan ingin tidur terus, pasien

mengatakan bangun pada malam hari, kemudian tidur lagi dan bangun

kembali pada pagi hari.

f. Penggunaan Obat

Pasien mengatakan rutin minum obat, ada 2 jenis obat yang biasa di minum

yaitu resperidon dan lorazepam di waktu pagi dan sore hari.

g. Pemeliharaan Kesehatan

Pasien mengatakan kalau sudah keluar dari RSJ, akan rajin minum obat dan

rutin kontrol agar tidak kambuh.

h. Kegiatan Di dalamRumah

Pasien mengatakan setelah pulang dari rumah sakit klien akan membantu

ibunya dirumah.

75
i. Kegiatan Di LuarRumah

Pasien mengatakan setelah pulang dari rumah sakit pasien ingin berkumbul

dengan keluarganya lagi.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

3.1.8 Mekanisme Koping

Klien mengatakan jika ada masalah klien tidak mau menceritakan kepada

orang lain walaupun sama keluarganya, klien memilih untuk memendamnya

sendiri.

Masalah Keperawatan : Koping Individu Tidak Efekif

3.1.9 Masalah Psikososial Dan Lingkungan

Pasien mengatakan bahwa merasa takut pada orang-orang dan merasa tidak di

hargai di lingkungan sekitar. Klien merasa malu akan dengan keadaannya. Klien

mengatakan jarang berbicara dengan orang disekitar lingkungan, klien senang

berada didalam rumah, klien mengatakan pendidikan terakhir adalah SD, klien

mengatakan sewaktu sekolah sering tidak masuk sekolah. Klien tinggal bersama

dengan kelurgadan tidak pernah berkerja.klien tinggal bersama ayah, ibu dan

adik-adiknya, klien selalu bertengkar dengan adik-adiknya. Klien berasal dari

keluarga dengan ekonomi yang biasa-biasa saja, klien tidak ada masalah dengan

pelayanan kesehatan.

Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial

76
3.1.10 Pengetahuan

Klien mengetahui bahwa dirinya sedang sakit tetapi ia tidak tau penyakit apa

yang dialaminya dan obat yang dikosumsinya.

Masalah Keperawatan : Kurang pengetahuan

3.1.11 Aspek Medik

Diagnosis medik: Skizo adaptif

Terapi medic : - Resperidon 2x2 mg

- Lorazepam 1x2 mg

77
ANALISA DATA

NO DATA MASALAH
1. Ds Gangguan persepsi sensori :
- Klien mengatakan suara-suara itu Halusinasi Pendengaran
muncul pada siang dan malam hari
dan saat sendirian.
- Klien mengatakan frekuensi
munculnya suara 5 x dalam 1 hari
- Klien mengatakan bila mendengar
suara tersebut klien merasa gelisah
dan pikiranya kacau.
- Klien mengatakan cemas
- Klien mengatakan sering mendengar
suara seseorang memukul dinding,
- Klien mengatakan mendengar suara
yang menghasutnya untuk mondar-
mandir.

Do
- Klien tampak bingung.
- Klien tampak agak cemas.
- Klien tampak mondar-mandir
- Klien tampak gelisah dan tegang
2. Ds Resiko perilaku kekerasan
- Klien mengatakan sering marah-
marah tampa sebab.
- Klien mengatakan pernah memukul
ibunya.

Do
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak sering mondar-
mandir.
3. Ds Isolasi sosial
- Klien mengatakan jarang mengajak
teman mengobrol.
- Klien mengatakan merasa takut pada
orang-orang disekitar.

Do
- Klien tampak tidak mau berbicara
dengan temannya.
- Klien tampak menyendiri.

78
4. Ds Respon pasca trauma
- Klien mengatakan mengalami
pengalaman burus yaitu selalu di
bully oleh temannya.

Do
- Pasien tampak cemas.
- Pasien tampak trauma pada
seseorang.
5. Ds Harga diri rendah
- Pasien mengatakan dirinya tidak
berguna bagi keluarganya
- Pasien mengatakan ia kurang
mendapatkan kasih sayang dari
keluarganya.
Do
- pasien tampak mondar-mandir.
- Pasien tampak sering bermenung
6. Ds Defisit Perawatan diri
- Pasien mengatakan ia jarang
menggosok gigi ketika dirinya
mandi.
- Pasien mengatakan malas mencuci
rambut.
Do
- Rambut tampak kotor
- Kuku pasien tampak pendek tapi
tidak bersih.
-
-
7. Ds Distress Spiritual
- Pasien mengatakan tidak
melaksanakan sholat lima waktu.
- Klien mengatakan merasa marah
kepada tuhan karena permintaannya
tidak dikabulkan
Do
- Pasien tampak tidak melakukan
sholat lima waktu
8. Ds Hambatan Komunikasi Verbal
- Pasien mengakatan cepat bosan saat
berbicara
- Pasien mengatakan tidak bisa
mempokuskan pembicaraan pada

79
satu orang jika ada orang lain yang
berbicara.
Do
- Bicara pasien pelan dan kurang
jelas.
- Pasien terkadang berbicara ngaur
dan respon lambat
9. Ds Gangguan konsentrasi
- Pasien mengatakan konsentrasinya
mudah di alihkan jika ia sedang
berbicara dengan satu orang dan
orang lain mengganggunya
Do
- Konsentrasi mudah dialihkan
10. Ds Koping Individu Tidak Efekif
- Pasien mengatakan ia jarang
berkomunikasi dengan temannya
- Pasien juga mengatakan ia jarang
berkomunikasi dengan masyarakat
disekitar rumahnya
Do
- pasien tampak asik sendiri.
- pasien sering duduk sendiri.
- pasien tampak tidak ada
berkomunikasi dengan teman-
temannya.
11. Ds Ketidak berdayaan
- pasien mengatakan ia merasa sedih
karena merindukan keluarganya
- Pasien megatakan merasa takut
selama di rawat dirumah sakit tidak
bisa bertemu dengan keluarganya
Do
- Pasien tampak sedih.
- Pasien tampak cemas.
12. Ds Gangguan proses pikir
- pasien mengatakan ia berpikir
lambat
Do
- pasien tampak respon lambat dan
- sesekali saat berbicara melenceng
dari topic pembicaraan
13. Ds Kurang pengetahuan
- pasien mengatakan tidak tau

80
penyakit apa yang di alaminya
- pasien mengatakan tidak tau abat
yang di kosumsinya untuk apa.
Do
- pasien tampak bingung.
- Pasien tampak tidak mengetahui
penyakitnya.

3.1.12 Daftar Masalah Keperawatan

a. Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran

b. Resiko perilaku kekerasan

c. Isolasi sosial

d. Respon pasca trauma

e. Harga diri rendah

f. Deficit perawatan diri

g. Distress spiritual

h. Hambatan komunikasi verbal

i. Gangguan konsentrasi

j. Koping individu tidak efektif

k. Gangguan proses pikir

l. Kurang pengetahuan

81
3.1.13 Pohon masalah

Respon pasca
trauma

trauma
Resiko perilaku kekerasan
trauma Affect
Gangguan konsentrasi

Gangguan Persepsi Core problem


Sensori :Halusinasi
Hambatan komunikasi Pendengaran
verbal Defisit perawatan diri
Isolasi sosial Causa
Distress spiritual

trauma
Harga diri rendah
Gangguan proses
trauma
pikir

Koping individu tidak


efektif

Kurang pengetahuan Ketidak berdayaan

Skema 3.1

82
3.1.14 Daftar diagnosa keperawatan

a. Gangguan Persepsi Sensori :Halusinasi Pendengaran.

b. Resiko perilaku kekerasan

c. Isolasi Sosial

83
Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA HASIL INTEVENSI RASIONAL


1. Gangguan - Mengenali Setelah…..kali SP 1 - Dengan memberikan pemahaman
persepsi halusinasi pertemuan klien : - Bina hubungan saling tentang halusinasi pasien mampu
sensori : yang - Klien dapat percaya. memahami:
halusinasi dialami. membina - Identifikasi halusinasi  Masalah yang dialaminya
pendengara - Klien dapat hubungan saling (isi, frekuensi, situasi,  Kapan masalah timbul,
n menyebutkan percaya. waktu, perasaan, menghindarkan waktu dan
cara - Klien dapat respon) situasi saat masalah muncul.
mengontrol mengenal - Latih mengontrol  Pentingnya masalah halusinasi
halusinasi. halusinasinya. halusinasi dengan cara untuk diatasi karena perasaan
- Mengikuti - Klien dapat menghardik. tidak nyaman saat munculnya
program mengontrol - Lakukan terapi halusinasi dapat menimbulkan
pengobatan. halusinasinya spiritual:dzikir perilaku maladaptif yang sulit
dengan - Masukkan latihan untul dikontrol.
menghardik. menghardik dalam - Dengan menghardik halusinasi
jadual memberi kesempatan pasien
mengatasi masalah dengan reaksi
penolakan terhadap sensasi palsu
- Dengan peragaan langsung dan
pasien memperagakan ulang
memungkinkan cara menghardik
dilakukan dengan benar.
- Dengan penguatan positif
mendorong pengulangan perilaku
yang diharapkan.
SP 2 setelah SP 2 - Menilai kemajuan dan
…….kali pertemuan - Evaluasi tanda dan perkembangan klien
klien gejala halusinasi. - Memberikan pemahaman tentang
- Klien dapat - Validasi kemampuan pentingnya penggunaan obat pada

84
menjelaskan pasien melakukan gangguan jiwa, akibat jika
tentang cara latihan menghardik dan penggunaan obat tidak sesui
minum obat berikan pujian dengan program, akibat bila putus
dengan prinsip 6 - Evaluasi manfaat obat, cara mendapatkan obat, cara
benar. melakukan menghardik meggunakan obat dengan prinsip
- Klien dapat - Latih cara mengontrol 6 benar.
mempraktekkan halusinasi dengan obat - Memungkinkan terapi obat
cara minum obat (jelaskan 6 benar: jenis, terlaksana lebih epektif guna
dengan prinsip 6 guna, dosis, frekuensi, mendukung proses perawatan dan
benar. cara, kontinuitas penyembuhan klien
minum obat)
- Lakukan terapi
spiritual:dzikir
- Masukkan pada jadual
kegiatan untuk latihan
menghardik dan minum
obat.
SP 3 setelah SP 3 - Menilai kemajuan dan
…….kali pertemuan - Evaluasi tanda dan perkembangan klien.
klien: gejala halusinasi - Dengan bercakap-cakap
- Klien dapat - Validasi kemampuan mengalihkan pokus perhatian
menjelaskan cara pasien melakukan latihan dan menghindarkan saat klien
mengatasi menghardik dan jadual merasakan sensasi palsu.
halusinasi dengan minum obat, berikan - Memungkinkan klien melakukan
bercakap-cakap pujian kegiatan dengann teratur.
dengan orang - Evaluasi manfaat
lain. melakukan menghardik
- Klien dapat dan minum obat sesuai
mempraktekkan jadual
cara mengatasi - Latih cara mengontrol
halusinasi dengan halusinasi dengan

85
bercakap-cakap. bercakap-cakap saat
terjadi halusinasi.
- lakukan terapi
spiritual:dzikir
- Masukkan pada jadual
kegiatan untuk latihan
menghardik, minum obat
dan bercakap-cakap.
SP 4 setelah SP 4 - Menilai kemajuan dan
……kali pertemuan - Evaluasi tanda dan perkembangan klien.
klien : gejala halusinasi - Dengan aktivitas terjadwal
- Klien dapat - Validasi kemampuan memberikan kesibukan yang
menyebutkan pasien melakukan menyita waktu dan perhatian
tindakan yang latihan menghardik dan menghindarkan klien merasakan
biasa dilakukan jadual minum obat, sensasi palsu.
untuk berikan pujian  Memberikan pemahaman
mengendalikan - Evaluasi manfaat pentingnya mencegah
halusinasinya. melakukan menghardik munculnya halusinasi dengan
- Klien dapat dan minum obat sesuai aktivitas positif yang
menyebutkan jadual bermanfaat bisa dilakukan.
cara baru - Latih cara mengontrol  Dengan memantau
mengontrol halusinasi dengan pelaksanaan terjadwal
halusinasi. kegiatan yang telah memastikan intervensi yang
- Klien dapat terjadwal. diberikan dilakukan oleh
memilih car - lakukan terapi pasien secara teratur.
mengatasi spiritual:dzikir  Dengan penguatan positif
halusinasi seperti - Masukkan pada jadual mendorong pengulangan
yang telah kegiatan untuk latihan perilaku yang diharapkan.
didiskusikan menghardik, minum
dengan perawat. obat bercakap-cakap.
- Klien dapt

86
melaksanakan
cara yang telah
dipilih untuk
mengendalikan
halusinasi.
- Klien dapat
mencoba cara
menghilangkan
halusinasi.
2. Resiko - pasien mampu SP 1 SP PASIEN - Langkah awal untuk intervensi
perilaku : Setelah pertemua Sp 1: selanjutnya dengan harapan
kekrasan - Klien mampu pasien - Identifikasi klien percaya dan terbuka dalam
mengindentifi - Dapat penyebab, tanda mengungkapkan perasaannya
kasi penyebeb menyebutkan & gejala,PK dengan rasa aman.
PK penyebab yang dilakukan, - Memberikan pemahaman
- Klien dapat perilaku akibat PK tentang perilaku kekerasan pada
mengidentifik kekerasan, tanda- - Jelaskan cara klien sehingga memungkinkan
asi tanda- tanda perilaku mengontrol PK: klien untuk menghindari
tanda PK kekerasan, jenis fisik, obat, penyebab rasa marah.
- Klien dapat perilaku verbal, spiritual - Menilai pengetahuan klien
menyebutkan kekerasan yang - Latihan cara tentang efek perilaku agresif
jenis PK yang pernah dilakukan ,engontrol PK terhadap diri sendiri dan orang
pernah dan akibat dari secara fisik: lain.
dilakukannya perilaku tarik nafas - Memberikan gambaran pada
- Klien dapat kekerasan yang dalam dan klien cara menyalurkan marah
menyebutkan dilakukan. pukul kasur dan secara konstruktif.
akibat dari PK - Pasien dapt bantal  Dengan nafas dalam mampu
yang menyebutkan - Masukan pada mengurangi ketegangan otot
dilakukannya. cara jadwal kegiatan saat marah, sehingga dapat
- Klien dapat mencegah/mengo untuk latihan menurunkan energy emosi.
mencegah ntrol perilaku fisik  Dapat menyalurkan energy

87
atau kekerasan dengan secara positif tanpa
mengontrol latihan fisik. mencederai diri sendiri dan
fisik, obat, orang lain.
verbal, dan - Membantu menetapkan kegiatan
spritual. yang mungkin terselesaikan
dengan baik dan dapat dilakukan
secara teratur.
SP 2 Sp 2: - Menilai kemajuan dan
Setelah pertemuan - Evaluasi kegiatan perkembangan klien.
pasien latihan fisik. Beri - Memberikan pemahaman
- Mampu pujian tentang pentingnya penggunaan
menyebutkan - latihan cara obat pada gangguan jiwa, akibat
kegiatan yang mengontrol PK dengan tidak sesuai dengan program,
sudah dilakukan obat (jelaskan 6 benar: akibat bila putus obat, cara
- Mampu jenis, guna, dosis, menggunakan obat dengan
memperagakan frekuensi, cara, prinsip 6 benar dan motivasi rasa
cara mengontrol kontinuitas minum klien untuk mandiri dan
perilaku obat) menyadari kebutuhannya akan
kekerasan - masukan pada jadwal pengobatan yang optiamal.
dengann patuh kagiatan untuk latihan - Memungkinkan terapi obat
minum obat dan fisik dan minum obat. terlaksana lebih efektif guna
prinsip 6 benar mendukung proses perawatan
minum obat. penyembuhan klien.

SP 3 SP 3 Klien: - Menilai kemajuan dan


Seteah pertemuan - Evaluasi tanda dan perkembangan klien.
pasien gejala perilaku - Dengan mengungkapkan marah
- Mampu kekerasan secara verbal klien mampu
menyebutkan - Validasi : mengungkapkan marah secara
kegiatan yang kemampuan pasien asertif sehingga orang lain lebih
sudah dilakukan. melakukan tarik memahami keinginan/maksud

88
- Mampu nafas dalam, pukul klien maupun perasaan emosi
memperagakan kasur dan bantal, yang sedang di alami.
cara mengontrol jadwal minum - Membantu menetapkan kegiatan
perilaku obat. yang memungkinkan
kekerasan dengan - Tanyakan manfaat terselesaikan dengan baik dan
verbal yang biak. melakukan latihan dapat dilakukan secara teratur
nafas dalam,
pukulkasur dan
bantal, manfaat
minum obat. Beri
pujian
- Latih cara
mengontrol
perilaku
kekekrasan secara
verbal (bicara yang
baik:meminta,
menolak, dan
mengungkapkan
perasaan)
- Melakukan
penerapan terapi
musik
- Masukkan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan fisik,
minum obat, dan
latihan cara bicara
yang baik.
SP 4 SP 4 Klien: - Menilai kemampuan dan
Setelah pertemuan - Evaluasi : tanda dan perkembangan klien.

89
pasien gejala perilaku - Mengontrol PK dengan cara
- Mampu kekerasan spiritual dengan cara berdoa,
menyebutkan - Validasi : kemampuan berdzikir, wudhu, shalat dapat
kegiatan yang pasien melakukan tarik menurunkan ketegangan fisik
sudah dilakukan. nafas dalam,pukul dan psikologis.
Mampu kasur dan bantal, - Membantu menetapkan kegitan
memperagakan cara minum obat dengan 6 yang memungkinkan
mengontrol perilaku benar dan patuh, terselesaikan dengan baik dan
kekerasan dengan bicara yang baik. dapat dilakukan secara teratur..
spiritual dan - Tanyakan manfaat
kegiatan yang lain. latihan tarik nafas
dalam ,pukul kasur
bantal, minum obat,
bicara yang baik. Beri
pujian
- Latih mengontrol
marah dengan spritual
(2 kegiatan )
- Melakukan penerapan
terapi musik
- Masukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
fisik, minum obta,
verbal dan spritual.
3. Isolasi social Pasien mampu: SP 1setelah….kali SP 1 - Hubungan saling percaya
- Membina pertemuan klien: - Mengidentifikasi merupakan landasan dasar
hubungan - Mampu membina penyebab isolasi sosial intervensi perawat dengan klien
saling hubungan saling pasien sehingga klieb terbuka dalam
percaya percaya. - Berdiskusi dengan mengungkapkan masalahnya dan
- Menyadari - Mampu pasien tentang menimbulkan sikap menerima
penyebab mengenal keuntungan terhadap orang lain.

90
isolasi social. penyebab isolasi berinteraksi dengan - Agar klien dapat mengenal dan
- Berintekrasi social, orang lain. mengungkapkan penyebab
dengan orang keuntungan - Berdiskusi dengan isolasi social yang terjadi.
lain. berhubungan pasien tentang kerugian - Agar klien mempunyai
dengan orang lain tidak berinteraksi keinginan berintekrasi dengan
dan kerugian dengan orang lain. orang lain.
tidak - Mengajarkan pasien - Agar klien menyadari kerugian
berhubungan cara berkenalan dengan yang ditimbulkan akibat tidak
dengan orang satu orang. berintekrasi dengan orang lain.
lain. - Menganjurkan pasien - Dengan belajar berkenalan
memasukkan cara menimbulkan motivasi klien
latihan berbincang untuk berintekrasi dengan orang
bincang dg orang lain lain.
dlm kegiatan harian - Memberikan rasa tanggung
pasien. jawab pada pasien untuk
melaksanakan kegiatan dengan
teratur.
SP 2 setelah…..kali SP 2 - Menilai kemajuan dan
pertemuan klien: - Mengevaluasi perkembangan pasien.
- Mampu jadwal kegiatan - Memberikan kesempatan
berintekrasi harian pasien motivasi klien untuk mau
dengan orang lain - Latihan melakukan interaksi secara
secara bertahap : Berinteraksi Secara bertahap dan nerinteraksi saat
berkenalan Bertahap (Pasien melakukan kegiatan.
dengan 2-3 dengan 2 orang
orang. lain), latihan
bercakap-cakap
saat melakukan 2
kegiatan harian
- Menaganjurkan
pasien

91
memasukkan
kedalam jadwal
kegiatan harian

SP 3 setelah….kali SP 3 - Sebagai dasar bagi perawat


pertemuan klien: - Mengevaluasi untuk menilai perkembangan
- Mampu jadwal kegiatan klien dalam mengenal cara
menyebutkan harian pasien berintekrasi.
kegiatan yang - Latihan - Memberikan motivasi klien
telah sudah Berinteraksi Secara untuk berintekrasi dan
dilakukan Bertahap (Pasien mendapatkan respon yang
- Mampu dengan 4-5 orang ) positif.
berintekrasi - Menaganjurkan - Memberikan motivsi dan rasa
dengan orang lain pasien tanggung jawab pada pasien
: berkenalan memasukkan untuk melaksanakan kegiatan
dengan 4-5 orang kedalam jadwal berkenalan dengan teratur.
dan berbicara kegiatan harian
sambil
melakukan 4
kegiatan harian.

SP 4 setelah …..kali SP 4 - Menilai perkembangan dan


pertemuan klien: - Evaluasi kemampuan pasien.
- Mampu kemampuan - Memberikan motivasi klien
menyebutkan berinteraksi untuk berintekrasi dan
kegiatan yang - Latih cara bicara mendapatkan respon yang
sudah dilakukan. saat melakukan positif.
- Mampu kegiatan sosial - Memberikan motivasi dan rasa
berintekrasi - Melatih berkenalan tanggung jawab pada pasien
dengan orang lain dengan >5 orang - untuk melaksanakan kegiatan
: berkenalan Menaganjurkan berkenalan dengan teratur.

92
dengan > 5 orang pasien
dan memasukkan
bersosialisasi. kedalam jadwal
kegiatan harian.

93
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Tn. A Ruangan : Wisma Nuri

Diagnosa : Halusinasi

NO TANGGAL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


1. 13 Maret 2020 SP 1 S :
Jam 14.00 1. Membina hubungan saling - Pasien mengatakan “nama saya A, saya sukanya
percaya di panggil “arif”
2. Mengidentifikasi jenis - Pasien mengatakan masih mendengar suara-suara
halusinasi klien yang tidak berwujud nyata.
3. Mengidentifikasi isi halusinasi
klien O:
4. Memberikan waktu halusinasi - Pasien mau menjawab dan menyebutkan nama
klien pada perawat dan membalas salam, mau berjabat
5. Mengidentifikasi frekuensi tangan
halusinasi klien - Pasien mampun mengenal jenis (pendengaran) ,
6. Mengidentifikasi situasi yang isi(suara-suara memukul-mukul dinding
menimbulkan halusinasi ), waktu (siang dan malam hari), frekuensi (5 x
7. Menjelaskan cara mengontrol dalam 1 hari), situasi (halusinasi muncul saat
halusinasi pasien sedang sendiri).
8. Mengajarkan klien cara pertama - Pasien tampak mengikuti perawat cara
menghardik halusinasi menghardik halusinasi dengan menutup telinga
9. Mendiskusikan manfaat cara dan mengatakan “Pergi jangan ganggu saya
yang dilakukan klien dan kamu tidak nyata”
memberi pujian. - Pasien mengetahui cara berdzikir,
10. Memberikan terapi (bismillahhirrohmannirrahim,
spiritual:dzikir astaghfirullaahaladhim, dan subhanallah).
11. Menganjurkan klien untuk - Pasien tampak mengikuti perawat cara berdzikir.
memasukkan cara menghardik
kedalam kegiatan harian

94
A : Masalah teratasi
Halusinasi terkontrol

P : Lanjutkan intervensi
1. Evaluasi cara mengontrol halusinasi pertama dengan
cara menghardik
2. Lanjutkan SP 2
3. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
4. Latih mengontol halusinasi dengan memberikan
pendidikan kesehatan tentang 6 benar minum obat
(benar jenis, guna, dosis, frekuensi, cara dan
kontiniuitas minum obat).
5. Anjurkan pasien untuk berdzikir
6. Anjurkan memasukkan kedalam jadwal kegiatan
harian
2. 14 Maret 2020 SP 2 S:
Jam 10.30 1. Membina hubungan saling - Pasien mengatakan lupa dengan nama perawat.
percaya : salam terapeutik, - Pasien mengatakan perasaanya lebih baik.
menanyakan kepada klien masih - Pasien mengatakan masih ingat cara menghardik
ingat tidak dengan perawat. halusinasi
2. Menanyakan perasaan klien saat - Pasien mengatakan masih ingat cara berdzikir.
ini.
3. Mengevaluasi kembali cara
menghardik. O:
4. Melatih mengontol halusinasi - Pasien mampu menyebutkan kembali halusinasi.
dengan memberikan pendidikan - Pasien tidak mampu menyebutkan kembali cara
kesehatan tentang 6 benar mengontrol halusinasi dengan 6 benar minum
minum obat (benar jenis, guna, obat : jenis (resperidon dan lorazepam), guna
dosis, frekuensi, cara dan (penenang), dosis ( reperidon 2x 2mg dan
kontiniuitas minum obat). lorazepam 1x2 mg), frekuensi ( 2x 1 hari pagi
5. Memberikan terapi spiritual: dam malam), cara (oral) dan kontiniuitas minum

95
dzikir. obat.
6. Masukkan pada jadual kegiatan - Pasien tampak mampu berdzikir secara mandiri.
untuk latihan menghardik dan
minum obat. A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi
Evaluasi cara mengontrol halusinasi dengan 6 benar
minum obat.( (benar jenis, guna, dosis, frekuensi,
cara dan kontiniuitas minum obat).

3. 15 Maret 2020 SP 2 S:
Jam 10.30 1. Membina hubungan saling - Pasien mengatakan lupa dengan nama perawat.
percaya : salam terapeutik, - Pasien mengatakan perasaanya lebih baik.
menanyakan kepada klien - Pasien mengatakan masih ingat cara menghardik
masih ingat tidak dengan halusinasi
perawat. - Pasien mengatakan masih ingat cara berdzikir.
2. Menanyakan perasaan klien
saat ini.
3. Mengevaluasi kembali cara O :
menghardik. - Pasien mampu menyebutkan kembali halusinasi.
4. Melatih mengontol halusinasi - Pasien sudah mampu menyebutkan kembali cara
dengan memberikan mengontrol halusinasi dengan 6 benar minum
pendidikan kesehatan tentang 6 obat : jenis (resperidon dan lorazepam), guna
benar minum obat (benar jenis, (penenang), dosis ( reperidon 2x 2mg dan
guna, dosis, frekuensi, cara dan lorazepam 1x2 mg), frekuensi ( 2x 1 hari pagi
kontiniuitas minum obat). dam malam), cara (oral) dan kontiniuitas minum
5. Memberikan terapi spiritual: obat.
dzikir. - Pasien tampak mampu berdzikir secara mandiri.
6. Masukkan pada jadual kegiatan
untuk latihan menghardik dan A : Masalah teratasi
minum obat.

96
P : Lanjutkan intervensi
Evaluasi cara mengontrol halusinasi dengan 6 benar
minum obat.( (benar jenis, guna, dosis, frekuensi,
cara dan kontiniuitas minum obat).
Lanjut Sp 3
1. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap dengan teman sekamar.
2. Menganjurkan klien memasukkan kegiatan untuk
mengendalikan halusinasi kedalam jadwal
kegiatan

S:
- Pasien mengatakan masih ingat nama perawat.
- Pasien mengatakan perasaanya baik-baik saja
- Pasien mengatakan masih ingat dengan anjuran
perawat jika mendengar suara-suara yang tidak
berwujud nyata Pasien akan menutup telinga dan
langsung menghardik.
7. Mengatakan minum obat dengan 6 benar : jenis
(resperidon dan lorazepam), guna (penenang), dosis
( reperidon 2x 2mg dan lorazepam 1x2 mg),
frekuensi ( 2x 1 hari pagi dam malam), cara (oral)
dan kontiniuitas minum obat.
- Pasien mengatakan ketika mendengar suara-suara
yang tidak berwujud pasien akan berdzikir dengan
mengucapkan(bismillahhirrohmannirrahim,
astaghfirullaahaladhim, dan subhanallah).

97
O:
- Pasien tampak mengerti cara mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap dengan
teman-teman.
- Pasien tampak mampu bercakap-cakap dengan
teman seruangan atau sekamar.
- Pasien tampak melakukan dzikir secara
mandiri.

A : Masalah teratasi
Halusinasi terkontrol

P : Lanjutkan intervensi
Evaluasi cara mengontrol halusinasi dengan cra
bercakap-cakap.
1. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan
kegiatan yang telah terjadwal.
3. Anjurkan pasien untuk berdzikir.
4. 16 Maret 2020 SP 3 S:
Jam 10.30 1. Menanyakan kembali pada - Pasien mengatakan masih ingat nama perawat.
klien apakah masih ingat - Pasien mengatakan perasaanya baik-baik saja
nama perawat - Pasien mengatakan masih ingat dengan anjuran
2. Menanyakan perasaan klien perawat jika mendengar suara-suara yang tidak
3. Mengevaluasi kembali cara berwujud nyata Pasien akan menutup telinga dan
mengontrol halusinasi langsung menghardik.
dengan cara meghardik dan - Mengatakan minum obat dengan 6 benar : jenis
dengan 6 benar minum obat, (resperidon dan lorazepam), guna (penenang), dosis
(benar jenis, guna, dosis, ( reperidon 2x 2mg dan lorazepam 1x2 mg),
frekuensi, cara dan frekuensi ( 2x 1 hari pagi dam malam), cara (oral)
kontiniuitas minum obat). dan kontiniuitas minum obat.

98
4. Memberikan terapi - Pasien mengatakan ketika mendengar suara-suara
spiritual :dzikir yang tidak berwujud pasien akan berdzikir dengan
5. Menganjurkan klien mengucapkan(bismillahhirrohmannirrahim,
memasukkan aktivitas astaghfirullaahaladhim, dan subhanallah).
kedalam jadwal harian
O:
- Pasien tampak mengerti cara mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap dengan
teman-teman.
- Pasien tampak belum mampu mengontrol
halusinasi dengan car bercakap-cakap dengan
teman seruangan atau sekamar.
- Pasien tampak melakukan dzikir secara
mandiri.

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi SP 3
Evaluasi cara mengontrol halusinasi dengan cra
bercakap-cakap.

17 Maret 2020 SP 3 S:
jam 10.30 1. Menanyakan kembali pada - Pasien mengatakan masih ingat nama perawat.
klien apakah masih ingat - Pasien mengatakan perasaanya baik-baik saja
nama perawat - Pasien mengatakan masih ingat dengan anjuran
2. Menanyakan perasaan klien perawat jika mendengar suara-suara yang tidak
3. Mengevaluasi kembali cara berwujud nyata Pasien akan menutup telinga dan
mengontrol halusinasi langsung menghardik.
dengan cara meghardik dan - Mengatakan minum obat dengan 6 benar : jenis
dengan 6 benar minum obat, (resperidon dan lorazepam), guna (penenang), dosis
(benar jenis, guna, dosis, ( reperidon 2x 2mg dan lorazepam 1x2 mg),

99
frekuensi, cara dan frekuensi ( 2x 1 hari pagi dam malam), cara (oral)
kontiniuitas minum obat). dan kontiniuitas minum obat.
4. Memberikan terapi - Pasien mengatakan ketika mendengar suara-suara
spiritual :dzikir yang tidak berwujud pasien akan berdzikir dengan
5. Menganjurkan klien mengucapkan(bismillahhirrohmannirrahim,
memasukkan aktivitas astaghfirullaahaladhim, dan subhanallah).
kedalam jadwal harian

O:
- Pasien tampak mengerti cara mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap dengan
teman-teman.
- Pasien tampak mampu bercakap-cakap dengan
teman seruangan atau sekamar.
- Pasien tampak melakukan dzikir secara
mandiri.

A : Masalah teratasi
Halusinasi terkontrol

P : Lanjutkan intervensi
Evaluasi cara mengontrol halusinasi dengan cra
bercakap-cakap.
Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
Lanjut Sp 4
Latih cara mengontrol halusinasi dengan kegiatan yang
telah terjadwal.
Anjurkan pasien untuk berdzikir.

100
18 Maret 2020 SP 4 S:
Jam 11.00 1. Menanyakan kembali pada - Pasien mengatakan perasaannya baik
klien apakah masih ingat - Pasien mengatakan jika mendengar suara suara
nama perawat aneh itu muncul klien menghardik dengan
2. Menanyakan perasaan klien mengatakan “Pergi kamu jangan ganggu saya,
3. Mengevaluasi kembali cara kamu tidak nyata”,
mengontrol halusinasi - Pasien mengatakan minum obat dengan 6 benar:
dengan cara menghardik, 6 jenis (resperidon dan lorazepam), guna
benar minum obat dan (penenang), dosis ( reperidon 2x 2mg dan
bercakap –cakap dengan lorazepam 1x2 mg), frekuensi ( 2x 1 hari pagi
teman kamar. dam malam), cara (oral) dan kontiniuitas minum
4. Melatih cara mengontrol obat. Pasien mengatakan akan bercakap cakap
halusinasi dengan kegatan dengan teman sekamar, dan melakukan kegiatan
yang telah terjadwal. menonton tv.
5. Memberikan pujian atas - Pasien mengatakan kegiatan yang biasa
keberhasilan tindakan yang dilakukan di rumah sakit yaitu merapikan tempat
dilakukan klien tidur dan membersihkan ruangan.
6. Memberikan terapi - Pasien mengatakan ketika mendengar suara-
spiritual :dzikir suara yang tidak berwujud pasien akan berdzikir.
7. Menganjurkan klien
memasukkan aktivitas
kedalam jadwal harian O:
- Pasien tampak tenang dan kooperatif,
- Pasien tampak mampu menyusun jadwal
kegiatan bersama perawat.
- Pasien tampak mampu melakukan cara
mengontrol halusinasi dengan kegiatan yang
telah disusun bersama perawat yaitu
membersihkan tempat tidur dan membersihkan
ruangan.
- Pasien tampak sudah berdzikir secara mandiri.

101
A : Masalah teratasi
Halusinasi terkontrol

P : Evaluasi dan motivasi kembali klien untuk


menerapkan cara megendalikan halusinasi yang telah
diajarkan perawat.
Sp di hentikan
Pasien pulang

102
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Tn. A Ruangan : Wisma Nuri

Diagnosa : Resiko perilaku kekerasan

NO TANGGAL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


1. 15 Maret 2020 Sp 1: S :
Jam 15.00 1. Membina hubungan saling - Pasien mengatakan “nama saya A, saya sukanya
percaya di panggil “Arif”.
2. mengidentifikasi penyebab, - Pasien mengatakan bahwa ia marah jika
tanda & gejala,PK yang keinginan nya tidak dipenuhi/dituruti.
dilakukan, akibat PK - Klien mengatakan jika ia marah memukul orang
3. Jelaskan cara mengontrol PK: yang berada disekitarnya.
fisik, obat, verbal, spiritual O:
4. Latihan cara ,engontrol PK - Pasien mau menjawab dan menyebutkan nama
secara fisik: tarik nafas dalam pada perawat dan membalas salam, mau
dan pukul bantal. berjabat tangan
5. Menganjurkan klien untuk - Pasien mampun menyebutkan penyebab, tanda
memasukkan cara menghardik dan gejala, perilaku kekerasan yang dilakukan
kedalam kegiatan harian dan akibat.
- Pasien tampak mampu mengikuti perawat cara
mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
dengan tarik nafas dalam dan pukul bantal.
- Pasien tampak lebih tenang setelah mencobakan
latihan fisik: tarik nafas dalam dan pukul bantal.

A : Masalah teratasi
PK terkontrol

P : Lanjutkan intervensi
Evaluasi cara mengontrol PK dengan cara latihan

103
fisik : tarik nafas dalam dan pukul bantal.
Lanjutkan SP 2
- Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
- Latih mengontol PK dengan memberikan
pendidikan kesehatan tentang 6 benar minum
obat (benar jenis, guna, dosis, frekuensi, cara
dan kontiniuitas minum obat).
- Anjurkan memasukkan kedalam jadwal
kegiatan harian.
2. 16 Maret 2020 SP 2 S:
Jam 11.00 1. Mengepaluasi kegiatan latihan - Pasien mengatakan lupa dengan nama perawat.
fisik. Beri pujian - Pasien mengatakan perasaanya lebih baik.
2. Melatih cara mengontrol PK - Pasien mengatakan masih ingat cara latihan
dengan obat (jelaskan 6 benar: fisik : tarik nafas dalam dan pukul bantal.
jenis, guna, dosis, frekuensi, O :
cara, kontinuitas minum obat) - Pasien mampun menyebutkan penyebab, tanda
3. Memasukan pada jadwal dan gejala, perilaku kekerasan yang dilakukan
kagiatan untuk latihan fisik dan dan akibat.
minum obat - Pasien tampak mampu menyebutkan kembali
cara mengontrol perilaku kekerasan 6 benar
minum obat : jenis (resperidon dan lorazepam),
guna (penenang), dosis ( reperidon 2x 2mg dan
lorazepam 1x2 mg), frekuensi ( 2x 1 hari pagi
dam malam), cara (oral) dan kontiniuitas
minum obat.

A : masalah teratasi
PK terkontrol

P : Lanjutkan intervensi
Evaluasi cara mengontrol halusinasi dengan 6 benar

104
minum obat.( (benar jenis, guna, dosis, frekuensi,
cara dan kontiniuitas minum obat).
- Latih klien cara mengontrol PK meminta dengan
baik dan menolak dengan baik.
- Evaluasi jadwal kegitan harian klien.
3. 17 Maret 2020 SP 3 S:
Jam 11.00 1. Mengevaluasi tanda dan - Pasien mengatakan masih ingat nama perawat.
gejala perilaku kekerasan - Pasien mengatakan perasaanya baik-baik saja
2. Memvalidasi : kemampuan - Pasien mengatakan jika ia merasa marah ia
pasien melakukan tarik nafas melakukan latihan fisik : tarik nafas dlam dan
dalam, pukul kasur dan bantal, pukul bantal dan minum obat dengan 6 benar :
jadwal minum obat. jenis (resperidon dan lorazepam), guna (penenang),
3. Melatih cara mengontrol dosis ( reperidon 2x 2mg dan lorazepam 1x2 mg),
perilaku kekekrasan secara frekuensi ( 2x 1 hari pagi dam malam), cara (oral)
verbal (bicara yang dan kontiniuitas minum obat.
baik:meminta, menolak, dan O:
mengungkapkan perasaan) - Pasien mampu menyebutkan kembali tanda dan
4. Memasukkan pada jadwal gejala perilaku kekerasan.
kegiatan untuk latihan fisik, - Pasien tampak mampu meminta melakukan
minum obat, dan latihan cara cara mengontrol pk dengan 3 cara yaitu
bicara yang baik. mengungkapkan, meminta dan menolak dengan
benar dan baik .

A : Masalah teratasi

P : Lanjutkan intervensi
- Evaluasi meminta melakukan cara mengontrol
pk dengan 3 cara yaitu mengungkapkan,
meminta dan menolak dengan benar dan baik .
- Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
- Latih cara mengontrol perilaku kekerasan

105
dengan spiritual.
4. 18 Maret 2020 SP 4 S:
Jam 11.00 - Pasien mengatakan perasaannya baik
1. Mengevaluasi : tanda dan - Pasien mengatakan jika ia merasa marah ia
gejala perilaku kekerasan langsung melakukan kegiatan fisik :tarik nafas
2. Memvalidasi : kemampuan dalam dan pukul bantal.
pasien melakukan tarik nafas - Pasien mengatakan minum obat dengan 6 benar:
dalam,pukul kasur dan bantal, jenis (resperidon dan lorazepam), guna
minum obat dengan 6 benar (penenang), dosis ( reperidon 2x 2mg dan
dan patuh, bicara yang baik. lorazepam 1x2 mg), frekuensi ( 2x 1 hari pagi
3. Melatih mengontrol marah dam malam), cara (oral) dan kontiniuitas
dengan spiritual. minum obat.
4. Memasukkan pada jadwal - Pasien mengatakan jika ia meminta dan berbisa
kegiatan untuk latihan fisik, sesuatu dengan baik
minum obta, verbal dan O :
spritual. - Pasien tampak tenang dan kooperatif,
- Pasien mampu menyebutkan tanda dan gejala
dari perilaku kekerasan.
- Pasien tampak mampu melakukan cara
mengontrol perilaku kekerasan dengan spiritual
seperti berdzikir.
- Pasien tampak lebih tenang.

A : Masalah teratasi
Halusinasi terkontrol

P : Evaluasi dan motivasi kembali klien untuk


menerapkan cara megendalikan perilaku kekerasan
yang telah diajarkan perawat.
Sp di hentikan

106
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Tn. A Ruangan : Wisma Nuri

Diagnosa : Isolasi sosial

NO TANGGAL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


1. 15 Maret 2020 SP 1 S :
Jam 15.30 - Membina hubungan saling - Pasien mengatakan “nama saya A, saya sukanya
percaya. di panggil “Arif”.
- Mengidentifikasi penyebab isolasi - Pasien mengatakan bahwa ia selalu menyendiri.
sosial pasien
- Berdiskusi dengan pasien tentang O:
keuntungan berinteraksi dengan - Pasien mau menjawab dan menyebutkan nama
orang lain. pada perawat dan membalas salam, mau
- Berdiskusi dengan pasien tentang berjabat tangan
kerugian tidak berinteraksi dengan - Pasien mampun menyebutkan penyebab dari
orang lain. isolasi.
- Mengajarkan pasien cara - Pasien tampak mampu mengikuti perawat cara
berkenalan dengan satu orang. berkenalan dengan satu orang.
- Menganjurkan pasien
memasukkan cara latihan A : Masalah teratasi
berbincang bincang dg orang lain
dlm kegiatan harian pasien. P : Lanjutkan intervensi
Evaluasi cara berkenalan dengan satu orang.
Lanjutkan SP 2
- Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
- Latihan Berinteraksi Secara Bertahap (Pasien
dengan 2-3 orang ).
- Anjurkan memasukkan kedalam jadwal
kegiatan harian.

107
2. 16 Maret 2020 Sp 2 S:
Jam 11.30 1. Membina hubungan saling - Pasien mengatakan lupa dengan nama perawat.
percaya. - Pasien mengatakan perasaanya lebih baik.
2. Mengevaluasi penyebab dari - Pasien mengatakan masih ingat cara latihan
isolasi sosial berkenalan dengan satu orang teman.
3. melatihan Berinteraksi Secara
Bertahap (Pasien dengan 2-3 O :
orang lain). - Pasien mampun menyebutkan penyebab isolasi
4. Menaganjurkan pasien social.
memasukkan kedalam jadwal - Pasien tampak mampu mengikuti dan
kegiatan harian menerapkan cara berinteraksi bertahap dengan 2
orang temannya.

A : masalah teratasi

P : Lanjutkan intervensi
Evaluasi cara berinteraksi bertahap dengan 2-3
orang.
- Latih klien cara berinteraksi bertahap dengan 4-5
orang.
- Evaluasi jadwal kegitan harian klien.
3. 17 Maret 2020 SP 3 S:
Jam 11.30 1. Membina hubungan saling - Pasien mengatakan masih ingat nama perawat.
percaya. - Pasien mengatakan perasaanya baik-baik saja.
2. Mengevaluasi cara - Pasien mengatakan ia sudah melakukan interaksi
berinteraksi bertahap dengan dengan 2-3 orang temannya.
2-3 orang.
3. Latihan Berinteraksi Secara O :
Bertahap (Pasien dengan 4-5 - Pasien mampu menyebutkan kembali tanda dan
orang ), latihan bercakap- gejala isolasi social.
cakap saat melakukan 2 - Pasien tampak mampu mengikuti cara

108
kegiatan harian baru. berinteraksi bertahap dengan 4-5 orang teman.
4. Menaganjurkan pasien A : Masalah teratasi
memasukkan kedalam jadwal
kegiatan harian P : Lanjutkan intervensi
Evaluasi cara berinteraksi dengan > 5 orang
- Latih cara berinteraksi bertahap dengan >5
orang.
- Anjurkan memasukkan ke dalam jadwal
kegiatan harian.
4. 18 Maret 2020 SP 4 S:
Jam 11.30 1. Membina hubungan saling - Pasien mengatakan perasaannya baik
percaya - Pasien mengatakan ia sudah melakukan
2. Mengevaluasi kemampuan interaksi dengan 2-3 orang temannya.
berinteraksi dengan 4-5 - Pasien mengatakan ia sudah melakukan
orang.. berinteraksi dengan 4-5 orang temannya.
3. Melatih berkenalan dengan >5 - Pasien mengatakan.
orang
4. Menaganjurkan pasien O :
memasukkan kedalam jadwal - Pasien tampak tenang dan kooperatif,
kegiatan harian. - Pasien mampu melakukan interaksi dengan 2-3
dan 4-5 orang temannya.
- Pasien tampak mampu melakukan cara interaksi
atau berkenalan dengan > 5 orang.
A : Masalah teratasi

P : Evaluasi dan motivasi kembali klien untuk


menerapkan cara megendalikan isolasi social yang
telah diajarkan perawat.
Sp di hentikan

109
BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah penulis melakukan tindakan keperawatan terhadap Pasien dengan

gangguan sensori persepsi: halusinasi di ruangan Nuri mulai dari tanggal 13 s/d

18 Maret 2020 dengan 6 kali interaksi, penulis menemukan kesenjangan-

kesenjangan antara konsep teoritis dengan studi dilapangan yang dilakukan

oleh penulis, maka dari itu penulis akan membahas kesenjangan berikut.

4.1 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep Terkait KKMP dan

Konsep Kasus terkait

Tn.A (24 tahun) dirawat di RSJ Prof HB saanin Pasang di ruang Nuri dengan

Diagnosa Medis Gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran. Pasien

mengatakan mendengar suara - suara memukul-mukul dinding dan suara ada

seseorang menyuruh untuk mondar-mandir, suara itu sering di dengar pada

sore hari dan saat sendirian, pasien mengatakan berpisah dengan keluarganya

mera sasedih kerena dirawat di RS, pasien tampak marah tanpa sebab. Dari

hasil observasi penulis didapatkan pasien terlihat mondar- mandir, dan

tampak menutup telinga, pasien tampak tersenyum diri. Sedangkan data

tambahan dari catatan keperawatan melalui status pasien, pasien pernah

ingin memukul ibunya.

Pada pengkajian pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan format

pengkajian keperawatan jiwa yang telah di tetapkan. Data yang dikumpulkan

dengan wawancara langsung pada pasien dan perawat diruangan, dari data

catatan keperawatan dan medis ditemukan kesenjangan antara data-data

teoritis dengan apa yang didapat pada kasus dilapangan. Pengumpulan data

110
yang dilakukan hanya melalui wawancara dengan pasien dan perawat

diruangan, sedangkan data dari keluarga tidak didapatkan hal tersebut

dikarenakan selama proses pengkajian keluarga pasien belum sempat

menjenguk pasien di RS.

Menurut Data yang didapat dilapangan temukan bahwa : mengatakan

mendengar suara-suara 5x dalam 1 hari yang isinya berupa suara yang

menghasutnya untuk mondar mandir dan mendengar suara memukul dinding.

Suara tersebut muncul pada saat pasien sedang sendiri waktu siang dan

malam hari, durasinya selama ± 2 menit. Pada saat pengkajian klien tampak

bingung, klien tampak agak cemas, klien tampak mondar-mandir, klien

pernah ingin memukul orang tuanya karna kemauannya tidak di turuti. Kien

mengatakan lebih sering dirumah dan tidak pernah ikut serta dalam kegiatan

masyarakat dilingkungan rumahnya, selama dirumah sakit klien mengatakn

jarang mengikuti kegiatan kelompok seperti senam dan berkumpul dengan

teman-temannya. Klien tampak gelisah dan tegang, klien tampak sering

menyendiri dan bengong ditempat tidurnya, saat proses interaksi kontak

mata Pasien ada, respon pasien agak lambat, sehingga Pasien suka

menyendiri saja dan tidak mau bergaul dengan orang lain.

Menurut data teoritis menjelaskan secara umum dari faktor predisposisi

diterangkan bahwa halusinasi dapat terjadi dari berbagai faktor berupa faktor

pisikologis, biologis, dan faktor genetik. Dari hasil observasi dan wawancara

yang dilakukan penulis terhadap Pasien tidak ditemukan adanya faktor

genetik yang dapat mempengaruhi halusinasi karena anggota keluarga Pasien

tidak ada yang menderita skizofrenia. Sedangkan dari faktor presipitasi

111
diterang kan bahwa secara fisik Pasien dengan gangguan halusinasi timbul

gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi,

perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu

terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan timbulnya

halusinasi dimana dapat terjadi dari berbagai faktor pendukung yaitu biologis,

stress lingkungan, dan sumber koping, (kelliat,2006).

Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh penulis terhadap

Pasien ditemukan data-data yang tergolong di dalam faktor presipitasi sangat

mendukung timbulnya gangguan sensori persepsi halusinasi karena Pasien

awalnya masuk RS sering mendengar suara-suara yang menyuruh ia untuk

mondar-mandir dan suara seseorang memukul-mukul dinding, merasa dirinya

tidak berguna lagi,

Menurut Direja (2011) diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan

yang menjelaskan respon manusia terhadap status kesehatan/resiko perubahan

dari kelompok dimana perawat secara accontabilitas dapat mengidentifikasi

secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurun, membatasi, dan

berubah. Menurut Yosep (2011). Pohon masalah pada halusinasi dapat

mengakibatkan klien mengali kehilangan control pada dirinya, sehingga bisa

membahayakan kepada dirinya sendiri orang lain maupun lingkungan. Hal ini

terjadi jika halusinasi sudah sampai pada fase ke empat, dimana klien

mengalami panik dan perilakunya dikendalikan oleh halusinasinya.

Penulis mengangkat diagnose keperawatan utama yaitu gangguan persepsi

112
sensori : Halusinasi pendengaran pada Tn.A sebagai prioritas masalah utama

yang didukung dengan data subjektif yaitu Tn.A mengatakan mendengar

suara-suara atau bisikan yang menyuruhnya melakukan seseuatu yang

terkadang hal diluar dirinya seperti, sering menyuruh untuk mondar-mandir

dan suara-suara seseorang memukul dinding, suara-suara tersebut

mengganggu Tn.A. Ada beberapa doagnosa tambahan yaitu: Resiko perilaku

kekerasan dan Isolasi social.

Kesenjangan yang terdapat pada praktik tindakan keperawatan dengan kasus

gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran ditemukan pada beberapa

bagian, seperti pada tujuan umumnya yang pada teori nya terdapat lima

tujuan seperti Pasien dapat membina hubungan saling percaya, Pasien dapat

mengenal halusinasinya, Pasien dapat mengontrol halusinasinya dan Pasien

dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya, dan klien

dapat memanfaatkan obat dengan baik.

Pada praktek tindakan keperawatan gangguan persepsi sensori: Halusinasi

pendengaran ditemukan bahwa dari kelima tindakan keperawatan hanya ada

empat yang terlaksanakan dan pada tindakan keperawatan poin keempat

ditambah dengan dzikir yaitu Pasien mendapat dukungan dari keluarga dalam

mengontrol halusinasinya belum sempat dilakukan tindakan keperawatannya,

disebabkan karena keluarga belum sempat mengunjungi pasien sehingga

untuk saat ini intervensi keempat belum terlaksanakan oleh perawat.

Pada tindakan keperawatan intervensi pertama yaitu pasien dapat membina

hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik

dengan tujuan klien dapat membina hubungan saling percaya dan pada

113
intervensi ini telah dilakukan tindakan keperawatan yaitu sapa pasien dengan

ramah baik verbal maupun non verbal, perkenalkan nama lengkap, nama

panggilan, hobbi, tanyakan perasaan pasien dan masalah yang dihadapi

pasien, dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan pasien, buat

kontrak yang jelas mengenai topik, waktu pertemuan dan tempat pertemuan,

beri perhatian kepada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar pasien.

Pada intervensi kedua yaitu bantu pasien mengenal halusinasi dengan

mengetahui isi, waktu terjadinya, frekuensi, situasi pencetus dengan tujuan

pasien dapat mengenali halusinasi yang dialaminya. Pada intervensi kedua ini

dilakukan tindakan keperawatan seperti tanyakan apakah pasien saat sedang

sendirian, atau sedang tidur pernah melihat atau mendengar sesuatu,

tanyakan isi halusinasi, waktu terjadi nya halusinasi, frekuensi terjadinya

halusinasi pagi, siang, sore, malam atau sering dan kadang-kadang. Dan

diskusikan dengan pasien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi,

diskusikan dengan pasien apa yang dilakukan untuk mengatasi perasaan

tersebut serta jelaskan tentang dampak yang akan dialami jika pasien

menikmati halusinasinya dan ikutkan pasien dalam terapi aktifitas kelompok

persepsi sensori halusinasi sesi 1.

Pada intervensi ketiga yaitu mengidentifikasi bersama klien cara atau

tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi. Intervensi ini memiliki tujuan

agar pasien bisa dapat mengontrol halusinasinya, tindakan keperawatan yang

dilakukan seperti diskusikan cara baru untuk memutus atau mengontrol timbu

nya halusinasi dengan cara menjelaskan cara menghardik halusinasi,

peragakan cara mengahradik, minta pasien memperagakan ulang, pantau

114
penerapan cara ini, beri penguatan perilaku pasien dan memasukan intervensi

ini kejadwal kegiatan pasien dan ikutkan pasien dalam terapi aktifitas

kelompok persepsi sensori halusinasi : sesi 2,3,4.

Pada intervensi lima yaitu diskusikan dengan pasien tentang manfaat dan

kerugian tidak minum obat. Dengan tujuan intervensi pasien dapat

memanfaatkan obat dengan baik, tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu

jelaskan pada pasiententangnamaobat, warnaobat, bentukobat, cara minum

obat, waktu minum obat berapa kali sehari, kegunaan obat, dan efek samping

obat dan jelaskan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter.

Pada intervensi keenam yaitu mengajar kan pasien terapi dzikir. Intervensi ini

memiliki tujuan agar pasien bisa dapat mengontrol halusinasinya, tindakan

keperawatan yang dilakukan seperti diskusikan cara baru untuk memutus atau

mengontrol timbul nya halusinasi dengan cara menjelas kan cara berdzikir.

Sedangkan untuk diagnosa kedua yaitu resiko perilaku kekerasan dimana

yang pertama dilakukan Sp 1 dengan membina hubungan saling percaya dan

latihan fisik: tarik nafas dalam dan pukul bantal., Sp 2 memberikan

pendidikan kesehatan tentang 6 benar minum obat ( benar jenis, guna, dosis,

frekuensi, cara, kontiniuitas minum obat. Sp 3 dengan cara verbal ( berbicara

dengan baik : meminta, menolak dan mengungkapkan perasaan. Kemudian

Sp 4 mengontrol PK dengan spiritual.

Diagnose ke tiga yaitu isolasi social dimana yang pertama dilakukan Sp 1

dengan membina hubungan saling percaya dan mengajarkan pasien cara

berkenalan dengan satu orang, Sp 2 dengan mengajarkan pasien berkenalan

115
dengan orang lain secra bertahap:berkenalan dengan 2-3 orang, Sp 3 dengan

mengajarkan pasien berinteraksi dengan 4-5 orang, Sp 4 dengan mengajarkan

atau melatih berkenalan dengan > 5 orang.

Ada pun tindakan keperawatan yang dilaksanakan untuk diagnose pertama

yaitu melalui SP dengan SP I beberapa di antaranya yaitu membina

hubungan saling percaya, mengidentifikasi jenis halusinasi klien,

mengidentifikasi isi halusinasi klien, memberikan waktu halusinasi klien,

mengidentifikasi frekuensi halusinasi klien, mengidentifikasi situasi yang

menimbulkan halusinasi, menjelaskan cara mengontrol halusinasi,

mengajarkan klien cara pertama menghardik halusinasi, menganjurkan klien

untuk memasukkan cara menghardik kedalam kegiatan harian dan

memberikan terapi dzikir dilaksanakan selama 1 kali interaksi dengan

Assesment SP 1 masalah teratasi , SP II beberapa di antaranya yaitu membina

hubungan saling percaya : salam terapeutik, menanyakan kepada klien masih

ingat tidak dengan perawat, menanyakan perasaan klien saat ini,

mengevaluasi kembali cara menghardik halusinasi, memberikan pendidikan

kesehatan tentang 6 benar minum obat ( jenis, guna, dosis, frekuensi, cara,

kontinuitas minum obat) memberikan terapi dzikir dilaksanakan selama 1 kali

interaksi dengan assessment, memasukan ke jadwal kegiatan harian klien dan

SP 2 masalah teratasi , SP III yaitu menanyakan kembali pada klien apakah

masih ingat nama perawat, menanyakan perasaan klien, mengevaluasi

kembali cara mengontrol halusinasi dengan cara meghardik dan 6 benar

minum obat, melatih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap

dengan teman, dan memberikan terapi dzikir yang dilaksanakan 1 kali

116
interaksi dengan assisment menganjurkan klien memasukkan kegiatan untuk

mengendalikan halusinasi kedalam jadwal kegiatan SP 3 teratasi dan SP IV

yaitu menanyakan kembali pada klien apakah masih ingat nama perawat

menanyakan perasaan klien, mengevaluasi kembali cara mengontrol

halusinasi dengan cara menghardik, 6 benar minum obat dan bercakap-cakap

dengan teman kamar, dan melakukan kegiatan yang biasa dilakukan,

memberikan pujian atas keberhasilan tindakan yang dilakukan klien dan

menganjurkan klien memasukkan aktivitas kedalam jadwal harian yang

dilaksanakan1 kali interaksi assisment SP 4 masalah teratasi.

Selanjutnya tindakan keperawatan diagnosa kedua yaitu perilaku kekerasan

yang pertma dilakukan adalah Sp 1 dengan Identifikasi penyebab, tanda &

gejala,PK yang dilakukan, akibat PK, Jelaskan cara mengontrol PK: fisik,

obat, verbal, spiritual, Latihan cara ,engontrol PK secara fisik: tarik nafas

dalam dan pukul kasur dan bantal, Masukan pada jadwal kegiatan untuk

latihan fisik. Sp 2 dengan Ealuasi kegiatan latihan fisik. Beri pujian, latihan

cara mengontrol PK dengan obat (jelaskan 6 benar: jenis, guna, dosis,

frekuensi, cara, kontinuitas minum obat) dan masukan pada jadwal kagiatan

untuk latihan fisik dan minum obat. Sp 3 dengan evaluasi kegiatan latihan

fisik & ona. Beri pujian, latih cara mengontrokl PK secara verbal (3 cara,

yaitu: mengungkapkan, maminta, menolak dengan benar) dan masukan pada

jadwal kegiatan untuk latihan fisik, minum obat dan verbal. Sp 4 dengan

evaluasi kegiatan latihan fisik & obat & verbal. Beri pujian, latih cara

mengontrol spiritual (2 kegiatan),dan masukan pada jadwal kegiatan untuk

latihan fisik, minum obat, verbal dan spiritual.

117
Selanjutnya tindakan keperawatan diagnose ketiga yaitu isolasi social yang

dilakukan pertam Sp 1 Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien,

Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain,

Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang

lain, Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang, Menganjurkan

pasien memasukkan cara latihan berbincang bincang dg orang lain dlm

kegiatan harian pasien. SP 2 dengan Mengevaluasi jadwal kegiatan harian

pasien, Latihan Berinteraksi Secara Bertahap (Pasien dengan 2 orang lain),

latihan bercakap-cakap saat melakukan 2 kegiatan harian, Menaganjurkan

pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian. SP 3 dengan

Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, Latihan Berinteraksi Secara

Bertahap (Pasien dengan 4-5 orang ), latihan bercakap-cakap saat melakukan

2 kegiatan harian baru, Menaganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal

kegiatan harian, SP 4 dengan Evaluasi kemampuan berinteraksi, Latih cara

bicara saat melakukan kegiatan sosial , Melatih berkenalan dengan >5 orang,

Menaganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.

Setelah dilakukan interaksi selama 6 hari didapatkan adanya perubahan dalam

tingkah laku klien. Seperti yang dikatakan Hawari, 2008 Beberapa

penanganan yang biasa di lakukan diantaranya psikofarmakologi, psikoterapi,

psikososial, terapi spiritual, dan rehabilitasi. Klien dapat meningkatkan

keterbukaan dan hubungan saling percaya dengan perawat sehingga

mempermudah dalam proses interaksi, saat halusinasinya muncul yaitu saat

klien sendirian pada sore hari, klien mampu menyebutkan tindakan yang bisa

dilakukan seperti menghardik atau menghindar, bercakap-cakap dengan orang

118
lain dan melakukan aktivitas secara mandiri, klien dapat mengenal jika

halusinasi mulai muncul dan klien tahu bagaimana cara mengontrol

halusinasinya, pasien mau mengungkapkan perasaannya setelah dilakukan

interaksi dari perawat kepada pasien, jika suara –suara yang tidak nyata atau

tidak berwujud muncul pasien langsung berdzikir secaara mandiri. Pasien

tidak melakukan tindakan yang dapat melukai dirinya sendiri dan orang lain

sehingga menghindarkan pasien dari resiko perilaku kekerasan, pasien dapat

berhubungan dengan orang lain secara baik sehingga menghindarkan pasien

dari isolasi social, dan pasien mau memasukkan aktivitasnya untuk mengatasi

dan menghindar dari halusinasi yang dialami dalam jadwal aktivitas harian

sehingga perawat dapat mengontrol kegiatan yang pasien lakukan selama

perawat dalam jam dinas ataupun tidak.

4.2 Analisis Intervensi Keperawatan dengan kasus Terkait

Pengkajian keperawatan telah dilakukan pada tanggal 15 Maret – 18 Maret

2020 di ruang Nuri di RSJ prof HB Saanin Padang. Pengkajian dilakukan

dengan melakukan survey awal dan pengumpulan data melalui hasil observasi

dan wawancara. Pengkajian dilakukan pada Tn. A, Pengkajian yang dilakukan

yaitu mengenai data umum pemberian terapi dzikir pada pasien seperti yang

dikatakan Yosep (2011). Dari beberapa terapi yang dapat dilakukan adalah

terapi spiritual, terapi spiritual ini berupa kegiatan ritual keagamaan seperti

sholat, berdo’a, memanjatkan puji-pujian kepada tuhan, ceramah keagamaan,

kajian kitab suci. Terapi spiritual atau terapi religius yang antara lain dzikir,

apa bila di lafalkan secara baik dan benar dapat membuat hati menjadi tenang

dan rileks. Terapi spiritual:dzikir juga dapat diterapkan pada pasien halusinasi,

119
karena ketika pasien melakukan terapi spiritual:dzikir dengan tekun dan

memusatkan perhatian yang sempurna (khusus) dapat memberikan dampak

saat halusinasi nya muncul pasien bisa menghilangkan suara -suara yang tidak

nyata dan lebih dapat menyibukkan diri dengan melakukan terapi

spiritual:dzikir.

Hasil yang didapatkan adalah sebelum dilakukan terapi spiritual:dzikir, pasien

engatakan bahwa mendengar suara-suara seseorang memukul dinding dan

mendengar suara yang mengahsutnya untuk mondar-mandir.kemudian pasien

tampak mondar-mandir, tampak bingung, tampa menutup telinga. Setelah

dilakukan terapi spiritual:dzikir didapatkan berubahan pada pasien yaitu pasien

mengatakan suara-suara tersebut sudah jarang terdengar dari yang biasanya 5x

dalam 1 hari setelah dilakukan terapi Spiritual:dzikir sudah berkurang menjadi

1x dalam sehari. Terapi spiritual:dzikir dilakukan selama 6 hari dimana pada

hari ke 6 psien sudah pulang maka intervensi dihentikan, sebelum pasien

pulang pasien, pasien tampak sudah tidak mondar-mandir lagi, pasien sudah

tidak menutup telinga dan pasien sudah tampak tenang.

Hal ini sesuai dengan penelitian Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh

W.C.Hidayati (2014) yaitu “pengaruh terapi religius zikir terhadap peningkatan

kemampuan mengontrol halusinasi pendengaran pada pasien halusinasi di rsjd

dr. Amino gondohutomo semarang” menunjukan bahwa terapi religius zikir

berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan mengontrol halusinasi

pendengaran pada pasien halusinasi di RSJD Dr. Amino Gondohutomo

Semarang. Pemberian terapi zikir diberikan bersamaan dengan intervensi

120
berupa SP, dimana hasil dari pemberian terapi ini menunjukan perubahan pada

pasien terkait.

Hasil pengkajian ini juga didukung oleh jurnal penelitian (Deden dermawan,

2017) tentang pengaruh terapi psikoreligius : Dzikir pada pasien halusinasi

pendengaran yang dilakukan kepada 8 orang responden dirasakan oleh

responden umumnya memiliki ciri-ciri yang sama, dari 8 responden tersebut 5

responden mengatakan bahwa halusinasi yang dialami nya berkurang setelah

melakukan dzikir, dan 3 responden lainnya tidak mengalami perubahan.

4.3 Alternatif Pemecahan Masalah

Alternatif Pemecahan Masalah Yang Dilakukan Kendala pertama yang di

dapat saat memberikan terapi pada pasien yaitu awalnya pasien tidak

menunjukan ketertarikan terhadap terapi yang akan diberikan dan pasien

terlihat kurang memperhatikan apa yang di sampaikan oleh penulis pemecahan

masalahnya yaitu ajak pasien bercerita tentang kehidupanya dengan

menanyakan apa hobinya dan apa yang ia sukai. Setelah pasien di ajak

bercerita di saat itu lah penulis memberikan intervesi keperawatan dan terapi

spiritual : dzikir. Kendala kedua adalah waktu dan tempat pemberian terapi,

pasien mempunyai suasana hati yang berubah-rubah dan saat melakukan

pengkajian dan pemberian terapi spiritual:dzikir pasien tidak mau di sembarang

tempat sehingga membuat penulis susah untuk memberikan intervensi dan

terapi spiritual:dzikir. Pemecahan masalahnya yaitu penulis mengkaji pasien

saat suasana hati pasien sedang baik dan di tempat terbuka.

121
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn.A maka

dapat disimpulkan:

5.1.1 Pengkajian dilakukan pada tanggal 15 maret 2020

Merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan, dari

hasil pengkajian yang didapatkan pada Tn.A yaitu data subjektif

yaitu Tn.A mengatakan sering mendengar suara-suara yang

menghasut nya untuk mondar-mandir suara itu muncul pada siang dan

malam hari. Data objektif Tn.A cukup kooperatif, pasien kadang

tidak menatap lawan biacara saat bicara.

5.1.2 Diagnosa keperawatan

Diagnosa utama muncul saat dilakukan pengkajian pada Tn. A yaitu.

gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran

5.1.3 Rencena Keperawatan

Rencana asuhan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa yang

muncul dan dibuat berdasarkan rencana asuhan keperawatan secara

teoritis.

Rencana tindakan yang dilakukan pada Tn.A yaitu : mengajarkan

individu pelaksanaan Sp1-Sp4 halusinasi untuk negontrol halusinasi

pendengaran, dan mengajarkan kepada pasien penerapan terapi

spiritual:dzikir dalam mengontrol halusinasi pendengaran.

5.1.4 Implementasi

122
Dalam asuhan keperawatan Tn.A dengan halusinasi pendengaran telah

disesuaikan dengan intervensi yang dibuat oleh penulis. Penulis

melaksanakan Sp 1- Sp 4 yaitu cara mengontrol halusinasi dengan

cara menghardik, 6 benar obat, bercakap-cakap,dan kegiatan harian

terjadwal dengan melakukan penerapan terapi spiritual:dzikir.

5.1.5 Evaluasi

Evaluasi dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Dari

diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan dan implementasi yang

telah dilakukan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan

didapatkan hasil yang dicantumkan dalam evaluasi sebagai berikut :

setelah dilakukan terapi spiritual:dzikir selama 6 hari didapatkan

adanya peningkatan terhadap kemampuan pasien dalam mengontrol

halusinasi pendengaran, dimana sebelum dilakukan terapi

spiritual:dzikir, pasien mengatakan bahwa pasien mendengar suara-

suara seseorang memukul dinding dan mendengar suara yang

mengahasutnya untuk mondar-mandir, kemudian pasien tampak

mondar-mandir, tampak bingung, tampa menutup telinga. Setelah

dilakukan terapi spiritual:dzikir didapatkan berubahan pada pasien

yaitu pasien mengatakan suara-suara tersebut sudah jarang terdengar

dari yang biasanya 5x dalam 1 hari setelah dilakukan terapi

Spiritual:dzikir sudah berkurang menjadi 1x dalam sehari.

123
5.2. Saran

5.2.1. Rumah Sakit

Rumah sakit diharapkan bisa menambah fasilitas dan senatiasa

menciptakan lingkungan yang terapeutik guna mempercepat

penyembuhan klien

5.2.2. Bidang keperawatan

Perawat sebagai seseorang yang memberikan asuhan keperawatan

pada halusinasi, perlu melakukan pendekatan singkat namun sering

dilakukan sebagai upaya untuk membina hubungan saling percaya

antara perawat dengan klien. Perawat sangat diharapkan selalu

memberikan semangat dan dorongan kepada klien dalam

menyelesaiakan masalah yang dihadapinya Sehingga dapat

mempercepat penyembuhan klien

5.2.3. Keluarga

Keluarga merupakan salah satu elemen yang sangat berpengaruh

pada pemulihan klien dirumah setelah diijinkan pulang dari rumah

sakit oleh karena itu peran sangat penting dalam perawatan klien

dirumah untuk menghindari kambuhnya kembali gangguan jiwa

pada klien.

124
DAFTAR PUSTAKA

Aziz R, dkk.(2003). Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr.

Amino Gondoutomo.

Balitbang Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta

:Balitbang Kemenkes RI.

Budiman. (2010). Jumlah Gangguan Jiwa.http://www.suarabandung.comdiakses

12 Maret2018 .

Budi ana dkk;2011;Keperawatan kesehatan jiwa;jakarta;EGC

Depkes RI. (2010). Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta

:Depkes RI.

Dermawan. D. (2017). Pengaruh Terapi Psikoreligius : Dzikir Pada Pasien

Halusinasi Pendengaran di RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta. Jurnal

keperawatan jiwa : Website : ejournal. Stikespku. Ac. Id.

Direja, A. H. S. ( 2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Edisi I.


Yogyakarta : Nuha Medika.

Erlinafsiah. 2010. Modal Perawat Dalam Praktik Keperawatan Jiwa. Jakarta:


Trans. Info Media.

Fatihuddin, (2010). Tentramkan Hati Dengan Dzikir, Surabaya: Delta Prima


Press.

Fitria. (2010). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan ...
Model praktek keperawatan propesional jiwa, Jakarta: EGC.

Ibrahim, A. S. (2011). Skizofrenia Spliting Personality.Tangerang : Jelajah Nusa.

Iskandar Dkk;2012; Asuhan Keperawatan Jiwa;Bandung;Refika aditama

Keliat, B. A.(2006). Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Jiwa.Jakarta : FIK,

Universitas Indonesia

125
Keliat, B. A. (2009). Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Keliat, B A. dkk. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN (Basic

Course). Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Kemenkes. 2012. Angka kejadian gangguan kesehatan jiwa di Indonesia. Diakses

dari:http://www.surkesnas.unad.ac.id.

Kusumawati dan Hartono .(2010) .Buku Ajar Keperawatan Jiwa .Jakarta :

SalembaMedika

Maramis, Rusdi. (2010). BukuSaku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ

III).Jakarta : FK UnikaAtmajaya.

Solihin, M. 2004. Terapi Sufistik, Bandung: Pustaka Setia.

Stuart dan Sundeen .(2005) .BukuKeperawatan Jiwa .Jakarta : EGC .

Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan).

Ed. 3. Jakarta: EGC

Tim Direktorat Keswa.(2000). Standar Asuhan Keperawatan Jiwa. Edisi

1.Bandung, RSJP Bandung.

Videbeck (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

W. C. Hidayati. (2014). Pengaruh Terapi Religius Zikir Terhadap Peningkatan


Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Halusinasi
Di RSKD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan

Yosep., 2010, Keperawatan Jiwa. Bandung : Refia Aditama

Yudi Hartono Dkk;2012; Buku ajar keperawatan jiwa; Jakarta; salemba medika.

Yusuf, A,.et al.(2016). Kebutuhan Spiritual:Konsep dan Aplikasi dalam


AsuhanKeperawatan.Jakarta:Mitra Wacana.

Zaidin. (2014). Implementasi teoritis. Jakarta : EGC.

126
JADWAL KEGIATAN HARIAN PASIEN

Nama pasien : Tn. A No MR : 01-08-01

Ruang rawat : Wisma Nuri

N TANGGAL PELAKSANAAN
WAKTU KEGIATAN
O 13/03 14/03 15/03 16/03 17/03 18/03
1. 06.00-06.30 Bangun tidur dan mandi M M M M M M
2. 06.30-07.00 Merapikan tempat tidur M M M M M M
3. 07.00-07.30
4. 07.30-08.00 Senam M M M M M M
5. 08.00-08.30
6. 08.30-09.00
7. 09.00-09.30
8. 09.30-10.00
9. 10.00-10.30 Mengontrol halusinasi dnegan T B M M M M
cara menghardik dan dengan
berdzikir.
10. 10.30-11.00
11. 11.00-11.30 Mengontrol halusinasi degan T B M M M M
bercakap-cakap dan dengan
berdzikir
12. 11.30-12.00
13. 12.00-12.30 Mengontrol halusinasi dengan B B M M M M
cara 6 benar minum obat dan
dengan berdzikir
14. 12.30-13.00
15. 13.00-13.30
16. 13.30-14.00

127
17. 14.00-14.30
18. 14.30-15.00
19. 15.00-15.30 Mengontrol halusinasi dengan B B M M M M
berdzikir
20. 15.30-16.00
21. 16.00-16.30
22. 16.30-17.00
23. 17.00-17.30
24. 17.30-18.00
25. 18.00-18.30
26. 18.30-19.00
27. 19.00-19.30
28. 19.30-20.00
29. 20.00-20.30
30. 20.30-21.00

128
LAMPIRAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MELAKUKAN TERAPI


SPIRITUAL: DZIKIR

TUJUAN 1. Dzikir dapat mengusir, menundukkan dan membakar


setan, karena dzikir bagaikan benteng yang sangat
kokoh yang mampu melindungi seorang hamba dari
serangan musuh-musuhnya.
2. Dzikir dapat menghilangkan kesedihan, kegundahan,
dan depresi, dan dapat mendatangkan ketenangan,
kebahagiaan dan kelapangan hidup. Karena dzikir
mengandung psikoterapeutik yang mengandung
kekuatan spiritual atau kerohanian yang dapat
membangkitkan rasa percaya diri dan rasa optimisme
yang kuat dalam diri orang yang berdzikir.
3. Dzikir dapat menghidupkan hati.
4. Dzikir dapat menghapus dosa dan
menyelamatkannya dari adzab Allah, karena dengan
berdzikir dosa akan menjadi suatu kebaikan yang
besar, sedang kebaikan dapatmenghapus dan
menghilangkan dosa.

MANFAAT 1. Mengurangi tingkat gejolak fisiologis individu


2. Membawa individu ke keadaan yang lebih tenang
baik secara fisik maupun psikologis.

PROSEDUR 1. Pilih posisi yang nyaman untuk duduk, baik itu diatas
lantai dengan bersila atau pun di atas kursi.
2. Tenangkan diri sampai nyaman (rileks).
3. Lalu mulailah menyebut kata atau kalimat dengan
tenang dan perlahan.
4. Bernapaslah sacara alami dan mulai mengucapkan
kalimat (Bismillahirrahmanirrahim) sebanyak 3 kali.
Astaghfirullaahaladhim (Saya mohon ampun kepada
allah yang maha besar) sebanyak 3 kali, dan
Subhanallah (maha suci allah) 3 kali. Bacaan
tersebut diucapkan secara berulang-ulang.
5. Bila ada pikiran yang mengganggu, kembalilah
fokuskan pikiran kembali.
6. Terapi dzikir dilakukan selama 10 menit.
7. Jika sudah selesai, jangan langsung berdiri duduklah

129
dulu dan beristirahat, buka pikiran kembali, barulah
berdiri dan melakukan kegiatan kembali.
( Indri W, 2014)

EVALUASI 1. Mengkaji proses dan hasil dari terapi spiritual:dzikir


menggunakan catatan aktivitas terapi yang telah
dilakukan.
2. Menganalisis sesi yang telah dilakukan untuk melihat
keefektifan terapi.
3. Menganalisis hasil dan catatan terapi sehingga
perawat dapat mengetahui progres teknik yang
dilakukan klien dalam mengembangkan sesi (Fanada,
2012).

130
131
132
133

Anda mungkin juga menyukai