JUDUL
OLEH :
NURDIANA, S. Kep
NIM : 1914901731
1
KARYA ILMIAH AKHIR NERS (KIA-N)
JUDUL
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Profesi
Ners Stikes Perintis Padang
OLEH :
NURDIANA, S. Kep
NIM : 1914901731
2
3
4
5
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS PADANG
ABSTRAK
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang bersifat kronis ditandai dengan
terdapatnya perpecahan (schism) antara pikiran, emosi dan perilaku pasien yang
terkena. Perpecahan pada pasien digambarkan dengan adanya gejala fundamental
(atau primer) spesifik, yaitu gangguan pikiran yang ditandai dengan gangguan
asosiasi, khususnya kelonggaran asosiasi. Halusinasi merupakan persepsi yang salah
(false perception) tanpa adanya objek luar. Salah satu intervensi yang dapat dilakukan
pada pada pasien halusinasi adalah penerapan terapi spiritual:dzikir. Tujuan dari
karya ilmiah ini mampu menerapkan terapi spiritual:dzikir pada Tn.A dalam
mengontrol halusinasi pendengaran diruangan nuri RSJ Prof Hb Saanin padang.
Metode penulisan ini adalah studi kasus dengan quasy eksperime, intervensi ini
dilakukan 1 kali dalam sehari selama 4 hari. Dari hasil intervensi yang dilakukan
selama 4 hari didapatkan bahwa terapi Spiritual : dzikir dapat mengontrol halusinasi
pendengaran pada Tn.A. Kesimpulan dari intervensi mengontrol halusinasi
pendengaran dapat diidentifikasi dan dikendalikan dengan salah satunya penerapan
terapi spiritual : dzikir dengan strategi pelaksanaan (Sp1-Sp 4). Saran diharapkan
perawat selalu berusaha untuk menerapkan terapi spiritual :dzikir pada pasien
halusinsi pendengaran, karena berdzikir dapat meningkatkan ketenangan hati
sehingga gejala-gejala penderita halusinasi akan lebih.
6
NURSING SCIENCE PROFESSIONAL PROGRAM
PERINTIS COLLEGE OF HEALTH SCIENCE WEST SUMATERA
ABSTRACT
7
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS
Nama : Nurdiana
Pekerjaan : Mahasiswi
Jumlah Saudara :-
Ayah : Armadi
RIWAYAT PENDIDIKAN
8
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT yang telah
pembuatan (KIA-N) yang berjudul (Penerapan terapi spiritual : dzikir pada tn. A
yang telah mengajarkan dan membimbing umatnya dari umat yang tidak mengetahui
apa-apa menuju umat yang berbudi luhur dan bermoral serta menjadikan umatnya
pendidikan Profesi Ners di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang. Dalam
pembuatan (KIA-N) ini peneliti mengucapkan terima kasih terutama kepada Kedua
Orang Tua yang telah memberikan semangat dan doanya tanpa henti, untuk selalu
2. Ketua Program Profesi Ners Stikes Perintis Padang, Ns. Mera Delima, M.Kep.
9
4. Pembimbing Klinik Ns, Aldo yuliano, S.kep. MM, telah memberikan arahan dan
5. Teristimewa kepada Papak dan ibuk serta semua sanak saudara yang telah
membantu dan memberi dukungan baik moril maupun material untuk dapat
dengan Profesi Ners Reguler Sekolah Tinggi Kesehatan Perintis Padang Serta
(KIA-N) ini, namun peneliti menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan
(KIA-N), karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Oleh karena itu peneliti
(KIA-N) ini.
Peneliti
DAFTAR ISI
10
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 7
11
3.5 Daftar iagnosa Keperawatan ..................................................................... 68
3.6 Intervensi Keperawatan ............................................................................. 69
3.7 Catatan Perkembangan .............................................................................. 79
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Analisis Masalah Keperawatan ................................................................. 91
4.2 Analisis Salah Satu Intervensi ................................................................... 100
4.3 Arternatif Pemecahan ................................................................................ 102
BAB IV PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 103
5.2 Saran ........................................................................................................... 104
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
12
No. Tabel Halaman
DAFTAR SKEMA
No Tabel
BAB I
PENDAHULUAN
13
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan sosial yang
terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang
efektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan emosional (Videbeck, 2008).
Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seseorang yang terus tumbuh berkembang
terdapatnya perpecahan (schism) antara pikiran, emosi dan perilaku pasien yang
(atau primer) spesifik, yaitu gangguan pikiran yang ditandai dengan gangguan
prevalensi skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000
menyebutkan bahwa jumlah gangguan jiwa pada tahun 2014 adalah 121.962
orang, tahun 2015 jumlahnya meningkat menjadi 260.247 orang, tahun 2016
14
bertambah menjadi 317.504 orang (Dinkes, 2017). Di Sumatera Barat penderita
gangguan jiwa pada tahun 2016 sebanyak 50.608 jiwa, pada tahun 2017 terdapat
Berdasarkan data yang di dapatkan di Rumah Sakit Jiwa RSJ Prof. H.B. Sa’anin
Padang, jumlah penderita gangguan jiwa yang dirawat pada tahun 2016 terdapat
sebanyak 2.956 orang penderita yang mana 1.514 (51,22%) adalah penderita
tahun 2017 di dapatkan data pasien yang mengalami gangguan jiwa khususnya
skizofrenia sebanyak 2.032 orang dan pada tahun 2018 terdapat sebanyak 2.130
orang penderita yang mana 1.477 orang adalah penderita halusinasi. Berdasarkan
khusunya dengan halusinasi (Rekam Medik, RSJ Prof. H.B. Sa’anin Padang,
2018).
Dari hasil buku laporan komunikasi ruangan dan wawancara yang dilakukan pada
tanggal 21 Februari terhadap 27 orang pasien di ruangan Wisma Nuri RSJ Prof.
orang (37,5%) yang mengalami resiko perilaku kekerasan, 3 orang (9,3%) yang
mengalami harga diri rendah, dan 4 orang (9,3%) yang mengalami waham. Dari
orang pasien yaitu Tn. A yang sudah lebih kurang 4 bulan yang lalu mengalami
gangguan jiwa dan sudah dirawat di RSJ sebanyak 4 kali (RSJProf. H.B. Sa’anin
Padang, 2020).
15
Halusinasi merupakan persepsi yang salah (false perception) tanpa adanya objek
luar. Tentu saja persepsi yang dihasilkan tidak seperti persepsi yang normal, ada
objek luar pembentuk persepsi. Selain itu halusinasi hanya dimiliki oleh individu
datangya dari luar dirinya, sehingga orang yang mengalami halusinasi sangat
Dampak yang terjadi dari halusinasi adalah seseorang dapat kehilangan control
dirinya sehingga bisa membahayakan diri sendiri, orang lain maupun merusak
lingkungan, hal ini terjadi dimana seseorang yang mengalami halusinasi sudah
situasi ini sesorang yang mengalami halusinasi dapat melakukan bunuh diri
bahkan bisa membunuh orang lain. Sehingga petugas kesehatan telah berupaya
untuk melakukan terapi pengobatan pada pasien halusinasi seperti terapi berupa
ini sangat bermanfaat bagi seseorang yang terkena gangguan jiwa pada haulusinasi
(Yosep, 2010).
Terapi Spiritual : Dzikir menurut bahasa berasal dari kata ”dzakar” yang berarti
ingat. Dzikir juga di artikan “menjaga dalam ingatan”. Jika berdzikir kepada Allah
artinya menjaga ingatan agar selalu ingat kepada Alla ta‟ala. Dzikir menurut
syara‟ adalah ingat kepada Allah dengan etika tertentu yang sudah ditentukan Al-
Qur‟an dan hadits dengan tujuan mensucikan hati dan mengagungkan Allah.
Menurut Ibn Abbas ra. Dzikir adalah konsep, wadah, sarana, agar manusia tetap
16
terbiasa dzikir (ingat) kepadaNya ketika berada diluar shalat. Tujuan dari dzikir
selaku hamba yang bersyukur, dzikir dapat menyehatkan tubuh, dapat mengobati
(Fatihuddin, 2010).
Terapi Spiritual:Dzikir secara Islami, yaitu suatu perlakuan dan pengobatan yang
dengan kekuatan batin atau ruhani, yang berupa ritual keagamaan bukan
agar ia dapat mengembangkan potensi diri dan fitrah beragama yang dimilikinya
secara optimal, dengan cara mensosialkan nilai-nilai yang terkandung di dalam al-
Quran dan as-Sunnah ke dalam diri. Seperti melakukan shalat wajib, berdoa dan
berzikir dari perbuatan tersebut dapat membuat hidup selaras, seimbang dan sesuai
Berdasarkan Tanda dan gejala pada indikator Afektif paling banyak dialami
khawatir dan curiga. Pada indicator fisiologis paling banyak dialami responden
seperti kewaspadaan, tekanan darah dan keringat dingin meningkat. Pada tanda
dan gejala pada indikator perilaku paling banyak dialami responden seperti
pada menolak, daya tilik dirikurang, penampilan tidak sesuai, dan menunjukan-
nunjuk kearah tertentu. Tanda dangejala pada indikator sosial paling banyak
17
dialami responden seperti Acuh dengan lingkungan, Kesulitan menjalin hubungan
dengan orang lain, dan Tidak tertarik dengan kegiatan harian. Dampak yang terjadi
dari halusinasi adalah seseorang dapat kehilangan control dirinya sehingga bisa
membahayakan diri sendiri, orang lain maupun merusak lingkungan, hal ini terjadi
yang mengalami halusinasi dapat melakukan bunuh diri bahkan bisa membunuh
Dari hasil jurnal penelitian (Deden dermawan, 2017) tentang pengaruh terapi
orang responden dirasakan oleh responden umumnya memiliki ciri-ciri yang sama,
nya berkurang setelah melakukan dzikir, dan 3 responden lainnya tidak mengalami
perubahan. Dan dari hasil jurnal penelitian ( wahyu catur hidayati, 2014)
religius zikir katagori baik sebanyak 98,7%. Jumlah sampel 75 pasien halusinasi
pendengaran dengan teknik purposive sampling. Hasil analisa bivariate dengna uji
karena nilai p<α (0,05) sehingga dapat disimpulkan terapi religius zikir
18
berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan mengontrol halusinasi
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan latar belakang di atas maka yang akan menjadi rumusan
Padang
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum karya ilmiah ini ialah untuk memberikan asuhan keperawatan
jiwa pada Tn. A dengan penerapan terapi spiritual : Dzikir dapat mengontrol
2. Tujuan khusus
19
c. Mahasiswa mampu melakukan Intervensi keperawatan pada Tn. A dengan
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi pendidikan
Hasil karya ilmiah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi oleh mahasiswa
halusinasi pendengaran.
2. Bagi responden
20
Hasil karya ilmiah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi peneliti yang
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
21
2.1 Konsep Dasar
tentang lingkungan tanpa ada objek atau ransangan yang nyata. Sebagai
contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang
objek luar. Tentu saja persepsi yang dihasilkan tidak seperti persepsi yang
normal, ada objek luar pembentuk persepsi. Selain itu halusinasi hanya
(Ibrahim, 2011).
22
Respon prilaku klien dapat di identifikasi sepanjang rentang respon yang
Skema 2.1
5. Isolasi Sosial
a. Respon Adaptif
1) Pikiran logis
2) Persepsi Akurat
23
Kemantapan perasaan jiwa dengan peristiwa yang pernah dialami.
5) Perilaku Sesuai
masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya umum yang
berlaku.
6) Hubungan Sosial
tengah masyarakat.
b. Respon Transisi
1) Distorasi Fikiran
2) Ilusi
5) Menarik diri
c. Respon Maladaptif
24
1) Waham
2) Halusinasi
4) Ketidakteraturan
5) Isolasi Sosial
Suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain
a. Faktor Predisposisi
perilaku (Stuart dan Laraia, 2006). Menurut Yosep, (2011) ada beberapa
sebagai berikut:
1) Faktor Perkembangan
25
Tugas perkembangan klien yang terganggu minsalnya rendahnya
mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih
2) Sosiokultural
3) Faktor Biokimia
4) Sosial Psikologis
masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari
26
Penelitian menunjukan bahwa anak yang sehat yang diasuh oleh orang
b. Faktor Presipitasi
berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stresor
1) Biologis
2) Stress Lingkungan
3) Sumber Koping
27
2.1 4 Jenis halusinasi
Tabel 2.1
28
2.1 5 Tanda Gejala
Tanda gejala bagi klien yang mengalami halusinasi adalah sebagai berikut:
kebutuhan sendiri
29
a. Tahap I (Non-Psikotik) Pada tahap ini halusinasi mampu memberikan rasa
nyaman pada klien, tingkat orientasi sedang. Secara umum pada tahap ini
Karakteristik:
Karakteristik:
pengalaman tersebut
30
c) Konsentrasi terhadap pengalaman sensoripun menurun
realita
sendiri, tingkat kecemasan berat, dan halusinasi tidak dapat ditolak lagi.
Karakteristik:
2) Agitasi/ kataton
(Fitria, 2010).
31
2.1 7 Proses Terjadinya
internal yang berasal dari dalam dirinya tanpa ada stimulus eksternal
( Yosep, 2011 ).
tidur sehingga terbiasa menghayal dan klien biasa menggap lamunan itu
perasaan berdosa dan sensorinya dapat diatur. Pada fase ini merasa nyaman
dengan halusinasinya.
Halusinasi jadi sering datang, klien tidak mampu lagi mengontrol dan
codeming klien mulai menarik diri dari orang lain. Pada fase controlling
32
2.1 8 Mekanisme Koping halusinasi
a. With Drawal : Menarik diri dan klien sudah asik dengan pelaman
internalnya
membingungkan
(Iskandar;2012;58)
2.1 9 Penatalaksanaan
usahakan terjadi kontak mata jika perlu pasien di sentuh atau dipegang.
33
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif,perawat dapat menggali
keterampilan dirinya
pasien dan petugas lain sebaiknya diberitahu tentang data pasien agar ada
34
2.2 Konsep Terapi Spiritual : Dzikir
psikologis. Terapi juga dapat berarti upaya sistematis dan terencana dalam
agar akal dan hatinya berada dalam kondisi dan posisi yang proposional. (M.
Shilihin, 2004)
Sedang kan dzikir secara etimologi berasal dari bahasa arab dzakara, artinya
salah satu cara untuk terapi semua penyakit rokhani yang dialami manusia.
Walaupun dalam teks Al-Qur’an dzikir hanya sebagai penentram hati saja.
Kita dapat memahami bahwa banyak penyakit hati yang muncul karena tidak
tenangnya hati. Dalam hal ini dzikir dapat menenangkan hati dan jiwa
35
Sebagian ahli kedokteran jiwa telah menyakini bahwa penyembuhan penyakit
klien dapat dilakukan lebih cepat jika memakai cara pendekatan keagamaan,
a. Dzikir dalam arti ingat yang sebelumnya lupa atau lalai. Artinya manusia
Lebih lanjut, dalam kehidupan sufi dikenal dengan dua jenis praktik dzikir,
Dzikir Lisan
dzikir ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Pertama diniatkan untuk
mendekatkan diri dan beribadah kepada Allah dengan tujuan mencari ridha,
36
cinta, dan ma’rifat-Nya. Kedua dilakukan dalam keadaan memiliki wudlu.
mengosongkan hati dan ingatan dari segala sesuatu selain Allah. Keenam
sikap hidup.
Dzikir Qalbu
Dzikir Qalbu yaitu dzikir yang tersembunyi di dalam hati tanpa suara dan
kata kata. Dzikir ini hanya memenuhi qalbu dengan kesadaran yang sangat
dekat dengan Allah seirama dengan detak jantung serta mengikuti keluar
sufisme barat, dzikir qalbu sering dilukiskan sebagai Living Prosenc (hidup
Ada beberapa lafal dzikir yang bersumber dari Al-Qur’an maupun Hadist Nabi,
37
e. Basmalah, yaitu mengucapkan bismillahirrahmaniar-rahim (Dengan nama
Allah)
Dzikir Tauhid menurut Agus mustofa adalah upaya berdzikir disepanjang waktu
yang kita milki. Tidak hanya seusai shalat tetapi sejak bangun tidur sampai tidur
kembali, bahkan sampai kealam bawa shadar sekalipun, dalam keadaan berdiri,
duduk, maupun berbaring. Prinsip dasar dari dzikir tauhid adalah kembali kepada
hanya kepada Allah, dzikir tauhid ini untuk meng-Esakan Allah dan untuk
Lafaz dzikir yang digunakan dalam penelitian ini ialah dzikir dengan kalimat
Tauhid (La illahaillallah). Nabi Musa as telah diberi penjelasan oleh Allah
kemampuannya untuk menanamkan ketulusan yang sangat dalam pada hati orang
Dalam ordo Chishtiyyah fase awal praktik dzikir terdiri dari pembacaan La
dzikr kedua, ketiga, dan keempat pun terdiri dari bacaan La illahaillallahu.
Alasan bahwa praktik dizikir ini sangat efektif karena adanya bunyi-bunyi vocal
38
panjang kalimat La illahaillallah akan menggetarkan hati, yang menyebabkan
Menurut Agus Mustofa tahap-tahap dalam dzikir tauhid antara lain sebagai
berikut:
1. Merasakan keberadaan diri kita dan alam semesta secara holistic dengan
2. Meniadakan diri, artinya segala hal hanya semu belaka, yang adahanya Dia,
4. Melebur dalam realitas. Melatih kepahaman dan rasa, bahwa segala realita
adalah Dia.
kekasih Tuhan.
39
c. Dzkir akan membuat hijat dan menciptakan keikhlasan hati yang
e. Meluangkan hati.
kehidupan sehari-hari. Seseorang yang melupakan dzikir atau lupa kepada Allah,
terkadang tanpa sadar dapat berbuat maksiat, namun mana kala ingat kepada
Tuhan kesadaran akan dirinya sebagai hamba Tuhan akan muncul kembali.
Dzikir juga bermanfaat sebagai pembersih hati. Dzikir merupakan lawan kelalaian
(nisyan), jika manusia mengingat Allah dalam keadaan apapun dan menyadari
dirinya ada dihadapan dzat suci, tentu akan menahan diri dari masalah –masalah
yang tidak sesuai dengan keridhaan-Nya, dan mengendalikan diri agar tidak
bersikap durhaka. Semua malapetaka dan penderitaan yang timbulkan oleh hawa
nafsu dan setan, disebabkan oleh kelupaan akan Allah. Ingat Allah dapat
40
2.3 Asuhan Keperawatan Teoritis
2.3.1 Pengkajian
a. Identitas
b. Keluhan Utama
halusinasi klien, dapat dilihat dari data klien dan bisa pula diperoleh dari
keluarga, antara lain : berbicara, senyum dan tertawa sendiri tanpa sebab.
merasa takut dirumah, lalu pasien sering pergi keluar rumah dan
sesuatu atau bau sesuatu dan pasien sangat menyukai bau tersebut.
c. Faktor Predisposisi
41
Biasanya pasien pernah mengalami sakit jiwa masa lalu atau baru
3) Riwayat Trauma
a) Aniaya fisik
maupun saksi.
b) Aniaya seksual
c) Penolakan
e) Tindakan kriminal
42
Biasanya ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa yang sama
dengan klien.
Biasanya yang dialami klien pada masa lalu yang tidak menyengkan
d. Fisik
e. Psikososial
1) Genogram
2) Konsep diri
1. Citra tubuh
43
tubuh akibat penyakit) atau ada bagian tubuh yang tidak disukai.
2. Identitas diri
kelompok)
3. Peran diri
peran.
4. Ideal diri
f) Harga diri
44
perkawinan, muncul perasaan tidak berguna, kecewa karena belum
3) Hubungan sosial
a) Orang terdekat
4) Spritual
b) Kegiatan Ibadah
45
5) Status Mental
a) Penampilan
b) Pembicaraan
pindah dari satu kalimat ke kalimat lain yang tidak ada kaitannya.
c) Aktifitas motorik
d) Alam perasaan
e) Afek
46
bereaksi jika ada stimulus emosi yang sangat kuat. Afek labil
g) Persepsi
cara mondar mandir, kadang pasien bicara dan tertawa sendiri dan
h) Proses pikir
47
Kehilangan asosiasi dimana pembicaraan tidak ada hubungannya
i) Isi pikir
berusaha menghilangkannya.
j) Tingkat kesadaran
sikap canggung tetapi klien mengerti tentang semua hal yang terjadi
k) Memori
48
Biasanya pembicaraan pasien tidak sesuai dengan kenyataan dengan
m) Kemampuan penilaian
mandi dulu sebelum makan atau makan dulu sebelum mandi. Jika
a) Makan
b) BAB/BAK
49
Biasanya pasien dengan prilaku kekerasan tidak ada gangguan,
c) Mandi
d) Berpakaian/berhias
merapikan tempat tidur, mandi atau cuci muka dan menyikat gigi.
f) Penggunaan obat
tidak mengetahui fungsi obat dan akibat jika putus minum obat.
g) Pemeliharaan kesehatan
50
h) Aktifitas didalam rumah
7) Mekanisme Koping
a) Adaptif
b) Maladaptif
kesehatan.
9) Pengetahuan
51
10) Aspek Medik
(Erlinafsiah, 2010) :
b. Perilaku kekerasan
( Yosep, 2011 )
52
2.3.3 Rencana keperawatan
54
minum obat.
55
bercakap-cakap.
56
menghilangkan
halusinasi.
2. Resiko - pasien SP 1 SP PASIEN - Langkah awal untuk
perilaku mampu : Setelah pertemua Sp 1: intervensi selanjutnya
kekrasan - Klien mampu pasien - Identifikasi dengan harapan klien
mengindentifi - Dapat penyebab, percaya dan terbuka
kasi penyebeb menyebutkan tanda & dalam mengungkapkan
PK penyebab perilaku gejala,PK perasaannya dengan rasa
- Klien dapat kekerasan, tanda- yang aman.
mengidentifik tanda perilaku dilakukan, - Memberikan pemahaman
asi tanda- kekerasan, jenis akibat PK tentang perilaku
tanda PK perilaku - Jelaskan cara kekerasan pada klien
- Klien dapat kekerasan yang mengontrol sehingga memungkinkan
menyebutkan pernah dilakukan PK: fisik, klien untuk menghindari
jenis PK yang dan akibat dari obat, verbal, penyebab rasa marah.
pernah perilaku spiritual - Menilai pengetahuan
dilakukannya kekerasan yang - Latihan cara klien tentang efek
- Klien dapat dilakukan. ,engontrol PK perilaku agresif terhadap
menyebutkan - Pasien dapt secara fisik: diri sendiri dan orang lain.
akibat dari menyebutkan cara tarik nafas - Memberikan gambaran
PK yang mencegah/mengo dalam dan pada klien cara
dilakukannya. ntrol perilaku pukul kasur menyalurkan marah
- Klien dapat kekerasan dengan dan bantal secara konstruktif.
mencegah latihan fisik. - Masukan pada Dengan nafas dalam
atau jadwal mampu mengurangi
mengontrol kegiatan untuk ketegangan otot saat
fisik, obat, latihan fisik marah, sehingga dapat
verbal, dan menurunkan energy
spritual. emosi.
Dapat menyalurkan
energy secara positif
57
tanpa mencederai diri
sendiri dan orang lain.
- Membantu menetapkan
kegiatan yang mungkin
terselesaikan dengan baik
dan dapat dilakukan
secara teratur.
SP 2 Sp 2: - Menilai kemajuan dan
Setelah pertemuan - Evaluasi kegiatan perkembangan klien.
pasien latihan fisik. Beri - Memberikan pemahaman
- Mampu pujian tentang pentingnya
menyebutkan - latihan cara penggunaan obat pada
kegiatan yang mengontrol PK gangguan jiwa, akibat
sudah dilakukan dengan obat tidak sesuai dengan
- Mampu (jelaskan 6 benar: program, akibat bila putus
memperagakan jenis, guna, dosis, obat, cara menggunakan
cara mengontrol frekuensi, cara, obat dengan prinsip 6
perilaku kontinuitas minum benar dan motivasi rasa
kekerasan obat) klien untuk mandiri dan
dengann patuh - masukan pada jadwal menyadari kebutuhannya
minum obat dan kagiatan untuk akan pengobatan yang
prinsip 6 benar latihan fisik dan optiamal.
minum obat. minum obat. - Memungkinkan terapi
obat terlaksana lebih
efektif guna mendukung
proses perawatan
penyembuhan klien.
SP 3 SP 3 Klien: - Menilai kemajuan dan
Seteah pertemuan - Evaluasi tanda perkembangan klien.
pasien dan gejala - Dengan mengungkapkan
- Mampu perilaku marah secara verbal klien
58
menyebutkan kekerasan mampu mengungkapkan
kegiatan yang - Validasi : marah secara asertif
sudah dilakukan. kemampuan sehingga orang lain lebih
- Mampu pasien melakukan memahami
memperagakan tarik nafas dalam, keinginan/maksud klien
cara mengontrol pukul kasur dan maupun perasaan emosi
perilaku bantal, jadwal yang sedang di alami.
kekerasan dengan minum obat. - Membantu menetapkan
verbal yang biak. - Tanyakan kegiatan yang
manfaat memungkinkan
melakukan terselesaikan dengan baik
latihan nafas dan dapat dilakukan
dalam, secara teratur
pukulkasur dan
bantal, manfaat
minum obat. Beri
pujian
- Latih cara
mengontrol
perilaku
kekekrasan secara
verbal (bicara
yang
baik:meminta,
menolak, dan
mengungkapkan
perasaan)
- Melakukan
penerapan terapi
musik
- Masukkan pada
59
jadwal kegiatan
untuk latihan
fisik, minum
obat, dan latihan
cara bicara yang
baik.
SP 4 SP 4 Klien: - Menilai kemampuan dan
Setelah pertemuan - Evaluasi : tanda dan perkembangan klien.
pasien gejala perilaku - Mengontrol PK dengan
- Mampu kekerasan cara spiritual dengan cara
menyebutkan - Validasi : berdoa, berdzikir, wudhu,
kegiatan yang kemampuan pasien shalat dapat menurunkan
sudah dilakukan. melakukan tarik ketegangan fisik dan
Mampu nafas dalam,pukul psikologis.
memperagakan cara kasur dan bantal, - Membantu menetapkan
mengontrol perilaku minum obat dengan 6 kegitan yang
kekerasan dengan benar dan patuh, memungkinkan
spiritual dan kegiatan bicara yang baik. terselesaikan dengan baik
yang lain. - Tanyakan manfaat dan dapat dilakukan
latihan tarik nafas secara teratur..
dalam ,pukul kasur
bantal, minum obat,
bicara yang baik.
Beri pujian
- Latih mengontrol
marah dengan
spritual (2 kegiatan )
- Melakukan
penerapan terapi
musik
- Masukkan pada
60
jadwal kegiatan
untuk latihan fisik,
minum obta, verbal
dan spritual.
3. Isolasi Pasien mampu: SP 1setelah….kali SP 1 - Hubungan saling percaya
social - Membina pertemuan klien: - Mengidentifikasi merupakan landasan dasar
hubungan - Mampu membina penyebab isolasi intervensi perawat dengan
saling hubungan saling sosial pasien klien sehingga klieb
percaya percaya. - Berdiskusi dengan terbuka dalam
- Menyadari - Mampu mengenal pasien tentang mengungkapkan
penyebab penyebab isolasi keuntungan masalahnya dan
isolasi social, keuntungan berinteraksi dengan menimbulkan sikap
social. berhubungan orang lain. menerima terhadap orang
- Berintekrasi dengan orang lain - Berdiskusi dengan lain.
dengan dan kerugian tidak pasien tentang - Agar klien dapat
orang lain. berhubungan kerugian tidak mengenal dan
dengan orang lain. berinteraksi dengan mengungkapkan
orang lain. penyebab isolasi social
- Mengajarkan pasien yang terjadi.
cara berkenalan - Agar klien mempunyai
dengan satu orang. keinginan berintekrasi
- Menganjurkan pasien dengan orang lain.
memasukkan cara - Agar klien menyadari
latihan berbincang kerugian yang
bincang dg orang lain ditimbulkan akibat tidak
dlm kegiatan harian berintekrasi dengan orang
pasien. lain.
- Dengan belajar
berkenalan menimbulkan
motivasi klien untuk
berintekrasi dengan orang
61
lain.
- Memberikan rasa
tanggung jawab pada
pasien untuk
melaksanakan kegiatan
dengan teratur.
62
telah sudah Berinteraksi - Memberikan motivasi
dilakukan Secara Bertahap klien untuk berintekrasi
- Mampu (Pasien dengan 4- dan mendapatkan respon
berintekrasi 5 orang ), latihan yang positif.
dengan orang lain bercakap-cakap - Memberikan motivsi dan
: berkenalan saat melakukan 2 rasa tanggung jawab pada
dengan 4-5 orang kegiatan harian pasien untuk
dan berbicara baru. melaksanakan kegiatan
sambil melakukan - Menaganjurkan berkenalan dengan
4 kegiatan harian. pasien teratur.
memasukkan
kedalam jadwal
kegiatan harian
SP 4 setelah …..kali SP 4 - Menilai perkembangan
pertemuan klien: - Evaluasi dan kemampuan pasien.
- Mampu kemampuan - Memberikan motivasi
menyebutkan berinteraksi klien untuk berintekrasi
kegiatan yang - Latih cara bicara dan mendapatkan respon
sudah dilakukan. saat melakukan yang positif.
- Mampu kegiatan sosial - Memberikan motivasi dan
berintekrasi - Melatih rasa tanggung jawab pada
dengan orang lain berkenalan pasien untuk
: berkenalan dengan >5 orang - melaksanakan kegiatan
dengan > 5 orang Menaganjurkan berkenalan dengan
dan bersosialisasi. pasien teratur.
memasukkan
kedalam jadwal
kegiatan harian.
63
2.3.4 Implementasi
perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil
2.3.5 Evaluasi
meliputi :
64
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
Inisial : Tn. A
Umur : 24 Tahun
Pendidikan : SD
Klien masuk melalui Igd rumah sakit diantar oleh keluarga karena kilien
65
3.1.3 Faktor Predisposisi
Keluarga pasien mengatakan Tn. A terakhir masuk rumah sakit pada tahun
2019, keluarga mengatakan pasien sakit sejak SMP, pasien sudah 4x di rawat
di rumah sakit.
b. Pengobatan sebelumnya
tidak mau minum obat, sudah di kasih obat juga tidak mau minum obat,
setiap diberikan obat, obat tersebut selalu di buang oleh Tn.A. Tn. A masuk
kembali kerumah sakit karna tidak mau minum obat. Keluarga sudah
berusaha untuk pasien patuh minum obat, tetapi pasien tetap tidak mau
minum obat, pasien pernah memukul ibu nya pada saat halusinasi nya
kambuh.
c. Trauma
Aniaya fisik
waktu pasien kecil sampai sekarang, dan Tn.A mengatakan pernah ingin
Aniaya seksual
66
Penolakan
pasien
keluarga.
Tindakan kriminal
3.1.4 Fisik
a. TandaVital :
R : 18x/menit TB :155 cm BB : 48 Kg
67
3.1.5 Psikososial
a. Genogram
Keterangan :
: Perempuan
: Laki-Laki
: Meninggal
: Pasien
klien mengatakan tinggal bersama kedua orang tua dan adik-adiknya, keluarga
klien mengatakan interaksi klien dirumah baik, namun klien memang tife orang
yang jarang berbicara jika pasien ada masalah, klien selalu di libatkan dalam
68
b. Konsep Diri
Citra tubuh
Identitas
Peran diri
dengan baik karena saat ini pasien dirawat di RSJ. Prof. H.B. Sa’anin
Ideal diri
Tn. A mengatakan ingin sembuh dan ingin cepat keluar dari rumah sakit
Harga diri
Tn. A Klien mengatakan dirinya tidak berguna karena klien tidak
memiliki pekerjaan yang tetap. Pasien mengatakan ia kurang
mendapatkan kasih sayang dari keluarganya. Kemudian dilingkungan
sekitar rumahnya klien juga tidak ada berguna karena klien jarang
diikutsertakan dalam kegiatan di lingkungan masyarakat.
Masalah Keperawatan: Harga diri rendah
69
c. Hubungan Sosial
Orang terdekat
Tn. A mengatakan orang yang paling terdekat bagi dirinya adalah kedua
Tn. A mengatakan lebih sering dirumah dan tidak pernah ikut serta
d. Spritual
a. Penampilan
Penampilan pasien rapi, mandi secara mandiri, kuku bersih dan tidak
panjang, rambut rapi tapi agak kotor, gigi agak sedikit kotor.
70
b. Pembicaraan
Tn. A berbicara pelan dan kurang jelas. Pasien menjawab pertanyaan yang
diberikan, dan terkadang pasien bicara ngaur dan respon pasien lambat.
Pasien sering berpindah ke topik lain yang tidak ada hubungannya dengan
c. Aktivias Motorik
halusinasinya, pasien tidak tenang, gelisah saat bicara dan suka pergi-
d. Alam perasaan
71
e. Afek
klien tidak pernah menolak saat bicara, klien sopan dan menghormati
g. Persepsi
suara memukul dinding. Suara tersebut muncul pada saat pasien sedang
72
h. Proses pikir
Klien mengatakan saat berpikir ia agak lambat, pada saat interaksi Tn. A
i. Isi pikir
terhadap sesuatu dan selalu berpikiran untuk pulang dan selalu bilang minta
j. Tingkat kesadaran
Pada saat dilakukan wawancara kepada pasien, pasien tampak sadar dan
identitas dirinya seperti siapa dirinya dan usianya. Saat ditanya tentang
waktu, pasien sedikit lupa mengenai tanggal saat ini. Pasien mengatakan
ia tahu bahwa ia sedang berada di RSJ. Prof. H.B. Sa’anin Padang sebagai
pasien dan bagaimana dirinya bisa dirawat di rumah sakit. Tapi pasien
k. Memori
menceritak sedikit penyebab ia dibawa kerumah sakit ini dan apa yang
73
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Tn. A mengatakan bahwa konsentrasi nya mudah dialihkan jika saat ada
hal lain yang mengganggu pasien seperti saat pasien sedang berbincang
dengan perawat, ada seorang pasien lain yang mengganggu pasien, saat
itu konsentrasi pasien langsung terfokus pada pasien lain tersebut dan
10 dengan baik.
m. Kemampuan menilaim
Tn.A mampu menilai dan mengambil keputusan sesui tingkat atau mana
a. Makan
Pasien mampu makan secara mandiri dan teratur 3x sehari, klien selalu
lainnya.
b. BAB/BAK
Pasien BAK dan BAB secara mandiri dengan menggunakan toilet sebagai
Saat keluar dari WC baju celana pasien tampak tidak rapi dan basah.
74
c. Mandi
Pasien sudah mandiri dalam hal kebersihan diri dimana pasien mandi 2 kali
Pasien malas mencuci rambut. Rambut tampak kotor dan kuku pasien tampak
d. Berpakaian / Berhias
Pasien mampu memakai pakaian secara mandiri dan bisa berhias sendiri.
Pasien mengatakan selalu merasa mengantuk dan ingin tidur terus, pasien
mengatakan bangun pada malam hari, kemudian tidur lagi dan bangun
f. Penggunaan Obat
Pasien mengatakan rutin minum obat, ada 2 jenis obat yang biasa di minum
g. Pemeliharaan Kesehatan
Pasien mengatakan kalau sudah keluar dari RSJ, akan rajin minum obat dan
h. Kegiatan Di dalamRumah
Pasien mengatakan setelah pulang dari rumah sakit klien akan membantu
ibunya dirumah.
75
i. Kegiatan Di LuarRumah
Pasien mengatakan setelah pulang dari rumah sakit pasien ingin berkumbul
Klien mengatakan jika ada masalah klien tidak mau menceritakan kepada
sendiri.
Pasien mengatakan bahwa merasa takut pada orang-orang dan merasa tidak di
hargai di lingkungan sekitar. Klien merasa malu akan dengan keadaannya. Klien
berada didalam rumah, klien mengatakan pendidikan terakhir adalah SD, klien
mengatakan sewaktu sekolah sering tidak masuk sekolah. Klien tinggal bersama
dengan kelurgadan tidak pernah berkerja.klien tinggal bersama ayah, ibu dan
keluarga dengan ekonomi yang biasa-biasa saja, klien tidak ada masalah dengan
pelayanan kesehatan.
76
3.1.10 Pengetahuan
Klien mengetahui bahwa dirinya sedang sakit tetapi ia tidak tau penyakit apa
- Lorazepam 1x2 mg
77
ANALISA DATA
NO DATA MASALAH
1. Ds Gangguan persepsi sensori :
- Klien mengatakan suara-suara itu Halusinasi Pendengaran
muncul pada siang dan malam hari
dan saat sendirian.
- Klien mengatakan frekuensi
munculnya suara 5 x dalam 1 hari
- Klien mengatakan bila mendengar
suara tersebut klien merasa gelisah
dan pikiranya kacau.
- Klien mengatakan cemas
- Klien mengatakan sering mendengar
suara seseorang memukul dinding,
- Klien mengatakan mendengar suara
yang menghasutnya untuk mondar-
mandir.
Do
- Klien tampak bingung.
- Klien tampak agak cemas.
- Klien tampak mondar-mandir
- Klien tampak gelisah dan tegang
2. Ds Resiko perilaku kekerasan
- Klien mengatakan sering marah-
marah tampa sebab.
- Klien mengatakan pernah memukul
ibunya.
Do
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak sering mondar-
mandir.
3. Ds Isolasi sosial
- Klien mengatakan jarang mengajak
teman mengobrol.
- Klien mengatakan merasa takut pada
orang-orang disekitar.
Do
- Klien tampak tidak mau berbicara
dengan temannya.
- Klien tampak menyendiri.
78
4. Ds Respon pasca trauma
- Klien mengatakan mengalami
pengalaman burus yaitu selalu di
bully oleh temannya.
Do
- Pasien tampak cemas.
- Pasien tampak trauma pada
seseorang.
5. Ds Harga diri rendah
- Pasien mengatakan dirinya tidak
berguna bagi keluarganya
- Pasien mengatakan ia kurang
mendapatkan kasih sayang dari
keluarganya.
Do
- pasien tampak mondar-mandir.
- Pasien tampak sering bermenung
6. Ds Defisit Perawatan diri
- Pasien mengatakan ia jarang
menggosok gigi ketika dirinya
mandi.
- Pasien mengatakan malas mencuci
rambut.
Do
- Rambut tampak kotor
- Kuku pasien tampak pendek tapi
tidak bersih.
-
-
7. Ds Distress Spiritual
- Pasien mengatakan tidak
melaksanakan sholat lima waktu.
- Klien mengatakan merasa marah
kepada tuhan karena permintaannya
tidak dikabulkan
Do
- Pasien tampak tidak melakukan
sholat lima waktu
8. Ds Hambatan Komunikasi Verbal
- Pasien mengakatan cepat bosan saat
berbicara
- Pasien mengatakan tidak bisa
mempokuskan pembicaraan pada
79
satu orang jika ada orang lain yang
berbicara.
Do
- Bicara pasien pelan dan kurang
jelas.
- Pasien terkadang berbicara ngaur
dan respon lambat
9. Ds Gangguan konsentrasi
- Pasien mengatakan konsentrasinya
mudah di alihkan jika ia sedang
berbicara dengan satu orang dan
orang lain mengganggunya
Do
- Konsentrasi mudah dialihkan
10. Ds Koping Individu Tidak Efekif
- Pasien mengatakan ia jarang
berkomunikasi dengan temannya
- Pasien juga mengatakan ia jarang
berkomunikasi dengan masyarakat
disekitar rumahnya
Do
- pasien tampak asik sendiri.
- pasien sering duduk sendiri.
- pasien tampak tidak ada
berkomunikasi dengan teman-
temannya.
11. Ds Ketidak berdayaan
- pasien mengatakan ia merasa sedih
karena merindukan keluarganya
- Pasien megatakan merasa takut
selama di rawat dirumah sakit tidak
bisa bertemu dengan keluarganya
Do
- Pasien tampak sedih.
- Pasien tampak cemas.
12. Ds Gangguan proses pikir
- pasien mengatakan ia berpikir
lambat
Do
- pasien tampak respon lambat dan
- sesekali saat berbicara melenceng
dari topic pembicaraan
13. Ds Kurang pengetahuan
- pasien mengatakan tidak tau
80
penyakit apa yang di alaminya
- pasien mengatakan tidak tau abat
yang di kosumsinya untuk apa.
Do
- pasien tampak bingung.
- Pasien tampak tidak mengetahui
penyakitnya.
c. Isolasi sosial
g. Distress spiritual
i. Gangguan konsentrasi
l. Kurang pengetahuan
81
3.1.13 Pohon masalah
Respon pasca
trauma
trauma
Resiko perilaku kekerasan
trauma Affect
Gangguan konsentrasi
trauma
Harga diri rendah
Gangguan proses
trauma
pikir
Skema 3.1
82
3.1.14 Daftar diagnosa keperawatan
c. Isolasi Sosial
83
Intervensi Keperawatan
84
menjelaskan pasien melakukan gangguan jiwa, akibat jika
tentang cara latihan menghardik dan penggunaan obat tidak sesui
minum obat berikan pujian dengan program, akibat bila putus
dengan prinsip 6 - Evaluasi manfaat obat, cara mendapatkan obat, cara
benar. melakukan menghardik meggunakan obat dengan prinsip
- Klien dapat - Latih cara mengontrol 6 benar.
mempraktekkan halusinasi dengan obat - Memungkinkan terapi obat
cara minum obat (jelaskan 6 benar: jenis, terlaksana lebih epektif guna
dengan prinsip 6 guna, dosis, frekuensi, mendukung proses perawatan dan
benar. cara, kontinuitas penyembuhan klien
minum obat)
- Lakukan terapi
spiritual:dzikir
- Masukkan pada jadual
kegiatan untuk latihan
menghardik dan minum
obat.
SP 3 setelah SP 3 - Menilai kemajuan dan
…….kali pertemuan - Evaluasi tanda dan perkembangan klien.
klien: gejala halusinasi - Dengan bercakap-cakap
- Klien dapat - Validasi kemampuan mengalihkan pokus perhatian
menjelaskan cara pasien melakukan latihan dan menghindarkan saat klien
mengatasi menghardik dan jadual merasakan sensasi palsu.
halusinasi dengan minum obat, berikan - Memungkinkan klien melakukan
bercakap-cakap pujian kegiatan dengann teratur.
dengan orang - Evaluasi manfaat
lain. melakukan menghardik
- Klien dapat dan minum obat sesuai
mempraktekkan jadual
cara mengatasi - Latih cara mengontrol
halusinasi dengan halusinasi dengan
85
bercakap-cakap. bercakap-cakap saat
terjadi halusinasi.
- lakukan terapi
spiritual:dzikir
- Masukkan pada jadual
kegiatan untuk latihan
menghardik, minum obat
dan bercakap-cakap.
SP 4 setelah SP 4 - Menilai kemajuan dan
……kali pertemuan - Evaluasi tanda dan perkembangan klien.
klien : gejala halusinasi - Dengan aktivitas terjadwal
- Klien dapat - Validasi kemampuan memberikan kesibukan yang
menyebutkan pasien melakukan menyita waktu dan perhatian
tindakan yang latihan menghardik dan menghindarkan klien merasakan
biasa dilakukan jadual minum obat, sensasi palsu.
untuk berikan pujian Memberikan pemahaman
mengendalikan - Evaluasi manfaat pentingnya mencegah
halusinasinya. melakukan menghardik munculnya halusinasi dengan
- Klien dapat dan minum obat sesuai aktivitas positif yang
menyebutkan jadual bermanfaat bisa dilakukan.
cara baru - Latih cara mengontrol Dengan memantau
mengontrol halusinasi dengan pelaksanaan terjadwal
halusinasi. kegiatan yang telah memastikan intervensi yang
- Klien dapat terjadwal. diberikan dilakukan oleh
memilih car - lakukan terapi pasien secara teratur.
mengatasi spiritual:dzikir Dengan penguatan positif
halusinasi seperti - Masukkan pada jadual mendorong pengulangan
yang telah kegiatan untuk latihan perilaku yang diharapkan.
didiskusikan menghardik, minum
dengan perawat. obat bercakap-cakap.
- Klien dapt
86
melaksanakan
cara yang telah
dipilih untuk
mengendalikan
halusinasi.
- Klien dapat
mencoba cara
menghilangkan
halusinasi.
2. Resiko - pasien mampu SP 1 SP PASIEN - Langkah awal untuk intervensi
perilaku : Setelah pertemua Sp 1: selanjutnya dengan harapan
kekrasan - Klien mampu pasien - Identifikasi klien percaya dan terbuka dalam
mengindentifi - Dapat penyebab, tanda mengungkapkan perasaannya
kasi penyebeb menyebutkan & gejala,PK dengan rasa aman.
PK penyebab yang dilakukan, - Memberikan pemahaman
- Klien dapat perilaku akibat PK tentang perilaku kekerasan pada
mengidentifik kekerasan, tanda- - Jelaskan cara klien sehingga memungkinkan
asi tanda- tanda perilaku mengontrol PK: klien untuk menghindari
tanda PK kekerasan, jenis fisik, obat, penyebab rasa marah.
- Klien dapat perilaku verbal, spiritual - Menilai pengetahuan klien
menyebutkan kekerasan yang - Latihan cara tentang efek perilaku agresif
jenis PK yang pernah dilakukan ,engontrol PK terhadap diri sendiri dan orang
pernah dan akibat dari secara fisik: lain.
dilakukannya perilaku tarik nafas - Memberikan gambaran pada
- Klien dapat kekerasan yang dalam dan klien cara menyalurkan marah
menyebutkan dilakukan. pukul kasur dan secara konstruktif.
akibat dari PK - Pasien dapt bantal Dengan nafas dalam mampu
yang menyebutkan - Masukan pada mengurangi ketegangan otot
dilakukannya. cara jadwal kegiatan saat marah, sehingga dapat
- Klien dapat mencegah/mengo untuk latihan menurunkan energy emosi.
mencegah ntrol perilaku fisik Dapat menyalurkan energy
87
atau kekerasan dengan secara positif tanpa
mengontrol latihan fisik. mencederai diri sendiri dan
fisik, obat, orang lain.
verbal, dan - Membantu menetapkan kegiatan
spritual. yang mungkin terselesaikan
dengan baik dan dapat dilakukan
secara teratur.
SP 2 Sp 2: - Menilai kemajuan dan
Setelah pertemuan - Evaluasi kegiatan perkembangan klien.
pasien latihan fisik. Beri - Memberikan pemahaman
- Mampu pujian tentang pentingnya penggunaan
menyebutkan - latihan cara obat pada gangguan jiwa, akibat
kegiatan yang mengontrol PK dengan tidak sesuai dengan program,
sudah dilakukan obat (jelaskan 6 benar: akibat bila putus obat, cara
- Mampu jenis, guna, dosis, menggunakan obat dengan
memperagakan frekuensi, cara, prinsip 6 benar dan motivasi rasa
cara mengontrol kontinuitas minum klien untuk mandiri dan
perilaku obat) menyadari kebutuhannya akan
kekerasan - masukan pada jadwal pengobatan yang optiamal.
dengann patuh kagiatan untuk latihan - Memungkinkan terapi obat
minum obat dan fisik dan minum obat. terlaksana lebih efektif guna
prinsip 6 benar mendukung proses perawatan
minum obat. penyembuhan klien.
88
- Mampu nafas dalam, pukul klien maupun perasaan emosi
memperagakan kasur dan bantal, yang sedang di alami.
cara mengontrol jadwal minum - Membantu menetapkan kegiatan
perilaku obat. yang memungkinkan
kekerasan dengan - Tanyakan manfaat terselesaikan dengan baik dan
verbal yang biak. melakukan latihan dapat dilakukan secara teratur
nafas dalam,
pukulkasur dan
bantal, manfaat
minum obat. Beri
pujian
- Latih cara
mengontrol
perilaku
kekekrasan secara
verbal (bicara yang
baik:meminta,
menolak, dan
mengungkapkan
perasaan)
- Melakukan
penerapan terapi
musik
- Masukkan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan fisik,
minum obat, dan
latihan cara bicara
yang baik.
SP 4 SP 4 Klien: - Menilai kemampuan dan
Setelah pertemuan - Evaluasi : tanda dan perkembangan klien.
89
pasien gejala perilaku - Mengontrol PK dengan cara
- Mampu kekerasan spiritual dengan cara berdoa,
menyebutkan - Validasi : kemampuan berdzikir, wudhu, shalat dapat
kegiatan yang pasien melakukan tarik menurunkan ketegangan fisik
sudah dilakukan. nafas dalam,pukul dan psikologis.
Mampu kasur dan bantal, - Membantu menetapkan kegitan
memperagakan cara minum obat dengan 6 yang memungkinkan
mengontrol perilaku benar dan patuh, terselesaikan dengan baik dan
kekerasan dengan bicara yang baik. dapat dilakukan secara teratur..
spiritual dan - Tanyakan manfaat
kegiatan yang lain. latihan tarik nafas
dalam ,pukul kasur
bantal, minum obat,
bicara yang baik. Beri
pujian
- Latih mengontrol
marah dengan spritual
(2 kegiatan )
- Melakukan penerapan
terapi musik
- Masukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
fisik, minum obta,
verbal dan spritual.
3. Isolasi social Pasien mampu: SP 1setelah….kali SP 1 - Hubungan saling percaya
- Membina pertemuan klien: - Mengidentifikasi merupakan landasan dasar
hubungan - Mampu membina penyebab isolasi sosial intervensi perawat dengan klien
saling hubungan saling pasien sehingga klieb terbuka dalam
percaya percaya. - Berdiskusi dengan mengungkapkan masalahnya dan
- Menyadari - Mampu pasien tentang menimbulkan sikap menerima
penyebab mengenal keuntungan terhadap orang lain.
90
isolasi social. penyebab isolasi berinteraksi dengan - Agar klien dapat mengenal dan
- Berintekrasi social, orang lain. mengungkapkan penyebab
dengan orang keuntungan - Berdiskusi dengan isolasi social yang terjadi.
lain. berhubungan pasien tentang kerugian - Agar klien mempunyai
dengan orang lain tidak berinteraksi keinginan berintekrasi dengan
dan kerugian dengan orang lain. orang lain.
tidak - Mengajarkan pasien - Agar klien menyadari kerugian
berhubungan cara berkenalan dengan yang ditimbulkan akibat tidak
dengan orang satu orang. berintekrasi dengan orang lain.
lain. - Menganjurkan pasien - Dengan belajar berkenalan
memasukkan cara menimbulkan motivasi klien
latihan berbincang untuk berintekrasi dengan orang
bincang dg orang lain lain.
dlm kegiatan harian - Memberikan rasa tanggung
pasien. jawab pada pasien untuk
melaksanakan kegiatan dengan
teratur.
SP 2 setelah…..kali SP 2 - Menilai kemajuan dan
pertemuan klien: - Mengevaluasi perkembangan pasien.
- Mampu jadwal kegiatan - Memberikan kesempatan
berintekrasi harian pasien motivasi klien untuk mau
dengan orang lain - Latihan melakukan interaksi secara
secara bertahap : Berinteraksi Secara bertahap dan nerinteraksi saat
berkenalan Bertahap (Pasien melakukan kegiatan.
dengan 2-3 dengan 2 orang
orang. lain), latihan
bercakap-cakap
saat melakukan 2
kegiatan harian
- Menaganjurkan
pasien
91
memasukkan
kedalam jadwal
kegiatan harian
92
dengan > 5 orang pasien
dan memasukkan
bersosialisasi. kedalam jadwal
kegiatan harian.
93
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Tn. A Ruangan : Wisma Nuri
Diagnosa : Halusinasi
94
A : Masalah teratasi
Halusinasi terkontrol
P : Lanjutkan intervensi
1. Evaluasi cara mengontrol halusinasi pertama dengan
cara menghardik
2. Lanjutkan SP 2
3. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
4. Latih mengontol halusinasi dengan memberikan
pendidikan kesehatan tentang 6 benar minum obat
(benar jenis, guna, dosis, frekuensi, cara dan
kontiniuitas minum obat).
5. Anjurkan pasien untuk berdzikir
6. Anjurkan memasukkan kedalam jadwal kegiatan
harian
2. 14 Maret 2020 SP 2 S:
Jam 10.30 1. Membina hubungan saling - Pasien mengatakan lupa dengan nama perawat.
percaya : salam terapeutik, - Pasien mengatakan perasaanya lebih baik.
menanyakan kepada klien masih - Pasien mengatakan masih ingat cara menghardik
ingat tidak dengan perawat. halusinasi
2. Menanyakan perasaan klien saat - Pasien mengatakan masih ingat cara berdzikir.
ini.
3. Mengevaluasi kembali cara
menghardik. O:
4. Melatih mengontol halusinasi - Pasien mampu menyebutkan kembali halusinasi.
dengan memberikan pendidikan - Pasien tidak mampu menyebutkan kembali cara
kesehatan tentang 6 benar mengontrol halusinasi dengan 6 benar minum
minum obat (benar jenis, guna, obat : jenis (resperidon dan lorazepam), guna
dosis, frekuensi, cara dan (penenang), dosis ( reperidon 2x 2mg dan
kontiniuitas minum obat). lorazepam 1x2 mg), frekuensi ( 2x 1 hari pagi
5. Memberikan terapi spiritual: dam malam), cara (oral) dan kontiniuitas minum
95
dzikir. obat.
6. Masukkan pada jadual kegiatan - Pasien tampak mampu berdzikir secara mandiri.
untuk latihan menghardik dan
minum obat. A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Evaluasi cara mengontrol halusinasi dengan 6 benar
minum obat.( (benar jenis, guna, dosis, frekuensi,
cara dan kontiniuitas minum obat).
3. 15 Maret 2020 SP 2 S:
Jam 10.30 1. Membina hubungan saling - Pasien mengatakan lupa dengan nama perawat.
percaya : salam terapeutik, - Pasien mengatakan perasaanya lebih baik.
menanyakan kepada klien - Pasien mengatakan masih ingat cara menghardik
masih ingat tidak dengan halusinasi
perawat. - Pasien mengatakan masih ingat cara berdzikir.
2. Menanyakan perasaan klien
saat ini.
3. Mengevaluasi kembali cara O :
menghardik. - Pasien mampu menyebutkan kembali halusinasi.
4. Melatih mengontol halusinasi - Pasien sudah mampu menyebutkan kembali cara
dengan memberikan mengontrol halusinasi dengan 6 benar minum
pendidikan kesehatan tentang 6 obat : jenis (resperidon dan lorazepam), guna
benar minum obat (benar jenis, (penenang), dosis ( reperidon 2x 2mg dan
guna, dosis, frekuensi, cara dan lorazepam 1x2 mg), frekuensi ( 2x 1 hari pagi
kontiniuitas minum obat). dam malam), cara (oral) dan kontiniuitas minum
5. Memberikan terapi spiritual: obat.
dzikir. - Pasien tampak mampu berdzikir secara mandiri.
6. Masukkan pada jadual kegiatan
untuk latihan menghardik dan A : Masalah teratasi
minum obat.
96
P : Lanjutkan intervensi
Evaluasi cara mengontrol halusinasi dengan 6 benar
minum obat.( (benar jenis, guna, dosis, frekuensi,
cara dan kontiniuitas minum obat).
Lanjut Sp 3
1. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap dengan teman sekamar.
2. Menganjurkan klien memasukkan kegiatan untuk
mengendalikan halusinasi kedalam jadwal
kegiatan
S:
- Pasien mengatakan masih ingat nama perawat.
- Pasien mengatakan perasaanya baik-baik saja
- Pasien mengatakan masih ingat dengan anjuran
perawat jika mendengar suara-suara yang tidak
berwujud nyata Pasien akan menutup telinga dan
langsung menghardik.
7. Mengatakan minum obat dengan 6 benar : jenis
(resperidon dan lorazepam), guna (penenang), dosis
( reperidon 2x 2mg dan lorazepam 1x2 mg),
frekuensi ( 2x 1 hari pagi dam malam), cara (oral)
dan kontiniuitas minum obat.
- Pasien mengatakan ketika mendengar suara-suara
yang tidak berwujud pasien akan berdzikir dengan
mengucapkan(bismillahhirrohmannirrahim,
astaghfirullaahaladhim, dan subhanallah).
97
O:
- Pasien tampak mengerti cara mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap dengan
teman-teman.
- Pasien tampak mampu bercakap-cakap dengan
teman seruangan atau sekamar.
- Pasien tampak melakukan dzikir secara
mandiri.
A : Masalah teratasi
Halusinasi terkontrol
P : Lanjutkan intervensi
Evaluasi cara mengontrol halusinasi dengan cra
bercakap-cakap.
1. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan
kegiatan yang telah terjadwal.
3. Anjurkan pasien untuk berdzikir.
4. 16 Maret 2020 SP 3 S:
Jam 10.30 1. Menanyakan kembali pada - Pasien mengatakan masih ingat nama perawat.
klien apakah masih ingat - Pasien mengatakan perasaanya baik-baik saja
nama perawat - Pasien mengatakan masih ingat dengan anjuran
2. Menanyakan perasaan klien perawat jika mendengar suara-suara yang tidak
3. Mengevaluasi kembali cara berwujud nyata Pasien akan menutup telinga dan
mengontrol halusinasi langsung menghardik.
dengan cara meghardik dan - Mengatakan minum obat dengan 6 benar : jenis
dengan 6 benar minum obat, (resperidon dan lorazepam), guna (penenang), dosis
(benar jenis, guna, dosis, ( reperidon 2x 2mg dan lorazepam 1x2 mg),
frekuensi, cara dan frekuensi ( 2x 1 hari pagi dam malam), cara (oral)
kontiniuitas minum obat). dan kontiniuitas minum obat.
98
4. Memberikan terapi - Pasien mengatakan ketika mendengar suara-suara
spiritual :dzikir yang tidak berwujud pasien akan berdzikir dengan
5. Menganjurkan klien mengucapkan(bismillahhirrohmannirrahim,
memasukkan aktivitas astaghfirullaahaladhim, dan subhanallah).
kedalam jadwal harian
O:
- Pasien tampak mengerti cara mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap dengan
teman-teman.
- Pasien tampak belum mampu mengontrol
halusinasi dengan car bercakap-cakap dengan
teman seruangan atau sekamar.
- Pasien tampak melakukan dzikir secara
mandiri.
P : Lanjutkan intervensi SP 3
Evaluasi cara mengontrol halusinasi dengan cra
bercakap-cakap.
17 Maret 2020 SP 3 S:
jam 10.30 1. Menanyakan kembali pada - Pasien mengatakan masih ingat nama perawat.
klien apakah masih ingat - Pasien mengatakan perasaanya baik-baik saja
nama perawat - Pasien mengatakan masih ingat dengan anjuran
2. Menanyakan perasaan klien perawat jika mendengar suara-suara yang tidak
3. Mengevaluasi kembali cara berwujud nyata Pasien akan menutup telinga dan
mengontrol halusinasi langsung menghardik.
dengan cara meghardik dan - Mengatakan minum obat dengan 6 benar : jenis
dengan 6 benar minum obat, (resperidon dan lorazepam), guna (penenang), dosis
(benar jenis, guna, dosis, ( reperidon 2x 2mg dan lorazepam 1x2 mg),
99
frekuensi, cara dan frekuensi ( 2x 1 hari pagi dam malam), cara (oral)
kontiniuitas minum obat). dan kontiniuitas minum obat.
4. Memberikan terapi - Pasien mengatakan ketika mendengar suara-suara
spiritual :dzikir yang tidak berwujud pasien akan berdzikir dengan
5. Menganjurkan klien mengucapkan(bismillahhirrohmannirrahim,
memasukkan aktivitas astaghfirullaahaladhim, dan subhanallah).
kedalam jadwal harian
O:
- Pasien tampak mengerti cara mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap dengan
teman-teman.
- Pasien tampak mampu bercakap-cakap dengan
teman seruangan atau sekamar.
- Pasien tampak melakukan dzikir secara
mandiri.
A : Masalah teratasi
Halusinasi terkontrol
P : Lanjutkan intervensi
Evaluasi cara mengontrol halusinasi dengan cra
bercakap-cakap.
Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
Lanjut Sp 4
Latih cara mengontrol halusinasi dengan kegiatan yang
telah terjadwal.
Anjurkan pasien untuk berdzikir.
100
18 Maret 2020 SP 4 S:
Jam 11.00 1. Menanyakan kembali pada - Pasien mengatakan perasaannya baik
klien apakah masih ingat - Pasien mengatakan jika mendengar suara suara
nama perawat aneh itu muncul klien menghardik dengan
2. Menanyakan perasaan klien mengatakan “Pergi kamu jangan ganggu saya,
3. Mengevaluasi kembali cara kamu tidak nyata”,
mengontrol halusinasi - Pasien mengatakan minum obat dengan 6 benar:
dengan cara menghardik, 6 jenis (resperidon dan lorazepam), guna
benar minum obat dan (penenang), dosis ( reperidon 2x 2mg dan
bercakap –cakap dengan lorazepam 1x2 mg), frekuensi ( 2x 1 hari pagi
teman kamar. dam malam), cara (oral) dan kontiniuitas minum
4. Melatih cara mengontrol obat. Pasien mengatakan akan bercakap cakap
halusinasi dengan kegatan dengan teman sekamar, dan melakukan kegiatan
yang telah terjadwal. menonton tv.
5. Memberikan pujian atas - Pasien mengatakan kegiatan yang biasa
keberhasilan tindakan yang dilakukan di rumah sakit yaitu merapikan tempat
dilakukan klien tidur dan membersihkan ruangan.
6. Memberikan terapi - Pasien mengatakan ketika mendengar suara-
spiritual :dzikir suara yang tidak berwujud pasien akan berdzikir.
7. Menganjurkan klien
memasukkan aktivitas
kedalam jadwal harian O:
- Pasien tampak tenang dan kooperatif,
- Pasien tampak mampu menyusun jadwal
kegiatan bersama perawat.
- Pasien tampak mampu melakukan cara
mengontrol halusinasi dengan kegiatan yang
telah disusun bersama perawat yaitu
membersihkan tempat tidur dan membersihkan
ruangan.
- Pasien tampak sudah berdzikir secara mandiri.
101
A : Masalah teratasi
Halusinasi terkontrol
102
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Tn. A Ruangan : Wisma Nuri
A : Masalah teratasi
PK terkontrol
P : Lanjutkan intervensi
Evaluasi cara mengontrol PK dengan cara latihan
103
fisik : tarik nafas dalam dan pukul bantal.
Lanjutkan SP 2
- Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
- Latih mengontol PK dengan memberikan
pendidikan kesehatan tentang 6 benar minum
obat (benar jenis, guna, dosis, frekuensi, cara
dan kontiniuitas minum obat).
- Anjurkan memasukkan kedalam jadwal
kegiatan harian.
2. 16 Maret 2020 SP 2 S:
Jam 11.00 1. Mengepaluasi kegiatan latihan - Pasien mengatakan lupa dengan nama perawat.
fisik. Beri pujian - Pasien mengatakan perasaanya lebih baik.
2. Melatih cara mengontrol PK - Pasien mengatakan masih ingat cara latihan
dengan obat (jelaskan 6 benar: fisik : tarik nafas dalam dan pukul bantal.
jenis, guna, dosis, frekuensi, O :
cara, kontinuitas minum obat) - Pasien mampun menyebutkan penyebab, tanda
3. Memasukan pada jadwal dan gejala, perilaku kekerasan yang dilakukan
kagiatan untuk latihan fisik dan dan akibat.
minum obat - Pasien tampak mampu menyebutkan kembali
cara mengontrol perilaku kekerasan 6 benar
minum obat : jenis (resperidon dan lorazepam),
guna (penenang), dosis ( reperidon 2x 2mg dan
lorazepam 1x2 mg), frekuensi ( 2x 1 hari pagi
dam malam), cara (oral) dan kontiniuitas
minum obat.
A : masalah teratasi
PK terkontrol
P : Lanjutkan intervensi
Evaluasi cara mengontrol halusinasi dengan 6 benar
104
minum obat.( (benar jenis, guna, dosis, frekuensi,
cara dan kontiniuitas minum obat).
- Latih klien cara mengontrol PK meminta dengan
baik dan menolak dengan baik.
- Evaluasi jadwal kegitan harian klien.
3. 17 Maret 2020 SP 3 S:
Jam 11.00 1. Mengevaluasi tanda dan - Pasien mengatakan masih ingat nama perawat.
gejala perilaku kekerasan - Pasien mengatakan perasaanya baik-baik saja
2. Memvalidasi : kemampuan - Pasien mengatakan jika ia merasa marah ia
pasien melakukan tarik nafas melakukan latihan fisik : tarik nafas dlam dan
dalam, pukul kasur dan bantal, pukul bantal dan minum obat dengan 6 benar :
jadwal minum obat. jenis (resperidon dan lorazepam), guna (penenang),
3. Melatih cara mengontrol dosis ( reperidon 2x 2mg dan lorazepam 1x2 mg),
perilaku kekekrasan secara frekuensi ( 2x 1 hari pagi dam malam), cara (oral)
verbal (bicara yang dan kontiniuitas minum obat.
baik:meminta, menolak, dan O:
mengungkapkan perasaan) - Pasien mampu menyebutkan kembali tanda dan
4. Memasukkan pada jadwal gejala perilaku kekerasan.
kegiatan untuk latihan fisik, - Pasien tampak mampu meminta melakukan
minum obat, dan latihan cara cara mengontrol pk dengan 3 cara yaitu
bicara yang baik. mengungkapkan, meminta dan menolak dengan
benar dan baik .
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Evaluasi meminta melakukan cara mengontrol
pk dengan 3 cara yaitu mengungkapkan,
meminta dan menolak dengan benar dan baik .
- Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
- Latih cara mengontrol perilaku kekerasan
105
dengan spiritual.
4. 18 Maret 2020 SP 4 S:
Jam 11.00 - Pasien mengatakan perasaannya baik
1. Mengevaluasi : tanda dan - Pasien mengatakan jika ia merasa marah ia
gejala perilaku kekerasan langsung melakukan kegiatan fisik :tarik nafas
2. Memvalidasi : kemampuan dalam dan pukul bantal.
pasien melakukan tarik nafas - Pasien mengatakan minum obat dengan 6 benar:
dalam,pukul kasur dan bantal, jenis (resperidon dan lorazepam), guna
minum obat dengan 6 benar (penenang), dosis ( reperidon 2x 2mg dan
dan patuh, bicara yang baik. lorazepam 1x2 mg), frekuensi ( 2x 1 hari pagi
3. Melatih mengontrol marah dam malam), cara (oral) dan kontiniuitas
dengan spiritual. minum obat.
4. Memasukkan pada jadwal - Pasien mengatakan jika ia meminta dan berbisa
kegiatan untuk latihan fisik, sesuatu dengan baik
minum obta, verbal dan O :
spritual. - Pasien tampak tenang dan kooperatif,
- Pasien mampu menyebutkan tanda dan gejala
dari perilaku kekerasan.
- Pasien tampak mampu melakukan cara
mengontrol perilaku kekerasan dengan spiritual
seperti berdzikir.
- Pasien tampak lebih tenang.
A : Masalah teratasi
Halusinasi terkontrol
106
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Tn. A Ruangan : Wisma Nuri
107
2. 16 Maret 2020 Sp 2 S:
Jam 11.30 1. Membina hubungan saling - Pasien mengatakan lupa dengan nama perawat.
percaya. - Pasien mengatakan perasaanya lebih baik.
2. Mengevaluasi penyebab dari - Pasien mengatakan masih ingat cara latihan
isolasi sosial berkenalan dengan satu orang teman.
3. melatihan Berinteraksi Secara
Bertahap (Pasien dengan 2-3 O :
orang lain). - Pasien mampun menyebutkan penyebab isolasi
4. Menaganjurkan pasien social.
memasukkan kedalam jadwal - Pasien tampak mampu mengikuti dan
kegiatan harian menerapkan cara berinteraksi bertahap dengan 2
orang temannya.
A : masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Evaluasi cara berinteraksi bertahap dengan 2-3
orang.
- Latih klien cara berinteraksi bertahap dengan 4-5
orang.
- Evaluasi jadwal kegitan harian klien.
3. 17 Maret 2020 SP 3 S:
Jam 11.30 1. Membina hubungan saling - Pasien mengatakan masih ingat nama perawat.
percaya. - Pasien mengatakan perasaanya baik-baik saja.
2. Mengevaluasi cara - Pasien mengatakan ia sudah melakukan interaksi
berinteraksi bertahap dengan dengan 2-3 orang temannya.
2-3 orang.
3. Latihan Berinteraksi Secara O :
Bertahap (Pasien dengan 4-5 - Pasien mampu menyebutkan kembali tanda dan
orang ), latihan bercakap- gejala isolasi social.
cakap saat melakukan 2 - Pasien tampak mampu mengikuti cara
108
kegiatan harian baru. berinteraksi bertahap dengan 4-5 orang teman.
4. Menaganjurkan pasien A : Masalah teratasi
memasukkan kedalam jadwal
kegiatan harian P : Lanjutkan intervensi
Evaluasi cara berinteraksi dengan > 5 orang
- Latih cara berinteraksi bertahap dengan >5
orang.
- Anjurkan memasukkan ke dalam jadwal
kegiatan harian.
4. 18 Maret 2020 SP 4 S:
Jam 11.30 1. Membina hubungan saling - Pasien mengatakan perasaannya baik
percaya - Pasien mengatakan ia sudah melakukan
2. Mengevaluasi kemampuan interaksi dengan 2-3 orang temannya.
berinteraksi dengan 4-5 - Pasien mengatakan ia sudah melakukan
orang.. berinteraksi dengan 4-5 orang temannya.
3. Melatih berkenalan dengan >5 - Pasien mengatakan.
orang
4. Menaganjurkan pasien O :
memasukkan kedalam jadwal - Pasien tampak tenang dan kooperatif,
kegiatan harian. - Pasien mampu melakukan interaksi dengan 2-3
dan 4-5 orang temannya.
- Pasien tampak mampu melakukan cara interaksi
atau berkenalan dengan > 5 orang.
A : Masalah teratasi
109
BAB IV
PEMBAHASAN
gangguan sensori persepsi: halusinasi di ruangan Nuri mulai dari tanggal 13 s/d
oleh penulis, maka dari itu penulis akan membahas kesenjangan berikut.
Tn.A (24 tahun) dirawat di RSJ Prof HB saanin Pasang di ruang Nuri dengan
sore hari dan saat sendirian, pasien mengatakan berpisah dengan keluarganya
mera sasedih kerena dirawat di RS, pasien tampak marah tanpa sebab. Dari
dengan wawancara langsung pada pasien dan perawat diruangan, dari data
teoritis dengan apa yang didapat pada kasus dilapangan. Pengumpulan data
110
yang dilakukan hanya melalui wawancara dengan pasien dan perawat
Suara tersebut muncul pada saat pasien sedang sendiri waktu siang dan
malam hari, durasinya selama ± 2 menit. Pada saat pengkajian klien tampak
pernah ingin memukul orang tuanya karna kemauannya tidak di turuti. Kien
mengatakan lebih sering dirumah dan tidak pernah ikut serta dalam kegiatan
mata Pasien ada, respon pasien agak lambat, sehingga Pasien suka
diterangkan bahwa halusinasi dapat terjadi dari berbagai faktor berupa faktor
pisikologis, biologis, dan faktor genetik. Dari hasil observasi dan wawancara
111
diterang kan bahwa secara fisik Pasien dengan gangguan halusinasi timbul
perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu
halusinasi dimana dapat terjadi dari berbagai faktor pendukung yaitu biologis,
Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh penulis terhadap
membahayakan kepada dirinya sendiri orang lain maupun lingkungan. Hal ini
terjadi jika halusinasi sudah sampai pada fase ke empat, dimana klien
112
sensori : Halusinasi pendengaran pada Tn.A sebagai prioritas masalah utama
bagian, seperti pada tujuan umumnya yang pada teori nya terdapat lima
tujuan seperti Pasien dapat membina hubungan saling percaya, Pasien dapat
ditambah dengan dzikir yaitu Pasien mendapat dukungan dari keluarga dalam
dengan tujuan klien dapat membina hubungan saling percaya dan pada
113
intervensi ini telah dilakukan tindakan keperawatan yaitu sapa pasien dengan
ramah baik verbal maupun non verbal, perkenalkan nama lengkap, nama
kontrak yang jelas mengenai topik, waktu pertemuan dan tempat pertemuan,
pasien dapat mengenali halusinasi yang dialaminya. Pada intervensi kedua ini
halusinasi pagi, siang, sore, malam atau sering dan kadang-kadang. Dan
tersebut serta jelaskan tentang dampak yang akan dialami jika pasien
tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi. Intervensi ini memiliki tujuan
dilakukan seperti diskusikan cara baru untuk memutus atau mengontrol timbu
114
penerapan cara ini, beri penguatan perilaku pasien dan memasukan intervensi
ini kejadwal kegiatan pasien dan ikutkan pasien dalam terapi aktifitas
Pada intervensi lima yaitu diskusikan dengan pasien tentang manfaat dan
obat, waktu minum obat berapa kali sehari, kegunaan obat, dan efek samping
obat dan jelaskan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter.
Pada intervensi keenam yaitu mengajar kan pasien terapi dzikir. Intervensi ini
keperawatan yang dilakukan seperti diskusikan cara baru untuk memutus atau
mengontrol timbul nya halusinasi dengan cara menjelas kan cara berdzikir.
pendidikan kesehatan tentang 6 benar minum obat ( benar jenis, guna, dosis,
115
dengan orang lain secra bertahap:berkenalan dengan 2-3 orang, Sp 3 dengan
kesehatan tentang 6 benar minum obat ( jenis, guna, dosis, frekuensi, cara,
116
interaksi dengan assisment menganjurkan klien memasukkan kegiatan untuk
yaitu menanyakan kembali pada klien apakah masih ingat nama perawat
gejala,PK yang dilakukan, akibat PK, Jelaskan cara mengontrol PK: fisik,
obat, verbal, spiritual, Latihan cara ,engontrol PK secara fisik: tarik nafas
dalam dan pukul kasur dan bantal, Masukan pada jadwal kegiatan untuk
latihan fisik. Sp 2 dengan Ealuasi kegiatan latihan fisik. Beri pujian, latihan
frekuensi, cara, kontinuitas minum obat) dan masukan pada jadwal kagiatan
untuk latihan fisik dan minum obat. Sp 3 dengan evaluasi kegiatan latihan
fisik & ona. Beri pujian, latih cara mengontrokl PK secara verbal (3 cara,
jadwal kegiatan untuk latihan fisik, minum obat dan verbal. Sp 4 dengan
evaluasi kegiatan latihan fisik & obat & verbal. Beri pujian, latih cara
117
Selanjutnya tindakan keperawatan diagnose ketiga yaitu isolasi social yang
bicara saat melakukan kegiatan sosial , Melatih berkenalan dengan >5 orang,
klien sendirian pada sore hari, klien mampu menyebutkan tindakan yang bisa
118
lain dan melakukan aktivitas secara mandiri, klien dapat mengenal jika
interaksi dari perawat kepada pasien, jika suara –suara yang tidak nyata atau
tidak melakukan tindakan yang dapat melukai dirinya sendiri dan orang lain
dari isolasi social, dan pasien mau memasukkan aktivitasnya untuk mengatasi
dan menghindar dari halusinasi yang dialami dalam jadwal aktivitas harian
dengan melakukan survey awal dan pengumpulan data melalui hasil observasi
yaitu mengenai data umum pemberian terapi dzikir pada pasien seperti yang
dikatakan Yosep (2011). Dari beberapa terapi yang dapat dilakukan adalah
terapi spiritual, terapi spiritual ini berupa kegiatan ritual keagamaan seperti
kajian kitab suci. Terapi spiritual atau terapi religius yang antara lain dzikir,
apa bila di lafalkan secara baik dan benar dapat membuat hati menjadi tenang
dan rileks. Terapi spiritual:dzikir juga dapat diterapkan pada pasien halusinasi,
119
karena ketika pasien melakukan terapi spiritual:dzikir dengan tekun dan
saat halusinasi nya muncul pasien bisa menghilangkan suara -suara yang tidak
spiritual:dzikir.
pulang pasien, pasien tampak sudah tidak mondar-mandir lagi, pasien sudah
Hal ini sesuai dengan penelitian Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh
120
berupa SP, dimana hasil dari pemberian terapi ini menunjukan perubahan pada
pasien terkait.
Hasil pengkajian ini juga didukung oleh jurnal penelitian (Deden dermawan,
dapat saat memberikan terapi pada pasien yaitu awalnya pasien tidak
menanyakan apa hobinya dan apa yang ia sukai. Setelah pasien di ajak
bercerita di saat itu lah penulis memberikan intervesi keperawatan dan terapi
spiritual : dzikir. Kendala kedua adalah waktu dan tempat pemberian terapi,
121
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
dapat disimpulkan:
Merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan, dari
menghasut nya untuk mondar-mandir suara itu muncul pada siang dan
teoritis.
5.1.4 Implementasi
122
Dalam asuhan keperawatan Tn.A dengan halusinasi pendengaran telah
5.1.5 Evaluasi
123
5.2. Saran
penyembuhan klien
5.2.3. Keluarga
sakit oleh karena itu peran sangat penting dalam perawatan klien
pada klien.
124
DAFTAR PUSTAKA
Amino Gondoutomo.
12 Maret2018 .
Depkes RI. (2010). Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta
:Depkes RI.
Fitria. (2010). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan ...
Model praktek keperawatan propesional jiwa, Jakarta: EGC.
Universitas Indonesia
125
Keliat, B. A. (2009). Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
dari:http://www.surkesnas.unad.ac.id.
SalembaMedika
III).Jakarta : FK UnikaAtmajaya.
Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan).
Yudi Hartono Dkk;2012; Buku ajar keperawatan jiwa; Jakarta; salemba medika.
126
JADWAL KEGIATAN HARIAN PASIEN
N TANGGAL PELAKSANAAN
WAKTU KEGIATAN
O 13/03 14/03 15/03 16/03 17/03 18/03
1. 06.00-06.30 Bangun tidur dan mandi M M M M M M
2. 06.30-07.00 Merapikan tempat tidur M M M M M M
3. 07.00-07.30
4. 07.30-08.00 Senam M M M M M M
5. 08.00-08.30
6. 08.30-09.00
7. 09.00-09.30
8. 09.30-10.00
9. 10.00-10.30 Mengontrol halusinasi dnegan T B M M M M
cara menghardik dan dengan
berdzikir.
10. 10.30-11.00
11. 11.00-11.30 Mengontrol halusinasi degan T B M M M M
bercakap-cakap dan dengan
berdzikir
12. 11.30-12.00
13. 12.00-12.30 Mengontrol halusinasi dengan B B M M M M
cara 6 benar minum obat dan
dengan berdzikir
14. 12.30-13.00
15. 13.00-13.30
16. 13.30-14.00
127
17. 14.00-14.30
18. 14.30-15.00
19. 15.00-15.30 Mengontrol halusinasi dengan B B M M M M
berdzikir
20. 15.30-16.00
21. 16.00-16.30
22. 16.30-17.00
23. 17.00-17.30
24. 17.30-18.00
25. 18.00-18.30
26. 18.30-19.00
27. 19.00-19.30
28. 19.30-20.00
29. 20.00-20.30
30. 20.30-21.00
128
LAMPIRAN
PROSEDUR 1. Pilih posisi yang nyaman untuk duduk, baik itu diatas
lantai dengan bersila atau pun di atas kursi.
2. Tenangkan diri sampai nyaman (rileks).
3. Lalu mulailah menyebut kata atau kalimat dengan
tenang dan perlahan.
4. Bernapaslah sacara alami dan mulai mengucapkan
kalimat (Bismillahirrahmanirrahim) sebanyak 3 kali.
Astaghfirullaahaladhim (Saya mohon ampun kepada
allah yang maha besar) sebanyak 3 kali, dan
Subhanallah (maha suci allah) 3 kali. Bacaan
tersebut diucapkan secara berulang-ulang.
5. Bila ada pikiran yang mengganggu, kembalilah
fokuskan pikiran kembali.
6. Terapi dzikir dilakukan selama 10 menit.
7. Jika sudah selesai, jangan langsung berdiri duduklah
129
dulu dan beristirahat, buka pikiran kembali, barulah
berdiri dan melakukan kegiatan kembali.
( Indri W, 2014)
130
131
132
133