Anda di halaman 1dari 157

Analisis Asuhan Keperawatan Pada Tn.

R Dengan Gangguan Persepsi Sensori:


Halusinasi Pendengaran Di Ruangan Wisma Cendrawasih RSJ
Prof. H.B. Sa’anin Padang Dan Evidence Based Practice
Terapi Psikoreligius: Membaca Al Fatihah
Untuk Menurunkan Frekuensi
Halusinasi

KARYA ILMIAH NERS

GAFITRI DIANI, S.Kep


21131143

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2022
Analisis Asuhan Keperawatan Pada Tn.R Dengan Gangguan Persepsi Sensori:
Halusinasi Pendengaran Di Ruangan Wisma Cendrawasih RSJ
Prof. H.B. Sa’anin Padang Dan Evidence Based Practice
Terapi Psikoreligius: Membaca Al Fatihah
Untuk Menurunkan Frekuensi
Halusinasi

KARYA ILMIAH NERS


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners (Ns)

GAFITRI DIANI, S.Kep


21131143

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2022
i
ii
iii
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa


atas rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Ilmiah Ners yang berjudul“Analisis Asuhan Keperawatan
Pada Tn.R Dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran Di
Ruangan Wisma Cendrawasih RSJ Prof. H.B. Sa’anin Padang Dan Evidence
Based Practice Terapi Psikoreligius: Membaca Al Fatihah Untuk
Menurunkan Frekuensi Halusinasi”
Dalam penulisan karya ilmiah ners ini penulis telah berusahan semaksimal
mungkin dengan mencurahkan segenap kemampuan, waktu dan tenaga untuk
menyelesaikannya. Namun demikian penulis menyadari karya ilmiah ners ini
masih jauh dari kesempurnaan, hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan
dan pengalaman penulis. Untuk itu diharapkan adanya kritikan dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan karya ilmiah ners ini.
Dalam menyelesaikan karya ilmiah ners ini penulis banyak mendapat
masukan, bantuan, dukungan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, untuk
itu dengan segela kerendahan hati dan penuh penghargaan penulis ini
mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada :
1. Ibu Ns. Rizka Ausrianti, M.Kep selaku pembimbing yang telah
mengarahkan dan memberi masukan dengan penuh ketekunan dan
perhatian sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Ners ini.
2. Ibu Drg. Ernovia, M.Kes sebagai Direktur RSJ Prof. H.B. Sa’anin Padang
yang telah mengizinkan penulis melaksanakan peminatan di RSJ Prof.
H.B. Sa’anin Padang.
3. Ibu Ns. Lenni Sastra, S.Kep., M.S sebagai Ketua Program Studi S1
Keperawatan STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang.
4. Ibu Ises Reni, SKp, M.Kep selaku Ketua STIKes MERCUBAKTIJAYA
Padang.
5. Bapak Jazmarizal SKp. MARS selaku Ketua Yayasan STIKes
MERCUBAKTIJAYA Padang.

iv
6. Bapak dan Ibu staf dosen dan administrasi STIKes MERCUBAKTIJAYA
Padang yang telah banyak memberikan ilmu untuk bekal penulis dan
membantu dalam kelancaran pembuatan Karya Ilmiah Ners ini
7. Yang teristimewa ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan rasa
hormat yang tak terhingga penulis sampaikan kepada kedua orang tua,
adik dan keluarga yang telah memberikan kasih sayang, motivasi,
semangat dan do’a yang tulus kepada penulis dalam menuntut ilmu.
8. Teman-teman seperjuangan mahasiswa/i Prodi S1 Keperawatan Profesi,
Ners 2021/2022 STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang, terima kasih atas
bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak semoga mendapat balasan yang
berlipat ganda.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ners ini jauh dari
kesempurnaan, dengan kesungguhan dan kerja keras penulis berupaya
memberikan hasil yang semaksimal mungkin demi tercapainya
kesempurnaan. Tanggapan, kritikan dan saran akan sangat berarti bagi
penulis dan mencapai kesempurnaan karya ilmiah ners ini. Semoga karya
ilmiah ners ini dapat diterima dan bermanfaat bagi kita semua, dapat
dilanjutkan pada tahap penelitian

Padang, Agustus 2021

Penulis

v
Karya Ilmiah Ners (KIN), Juli 2022
Nama : Gafitri Diani, S.Kep
NIM : 21131143

Analisis Asuhan Keperawatan Pada Tn.R Dengan Gangguan Persepsi


Sensori: Halusinasi Pendengaran Di Ruangan Wisma Cendrawasih RSJ
Prof. H.B. Sa’anin Padang Dan Evidence Based Practice Terapi Psikoreligius:
Membaca Al Fatihah Untuk Menurunkan Frekuensi Halusinasi.

ABSTRAK
Menurut World Health Organization (WHO, 2017) prevelensi penduduk
mengalami gangguan jiwa mencapai 450 juta jiwa termasuk skizofrenia. Di
Indonesia, prevelensi penduduk yang mengalami gangguan jiwa mencapai (7.0%)
dari 265 juta penduduk, dimana prevelensi pasien gangguan jiwa yang mengalami
Halusinasi sebanyak 282.654 jiwa (Kemenkes, 2019). Untuk wilayah Sumatera
Barat, prevelensi pasien gangguan jiwa yang mengalami Halusinasi tahun 2016
sebanyak 11.995 orang, tahun 2017 meningkat menjadi 45.481 orang dan
mengalami peningkatan di tahun 2018 sebanyak 50.605 orang (Riskesdas, 2018).
Pasien halusinasi menimbulkan dampak yang sangat berbahaya, yaitu kehilangan
kontrol diri yang dapat merugikan diri sendiri, maupun orang lain. Tujuan:
menganalisis pasien halusinasi dengan Evidence Based Practice Terapi
Psikoreligius: Membaca Al Fatihah Untuk Menurunkan Frekuensi Halusinasi.
Terapi psikoreligius: membaca Al Fatihah akan membuat keseimbangan antara
kerja dari kedua sistem saraf otonom sehingga mempengaruhi kondisi tubuh.
Sistem kimia tubuh akan diperbaiki sehingga tekanan darah akan menurun,
pernafasan jadi lebih tenang dan teratur, metabolisme menurun, memperlambat
denyut jantung, denyut nadi, dan mempengaruhi aktivitas otak seperti
mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas, tegang. Terapi psikoreligius:
membaca Al Fatihah diberikan pada klien halusinasi dilakukan selama 3 hari
sebanyak 2 kali dengan tempo yang lambat. Prosedur dilakukan untuk asuhan
keperawatan dimulai dari pengkajian, menetapkan diuagnosa keperawatan,
intervensi dan implementasi. Hasil penulisan dapat dijadikan sebagai salah satu
intervensi keperawatan dalam menurunkan frekuensi halusinasi. Peneliti
menyarankan kepada pelayanan kesehatan agar menerapkan Terapi Psikoreligius:
Membaca Al Fatihah diruangan sebagai intervensi dalam menurunkan frekuensi
halusinasi pasien dengan menjalankan SP 1 yaitu menghardik dan terapi
Psikoreligius: Membaca Al Fatihah.

Kata Kunci : Halusinasi, Terapi Psikoreligius, Al Fatihah

vi
Scientific Work of Ners (KIN), July 2022

Nama : Gafitri Diani, S.Kep


NIM : 211311143

Analysis of Nursing Care for Mr. R with Sensory Perception Disorders:


Auditory Hallucinations in the Room of Wisma Cendrawasih RSJ H.B.
Sa'anin Padang And Evidence Based Practice Psychoreligious Therapy:
Reading Al Fatihah To Reduce Hallucinations Frequency.

ABSTRACT
According to the World Health Organization (WHO, 2017) the prevalence
of the population experiencing mental disorders reaches 450 million people,
including schizophrenia. In Indonesia, the prevalence of people with mental
disorders reaches (7.0%) of the 265 million population, where the prevalence of
mental disorders patients who experience hallucinations is 282,654 people
(Ministry of Health, 2019). For the West Sumatra region, the prevalence of mental
disorders patients experiencing hallucinations in 2016 was 11,995 people, in 2017
it increased to 45,481 people and increased in 2018 as many as 50,605 people
(Riskesdas, 2018). Patients with hallucinations have a very dangerous impact,
namely loss of self-control that can harm themselves and others. Objective: to
analyze patients with hallucinations with Evidence Based Practice
Psychoreligious Therapy: Reading Al Fatihah to Reduce Hallucinations
Frequency. Psychoreligious therapy: reading Al Fatihah will make a balance
between the work of the two autonomic nervous systems so that it affects the
condition of the body. The body's chemical system will be improved so that blood
pressure will decrease, breathing becomes calmer and more regular, metabolism
decreases, slows heart rate, pulse rate, and affects brain activity such as diverting
attention from fear, anxiety, tension. Psychoreligious therapy: reading Al Fatihah
given to hallucinating clients is carried out for 3 days 2 times with a slow tempo.
Procedures are carried out for nursing care starting from assessment, establishing
a nursing diagnosis, intervention and implementation. The results of writing can
be used as one of the nursing interventions in reducing the frequency of
hallucinations. Researchers suggest to health services to apply Psychoreligious
Therapy: Reading Al Fatihah in the room as an intervention in reducing the
frequency of patient hallucinations by running SP 1, namely rebuking and
Psychoreligious therapy: Reading Al Fatihah.

Keywords: Hallucinations, Psychoreligious Therapy, Al Fatihah

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS..................................................i


HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
ABSTRAK.............................................................................................................vi
ABSTRACT..........................................................................................................vii
DAFTAR ISI.......................................................................................................viii
DAFTAR TABEL..................................................................................................x
DAFTAR SKEMA................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan masalah.........................................................................................7
C. Tujuan...........................................................................................................7
D. Manfaat.........................................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................9
A. Konsep Dasar Teoritis...................................................................................9
1. Pengertian Halusinasi................................................................................9
2. Rentang Respon.......................................................................................10
3. Faktor Penyebab......................................................................................12
4. Proses Terjadinya Halusinasi..................................................................14
5. Tahap – tahap Halusinasi........................................................................15
6. Jenis Halusinasi.......................................................................................17
7. Tanda dan Gejala.....................................................................................18
8. Mekanisme Koping.................................................................................18
9. Pohon Masalah........................................................................................21
10. Prinsip Tindakan Keperawatan...............................................................21
11. Penatalaksanaan.......................................................................................21
B. Asuhan Keperawatan Teoritis.....................................................................29
1. Pengkajian...............................................................................................29
2. Daftar Masalah keperawatan...................................................................38
3. Pohon Masalah........................................................................................38

viii
4. Daftar Diagnosa keperawatan.................................................................39
5. Intervensi.................................................................................................41
6. Implementasi...........................................................................................57
7. Evaluasi...................................................................................................57
8. Dokumentasi............................................................................................58
C. Aplikasi Evidance Based Practice Tentang Terapi Psikoreligius: Membaca
Al Fatihah Untuk Menurunkan Frekuensi Halusinasi........................................59
1. Evidance Based yang Terkait..................................................................59
2. Manfaat Terapi Psikoreligius: Membaca Al Fatihah..............................60
3. Proses Psikoreligius : Membaca Al Fatihah Terhadap Halusinasi..........61
4. Penatalaksanaan Terapi Psikoreligius: Membaca Al Fatihah.................61
BAB III LAPORAN KASUS...............................................................................63
A. Rangkuman Kasus Kelolaan.......................................................................63
B. Pengkajian...................................................................................................66
C. Analisa Data................................................................................................79
D. Daftar Masalah............................................................................................83
D. Pohon Masalah............................................................................................83
E. Diagnosa Keperawatan...............................................................................84
F. Intervensi.....................................................................................................85
BAB IV PEMBAHASAN...................................................................................118
A. Profil Lahan Praktek.................................................................................118
B. Analisis Masalah Keperawatan Dengan Konsep Terkait Peminatan........119
1. Pengkajian.............................................................................................119
2. Diagnosa Keperawatan..........................................................................123
3. Intervensi Keperawatan.........................................................................125
BAB V PENUTUP..............................................................................................129
A. Kesimpulan...............................................................................................129
B. Saran..........................................................................................................130
DAFTAR PUSTAKA

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jenis-Jenis Halusinasi


Tabel 2.2 Rencana Tindakan Keperawatan Teoritis
Tabel 3.1 Analisa Data Kasus
Tabel 3.2 Diagnosa Keperawatan
Tabel 3.3 Rencana Tindakan Keperawatan Kasus

x
DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Rentang Respon


Skema 2.2 Pohon Masalah Teoritis
Skema 2.3 Genogram Teoritis
Skema 3.1 Genogram Kasus
Skema 3.2 Pohon Masalah Kasus

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Ganchart
Lampiran 2 : Analisa EBN
Lampiran 3 : Daftar Riwayat Hidup

xii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan.


Kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi
merupakan suatu hal yang di butuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa
adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantangan
hidup, dapat menerima orang lain sebagai mana adanya. Serta mempunyai
sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Herdiyanto, 2019).
Ciri ciri individu yang memiliki sehat jiwa meliputi bersikap
positif terhadap diri sendiri, mampu tumbuh kembang dan mencapai
aktualisasi diri, mampu mengatasi stress dan perubahan pada dirinya,
bertanggung jawab atas keputusan dan tindakan yang di ambil,
mempunyai persepsi yang realistis dan menghargai perasaan dan sikap
orang lain dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan
kompentesi sosial tanpa mengalami gangguan jiwa (Keliat dkk, 2014).
Gangguan jiwa merupakan kegagalan individu dalam
kemampuannya mengatasi keadaan sosial, rendahnya harga diri,
rendahnya tingkat kompetensi, dan sistem pendukung yang berinteraksi
dimana individu berada pada tingkat stress yang tinggi (Mahmuda dkk,
2018). Gangguan jiwa berat yaitu bentuk gangguan dalam fungsi alam
pikiran berupa disorganisasi (kekacauan) dalam isi pikiran yang ditandai
oleh gejala gangguan pemahaman (delusi waham), gangguan persepsi
berupa halusinasi atau ilusi, serta dijumpai daya nilai realitas yang
terganggu yang ditunjukkan dengan perilaku aneh (bizzare) (Dwi dkk,
2021).
Skizofrenia yaitu salah satu gangguan jiwa berat. Gangguan jiwa
berat yaitu gangguan jiwa yang ditandai dengan terganggunya kemampuan
menilai realitas atau tilikan (insight) yang buruk. Gangguan jiwa berat
juga disertai dengan gejala seperti halusinasi, ilusi, waham, gangguan

1
proses pikir, kemampuan berpikir, serta tingkah laku aneh seperti
agresivitas atau katatonik (Mardiati dkk, 2019). Skizofrenia merupakan
gangguan psikotik yang ditandai gangguan utama dalam pikiran, dimana
pemikiran tidak saling berhubungan secara logis, sehingga terjadinya
kekeliruan persepsi dan perhatian, afek yang datar, tidak sesuai dan
berbagai gangguan aktifitas motorik yang aneh. Skizofrenia ditandai
dengan distorsi dalam pemikiran, persepsi, emosi, bahasa, kesadaran diri
dan pengalaman umum termasuk mendengar suara-suara atau yang disebut
dengan halusinasi (WHO, 2016) (Mardiati dkk, 2019).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang
dialami oleh pasien gangguan jiwa, klien merasakan sensasi berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus nyata
(Keliat, 2014). Halusinasi pendengaran paling sering terjadi ketika klien
mendengar suara-suara, halusinasi ini sudah melebur dan pasien merasa
sangat ketakutan, panik dan tidak bisa membedakan antara khayalan dan
kenyataan yang dialaminya. Halusinasi pendengaran paling sering terjadi
ketika klien mendengar suara- suara, suara tersebut dianggap terpisah dari
pikiran klien sendiri. Isi suara- suara tersebut mengancam dan menghina,
sering kali suara tersebut memerintah klien untuk melakukan tindakan
yang akan melukai klien atau orang lain (Titania, 2020).
Menurut World Health Organization (WHO, 2019),
memperkirakan terdapat sekitar 450 juta orang di dunia terkena skizofrenia
dengan halusinasi. Di Indonesia prevelensi pasien gangguan jiwa yang
mengalami Halusinasi sebanyak 282.654 jiwa (Kemenkes, 2019).
Berdasarkan data dari Riskesdas (2018), untuk wilayah Sumatera Barat
menunjukkan prevalensi pasien gangguan jiwa yang mengalami
Halusinasi tahun 2016 sebanyak 11.995 orang, tahun 2017 meningkat
menjadi 45.481 orang dan mengalami peningkatan di tahun 2018 sebanyak
50.605 orang.
Berdasarkan data yang didapat dari RS Jiwa. Prof. HB. Saanin
Padang didapatkan data pasien gangguan jiwa pada pada tahun 2019

2
didapatkan data pasien yang mengalami gangguan jiwa khususnya
skizofrenia sebanyak 2432 orang dan meningkat di tahun 2020 sebanyak
2460 orang. Untuk data gangguan jiwa di tahun 2020 terdiri dari perilaku
kekerasan sebanyak 1.872 orang, halusinasi sebanyak 1.823 orang, waham
sebanyak 278 orang, HDR sebanyak 456 orang, isolasi social sebanyak
265 orang dan RBD sebanyak 69 orang. Dan pada tahun 2021 terdapat
sebanyak 2013 orang.Dari data diatas menunjukkan bahwa data penderita
perilaku kekerasan lebih banyak dari penderita lainnya (Rekam Medik,
RSJ Prof. H.B. Sa’anin Padang, 2021).
Dari buku laporan komunikasi ruangan dan wawancara yang
dilakukan pada tanggal 5 April 2022 terhadap 22 orang pasien diruangan
Wisma Cendrawasih RSJ Prof. H.B. Sa’anin Padang didapatkan 8 orang
(36,3%) yang mengalami halusinasi, 6 orang (27,2%) yang mengalami
resiko perilaku kekerasan, 7 orang (31,8%) yang mengalami harga diri
rendah, dan 1 orang (4,5%) yang mengalami waham. Dari 8 orang pasien
yang mengalami halusinasi, penulis menganalisis satu orang pasien yaitu
Tn.R yang sudah lebih kurang 2 tahun mengalami gangguan jiwa dan
sudah dirawat di RSJ sebanyak 3 kali (RSJ Prof. H.B Sa’anin, 2022). Pada
data yang didapat selama di RSJ Tn. R sudah melakukan cara mengontrol
hausinasi dengan SP1 cara menghardik, SP2 dengan meminum obat, SP3
dengan bercakap-cakap, dan kemudian dengan cara kegiatan sehari-hari,
dan data yang diperoleh oleh Tn. R yaitu Tn. R masih mendengar suara-
suara yang mengancamnya.
Pasien halusinasi menimbulkan dampak yang sangat berbahaya,
yaitu kehilangan kontrol diri yang dapat merugikan diri sendiri, maupun
orang lain seperti melukai diri sendiri dan orang lain, adanya gangguan
orientasi realita, gangguan interpersonal menarik diri, gangguan
komunikasi verbal dan nonverbal, dalam situasi ini pasien dapat
melakukan bunuh diri, membunuh orang lain dan merusak lingkungan.
Klien dengan halusinasi akan mengalami disorientasi waktu dan terkadang
tempat, bahkan kondisi disorientasi yang paling ekstrem akan terjadi

3
depersonalisasi pada dirinya. Intervensi pada pasien halusinasi sangat
penting karena dapat membantu pasien untuk meningkatkan kesadaran
gejala-gejala halusinasi, sehingga ia dapat membedakan antara dunia
psikosis dan dunia nyata (Mahmuda dkk, 2018).
Untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan dibutuhkan peran
perawat yang optimal dan cermat untuk melakukan pendekatan dan
membantu klien mencegah masalah yang dihadapinya dengan memberikan
penatalaksanaan untuk mengatasi halusinasi. Peran perawat sebagai
edukator yang memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga dengan
masalah halusinasi dan peran perawat sebagai care provider yaitu sumber
pelayanan kesehatan yang melakukan asuhan keperawatan dengan
mengaplikasikan strategi pelaksanaan halusinasi kepada pasien dan
keluarga. Strategi pelaksanaan adalah penerapan standar asuhan
keperawatan yang diterapkan pada pasien yang bertujuan untuk
mengurangi masalah keperawatan jiwa yang ditangani. Strategi
pelaksanaan pada pasien halusinasi mencakup kegiatan mengenal
halusinasi, mengajarkan pasien cara menghardik, mengajarkan cara minum
obat, bercakap-cakap dan melakukan aktivitas terjadwal dan memberikan
terapi aktivitas untuk mengontrol halusinasi pendengaran (Akemat dan
Keliat, 2014).
Selain itu dalam upaya mengoptimalkan dampak yang ditimbulkan
pada gangguan halusinasi pendengaran dibutuhkan peran perawat yang
optimal dan cermat untuk melakukan pendekatan dan membantu klien
mencegah masalah dihadapinya dengan memberikan penatalaksanaan
untuk mengatasi halusinasi. Penatalaksanaan yang diberikan antara lain
meliputi medis yaitu dengan memberikan obat-obatan medis, sedangkan
penatalaksanaan keperawatan atau terapi genaris yaitu dengan memberikan
terapi modalitas (Rinjani dkk, 2021).
Terapi modalitas merupakan terapi utama dalam keperawatan jiwa
karena bertujuan untuk mengembangkan pola gaya atau kepribadian secara
bertahap. Macam-macam terapi modalitas yaitu terapi lingkungan, terapi

4
keluarga, terapi biologis, terapi kognitif, terapi kelompok, terapi prilaku
dan terapi bermain. Terapi kognitif yaitu memfokuskan pada pikiran,
asumsi dan kepercayaan, dimana terapi psikoreligius termasuk terapi
kognitif. Beberapa jenis terapi psikoreligius pada pasien skizofrenia yang
mengalami halusinasi diantaranya yaitu menggunakan dzikir dalam
mengontrol halusinasi, terapi menggunakan alqur’an dan membaca al-
fatihah. Psychoreligious therapy merupakan bentuk psikoterapi yang
menggabungkan intervensi kesehatan jiwa secara modern dengan aspek
agama dengan tujuan agar pasien dapat mengatasi masalahnya dengan cara
meningkatkan mekanisme koping. Agama dan spiritualitas mempunyai
peran penting dalam kehidupan, termasuk pasien skizofrenia dengan
halusinasi (Rinjani dkk, 2021).
Salah satu terapi modalitas yang dapat digunakan untuk
mengurangi gejala halusinasi adalah dengan melakukan terapi
psikoreligius: membaca Al Fatihah. Terapi psikoreligius: membaca Al
Fatihah adalah surah yang paling mudah dan paling ringan untuk
pengobatan yang apabila dilakukan secara baik maka akan terlihat dampak
yang menakjubkan dalam kesembuhan. Terapi psikoreligius: membaca Al
Fatihah dengan cara mengaktifkan kerja system saraf parasimpatik dan
menekan kerja system saraf simpatik. Hal ini akan membuat
keseimbangan antara kerja dari kedua system saraf otonom tersebut
sehingga mempengaruhi kondisi tubuh. Sistem kimia tubuh akan
diperbaiki sehingga tekanan darah akan menurun, pernafasan jadi lebih
tenang dan teratur, metabolisme menurun, memperlambat denyut jantung,
denyut nadi, dan mempengaruhi aktivitas otak seperti mengalihkan
perhatian dari rasa takut, cemas, tegang. Kemudian pengaruh terapi
psikoreligius didapatkan bahwa membaca Al Fatihah dapat menurunkan
halusinasi pada pasien skizofrenia. Al Fatihah dapat pula dirasakan
manfaatnya ketika didengarkan (Mahmuda dkk, 2018).
Berdasarkan hasil penelitian Mardiati dkk (2019) yang dilakukan
di RSJ Tampan menunjukkan adanya penurunan nilai median pretest dan

5
posttest setelah diberikan terapi psikoreligius: membaca Al fatihah yaitu
dari 38,00 menjadi 17,00, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh terapi psikoreligius: membaca Al Fatihah terhadap skor
halusinasi pasien skizofrenia dengan p-value (0,019) < α (0,05).
Sedangkan dari hasil penelitian Mahmuda dkk (2018) yang
dilakukan di RSJ Riau menunjukan dari hasil statistik didapatkan p-value
(0,652) > (α = 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara membaca dan mendengarkan Surah Al-
Fatihah terhadap skor halusinasi. Oleh karena itu intervensi membaca dan
mendengarkan surah Al Fatihah dapat dilakukan karena keduanya dapat
menurunkan skor halusinasi.
Sedangkan penelitian Devita dkk (2019) yang dilakukan dilakukan
metode telaah literatur didapatkan selisih rata-rata frekuensi halusinasi
pendengaran pasien skizofrenia sebelum dan sesudah diberikan terapi Al-
Qur’an adalah 2,04. Hasil uji paired sample t-test didapatkan p value
0,000, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh terapi Al-Qur’an
terhadap penurunan frekuensi halusinasi pendengaran pasien skizofrenia.
Dan sejalan dengan penelitian yang dilakukan Mardiati (2017) juga
mendapatkan hasil tentang pengaruh terapi psikoreligius didapatkan
bahwa membaca Al Fatihah dapat menurunkan skor halusinasi pada pasien
skizofrenia. Surah Al Fatihah dapat pula dirasakan manfaatnya ketika
didengarkan.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis mengambil terapi
spikoreligius: membaca Al Fatihah karena maka penulis tertarik untuk
menganalisis kasus tentang gangguan persepsi sensori: Halusinasi
Pendengaran dengan judul: “Analisis Asuhan Keperawatan Pada Tn.R
Dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran Di
Ruangan Wisma Cendrawasih RSJ Prof. H.B. Sa’anin Padang Dan
Evidence Based Practice Terapi Psikoreligius: Membaca Al Fatihah
Untuk Menurunkan Frekuensi Halusinasi”.

6
2. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas penulis dapat merumuskan masalah


“Bagaimanakah Analisis Asuhan Keperawatan Pada Tn.R Dengan
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran Di Ruangan Wisma
Cendrawasih RSJ Prof. H.B. Sa’anin Padang Dan Evidence Based
Practice Terapi Psikoreligius: Membaca Al Fatihah Untuk Menurunkan
Frekuensi Halusinasi”.

3. Tujuan

1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan Analisis Asuhan Keperawatan pada Tn.R
dengan gangguan persepsi sensori: Halusinasi Pendengaran di ruangan
Wisma Cendrawasih RSJ Prof. H.B.Sa’anin Padang.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Tn.R dengan
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi pendengaran di ruangan
Wisma Cendrawasih RSJ Prof. H.B.Sa’anin Padang.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn.R dengan
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi pendengaran di ruangan
Wisma Cendrawasih RSJ Prof. H.B.Sa’anin Padang.
c. Mampu membuat rencana tindakan keperawatan (Intervensi)
Keperawatan pada Tn.R dengan Gangguan Persepsi Sensori:
Halusinasi pendengaran di ruangan Wisma Cendrawasih RSJ Prof.
H.B.Sa’anin Padang.
d. Mampu menganalisis evidence based terapi Psikoreligius: membaca
Al Fatihah pada Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi.

7
4. Manfaat

1. Manfaat Teoritis
Karya ilmiah ini sebagai bahan pengembangan pengetahuan dalam
keilmuan keperawatan jiwa khususnya tentang gangguan persepsi
sensori: Halusinasi Pendengaran.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi penulis
Karya ilmiah ini dapat mengembangkan pengetahuan dan
pengalaman di bidang keperawatan jiwa terutama dalam
melakukan asuhan keperawatan dengan masalah gangguan persepsi
sensori: Halusinasi pendengaran serta mengaplikasikan materi
yang didapat saat di bangku perkuliahan.
b) Bagi Institusi Pendidikan
Karya ilmiah ini dapat menjadi data masukan dan sebagai sumber
informasi bagi mahasiswa/i STIKes MERCUBAKTIJAYA
PADANG dalam menganalisa strategi pelaksanaan asuhan
keperawatan pada pasien gangguan persepsi sensori: Halusinasi
Pendengaran.
c) Bagi Instansi Kesehatan
Memberikan masukan bagi tenaga pelaksana keperawatan di istansi
dengan menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teoritis

5. Pengertian Halusinasi
Halusinasi dapat didefenisikan sebagai suatu gejala gangguan jiwa
pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi
merasakan sensasi palsu berupa panglihatan, pengecapan, perabaan,
penghiduan, atau pendengaran (Keliat dan Akemat, 2014). Menurut
Pambayung (2015) halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia
dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan
eksternal (dunia luar). Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari
pancaindera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart &
Laraia, 2013). Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.
Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal
yang tidak realita atau tidak ada. Gejala yang muncul pada pasien
halusinasi adalah sering mendengar suara-suara dari luar baik jelas
ataupun tidak jelas. Gejala tersebut sangat khas dalam penampilannya dan
merupakan satu gangguan yang sangat kompleks ditemukan (Videbeck,
2008). Halusinasi pendengaran adalah gangguan stimulus dimana pasien
mendengar suara-suara terutama suara-suara orang, biasanya pasien
mendengar suara orang yang dipikirkannya dan memerintah untuk
melakukan sesuatu (Prabowo, 2014).
Berdasarkan dari beberapa pengertian dari halusinasi di atas, penulis
dapat menyimpulkan bahwa halusinasi adalah suatu persepsi klien
terhadap stimulus dari luar tanpa objek yang nyata. Sedangkan halusinasi
pendengaran adalah dimana klien mendengar suara, terutama suara-suara
yang seperti membicarakan apa yang sedang

9
dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu hal yang
kemudian direalisasikan oleh klien dengan tindakan.

6. Rentang Respon
Respon prilaku klien dapat di identifikasi sepanjang rentang respon
yang berhubungan dengan fungsi neurobiologi. Prilaku yang dapat
diamati dan mungkin menunjukan adanya halusinasi disajikan dalam
tabel berikut:
Skema 2.1
Respon Adaptif Respon Maladaptif

1. Waham
1. Distorasi Fikiran
1. Pikiran Logis 2. Halusinasi
2. Ilusi
2. Persepsi Akut 3. Emosi tidak
3. Emosi </>
3. Emosi Konsisten Terkontrol
4. Perilaku tidak
4. Perilaku Sesuai 4. Perilaku
biasa
5. Hubungan Sosial Kekerasan
5. Menarik diri
5. Isolasi Sosial

(Stuart GW, 2013)


a. Respon Adaptif
1) Pikiran logis
Pendapat atau pertimbangan yang dapat diterima akal
2) Persepsi Akurat
3) Mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus
berdasarkan informasi yang diterima melalui pancaindera
(pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan, dan
perabaan).
4) Emosi Konsisten dengan pengalaman
Kemantapan perasaan jiwa dengan peristiwa yang pernah dialami.

10
5) Perilaku Sesuai
Prilaku individu berupa tindakan nyata dalam menyelesaikan
masalah masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan
budaya umum yang berlaku.
6) Hubungan Sosial
Hubungan seseorang dengan orang lain dalam pergaulan ditengah-
tengah masyarakat.
b. Respon Transisi
1) Distorasi Fikiran
Kegagalan dalam mengabstrakkan dan mengambil keputusan.
2) Ilusi
Persepsi atau respon yang salah terhadap stimulus sensori.
3) Reaksi emosional berlebihan atau kurang
Emosi yang di ekspresikan dengan sikap yang tidak sesuai.
4) Perilaku ganjil atau tidak lazim
Prilaku aneh yang tidak enak, membingungkan, kesukaran
mengelola dan tidak kenal orang lain.
5) Menarik diri
Prilaku menghindar dari orang lain
c. Respon Maladaptif
1) Waham
Keyakinan yang salah secara kokoh dipertahankan walaupun tidak
diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita sosial.
2) Halusinasi
Persepsi yang salah tanpa adanya ransangan.
3) Ketidakmampuan mengalami emosi
Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk mengalami
kesenangan, keba hagiaan, keakraban, dan kedekatan.

4) Ketidakteraturan
Ketidakselarasan antara prilaku dan gerakan yang ditimbulkan.

11
5) Isolasi Sosial
Suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang
lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam
(Stuart GW, 2013)

7. Faktor Penyebab

Faktor predisposisi klien halusinasi menurut (Oktiviani, 2020) :


a. Faktor predisposisi
1) Faktor Biologis
a) Faktor perkembangan
Perkembangan pasien yang terganggu misalnya kurangnya
mengontrol emosi dan keharmonisan keluarga menyebabkan
pasien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi hilang
percaya diri.
b) Faktor genetik
Hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan
hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini
2) Faktor psikologis
Tipe kepribadian yang lemah tidak bertanggung jawab akan
mudah terjerumus pada penyalah gunaan zat adaptif. Pasien lebih
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata
3) Faktor sosial budaya
Seseorang merasa tidak terima dilingkungan sejak bayi akan
membekas diingatannya sampai dewasa dan ia akan merasa
disingkirkan, kesepian dan tidak percaya pada lingkungannya.

b. Faktor presipitasi
1) Dimensi fisik

12
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam
hingga delirium dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama
2) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak
dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari
halusinasi dapat berubah perintah memaksa dan menakutkan.
Pasien tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut sehingga
dengan kondisi tersebut.
3) Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini merangsang bahwa individu dengan
halusinasi kan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego.
Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk
melawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yang
menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh
perhatian pasien.
4) Dimensi social
Pasien menganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata
sangat membahayakan. Pasien asik dengan halusinasinya, seolah-
olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan
interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak di dapatkan
dalam dunia nyata.
5) Dimensi spiritual
Klien mulai dengan kemampuan hidup, rutinitas tidak bermakna,
hilangnya aktivitas ibadah dan jarang berupanya secara spiritual
untuk menyucikan diri. Ia sering memaki takdir tetapi lemah
dalam upaya menjemput rejeki, menyalahkan lingkungan dan
orang lain yang menyebabkan takdirnya memburuk.

8. Proses Terjadinya Halusinasi

13
Halusinasi terbagi atas beberapa fase (Oktiviani, 2020):

a. Fase Pertama / Sleep disorder

Pada fase ini Klien merasa banyak masalah, ingin menghindar


dari lingkungan, takut diketahui orang lain bahwa dirinya
banyak masalah. Masalah makin terasa sulit karna berbagai
stressor terakumulasi, misalnya kekasih hamil, terlibat
narkoba, dikhianati kekasih, masalah dikampus, drop out, dst.
Masalah terasa menekan karena terakumulasi sedangkan
support sistem kurang dan persepsi terhadap masalah sangat
buruk. Sulit tidur berlangsung trus-menerus sehingga terbiasa
menghayal. Klien menganggap lamunanlamunan awal tersebut
sebagai pemecah masalah
b. Fase Kedua / Comforting

Klien mengalami emosi yang berlanjut seperti adanya


perasaan cemas, kesepian, perasaan berdosa, ketakutan, dan
mencoba memusatkan pemikiran pada timbulnya kecemasan.
Ia beranggapan bahwa pengalaman pikiran dan sensorinya
dapat dia kontrol bila kecemasannya diatur, dalam tahap ini
ada kecenderungan klien merasa nyaman dengan
halusinasinya.
c. Fase Ketiga / Condemning

Pengalaman sensori klien menjadi sering datang dan


mengalami bias. Klien mulai merasa tidak mampu lagi
mengontrolnya dan mulai berupaya menjaga jarak antara
dirinya dengan objek yang dipersepsikan klien mulai menarik
diri dari orang lain, dengan intensitas waktu yang lama.
d. Fase Keempat / Controlling Severe Level of Anxiety

Klien mencoba melawan suara-suara atau sensori abnormal


yang datang. Klien dapat merasakan kesepian bila

14
halusinasinya berakhir. Dari sinilah dimulai fase gangguan
psikotik.
e. Fase ke lima / Conquering Panic Level of Anxiety
Pengalaman sensorinya terganggu. Klien mulai terasa terancam
dengan datangnya suara-suara terutama bila klien tidak dapat
menuruti ancaman atau perintah yang ia dengar dari halusinasinya.
Halusinasi dapat berlangsung selama minimal empat jam atau
seharian bila klien tidak mendapatkan komunikasi terapeutik.
Terjadi gangguan psikotik berat.

9. Tahap – tahap Halusinasi


Halusinasi berkembang dalam empat tahap menurut Stuart dan Sundeen,
yaitu :
1) Tahap I (Non-spikotik)
Pada tahap ini halusinasi mampu memerikan rasa nyaman pada klien
dengan tingkat orientasi sedang. Secara umum pada tahap ini
halusinasi merupakan hal yang menyenangkan bagi klien.
Karakteristik :
a. Mengalami kecemasan, kesepian, rasa bersalah dan ketakutan
b. Mencoba focus pada pikiran yang dapat menghilangkan
kecemasan
c. Pikiran dan pengalaman sensorik masih dalam control kesadaran
dengan prilaku yang muncul :
a) Tersenyum atau tertawa sendiri
b) Menggerakan bibir tanpa suara
c) Pergerakan mata yang cepat
d) Respon verbal lambat, diam dan berkonsentrasi

2) Tahap II (Non-Psikotik)
Pada tahap ini biasanya klien bersikap menyalahkan dan mengalami

15
tingkat kecemasan berat dengan secara umum halusinasi yang ada dapat
menimbulkan antisipasi.
Karakteristik :
a. Pengalaman sensori menakutkan atau merasa dilecehkan oleh
pengalaman tersebut
b. Mulai merasa kehilangan control
c. Menarik diri dari orang lain
Prilaku yang muncul :
a) Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan
tekanan darah
b) Perhatian terhadap lingkungan menurun
c) Konsentrasi terhadap pengalaman sensori pun menurun
d) Kehilangan kemampuan dalam membedakan antara
halusinasi dan realita
3) Tahap III (Psikotik)
Klien biasanya tidak dapat mengontrol dirinya sendiri dengan tingkat
kecemasan berat, dan halusinasi tidak dapat ditolak lagi.
Karakteristik :
a. Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya
b. Isi halusinasi menjadi atraktif
c. Klien menjadi kesepian bila pengalaman sensori berakhir.
d. Prilaku yang muncul :
a) Klien menuruti perintah halusinasi
b) Sulit berhubungan dengan orang lain
c) Perhatian terhadap lingkungan sedikit atau sesaat
d) Tidak mampu mengikuti perintah yang nyata
e) Klien tanpak tremor dan berkeringat

4) Tahap IV (Psikotik)
Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasi dan biasanya klien terlihat
16
panik.
Prilaku yang muncul :
a. Resiko tinggi menciderai
b. Agitasi / kataton
c. Tidak mampu merespon rangsangan yang ada ( Fitriani, 2011)

10. Jenis Halusinasi


Tabel 2.1
No Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif
1 Halusinasi a. Bicara atau tertawaa. Mendengar suara-suara
pendengaran sendiri atau kegaduhan
b. Marah-marah tanpab. Mendengar suara-suara
sebab yang mengajak
c. Mengarahkan telinga bercakap-cakap
kearah tertentu c. Mendengar suara yang
d. Menutup telinga menyuruh untuk
melakukan sesuatu
yang berbahaya
2 Halusinasi a. Menunjuk-nunjuk a. Melihat bayangan, sinar,
penglihatan kearah tertentu bentuk geometris,
b. Ketakutan pada bentuk kartun, melihat
sesuatu yang tidak hantu atau monster
jelas
3 Halusinasi a. Mencium sepertia. Membaui bauan seperti
penciuman sedang membaui bau darah, urine, feses,
bebauan tertentu dan kadang-kadang bau
b. Menutup hidung itu menyenangkan
4 Halusinasi a. Sering meludah a. Merasa rasa seperti
pengecapan b. Muntah darah, urine, atau feses
5 Halusinasi a. Menggaruk-garuk a. Mengatakan ada
perabaan permukaan kulit serangga dipermukaan
kulit
b. Merasa seperti tersengat
listrik

11. Tanda dan Gejala


Seorang yang mengalami halusinasi akan menunjukkan beberapa
perubahan dalam berbagai segi fisik, emosi, intelektual, sosial, dan
17
spiritual (Trimelia, 2011).
a) Segi fisik
Seseorang yang mengalami halusinasi dalam menggunakan
pakaian tidak sesuai, minsalnya memakai sweater disaat cuaca
panas dan pada saat cuaca dingin tidak memakainya, mungkin
lupa mengikat sepatu, menutup resleting, kurang memperhatikan
personal hygiene yaitu malas menggosok gigi, tidak menyisir
rambut, dan tidak menukar pakaian
b) Segi emosi
Pasien dengan halusinasi efeknya tidak sesuai dengan stimulus
yang ada.
c) Segi intelektual
Dalam segi intelektual dapat gangguan menilai dan berfikir,
motivasi dalam dirinya, isi fikirnya tidak logis dan tidak realistis.
d) Segi sosial
Pasien mengalami halusinasi cenderung menarik diri dari orang
lain, tidak percaya pada orang lain, sehingga terjadi gangguan
dalam hubungan orang lain.
e) Segi spiritual
Pasien mengalami perasaan mudah putus asa serta kwalitas
hidupnya menurun karena tidak dapat mengatasi stress dan cemas.

12. Mekanisme Koping


Menurut (Stuart, 2011), mekanisme koping adalah upaya atau cara
untuk menyelesaikan masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang
digunakan untuk melindungi diri, mekanisme koping ada 2 yaitu :
a. Mekanisme koping destruktif
1) Identifikasi
Menginternalisasi ciri-ciri yang dimiliki oleh orang lain yang
berkuasa dan dianggap mengancam.

18
2) Pengalihan
Memindahkan reaksi dari objek yang mengancam ke objek yang
asli tidak ada atau berbahaya bila diagresi secara langsung.
3) Represi
Menghalangi impuls-impuls yang ada atau tidak bias diterima
sehingga impuls-impuls tersebut tidak dapat diekspresikan secara
sadar atau langsung dalam tingkah laku.
4) Denial
Melakukan bloking atau menolak terhadap kenyataan yang ada
karena kenyataan yang ada dirasa mengancam integritas individu
yang bersangkutan.
5) Reaksi formasi
Dorongan yang mengancam diekspresikan dalam bentuk laku
secara terbalik. Proyeksi mengatribusikan atau menerapkan
dorongan-dorongan yang dimiliki pada orang lain karena
dorongan-dorongan tersebut mengancam integritas.
6) Rasionalisme atau intektualitas
Dua gagasan yang berbeda dijaga supaya tetap terpisah karena
bila bersama-bersama akan mengancam.
7) Sublimasi
Dorongan atau impuls yang ditransportasikan menjadi bentuk-
bentuk yang diterima secara social sehingga dorongan atau impuls
aslinya.

b. Mekanisme koping konstruktif


1) Penalaran (reasoning)
Penggunaan kemampuan kognitif untuk mengeksplorasikan
berbagai macam alternative pemecahan masalah dan kemudian
memilih salah satu alternative yang dianggap paling
menguntungkan.
2) Objektifitas

19
Kemampuan untuk membedakan antara komponen-komponen
emosional dan logis dalam pemikiran, penalaran maupun
tingkah laku.
3) Konsentrasi
Kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada
persoalan yang sedang dihadapi.
4) Penegasan diri (self assertion)
Individu berhadapan dengan konflik emosional yang menjadi
pemicu stress dengan cara mengekspresikan perasaan dan
pikiran-pikirannya secara langsung tetapi dengan cara yang
tidak memaksa atau manipulasi orang lain.
5) Pengamatan diri (self observation)
Pengamatan diri sejajar dengan introspeksi, yaitu individu
melakukan pengujian secara objektif proses-proses kesadaran
sendiri atau mengadakan pengamatan terhadap tingkah laku
motif, ciri, sifat sendir dan seterusnya untuk mendapatkan
pemahaman mengenai diri sendiri yang semakin mendalam.

13. Pohon Masalah


Skema 2.2 Pohon Masalah

Resiko perilaku kekerasan Effect

Gangguan Persepsi Sensori : Core Problem


Halusinasi

20
Isolasi Sosial Cause

(Keliat,2014)

14. Prinsip Tindakan Keperawatan


Prinsip tindakan keperawatan pada pasien dengan halusinasi menurut
Keliat (2009) adalah sebagai berikut:
a) Validasi halusinasi klien tapi tidak memfasilitasi halusinasi
klien
b) Adakan kontrak sering tapi singkat
c) Terima halusinasi dan ungkapkan realita perawat
d) Bantu klien mengontrol halusinasinya

15. Penatalaksanaan
Menurut Rasmun (2011), penatalaksanaan halusinasi sebagai berikut:
a. Medis
Pengobatan harus secepat mungkin diberikan, disini peran
keluarga sangat penting karena setelah mendapatkan perawatan di
RSJ pasien dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga
mempunyai peranan yang sangat penting di dalam hal merawat
pasien, menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif dan
sebagai pengawas minum obat (Yosep, 2013).
1) Psikofarmakologis
Obat yang lazim digunakan pada halusinasi pendengaran yang
merupakan gejala psikosis pada klien skizofrenia adalah obat
anti psikosis. Adapun kelompok umum yang digunakan
adalah:
a) Chlorpromazine
21
(1) Klasifikasi sebagai anti psikotik
(2) Indikasi
Penanganan anti psikotik seperti skizofrenia, fase
mania pada gangguan bipolar, gangguan skizoaktif,
ansietas dan agitasi, anak hiperaktif yang
menunjukkan aktifitasi motorik berlebihan.
(3) Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja antipsikotik yang tepat belum
dipahami sepenuhnya, namun mungkin
berhubungan dengan afek antidopaminergik.
Antipsikotik dapat menyekat reseptor dopamine
postsinapsis pada ganglia basal, hipotalamus,
system limbic, batang otak dan medulla.
(4) Kontra Indikasi
Hipersensitivitas terhadap obat ini, pasien koma
atau depresi sum-sum tulang, penyakit Parkinson,
insufisiensi hati, ginjal dan jantung, anak usia 6
bulan dan wanita kehamilan laktasi.
(5) Efek Samping
Sedasi, sakit kepala, kejang insomnia, pusing,
hipotensi, ortostatik, hieprtensi dan mulut kering.

b) Haloperidol
(1) Klasifikasi anti spikotik, neuro pletik, butirofenon
(2) Indikasi
Penalaksanaan psikologis kronik dan akut
pengendalian hiperaktivitas dan maslah perilaku
berat pada anak-anak.
(3) Mekanisme kerja
Mekanisme kerja anti psikotik yang tepat belum
dipahami sepenuhnya, tampak menekan SSP pada

22
tingkat subkortikal formasi reticular, mesenfalon
dan batang otak.
(4) Kontra Indikasi
Hipersensitifitas terhadap obat ini pasien depresi
ssp dan sum-sum tulang, kerusakan otak
subkortikal formasi reticular otak, mesenfalon dan
batang otak.
(5) Efek Samping
Sedasi, sakit kepala kejang, insomnia, pusing,
mulut kering dan anoreksia.
c) Trihexypenidil (THP)
(1) Klasifikasi anti Parkinson
(2) Indikasi
Gejala penyakit Parkinson, gejala ekstra pyramidal
berkaitan dnegan anti parkinson.
(3) Mekanisme Kerja
Mengoreksi ketidakseimbangan defisiensi
dopamine dan kelebihan asetilkolin dalam korpus
striatum, asetikolin disekat oleh sinapsis untuk
mengurangi efek olinergik berlebihan.

(4) Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhdap obat ini, glaucoma sudut
tertutup, hipertropi prostat pada anak dibawah usia
3 tahun.
(5) Efek Samping
Mengantuk, pusing, disorientasi, hipotensi, mulut
kering, mual dan muntah.
2) Terapi Kejang Listrik / Electro Compulsive Therapy (ECT)
Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan
kejang grandmall secara artificial dengan melewatkan aliran

23
listrik melalui elektrode yang dipasang pada satu atau dua
temples, terapi kejang listrik dapat diberikan pada Skizofrenia
yang tidak mempan dengan terapi neoroleptika oral atau
injeksi. Dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.
3) Psikoterapi atau Rehabilitasi
Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat
membantu karena berhubungan dengan praktisi dengan
maksud mempersiapkan pasien kembali ke masyarakat. Selain
itu terapi kerja sangat baik untuk mendorong pasien bergaul
dengan orang lain, pasien lain, perawat, dan dokter.

c. Keperawatan
1) Terapi Generalis
a) Terapi Individu
Karena karakteristik dari halusinasi adalah
rusaknya kemampuan untuk membentuk dan
mempertahankan hubungan sesama manusia, maka
intervensi utama difokuskan untuk membantu klien
memasuki dan mempertahankan sosialisasi yang penuh
arti dalam kemampuan klien. Tindakan keperawatan
kepada klien adalah melakukan SP1 sampai SP 4.
b) Terapi keluarga
Dalam terapi ini keluarga dibantu untuk
memerankan bagaimana menyelesaikan konflik, saling
mendukung dan bersatu dan menghilangkan stress.
Kemudian keluarga melakukan SP kepada pasien yaitu
SP 1 Keluarga mengidentivikasi jenis, isi, waktu,
frekwensi, situasi, perasaan kemudian melatih cara
minum obat yang baik dan benar, SP 2 mengontrol
halusinasi dengan cara menghardik, SP 3 mengontrol

24
halusinasi dengan bercakap-cakap, dan SP 4 follow up
ke PKM, tanda kambuh dan rujukan ke rumah sakit.
c) Terapi kelompok
Melalui umpan balik kelompok dukungan klien
serta perubahan tingkah laku yang dikembangkan
dalam diri individu sendiri yang efektif.
2) Terapi modalitas
Terapi modalitas yaitu sebuah terapi sebagai modal
pasien setelah keluar dari rumah sakit. Terapi modalitas
adalah terapi kombinasi dalam keperawatan jiwa, berupa
pemberian praktek lanjutan oleh perawat jiwa untuk
melaksanakan terapi yang digunakan oleh pasien gangguan
jiwa (Videbeck, 2008). Macam-macam terapi modalitas
yaitu :
a) Terapi lingkungan yaitu terapi modalitas dalam
keperawatan jiwa dengan menggunakan terapi
lingkungan.
b) Terapi keluarga yaitu terapi yang diberikan
kepada seluruh anggota keluarga baik dalam
motivasi, spirit dan sebagai unit penanganan.
c) Terapi biologis yaitu terapi untuk mendalami
bagaimana penyakit jiwa dapat terjadi, apakah
dari faktor biokimiawi atau faktor lainnya.
d) Terapi kognitif yaitu satu strategi merubah
keyakinan dan sikap yang mempengaruhi
perasaan dan perilaku pasien.
e) Terapi kelompok yaitu terapi menggunakan
metode terapi pada pasien dengan cara kelompok.
f) Terapi prilaku yaitu mengubah perilaku dengan
memberi contoh perilaku adaptif untuk ditiru oleh
pasien.

25
g) Terapi bermain yaitu berkomunikasi dengan baik
melalui permainan dari pada dengan ekspresi
verbal.

Salah satu jenis terapi modalitas yang efektif untuk


mengurangi gejala halusinasi adalah terapi kognitif dimana
terapi kognitif yaitu suatu strategi merubah keyakinan dan
sikap yang mempengaruhi perasaan dan prilaku pasien. Proses
yang dilakukan yaitu dengan membantu mempertimbangkan
tingkat stress dan dilanjutkan dengan mengenali pola fikir.

Terapi kognitif yang dapat dilakukan yaitu dengan


terapi psikoterapi agama atau terapi psikoreligius seperti dzikir
dalam mengontrol halusinasi, terapi menggunakan alqur’an
dan membaca al-fatihah. Psychoreligious therapy merupakan
bentuk psikoterapi yang menggabungkan intervensi kesehatan
jiwa secara modern dengan aspek agama dengan tujuan agar
pasien dapat mengatasi masalahnya dengan cara meningkatkan
mekanisme koping (Yosep, 2011). Agama dan spiritualitas
mempunyai peran penting dalam kehidupan, termasuk pasien
skizofrenia dengan halusinasi (Adeeb & Bahari, 2017).
Membaca Al-Qur’an akan mampu meningkatkan aktivitas
berfikir yang melibatkan aktivitas ke Tuhan dan aktivitas
emosi, dan salah satu surah yang dapat digunakan untuk
pengobatan adalah Al Fatihah (Mahmuda dkk, 2018).

Terapi psikoreligius merupakan suatu pengobatan


penyakit dengan kekuatan batin atau rohani, bukan
pengobatan dengan obat-obatan. Psikoreligius sendiri
diambil dari kata psyche (inggris) dan psuche (yunani) yang
artinya nafas, kehidupan, jiwa, roh, sukma, dan semangat.
Jiwa sendiri merupakan sesuatu yang menyangkut batin dan

26
watak manusia bukan bersifat badan, bukan juga fisiknya
melainkan pembangunan psikis. Disini metal dihubungkan
dengan akal, pikiran, dan ingatan. Terapi psikoreligius yaitu
mampu mencegah dan melindungi kejiwaan, meningkatkan
proses adaptasi, mengurangi kejiwaan, dan penyembuhan
(Mahmuda dkk, 2018).
Surah Al Fatihah memiliki kedudukan yang tinggi
dengan sebutan Ummul Kitab yang artinya induk dari
seluruh Al-Qur’an. Surah Al Fatihah ini terdiri dari 7 ayat
dan merupakan surah yang popular dan paling dihafal oleh
umat muslim (Ridha, 2007). Surah Al Fatihah merupakan
obat dari segala penyakit dan Rasulullah Saw telah
mencobanya. Membaca Al Fatihah reflektif intuitif dapat
meningkatkan imunitas dan menurunkan depresi dan juga
membaca Al Fatihah dapat menurunkan halusinasi pada
pasien skizofrenia (Mahmuda dkk, 2018).
Terapi pasikoreligius membaca Al Fatihah lebih efektif
karena dengan hasil penurunan halusinasi. Al Fatihah
memiliki kedudukan yang tinggi dengan sebutan Ummul
Kitab yang artinya induk dari seluruh Al-Qur’an. Al Fatihah
ini terdiri dari 7 ayat dan merupakan surah yang popular dan
paling dihafal oleh umat muslim (Ridha, 2007). Al Fatihah
merupakan obat dari segala penyakit dan Rasulullah Saw.
Telah mencontohkan berbagai macam pengobatan yang bisa
dilakukan dengan Al Fatihah (Alcaff, 2014). Membaca Al
Fatihah sebanyak 70 kali mampu menyembuhkan tremor
atau biasa disebut gemetaran (Pedak, 2009) (Mahmuda et al.,
2018).
Mengingat Allah baik dengan membaca Al-Qur’an
ataupun dengan menyebut nama Allah (zikir) akan membuat
tubuh rileks dengan cara mengaktifkan kerja system saraf

27
parasimpatik dan menekan kerja system saraf simpatik. Hal
ini akan membuat keseimbangan antara kerja dari kedua
system saraf otonom tersebut sehingga mempengaruhi
kondisi tubuh (Guyton dkk, 2017). Sistem kimia tubuh akan
diperbaiki sehingga akan meningkatkan vaskularisasi otak,
meningkatkan faktor neutropik yang berperan sebagai
neuroprotektif dan meningkatkan level dopamine dan
serotonin. Serotonin dieksresikan oleh nucleus menuju
radiks dorsalis medullaspinalis dan menuju hipotalamus
Pelepasan serotonin diarea nuclei anterior dan nuclei
ventromedial hipotalamus menimbulkan perasaan tenang
dan nyaman.
Qayyim dan Athaillah (2008) menjelaskan bahwa Al
Fatihah merupakan surah yang paling mudah dan paling
ringan untuk pengobatan yang apabila dilakukan secara baik
maka akan terlihat dampak yang menakjubkan dalam
kesembuhan. Sebagaimana seorang penderita sejumlah
penyakit di Makkah yang tidak ada dokter dan obat yang
dapat menyembuhkannya, maka ia mengobati dirinya denga
menggunakan surah Al Fatihah dan hasilnya pun
menakjubkan.

B. Asuhan Keperawatan Teoritis

1. Pengkajian
Berdasarkan Askep teoritis, diuraikan dengan beberapa langkah sebagai
berikut (Keliat 2014):
a. Identitas
Biasanya meliputi: nama klien, umur jenis kelamin, agama, alamat,
tanggal masuk ke rumah sakit, nomor rekam medis, informasi
keluarga yang bisa di hubungi.
28
b. Keluhan Utama
Biasanya yang menjadi alasan utama yang menyebakan kambuhnya
halusinasi klien, dapat dilihat dari data klien dan bisa pula diperoleh
dari keluarga, antara lain : berbicara, senyum dan tertawa sendiri
tanpa sebab. Mengatakan mendengar suara-suara. Kadang pasien
marah-marah sendiri tanpa sebab, mengganggu lingkungan,
termenung, banyak diam, kadang merasa takut dirumah, lalu pasien
sering pergi keluar rumah dan keluyuran/jalan-jalan sendiri dan tidak
pulang kerumah. Mengatakan melihat bayangan seperti montser atau
hantu. Mengatakan mencium sesuatu atau bau sesuatu dan pasien
sangat menyukai bau tersebut. Mengatakan sering meludah atau
muntah karena pasien merasa seperti mengecap sesuatu. Mengatakan
sering mengagaruk-garuk kulit karena pasien merasa ada sesuatu di
kulitnya.
c. Faktor Predisposisi
1) Gangguan jiwa di masa lalu
Biasanya pasien pernah mengalami sakit jiwa masa lalu atau baru
pertama kali mengalami gangguan jiwa.
2) Riwayat pengobatan sebelumnya
Biasanya pengobatan yang dilakukan tidak berhasil atau putus
obat dan adaptasi dengan masyarakat kurang baik.
3) Riwayat Trauma
a) Aniaya fisik
Biasaya ada mengalami aniaya fisik baik sebagai pelaku,
korban maupun saksi.
b) Aniaya seksual
Biasanya tidak ada klien mengalami aniaya seksual
sebelumnya baik sebagai pelaku, korban maupun saksi.
c) Penolakan
Biasanya ada mengalami penolakan dalam lingkungan baik
sebagai pelaku, korban maupun saksi

29
d) Tindakan kekerasan dalam keluarga
Biasanya ada atau tidak adaa klien mengalami kekerasan
daalam keluarga baik sebagai pelaku, korban maupun sebagai
saksi.
e) Tindakan kriminal
Biasanya tidak ada klie mengalami tindakan kriminal baik
sebagai pelaku, korban maupun saksi.
4) Riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Biasanya ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa yang sama
dengan klien.

5) Riwayat pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan


Biasanya yang dialami klien pada masa lalu yang tidak
menyengkan seperti kegagalan, kehilangan, perpisahan atau
kematian, dan trauma selama tumbuh kembang.
d. Fisik
1) Biasanya ukur dan observasi tanda-tanda vital seperti tekanan
darah, nadi, suhu, dan pernapasan
2) Ukur tinggi badan dan berat badan
3) Menjelaskan keluhan fisik yang dirasakan oleh pasien
e. Psikososial
1) Genogram
Biasanya salah satu faktor penyakit jiwa diakibatkan genetik atau
keturunan, dimana dapat dilihat dari tiga generasi. Genogram
dibuat 3 generasi yang dapat menggambarkan hubungan Pasien
dengan keluarga. Tiga generasi ini dimaksud jangkauan yang
mudah diingat oleh pasien maupun keluarga pada saat pengkajian.
Biasanya menggambarkan pola asuh keluarga, pengambilan
keputusan dan komunikasi yang digunakan dalam keluarga.
Skema 2.2

30
Keterangan:
: Laki-laki : Meninggal
: Perempuan : Serumah
: Klien

2) Konsep diri
a. Citra tubuh
Biasanya persepsi pasien terhadap tubuhnya merasa ada
kekurangan di bagian tubuhnya (perubahan ukuran, bentuk dan
penampilan tubuh akibat penyakit) atau ada bagian tubuh yang
tidak disukai. Biasanya pasien menyukai semua bagian tubuhnya
b. Identitas diri
Biasanya berisi status pasien atau posisi pasien sebelum dirawat.
Kepuasan pasien sebagai laki-laki atau perempuan. Dan kepuasan
pasien terhadap status dan posisinya (sekolah, tempat kerja, dan
kelompok)
c. Peran diri
Biasanya pasien menceritakan tentang peran/tugas dalam
keluarga/kelompok masyarakat. Kemampuan pasien dalam
melaksanakan tugas atau peran tersebut, biasanya mengalami
krisis peran.
d. Ideal diri
Biasanya berisi tentang harapan pasien terhadap penyakitnya.
Harapan pasien terhadap lingkungan (keluarga, sekolah, tempat
31
kerja, dan masyarakat). Dan harapan pasien terhadap tubuh,
posisi, status, dan tugas atau peran. Biasanya gambaran diri
negatif.
e. Harga diri
Biasanya hubungan Pasien dengan orang lain tidak baik, penilaian
dan penghargaan terhadap diri dan kehidupannya yang selalu
mengarah pada penghinaan dan penolakan. Biasanya ada perasaan
malu terhadap kondisi tubuh / diri, tidak punya pekerjaan, status
perkawinan, muncul perasaan tidak berguna, kecewa karena
belum bisa pulang / bertemu keluarga.
3) Hubungan sosial
a) Orang terdekat
Biasanya ada ungkapan terhadap orang/tempat, orang untuk
bercerita, tidak mempunyai teman karena larut dalam kondisinya.
b) Peran serta dalam kelompok
Biasanya pasien baik dirumah maupun di RS pasien tidak
mau/tidak mengikuti kegiatan/aktivitas bersama.
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Biasanya pasien meloporkan kesulitan dalam memulai
pembicaraan, takut dicemooh/takut tidak diterima dilingkungan
karena keadaannya yang sekarang.
4) Spritual
a) Nilai dan Keyakinan
Biasanya nilai-nilaai dan keyakinan terhadap agama kurang sekali,
keyakinan agama pasien halusinasi juga terganggu.
b) Kegiatan Ibadah
Biasanya pasien akan mengeluh tentang masalah yang dihadapinya
kepada Tuhan YME.
5) Status Mental
a) Penampilan

32
Biasanya pasien berpenampilan tidak rapi, seperti rambut acak-
acakan, baju kotor dan jarang diganti, penggunaan pakaian yang
tidak sesuai dan cara berpakaian yang tidak seperti biasanya.
b) Pembicaraan
Biasanya ditemukan cara bicara pasien dengan halusinasi bicara
dengan keras, gagap, inkoheren yaitu pembicaraan yang berpindah-
pindah dari satu kalimat ke kalimat lain yang tidak ada kaitannya.
c) Aktifitas motorik
Biasanya ditemukan keadaan pasien agitasi yaitu lesu, tegang,
gelisah dengan halusinasi yang didengarnya. Biasanya bibir pasien
komat kamit, tertawa sendiri, bicara sendiri, kepala mengangguk-
ngangguk, seperti mendengar sesuatu, tiba-tiba menutup telinga,
mengarahkan telinga kearah tertentu, bergerak seperti mengambil
atau membuang sesuatu, tiba-tiba marah dan menyerang.
d) Alam perasaan
Biasanya pasien tanpak, putus asa, gembira yang berlebihan,
ketakutan dan khawatir.
e) Afek
Biasanya ditemukan Afek labil (emosi yang mudah) berubah juga
ditemukan pada klien halusinasi pendengaran. Bisa juga ditemukan
efek yang tidak sesuai atau bertentangan dengan stimulus yang ada.
f) Interaksi selama wawancara
Biasanya pada saat melakukan wawancara ditemukan kontak mata
yang kurang, tidak mau menatap lawan bicara. Defensif
(mempertahankan pendapat), dan tidak kooperatif.
g) Persepsi
Biasanya pada pasien yang mengalami gangguan persepsi
halusinasi pendengaran sering mendengar suara gaduh, suara yang
menyuruh untuk melakukan sesuatu yang berbahaya, dan suara
yang dianggap nyata oleh pasien. Waktunya kadang pagi, siang,
sore dan bahkan malam hari, frekuensinya biasa 3 atau 5 kali dalam

33
sehari bahkan tiap jam, biasanya pasien berespon dengan cara
mondar mandir, kadang pasien bicara dan tertawa sendiri dan
bahkan berteriak, situasinya yaitu biasanya ketika pasien
termenung, sendirian atau sedang duduk.

h) Proses pikir
Biasanya pada klien halusinasi ditemukan proses pikir klien
Sirkumtansial yaitu pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai
dengan tujuan pembicaraan. Tangensial : Pembicaraan yang
berbelit-belit tapi tidak sampai pada tujuan pembicaraan.
Kehilangan asosiasi dimana pembicaraan tidak ada hubungannya
antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dan klien tidak
menyadarinya. Kadang-kadang ditemukan blocking, pembicaraan
terhenti tiba-tiba tanpa gangguan eksternal kemudian dilanjutkan
kembali, serta pembicaraan yang diulang berkali-kali.
i) Isi pikir
Biasanya ditemukan fobia yaitu ketakutan yang patologis/ tidak
logis terhadap objek/ situasi tertentu. Biasanya ditemukan juga isi
pikir obsesi dimana pikiran yang selalu muncul walaupun klien
berusaha menghilangkannya.
j) Tingkat kesadaran
Biasanya ditemukan pasien bingung, terlihat kacau, biasanya
merasa seperto melayang antara sadar atau tidak sadar, dan juga
terjadi gangguan motorik seperti kekakuan, gerakan-gerakan yang
diulang, anggota tubuh dalam sikap canggung tetapi klien mengerti
tentang semua hal yang terjadi dilingkungan. Orientasi terhadap
waktu, tempat dan orang bisa ditemukan jelas ataupun terganggu.
k) Memori
Biasanya pasien mengalami gangguan daya ingat jangka panjang
(mengingat pengalamannya dimasa lalu baik atau buruk), gangguan
daya ingat jangka pendek (mengetahui bahwa dia sakit dan

34
sekarang berada dirumah sakit), maupun gangguan daya ingat saat
ini (mengulang kembali topik pembicaraan saat berinteraksi).
Biasanya pembicaraan pasien tidak sesuai dengan kenyataan
dengan memasukan cerita yang tidak benar untuk menutupi daya
ingatnya.
l) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Biasanya pasien mengalami gangguan konsentrasi, pasien biasanya
mudah dialihkan, dan tidak mampu berhitung.
m) Kemampuan penilaian
Biasanya ditemukan gangguan kemampuan penilaian ringan
dimana klien dapat mengambil kepusan sederhana dengan bantuan
orang lain seperti memberikan kesempatan pada pasien untuk
memilih mandi dulu sebelum makan atau makan dulu sebelum
mandi. Jika diberi penjelasan, pasien dapat mengambil keputusan.
n) Daya tilik diri
Biasanya ditemukan klien mengingkari penyakit yang diderita
seperti tidak menyadari penyakit (perubahan emosi dan fisik) pada
dirinya dan merasa tidak perlu pertolongan. Klien juga bisa
menyalahkan hal-hal di luar dirinya seperti menyalahkan orang
lain/ lingkungan yang dapat menyebabkan kondisi saat ini.
6) Kebutuhan persiapan pulang
a) Makan
Biasanya pasien tidak mengalami perubahan makan, biasanya
pasien tidak mampu menyiapkan dan membersihkan tempat makan.
b) BAB/BAK
Biasanya pasien dengan prilaku kekerasan tidak ada gangguan,
pasien dapat BAB/BAK pada tempatnya.
c) Mandi
Biasanya pasien jarang mandi, tidak menyikat gigi, jarang mencuci
rambut dan bercukur atau berhias.Badan pasien sangat bau dan
kotor, dan pasien hanya melakukan kebersihan diri jika disuruh.

35
d) Berpakaian/berhias
Biasanya pasien jarang mengganti pakaian, dan tidak mau
berdandan. Pasien tidak mampu mengenakan pakaian dengan
sesuai dan pasien tidak mengenakan alas kaki.
e) Istirahat dan tidur
Biasanya pasien tidak melakukan persiapan sebelum tidur, seperti:
menyikat gigi, mencuci kaki, berdoa. Dan sesudah tidur seperti:
merapikan tempat tidur, mandi atau cuci muka dan menyikat gigi.
Frekuensi tidur pasien berubah-ubah, kadang nyenyak dan kadang
gaduh atau tidak tidur.
f) Penggunaan obat
Biasanya pasien mengatakan minum obat 2 kali sehari danpasien
tidak mengetahui fungsi obat dan akibat jika putus minum obat.
g) Pemeliharaan kesehatan
Biasanya pasien tidak memperhatikan kesehatannya, dan tidak
peduli tentang bagaimana cara yang baik untuk merawat dirinya.
h) Aktifitas didalam rumah
Biasanya pasien mampu atau tidak merencanakan, mengolah, dan
menyajikan makanan, merapikan rumah, mencuci pakaian sendiri
dan mengatur biaya sehari-hari.
7) Mekanisme Koping
a) Adaptif
Biasanya ditemukan klien mampu berbicara dengan orang lain,
mampu menyelesaikan masalah, tenik relaksasi, aktivitas
konstruktif, klien mampu berolah raga
b) Maladaptif
Biasanya ditemukan reaksi klien lambat/berlebuhan, klien bekerja
secara berlebihan, selalu menghindar dan mencederai diri sendiri.

8) Masalah Psikososial dan Lingkungan

36
Biasanya ditemukan riwayat klien mengalami masalah dalam berinteraksi
dengan lingkungan, biasanya disebabkan oleh kurangnya dukungan dari
kelompok, masalah dengan pendidikan, masalah dengan pekerjaan,
masalah dengan ekonomi dan msalah dengan pelayanan kesehatan.
9) Pengetahuan
Biasanya pasien halusinasi mengalami gangguan kognitif.
10) Aspek Medis
Tindakan medis dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien
dengan halusinasi adalah dengan memberikan terapi sebagai berikut
(Erlinafsiah, 2010) :
a) ECT (Electro confilsive teraphy)
b) Obat-obatan seperti : Risperidon, Lorazepam, Haloperidol

2. Daftar Masalah keperawatan


a. Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
b. Isolasi Sosial
c. Resiko Prilaku kekerasan
(Keliat, 2014)

3. Pohon Masalah
Pohon masalah terdiri dari masalah utama, penyebab dan akibat.
Masalah utama adalah prioritas masalah pasien dari beberapa masalah
yang dimiliki oleh pasien. Umumnya, masalah utama berkaitan erat
dengan alasan masuk atau keluhan utama. Penyebab adalah salah satu dari
beberapa masalah pasien yang merupakan penyebab masalah utama.
Masalah ini dapat pula disebabkan oleh salah satu masalah yang lain,
demikian seterusnya. Akibat adalah salah satu dari beberapa masalah
pasien yang merupakan efek atau akibat dari masalah utama (Trimelia,
2011).

Pohon Masalah Halusinasi


37
Skema 2.3
Resiko Perilaku Kekerasan Effect

Gangguan Persepsi Sensori:


Core Problem
Halusinasi

Isolasi Sosial Cause

(Keliat, 2014)

4. Daftar Diagnosa keperawatan


Perumusan diagnosis keperawatan jiwa mengacu pada pohon
masalah yang sudah dibuat. Misalnya pada halusinasi dapat dirumuskan
diagnosa keperawatannya sebagai berikut;
a. Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi
b. Isolasi sosial
c. Resiko Perilaku Kekerasan
(Keliat, 2014)

38
5. Intervensi
Tabel 2.2
Rencana Tindakan Keperawatan Pada Pasien Halusinasi Pendengaran
Diagnosa
No Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
Untuk Pesien
1 Gangguan Pasien Mampu : Setelah 1x pertemuan SP 1 Pasien Halusinasi 1. Dengan memberikan
Persepsi Sensori: 1. Pasien pasien mampu: 1. Mengidentifikasi jenis, isi, pemahaman tentang
Halusinasi mengenal 1. Dapat waktu,frekuensi, situasi, halusinasi pasien mampu
pendengaran halusinasi yang menyebutkan perasaan, respon memahami:
dialaminya jenis, isi, waktu, Halusinasi a) Masalah yang
(jenis, isi, frekuensi, situasi 2. Mengajarkan cara dialaminya
waktu, pencetus dan mengontrol halusinasi b) Kapan masalah
frekuensi, perasaan saat dengan cara menghardik. timbul,
situasi pencetus halusinasi Tahap tindakan: menghindarkan waktu
dan perasaan 2. Mampu a) Jelaskan cara dan situasi saat
saat halusinasi menyebutkan menghardik halusinasi masalah timbul,
dan mampu manfaat dari b) Peragakan cara menghindari waktu
menjelaskan program menghardik dan situasi saat
dan pengobatan yang c) Minta pasien untuk masalah muncul
memperagakan dilakukan memperagakan ulang c) Pentingnya masalah
cara mengontrol 3. Menganjurkan pasien halusinasi untuk
halusinasi) memasukan cara diatasi karena
2. Pasien dapat menghardik kedalam perasaan tidak nyaman
mengontrol jadwal kegiatan harian dan saat munculnya
halusinasinya berikan pujian halusinasi dapat
dengan cara menimbulkan perilaku
menghardik malasaptif yang sulit
untuk dikontrol
41
2. Dengan menghardik
halusinasi memberi
kesempatan pasien
mengatasi masalah
dengan reaksi
penolakan terhadap
sensasi palsu
3. Dengan peragaan
langsung dan peragaan
ulang memungkinkan
cara menghardik
dilakukan dengan
benar oleh pasien
4. Dengan penguatan
yang positif
mendorong
pengulangan perilaku
yang diharapkan pasien

1. Pasien Setelah 1 x dilakukan SP 2 Pasien Halusinasi


mengikuti pertemuan diharapkan 1. Mengevaluasi jadwal 1. Penggunaan obat
program pasien mampu: kegiatan harian cara merupakan bagian penting
pengobatan 1. Menyebutkan menghardik yang benar dalam mengendalikan
secara kegiatan yang 2. Jelaskan pentingnya minum gejala halusinasi dengan
optimal sudah dilakukan obat mengetahui manfaat dan
2. Mampu 3. Jelaskan akibat jika obat akibat tidak minum obat
menjelaskan dan tidak sesuai dengan program akan menimbulkan
memperagakan 4. Jelaskan akibat bila putus motivasi pasien untuk
cara mengontrol minum obat patuh minum obat.
halusinasi 5. Jelaskan cara mendapatkan
obat/berobat

42
6. Jelaskan cara menggunakan
obat dengan prinsip 6 benar
7. Latih pasien minum obat
secara teratur
8. Menganjurkan pasien
memasukan cara
menghardik kedalam jadwal
kegiatan harian dan berikan
pujian

1. Pasien dapat Setelah 1 x dilakukan SP 3 Halusinasi 1. Menilai kemampuan


mengontrol pertemuan diharapkan 1. Mengevaluasi jadwal perkembangan pasien
halusinasinya pasien mampu: kegiatan pasien cara minum 2. Dengan bercakap-cakap
dengan cara obat yang benar dan cara mengalihkan fokus dan
bercakap- 1. Menyebutkan mengontrol halusinasi perhatian dan
cakap kegiatan yang dengan menghardik menghindarkan saat
sudah dilakukan 2. Melatih cara mengontrol pasien merasakan sensasi
2. Mampu halusinasi dengan bercakap- palsu
memperagakan cakap dengan orang lain
cara bercakap- 3. Mengajurkan pasien 3. Memungkinkan pasien
cakap dengan memasukan mengontrol melakukan kegiatan
orang lain halusinasi dengan cara dengan teratur
bercakap-cakap dengan
orang lain kedalam jadwal
kegiatan harian dan berikan
pujian
1. Pasien dapat Setelah 1 x dilakukan SP 4 Pasien Halusinasi 1. Menilai kemampuan
mengontrol pertemuan diharapkan 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan perkembangan pasien
halusinasinya pasien mampu: pasien yang telah lalu cara 2. Dengan aktivitas
dengan cara 1. Menyebutkan minum obat yang benar, cara terjadwal memberi
aktivitas kegiatan yang mengontrol halusinasi dengan kesibukan yang menyita

43
terjadwal sudah dilakukan menghardik, bercakap-cakap waktu dan perhatian
2. Membuat jadwal 2. Melatih pasien menghindarkan pasien
kegiatan sehari- mengendalikan halusinasinya merasakan sensasi palsu
hari dan mampu dengan melakukan aktivitas 3. Memberikan pemahaman
memperagakan yang terjadwal (Kegiatan tentang pencegahan
yang biasa dilakukan munculnya halusinasi
dirumah) dengan aktivitas positif
a) Jelaskan pentingnya yang bermanfaat yang
aktivitas bisa dilakukan
b) Diskusikan aktivitas yang 4. Dengan memantau
biasa dilakukan pasien pelaksanaan jadwal
c) Latih pasien melakukan memastikan intervinsi
aktifitas yang diberikan, dilakukan
d) Susun jadwal aktivitas oleh pasien dan dengan
sehari-hari penguatan positif
e) Pantau pelaksanaan mendorong pengulangan
kegiatan prilaku yang diharapkan
3. Mengajurkan pasien
memasukan aktivitas
terjadwal kedalam jadwal
kegiatan harian dan berikan
pujian
Untuk Keluarga
1. Keluarga mampu Setelah interaksi 2-3x , SP 1 Keluarga
membantu klien keluarga mampu 1. Diskusikan masalah yang 1. Mengetahui masalah yang
mengontrol menjelaskan tentang dirasakan dalam merawat dihadapi keluarga dalam
halusinasi halusinasi dan cara klien merawat pasien
merawat keluarga 2. Jelaskan pengertian, tanda 2. Menambah pengetahuan
dengan halusinasi gejala, penyebab dan proses keluarga
terjadinya.
3. Jelaskan cara merawat klien 3. Keluarga dapat merawat

44
dengan halusinasi pasien dengan halusianasi
4. Latih cara merawat 4. Keluarga mengetahui cara
halusinasi: hardik menghardik yang baik dan
benar
5. Anjurkan membantu klien 5. Keluarga dapat memotivasi
sesuai jadual dan memberi klien untuk cepat sembuh
pujian.
2. Keluarga mampu Setelah interaksi SP 2 Keluarga
memperagakan keluarga mampu 1. Evaluasi kegiatan keluarga 1. Mengetahui pemahaman
cara merawat merawat klien dalam merawat atau melatih keluarga dalam merawat
klien dengan halusinasi klien menghardik, beri pujian dan melatih klien
halusinasi menghardik
2. Jelaskan 6 benar cara 2. Menambah pengetahuan
memberikan obat keluarga
3. Latih cara memberikan atau 3. Keluarga mengetahui cara
membimbing minum obat memberikan obat
4. Anjurkan membantu klien 4. Keluarga dapat memotivasi
sesuai jadual dan memberi klien untuk cepat sembuh
pujian
3. Keluarga mampu Setelah interaksi SP 3 Keluarga
memperagakan keluarga mampu 1. Evaluasi kegiatan keluarga 1. Mengetahui pemahaman
cara merawat merawat klien dalam merawat atau melatih keluarga dalam merawat
klien dengan halusinasi klien menghardik dan dan melatih klien
halusinasi memberikan obat, beri pujian menghardik dan
memberikan obat
2. Jelaskan cara bercakap-cakap 2. Menambah pengetahuan
dan melakukan kegiatan keluarga
untuk mengontrol halusinasi
3. Latih dan sediakan waktu 3. Keluarga mengetahui cara
bercakap-cakap dengan klien bercakap-cakap yang benar
terutama saat halusinasi dengan klien halusunasi

45
4. Anjurkan membantu klien 4. Keluarga dapat memotivasi
sesuai jadual dan memberi klien untuk cepat sembuh
pujian
4. Keluarga mampu Setelah interaksi SP 4 Keluarga
membuat keluarga mampu 1. Evaluasi 1. Mengetahui pemahaman
discharge membuat aktifitas klien kegiatankeluargadalam keluarga dalam merawat
planning dan dirumah dan follow up merawat atau melatih klien dan melatih klien
follow up klien klien menghardik dan memberikan menghardik, memberikan
pulang obat, dan bercakap- cakap, obat dan bercakap-cakap
beri pujian 2. Agar pengobatan tidak
2. Jelaskan Follow up ke RSJ/ putus
PKM, tanda kambuh, rujukan 3. Keluarga dapat memotivasi
3. Anjurkan membantu klien klien untuk cepat sembuh
sesuai jadual dan memberi
pujian
(Keliat, 2014)

Diagnosa
No Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
Untuk Pesien
2 Isolasi Sosial Pasien mampu: Seteh 1x pertemuan SP 1 Pasien Isolasi Sosial 1. Hubungan saling percaya
1. Membina pasien mampu: 1. Bina hubungan saling merupakan landasan dasar
hubungan 1. Membina percaya interaksi perawat dengan
saling percaya hubungan saling 2. Bantu pasien mengenal pasien sehingga pasien
2. Menyadari percaya penyebab Isolasi Sosial terbuka dalam
penyebab 2. Mengenal dengan tindakan: mengunggkapkan
Isolasi Sosial penyebab Isolasi a) Menanyakan tentang masalahnya dan
3. Berinteraksi Sosial, keuntungan pendapat pasien tentang menimbulkan sikap
dengan orang berhubungan kebisaan berinterksi menerima terhadap orang
46
lain dengan orang lain dengan orang lain lain
dan kerugian tidak b) Siapa yang satu rumah 2. Agar pasien dapat
berhubungan dengan pasien mengenal dan
dengan orang lain c) Siapa yang dekat mengungkapkan
dengan pasien penyebab Isolasi Sosial
d) Siapa yang tidak dekat yang terjadi
dengan pasien dan apa 3. Agar pasien mempunyai
sebabnya keinginan berinteraksi
e) Menanyakan apa yang dengan orang lain
menyebabkan pasien 4. Agar pasien menyadari
tidak ingin berinteraksi kerugian yang
dengan orang lain. ditimbulkan akibat tidak
berinteraksi dengan orang
lain
3. Bantu pasien mengenal 5. Dengan belajar
keuntungan dengan orang berkenalan menimbulkan
lain dengan cara motivasi pasien untuk
mendiskusikan keuntungan berinteraksi dengan
bila pasien memiliki banyak orang lain
teman dan bergaul akrab 6. Memberikan rasa
dengan mereka tanggung jawab pada
4. Bantu pasien mengenal pasien untuk
kerugian bila tidak melaksanakan kegiatan
berhubungan dengan orang yang teratur
lain dengan tindakan:
a) Mendiskusikan kerugian
bila pasien hanya
mengurung diri dan
tidak bergaul dengan
orang lain.
b) Menjelaskan pengaruh
Isolasi Sosial terhadap
47
kesehatan fisik pasien
5. Latih dan ajarkan pasien
berkenalan dengan cara:
a) Jelaskan kepada pasien
cara berinteraksi dengan
orang lain
b) Beri contoh cara
berinteraksi dengan
orang lain
(1) Sebutkan nama kita
dan nama panggilan,
asal dan hobbi
(2) Menanyakan nama
orang yang akan
diajak
(3) Berkenalan, nama
panggilan, asal dan
hobbinya
6. Menganjurkan memasukan
dalam jadwal kegiatan
harian dan berikan pujian
Seteh 1x pertemuan SP 2 Pasien Isolasi Sosial 1. Menilai kemajuan
pasien mampu : 1. Mengevaluasi jadwal perkembangan pasien
1. Mampu kegiatan harian cara 2. Memberikan kesempatan
menyebutkan berkenalan dengan orang dan motivasi pasien untuk
kegiatan yang yang pertama mau melakukan interaksi
sudah dilakukan 2. Mengajarkan cara secara bertahap
2. Berinteraksi berinteraksi secara bertahap: 3. Memberikan suatu
dengan orang lain Berkenalan dengan orang tanggung jawab kepada
secara bertahap pertama yaitu perawat pasien untuk
3. Menganjurkan memasukan melaksanakan kegiatan

48
dalam jadwal kegiatan yang teratur
harian dan berikan pujian
Seteh 1x pertemuan SP 3 Pasien Isolasi Sosial 1. Sebagai dasar bagi
pasien mampu: 1. Mengevaluasi jadwal perawat untuk menilai
1. Mampu kegiatan cara berkenalan perkembangan pasien
menyebutkan dengan orang yang pertama dalam mengenal cara
kegiatan yang dan bekenalan dengan orang berinteraksi
sudah dilakukan yang ke dua 2. Memberikan motivasi
2. Mampu 2. Mengajarkan cara pasien untuk berinteraksi
berinteraksi berinteraksi secara bertahap: dan mendapatkan respon
dengan orang lain Berkenalan dengan 2 (dua) yang positif
secara bertahap: orang atau lebih
Berkenalan dengan 3. Susun jadwal latihan 3. Memberikan motivasi dan
orang kedua yaitu berkenalan dengan orang rasa tanggung jawab
pasien-pasien lain lain secara bertahap dalam kepada pasien untuk
jadwal kegiatan harian melaksanakan kegiatan
berkenalan dengan teratur

Seteh 1x pertemuan SP 4 Pasien Isolasi 1. Sebagai dasar bagi


pasien mampu: 1. Mengevaluasi jadwal perawat untuk menilai
1. Mampu kegiatan harian cara perkembangan pasien
menyebutkan berkenalan dengan orang dalam mengenal cara
kegiatan yang yang pertama dan bekenalan berinteraksi
sudah dilakukan dengan orang yang ke dua 2. Memberikan motivasi
2. Mampu dan ke tiga pasien untuk berinteraksi
berinteraksi 2. Mengajarkan cara dan mendapatkan respon
dengan orang lain berinteraksi secara bertahap: yang positif
secara bertahap: Melatih cara bicara sosial 3. Memberikan motivasi dan
Latih cara bicara 3. Susun jadwal latihan rasa tanggung jawab
sosial berkenalan dengan orang kepada pasien untuk
lain secara bertahap dalam melaksanakan kegiatan

49
jadwal kegiatan harian berkenalan dengan teratur
Untuk Keluarga
1. Keluarga mampu Setelah interaksi 2-3x , SP 1 Keluarga
merawat klien keluarga mampu 1. Diskusikan masalah yang 1. Mengetahui masalah yang
dengan isolasi menjelaskan tentang dirasakan dalam merawat dihadapi keluarga dalam
sosial penyebab,keuntungan klien merawat pasien
dan kerugian 2. Jelaskan pengertian, tanda 2. Menambah pengetahuan
berkenalan dan cara gejala, penyebab dan proses keluarga
merawat terjadinya isolasi sosial. 3. Keluarga dapat merawat
3. Jelaskan cara merawat pasien pasien dengan isolasi
dengan isolasi sosial sosial
4. Latih dua cara merawat 4. Keluarga mengetahui cara
berkenalan, berbicara saat berkenalan dan berbicara
melakukan kegiatan harian saat melakukan kegiatan
5. Anjurkan membantu klien 5. Keluarga dapat memotivasi
sesuai jadual dan klien untuk cepat sembuh
memberikan pujian

2. Keluarga mampu Setelah interaksi SP 2 Keluarga


memperagakan keluarga mampu 1. Evaluasi kegiatan keluarga 1. Mengetahui pemahaman
cara merawat merawat klien isolasi dalam merawat atau melatih keluarga dalam merawat
klien dengan sosial klien berkenalan dan dan melatih klien
isolasi social berbicara saat melakukan berinteraksi
kegiatan harian, beri pujian

2. Jelaskan kegiatan rumah 2. Menambah pengetahuan


tangga yang dapat melibatkan keluarga
klien berbicara (makan,
sholat, bersama) di rumah
3. Latih cara membimbing klien 3. Keluarga mengetahui cara

50
berbicara dan memberi pujian memberikan membimbing
klien
4. Anjurkan membantu klien 4. Keluarga dapat memotivasi
sesuai jadual klien untuk cepat sembuh
3. Keluarga mampu Setelah interaksi SP 3 Keluarga 1. Mengetahui pemahaman
memperagakan keluarga mampu 1. Evaluasi kegiatan keluarga keluarga dalam merawat
cara merawat merawat klien isolasi dalam merawat atau melatih dan melatih klien
klien dengan sosial klien berkenalan dan berinteraksi
isolasi sosial berbicara saat melakukan
kegiatan harian, beri pujian
2. Jelaskan cara melatih klien 2. Menambah pengetahuan
melakukan kegiatan sosial keluarga
seperti berbelanja, meminta
sesuatu
3. Latih keluarga mengajak 3. Keluarga mengetahui cara
klien berbelanja mengajak klien berbelanja
yang baik dn benar
4. Anjurkan membantu klien 4. Keluarga dapat memotivasi
sesuai jadual klien untuk cepat sembuh
4. Keluarga mampu Setelah interaksi SP 4 Keluarga 1. Mengetahui pemahaman
membuat keluarga mampu 1. Evaluasi kegiatan keluarga keluarga dalam merawat
discharge membuat aktifitas klien dalam merawat atau melatih dan melatih klien
planning dan dirumah dan follow up klien berkenalan dan berkenalan dan berbicara
follow up klien klien berbicara saat melakukan saat melakukan kegiatan
pulang kegiatan harian/RT, harian/RT, berbelanja
berbelanja 2. Agar pengobatan tidak
2. Jelaskan Follow up ke RSJ/ putus
PKM, tanda kambuh, rujukan 3. Keluarga dapat memotivasi
3. Anjurkan membantu klien klien untuk cepat sembuh
sesuai jadual dan memberi
pujian

51
(Keliat, 2014)

Diagnosa
No Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
Untuk Pasien
3 Resiko Prilaku Pasien Mampu: Setelah dilakukan SP 1 PasienPerilaku Kekerasan 1. Dapat diketahui tentang
Kekerasan 1. Pasien dapat intervensi 1x 1. Identifikasi penyebab, tanda PK pasien, dan membantu
mengontrol dan pertemuan, pasien dan gejala, PK yang pasien dalam mengontrol
mengendalikan mampu mengontrol dilakukan, akibat PK. PK
perilaku perilaku kekerasan 2. Menjelaskan cara mengontrol 2. Agar pasien mengetahui
kekerasan dengan kriteria: PK : fisik, obat, verbal dan jenis-jenis cara mengontrol
dengan cara fisik 1. Pasien mampu spiritual PK
(tarik nafas menyebutkan 3. Bantu pasien mempraktekkan 3. Kegiatan pasien terkontrol
dalam serta penyebab perilaku cara mengontrol PK dengan 4. Agar pasien lebih mudah
pukul kasur dan kekerasan, tanda latihan fisik : tarik nafas dan paham tentang cara
bantal) dan gejala, perilaku dalam serta pukul kasur dan mengontrol PK
kekerasan yang bantal 5. Dengan peragaan langsung
dilakukan dan 4. Anjurkan pasien dan peragaan ulang
akibat perilaku memasukkan dalam jadwal memungkinkan cara
kekerasan kegiatan harian mengontrol PK dengan
2. mampu 5. Anjurkan pasien latihan fisik dilakukan
mempraktekkan memasukkan dalam jadwal dengan benar
latihan cara fisik harian 6. Agar kegiatan lebih terarah
(tarik nafas dalam dan terkontrol
serta pukul kasur

52
dan bantal)
2. Pasien dapat Setelah 1x pertemuan SP 2 Pasien Perilaku Kekerasan 1. Penggunaan obat
mengontrol atau pasien mampu: 1. Evaluasi cara pukul bantal merupakan bagian yang
mengendalikan 1. Jenis, guna, dosis, 2. Menjelaskan cara mengontrol terpenting dalam pengendalian
perilaku frekuensi, cara, PK dengan cara teratur gejala PK dengan mengetahui
kekerasan kontinuitas minum obat minum obat manfaat dan akibat tidak
dengan cara itu sendiri a. Jelaskan pentingnya minum obat akan
minum obat 2. Pasien mampu minum obat menumbuhkan motivasi pasien
dengan baik menggunakan obat b. Jelaskan akibat jika obat untuk patuh
sesuai aturan tidak sesuai dengan 2. Agar kegiatan pasien lebih
program terarah dan terkontrol.
c. Jelaskan akibat bila putus 3. Agar kegiatan lebih terarah
minum obat dan terkontrol
d. Jelaskan cara
mendapatkan
obat/berobat
e. Jelaskan cara
menggunakan
f. Obat dengan prinsip 6
benar
g. Latih klien minum obat
secara teratur
3. Memasukan mengontrol
Halusinasi dengan cara
teratur minum obat kedalam
jadwal kegiatan harian dan
berikan pujian

3. Pasien dapat Setelah 1x pertemuan SP 3 Pasien Perilaku Kekerasan 1. Kegiatan pasien terkontrol
mengontrol atau pasien mampu: 1. Evaluasi kegiatan latihan 2. Menolak dan meminta
mengendalikan mengontrol PK dengan fisik, obat dan beri pujian serta mengungkapkan

53
PK dengan cara cara verbal (meminta, 2. Melatih pasien cara perasaan dengan baik dapat
verbal (meminta, menolak, dan mengontrol PK secara verbal meminimalisir munculnya
menolak, dan mengungkapkan (meminta, menolak, PK
mengungkapkan dengan baik) dengan mengungkapkan dengan 3. Agar pasien lebih terarah
dengan baik) kriteria : baik) dan terkontrol.
1. Pasien tidak marah- 3. Anjurkan pasien
marah lagi jika memasukkan dalam kegiatan
permintaan ditolak. harian.
2. Pasien dapat
mengungkapkan
perasaan tanpa
emosi

4. Pasien dapat Setelah 1x pertemuan SP 4 Pasien Perilaku Kekerasan 1. Kegiatan pasien terkontrol
mengontrol atau pasien mampu: 1. Evaluasi kegiatan latihan 2. Dengan mendekatkan diri
mengendalikan mengontrol PK dengan fisik, obat, dan verbal pasien. pada penciptanya pasien
PK dengan cara cara spiritual (shalat Beri pujian lebih tenang
spiritual (shalat dan berdoa) menurut 2. Melatih pasien cara 3. Agar kegiatan pasien lebih
dan berdoa) keyakinan dengan mengontrol PK dengaan terarah dan terkontrol
menurut kriteria: spiritual (2 kegiatan)
keyakinan 1. Efektifitas cara 3. Anjurkan pasien
yang dipakai dalam memasukkan kedalam jadwal
menyelesaikan kegiatan harian
masalah
2. Pasien terlihat lebih
tenang
3. Pasien lebih
meningkatkan diri
pada penciptanya
Untuk Keluarga
1. Keluarga dapat 1. Setelah dilakukan SP 1 Keluarga 1. Meningkatkan peran serta

54
memahami interkasi keluarga 1. Mendiskusikan masalah yang keluarga dalam merawat
tentang PK dan mampu dirasakan keluarga dalam keluarga dengan PK
cara merawat menjelaskan merawat pasien PK 2. Agar keluarga paham akan
anggota keluarga tentang PK dan cara 2. Menjelaskan pengertian PK, pengertian, tanda dan
denga PK merawat anggota tanda dan gejala PK, serta gejala, serta proses
keluarga dengan PK proses terjadinya PK terjadinya PK
3. Menjelaskan cara merawat 3. Agar keluarga mengetahui
pasien PK cara merawat pasien PK
4. Menjelaskan kepada keluarga 4. Agar pasien dapat melatih
6 benar cara memberikan pasien dengan latihan fisik.
obat 5. Agar keluarga paham cara
5. Melatih keluarga cara merawat keluarga dengan
memberikan/ membimbing PK
pasien minum obat
6. Menganjurkan keluarga
membantu pasien ssesuai
memasukkan sesuai jadwal
dan memberikan pujian
2. Keluarga mampu 2. Setelah dilakukan SP 2 Keluarga 1. Kegiatan keluarga
menyebutkan interaksi keluarga 1. Mengevaluasi kegiatan membimbing pasien
cara merawat mampu merawat keluarga dalam merawat/ terkontrol
anggota keluarga secara langsung melatih pasien dengan fisik. 2. Agar keluarga mengetahui
dengan PK anggota keluarga Memberikan pujian 6 benar cara minum obat
dengan PK 2. Melatih satu cara merawat 3. Meningkatkan peran serta
PK dengan melakukan keluarga dalam merawat
kegiatan fisik : tarik nafas keluarga dengan PK
dalam dalam serta pukul 4. Agar keluarga lebih paham
kasur dan bantal dalam merawat anggota
3. Anjurkan keluarga membantu keluarga dengan PK
pasien memasukkan sesuai
jadwal. Beri pujian

55
3. Keluarga mampu 3. Setelah dilakukan SP 3 Keluarga 1. Kegiatan keluarga
mengetahui cara interaksi keluarga 1. Mengevaluasi kelgiatan membimbing pasien
mengontrol mampu merawat keluarga dalam merawat/ terkontrol
halusinasi secara langsung membimbing pasien dengan 2. .Agar keluarga mengetahui
dengan cara anggota keluarga fisik, dan obat. Beri pujian membimbing pasien
verbal dengan PK 2. Melatih keluarga cara dengan cara bicara yang
membimbing dengan bicara baik
yang baik 3. Agar keluarga mengetahui
3. Melatih keluarga cara cara membimbing pasien
membimbing dengan cara dengan spiritual
spiritual 4. Agar kegiatan pasien lebih
4. Anjurkan keluarga membantu terarah dan terkontrol
pasien memasukkan sesuai
jadwal dan memberikan
pujian
4. Keluarga 4. Setelah dilakukan SP 4 Keluarga 1. Kegiatan keluarga
mengetahui interaksi keluarga 1. Mengevaluasi kegiatan membimbing pasien
follow up pasien mengetahui follow keluarga dalam merawat/ terkontrol
dengan PK up pasien dan meatih pasien dengan fisik, 2. Penyusunan kegiatan
membantu obat, bicara yang baik dan secar teratur dapat
membuat jadwal kegiatan spiritual. Beri pujian meminimalisir
klien dirumah 2. Menjelaskan follow-up ke munculnya PK
RS/ PKM, tanda kambuh, 3. Agar kegiatan pasien
rujukan lebih terarah dan
3. Anjurkan keluarga membantu terkontrol
pasien sesuai jadwal dan
memberikan pujian
(Keliat, 2014)

56
6. Implementasi
Pelaksanaan atau implementasi adalah tahapan ketika perawat
mengaplikasikan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna
membantu pasien mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Keliat,
2014).
Kemampuan yang harus dimiliki oleh perawat pada tahap
implementasi adalah kemampuan komunikasi yang efektif,
kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan saling
bantu, kemampuan melakukan teknik psikomotor, kemampuan untuk
melakukan observasi sistematis, kemampuan memberikan pendidikan
kesehatan, kemampuan advokasi dan kemampuan evaluasi (Keliat,
2014).

7. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada pasien (Keliat, 2005). Evaluasi dapat
dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola pikir.
S: Merupakan respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan. Dapat diukur dengan menanyakan
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menghardik?”
O: Merupakan respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan. Dapat diukur dengan mengobservasi prilaku
pasien pada saat tindakan dilakukan, atau menanyakan kembali apa
yang telah dijabarkan atau memberi umpan balik sesuai dengan hasil
observasi.
A: Merupakan analisis ulang atas data subjektif atau objektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru
atau ada data kontra indikasi dengan masalah yang ada. Dapat pula
membandingkan hasil dengan tujuan.

57
P: Merupakan perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil
analisis pada respon pasien yang terdiri dari tindak lanjut pasien dan
tindak lanjut oleh perawat.

8. Dokumentasi
Dokumentasi keperawatan merupakan aspek penting dari praktik
keperawatan yaitu sebagai segala sesuatu yang tertulis atau tercetak
yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu
yang berwenang. Dokumentasi keperawatan juga mendeskripsikan
tentang status dan kebutuhan pasien yang komprehensif, juga layanan
yang diberikan untuk perawatan pasien. Dokumentasikan semua
tindakan serta respon pasien (Keliat,2014).

58
C. Aplikasi Evidance Based Practice Tentang Terapi Psikoreligius:
Membaca Al Fatihah Untuk Menurunkan Frekuensi Halusinasi.

1. Evidance Based yang Terkait


Penulis mendapatkan empat referensi jurnal yang pertama
berdasarkan penelitian Mardiati dkk (2019) dilakukan di RSJ Tampan
menunjukkan adanya penurunan nilai median pretest dan posttest
setelah diberikan terapi psikoreligius: membaca Al Fatihah yaitu dari
38,00 menjadi 17,00, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
terapi psikoreligius: membaca Al Fatihah terhadap skor halusinasi
pasien skizofrenia dengan p-value (0,019) < α (0,05).

Sedangkan dari hasil penelitian Mahmuda dkk (2018) yang


dilakukan di RSJ Riau menunjukan dari hasil statistik didapatkan p-
value (0,652) > (α = 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara membaca dan mendengarkan Surah
Al Fatihah terhadap skor halusinasi. Oleh karena itu intervensi
membaca dan mendengarkan surah Al Fatihah dapat dilakukan karena
keduanya dapat menurunkan skor halusinasi.

Sedangkan penelitian Hendriyani dkk (2019) yang dilakukan


menggunakan metode telaah jurnal yang analisis didapatkan selisih
rata-rata frekuensi halusinasi pendengaran pasien skizofrenia sebelum
dan sesudah diberikan terapi Al-Qur’an adalah 2,04. Hasil uji paired
sample t-test didapatkan p value 0,000, maka dapat disimpulkan bahwa
ada pengaruh terapi Al-Qur’an terhadap penurunan frekuensi
halusinasi pendengaran pasien skizofrenia. Dan didukung oleh
penelitian yang dilakukan Mardiati (2017) juga mendapatkan hasil
tentang pengaruh terapi psikoreligius didapatkan bahwa membaca Al
Fatihah dapat menurunkan skor halusinasi pada pasien skizofrenia.
Surah Al Fatihah dapat pula dirasakan manfaatnya ketika didengarkan.

59
Jadi dapat disimpulkan dari tiga jurnal tersebut ada pengaruh terapi
psikoreligius: membaca Al Fatihah terhadap penurunan halusinasi
(Mardiati dkk, 2019).

2. Manfaat Terapi Psikoreligius: Membaca Al Fatihah


Manfaat terapi psikoreligius untuk menjadikan manusia yang
berakhlak mulia dan sempurna, guna terciptanya manusia yang taat
kepada agama, dimana agama menjiwai dalam kehidupan, tingkah laku
dan perbuatan manusia, sehingga akan terciptanya manusia yang adil,
tentram, aman demi mencapai kebahgiaan didunia maupun diakhirat.
Hidup akan bermakna bila disertai dengan agama dan sebaliknya bila
manusia tanpa agama hidup tidak akan merasa tenang, bahkan jiwanya
akan terganggu yang selanjutnya dapat mengakibatkan timbulnya
gangguan-gangguan kejiwaan (Joseph Carlos, 2021).
Beberapa manfaat terapi psikoreligius: Al Fatihah yaitu :
a) Menurunkan depresi dan meningkatkan imunitas pada pasien
halusinasi
b) Menurunkan kecemasan dan menimbulkan perasaan tenang dan
nyaman pada pasien halusinasi
c) Pengobatan pada pasien dengan halusinasi untuk meminimalkan
potensi terjadinya resiko yang dapat membahayakan diri sendiri
maupun lingkungan.
d) Dapat menurunkan kecemasan karena mampu mempengaruhi
kelenjar adrenal agar tidak melepaskan hormon adrenalin
(epinefrin) yang dapat menyebabkan meningkatkan pernapasan
pasien serta tekanan darah pasien sehingga mampu untuk
mengurangi stress yang diakibatkan oleh kecemasan yang
dialami oleh pasien pre operasi, dll.

60
3. Proses Psikoreligius : Membaca Al Fatihah Terhadap
Halusinasi
Psikoreligius: membaca Al Fatihah dapat mengaktifkan kerja
system saraf parasimpatik dan menekan kerja system saraf
simpatik. Hal ini akan membuat keseimbangan antara kerja dari
kedua system saraf otonom tersebut sehingga mempengaruhi
kondisi tubuh. Sistem kimia tubuh akan diperbaiki sehingga
tekanan darah akan menurun, pernafasan jadi lebih tenang dan
teratur, metabolisme menurun, memperlambat denyut jantung,
denyut nadi, dan mempengaruhi aktivitas otak seperti
mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas, tegang (Mahmuda
dkk, 2018).
Mengingat Allah baik dengan membaca Al-Qur’an ataupun
dengan menyebut nama Allah (zikir) akan membuat tubuh rileks
dengan cara mengaktifkan kerja system saraf parasimpatik dan
menekan kerja system saraf simpatik. Hal ini akan membuat
keseimbangan antara kerja dari kedua system saraf otonom
tersebut sehingga mempengaruhi kondisi tubuh (Guyton dkk,
2017) Sistem kimia tubuh akan diperbaiki sehingga akan
meningkatkan vaskularisasi otak, meningkatkan faktor neutropik
yang berperan sebagai neuroprotektif dan meningkatkan level
dopamine dan serotonin. Serotonin dieksresikan oleh nucleus
menuju radiks dorsalis medullaspinalis dan menuju hipotalamus
Pelepasan serotonin diarea nuclei anterior dan nuclei
ventromedialhipotalamus menimbulkan perasaan tenang dan
nyaman.

4. Penatalaksanaan Terapi Psikoreligius: Membaca Al Fatihah


Penatalaksanaan terapi psikoreligius: Membaca Al Fatihah
sebagai ritual keagamaan, yang dalam agama islam yaitu

61
mengaji. Pemberian terapi psikoreligius akan membantu
menurunkan skor halusinasi dengan cara membaca Al Fatihah
dilakukan selama 3 hari sebayak 2 kali dengan tempo yang
lambat. Tindakan terapi psikoreligius merupakan tindakan yang
dapat memberikan rasa nyaman dan tentram pada pasien (Joseph
Carlos, 2021).

62
BAB III
LAPORAN KASUS

A. Rangkuman Kasus Kelolaan

Klien berinisial Tn.R umur 31 tahun diantar oleh keluarganya yang ke-3
kalinya ke RSJ Prof.H.B.Sa’anin Padang pada tanggal 30 Maret 2022 pukul
10.00 wib dengan keluhan gelisah, emosi labil, klien sering bicara sendiri,
bicara ngaur, suka tertawa sendiri, menangis tanpa sebab, mendengar suara-
suara yang sering mengejek nya dan sering curiga akan dijahati oleh orang
lain.
Berdasarkan informasi dari Ny.E (Kakak klien) mengatakan bahwa Tn.R
sakit sejak 2 tahun yang lalu, terakhir dirawat 7 bulan yang lalu. Awalnya
pasien mendengar suara-suara yang mengejeknya dan menyuruhnya untuk
melukai orang lain. Keluarga klien pada saat itu khawatir dengan kondisinya
yang saat itu yang sangat aneh. Pasien jadi lebih suka marah-marah, merusak
alat rumah, membakar didalam rumah, perilaku kacau, bernyanyi, berbicara
kacau dan suka tertawa sendiri. Keluarga memutuskan untuk membawa
pasien berobat ke Puskesmas pada awalnya karena keluarga beranggapan
bahwa klien mengalami gangguan kejiwaan dan tidak ada perubahan. Setelah
beberapa hari kemudian keluarga membawa pasien ke Padang dan berobat ke
RSJ Prof.H.B.Sa’anin Padang. Setelah pulang berobat, klien tidak teratur
minum obat dan tidak meminum obat sesuai anjuran.
Selama klien tidak minum obat, kondisinya mulai kembali kambuh, pada
saat disuruh meminum obat pasien seperti tidak mau dan tidak memikirkan
kesehatannya, dan pada akhirnya klien menjadi gelisah, curiga sama
keluarga, marah-marah tanpa sebab, karena keluarga khawatir dan takut akan
mengganggu masyarakat yang lain, klien tidak boleh keluar rumah oleh
kakanya. Ny.E (kakak klien) mengatakan tahun 2021 waktu pertama kali
Tn.R dirawat di RSJ. Prof. H.B. Sa’anin Padang. Terakhir klien dirawat pada
bulan Agustus tahun 2021, klien di rawat yang ke-3 kalinya di RSJ dengan

63
keluhan yang sama yaitu gelisah, sering jalan keluar rumah, curiga sama
orang lain kalau klien akan disakiti, marah-marah tanpa sebab, emosi labil,
merusak alat-alat rumah tangga, mendengar suara-suara, yang mengejeknya,
berbicara ngaur dan tertawa sendiri.
Setelah kondisi pasien membaik klien diperbolehkan pulang oleh pihak
rumah sakit dan dijemput tenang oleh keluarga, setelah itu dilakukan rawat
jalan di Poli RSJ Prof.H.B.Sa’anin Padang. Pada saat dirumah, klien teratur
minum obat sebelum obat yang dari RSJ habis, namun pada saat setelah obat
habis dan pasien diajak untuk konsul lagi ke RS, pasien menolak dan selalu
memiliki halasan untuk menghindar. Lalu klien dibawa lagi ke RSJ untuk ke-
3 kalinya dengan keluhan yang sama. Pada saat dilakukan pengkajian pada
tanggal 11 April 2022 didapatkan klien suka bicara sendiri, tertawa sendiri,
pembicaraan berbelit-belit, menarik diri dari orang lain, menangis tiba-tiba,
serta kurang memperhatikan kebersihan dirinya, mendengar suara-suara
mengejek dengan kalimat “ ayo hadapi saya, saya akan membunuh
keluargamu” dan menutup telinganya yang sebenarnya suaranya tidak ada.
Suara-suara itu sering muncul pada saat sepi dan disaat orang tertidur lelap,
suara itu muncul juga pada saat maghrib kadang sebanyak 2-3 kali dalam
waktu 10 menit. Klien tampak ketakutan dan tiba-tiba marah-marah, menutup
telinga, pasien tampak berjalan mondar-mandir. Saat berinteraksi kontak
mata pasien kurang .Pasien mengatakan mandi 2 kali dalam sehari, gosok gigi
1x dalam sehari, ganti baju 1x dalam sehari, penampilan klien tampak kurang
rapi, rambut berketombe, kusut dan kuku tampak agak panjang dan diujung
kuku kehitaman.
Dari hasil pengkajian didapatkan masalah utama pada pasien adalah
Halusinasi pendengaran dan sudah dilakukan intervensi oleh penulis sesuai
dengan strategi pelaksanaannya yaitu: mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik, minum obat teratur, bercakap-cakap, dan melakukan kegiatan
terjadwal. Pada SP 1 penulis akan mengkombinasikan dengan terapi
Psikoreligius: Membaca Al Fatihah.

64
Intervensi yang dilakukan pada Tn.R adalah memberikan terapi
Psikoreligius: Membaca Al Fatihah kepada pasien halusinasi pendengaran.
Dimana setelah dilakukan intervensi selama 3 hari terjadi penurunan gejala
halusinasi pada Tn.R.
Implementasi untuk klien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran SP pada klien dengan halusinasi ada 4 yaitu SP 1: Mengontrol
halusinasi dengan menghardik dan dengan terapi Psikoreligius: Membaca Al
Fatihah, SP 2: Mengontrol halusinasi dengan cara minum obat, SP 3:
Mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap, SP 4: Mengontrol
halusinasi dengan kegiatan terjadwal. Hal ini yang menjadi fokus penelitian
adalah SP 1 yaitu Mengontrol halusinasi dengan menghardik dan dengan
terapi Psikoreligius: Membaca Al Fatihah. Waktu pemberian terapi
Psikoreligius: Membaca Al Fatihah dilakukan selama 3 hari yang terdiri dari
4 tahap; tahap persiapan, tahap orientasi, tahap kerja, dan tahap terminasi
dilakukan selama 3 hari dimulai dari tanggal 11 April 2022. Untuk diagnosa
Isolasi Sosial implementasi yang dilakukan yaitu mengidentifikasi penyebab
isos, tanda dan gejala dan menjelaskan keuntungan dan kerugian memiliki
teman, melatih cara berkenalan 2-3 orang saat melakukan kegiatan harian,
melatih cara berkenalan 4-5 orang saat melakukan kegiatan harian, melatih
cara berkenalan >5 orang saat melakukan kegiatan harian. Untuk diagnosa
Defisit Perawatan Diri implementasi yang dilakukan adalah latih cara
menjaga kebersihan diri: mandi dan ganti pakaian, sikat gigi, cuci rambut,
potong kuku. Latih cara berdandan setelah kebersihan kebersihan diri : sisiran
dan cukuran. Latih cara makan dan minum yang baik dan latih BAB dan
BAK yang baik.

B. Pengkajian

Ruang Rawat: Wisma Cendrawasih Tanggal masuk: 30 Maret 2022

65
I. Identitas Klien
Inisia : Tn.R
Umur : 31 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
No. Rekam Medis : 04.31.01
Tanggal Pengkajian : 11 April 2022
Alamat : Pessel
Informasi : Pasien, status pasien, keluarga pasien dan perawat

Alasan Masuk
Pasien masuk IGD pada tanggal 30 Maret 2022 pukul 10.00 wib, diantar
oleh keluarga untuk ke-3 kalinya dengan keluhan gelisah, emosi labil, klien
sering bicara sendiri, bicara ngaur, suka tertawa sendiri, menangis tanpa
sebab, mendengar suara-suara yang sering mengejek nya dan sering curiga
akan dijahati oleh orang lain. Pada saat dirumah, klien teratur minum obat
sebelum obat yang dari RSJ habis, namun pada saat setelah obat habis dan
pasien diajak untuk konsul lagi ke RS, pasien menolak dan selalu memiliki
halasan untuk menghindar. Lalu klien dibawa lagi ke RSJ untuk ke-3
kalinya dengan keluhan yang sama.

II. Faktor Predisposisi


a. Gangguan jiwa di masa lalu
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 11 April 2022 klien
mengatakan pernah dirawat sebelumnya. Klien mengalami penyakit
gangguan jiwa dari tahun 2021. Klien sebelumnya sudah 2 kali di rawat di
RSJ. Prof. H.B. Sa’anin padang pada tgl 05 Februari 2021. Pada awal
klien mengalami gangguan jiwa, klien mendengar suara-suara yang
mengejeknya dan menyuruhnya untuk melukai orang lain, bahkan klien
suka marah-marah, merusak alat rumah, membakar didalam rumah,
perilaku kacau, bernyanyi, berbicara kacau dan suka tertawa sendiri, klien

66
terakhir dirawat pada tanggal 20 Agustus 2021 untuk ke 2 kalinya dengan
keluhan gelisah, sering jalan keluar rumah, curiga sama orang lain kalau
klien akan disakiti, marah-marah tanpa sebab, emosi labil, merusak alat-
alat rumah tangga, mendengar suara-suara, yang mengejeknya, berbicara
ngaur dan tertawa sendiri.
b. Pengobatan sebelumnya
Keluarga pasien mengatakan pada tahun 2021 klien menjalani pengobatan
ke puskesmas Kambang tetapi tidak ada perubahan sehingga harus di
bawa ke RSJ Prof HB Saanin Padang. Pada saat dirumah, klien teratur
minum obat sebelum obat yang dari RSJ habis, namun pada saat setelah
obat habis dan pasien diajak untuk konsul lagi ke RS, pasien menolak dan
selalu memiliki halasan untuk menghindar. Pada saat klien sudah
diperbolehkan pulang dari RSJ, klien putus obat dan menghindar untuk
berobat kembali.
c. Trauma
1) Aniaya Fisik
Pasien mengatakan pernah menjadi korban dan pelaku perilaku
kekerasan atau penganiayaan fisik kepada lingkungan sekitar dengan
alasan yang tidak jelas.
2) Aniaya Seksual
Pasien mengatakan dirinya tidak pernah menjadi korban, pelaku
ataupun saksi penganiayaan seksual.
3) Penolakan
Pasien mengatakan pernah mengalami penolakan oleh keluarganya
dan pasien juga mengalami penolakan dilingkungan masyarakat
karena pernah dirawat di RSJ.

4) Kekerasan Dalam Keluarga


Pasien mengatakan pernah memukul tetangganya karena ia curiga
mereka akan membunuh keluarganya.

67
5) Tindakan Kriminal
Pasien mengatakan tidak pernah memakai narkoba dan sejenisnya.
Pasien mengatakan ia tidak pernah menjadi saksi tindakan criminal
dan tidak pernah mencuri, ataupun menggunakan benda tajam
lainnya.
Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
d. Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa
Keluaraga mengatakan tidak ada anggota keluarga klien yang mengalami
gangguan jiwa seperti klien.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
e. Pengalaman Masa Lalu Yang Tidak Menyenangkan
Klien mengatakan waktu sekolah tidak naik kelas dan sempat dimarahi
oleh orang tuanya, dan pada saat itu klien kecewa karena orang tuanya
tidak sayang dan tidak memberi dukungan untuk klien.
Masalah Keperawatan : Gangguan Proses Keluarga

III. Pemeriksaan Fisik


a. Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88 x/i
Pernafasan : 20 x/i
Suhu : 36,5ºC
b. Ukuran
Tinggi Badan : 172 cm
Berat Badan : 50 kg
c. Keluhan Fisik
Klien mengatakan saat ini tidak ada keluhan fisik yang dirasakan.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
IV. Psikososial
Skema 3.1

68
Keterangan:
: Laki-laki : Meninggal
: Perempuan : Serumah
: Klien

Klien anak ke 2 dari 3 bersaudara, 1 orang kakak perempuan, 1 orang


adik perempuan, orang tua perempuan klien sudah meninggal. Klien
tinggal bersama dengan kakak perempuan dan adik perempuan. Klien
mengatakan tidak ada masalah komunikasi dalam keluarga. Komunikasi
dalam keluarga klien adalah komunikasi dua arah, dan yang mengambil
keputusan dalam keluarga adalah kakak perempuan, klien mengatakan
dirumah menggunakan pola asuh orang tua yang demokrasi karena klien
bebas menentukan keinginannya.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah

V. Konsep Diri
a. Gambaran Diri
Klien mengatakan tidak ada yang kurang pada dirinya karena Allah
sudah menciptakan umatnya yang sempurna. Pasien mengatakan
menyukai semua bagian tubuhnya.
b. Identitas Diri
Klien seorang laki-laki yang berumur 31 tahun, belum menikah, dan
pendidikan terakhir SMK. Beragama islam, klien mengatakan bahwa
merasa puas menjadi seorang laki-laki.
69
c. Peran Diri
Pasien berperan sebagai adek, kakak dan anak yang belum mampu
membahagiakan keluarga khususnya orang tuanya.
d. Ideal Diri
Pasien berharap bisa cepat keluar dari RSJ serta dapat kembali
berjumpa dengan keluarganya. Pasien juga berharap agar masyarakat
menerima klien dengan baik dan segera mendapatkan pekerjaan.
e. Harga Diri
Klien mengatakan dirinya tidak berguna karena klien tidak memiliki
pekerjaan yang tetap. Klien juga mengatakan bahwa dirinya tidak
berharga karena tidak ada membuat orang tua, kakak dan adiknya
bangga. Kemudian dilingkungan sekitar rumahnya klien juga tidak ada
berguna karena klien jarang diikutsertakan dalam kegiatan di
lingkungan masyarakat. Klien mangatakan dalam masyarakat
pendapatnya kurang didengar, klien merasa tidak berarti di masyarakat.
Masalah Keperawatan : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri
Rendah

VI. Hubungan Sosial


a. Orang Terdekat
Orang terdekat klien adalah kakak perempuannya, kepada kakaknya
klien sering bercerita dan mengungkapkan semua yang dirasakannya.
Klien mengatakan lebih dekat sama kakaknya daripada adiknya. Pasien
mengatakan bahwa ia memiliki teman dekat selama di RSJ. Klien
mengatakan menyayangi keluarganya, dan teman-temannya.
b. Peran Serta Dalam Kegiatan Kelompok atau Masyarakat
Klien mengatakan jarang ikut serta dalam kegiatan masyarakat, seperti
gotong royong dan acara-acara lain yang diadakan dilingkungan
rumahnya. Semenjak klien sakit tidak ada kegiatan sosial dimasyarakat
dilakukan atau diikutinya. di lingkungan sekitar rumah klien tidak mau

70
berkomunikasi dengan teman atau masyarakat sekitarnya, suka
menyendiri, dan tidak mau bergabung dengan temannya
c. Hambatan Dalam Hubungan Dengan Orang Lain
Klien mengatakan orang-orang dilingkungannya tidak mau berteman
dengannya karena klien pernah dirawat di RSJ dan klien dijauhi oleh
orang-orang dilingkungannya. Klien suka menyendiri, dan klien
mengatakan malas berkumpul/ bergabung dengan temannya, dan Tn.A
mengatakan tidak semangat.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial

VII. Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan
Klien mengatakan beragama islam dan klien percaya dengan adanya
Tuhan dengan menjalankan ibadah shalat. Klien menggangap gangguan
jiwanya takdir dari Tuhan Yang Maha Esa.
b. Kegiatan Ibadah
Pasien mengetahui sholat lima waktu. Selama dirawat di RSJ. pasien
tampak jarang melakukan ibadah shalat. Dirumah klien ada shalat
meskipun ada sekali-sekali tidak melaksanakan ibadah shalat. Pasien
mengatakan jika ia tidak melaksanakan ibadah shalat maka ia akan
berdosa.
Masalah Keperawatan :Tidak Ada Masalah

VIII. Status Mental


a. Penampilan
Pasien mengatakan malas sisir rambut, pasien juga mengatakan tidak
menggosok gigi, dan pasien mengatakan mandi kadang pakai sabun
kadang tidak. Pasien berpenampilan kurang rapi. Pasien tampak
memakai pakaian yang diganti setiap hari. Rambut pasien

71
berketombe, berantakan, berminyak dan badan klien agak berbau,
mulut berbau dan gigi klien kotor, serta saat makan tampak
berserakan.
Masalah Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
b. Pembicaraan
Pasien berbicara dengan jelas. Pasien menjawab pertanyaan yang
diberikan, dan terkadang pasien bicara ngaur. Pasien sering berpindah
ke topik lain yang tidak ada hubungannya dengan pertanyaan yang
diberikan perawat. Pasien cepat merasa bosan ketika berbicara dengan
perawat.
Masalah Keperawatan : Hambatan Komunikasi Verbal
c. Aktivitas Motorik
Pasien mengatakan menutup telinga jika sumber suara halusinasinya
datang, pasien tidak tenang saat bicara, pasien gelisah dan suka pergi-
pergi, atau mondar-mandir.
Masalah Keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran
d. Alam Perasaan
Pasien mengatakan ia bosan karena sudah lama tinggal di RS. Jiwa.
Pasien merasa sedih karena belum bisa pulang, klien lebih banyak
diam, ekspresi wajah datar dan sering menangis
Masalah Keperawatan : Ansietas

e. Afek
Klien tampak datar, klien tampak sering menyendiri, tampak sedih,
bicara hanya seperlunya saja dan merasa bahwa dirinya tidak berguna.
Masalah Keperawatan : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri
Rendah
f. Interaksi Selama Wawancara

72
Saat dilakuakan wawancara klien tidak kooperatif. Pada saat interaksi
klien selalu mempertahankan pendapatnya. Pada saat ditanya klien
mudah tersinggung dan marah jika ditanya-tanya.
Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
g. Persepsi
Klien mengatakan mendengar suara-suara yang membisikan di kedua
telinganya yaitu “ayo hadapi saya, saya akan membunuh
keluargamu”. Suara-suara itu sering muncul pada saat sepi dan tengah
malam disaat orang tertidur lelap dan suasana sunyi sebanyak 2- 3 kali
dalam waktu 10 menit, suara itu muncul juga pada maghrib sebanyak
1 kali. Respon klien menutup telinga dan menangis sambil marah-
marah, pasien tampak berjalan mondar-mandir. Perasaan klien takut
dengan suara itu. Klien tampak berbicara sendiri dengan mulut komat-
kamit, dan terkadang klien tanpak berbicara sendiri dengan nada suara
yang pelan sekali saat ditanya namun pasien menyangkal.
Masalah Keperawatan :Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Pendengaran
h. Proses Pikir
Pada saat interaksi dengan perawat, pembicaraan klien meloncat dari
satu topik ke topik lainnya, masih ada hubungan yang tidak logis dan
tidak sampai pada tujuan atau disebut juga dengan flight of ideas.
Masalah Keperawatan : Gangguan Proses Pikir
i. Isi Pikir
Klien meyakini dirinya, dia mampu untuk sembuh agar bisa mencari
kerja dan membantu keluarganya dirumah
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
j. Tingkat Kesadaran
Pada saat dilakukan wawancara kepada pasien, pasien tampak sadar
dan mengerti dengan pertannyaan yang diajukan perawat. Pasien
mengetahui identitas dirinya seperti siapa dirinya dan usianya. Saat
ditanya tentang waktu, pasien sedikit lupa mengenai tanggal saat ini.

73
Pasien mengatakan ia tahu bahwa ia sedang berada di RSJ. Prof. H.B.
Sa’anin Padang sebagai pasien dan bagaimana dirinya bisa dirawat di
rumah sakit.
Masalah Keperawatan :Tidak Ada Masalah
k. Memori
1) Gangguan daya ingat jangka panjang
Klien mampu mengingat kejadian jangka panjang dibuktikan pasien
dapat mengingat tahun berapa pertama kali masuk RSJ
2) Gangguan daya ingat jangka pendek
Klien mampu mengingat kejadian jangka pendek dibuktikan dengan
Pasien mampu mengingat terakhir kali dirawat di RSJ dan hari
rawatan selama di RSJ.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
l. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Konsentrasi pasien mudah dialihkan saat ada hal lain yang
mengganggu pasien seperti saat pasien sedang berbincang dengan
perawat, ada seorang pasien lain yang mengganggu pasien, saat itu
konsentrasi pasien langsung terfokus pada pasien lain tersebut dan
membuat pembicaraan sedikit terganggu. Pasien tidak mengalami
gangguan atau masalah dalam berhitung.
MasalahKeperawatan : Tidak Ada Masalah

m. Kemampuan Penilaian
Klien tidak ada mengalami gangguan dalam penilaian dibuktikan
dengan klien mengatakan terlebih dahulu mandi baru makan.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
n. Daya Tilik Diri
Pasien mengetahui alasan mengapa dirinya dibawa ke RSJ. Prof. H.B.
Sa’anin Padang, pasien mengatakan dirinya melempar alat-alat rumah
tangga, memukul tetangga, kemudian keluarga membawanya ke RSJ

74
Prof. H.B. Sa’anin Padang. Pasien tidak menyalahkan keluarganya
karena telah membawa dirinya ke RSJ.
Masalah Keperawatan :Tidak Ada Masalah

IX. Kebutuhan Persiapan Pulang


a. Makan
Pasien mengatakan makan 3x sehari yaitu pagi, siang dan malam. Pasien
memakan makanan yang disediakan oleh rumah sakit. Pasien mengatakan
bahwa dirinya menyukai makanan yang disediakan rumah sakit dan selalu
menghabiskannya. Pasien mampu mengambil makanan secara mandiri,
pasien mampu meletakan kembali peralatan makan ketempatnya dan
membersihkannya seperti mencuci gelas sehabis makan dengan arahan
perawat.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
b. Defekasi /Berkemih
Pasien BAK dan BAB secara mandiri dengan menggunakan toilet sebagai
tempat toileting. Pasien mampu membersihkan diri saat setelah
BAK/BAB. Saat keluar dari WC baju celana pasien tampak rapi dan tidak
basah.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
c. Mandi
Pasien sudah mandiri dalam hal kebersihan diri dimana pasien mandi 2
kali sehari. Pasien mengatakan ia menggosok gigi ketika dirinya mandi.
Pasien malas mencuci rambut. Kuku pasien tampak pendek dan bersih.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
d. Berpakaian
Pasien tampak kurang rapid an diarahkan dalam berpakaian, pasien jarang
berdandan dan menyisir rambut.
Masalah Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
e. Istirahat dan tidur

75
Pasien mengatakan ada tidur siang lebih kurang 1 jam dan tidur malam ± 8
jam. Saat sebelum tidur pasien tidak menggosok gigi namun pasien
mencuci tangan dan kaki sebelum tidur, pasien juga mengatakkan bahwa
ia sering lupa untuk berdoa sebelum tidur.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
f. Penggunaan Obat
Pasien tidak mengetahui obat yang dia minum. Pasien butuh pengawasan
dalam minum obat. Pasien minum obat sesuai dengan order dokter dengan
di awasi oleh perawat. Pasien tampak meminum obat secara teratur apabila
diarahkan oleh perawat.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
g. Pemeliharan Kesehatan
Pasien mengatakan jika diperbolehkan pulang pasien akan rajin kontrol ke
Pelayanan Kesehatan, pasien mengatakan akan meminum obat teratur jika
boleh pulang dan tidak akan putus obat lagi. Pasien tinggal bersama
keluarganya yang akan mengingatkan pasien untuk menjaga kesehatannya.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
h. Aktivitas didalam rumah
Pasien mengatakan saat dirumah pasien mampu merapikan kamar tidur,
melipat selimut, mencuci piring , dan mencuci pakaian. Selama dirawat di
RSJ pasien tampak mampu melakukan aktivitas yang biasa dilakukan
dirumah seperti merapikan tempat tidur, menyapu, dan mencuci piring
dibawah pengawasan perawat.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
i. Aktivitas Diluar rumah
Pasien mengatakan tidak ada melakukan aktivitas diluar rumah. Pasien
mengatakan tidak ada mengikuti kegiatan-kegiatan di sekitar rumahnya.
Masalah Keperawatan :Isolasi Sosial

X. Mekanisme Koping
a. Koping Adaptif

76
Klien dapat berkomunikasi dengan orang lain jika orang lain yang
memulai pembicaraan. Saat berkomunikasi klien tampak mudah
dialihkan namun jika sudah diarahkan klien dapat melanjutkannya.
Klien dapat diarahkan untuk mengontrol halusinasinya. Selama di
RSJ Klien mengikuti kegiatan seperti senam, penyuluhan dan
TAK.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
b. Mekanisme Maladaptif
Klien jarang berkomunikasi dengan teman atau masyarakat di sekitar
lingkungannya, jika keinginan klien tidak terwujud maka klien langsung
marah dan sering duduk menyendiri.
Masalah Keperawatan :Ketidakefektifan Koping Individual

XI. Masalah Psikososial dan Lingkungan


a. Masalah dengan dukungan kelompok
Pasien mengatakan tidak begitu dekat dengan dengan teman-temannya
yang di rawat di RSJ. Saat dirawat pasien lebih banyak duduk sendirian di
luar. Sebelum dirawat pasien merasa tidak dihargai oleh teman sebayanya
dan jarang bergaul dengan orang lain
b. Masalah berhubungan dengan lingkungan
Pasien mengatakan kalau ia lebih banyak dirumah dan jarang bergaul
dengan masyarakat sekitar.

c. Masalah dengan pendidikan


Pendidikan pasien sampai SMK. Pasien tidak ada merasa terganggu
dengan pendidikannya saat ini
d. Masalah dalam pekerjaan
Pasien tidak bekerja, pasien kadang membantu kakaknya berjualan kue di
rumah
e. Masalah dengan perumahan

77
Pasien tinggal bersama keluarganya di rumah milik orang tuanya.
f. Masalah Ekonomi
Pasien berasal dari golongan ekonomi rendah. Kebutuhan sehari-hari
dipenuhi oleh kakaknya.
g. Masalah dengan pelayanan kesehatan
Pasien mengatakan saat sakit ia dibawa oleh keluarga ke puskesmas
ataupun ke Rumah Sakit terdekat.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah

XII. Pengetahuan
Pasien mengatakan ia mengetahui mengapa dibawa ke RSJ, pasien juga
tahu apa yang menyebabkan dia sakit. Pasien mengetahui bahwa dirinya
dibawa ke RSJ karena mendengar suara-suara, marah-marah sendiri dan
sering tertawa sendiri. Pasien mengatakan minum obat secara teratur ketika
dirumah tetapi jika obat habis, pasien mengatakan malas untuk berobat
kembali.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah

XIII. Aspek Medis


Diagnosa Medis : Skizofrenia paranoid
Terapi Medis : Risperidon 2x3 mg, Lorazepam 1x2 mg

C. Analisa Data

Tabel 3.1
NO DATA MASALAH
1 Ds : Gangguan Sensori Persepsi:
- Klien mengatakan Halusinasi Pendengaran
mendengar suara-suara yang
membisikan di kedua
telinganya

78
- Klien mengatakan isi suara
itu yaitu “ayo hadapi saya,
saya akan membunuh
keluargamu”,
- Klien mengatakan suara-
suara itu muncul pada saat
sepi dan tengah malam disaat
orang tertidur lelap dan
terkadang saat maghrib
sebanyak 2-3 kali sekitar 10
menit
- Klien mengatakan suara-
suara yang sering
membuatnya ketakutan dan
menangis
Do :
- Klien tampak bicara sendiri
dan terkadang mulut klien
komat kamit
- Klien tampak menangis dan
tiba-tiba marah-marah
- Klien bicara sendiri dengan
nada suara yang pelan sekali
saat ditanya pasien
menyangkal.
- Klien tampak menempelkan
tangan ditelinga saat suara
itu muncul
2 Ds : Isolasi sosial
- Pasien mengatakan tidak ada
melakukan aktivitas diluar
rumah.
- Pasien mengatakan tidak
mau berkomunikasi dengan
teman atau masyarakat
sekitarnya. suka menyendiri,
dan tidak mau bergabung
dengan temannya
- Pasien mengatakan tidak ada
mengikuti kegiatan sosial di
lingkungan masyarakat.
Do :
- Klien tampak sering
termenung
- Klien tampak banyak duduk
sendirian
79
- Klien tampak suka
menyendiri
- Klien tampak tidak mau
bergabung dengan temannya.
- Klien tampak murung dan
menunduk saat menceritakan
3 Ds : Harga diri rendah
- Klien mangatakan dalam
masyarakat pendapatnya kurang
didengar
- Klien merasa tidak berarti di
masyarakat.
- Klien mengatakan dirinya tidak
berguna karena klien tidak
memiliki pekerjaan yang tetap.
- Klien mengatakan bahwa
dirinya tidak berharga karena
tidak membuat orang tua dan
keluarganya bangga
- Klien mengatakan dilingkungan
sekitar rumahnya klien juga
tidak ada berguna karena klien
jarang diikutsertakan dalam
kegiatan di lingkungan
masyarakat.
- Klien mengatakan pernah
menjadi korban dan korban
perilaku kekerasan

Do:
- Klien tampak sedih
- Klien tampak kecewa
- Kontak mata kurang dan Afek
datar
4 Ds : Defisit perawatan diri
- Klien mengatakan malas
sisir rambut
- Klien mengatakan tidak
menggosok gigi
- Klien mengatakan mandi
kadang pakai sabun kadang
tidak

Do :
- Klien tampak kurang rapi
- Rambut klien tampak
80
berketombe dan badan
berbau
- Klien makan berserakan
- Mulut berbau dan gigi klien
tampak kotor.
5 Ds : Resiko perilaku kekerasan
- Klien mengatakan pernah
memukul tetangga karena
mereka akan membunuh
keluarganya
- Klien mengatakan sulit
untuk mengontrol emosinya
Do :
- Klien tampak mondar-
mandir, mata merah,
pandangan tajam dan mudah
marah atau labil
- Klien tampak tidak tenang
saat bicara.
- Klien mudah tersinggung
jika ditanya
6 Ds : Gangguan proses pikir
- Klien mengatakan tidak
dapat mengingat semua
kejadian dimasa lalu

Do :
- Pada saat interaksi dengan
perawat pembicaraan klien
meloncat dari satu topik ke
topik yang lain
7 Ds : Hambatan komunikasi verbal
- Pasien sering berpindah ke
topik lain yang tidak ada
hubungannya dengan
pertanyaan yang diberikan
perawat.
- Pasien mengatakan cepat
merasa bosan ketika
berbicara dengan perawat.
Do :
- Pasien menjawab pertanyaan
yang diberikan namun pasien
berbicara ngaur
- Pasien tidak bisa
mempertahankan kontak
81
mata
8 Ds : Ketidakefektifan Koping
- Klien mengatakan jarang Individual
berkomunikasi dengan teman
atau masyarakat di sekitar
lingkungannya
- Keluarga klien mengatakan
jika keinginan klien tidak
terwujud maka klien
langsung marah
Do :
- Klien tampak sering duduk
sambil bicara sendiri
- Klien tidak mau menatap
mata perawat
9 Ds : Gangguan Proses Keluarga
- Klien mengatakan pernah
dimarahi oleh orang tuanya
karena tidak naik kelas
Do :
- Klien tampak kecewa
dengan orang tuanya
- Klien tampak sedih
10 DS : Ansietas
- Klien mengatakan bosan
karena sudah lama tinggal di
RSJ
- Klien mengatakan sedih
karena belum bisa pulang

DO :
- Klien tampak sering
menangis
- Klien tampak diam
- Klien tampak cemas dan
sedih

D. Daftar Masalah

1. Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran


2. Isolasi sosial

82
3. Harga diri rendah
4. Defisit perawatan diri
5. Resiko Perilaku kekerasan
6. Gangguan proses pikir
7. Hambatan komunikasi verbal
8. Ketidakefektifan koping individual
9. Gangguan Proses Keluarga
10. Ansietas

D. Pohon Masalah

Skema 3.2

Resiko Perilaku Kekerasan

Gangguan Sensori
Persepsi : Halusinasi
Penglihatan

Defisit
Hambatan Komunikasi Isolasi Sosial Gangguan Perawatan
Verbal Proses Pikir
Diri

Harga Diri Rendah

Ketidakefektifan koping individual Ansietas

Gangguan Proses Keluarga

E. Diagnosa Keperawatan

Tabel 3.2
No Diagnosa Hari/tanggal TTD Hari/tanggal TTD

83
Keperawatan muncul teratasi

1. Gangguan Selasa, 11 April Gafitri Diani Selasa, 18 April Gafitri Diani


Sensori Persepsi: 2022 2022
Halusinasi
Pendengaran

2. Isolasi Sosial Selasa, 11 April Gafitri Diani Selasa, 18 April Gafitri Diani
2022 2022

3. Defisit Perawatan Selasa, 11 April Gafitri Diani Selasa, 18 April Gafitri Diani
Diri 2022 2022

4 Resiko Perilaku Selasa, 11 April Gafitri Diani Selasa, 18 April Gafitri Diani
Kekerasan 2022 2022

5 Harga Diri Selasa, 11 April Gafitri Diani Selasa, 18 April Gafitri Diani
Rendah 2022 2022

84
F. Intervensi

Rencana Tindakan Keperawatan Pada Tn.R Dengan Halusinasi Pendengaran


di RSJ Prof. H.B. Sa’anin Padang
Tabel 3.3
Diagnosa
No Keperawat Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
an
Untuk Pesien
1 Gangguan Pasien Mampu : Setelah 1x pertemuan SP 1 Pasien Halusinasi 1. dengan
Persepsi 1) Pasien pasien mampu: 1. mengidentifikasi halusinasi memberikan
Sensori: mengenal 1) Dapat menyebutkan a) mengidentifikasi pemahaman
Halusinasi halusinasi jenis, isi, waktu, halusinasi tentang
pendengara yang frekuensi, situasi b) mengidentitfikasi halusinasi
n dialaminya pencetus dan frekuensi waktu mampu
(jenis, isi, perasaan saat terjadinya memahami:
waktu, halusinasi c) mengidentifikasi a) masalah yang
frekuensi, 2) Mampu perasaan saat terjadinya dialami
situasi menyebutkan halusinasi b) kapan masalah
pencetus manfaat dari d) mengdentifikasi respon timbul,menghind
dan program saat terjadi halusinasi ari waktu dan
perasaan pengobatan yang 2. jelaskan cara mengontrol situasi saa
saat dilakukan halusiansi dengan cara masala h timbul
halusinasi hardik, obat, bercakap, dan c) pentingnya
dan mampu melakukan kegiatan masalah
menjelaskan 3. mengajarkan cara halusinasi untuk
dan mengontrol halusinasi diatasi karena
memperaga dengan cara menghardik perasaan tidak
85
kan cara a) jelaskan cara nyaman saat
mengontrol menghardik + terapi munculnya
halusinasi) psikoreligius: membaca halusinasi
Al Fatihah menimbulkan
2) Pasien b) peragakan cara perilaku
mengikut menghardik + terapi maladaptive
i psikoreligius: membaca
program Al Fatihah
pengobat c) minta pasien untuk
an secara mengulangi kembali
optimal 4. menganjurkan pasien untuk
memasukkan dalam jadwal
kegiatan sehari – hari dan
berikan pujian
1. Pasien dapat Setelah 1 x dilakukan SP 2 Pasien Halusinasi 1. penggunaan obat
mengontrol pertemuan diharapkan 1. evaluasi kegiatan merupakan bagian
halusinasiny pasien mampu: menghardi. Beri pujian penting dalam
a dengan 1) Menyebutkan 2. menjelaskan cara mengndalikan gejala
cara minum kegiatan yang mengontrol halusinasi halusiansi dengan
obat sudah dilakukan dengan cara teratur minum mengetahui manfaat
2) Mampu obat dan akibat tidak
menjelaskan dan a) jelaskan pentingnya minum obat akan
memperagakan cara minum obat menimbulkan
mengontrol b) jelaskan akibat bila motivasi klien untuk
halusinasi tidak minum obat patuh minum obat
c) jelaskan akibat putus
minum obat
d) jelaskan cara

86
menapatkan obat /
berobat
e) jelaskan cara
menggunakan obat
dengan 6 benar
f) latih klien minum obat
secara teratur
3. memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian untuk
latihan menghardik dan
minum obat
1) Pasien Setelah 1 x dilakukan SP 3 Halusinasi 1. Menilai kemampuan
dapat pertemuan diharapkan 1) Mengevaluasi jadwal perkembangan pasien
mengontr pasien mampu: kegiatan pasien cara 2. Dengan bercakap-cakap
ol minum obat yang benar mengalihkan fokus dan
halusinas 1) Menyebutkan dan cara mengontrol perhatian dan
inya kegiatan yang halusinasi dengan menghindarkan saat
dengan sudah dilakukan menghardik pasien merasakan
cara 2) Mampu 2) Melatih cara mengontrol sensasi palsu
bercakap memperagakan halusinasi dengan 3. Memungkinkan pasien
-cakap cara bercakap- bercakap-cakap dengan melakukan kegiatan
cakap dengan orang lain dengan teratur
orang lain 3) Mengajurkan pasien
memasukan mengontrol
halusinasi dengan cara
bercakap-cakap dengan
orang lain kedalam jadwal
kegiatan harian dan berikan

87
pujian
1) Pasien Setelah 1 x dilakukan SP 4 Pasien Halusinasi 1. Menilai kemampuan
dapat pertemuan diharapkan 1) Mengevaluasi jadwal perkembangan
mengontr pasien mampu: kegiatan pasien yang telah pasien
ol 1) Menyebutkan lalu cara minum obat yang 2. Dengan aktivitas
halusinas kegiatan yang benar, cara mengontrol terjadwal memberi
inya sudah dilakukan halusinasi dengan kesibukan yang
dengan 2) Membuat menghardik, bercakap- menyita waktu dan
cara jadwal kegiatan cakap perhatian
aktivitas sehari-hari dan 2) Melatih pasien menghindarkan
terjadwal mampu mengendalikan pasien merasakan
memperagakan halusinasinya dengan sensasi palsu
melakukan aktivitas yang 3. Memberikan
terjadwal (Kegiatan yang pemahaman tentang
biasa dilakukan dirumah) pencegahan
3) Jelaskan pentingnya munculnya
aktivitas halusinasi dengan
4) Diskusikan aktivitas yang aktivitas positif yang
biasa dilakukan pasien bermanfaat yang bisa
5) Latih pasien melakukan dilakukan
aktifitas 4. Dengan memantau
6) Susun jadwal aktivitas pelaksanaan jadwal
sehari-hari memastikan
7) Pantau pelaksanaan intervinsi yang
kegiatan diberikan, dilakukan
8) Mengajurkan pasien oleh pasien dan
memasukan aktivitas dengan penguatan
terjadwal kedalam jadwal positif mendorong

88
kegiatan harian dan berikan pengulangan prilaku
pujian yang diharapkan
Untuk
Keluarga
1) Keluarga Setelah interaksi 2-3x , SP 1 Keluarga
mampu keluarga mampu 1) Diskusikan masalah yang 1. Mengetahui masalah
membantu menjelaskan tentang dirasakan dalam merawat klien yang dihadapi keluarga
klien halusinasi dan cara 2) Jelaskan pengertian, tanda dalam merawat pasien
mengontrol merawat keluarga gejala, penyebab dan proses 2. Menambah pengetahuan
halusinasi dengan halusinasi terjadinya. keluarga
3) Jelaskan cara merawat klien
dengan halusinasi 3. Keluarga dapat merawat
4) Latih cara merawat halusinasi: pasien dengan
hardik halusianasi
4. Keluarga mengetahui
5) Anjurkan membantu klien cara menghardik yang
sesuai jadual dan memberi baik dan benar
pujian. 5. Keluarga dapat
memotivasi klien untuk
cepat sembuh
1) Keluarga Setelah interaksi SP 2 Keluarga
mampu keluarga mampu 1) Evaluasi kegiatan keluarga 1. Mengetahui pemahaman
memperagak merawat klien dalam merawat atau melatih keluarga dalam merawat
an cara halusinasi klien menghardik, beri pujian dan melatih klien
merawat 2) Jelaskan 6 benar cara menghardik
klien dengan memberikan obat 2. Menambah pengetahuan
halusinasi 3) Latih cara memberikan atau keluarga
membimbing minum obat 3. Keluarga mengetahui
89
4) Anjurkan membantu klien cara memberikan obat
sesuai jadual dan memberi 4. Keluarga dapat
pujian memotivasi klien untuk
cepat sembuh
1) Keluarga Setelah interaksi SP 3 Keluarga
mampu keluarga mampu 1) Evaluasi kegiatan keluarga 1. Mengetahui pemahaman
memperagak merawat klien dalam merawat atau melatih keluarga dalam merawat
an cara halusinasi klien menghardik dan dan melatih klien
merawat memberikan obat, beri pujian menghardik dan
klien dengan memberikan obat
halusinasi 2) Jelaskan cara bercakap-cakap 2. Menambah pengetahuan
dan melakukan kegiatan untuk keluarga
mengontrol halusinasi
3) Latih dan sediakan waktu 3. Keluarga mengetahui
bercakap-cakap dengan klien cara bercakap-cakap
terutama saat halusinasi yang benar dengan klien
4) Anjurkan membantu klien halusunasi
sesuai jadual dan memberi 4. Keluarga dapat
pujian memotivasi klien untuk
cepat sembuh
1) Keluarga Setelah interaksi SP 4 Keluarga
mampu keluarga mampu 1) Evaluasi kegiatan keluarga 1. Mengetahui pemahaman
membuat membuat aktifitas klien dalam merawat atau melatih keluarga dalam merawat
discharge dirumah dan follow up klien menghardik dan dan melatih klien
planning dan klien memberikan obat, dan menghardik,
follow up bercakap- cakap, beri pujian memberikan obat dan
klien pulang 2) Jelaskan Follow up ke RSJ/ bercakap-cakap
PKM, tanda kambuh, rujukan 2. Agar pengobatan tidak

90
3) Anjurkan membantu klien putus
sesuai jadual dan memberi 3. Keluarga dapat
pujian memotivasi klien untuk
cepat sembuh

(Keliat, 2014)

Diagnosa
No Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
Untuk Pesien
2 Isolasi Sosial Pasien mampu: Seteh 1x pertemuan SP 1 Pasien Isolasi Sosial 1. Hubungan saling
1) Membina pasien mampu: 1) Bina hubungan saling percaya merupakan
hubungan 1) Membina percaya landasan dasar
saling hubungan 2) Bantu pasien interaksi perawat
percaya saling percaya mengenal penyebab dengan pasien
2) Menyadari 2) Mengenal Isolasi Sosial dengan sehingga pasien
penyebab penyebab tindakan: terbuka dalam
Isolasi Isolasi Sosial, a) Menanyakan mengunggkapkan
Sosial keuntungan tentang pendapat masalahnya dan
3) Berinteraksi berhubungan pasien tentang menimbulkan sikap
dengan dengan orang kebisaan berinterksi menerima terhadap
orang lain lain dan dengan orang lain orang lain
kerugian tidak b) Siapa yang satu 2. Agar pasien dapat
berhubungan rumah dengan mengenal dan
dengan orang pasien mengungkapkan
91
lain c) Siapa yang dekat penyebab Isolasi
dengan pasien Sosial yang terjadi
d) Siapa yang tidak 3. Agar pasien
dekat dengan pasien mempunyai
dan apa sebabnya keinginan
e) Menanyakan apa berinteraksi dengan
yang menyebabkan orang lain
pasien tidak ingin 4. Agar pasien
berinteraksi dengan menyadari kerugian
orang lain. yang ditimbulkan
3) Bantu pasien akibat tidak
mengenal berinteraksi dengan
keuntungan dengan orang lain
orang lain dengan 5. Dengan belajar
cara mendiskusikan berkenalan
keuntungan bila menimbulkan
pasien memiliki motivasi pasien
banyak teman dan untuk berinteraksi
bergaul akrab dengan dengan orang lain
mereka 6. Memberikan rasa
4) Bantu pasien tanggung jawab
mengenal kerugian pada pasien untuk
bila tidak melaksanakan
berhubungan dengan kegiatan yang
orang lain dengan teratur
tindakan:
a) Mendiskusikan
kerugian bila pasien

92
hanya mengurung
diri dan tidak
bergaul dengan
orang lain.
b) Menjelaskan
pengaruh Isolasi
Sosial terhadap
kesehatan fisik
pasien
5) Latih dan ajarkan
pasien berkenalan
dengan cara:
a) Jelaskan kepada
pasien cara
berinteraksi dengan
orang lain
b) Beri contoh cara
berinteraksi dengan
orang lain
i. Sebutkan nama
kita dan nama
panggilan, asal
dan hobbi
ii. Menanyakan
nama orang
yang akan diajak
iii. Berkenalan,
nama panggilan,

93
asal dan
hobbinya
6) Menganjurkan
memasukan dalam
jadwal kegiatan harian
dan berikan pujian
Seteh 1x pertemuan SP 2 Pasien Isolasi Sosial 1. Menilai kemajuan
pasien mampu : 1) Mengevaluasi jadwal perkembangan
1) Mampu kegiatan harian cara pasien
menyebutkan berkenalan dengan 2. Memberikan
kegiatan yang orang yang pertama kesempatan dan
sudah 2) Mengajarkan cara motivasi pasien
dilakukan berinteraksi secara untuk mau
2) Berinteraksi bertahap: Berkenalan melakukan interaksi
dengan orang dengan orang secara bertahap
lain secara pertama yaitu 3. Memberikan suatu
bertahap perawat tanggung jawab
3) Menganjurkan kepada pasien untuk
memasukan dalam melaksanakan
jadwal kegiatan kegiatan yang
harian dan berikan teratur
pujian
Seteh 1x pertemuan SP 3 Pasien Isolasi Sosial 1. Sebagai dasar bagi
pasien mampu: 1) Mengevaluasi jadwal perawat untuk
1) Mampu kegiatan cara menilai
menyebutkan berkenalan dengan perkembangan
kegiatan yang orang yang pertama pasien dalam
sudah dan bekenalan mengenal cara

94
dilakukan dengan orang yang berinteraksi
2) Mampu ke dua 2. Memberikan
berinteraksi 2) Mengajarkan cara motivasi pasien
dengan orang berinteraksi secara untuk berinteraksi
lain secara bertahap: Berkenalan dan mendapatkan
bertahap: dengan 2 (dua) orang respon yang positif
Berkenalan atau lebih
dengan orang 3) Susun jadwal latihan 3. Memberikan
kedua yaitu berkenalan dengan motivasi dan rasa
pasien-pasien orang lain secara tanggung jawab
lain bertahap dalam kepada pasien untuk
jadwal kegiatan melaksanakan
harian kegiatan berkenalan
dengan teratur
Seteh 1x pertemuan SP 4 Pasien Isolasi 1. Sebagai dasar bagi
pasien mampu: 1) Mengevaluasi jadwal perawat untuk
1) Mampu kegiatan harian cara menilai
menyebutkan berkenalan dengan perkembangan
kegiatan yang orang yang pertama pasien dalam
sudah dan bekenalan mengenal cara
dilakukan dengan orang yang berinteraksi
2) Mampu ke dua dan ke tiga 2. Memberikan
berinteraksi 2) Mengajarkan cara motivasi pasien
dengan orang berinteraksi secara untuk berinteraksi
lain secara bertahap: Melatih dan mendapatkan
bertahap: Latih cara bicara sosial respon yang positif
cara bicara 3) Susun jadwal latihan 3. Memberikan
sosial berkenalan dengan motivasi dan rasa

95
orang lain secara tanggung jawab
bertahap dalam kepada pasien untuk
jadwal kegiatan melaksanakan
harian kegiatan berkenalan
dengan teratur
Untuk Keluarga
1) Keluarga Setelah interaksi 2- SP 1 Keluarga
mampu 3x , keluarga mampu 1) Diskusikan masalah yang 1. Mengetahui masalah
merawat klien menjelaskan tentang dirasakan dalam merawat yang dihadapi keluarga
dengan isolasi penyebab,keuntungan klien dalam merawat pasien
social dan kerugian 2) Jelaskan pengertian, 2. Menambah pengetahuan
berkenalan dan cara tanda gejala, penyebab keluarga
merawat dan proses terjadinya 3. Keluarga dapat merawat
isolasi sosial. pasien dengan isolasi
3) Jelaskan cara merawat sosial
pasien dengan isolasi 4. Keluarga mengetahui
sosial cara berkenalan dan
4) Latih dua cara merawat berbicara saat
berkenalan, berbicara melakukan kegiatan
saat melakukan kegiatan 5. Keluarga dapat
harian memotivasi klien untuk
5) Anjurkan membantu cepat sembuh
klien sesuai jadual dan
memberikan pujian
1) Keluarga Setelah interaksi SP 2 Keluarga
mampu keluarga mampu 1) Evaluasi kegiatan 1. Mengetahui
memperagakan merawat klien isolasi keluarga dalam merawat pemahaman keluarga
cara merawat sosial atau melatih klien dalam merawat dan
96
klien dengan berkenalan dan berbicara melatih klien
isolasi sosial saat melakukan kegiatan berinteraksi
harian, beri pujian 2. Menambah pengetahuan
2) Jelaskan kegiatan rumah keluarga
tangga yang dapat 3. Keluarga mengetahui
melibatkan klien cara memberikan
berbicara (makan, sholat, membimbing klien
bersama) di rumah 4. Keluarga dapat
3) Latih cara membimbing memotivasi klien untuk
klien berbicara dan cepat sembuh
memberi pujian
4) Anjurkan membantu
klien sesuai jadual
5. Keluarga Setelah interaksi SP 3 Keluarga 1. Mengetahui
mampu keluarga mampu 1) Evaluasi kegiatan pemahaman
memperagakan merawat klien isolasi keluarga dalam merawat keluarga dalam
cara merawat sosial atau melatih klien merawat dan
klien dengan berkenalan dan berbicara melatih klien
isolasi social saat melakukan kegiatan berinteraksi
harian, beri pujian 2. Menambah
2) Jelaskan cara melatih pengetahuan
klien melakukan keluarga
kegiatan sosial seperti 3. Keluarga
berbelanja, meminta mengetahui cara
sesuatu mengajak klien
3) Latih keluarga mengajak berbelanja
klien berbelanja 4. yang baik dn benar
4) Anjurkan membantu 5. Keluarga dapat

97
klien sesuai jadual memotivasi klien
untuk cepat sembuh
6. Keluarga Setelah interaksi SP 4 Keluarga 1. Mengetahui
mampu keluarga mampu 1) Evaluasi kegiatan pemahaman keluarga
membuat membuat aktifitas keluarga dalam merawat dalam merawat dan
discharge klien dirumah dan atau melatih klien melatih klien
planning dan follow up klien berkenalan dan berbicara berkenalan dan
follow up klien saat melakukan kegiatan berbicara saat
pulang harian/RT, berbelanja melakukan kegiatan
2) Jelaskan Follow up ke harian.
RSJ/ PKM, tanda 2. Agar pengobatan tidak
kambuh, rujukan putus
3) Anjurkan membantu 3. Keluarga dapat
klien sesuai jadual dan memotivasi klien untuk
memberi pujian cepat sembuh

(Keliat, 2014)

Diagnosa
No Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
Untuk Pasien
3 Defisit Pasien Mampu: Setelah 1x pertemuan Diskusikan tentang kebersihan 1. Dengan diskusi
Perawatan Diri 1) Pasien mampu pasien mampu: diri dengan cara: memberi kesadaran
(DPD) melakukan 1) Mampu 1. Jelaskan pentingnya bahwa dirinya
kebersihan diri menjelaskan kebersihan diri memiliki sesuatu
98
secara mandiri pentingnya 2. Cara menjaga kebersihan yang dapat
kebersihan diri dibanggakan
diri 3. Jelaskan cara dan alat 2. Agar pasien
2) Mampu kebersihan diri mengetahui cara
melakukan 4. Bantu pasien yang benar dalam
cara merawat mempraktekkan cara menjaga kebersihan
diri dengan menjaga kebersihan diri diri
kebersihan 5. Menganjurkan memasukan 3. Memberi motivasi
diri dalam jadwal kegiatan dan rasa tanggung
harian dan beri pujian jawab pada pasien
untuk melaksanakan
kegiatan dengan
teratur
1) Pasien mampu Setelah 1x pertemuan SP 2 Pasien DPD 1. Mengetahui atau
melakukan pasien mampu: 1. Mengevaluasi yaitu cara menilai sejauh mana
berhias atau 1. Mampu menjaga kebersihan diri kegiatan sudah
berdandan menjelaskan 2. Menjelaskan cara dilaksanakan
secra baik pentingnya berdandan dan berhias 2. Agar pasien
berdandan atau 3. Bantu pasien mengetahui cara
berhias mempraktekkan cara berdandan atau
2. Mampu berdandan atau berhias berhias dengan baik
melakukan cara dengan tindakan: 3. Pasien mengetahui
merawat diri a) Untuk pasien laki-laki cara berpakaian,
dengan berdandan latihan: menyisir rambut
atau berhias (1) Berpakaian dengan benar
(2) Menyisir rambut 4. Memberikan
(3) Bercukur motivasi dan rasa
b) Untuk pasien tanggung jawab

99
perempuan latihan: pada pasien untuk
melaksanakan
(1) Berpakaian kegiatan yang teratur
(2) Menyisir rambut
(3) Berhias
4. Menganjurkan
memasukan dalam
jadwal kegiatan harian
dan beri pujian.
1) Pasien mampu Setelah 1x pertemuan SP 3 Pasien DPD 1. Mengetahui atau
melakukan pasien mampu: 1. Evaluasi kegiatan yang lalu menilai sejauh mana
makan dan 1. Mampu cara menjaga kebersihan diri kegiatan sudah
minum dengan menjelaskan dan berdandan atau berhias dilaksanakan
baik pentingnya makan yang benar 2. Dengan penjelasan
dan minum yang 2. Jelaskan cara makan dan dapat meningkatkan
baik minum dengan baik pemahaman pasien
2. Mampu 3. Bantu pasien tentang cara makan
melakukan cara mempraktekkan cara makan dan minum yang
merawat diri yang baik dengan tindakan: baik
dengan makan dan a) Menjelaskan cara 3. Mampu
minum yang baik mempersiapkan makan mempraktekkan dan
dan minum menjadikan makan
b) Menjelaskan cara dan minum yang
makan dan minum baik sebagai
yang tertib kegiatan yang
c) Menjelaskan cara dilakukan dengan
merapikan peralatan teratur
makan dan minum 4. Dengan jadwal

100
setelah makan dan memberikan
minum motivasi dan rasa
d) Praktekkan makan dan tanggung jawab
minum sesuai dengan pada pasien untuk
tahapan makan dan melaksanakan
minum yang baik kegiatan dengan
4. Menganjurkan memasukan tertur
dalam jadwal kegiatan
harian dan beri pujian.
1. Pasien mampu Setelah 1x pertemuan SP 4 Pasien DPD 1. Mengetahui atau
melakukan pasien mampu: 1. Evaluasi kegiatan yang lalu menilai sejauh mana
defekasi atau 1. Mampu cara menjaga kebersihan diri kegiatan sudah
berkemih menjelaskan dan berdandan atau berhias dilaksanakan
secara mandiri pentingnya BAB yang benar dan makan dan 2. Dengan penjelasan
dan BAK secara minum yang baik dapat meningkatkan
mendiri 2. Jelaskan cara BAB dan BAK pemahaman pasien
2. Mampu secara mendiri tentang cara BAB
melakukan cara 3. Bantu pasien dan BAK secara
merawat diri mempraktekkan cara BAB mendiri
dengan BAB dan dan BAK secara mendiri 3. Mampu
BAK secara dengan tindakan: mempraktekkan dan
mendiri a) Menjelaskan tempat menjadikan BAB
BAB/BAK yang sesuai dan BAK secara
b) Menjelaskan cara mendiri sebagai
membersikan diri kegiatan yang
setelah BAB/BAK dilakukan dengan
c) Menjelaskan cara teratur
membersikan tempat 4. Dengan jadwal

101
BAB/BAK memberikan
4. Menganjurkan memasukan motivasi dan rasa
dalam jadwal kegiatan tanggung jawab
harian dan beri pujian. pada pasien untuk
melaksanakan
kegiatan denga tertur

Untuk Keluarga
Keluarga mampu: Setelah 1x pertemuan SP 1 Keluarga DPD 1. Dengan penyuluhan
1. Melakukan Keluarga mampu: 1. Mendiskusikan masalah dapat melibatkan
perawatan 1. Mengidentifikasi keluarga dalam merawat keluarga dalam
kepada pasien masalah dan pasien dirumah meningkatkan
dengan baik menjelaskan cara 2. menjelaskan tentang kemampuan keluarga
2. Membimbing merawat pasien pengertian, tanda gejala untuk merawat klien
pasien untuk kurang perawatan kurang perawatan diri, jenis sehingga
menjaga diri kurang perawatan diri yang meningkatkan
kebersihan diri 2. Mampu dialami klien serta proses perawatan diri klien.
mempraktekkan terjadinya 2. Memberi kesempatan
cara merawat 3. Menjelaskan cara-cara keluarga
pasien kurang merawat klien dengan kurang mengungkapkan
perawatan diri perawatn diri masalah keluarga
4. Melatih keluarga cara dalam merawat klien
merawat kebersihan diri dirumah
5. Menganjurkan membantu 3. Meningkatkan
pasien sesuai jadwal dan pengetahuan dan
berikan pujian kemampuan keluarga
untuk mengenal

102
masalah yang dialami
klien
4. Memberikan
pemahaman dan
meningkatkan
kemampuan cara-cara
merawat klien.
Setelah pertemuan SP 2 Keluarga DPD 1. Mengetahui
keluarga mampu: 1. Mengevaluasi kegiatan pemahaman keluarga
Mempraktekkan cara keluarga dalam merawat dan dalam merawat dan
merawat pasien melatih klien dalam melatih pasien dalam
kurang perawatan diri kebersihan diri kebersihan diri
2. Membimbing keluarga 2. Menambah
membantu klien berdandan pengetahuan keluarga
3. Menganjurkan membantu 3. Keluarga mengetahui
klien sesuai jadwal dan beri cara membantu klien
pujian berdandan
4. Keluarga dapat
memotivasi klien
untuk cepat sembuh

Setelah 1 x pertemuan SP 3 Keluarga DPD 1. Mengetahui


keluarga mampu: 1. Mengevaluasi kegiatan pemahaman keluarga
Mempraktekkan cara keluarga dalam merawat dan dalam merawat dan
merawat pasien melatih klien dalan dalan kebersihan diri
kurang perawatan diri kebersihan diri dan dan berdandan
berdandan 2. Keluarga mengetahui
103
2. Membimbing keluarga cara membantu klien
membantu klien makan dan makan dan minum
minum yang baik yang baik
Menganjurkan membantu pasien 3. Keluarga dapat
sesuai jadwal dan beri pujian memotivasi klien
untuk cepat sembuh
Setela pertemuan SP 4 Keluarga DPD 1. Mengetahui
keluarga mampu 1. Mengevaluasi kegiatan pemahaman keluarga
melaksanakan follow keluarga dalam merawat dan dalam merawat dalan
up pasien setelah melatih pasien dalan kebersihan diri,
pulang kebersihan diri, berdandan berdandan danmakan
danmakan dan minum yang dan minum yang baik
baik 2. Agar pengobatan
2. Membimbing keluarga tidak putus
merawat dan membantu 3. Keluarga dapat
pasien BAB/BAK yang baik memotivasi klien
3. Menjelaskan follow up ke untuk cepat sembuh
PKM, tanda kambuh, dan
rujukan
Menganjurkan membantu
pasien sesuai jadwal dan beri
pujian
(Keliat, 2014)

104
Diagnosa
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
No
Untuk Pasien
4 Resiko Prilaku Pasien Mampu: Setelah dilakukan SP 1 PasienPerilaku 1. Dapat diketahui
Kekerasan 1) Pasien dapat intervensi 1x Kekerasan tentang PK pasien, dan
mengontrol dan pertemuan, pasien 1) Identifikasi penyebab, membantu pasien
mengendalikan mampu mengontrol tanda dan gejala, PK dalam mengontrol PK
perilaku perilaku kekerasan yang dilakukan, akibat 2. Agar pasien
kekerasan dengan kriteria: PK. mengetahui jenis-jenis
dengan cara 1) Pasien mampu 2) Menjelaskan cara cara mengontrol PK
fisik (tarik nafas menyebutkan mengontrol PK : fisik, 3. Agar kegiatan lebih
dalam serta 2) penyebab obat, verbal dan terarah dan
pukul kasur dan perilaku spiritual terkontrolKegiatan
bantal) kekerasan, tanda 3) Bantu pasien pasien terkontrol
dan gejala, mempraktekkan cara 4. Agar pasien lebih
perilaku mengontrol PK dengan mudah dan paham
kekerasan yang latihan fisik : tarik nafas tentang cara
dilakukan dan dalam serta pukul kasur mengontrol PK
akibat perilaku dan bantal 5. Dengan peragaan
kekerasan 4) Anjurkan pasien langsung dan peragaan
3) mempraktekkan memasukkan dalam ulang memungkinkan
latihan cara fisik jadwal kegiatan harian cara mengontrol PK
(tarik nafas 5) Anjurkan pasien dengan latihan fisik

105
dalam serta memasukkan dalam dilakukan dengan
pukul kasur dan jadwal harian benar
bantal)

1) Pasien dapat Setelah 1x pertemuan SP 2 Pasien Perilaku 1. Penggunaan obat


mengontrol atau pasien mampu: Kekerasan merupakan bagian
mengendalikan 1) Evaluasi kegiatan pukul yang terpenting dalam
perilaku 1) Jenis, guna, bantal pasien secara pengendalian gejala
kekerasan dosis, frekuensi, teratur. Beri pujian PK dengan
dengan cara cara, kontinuitas mengetahui manfaat
minum obat minum obat itu 2) Menjelaskan cara dan akibat tidak
dengan baik sendiri mengontrol PK dengan minum obat akan
2) Pasien mampu cara teratur minum obat menumbuhkan
menggunakan a) Jelaskan pentingnya motivasi pasien untuk
obat sesuai minum obat patu
aturan b) Jelaskan akibat jika 2. Agar kegiatan pasien
obat tidak sesuai lebih terarah dan
dengan program terkontrol.
c) Jelaskan akibat bila 3. Agar kegiatan lebih
putus minum obat terarah dan terkontrol
d) Jelaskan cara
mendapatkan
obat/berobat
e) Jelaskan cara
menggunakan
f) Obat dengan prinsip
6 benar
g) Latih klien minum

106
obat secara teratur
3) Memasukan mengontrol
Halusinasi dengan cara
teratur minum obat
kedalam jadwal
kegiatan harian dan
berikan pujian

1) Pasien dapatSetelah 1x pertemuan SP 3 Pasien Perilaku 1. Kegiatan pasien


mengontrol atau pasien mampu: Kekerasan terkontrol
mengendalikan mengontrol PK dengan 1) Evaluasi kegiatan 2. Menolak dan meminta
PK dengan cara cara verbal (meminta, latihan fisik, obat dan serta mengungkapkan
verbal menolak, dan beri pujian perasaan dengan baik
(meminta, mengungkapkan 2) Melatih pasien cara dapat meminimalisir
menolak, dandengan baik) dengan mengontrol PK secara munculnya PK
mengungkapkan kriteria : verbal (meminta, 3. Agar pasien lebih
dengan baik) 1) Pasien tidak menolak, terarah dan terkontrol.
marah-marah mengungkapkan dengan
lagi jika baik)
permintaan 3) Anjurkan pasien
ditolak. memasukkan dalam
2) Pasien dapat kegiatan harian.
mengungkapkan
perasaan tanpa
emosi
1) Pasien dapat Setelah 1x pertemuan SP 4 Pasien Perilaku 1. Kegiatan pasien
mengontrol atau pasien mampu: Kekerasan terkontrol
mengendalikan mengontrol PK dengan 1) Evaluasi kegiatan 2. Dengan mendekatkan

107
PK dengan cara cara spiritual (shalat latihan fisik, obat, dan diri pada penciptanya
spiritual (shalat dan berdoa) menurut verbal pasien. Beri pasien lebih tenang
dan berdoa) keyakinan dengan pujian 3. Agar kegiatan pasien
menurut kriteria: 2) Melatih pasien cara lebih terarah dan
keyakinan 1) Efektifitas cara mengontrol PK dengaan terkontrol
yang dipakai dalam spiritual (2 kegiatan)
menyelesaikan 3) Anjurkan pasien
masalah memasukkan kedalam
2) Pasien terlihat lebih jadwal kegiatan harian
tenang
3) Pasien lebih
meningkatkan diri
pada penciptanya
Untuk Keluarga
1) Keluarga dapat Setelah dilakukan SP 1 Keluarga 1. Meningkatkan
memahami interkasi keluarga 1) Mendiskusikan peran serta
tentang PK dan mampu menjelaskan masalah yang keluarga dalam
cara merawat tentang PK dan cara dirasakan keluarga merawat keluarga
anggota merawat anggota dalam merawat dengan PK
keluarga denga keluarga dengan PK pasien PK 2. Agar keluarga
PK 2) Menjelaskan paham akan
pengertian PK, tanda pengertian, tanda
dan gejala PK, serta dan gejala, serta
proses terjadinya PK proses terjadinya
3) Menjelaskan cara PK
merawat pasien PK 3. Agar keluarga
4) Menjelaskan kepada mengetahui cara
keluarga 6 benar merawat pasien PK

108
cara memberikan 4. Agar pasien dapat
obat melatih pasien
5) Melatih keluarga dengan latihan
cara memberikan/ fisik.
membimbing pasien 5. Agar keluarga
minum obat paham cara
6) Menganjurkan merawat keluarga
keluarga membantu dengan PK
pasien ssesuai
memasukkan sesuai
jadwal dan
memberikan pujian
1) Keluarga mampu Setelah dilakukan SP 2 Keluarga 1. Kegiatan keluarga
menyebutkan interaksi keluarga 1) Mengevaluasi kegiatan membimbing
cara merawat mampu merawat secara keluarga dalam pasien terkontrol
anggota langsung anggota merawat/ melatih pasien 2. Agar keluarga
keluarga dengan keluarga dengan PK dengan fisik. mengetahui 6 benar
PK Memberikan pujian cara minum obat
2) Melatih satu cara 3. Meningkatkan
merawat PK dengan peran serta
melakukan kegiatan keluarga dalam
fisik : tarik nafas dalam merawat keluarga
dalam serta pukul kasur dengan PK
dan bantal 4. Agar keluarga
3) Anjurkan keluarga lebih paham dalam
membantu pasien merawat anggota
memasukkan sesuai keluarga dengan
jadwal. Beri pujian PK

109
1) Keluarga mampu Setelah dilakukan SP 3 Keluarga 1. Kegiatan keluarga
mengetahui cara interaksi keluarga 1) Mengevaluasi kelgiatan membimbing
mengontrol mampu merawat secara keluarga dalam pasien terkontrol
halusinasi langsung anggota merawat/ membimbing 2. .Agar keluarga
dengan cara keluarga dengan PK pasien dengan fisik, dan mengetahui
verbal obat. Beri pujian membimbing
2) Melatih keluarga cara pasien dengan cara
membimbing dengan bicara yang baik
bicara yang baik 3. Agar keluarga
3) Melatih keluarga cara mengetahui cara
membimbing dengan membimbing
cara spiritual pasien dengan
4) Anjurkan keluarga spiritual
membantu pasien 4. Agar kegiatan
memasukkan sesuai pasien lebih terarah
jadwal dan memberikan dan terkontrol
pujian
1) Keluarga Setelah dilakukan SP 4 Keluarga 1. Kegiatan keluarga
mengetahui interaksi keluarga 1) Mengevaluasi kegiatan membimbing
follow up pasien mengetahui follow up keluarga dalam pasien terkontrol
dengan PK pasien dan membantu merawat/ meatih pasien 2. Penyusunan
membuat jadwal klien dengan fisik, obat, kegiatan secar
dirumah bicara yang baik dan teratur dapat
kegiatan spiritual. Beri meminimalisir
pujian munculnya PK
2) Menjelaskan follow-up 3. Agar kegiatan
ke RS/ PKM, tanda pasien lebih terarah
kambuh, rujukan dan terkontrol

110
3) Anjurkan keluarga
membantu pasien sesuai
jadwal dan memberikan
pujian
(Keliat,2014)

No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Keperawat
an
Untuk Pasien
5 Harga Diri Pasien Mampu : Setelah 1x pertemuan SP I HDR : 1) Kemampuan dan
Rendah a. Mengidentifikasi pasien mampu: 1) Mengidentifikasi aspek positif
kemampuan dan 1) Mengidentifikasi kemampuan dan yang dimiliki
aspek positif yang kemampuan dan aspek positif yang pasien dapat
dimiliki aspek positif yang dimiliki pasien. dilatih dan
b. Menilai dimiliki. 2) Membantu pasien diharapkan dapat
kemampuan yang 2) Menilai menilai meningkatkan
masih dapat kemampuan yang kemampuan yang harga diri
digunakan. masih dapat dapat dilakukan pasien.
c. Memilih atau digunakan. saat ini 2) Menilai

111
menetapkan 3) Memilih/ 3) Membantu pesian kemampuan
kemampuan yang menetapkan memilih/menetapka yang masih bisa
akan dipilih. kemampuan yang n kemampuan yang digunakan dapat
d. Melatih akan dipilih. akan dilatih. membantu
kemampuan yang 4) Melatih 4) Melatih pasien
di pilih pasien . kemampuan yang di kemampuan yang meningkatkan
e. Melakukan pilih pasien. dipilih pasien. harga dirinya.
kegiatan yang 5) Melakukan 5) Memberikan pujian 3) Membantu
sudah di latih kegiatan yang terhadap pasiean dalam
sesuai dengan sudah di latih sesuai keberhasilan pasien kegiatan yang
jadwal dengan jadwal 6) Memasukkan ke dimiliki agar
dalam jadwal pasien dapat
kegiatan harian. melakukan
kegiatan/kemam
puan yang
dimiliki dengan
benar.
4) Pujian dapat
meningkatkan
harga diri
pasien.
5) Supaya pasien
dapat melakukan
kemampuan
yang sudah
dilatih sesuai
jadwal
Pasien mampu : Setelah 1x pertemuan SP II HDR : 1) Pasien dapat

112
1) Mengulagi pasien mampu: 1) Mengevaluasi mengingat dan
kegiatan yang 1) Mampu mengulangi jadwal kegiatan mengulangi
pertama yang kegiatan pertama harian pasien (SP kegiatan pertama
dilatih dan yang dilatih dan 1). yang telah
berikan pujian. beri pujian. 2) Membantu pasien dilakukan serta
2) Memilih kegiatan 2) Mampu memilih memilih kegiatan menghargai
yang kedua yang kegiatan kedua kedua yang akan kemampuan
dipilih. yang dipilih. dilatih. pasien yang
3) Melatih kegiatan 3) Mampu melatih 3) Melatih telah dilakukan.
yg kedua yaitu kegiatan kedua kemampuan kedua. 2) Pasien dapat
melap meja dan yang dipilih yaitu 4) Menganjurkan lebih
merapikam meja membersihkan dan pasien memasukkan meningkatkan
makan (cara dan merapikan meja. ke dalam jadwal harga dirinya
alat). 4) Mampu kegiatan harian dengan memilih
4) Memasukan pada memasukan pada kemampuan
jadwal kegiatan jadwal kegiatan selanjutnya.
untuklatihan : untuk latihan : dua 3) Pasien dapat
dua kegiatan kegiatan masing- mengingat dan
masing- masing masing dua kali mengulang
dua kali kembali kegiatan
yang telah
dilakukan
Setelah 1x pertemuan SP III HDR : 1) Pasien dapat
pasien mampu: 1) Mengevaluasi mengingat dan
1) Mampu mengulangi kegiatan pertama mengulangi
kegiatan pertama dan kedua yang kemampuan atau
dan kedua yang telah dilatih (SP1, kegiatan pertama
dilatih dan berikan SP2). Beri pujian. dan kedua yang

113
pujian. 2) Bantu pasien telah dilakukan
2) Mampu memilih memilih kegiatan serta menghargai
kegiatan ketiga ketiga yang akan kemampuan
yang dipilih. dilatih. pasien yang
3) Mampu melatih 3) Latih kegiatan telah dilakukan.
kegiatan ketiga ketiga yang dipilih 2) Pasien dapat
yang dipilih yaitu (cara dan alat). lebih
menyapu 4) Memasukan pada meningkatkan
4) Mampu jadwal kegiatan harga dirinya
memasukan pada untuk latihan : tiga dengan memilih
jadwal kegiatan kegiatan masing- kemampuan
untuk latihan : tiga masing dua kali selanjutnya
kegiatan masing- Pasien dapat
masing dua kali mengingat dan
mengulang
kembali kegiatan
yang telah
dilakukan.
Setelah 1x pertemuan SP IV HDR : 1) Pasien dapat
pasien mampu: 1) Mengevaluasi mengingat dan
1) Mampu mengulangi kegiatan pertama, mengulangi
kegiatan pertama, kedua dan ketiga kemampuan/keg
kedua dan ketiga yang telah dilatih iatan pertama,
yang dilatih dan (SP1, SP2, SP3). kedua dan ketiga
beri pujian. Beri pujian. yang telah
2) Mampu memilih 2) Bantu pasien dilakukan serta
kegiatan ke empat memilih kegiatan menghargai
yang dipilih. – ke empat yang akan kemampuan

114
3) Mampu melatih dilatih. pasien yang
kegiatan ke empat 3) Latih kegiatan telah dilakukan.
yang dipilih yaitu keempat yang 2) Pasien dapat
mengepel dipilih (cara dan mengingat dan
alat). mengulang
4) Memasukan pada kembali kegiatan
jadwal kegiatan yang telah
untuk latihan : dilakukan
empat kegiatan
masing- masing dua
kali
Untuk Keluarga
Keluarga mampu : Setelah 1x pertemuan SP 1 Keluarga HDR : 1) Dengan diskusi
1) Keluarga mampu keluarga mampu : 1) Mendiskusikan memberikan
merawat klien 1) Mendiskusikan masalah yang kesadaran bahwa
dengan Harga masalah dalam dirasakan dalam dirinya
diri rendah merawat pasien merawat pasien bmemiliki hal
dengan harga diri 2) Menjelaskan teori positif
rendah HDR 2) Agar pasien
2) Menjelasakn cara 3) Menjelasakn cara dapat
merawat HDR dan merawat HDR dan mengetahui hal
memberikan pujian memberikan pujian positif yang
semua hal positif semua hal positif dimiliki
pada pasien pada pasien
4) Melatih keluarga
memberikan
tanggung jawab
kegiatan yang

115
dipilih pasien,
bombing dan
berikan pujian
5) Menganjurkan
membantu pasien
sesuai jadwal dan
beri pujian
Setelah 1x pertemuan SP 2 Keluarga HDR : 1) Mengetahui
keluarga mampu : 1) Mengevaluasi pemahaman
1) Melatih pasien kegiatan keluarga keluarga dalam
dalam melalukan dalam melatih merawat dan
kegiatan kedua pasien melatih pasien
yang dipilih pasien 2) Bersama keluarga dalan hal positif
melatih pasien 2) Keluarga
dalam melakukan mengetahui cara
kegiatan kedua membantu
yang dipilih pasien pasien dalan hal
3) Menganjurkan positif ke dua
membantu pasien
sesuai jadwal dan
berikan pujian
Setelah 1x pertemuan SP 3 Keluarga HDR : 1) Mengetahui
keluarga mampu : 1) Mengevaluasi pemahaman
1) Melatih pasien kegiatan keluarga keluarga dalam
dalam melakukan dalam melatih merawat dan
kegiatan positif pasien melatih pasien
ketiga yang dipilih 2) Bersama keluarga dalan hal positif
pasien melatih pasien 2) Keluarga

116
dalam melakukan mengetahui cara
kegiatan ketiga membantu
yang dipilih pasien pasien dalan hal
3) Menganjurkan positif ke tiga
membantu pasien
sesuai jadwal dan
beri pujian.
Setelah 1x pertemuan SP 4 Keluarga HDR : 1) Mengetahui
keluarga mampu : 1) Mengevaluasi pemahaman
1) Melakukan follow kegiatan keluarga keluarga dalam
up pasien setelah dalam melatih merawat dan
pulang pasien melatih pasien
2) Bersama keluarga dalan hal positif
melatih pasien 2) Keluarga dapat
dalam melakukan mengetahui
kegiatan keempat gejala kambuh
yang dipilih pasien dan harus
3) Menjelaskan follow dirujuk
up ke PKM, tanda 3) Keluarga dapat
kambuh, rujukan memotivasi
4) Menganjurkan klien untuk
membantu pasien cepat sembuh.
sesuai jadwal dan
beri pujian.
(Keliat, 2014)

117
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Profil Lahan Praktek

RSJ Prof. H.B. Sa’anin Padang adalah satu-satunya RSJ pemerintah


yang ada di Sumatera Barat, rumah sakit ini merupakan Rumah Sakit tipe A
terletak di jalan raya Ulu Gadut Kecamatan Limau Manis Padang. RSJ
menangani pasien yang mengalami penyakit kejiwaan sejak tahun 1932. RSJ
Prof. H.B. Sa’anin Padang mempunyai kapasitas 314 tempat tidur. RSJ
mengutamakan pengalaman yang ramah, cepat, tepat dan terbaik dengan jenis
pelayanan rawat jalan, rawat inap serta pelayanan penunjang lainnya. RSJ
Prof. H.B. Sa’anin Padang di pimpin seorang direktur yang bernama Drg.
Ernovia, M.Kes, yang mempunyai tenaga kerja sebanyak 371 orang untuk
melaksanakan pelayanan. RSJ Prof. H.B. Sa’anin Padang mempunyai tenaga
kerja PNS sebanyak 249 orang yang terdiri dari, tenaga medis 15 orang,
tenaga paramedic 102 orang dan tenaga non medis 132 orang, sedangkan
tenaga PNS/PTT sebanyak 122 orang yang terdiri dari, tenaga medis 4 orang,
tenaga paramedic 56 orang dan tenaga non medis 62 orang.
RSJ Prof. H.B. Sa’anin Padang menyediakan beberapa unit pelayanan
yaitu, unit rawat jalan terdiri dari, klinik dewasa, klinik anak dan remaja,
klinik LASATO, klinik psikologi, klinik penyakit dalam, klinik rehabilitas
medic, klinik penyakit anak, klinik gigi mulut, klinik penyakit umum,
pelayanan IPWL, pelayanan VCT HIV-psikiatri AIDS dan pelayanan IGD 24
jam (Psikiatri & Non Psikiatri). Sedangkan pelayanan rawat inap terdiri dari,
rawat inap A dan B, rawat inap anak dan remaja, pelayanan rehabilitasi
mental (terapi kerja, olahraga dan rohani) dan pelayanan rehabilitasi napza.
RSJ Prof. H.B. Sa’anin padang juga mempunyai pelayanan penunjang lainnya
yaitu, pelayanan psikometri, test IQ, test minat bakat, elektromedik

118
(EEG&ECT), rehabilitas medic (fisioterapi, terapi wicara dan terapi okupasi),
farmasi, laboratorium, radiologi, gizi, laundri dan diklat. Sedangkan
pelayanan unggulan yang dimiliki adalah, pelayanan klinik lasato (layanan
jiwa anak & remaja saiyo sakato), pelayanan korban penyalahgunaan
NAPZA, rehabilitas rawat jalan/IPWL, rehabilitas rawat inap, dan klinik VCT
(volunteer conseling and testing) HIV/AIDS.

B. Analisis Masalah Keperawatan Dengan Konsep Terkait Peminatan

1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien
(Dermawan, 2012). Pengkajian yang dilakukan penulis pada pasien melalui
observasi dan juga wawancara. Pengkajian yang dilakukan dengan
mengkaji tanda gejala serta faktor penyebab mengapa pasien mengalami
halusinasi kemudian dikelompokkan dalam satu kelompok data untuk
ditentukan masalah pada pasien (Keliat, 2011).
Penulis mengambil klien kelolaan Tn.R yang berusia 31 tahun tinggal
di Pessel dengan diagnosa medis Skizofrenia paranoid. Penulis melakukan
pengkajian data menggunakan metode wawancara dan mengobservasi klien
dari segi penampilan, pembicaraan dan perilaku klien. Pengkajian
merupakan tahap awal dan dasar utama dari suatu keperawatan. Penulis
memberikan asuhan keperawatan kepada Tn.R dengan diagnosa Gangguan
sensori persepsi: Halusinasi pendengaran di RSJ Prof. H.B. Sa’anin padang
menggunakan proses keperawatan yang terdiri dari 5 tahap yang dimulai
dari pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan,
implementasi dan evaluasi di mana proses keperawatan tersebut merupakan
sebuah konsep yang dikembangkan oleh Fortinash (1995) Yusuf (2015).

119
Penulis mengambil hal ini sebagai masalah utama karena pada saat
pengkajian tanda dan gejala yang muncul lebih banyak merujuk ke masalah
keperawatan Gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran. Hal ini
sesuai dengan pendapat Carpenito (1998) dimana perioritas diagnosa
adalah diagnosa keperawatan yang bila tidak diatasi sekarang akan
mengganggu kemajuan untuk mencapai hasil atau secara negatif
mempengaruhi status fungsional klien.
Berdasarkan hasil pengkajian yang didapat dari fator predisposisi klien
mengatakan mendengar suara-suara yang membisikan di kedua telinganya
yaitu “ayo hadapi saya, saya akan membunuh keluargamu”. Suara-suara itu
sering muncul pada tengah malam disaat orang tertidur lelap dan suasana
yang sunyi, suara itu muncul juga pada saat maghrib kadang sebanyak 2-3
kali selama 10 menit. Klien menjadi ketakutan, menutup telinga, dan
tampak berjalan mondar-mandir. Pada saat interaksi pasien kadang bicara
sendiri dengan nada suara yang pelan sekali, saat ditanya pasien
menyangkal. Dari data kasus yang didapat pada saat pengkajian yaitu
penyebab dari faktor presipitasi klien yaitu dimana pasien merasa emosi
terhadap isi halusinasinya yang menakutkan dan mengamcam klien bahwa
akan membunuh keluarga klien. Klien mengatakan pernah mendapat
penolakan dari lawan jenisnya, yang mengakibatkan klien tidak efektif
dalam menangani masalah sehingga menimbulkan perasaan rendah diri,
perilaku maladaptif yang dapat menimbulkan perilaku gejala dan fikiran
halusinasi.
Dalam penelitian Retno (2013) mengatakan bentuk halusinasi
pendengaran bisa berupa suara-suara bising atau mendengung. Tetapi
paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang
mempengaruhi tingkah laku klien, sehingga klien menghabiskan respon-
respon tertentu seperti bicara-bicara sendiri, mulut komat kamit, marah
marah tanpa sebab atau respon lain yang membahayakan.
120
Hal ini sesuai dengan teori yang menunjukkan faktor predisposisi
bahwa halusinasi pendengaran merupakan hilangnya kemampuan
seseorang dalam membedakan ransangan internal atau fikiran dengan
ransangan eksternal (dunia luar), yang ditandai dengan marah-marah tanpa
sebab akibat mendengar suara-suara berupa sensasi palsu (Keliat, 2011).
Faktor predisposisi halusinasi pendengaran meliputi stress lingkungan
berupa kehilangan, peristiwa besar, ketegangan peran dan perubahan
fisiologi (Stuart, 2013). Hal ini sesuai dengan teori presipitasi yang
menunjukkan klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak
berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor
dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan
(Keliat, 2014). Faktor presipitasi sebagai suatu stimulus yang dipersepsikan
oleh individu apakah dipersepsikan sebagai suatu kesempatan, tantangan,
ancaman/tuntutan. Stressor presipitasi bisa berupa stimulus internal
maupun eksternal yang mengancam individu. Komponen stressor
presipitasi terdiri atas sifat, asal, waktu dan jumlah stressor (Stuart, 2013).
Menurut analisa penulis pada faktor predisposisi, suara-suara yang
didengar oleh klien merupakan gangguan persepsi klien terhadap orientasi
realita dimana klien memberikan respon terhadap lingkungan tanpa ada
objek atau ransangan yang sebenarnya hal tersebut tidak ada atau tidak
nyata. Penyebab timbulnya halusinasi pada klien diduga salah satunya
karena koping individu yang tidak efektif, perasaan tidak berharga/harga
diri rendah dan isolasi sosial. Ini sesuai dengan teori dari Stuart (2013),
ambang terhadap toleransi stress yang berinteraksi dengan stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku. Pemicu yang
biasanya terdapat pada respon neorobiologik yang maladaptif yang
berhubungan dengan kesehatan, lingkungan, sikap dan prilaku individu.

121
Kemudian menurut analisa penulis pada faktor presipitasi klien
mengalami halusinasi akibat faktor emosionalnya terhadap suara-suara
yang menakutkan dan mengancamnya, pada faktor perilaku dimana klien
pernah mendapat penolakan dari lawan jenisnya sedangkan koping individu
klien yang tidak efektif dalam menangani masalah sehingga menimbulkan
perasaan rendah diri, perilaku maladaptif yang dapat menimbulkan perilaku
gejala dan fikiran halusinasi.
Dan didukung juga dengan teori (Keliat, 2011) halusinasi pendengaran
dapat diatasi dengan terapi farmakologi dan non farmakologi. Terapi non
farmakologi lebih aman digunakan karena tidak menimbulkan efek
samping menggunakan proses fisiologi (Zikria, 2012). Salah satu terapi
non farmakologi yang efektif adalah terapi modalitas. Terapi modalitas
bertujuan untuk mengembalikan realita, terapi modalitas ini salah satunya
yaitu dengan memberikan terapi psikoreligius: membaca al fatihah kepada
pasien halusinasi pendengaran. Selain itu pada pelaksanaan terapi
psikoreligius: membaca al fatihah diberikan reinforcement positif atas
upaya yang telah berhasil dilakukan pasien. Tujuan dilakukan terapi ini
adalah untuk Terapi psikoreligius: membaca al fatihah reflektif intuitif,
hypothalamus akan merangsang adeno hipofisis untuk melepaskan hormon
trofik. Hormon trofik lalu merangsang kelenjar adrenal untuk tidak
mensekresi kortisol dalam darah sehingga akan menurunkan depresi dan
meningkatkan imunitas.
Kemudian menurut analisa penulis, penulis menemukan kesamaan
antara teori dan kasus, serta halusinasi pendengaran pasien disebabkan
pasien tidak mau berhubungan atau berinteraksi dengan masyarakat
sekitarnya dan pasien lebih suka menyendiri sehingga menyebabkan pasien
berhalusinasi. Penulis sudah melakukan intervensi keperawatan kepada
pasien sesuai dengan strategi pelaksanaan pasien dengan halusinasi dan
pasien dapat mengontrol halusinasinya sesuai dengan penelitian
122
sebelumnya dan didapatkan hasil bahwa pasien merasa lebih termotivasi
dan tenang, pasien mampu mengalihkan perhatiannya dari suara-suara
tersebut. Pada penelitian ini penulis fokus ke SP 1 halusinasi yaitu
Mengontrol halusinasi dengan menghardik dan terapi Psikoreligius:
Membaca Al Fatihah, sehingga dapat memberikan perubahan gejala
halusinasi dan dapat mengontrol halusinasinya.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan tahap kedua dalam proses
keperawatan yang digunakan untuk membuat kesimpulan dari berbagai
masalah yang didapat. Biasanya untuk mendapatkan diagnosa, di
kumpulkan beberapa masalah yang saling berhubungan dan dibuat dalam
bentuk pohon masalah yang terdiri dari causa yaitu penyebab dari masalah
utama, core problem yaitu prioritas dari malah utama dan effect yaitu
akibat yang ditimbulkan dari masalah utama pasien (Muhith, 2015).
Pohon masalah pada kasus yang ada dijelaskan bahwa yang menjadi
core problemnya adalah halusinasi pendengaran, cause nya adalah isolasi
sosial dan efeknya adalah defisit perawatan diri. Sedangkan pada teori
Prabowo (2014) yang menjadi core problemnya adalah halusinasi
pendengaran, causenya adalah isolasi sosial dan effectnya adalah perilaku
kekerasan. Diagnosa diangkat berdasarkan respon pasien saat dilakukannya
pengkajian. Biasanya diagnosa yang muncul ada 3 yaitu gangguan persepsi
sensori : halusinasi, Resiko Perilaku Kekerasan dan Isolasi Sosial (Dalami
dkk, 2014). Namun hal ini tidak sesuai dengan hasil pengkajian yang telah
dilakukan oleh penulis, diagnosa yang ditemukan yaitu Gangguan Persepsi
Sensori : Halusinasi Pendengaran, Isolasi Sosial dan Defisit Perawatan
Diri.

123
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang penulis dapat dari kasus
terdapat 5 diagnosa yang diangkat yaitu diagnosa utama yang diangkat
pada Tn.R adalah Gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran,
kedua Isolasi Sosial, yang ketiga Defisit Perawatan Diri, Keempat Resiko
Perilaku Kekerasan dan kelima yaitu Harga Diri Rendah. Penulis
mengambil diagnosa Gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran
karena seseorang yang mengalami halusinasi akan menunjukan beberapa
perubahan dalam berbagai segi yaitu: segi fisik, emosi, intelektual, sosial,
spiritual. Tanda dan gejala yang dialami pada halusinasi pendengaran yaitu
berbicara dan tertawa sendiri, marah marah tanpa sebab, menyedengkan
telinga ke arah tertentu, menutup telinga, mendengar suara-suara
kegaduhan, mendengar suara-suara yang mengajak bercakap-cakap, dan
mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
Hal ini memperkuat hasil penelitian Rosalina (2016) yang
menunjukkan bahwa jenis halusinasi yang mendominasi yaitu halusinasi
pendengaran. Gejala-gejala yang dialami oleh klien berupa mendengar
suara-suara bising, gaduh, dan menyuruh-nyuruh yang tidak jelas. Suara itu
muncul terutama saat klien sedang sendiri, dengan frekuensi 2-3 kali
sehari, waktu muncul bisa siang, malam ataupun pada pagi hari. Jika suara
itu muncul klien mengatakan membagunkan semua orang didalam
rumahnya yang sedang tidur lelap di tengah malam.
Diagnosa yang kedua penulis angkat yaitu Isolasi Sosial, diagnosa ini
ditegakkan berdasarkan data Subjektif: Pasien mengatakan tidak ada
melakukan aktivitas diluar rumah, Pasien mengatakan tidak ada mengikuti
kegiatan sosial di lingkungan masyarakat, Pasien mengatakan tidak mau
berkomunikasi dengan teman atau masyarakat sekitarnya. suka menyendiri,
dan tidak mau bergabung dengan temannya. Data Ojektif:Klien tampak
suka menyendiri, Klien tampak tidak mau bergabung dengan temannya,
klien tampak sering termenung, klien tampak banyak tidur.
124
Selain itu dalam menegakkan daftar diagnosa keperawatan pada Tn.R
penulis menemukan kesesuaian antara teori dengan kasus, dimana menurut
Keliat (2011), Perumusan diagnosa keperawatan jiwa mengacu pada pohon
masalah yang sudah dibuat. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi dapat
dirumuskan diagnosa keperawatan yaitu, Perilaku Kekerasan, Gangguan
Persepsi sensori: Halusinasi, isolasi sosial dan resiko perilaku kekerasan.
Jadi, diagnosa yang ketiga yang diangkat adalah resiko perilaku kekerasan
sesuai dengan pohon masalah yang ada di teoritis.
Penulis tidak menemukan data terkait dengan diagnosa keperawatan
resiko perilaku kekerasan. Analisis penulis klien tidak berlanjut ke efek
dari Gangguan Persepsi sensori: Halusinasi pendengaran yaitu resiko
perilaku kekerasan kerena saat ini klien selalu rutin mengkonsumsi obat
yang diberikan oleh perawat di RSJ, sehingga klien sudah dapat
mengontrol halusinasi walaupun dengan hasil yang belum maksimal.

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan sutu rangkaian proses keperawatan
yang bertujuan mengarahkan tindakan keperawatan dalam usaha
membantu, meringankan, memecahkan masalah atau untuk memenuhi
kebutuhan pasien (Setiadi, 2012). Tujuan dilakukannya intervensi pada
pasien dengan gangguan jiwa halusinasi yaitu untuk mengontrol halusinasi.
Sedangkan tujuan khususnya yaitu membina hubungan saling percaya,
pasien dapat mengenal halusinasinya, dampak yang akan timbul dan cara
mengontrol halusinasi dengan tujuan agar mempercepat kesembuhan
pasien (Aji, 2019).
Rencana tindakan disusun berdasarkan data yang di peroleh sesuai
dengan pengkajian (Keliat, 2011). Rencana keperawatan yang penulis
lakukan sama dengan landasan teori, karena rencana tindakan keperawatan

125
tersebut telah sesuai dengan SOP (standar operasional prosedur) yang telah
ditetapkan. Pada kasus diatas didapatkan diagnosa keperawatan adalah
halusinasi, isolasi sosial, defisit perawatan diri, resiko perilaku kekerasan,
dan harga diri rendah, tetapi diagnosa utama pada kasus ini adalah
halusinasi pendengaran yang berfokus pada Strategi Pelaksanaan (SP) ke 1
yaitu mengontrol halusinasi dengan menghardik dan terapi Psikoreligius:
Membaca Al Fatihah. SP pada klien dengan halusinasi ada 4 yaitu: SP 1:
Mengontrol halusinasi dengan menghardik dengan terapi Psikoreligius:
Membaca Al Fatihah. Sp 2: Mengontrol halusinasi dengan dengan cara
minum obat. SP 3: Mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap. SP
4: mengontrol halusinasi dengan kegiatan terjadwal (Keliat, 2014).
Sebelumnya penulis tidak mencantumkan SP Keluarga pada rencana
tindakan keperawatan karena tidak mendukungnya keadaan di masa
Pandemi untuk melakukan SP keluarga namun sebenarnya SP Keluarga
tetap direncanakan.
Rencana tindakan keperawatan yang diberikan pada pasien adalah SP
1-4. Hal ini yang menjadi fokus penelitian adalah SP 1 yaitu mengontrol
halusinasi dengan menghardik dengan terapi Psikoreligius: Membaca Al
Fatihah.Waktu pemberian Terapi Psikoreligius: Membaca Al Fatihah
selama 3 hari yang terdiri dari 4 tahap yaitu; tahap persiapan, tahap
orientasi, tahap kerja, dan tahap terminasi. Implementasi berfokus pada
core problem yaitu halusinasi pendengaran dilakukan selama 3 hari.
Pemberian Psikoreligius ini dilakukan pada SP 1 dan memasukkannya pada
kegiatan terjadwal supaya intervensi yang diberikan akan berdampak pada
klien. Dengan pemberian Psikoreligius: Membaca Al Fatihah dapat
menurunkan gejala halusinasi pasien yang awalnya 2-3 kali menjadi 1 kali
dan tidak sama sekali.
Terapi modalitas merupakan terapi utama dalam keperawatan jiwa
karena bertujuan untuk mengembangkan pola gaya atau kepribadian secara
126
bertahap (Direja, 2011). Salah satu terapi modalitas adalah terapi
psikoreligius. Terdapat beberapa jenis terapi psikoreligius pada pasien
skizofrenia yang mengalami halusinasi diantaranya yaitu menggunakan
dzikir dalam mengontrol halusinasi, terapi menggunakan alqur’an dan
membaca Al Fatihah. Psychoreligious terapi merupakan bentuk psikoterapi
yang menggabungkan intervensi kesehatan jiwa secara modern dengan
aspek agama dengan tujuan agar pasien dapat mengatasi masalahnya
dengan cara meningkatkan mekanisme koping (Yosep, 2011).
Terapi psikoreligius: membaca Al Fatihah adalah surah yang paling
mudah dan paling ringan untuk pengobatan yang apabila dilakukan secara
baik maka akan terlihat dampak yang menakjubkan dalam kesembuhan.
Terapi psikoreligius: membaca Al Fatihah reflektif intuitif, hypothalamus
akan merangsang adeno hipofisis untuk melepaskan hormon trofik.
Hormon trofik lalu merangsang kelenjar adrenal untuk tidak mensekresi
kortisol dalam darah sehingga akan menurunkan depresi dan meningkatkan
imunitas. Kemudian pengaruh terapi psikoreligius didapatkan bahwa
membaca Al Fatihah dapat menurunkan skor halusinasi pada pasien
skizofrenia. Surah Al Fatihah dapat pula dirasakan manfaatnya ketika
didengarkan (Mahmuda et al., 2018).
Hasil penelitian Mardiati dkk (2019) yang dilakukan di RSJ Tampan
didapatkan hasil yang menunjukkan adanya penurunan nilai median pretest
dan posttest setelah diberikan terapi psikoreligius: membaca Al Fatihah
yaitu dari 38,00 menjadi 17,00, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh terapi psikoreligius: membaca Al Fatihah terhadap skor
halusinasi pasien skizofrenia dengan p-value (0,019) < α (0,05).
Berdasarkan hasil penelitian Mahmuda dkk (2018) yang dilakukan di
RSJ Riau didapatkan hasil yaitu menunjukan dari hasil statistik didapatkan
p-value (0,652) > (α = 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara membaca dan mendengarkan Surah Al-
127
Fatihah terhadap skor halusinasi. Oleh karena itu intervensi membaca dan
mendengarkan surah Al Fatihah dapat dilakukan karena keduanya dapat
menurunkan skor halusinasi.
Sedangkan hasil penelitian Hendriyani (2019) yang dilakukan
menggunakan metode telaah literatur didapatkan hasil yang analisis selisih
rata-rata frekuensi halusinasi pendengaran pasien skizofrenia sebelum dan
sesudah diberikan terapi Al-Qur’an adalah 2,04. Hasil uji paired sample t-
test didapatkan p value 0,000, maka dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh terapi Al-Qur’an terhadap penurunan frekuensi halusinasi
pendengaran pasien skizofrenia. Dan sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Mardiati (2017) juga mendapatkan hasil tentang pengaruh terapi
psikoreligius didapatkan bahwa membaca Al Fatihah dapat menurunkan
skor halusinasi pada pasien skizofrenia. Surah Al Fatihah dapat pula
dirasakan manfaatnya ketika didengarkan.
Terjadi penurunan gejala halusinasi pendengaran yang dialami setelah
diberikan terapi Psikoreligius: Membaca Al Fatihah, karena pasien mampu
melakukan aktivitas menghardik dengan baik pada saat pelaksanaan terapi.
Keadaan demikian mempengaruhi pasien lain tetap fokus dan menikmati
aktivias yang diberikan untuk mengikuti teman sekelompoknya sehingga
halusinasi dapat dialihkan. Al Fatihah ini terdiri dari 7 ayat dan merupakan
surah yang popular dan paling dihafal oleh umat muslim (Ridha, 2007).
Surah Al Fatihah merupakan obat dari segala penyakit dan Rasulullah Saw.
Telah mencontohkan berbagai macam pengobatan yang bisa dilakukan
dengan surah Al Fatihah (Alcaff, 2014).Membaca surah Al Fatihah
sebanyak 70 kali mampu menyembuhkan tremor atau biasa disebut
gemetaran (Pedak, 2009).

128
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan yang dilakukan terhadap Tn.R maka dapat


disimpulkan beberapa pembahasan yaitu:
1. Pengkajian
Pada pengkajian ditemukan tanda dan gejala gangguan persepsi sensori:
Halusinasi pendengaran pada Tn.R yaitu klien mengatakan mendengar suara-
suara yang membisikan di kedua telinganya dengan kalimat “ayo hadapi
saya, saya akan membunuh keluargamu” kadang suara itu mengajak klien
untuk pergi jalan-jalan keluar rumah. Suara-suara itu sering muncul pada
tengah malam disaat orang tertidur lelap dan suasa sunyi, suara itu muncul
juga pada saat maghrib kadang sebanyak 2-3 kali. Klien menjadi ketakutan,
menutup telinga, dan berjalan mondar-mandir. Pada saat interaksi pasien
kadang bicara sendiri dengan nada suara yang sangat pelan, saat ditanya
pasien menyangkal.
2. Analisa data dan diagnosa keperawatan
Dalam menegakkan diagnosa keperawatan ditemukan kesamaan antara teori
dan kasus, adapun diagnosa secara teori (Keliat, 2015) ditemukan 3 diagnosa
yaitu Gangguan persepsi sensori: Halusinasi(core problem), Isolasi
sosial(cause), dan Resiko perilaku kekerasan (effect). Sedangkan diagnosa
keperawatan yang penulis temukan pada Tn.R ada 5 yaitu Gangguan persepsi
sensori: Halusinasi pendengaran, Isolasi sosial, Resiko Peilaku kekerasan,
dan Defisit Perawatan Diri, Harga Diri Rendah.
3. Intervensi keperawatan
Rencana keperawatan yang dilakukan pada Tn.R dengan Gangguan Persepsi
Sensori: Halusinasi Pendengaran meliputi tujuan umum yaitu

129
dapat mengontrol halusinasi. Rencana keperawatan ini dilakukan pada
Strategi Pelaksanaan (SP) 1 yaitu mengontrol halusinasi dengan menghardik
dan terapi Psikoreligius: Membaca Al Fatihah.
4. Analisis Aplikasi Evidance Based Practice
Hasil analisis pemberian mengontrol halusinasi dengan terapi Psikoreligius:
Membaca Al Fatihah untuk mengontrol halusinasi dimana pasien mampu
mengonrtol halusinasi, lebih tenang, bisa mngendalikan emosi dan bisa
melakukan membaca surah Al Fatihah yang bermanfaat dengan melakukan
kegiatan menghardik dengan terapi Psikoreligius: Membaca Al Fatihah serta
adanya pengaruh yang signifikan setelah diberikan terapi Psikoreligius:
Membaca Al Fatihah untuk mengontrol halusinasi dengan frekuensi
halusinasi dari 2-3 kali sehari berkurang dalam waktu 3 hari menjadi 1 kali
dan bahkan tidak sama sekali berhalusinasi.

B. Saran

1. Bagi Penulis
Agar penulis dapat memperdalam pengetahuan dan mengaplikasikan ilmu
yang telah diperoleh selama di perkuliahan dalam penerapan asuhan
keperawatan jiwa dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
dan dapat menerapkan asuhan keperawatan jiwa dalam praktek keperawatan.
2. Bagi Klien dan Keluarga
Agar keluarga mampu memahami dan dapat merawat anggota keluarga
dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran.
a. Bagi klien
Diharapkan klien mampu melakukan secara mandiri atas tindakan
keperawatan yang telah dilatih kepada pasien.
b. Bagi Keluarga

130
Diharapkan keluarga mampu melakukan perawatan pada pasien dengan
gangguan persepsi sensori: halusinasi.
3. Bagi Pelayanan Kesehatan
Selaku pemberi pelayanan dalam asuhan keperawatan di rumah sakit, maka
perlu meningkatkan sistem pelayanan supaya pasien dapat mendapatkan
pelayanan yang memuaskan.
4. Bagi STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang
Dapat dijadikan dalam penelitian pada klien dengan gangguan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran dan sebagai sumber bacaan atau referensi
untuk meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan khususnya klien
dengan gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran.
5. Bagi Penulis Selanjutnya
Agar penulis selanjutnya mengetahui bagaimana cara merawat pasien dengan
halusinasi pendengaran dan dapat dikembangkan dalam penyusunan Karya
Ilmiah Ners selanjutnya.

131
DAFTAR PUSTAKA

Alisa, Fitria.2022. Panduan praktek dan Penulisan Kaya Ilmiah Ners ( KIN ).
Mercubaktijaya Press: padang

Angggraini, Karina, (2014). Pengaruh Menghardik Terhadap Penurunan Tingkat


Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Skizofrenia di RSJ DR.
Aminogondohutomo.

Febrita Puteri Utomo, S., Aisyah, P. S., & Andika, G. T. (2021). Efektifitas Terapi
Qur’Anic Healing Terhadap Halusinasi Pendengaran Pada Skizofrenia. Jurnal
Keperawatan ’Aisyiyah, 8(1), 77–85. https://doi.org/10.33867/jka.v8i1.250

Cookson, M. D., & Stirk, P. M. R. (2019). Pengaruh Terapi Murrotal Al-Qur’an


Terhadap Skor Halusinasi Pada Pasien Dengan Halusinasi Pendengaran. 28–34.

Devita, Y., & Hendriyani. (2019). Pengaruh Terapi Al- Qur ’ an Terhadap Penurunan.
FMIPAKes UMRi, 2017–2020.

Mardiati, S., Elita, V., & Sabrian, F. (2019). Pengaruh Terapi Psikoreligius: Membaca
Al Fatihah Terhadap Skor Halusinasi Pasien Skizofrenia. Jurnal Ners Indonesia,
9(1), 110. https://doi.org/10.31258/jni.8.2.110-123

H Kara, O. A. M. A. (2014). Pengaruh Terapi Murrotal Al-Qur’an Terhadap Skor


Halusinasi Pada Pasien Dengan Halusinasi Pendengaran. Paper Knowledge .
Toward a Media History of Documents, 7(2), 107–115.

Joseph Carlos. (2021). Terapi Psikoreligius: Membaca Al Fatihah Terhadap Penurunan


Halusinasi. Implementation Science, 39(1), 1–15.

Keliat, Budi A dan Akemat. (2011). Model praktik keperawatan jiwa.EGC: Jakarta
Keliat, Budi Ana. 2014. Proses Keperawatan Jiwa. EGC : Jakarta

Kusumawati, farida dan yudi hartono. (2010). Buku ajar keperawatan jiwa. Salemba
medika : Jakarta

Nasir abdul dan abdul muhit. (2011). Dasar-dasar keperawatan jiwa : pengantar dan
teori. Salemba medika : Jakarta

Mahmuda, I. R., Jumaini, & Agrina. (2018). Perbedaan Efektivitas Antara Membaca
Dengan Mendengarkan Surah Al Fatihah Terhadap Skor Halusinasi. JOM FKp, 2,
318–327.

Mardiati, S., Elita, V., & Sabrian, F. (2019). Pengaruh Terapi Psikoreligius: Membaca
Al Fatihah Terhadap Skor Halusinasi Pasien Skizofrenia. Jurnal Ners Indonesia,
9(1), 110. https://doi.org/10.31258/jni.8.2.110-123Rekam Medik Rumah Sakit
Jiwa Prof.HB. Sa’anin Padang, 2019, Laporan Tahunan Rumah Sakit JIwa
Provinsi Sumatera Barat, Padang.

Riskesdas.(2018). Data Riset Kesehatan Dasar Jiwa. Jakarta.

R Dwi Safra Yuli, Jumaini, Y. H. (2021). Efektifitas Senam Aerobic Low Impact
Terhadap Penurunan. 2(2).

Santi Rinjani, Murandari, Andri Nugraha, E. W. (2021). Efektivitas Terapi Psikoreligius


Terhadap Pasien Dengan Halusinasi. 136–144. https://scholar.google.co.jp/scholar

Susanto, D. (2020). Kasus Gangguan Jiwa Di Indonesia Meningkat Selamna Masa


Pandemi. Dari http://m.mediaindonesia.com/humaniora/352006/kasus-gangguan-
jiwa-diindonesia-meningkat-selama-masa-pandemi.
Septriani,Kadek V et al.(2018). Hubungan Antara Pemenuhan Kebutuhan Spiritual
Dengan Tingkat mental Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa. JIKJ Vol.1 No 2, Hal
69-75.ISSN 2621-2978

Townsend. (2011). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Psikiatrik (terjemahan).


Jakarta : EGC
Trimelia. (2011). Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Jakarta : CV. Trans Info
Media
Wijayanti, NM., Candra, W., Rupawan, DM. (2014). Terapi Okupasi Aktivitas Waktu
Luang Terhadap Perubahan Halusinasi Pendengaran Pada Pasien
Skizofrenia.www.poltekkes-denpasar.ac.id.Diakses 6 maret 2018.
World health organization. (2019). Mental disorder. www.who.int diakses 22 Juni 2022.
ANALISA PICO

Nama : Gafitri Diani


NIM : 21131143
Ruangan : Wisma Cendrawasih RSJ. Prof. H.B. Sa’anin Padang

A. Pertanyaan Klinis
Apakah Ada Pengaruh Terapi Psikoreligius: Membaca Al Fatihah Terhadap
Skor Halusinasi ?
Tabel Analisis PICO
Unsur PICO Analisis Kata Kunci
P (Problem) Pasien halusinasi Halusinasi
I (Intervention) Terapi Psikoreligius: Al Fatihah,
Membaca Al Fatihah Psikoreligius
C (Comparison) - -
O ( Outcome) Terapi psikoreligius: Skor Halusinasi
membaca Al Fatihah
terhadap pengaruh skor
halusinasi

1. Temuan Penelusuran EBN 1


Judul Artikel : Pengaruh Terapi Psikoreligius: Membaca Al Fatihah
Terhadap Skor Halusinasi Pasien Skizofrenia
Referensi : Mardiati, S., Elita, V., & Sabrian, F. (2019). Pengaruh
Terapi Psikoreligius: Membaca Al Fatihah Terhadap
Skor Halusinasi Pasien Skizofrenia. Jurnal Ners
Indonesia, 9(1), 110. https://doi.org/10.31258/jni.8.2.110-123
Analisis Singkat Artikel :
Peneliti Sri Mardiati, Veny Elita , Febriana Sabrian
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain quasy experiment
dengan pendekatan pretest-posttest design with
control group. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit
Jiwa (RSJ) Tampan. Jumlah sampel sebanyak 34
responden yang diambil sesuai kritetria inklusi dan
menggunakan teknik stratified random sampling.
Responden dibagi menjadi 17 reponden kelompok
eksperimen dan 17 responden kelompok kontrol.
Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner dan
lembar observasi tanda dan gejala halusinasi. Analisa
yang digunakan adalah analisa univariat dan bivariat
untuk mengetahui distribusi frekuensi dan pengaruh
terapi dengan menggunakan uji Wilcoxon dan Man-
Whitney.
Intervensi Intervensi yang diberikan yaitu terapi psikoreligius:
membaca Al Fatihah pada pasien halusinasi.
Hasil Hasil penelitian ini menunjukkan adanya penurunan
nilai median pretest dan posttest setelah diberikan
terapi psikoreligius: membaca Al fatihah yaitu dari
38,00 menjadi 17,00, sehingga dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh terapi psikoreligius: membaca
Al Fatihah terhadap skor halusinasi pasien
skizofrenia dengan p-value (0,019) < α (0,05).
Kekuatan dan Kelemahan Kekuatan:
a. Metode penelitian menggunakan Desain
penelitian quasy expriemental dengan
rancangan One Group pretest-posttest
b. Membaca Al Fatihah dapat menurunkan
depresi dengan menurunkan produksi hormon
kortisol yang dipengaruhi oleh thalamus
melalui coliculus superior dan coliculus
inferior dan hipothalamus dengan
merangsang sistem endokrin.
c. Hasil menunjukan ada pengaruh terapi
psikoreligius: membaca Al Fatihah terhadap
skor halusinasi pasien skizofrenia
Kelemahan:
a. Peneliti tidak mencantumkan teori
pembeda/pembanding terapi spiritualitas :
terapi terapi psikoreligius: membaca Al
Fatihah

2. Temuan Penelusuran EBN 2


Artikel : Perbedaan Efektivitas Antara Membaca Dengan Mendengarkan
Surah Al Fatihah Terhadap Skor Halusinasi
Referensi : Mahmuda, I. R., Jumaini, & Agrina. (2018). Perbedaan
Efektivitas Antara Membaca Dengan Mendengarkan Surah Al
Fatihah Terhadap Skor Halusinasi. JOM FKp, 2, 318–327.
Analisis Singkat Artikel :
Peneliti Ila Rifatul Mahmuda , Jumaini , Agrina
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian
quasi eksperimental berupa rancangan penelitian
pre-post test design with two comparison
treatments. Penelitian ini dilakukan di Rumah
Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau di Ruang Siak,
Kuantan, Kampar, Indragiri, Sebayang, dan Rokan
dengan teknik pengambilan sampel purposive
sampling. Pada penelitian ini peneliti
menggunakan analisis univariat dan dan analisis
bivariat dengan uji dependent sample T test dan
Independent sample T test.
Intervensi Intervensi yang diberikan yaitu dengan system
pembanding yaitu membaca dan mendengarkan
surah Al-Fatihah terhadap skor halusinasi.
Hasil Hasil penelitian menunjukan dari hasil statistik
didapatkan p-value (0,652) > (α = 0,05) sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan antara membaca dan
mendengarkan Surah Al-Fatihah terhadap skor
halusinasi. Oleh karena itu intervensi membaca
dan mendengarkan surah Al Fatihah dapat
dilakukan karena keduanya dapat menurunkan
skor halusinasi.
Kekuatan dan Kelemahan Kekuatan:
a. Penelitian ini menggunakan desain
penelitian quasi eksperimental berupa
rancangan penelitian pre-post test design
with two comparison treatments.
b. Penelitian ini dilakukan dengan system
pembanding yaitu membaca dan
mendengarkan surah Al-Fatihah
c. Hasil menunjukan Terdapat pengaruh
terhadap penurunan skor halusinasi
Kelemahan:
a. Dalam penelitian ini belum ada
pembanding secara langsung surah
alfatihah.

3. Temuan Penelusuran EBN 3


Judul Artikel : Efektivitas Terapi Psikoreligius Terhadap Pasien Dengan
Halusinasi
Referensi : Santi Rinjani, Murandari, Andri Nugraha, E. W. (2021).
Efektivitas Terapi Psikoreligius Terhadap Pasien Dengan
Halusinasi. 136–144. https://scholar.google.co.jp/scholar
Analisis Singkat Artikel:
Peneliti Santi Rinjani, Murandari , Andri Nugraha , Efri
Widiyanti
Metode Penelitian Penelusuran dilakukan menggunakan metode
telaah literatur dengan media elektronik yaitu
internet. Kata kunci yang digunakan pada
penelusuran literatur ini yaitu ‘psychoreligious
therapy for hallucination’’, ’’terapi
psikoreligius’’, terapi psikoreligius pada pasien
dengan halusinasi’’. Literatur yang diperoleh
melalui website google scholar.
Intervensi Intervensi yang diberikan yaitu Terapi alqur’an
dengan meminta klien membaca surat Al Fatihah
ayat 1-7 dilakukan 8x pertemuan dengan sehari
1x pertemuan.
Hasil Hasil Penelitian menunjukkan dari beberapa
artikel yang sudah dilakukan penelusuran
terdapat Terapi psikoreligius terbukti efektif
dalam mengatasi halusinasi pasien skizofrenia,
dilakukan dengan cara dzikir, membaca Al-
Quran dan membaca surat Al fatihah untuk
membantu mengurangi suara-suara yang
didengar oleh penderita halusinasi, karena
dengan mengalihkan fokus terhadap
halusinasinya dengan mengingat Allah dapat
memberikan perasaan positif dan membuat
relaks.
Kekuatan dan Kelemahan Kekuatan:
a. Jenis penelitian ini adalahstudi literature
review
b. Hasil menunjukan terjadi penurunan
frekuensi halusinasi pendengaran,
penurunan skor halusinasi, dan
peningkatan kemampuan mengontrol
halusinasi

Kelemahan:
a. Dalam artikel literatur review
tersebut,tidak semua jurnal yang diteliti
menuliskan lamanya pemberian terapi
psikoreligius membaca surah surah al
fatihah.

B. Prosedur Pelaksanaan EBN


Intervensi Terapi psikoreligius: membaca Al Fatihah
pada pasien halusinasi.
Pengertian Terapi psikoreligius digunakan sebagai
alternatif dengan menggabungkan aspek
keagamaan dan spiritualitas kedalam
psikoterapi yang bertujuan meningkatkan
mekanisme koping atau mengatasi masalah
terutama halusinasi (Yosep, 2011).
Terapi psikoreligius mampu mencegah dan
melindungi kejiwaan, meningkatkan proses
adaptasi, mengurangi kejiwaan, dan
penyembuhan (Yosep & Sutini, 2016).
terapi psikoreligius didapatkan bahwa
membaca Al Fatihah dapat menurunkan skor
halusinasi pada pasien skizofrenia. Surah Al
Fatihah dapat pula dirasakan manfaatnya
ketika didengarkan.
Prosedur tindakan 1. Persiapkan pasien dengan keadaan rileks
2. Lingkungan yang hening agar klien dapat
berkonsentrasi
3. Sediakan al-qur’an dengan terjemahnya
4. Anjurkan pasien membuka al-qur’an dan
membaca surah alfatihah
5. Durasi pemberian terapi al-qur’an dengan
satu kali pembacaan
6. Anjurkan pasien untuk mengulang terapi
pada saat mendengarkan suara-suara aneh
dan memasukkan nya kejadwal kegiatan
harian pasien
Lampiran 3 Daftar Riwayat Hidup

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Gafitri Diani


Nim : 21131143
Tempat/Tanggal Lahir : Ps. Kambang, 11 November 1998
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Ujung Air, Sutera, Kab. Pesisir Selatan, Provinsi
Sumbar
Nama Orang Tua
Ayah : Yusri Hardi
Ibu : Wendriani

Riwayat Pendidikan

No Pendidikan Tamatan
1 TK Pasar Gompong 2005
2 SDN 09 Ujung Air 2011
3 SMPN 1 Lengayang 2014
4 SMK Bhakti Kartini Bekasi 2017
5 SI Keperawatan Stikes Mercubaktijaya Padang 2021
6 Profesi Ners Stikes Mercubaktijaya Padang 2022

Anda mungkin juga menyukai