Disusun Oleh :
Kelompok
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Gangguan jiwa semakin meningkat dari tahun ketahun. Gangguan
jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama, baik di
Negara maju maupun Negara berkembang . Menurut Harwani,(2009)
gangguan jiwa tidak hanya dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan
kematian secara langsung, namun juga menimbulkan ketidakmampuan
individu untuk berperilaku tidak produktif. World Health Organization
(WHO, 2008), menyatakan gangguan jiwa diseluruh dunia sudah menjadi
masalah yang sangat serius, diperkirakan ada sekitar 450 orang di dunia
yang mengalami gangguan kesehatan mental. Menurut World Health
Organization (WHO), masalah gangguan jiwa diseluruh dunia sudah
menjadi masalah yang sangat serius. WHO menyatakan paling tidak ada
1dari 4 orang di dunia mengalami masalah mental, diperkirakan ada
sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa.
National Institute Of Mental Health mengemukakan gangguan jiwa
mencapai 13% dari penyakit secara keseluruhan dan di perkirakan akan
berkembang menjadi 25% di tahun 2020.
Kejadian tersebut akan memberikan andil meningkatnya
prevalensi gangguan jiwa dari tahun ketahun di berbagai Negara.
Kesehatan jiwa adalah keadaan sejahtera yang ditandai dengan perasaan
bahagia, keseimbangan, merasa puas, pencapaian diri dan optimis.
Kesehatan jiwa saat ini menjadi prioritas masalah kesehatan global bagi
setiap negara, dimana kondisi saat ini adanya krisis global, perubahan
sosial ekonomi yang sangat cepat, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi sertasituasi politik yang tidak menentu
menyebabkan semakin tingginya angka pengangguran, kemiskinan,
perilaku kekerasan atau tindakan kriminalitas meningkat (Stuart,2009).
Survey nasional mengemukakan jumlah seluruh responden dengan
gangguan jiwa berat sebanyak 1.728 orang. Terlihat bahwa prevalensi
1
psikosis tertinggi di DI Yokyakarta dan Aceh (masing-
masing 2,7%), sedangkan yang terendah di Kalimantan barat (0,7%) di
Provinsi Sumatera Utara gangguan jiwa 0,9 %. Berat prevalensi gangguan
jiwa berat nasional sebesar 1,7 per mil. Prevalensi gangguan jiwa
berdasarkan tempat tinggal dan kuintil indeks kepemilihan dipaparkan
pada buku RisKesDas 2013 dalam angka prevalensi seumur hidup
skizofrenia didunia bervariasi berkisar 4 per mil sampai dengan 1,4 persen
(RisKesDas,2013).
Salah satu bentuk gangguan jiwa yaitu Skizofrenia yang
merupakan sindrom heterogen kronis ditandai dengan pola pikir yang tidak
teratur, delusi, halusinasi, perubahan perilaku yang tidak tepat serta
adanya gangguan fungsi psikososial (Yulinah, 2011). Gangguan
pemikiran tidak saling berhubungan secaralogis, persepsi dan perhatian
yang keliru, afek yang datar atau tidak sesuai, dan berbagai gangguan
aktivitas motorik. Orang dengan skizofrenia menarik diri dari orang lain
dan kenyataan, sering kali masuk kedalam kehidupan fantasi yang penuh
delusi dan halusinasi (Nurarif, 2015).
Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan sensori persepsi
yang dialami oleh penderita gangguan jiwa (Keliat, 2012). Halusinasi
dapat juga diartikan sebagai hilangnya kemampuan dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksterna (dunia luar). Klien
merasakan persepsi atau pendapat tentang lingkungantanpa ada objek atau
rangsangan yang nyata (Farida & Yudi, 2012). Klasifikasi halusinasi
menurut Dermawan dan Rusdi (2013), terdiri dari halusinasi patologis
meliputi halusinasi pendengaran (auditory), halusinasi penglihatan
(risual), halusinasi penciuman (olfactory), halusinasi
pengecapan(gusfactory), halusinasi perabaan (taktil).
Skizofrenia merupakan gangguan mental berat dan kronis yang
menyerang 20 juta orang di seluruh dunia (WHO, 2019), Sedangkan di
Indonesia, Prevalensi Skizofrenia yaitu 1,7 per mil penduduk atau sekitar
400 ribu orang (Riskesdas, 2013). Sedangkan Hasil Riskesdas (2018)
didapatkan estimasi prevalensi orang yang pernah menderita skizofrenia di
2
Indonesia sebesar 1,8 per 1000 penduduk (Pardede, 2020). Dari 34
provinsi di Indonesia, Sumatera Barat merupakan peringkat ke 9 dengan
jumlah gangguan jiwa sebanyak 50.608 jiwa dan prevalensi masalah
skizofrenia pada urutan ke-2 sebanyak 1,9 permil. Klien dengan halusinasi
di RSJ Prof. Hb. Saanin Padang di wisma merpati pada tahun 2021
sebanyak 648 orang, sedangkan jumlah pasien halusinasi 3 bulan terakhir
(Januari-Maret, 2022) di wisma merpati sebanyak 146 orang.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis dapat melaksanakan asuhan keperawatan pada klien Tn. S
Dengan Halusinasi Di Ruang Merpati Di Rs. Jiwa Prof. Hb Saanin
Padang
2. Tujuan Khusus
a. Penulis dapat melakukan pengkajian pada klien Tn. S Dengan
Halusinasi Di Ruang Merpati Di Rs. Jiwa Prof. Hb Saanin Padang
b. Penulis dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. S
Dengan Halusinasi Di Ruang Merpati Di Rs. Jiwa Prof. Hb Saanin
Padang
c. Penulis dapat merencanakan tindakan asuhan keperawatan pada
klien Tn. S Dengan Halusinasi Di Ruang Merpati Di Rs. Jiwa Prof.
Hb Saanin Padang
d. Penulis dapat melakukan asuhan implementasi keperawatan pada
klien Tn. S Dengan Halusinasi Di Ruang Merpati Di Rs. Jiwa Prof.
Hb Saanin Padang
e. Penulis dapat mendokumentasikan asuhan keperawatan evaluasi
pada klien pada klien Tn. S Dengan Halusinasi Di Ruang Merpati
Di Rs. Jiwa Prof. Hb Saanin Padang
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang
dialami oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus
yang nyata. Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman
persepsi yang tidak sesuai dengan kenyataan. (Anna Keliat Budi, 2015)
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam
membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal
(dunia luar). Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari pancaindera
tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal. Halusinasi merupakan
gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang
sebenarnya tidak terjadi. (Surya, 2015)
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, yang dimaksud dengan
halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dimana klien mempersepsikan
sesuatu melalui panca indera tanpa ada stimulus eksternal. Halusinasi
berbeda dengan ilusi, dimana klien mengalami persepsi yang salah
terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya
stimulus eksternal yang terjadi, stimulus internal dipersepsikan sebagai
sesuatu yang nyata ada oleh klien.
Halusinasi hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien
memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau
rangsangan yang nyata (Kusumawati, 2016).
B. Rentang Respon
Halusinasi merupakan salah satu respon maldaptive individual yang
berbeda rentang respon neurobiologi. Ini merupakan persepsi
maladaptive. Jika klien yang sehat persepsinya akurat, mampu
4
mengidentifisikan dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan
informasi yang diterima melalui panca indera (pendengaran, pengelihatan,
penciuman, pengecapan dan perabaan) klien halusinasi mempersepsikan
suatu stimulus panca indera walaupun stimulus tersebut tidak ada.Diantara
kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena suatu hal
mengalami kelainan persensif yaitu salah mempersepsikan stimulus yang
diterimanya, yang tersebut sebagai ilusi. Klien mengalami jika
interpresentasi yang dilakukan terhadap stimulus panca indera tidak sesuai
stimulus yang diterimanya,rentang respon tersebut sebagai berikut:
Respon adaptif Respon maladaptif
5
skizofrenia, sementara jika dizigote, peluangnya sebesar 15%.
Seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia
berpeluang 15% mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang
tuanya skizofrenia maka peluangnya menjadi 35%.
b. Faktor neurobiologis
Klien skizofrenia mengalami penurunan volume dan fungsi otak
yang abnormal. Neurotransmitter juga ditemukan tidak normal,
khususnya dopamin, serotonin, dan glutamat.
1) Studi neurotransmitter
Skizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya
ketidakseimbangan neurotransmitter. Dopamin berlebihan, tidak
seimbang dengan kadar serotonin.
2) Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ketiga kehamilan dapat
menjadi faktor predisposisi skizofrenia.
3) Psikologis
Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi
skizofrenia antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang
pencemas, terlalu melindungi, dingin, dan tak berperasaan,
sementara ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.
2. Faktor Presipitasi
1) Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima dan
memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
2) Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu.
3) Kondisi kesehatan, meliputi : nutrisi kurang, kurang tidur,
ketidakseimbangan irama sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obat
sistem syaraf pusat, kurangnya latihan, hambatan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan.
4) Lingkungan, meliputi : lingkungan yang memusuhi, krisis masalah di
rumah tangga, kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan
hidup, pola aktivitas sehari-hari, kesukaran dalam hubungan dengan
orang lain, isolasi social, kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja,
6
kurang ketrampilan dalam bekerja, stigmatisasi, kemiskinan,
ketidakmampuan mendapat pekerjaan.
5) Sikap/perilaku, meliputi : merasa tidak mampu, harga diri rendah,
putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, kehilangan kendali diri,
merasa punya kekuatan berlebihan, merasa malang, bertindak tidak
seperti orang lain dari segi usia maupun kebudayaan, rendahnya
kernampuan sosialisasi, perilaku agresif, ketidakadekuatan
pengobatan, ketidakadekuatan penanganan gejala.
D. Tanda Gejala
a. Halusinasi pendengaran:
Objektif (bicara/tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab,
menyendengkan telinga ke arah suara, menutup telinga)
Subyektif (mengatakan mendengar suara-suara gauh/berisik,
mendengar suara-suara yang mengajak bercakap-cakap, mendengar
suara yang menyuruh malakukan sesuatu yang berbahaya)
b. Halusinasi penglihatan
Objektif (menunjuk-nunjuk ke suatu arah tertentu, ketakutan pada
sesuatu yang tidak jelas)
Subyektif (mangatakan melihat bayangan, sinar, bentuk-bentuk
tertentu, melihat hantu/jin/setan)
c. Halusinasi perabaan
Objektif (menggaruk-garuk permukaan kulit)
Subyektif (mengatakan ada sesuatu di permukaan kulitnya, merasakan
seperti tersengat listrik)
d. Halusinasi pengecapan
Objektif (sering meludah, muntah)
Subyektif (mengatakan merasakan sesuatu seperti darah, urine atau
feses)
e. Halusinasi penghiduan
Objektif (tampak seperti sedang membau-baui sesuatu, menutup
hidung)
7
Subyektif (mengatakan mencium bau-bauan seperti bau darah, urine,
feses)
E. Proses Terjadinya
Halusinasi yang dialami oleh klien bisa berbeda intensitas dan
keparahannya fase halusinasi dalam 4 fase berdasarkan tingkat ansietas yang
dialami dan kemampuan klien mengendalikan dirinya. Semakin berat fase
halusinasi, klien semakin berat mengalami ansietas dan makin dikendalikan
oleh halusinasinya.
Fase halusinasi Karakteristik Perilaku pasien
1 2 3
Fase 1 : Comforting- Klien mengalami keadaan emosi Menyeringai atau tertawa
ansietas tingkat sedang, seperti ansietas, kesepian, rasa yang tidak sesuai,
secara umum, halusinasi bersalah, dan takut serta mencoba menggerakkan bibir tanpa
bersifat menyenangkan untuk berfokus pada penenangan menimbulkan suara,
pikiran untuk mengurangi ansietas. pergerakan mata yang cepat,
Individu mengetahui bahwa pikiran respon verbal yang lambat,
dan pengalaman sensori yang diam dan dipenuhi oleh
dialaminya tersebut dapat sesuatu yang mengasyikkan.
dikendalikan jika ansietasnya bias
diatasi
(Non psikotik)
Fase II: Condemning- Pengalaman sensori bersifat Peningkatan sistem syaraf
ansietas tingkat berat, menjijikkan dan menakutkan, klien otonom yang menunjukkan
secara umum, halusinasi mulai lepas kendali dan mungkin ansietas, seperti peningkatan
menjadi menjijikkan mencoba untuk menjauhkan dirinya nadi, pernafasan, dan
dengan sumber yang dipersepsikan. tekanan darah; penyempitan
Klien mungkin merasa malu karena kemampuan konsentrasi,
pengalaman sensorinya dan dipenuhi dengan
menarik diri dari orang lain. pengalaman sensori dan
(Psikotik ringan) kehilangan kemampuan
membedakan antara
halusinasi dengan realita.
Fase III: Controlling- Klien berhenti menghentikan Cenderung mengikuti
ansietas tingkat berat, perlawanan terhadap halusinasi dan petunjuk yang diberikan
pengalaman sensori menyerah pada halusinasi tersebut. halusinasinya daripada
menjadi berkuasa Isi halusinasi menjadi menarik, menolaknya, kesukaran
dapat berupa permohonan. Klien berhubungan dengan orang
8
mungkin mengalarni kesepian jika lain, rentang perhatian hanya
pengalaman sensori tersebut beberapa detik atau menit,
berakhir. (Psikotik) adanya tanda-tanda fisik
ansietas berat : berkeringat,
tremor, tidak mampu
mengikuti petunjuk.
Fase IV: Conquering Pengalaman sensori menjadi Perilaku menyerang-teror
Panik, umumnya mengancam dan menakutkan jika seperti panik, berpotensi
halusinasi menjadi lebih klien tidak mengikuti perintah. kuat melakukan bunuh diri
rumit, melebur dalam Halusinasi bisa berlangsung dalam atau membunuh orang lain,
halusinasinya beberapa jam atau hari jika tidak Aktivitas fisik yang
ada intervensi terapeutik. merefleksikan isi halusinasi
(Psikotik Berat) seperti amuk, agitasi,
menarik diri, atau katatonia,
tidak mampu berespon
terhadap perintah yang
kompleks, tidak mampu
berespon terhadap lebih dari
satu orang.
F. Mekanisme koping
Tiap upaya yang diarahkan pada pelaksanaan stress, termasuk upaya
penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan
untuk melindungi diri.
G. Penatalaksanaan
Tindakan keperawatan untuk membantu klien mengatasi
halusinasinya dimulai dengan membina hubungan saling percaya dengan
klien. Hubungan saling percaya sangat penting dijalin sebelum
mengintervensi klien lebih lanjut. Pertama-tama klien harus difasilitasi
untuk merasa nyaman menceritakan pengalaman aneh halusinasinya agar
informasi tentang halusinasi yang dialami oleh klien dapat diceritakan
secara konprehensif. Untuk itu perawat harus memperkenalkan diri,
membuat kontrak asuhan dengan klien bahwa keberadaan perawat adalah
betul-betul untuk membantu klien. Perawat juga harus sabar,
memperlihatkan penerimaan yang tulus, dan aktif mendengar ungkapan
klien saat menceritakan halusinasinya. Hindarkan menyalahkan klien atau
9
menertawakan klien walaupun pengalaman halusinasi yang diceritakan
aneh dan menggelikan bagi perawat. Perawat harus bisa mengendalikan
diri agar tetap terapeutik.
Setelah hubungan saling percaya terjalin, intervensi keperawatan
selanjutnya adalah membantu klien mengenali halusinasinya (tentang isi
halusinasi, waktu, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang
menyebabkan munculnya halusinasi, dan perasaan klien saat halusinasi
muncul). Setelah klien menyadari bahwa halusinasi yang dialaminya
adalah masalah yang harus diatasi, maka selanjutnya klien perlu dilatih
bagaimana cara yang bisa dilakukan dan terbukti efektif mengatasi
halusinasi. Proses ini dimulai dengan mengkaji pengalaman klien
mengatasi halusinasi. Bila ada beberapa usaha yang klien lakukan untuk
mengatasi halusinasi, perawat perlu mendiskusikan efektifitas cara
tersebut. Apabila cara tersebut efektif, bisa diterapkan, sementara jika cara
yang dilakukan tidak efektif perawat dapat membantu dengan cara-cara
baru.
Ada beberapa cara yang bisa dilatihkan kepada klien untuk mengontrol
halusinasi, meliputi :
1. Menghardik halusinasi.
Halusinasi berasal dari stimulus internal. Untuk mengatasinya, klien
harus berusaha melawan halusinasi yang dialaminya secara internal juga.
Klien dilatih untuk mengatakan, ”tidak mau dengar…, tidak mau lihat”.
Ini dianjurkan untuk dilakukan bila halusinasi muncul setiap saat. Bantu
pasien mengenal halusinasi, jelaskan cara-cara kontrol halusinasi, ajarkan
pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama yaitu menghardik
halusinasi:
2. Menggunakan obat.
Salah satu penyebab munculnya halusinasi adalah akibat
ketidakseimbangan neurotransmiter di syaraf (dopamin, serotonin).
Untuk itu, klien perlu diberi penjelasan bagaimana kerja obat dapat
mengatasi halusinasi, serta bagairnana mengkonsumsi obat secara tepat
sehingga tujuan pengobatan tercapai secara optimal. Pendidikan
10
kesehatan dapat dilakukan dengan materi yang benar dalam pemberian
obat agar klien patuh untuk menjalankan pengobatan secara tuntas dan
teratur.Latih pasien menggunakan obat secara teratur.
Jenis-jenis obat yang biasa digunakan pada pasien halusinasi adalah:
a. Clorpromazine ( CPZ, Largactile ), Warna : Orange
Indikasi:
Untuk mensupresi gejala–gejala psikosa : agitasi, ansietas,
ketegangan, kebingungan, insomnia, halusinasi, waham, dan gejala –
gejala lain yang biasanya terdapat pada penderita skizofrenia, manik
depresi, gangguan personalitas, psikosa involution, psikosa masa
kecil.
Cara pemberian:
Untuk kasus psikosa dapat diberikan per oral atau suntikan
intramuskuler. Dosis permulaan adalah 25 – 100 mg dan diikuti
peningkatan dosis hingga mencapai 300 mg perhari. Dosis ini
dipertahankan selama satu minggu. Pemberian dapat dilakukan satu
kali pada malam hari atau dapat diberikan tiga kali sehari. Bila gejala
psikosa belum hilang, dosis dapat dinaikkan secara perlahan – lahan
sampai 600 – 900 mg perhari.
Kontra indikasi:
Sebaiknya tidak diberikan kepada klien dengan keadaan koma,
keracunan alkohol, barbiturat, atau narkotika, dan penderita yang
hipersensitif terhadap derifat fenothiazine.
Efek samping:
Yang sering terjadi misalnya lesu dan mengantuk, hipotensi
orthostatik, mulut kering, hidung tersumbat, konstipasi, amenore pada
wanita, hiperpireksia atau hipopireksia, gejala ekstrapiramida.
Intoksikasinya untuk penderita non psikosa dengan dosis yang tinggi
menyebabkan gejala penurunan kesadaran karena depresi susunan
syaraf pusat, hipotensi,ekstrapiramidal, agitasi, konvulsi, dan
perubahan gambaran irama EKG. Pada penderita psikosa jarang sekali
menimbulkan intoksikasi.
11
b. Haloperidol ( Haldol, Serenace ), Warna : Putih besar
Indikasi:
Yaitu manifestasi dari gangguan psikotik, sindroma gilies de la
tourette pada anak – anak dan dewasa maupun pada gangguan
perilaku yang berat pada anak – anak.
Cara pemberian:
Dosis oral untuk dewasa 1 – 6 mg sehari yang terbagi menjadi 6 – 15
mg untuk keadaan berat. Dosis parenteral untuk dewasa 2 -5 mg
intramuskuler setiap 1 – 8 jam, tergantung kebutuhan.
Kontra indikasi:
Depresi sistem syaraf pusat atau keadaan koma, penyakit parkinson,
hipersensitif terhadap haloperidol.
Efek samping:
Yang sering adalah mengantuk, kaku, tremor, lesu, letih, gelisah,
gejala ekstrapiramidal atau pseudoparkinson. Efek samping yang
jarang adalah nausea, diare, kostipasi, hipersalivasi, hipotensi, gejala
gangguan otonomik. Efek samping yang sangat jarang yaitu alergi,
reaksi hematologis. Intoksikasinya adalah bila klien memakai dalam
dosis melebihi dosis terapeutik dapat timbul kelemahan otot atau
kekakuan, tremor, hipotensi, sedasi, koma, depresi pernapasan.
c. Trihexiphenidyl ( THP, Artane, Tremin ), Warna: Putih kecil
Indikasi:
Untuk penatalaksanaan manifestasi psikosa khususnya gejala
skizofrenia.
Cara pemberian:
Dosis dan cara pemberian untuk dosis awal sebaiknya rendah ( 12,5
mg ) diberikan tiap 2 minggu. Bila efek samping ringan, dosis
ditingkatkan 25 mg dan interval pemberian diperpanjang 3 – 6 mg
setiap kali suntikan, tergantung dari respon klien. Bila pemberian
melebihi 50 mg sekali suntikan sebaiknya peningkatan perlahan –
lahan.
12
Kontra indikasi:
Pada depresi susunan syaraf pusat yang hebat, hipersensitif terhadap
fluphenazine atau ada riwayat sensitif terhadap phenotiazine.
Intoksikasi biasanya terjadi gejala – gejala sesuai dengan efek
samping yang hebat. Pengobatan over dosis ; hentikan obat berikan
terapi simtomatis dan suportif, atasi hipotensi dengan levarteronol
hindari menggunakan ephineprine ISO.
3. Berinteraksi dengan orang lain.
Klien dianjurkan meningkatkan keterampilan hubungan sosialnya.
Dengan meningkatkan intensitas interaksi sosialnya, kilen akan dapat
memvalidasi persepsinya pada orang lain. Klien juga mengalami
peningkatan stimulus eksternal jika berhubungan dengan orang lain.
Dua hal ini akan mengurangi fokus perhatian klien terhadap stimulus
internal yang menjadi sumber halusinasinya. Latih pasien mengontrol
halusinasi dengan cara kedua yaitu bercakap-cakap dengan orang lain:
4. Beraktivitas secara teratur dengan menyusun kegiatan harian
Kebanyakan halusinasi muncul akibat banyaknya waktu luang
yang tidak dimanfaatkan dengan baik oleh klien. Klien akhirnya asyik
dengan halusinasinya. Untuk itu, klien perlu dilatih menyusun rencana
kegiatan dari pagi sejak bangun pagi sampai malam menjelang tidur
dengan kegiatan yang bermanfaat. Perawat harus selalu memonitor
pelaksanaan kegiatan tersebut sehingga klien betul-betul tidak ada
waktu lagi untuk melamun tak terarah. Latih pasien mengontrol
halusinasi dengan cara ketiga, yaitu melaksanakan aktivitas terjadwal.
13
5. Bantu klien menjelaskan dan membandingkan halusinasi saat ini dan
yang baru saja dialami.
6. Dorong klien untuk mengobservasi dan menjelaskan pikiran, perasaan
dan tindakan yang berhubungan halusinasi.
7. Bantu klien menjelaskan kebutuhan yang mungkin direfleksikan
dalam isi halusinasi.
8. Gunakan bahasa yang jelas dan komunikasi secara langsung serta
pertahankan kontak mata.
9. Hadirkan realitas
10. Diskusikan penyebab, isi, waktu terjadi dan cara untuk memutus
halusinasi
11. Berikan tugas dan aktivitas yang dapat dilakukan
12. Diskusikan manfaat dari terapi medis denga klien
14
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A. Pengkajian
1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses untuk tahap awal dan dasar utama dari
proes keperawatan terdiri drai pengumpulan data dan perumusan
kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan melalui data
biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Pengelompokkan data
pengkajian kesehatan jiwa, dapat berupa faktor presipitasi, penilaian
terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan yang dimiliki
(Afnuhazi, 2015) :
1) Identitasklien
2) Alasanmasuk
3) Faktorpredisposisi
4) FaktorPresipitasi
15
kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya aturan atau tuntutan
dalam keluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai dengan
klien serta konflik antar masyarakat.
5) Fisik
6) Psikososial
a) Genogram
b) Konsepdiri
16
7) Mental
a) Penampilan
b) Pembicaraan
c) Aktifitasmotorik
d) Alam perasaan
f) Interaksi selamawawancara
g) Persepsi
h) Prosespikir
17
Ketidakmampuan klien ini sering membuat lingkungan takut
dan merasa aneh terhadap klien.
i) Isipikir
j) Tingkatkesadaran
k) Memori
m) Kemampuanpenilaian
18
n) Daya tilikdiri
a) Makan
b) BAB atauBAK
f) Pemeliharaankesehatan
19
9) Aspekmedis
b) Terapi yangdiberikan
B. Daftar Masalah
1) Resiko perilakukekerasan
3) Isolasisosial
20
C. PohonMasalah
Pohon masalah pada masalah halusinasi dapat diuraikan sebagai berikut (Prabowo,
2016).
D. Kemungkinan DiagnosaKeperawatan
21
E. Rencana Keperawatan utama masalah keperawatan utama
TINDAKAN PERTEMUAN
1 2 3 4 5 s/d 12
1. Identifikasi halusinasi: 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan
isi, frekuensi, waktu menghardik. Beri latihan menghardik & latihan menghardik & latihan menghardik
terjadi, situasi pencetus, pujian obat. Beri pujian obat & bercakap- & obat & bercakap-
perasaan, respon cakap. Beri pujian cakap & kegiatan
harian. Beri pujian
Pasien 2. Jelaskan cara 2. Latih cara 2. Latih cara mengontrol 2. Latih cara mengontrol 2. Latih kegiatan harian
mengontrol halusinasi: mengontrol halusinasi dg halusinasi dg
hardik, obat, bercakap- halusinasi dengan bercakap-cakap saat melakukan kegiatan
cakap, melakukan obat (jelaskan 6 terjadi halusinasi harian (mulai 2
kegiatan benar: jenis, guna, kegiatan)
dosis, frekuensi,
cara, kontinuitas
minum obat)
3. Latih cara mengontrol 3. Masukkan pada 3. Masukkan pada 3. Masukkan pada jadual 3. Nilai kemampuan
halusinasi dg jadual kegiatan untuk jadual kegiatan untuk kegiatan untuk latihan yang telah mandiri
menghardik latihan menghardik latihan menghardik, menghardik, minum
dan minum obat minum obat dan obat, bercakap-cakap
bercakap-cakap dan kegiatan harian
4. Masukan pada jadual 4. Nilai apakah
kegiatan untuk latihan halusinasi terkontrol
menghardik
22
Keluarga 1. Diskusikan masalah yg 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan
dirasakan dalam keluarga dalam keluarga dalam keluarga dalam keluarga dalam
merawat pasien merawat/melatih merawat/melatih merawat/melatih merawat/melatih
pasien menghardik. pasien menghardik pasien menghardik, pasien menghardik
Beri pujian dan memberikan memberikan obat & & memberikan obat
obat. Beri pujian bercakap-cakap. Beri & bercakap-cakap &
pujian melakukkan kegiatan
harian dan follow up.
Beri pujian
2. Jelaskan pengertian, 2. Jelaskan 6 benar cara 2. Jelaskan cara 2. Jelaskan follow up ke 2. Nilai kemampuan
tanda & gejala, dan memberikan obat bercakap-cakap dan RSJ/PKM, tanda keluarga merawat
proses terjadinya melakukan kegiatan kambuh, rujukan pasien
halusinasi (gunakan untuk mengontrol
booklet) halusinasi
3. Jelaskan cara merawat 3. Latih cara 3. Latih dan sediakan 3. Anjurkan membantu 3. Nilai kemampuan
halusinasi memberikan/ waktu bercakap- pasien sesuai jadual keluarga melakukan
membimbing minum cakap dengan pasien dan memberikan ontrol ke RSJ/PKM
obat terutama saat pujian
halusinasi
4. Latih cara merawat 4. Anjurkan membantu 4. Anjurkan membantu
halusinasi: hardik pasien sesuai jadual pasien sesuai jadual
dan memberi pujian dan memberikan
pujian
5. Anjurkan membantu
23
pasien sesuai jadual dan
memberi pujian
24
F. Implementasi keperawatan
G. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan sesuai dengan tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu evaluasi proses dan evaluasi
formatif, dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan evaluasi hasil atau sumatif
dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan yang telah ditentukan
(Afnuhazi, 2015).
25
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Laporan Pelaksanaan Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Indentitas pasien
. Inisial : Tn. S
. Alamat : Komplek sikumbang V jorong guguak tinggi
. Tgl. Dirawat : 14/04/2022
. Tgl pengkajian : 15/04/2022
. No. Rekam medik : 03-07-07
. Informan : Status klien serta informasi dari pengkajian dengan klien
b. Alasan masuk
Tn. S masuk melalui IGD RSJ. Prof. Hb. Saanin Padang diantar oleh
keluarga pada tanggal 13 April 2022 dengan keluhan klien gelisah, bicara
sendiri, tertawa sendiri, melihat bayangan dan mendengar bisikan dari tuhan,
marah tanpa sebab, curiga pada orang lain, sejak 1 minggu yang lalu sebelum
masuk rumah sakit.
Usaha keluarga yang dilakukan untuk mengatasi masalah klien yaitu
keluarga membawa klien ke dukun namun tidak ada hasilnyanya, akhirnya klien
dibawa ke rsj Prof HB Saanin Padang.
c. Faktor predisposisi
1) Gangguan jiwa di masa lalu?
Tn. S mengatakan sudah pernah mengalami gangguan jiwa, pertama kali
mengalami gangguan jiwa dan melakukan rawat jalan tahun 2017, klien
dibawa ke rumah sakit jiwa oleh keluarga dengan keluhan klien marah tanpa
sebab, suka sering berbicara sendiri dan tertawa sendiri.
2) Pengobatan Sebelumnya
Tn. S mengatakan pernah berobat rawat jalan di rumah sakit jiwa Hb. Sanin
Padang dan klien putus minum obat sejak 3 bulan yang lalu karna obat klien
sudah habis dank lien tidak melakukan kontrol ulang ke rumah sakit
26
3) Trauma
Aniaya fisik
Tn. S mengatakan tidak pernah melakukan , menjadi korban maupun saksi
penganiayaan fisik.
Aniaya seksual
Tn. S mengatakan tidak pernah menjadi pelaku maupun saksi serta korban
aniaya seksual
Penolakan
Tn. S mengatakan tidak pernah mengalami penolakan
Kekerasan dalam keluarga
Tn. S mengatakan marah-marah tanpa sebab namun tidak pernah
melakukan kekerasan dalam keluarga
Tindakan kriminal
Tn. S mengatakan pernah menjadi pelaku mencuri uang dan hp 1 tahun
yang lalu
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
d. Pemeriksaan fisik
1) Tanda–tanda vital : TD : 152/72 mm/Hg, N : 93x/mnt, S : 36,8 0C
P : 18 x/mnt
2) Ukur : BB :56 kg, TB : 158 cm
3) Keluhan fisik
27
Tn. S saat ini memiliki riwayat kejang sejak tahun 2008
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
e. Psikososial
1) Genogram
Tn. S
Keterangan
Laki-laki :
Perempuan :
Meninggal : X
Pasien :
Komunikasi dikeluarga Tn. S komunikasi yang jelas dan mudah
dimengerti oleh anggota keluarga, bahasa yang digunakan dalam keluarga
bahasa minang. Pengambilan keputusan dalam keluarga Tn. S adalah
ayahnya. Pola asuh dalam keluarga pasien cukup baik karna keluarga
mendukung dan mendorong klien untuk sembuh. Pola komunikasi dalam
keluarga komunikasi yang jelas dan mudah dimengerti oleh anggota
keluarga.
2) Konsep Diri
a) Citra Diri
Tn. S mengatakan dia merasa puas dengan bagian tubuhnya dan klien
mengatakan dia menyukai semua bagian tubuhnya.
b) Identitas diri
28
Tn. S mengatakan dirinya seorang laki-laki, Tn. S sekolah sampai ke
jenjang SMP. Klien merasa puas sebagai laki-laki.
c) Peran diri
Tn. S mengatakan perannya sebagai anak, pekerjaan klien sebagai
wiraswasta. Tn. S tidak dapat menjalankan perannya sebagai anggota
masyarakat maupun kelompok masyarakat yang ada dilingkungan
sekitar rumahnya masyarakat yang ada dilingkungan sekitar rumahnya.
d) Ideal diri
Tn. S berharap bisa sembuh dan bisa pulang secepatnya, klien berharap
penyakit yang dideritanya tidak kembali lagi dank lien berharap tidak
akan di rawat lagi di RSJ Prof. Hb. Saanin Padang.
e) Harga diri
Tn. S mengatakan merasa malu dengan kondisinya saat ini. Klien merasa
tidak berguna karna tidak bisa menjalankan perannya sebagai anak dan
tidak bisa membantu keluarganya. Klien merasa takut kalau dirinya
selalu dirawat di RSJ Hb. Saanin Padang.
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah
3) Hubungan Sosial
a) Orang terdekat
Tn. S mengatakan orang terdekatnya adalah orang tuanya. Klien
mendapat dukungan dari keluarganya untuk cepat sembuh.
b) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Sewaktu di rumah Tn. S tidak ada mengikuti kegiatan di masyarakat
karna klien sibuk bekerja diluar
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan selama di rawat di rumah sakit, klien tidak tau dengan
nama teman-teman sesama pasien RSJ karna klien tidak suka keramaian
dan klien lebih suka sendirian, klien sering tampak duduk sendirian,
klien masih mau diajak bicara tapi jarang klien bicara dengan teman-
teman diruangan
Masalah keperawatan : Isolasi sosial
4) Spiritual
a) Nilai dan keyakinan
29
Tn. S mengatakan beragama islam dan penyakit yang dideritanya sudah
ditakdirkan allah untuknya
b) Kegiatan ibadah
Tn. S mengatakan ada melaksanakan sholat 5 waktu
Maslah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
f. Status mental
a) Penampilan
Penampilan Tn. S kurang rapi, rambut panjang dan berantakan, jenggot
pajang, klien memakai sandal di rumah sakit, mandi 1x sehari, kadang tidak
mandi dan jarang gosok gigi, penggunaan pakaian kadang sesuai, rambut
tidak disisir.
Masalah keperawatan : deficit keperawatan diri
b) Pembicaraan
Dalam pembicaraan, klien kurang kooperatif, dan bicara lambat kadang
ngaur, dan bicara tidak jelas, klien berbicara berbelit belit
Masalah keperawatan : hambatan komunikasi
c) Aktifitas motorik
Tn. S tampak lesu, mata sayu, suka merenung, tampak tenang dimana klien
ingin cepat pulang dan bertemu dengan keluarganya
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
d) Alam perasaan
Klien mengatakan sedih karena ingin pulang dan tidak mau lama-lama di
rawat RSJ HB Saanin Padang. Tn.S mengatakan ingin dijemput keluarganya,
Klien sering tiba tiba murung dan tampak sedih.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
e) Afek
Pada saat diajak untuk berinteraksi klien dapat merespon dengan baik, kontak
mata ada namun klien cepat mengalihkan pandangan
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
31
Masalah keperawatan : gangguan proses pikir
l) Tingkat kosentrasi dan berhitung
Pada saat berbincang-bincang perhatian Tn. S mudah dialihkan dan
sulit berkonsentrasi tetapi mampu melanjutkan pembicaraan
Masalah keperawatan : gangguan proses pikir
m) Kemampuan menilai
Tn. S mampu memilih ketika disuruh memilih cuci tangan dulu baru
makan atau makan dulu baru cuci tangan, dan Tn. S mengatakan cuci tangan
dulu baru makan.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
n) Daya tilik diri
Tn. S mengatakan menyadari penyakit yang sedang dialami saat ini.
Tn. S mengatakan tidak ada menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi
pada dirinya.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
o) Kebutuhan persiapan pulang
1) Makan
Tn. S mengatakan makan 3x sehari dengan teratur dan mandiri.
Setelah selesai makan Tn. S mampu merapikan kembali alat makan.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
2) BAB/BAK
Tn. S menggunakan dan membersihkan WC untuk BAB dan BAK
secara mandiri. Tn. S mampu membersihkan diri dan merapikan pakaian
setelah BAB dan BAK secara mandiri.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
3) Mandi
Tn. S mengatakan mandi 1x sehari, mandi dengan mandiri tanpa
disuruh. Tn. S mengatakan menggosok gigi 1x sehari, Tn. S malas
mencuci rambut, Tn. S mau memotong kuku, dan bercukur.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
4) berpakaian / berhias
Tn. S berpkaian rapi dan sesuai dengan aturan. Tn. S berpakaian secara
mandiri tanpa
32
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
p) Istirahat dan tidur
Tn. S mengatakan tidak ada masalah dengan kualitas tidurnya. Saat siang
hari Tn. S bisa istirahat dan malam hari juga tidak ada hambatan saat
istirahat.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
q) Penggunaan obat
Klien mengatakan minum obat 2x sehari yaitu pagi dan sore hari
r) Pemeliharaan kesehatan
Tn. S mampu melakukan ADLnya sendiri tanpa bantuan.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
s) Kegiatan didalam rumah
Tn. S mengatakan dirumah ia biasa menyiapkan makanan untuk makan
sendiri, mampu menjaga kerapian rumah.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
ANALISA DATA
No Data Masalah
34
1. DS : Harga Diri Rendah
- Tn. S merasa malu dengan
kondisinya saat ini.
- Tn. S mengatakan merasa tidak
berguna karena tidak bisa
menjalankan perannya sebagai
anak
- Tn. S merasa takut kalau dirinya
selalu di rawat di RSJ HB
Saanin Padang karena sakit jiwa
dan minum obat.
Do:
- Klien tampak sedih
- Klien berbicara pelan dan nada,
suara lemah
2. Ds : Halusianasi Pendengaran
- Tn. S mengatakan ada
mendengar suara bisikan yang
menyuruhnya untuk mengikuti
perintah allah seperti sholat dan
berbuat baik kepada orang lain
- Tn. S mengatakan bahwa dia
mendapatkan hidayah dari allah
dari suara bisika yang dia
dengar
Do :
- Tn. S kadang terlihat berbicara
sendiri
- Tn. S tampak mondar mandir
- Telinga Tn. S tampak bergerak
35
seolah mendengar sesuatu
3. Ds :
- Klien mengatakan tidak suka
keramaian Isolasi Sosial
- Klien mengatakan sering
sendirian dikamar
- Klien mengatakan jarang bicara
sama teman-teman diruangan
Do:
- Kontak mata kurang
- Klien sering menundukkan
kepala
- Tampak bicara lambat
- Tampak suka menyendiri
- Tampak tidak mau bergabung
dengan teman-teman
Do :
- Penampian Tn. S tampak tidak
rapi
- Rambut terlihat tidak rapi
- Klien memakai sendal saat di
RSJ. Prof. HB. Saanin Padang.
36
5. Ds:
- klien mengatakan tidak suka Hambatan komunikasi
keramaian
- klien mengatakan lebih suka
sendirian
- Klien mengatakan sering
sendirian dikamar
- Klien mengatakan jarang bicara
sama teman-teman diruangan
-
Do:
- klien tampak sendirian
- klien tampak suka menghindar
- reaksi lamban
- kontak mata kurang
- klien sering menunduk
- klien berbicara lambat
- klien berbicara berbelit belit
37
dirawat di rumah sakit jiwa
- Klien mengatakan ada bisukan
suara tuhan, dan menyuruh klien
untuk bersujud dan berbuat baik.
Do:
- klien tampak respon lambat
- klien sering menghindar
- kontak mata kurang
- respon lambat
- sering menunduk
- tampak sedih suara pelan dan
terdengar lemah
POHON MASALAH
Halusinasi pendengaran
Waham agama
38
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Halusinasi pendengaran
2. Isolasi sosial
3. Defisit perawatan diri
39
A. INTERVENSI
40
percakapan yang sudah halusinasi dengan bercakap-cakap
dilakukan Masukkan dalam jadwal kegiatan
Mampu berinteraksi dengan
teman dan memulai untuk
bercakapa-cakap
Setelah 1x pertemuan pasien SP IV halusinasi
mampu: Evaluasi jadwal kegiatan
Mampu mengulangi Latih cara mengontrol halusinasi
kegiatan pertama, kedua dan dengan kegiatan harian
ketiga yang dilatih dan Masukkan dalam jadwal kegiatan
berikan pujian.
Mampu memilih kegiatan
keempat yang dipilih.
Mampu melatih kegiatan
keempat yang dipilih yaitu
mengepel
2. Isolasi social Pasien mampu membina Setelah 1x pertemuan pasien Sp1 Isolasi Sosial:
hubungan saling percaya mampu : Identifikasi penyebab isolasi sosial
penyebab isolasi sosial dan Mampu membina siapa yang serumah, siapa yang dekat,
berinteraksi dengan orang lain. penyebab isolasi sosial yang tidak dekat, dan apa sebabnya.
keuntungan berhubungan Keuntungan punya teman dan
dengan orang lain, dan bercakap-cakap
kerugian tidak Kerugian tidak punya teman dan tidak
berhubungan dengan bercakap-cakap
orang lain. Latih cara berkenalan dengan paien dan
Mampu berinteraksi perawat ruangan
dengan orang lain secara Masukkan pada jadwal kegiatan
41
bertahap 2-3 orang harian
Mampu berinteraksi
dengan orang lain secara
bertahap : berkenalan 4-5
orang
mampu berinteraksi
dengan orang lain secara
bertahap ; berkenalan
dengan >5 orang
SP 2 Isolasi Sosial
Evaluasi kegiatan berkenalan (berapa
orang). Beri pujian
Latih cara berbicara saat melakukan
kegiatan harian (latih 2 kegiatan)
Masukkan pada jadual kegiatan untuk
latihan berkenalan 2- 3 orang pasien,
perawat dan tamu, berbicara saat
melakukan kegiatan harian
Sp 3 Isolasi Sosial
Evaluasi kegiatan latihan
berkenalan beberapa orangdan
berbicara saat melakukan kegiatan
dan berikan pujian.
Latih cara berbicara saat melakukan
kegiatan harian
Masukkan pada jadwal kegiatan
untuk latihan berkenalan dengan 4-
42
5 orang pasien ataupun perawat
Sp 4 Isolasi Sosial
Evaluasi kegiatan latih berkenalan
bicara saat melakukan empat
kegiatan harian beri pujian
Latih cara bicara sosial: meminta
sesuatu, menjawab pertanyaan
Masukkan pada jadwal kegiatan
harian latih berkenalan 5 oarang
baru, bebicara saat
melakukan kegiatan harian dan
sosialisasi
3. Defisit Pasien mampu Setelah 1x pertemuan pasien SP I Depisiti perawatan diri :
Perawatan melakukan kebersihan mampu: Diskusikan tentang kebersihan diri
Diri diri secara mandiri. Mampu menjelaskan dengan cara:
Pasien mampu pentingnya kebersihan diri. Jelaskan pentingnya kebersihan diri.
melakukan berhias atau Mampu melakukan cara merawat Cara menjaga kebersihan diri.
berdandan secra baik. diri dengan kebersihan diri Bantu pasien mempraktekkan cara
Pasien mampu menjaga kebersihan diri.
melakukan makan dan Menganjurkan memasukan dalam
minum dengan baik. jadwal kegiatan harian dan beri pujian
Pasien mampu
melakukan defekasi atau
berkemih secara mandiri
43
Setelah 1x pertemuan pasien SP II Depisiti perawatan diri :
mampu: Mengevaluasi SP 1.
Mampu menjelaskan Menjelaskan cara berdandan dan
pentingnya berdandan atau berhias.
berhias. Bantu pasien mempraktekkan cara
Mampu melakukan cara berdandan atau berhias dengan
merawat diri dengan tindakan:
berdandan atau berhias Untuk pasien laki-laki latihan:
Berpakaian, Menyisr rambut, Bercukur
Untuk pasien perempuan latuhan:
Berpakaian, Menyisir rambut,
mencukur kumis
Menganjurkan memasukan dalam
jadwal kegiatan harian dan beri pujian
Setelah 1x pertemuan pasien SP III Depisitit perawatan diri :
mampu: Evaluasi kegiatan yang lalu (SP I
Mampu menjelaskan dan SP II).
pentingnya makan dan Jelaskan cara makan dan minum
minum yang baik. dengan baik.
Mampu melakukan cara Bantu pasien mempraktekkan cara
merawat diri dengan makan makan yang baik dengan tindakan:
dan minum yang baik Menjelaskan cara mempersiapkan
makan dan minum
Menjelaskan cara makan dan
minum yang tertib
Menjelaskan cara merapikan
peralatan makan dan minum
44
setelah makan dan minum
Praktekkan makan dan minum
sesuai dengan tahapan makan dan
minum yang baik
Menganjurkan memasukan dalam
jadwal kegiatan harian dan beri
pujian.
Setelah 1x pertemuan pasien SP IV Depisitit perawatan diri :
mampu: - Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1,
Mampu menjelaskan SP2 dan SP 3)
pentingnya BAB dan BAK Jelaskan cara BAB dan BAK secara
secara mendiri. mendiri.
Mampu melakukan cara Bantu pasien mempraktekkan cara
merawat diri dengan BAB BAB dan BAK secara mendiri
dan BAK secara mandiri dengan tindakan:
Menjelaskan tempat BAB/BAK
yang sesuai
Menjelaskan cara membersikan diri
setelah BAB/BAK
Menjelaskan cara membersikan
tempat BAB/BAK
- Menganjurkan memasukan dalam
jadwal kegiatan harian dan beri
pujian
45
46
CATATAN PERKEMBANGAN
No Diagnosa Implementasi Evaluasi
1. Halusinasi SP 1 S: Klien mengatakan
Sabtu Mengidentifikasi mendengar suara bisikan
16/4/2022 halusinasi, isi, frekuensi, yang merupakan itu suara
Jam 09.00 WIB waktu terjadi, situasi, tuhan
pencetus, perasaan, respon O: Klien berbicara sendiri,
Melatih halusinas dengan senyum sendiri
cara menghardik A: Klien mampu
Menganjurkan melakukan cara
memasukkan ke dalam mengontrol halusinasi
jadwal kegiatan harina dengan cara menghardik
P:
Klien : mampu mengontrol
dengan cara memghardik
Perawat : melanjutkan SP2
cara mengontrol halusinasi
dengan obat
2. Minggu SP 2 S: Klien mengatakan
17/4/2022 Evaluasi jadwal kegiatan sudah mampu mengontrol
Jam 13.00 WIB Latih cara mengontrol halusinasinya dengan cara
halusinasi dengan minum menghardik dan cara
obat minum obat (6 benar)
Masukkan dalam jadwal O: Klien tampak mampu
kegiatan melakukan cara minum
obat
A: Klien mampu
melakukan melakukan
cara mengontrol halusinasi
dengan minum obat
P:
klien : klien mampu
mengontrol halusinasi
47
dengan minum obat
Perawat : melanjutkan
SP3 cara mengontrol
halusinasi dengan
bercakap-cakap
48
kegiatan kegiatan harian
A: Klien mampu
melakukan kegiatan harian
yang dianjurkan
P:
klien : Klien mampu
melakukan kegiatan harian
yang dianjurkan
Perawat : mengevaluasi SP
1,2,3,4 dengan aktivitas
terjadwal
5. Isolasi social SP 1 Pasien S:
Rabu - Identifikasi penyebab isolasi Klien mangatakan
20/4/2022 sosial: siapa yang serumah, belum mampu
11.00 wib siapa yang dekat, yang tidak berkenalan dengan
dekat, dan apa sebabnya orang lain
- Keuntungan punya teman dan Klien mengatakan
bercakap- cakap tidak mau berinteraksi
- Kerugian tidak punya teman dengan orang lain
dan tidak bercakap-cakap Klien mengatakan tidak
- Latih cara berkenalan dengan kenal dengan teman
pasien dan perawat atau tamu teman
- Masukan pada jadual Klien mengatakan tidak
kegiatan untuk latihan tahu keuntungan dan
berkenalan kerugian berteman
O:
Klien tampak tidak ada
berinteraksi dengan
teman yang lain
Klien tampak
menyendiri
Kontak mata ada tapi
jarang
49
A : Klien mampu
berkenalan dengan
perawat
P:
klien : Klien mampu
berkenalan dengan
perawat.
Perawat : melanjutkan SP
2 latih cara berkenalan
dengan pasien lainnya 2-3
orang
6. Kamis SP 2 Pasien S:
21/4/2022 Evaluasi kegiatan berkenalan Klien mengatakan akan
10.00 wib (berapa orang). Beri pujian berkenalan dengan 2-3
Latih cara berbicara saat orang
melakukan kegiatan harian Klien mengatakan sudah
(latih2 kegiatan) mulai mau berinteraksi
Masukkan pada jadual O:
kegiatan untuk latihan Klien tampak sudah mau
berkenalan 2- 3 orang pasien, bergaul
perawat dan tamu, berbicara Kontak mata ada tapi
saat melakukan kegiatan jarang
harian Klien tampak mulai
berada disekitar teman
temannya
A : Klien mampu
berbicara dengan orang
50
lain 2-3 orang
P:
klien : Klien mampu
berbicara dengan orang
lain 2-3 orang
Perawat : melanjutkan SP3
latih cara berkenalan 4-5
orang
7. Jumat SP 3 Pasien S:
22/4/2022 Evaluasi kegiatan latihan Klien mengatakan
13.00 berkenalan (berapa orang) & belum mampu
bicara saat melakukan dua berkenalan dengan 4-5
kegiatan harian. Beri pujian orang
Latih cara berbicara saat Klien mengatakan sudah
melakukan kegiatan harian (2 berkenalan dengan oang
kegiatan baru) 2-3 orang
Masukkan pada jadual O :
kegiatan untuk latihan Klien tampak sudah
berkenalan 4-5 orang, mau bergaul
berbicara saat melakukan 4 Kontak mata ada tapi
kegiatan harian jarang
Klien tampak mulai
berada disekitar teman
temannya
Klien belum bisa
menyebutkan 4-5 nama
temannya
A : Klien mampu
berkenalan 4-5 orang
P:
klien : Klien mampu
berkenalan 4-5 orang.
51
Perawat : melanjutkan SP4
latih cara social : belanja
kewarung, meminta
sesuatu, menjawab
pertanyaan, latih cara
berkenalan >5 orang
8. Sabtu SP 4 S:
23/4/2022 Evaluasi jadwal kegiatan Klien mengatakan
13.00 Latih cara mengontrol belum mampu
halusinasi dengan kegiatan bekenalan dengan
harian >5orang orang
Masukkan dalam jadwal Klien mengatakan sudah
kegiatan mulai akrab dengan
teman teman di RSJ
Klien mengatakan
senang
Klien mengatakan sudah
berkenalan dengan oang
4-5 orang
O:
Klien tampak sudah
mau bergaul
Kontak mata ada tapi
jarang
Klien tampak mulai
berada disekitar teman
temannya
Klien hanya bisa
menyebutkan 4-5 nama
temannya
A : Klien mampu
berkenalan >5 orang dan
52
dapat berbicara sosial
P:
klien : Klien mampu
berkenalan >5 orang dan
dapat berbicara sosial
Perawat : mengevaluasi SP
1,2,3 dan 4 dengan
aktivitas terjadwal
53
berdandan kuku dan cara berdandan
Latih cara berdandan setelah seperti : sisir rambut, dan
kebersihan diri : sisiran, dan mencukur kumis
bercukur O: klien tampak mampu
Masukkan pada jadwal melakukan cara berdandan
kegiatan untuk kebersihan A: klien mampu
diri dan berdandan melakukan kegiatan
berdandan
P:
klien : klien mampu
melakukan kegiatan
berdandan
Perawat : melanjutkan
SP3 melatih cara makan
dan minum yang baik
BAB IV
PEMBAHASAN
54
1. Pengkajian
Pada Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan tanggal 15 April 2022 pada
klien didapatkan keluhan yang dirasakan yaitu klien mengatakan mendengar suara
bisikan yang menyuruh klien sholat, suara sering muncul saat klien sendirian dan pada
pagi dan sore hari, kadang suara tersebut mengganggu klien. Tn. S terlihat sering
berbicara sendiri dan mondar mandir yang membuat Tn. S gelisah. Gejala gejala yang
muncul tersebut tidak semua mencakup dengan yang ada di teori klinis dari halusinasi
(Keliat, dkk.2014).
Berdasarkan hasil penelitian faktor predisposisi terjadinya halusinasi yaitu klien
mengatakan pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu, klien pernah melakukan
rawat jalan RSJ Prof HB Saanin Padang, klien menderita sakit jiwa sejak 5 tahun yang
lalu, namun klien sekarang baru pertama kali dirawat dirumah sakit jiwa 2 hari yang
lalu. Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
seperti klien. Hubungan klien dengan keluarga baik-baik saja.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan bahwa tekanan darah 152/72 mmhg, nadi
93x/I , pernafasan 18x/i, suhu 36,8 0C dan klien tidak ada memiliki keluhan fisik.
Menurut Afnuhazi, Ridhyalla (2015) pada klien yang mengalami gangguan halusinasi
tidak mengalami keluhan fisik.
Hasil penelitian pada pengkajian psikosial dan spiritual, Klien mengatakan
orang yang sangat berarti bagi klien yaitu ibunya. Klien lebih sering menceritakan
segala sesuatunya kepada ibunya. Klien mengatakan beragama islam dan percaya
adanya Allah SWT. Pandangan dan keyakinan klien terhadap gangguan jiwa sesuai
dengan norma dan budaya yang di anut seperti mengerjakan sholat lima waktu dalam
sehari. Tetapi klien mengerjakan sholat 5 waktu di RS. Hasil pengkajian didapatkan
klien minum obat Risperidone 2x2 mg, Lorazepam 1x1 mg, asam valproat 2x250 mg,
asam folat 1x1 mg, KBZ 2x200 mg.
Menurut Afnuhazi (2015) obat yang diberikan pada klien dengan halusinasi
biasanya diberikan antipsikotik seperti Haloperidol (HLP) fungsinya adalah untuk
menghilangkan suara-suara yang terdengar oleh partisipan, Lorazepam fungsinya
adalah untuk menenangkan, dan Anti parkinson triheyphenidyl (THP). Efek samping
dari obatn-obatan tersebut adanya klien merasa tenggorokan kering, sering merasa
haus.
55
Berdasarkan hasil pengkajian dari kasus kelolaan dan teori yang telah dijelaskan
diatas maka kelompok berasumsi tidak ada kesenjangan antara teori dengan data yang
ditemukan, maka apabila perawat melakukan pengkajian pada partisipan halusinasi
maka akan menemukan data seperti yang diatas dan dengan faktor predisposisi serta
tanda dan gejala seperti yang telah dijelaskan diatas.
2. Diagnosa Keperawatan
Hasil pengkajian ditemukan tiga diagnosa keperawatan, diagnosa keperawatan
pertama adalah gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran ditandai dengan
partisipan mengatakan mendengar suara bisikan, partisipan tampak binggung, tertawa
sendiri, berbicara sendiri, dan mondar mandir. Diagnosa kedua Diagnosa kedua isolasi
sosial ditandai dengan menarik diri, asyik dengan pikirannya sendiri, tidak ada kontak
mata, tidak memiliki teman dekat, klien tidak mampu berkosentrasi dan membuat
keputusan. Diagnosa ketiga adalah defisit perawatan diri ditandai dengan klien
mengatakan mandi 1x sehari, klien mengatakan keramas 1x 2 hari, gigi dan mulut klien
tampak kotor, pakaian tidak rapi, rambut panjang, kuku panjang, dan kumis panjang.
Dari teori yang ada 3 diagnosa tersebut merupakan diagnosa yang sering
ditemukan dengan klien mengalami halusinasi yaitu halusinasi
pendengaran/penglihatan, isolasi, defisit perawatan diri sesuai dengan diagnosa yang
ditemukan kelompok dalam penelitian ini. Sehingga kelompok berasumsi tidak
menemukan kesenjangan antara teori dan hasil yang ditemukan dilapangan dengan
pasien halusinasi.
3. Intervensi keperawatan
Hasil penelitian pada kasus kelolaan untuk diagnosa pertama gangguan persepsi
sensori: halusinasi adalah membuat rencana keperawatan dengan tindakan strategi
pelaksanaan halusinasi yaitu membina hubungan saling percaya pada partisipan dan
keluarga, identifikasi halusinasi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus, perasaan,
respon, latihan strategi pelaksanaan untuk mengontrol halusinasi dengan cara minum
obat secara teratur , latihan cara menghardik, latihan cara bercakap-cakap, dan latihan
dengan melakukan aktivitas sehari-hari. melakukan latihan strategi pelaksanaan
56
halusinasi kepada keluarga dengan melatih keluarga merawat klien halusinasi dengan
minum obat secara teratur, latihan cara menghardik, bercakap-cakap, melakukan
aktivitas sehari-hari, serta memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk follow up klien
halusinasi.
Menurut Keliat (2017) intervensi keperawatan yang dapat diberikan pada klien
dengan halusinasi yaitu membantu klien mengenali halusinasi, melatih klien
mengontrol halusinasi, strategi pelaksanaan 1 latihan cara menghardik halusinasi,
strategi pelaksanaan 2 minum obat secara teratur , strategi pelaksanaan 3 latihan
bercakap-cakap dengan orang lain, strategi pelaksanaan 4 melakukan aktivitas sehari-
hari. Tindakan keperawatan tidak hanya ditujukan untuk partisipan tetapi juga diberikan
kepada keluarga, sehingga keluarga mampu mengarahkan partisipan dalam mengontrol
halusinasi dengan strategi pelaksanaan 1 keluarga mengenalmasalah dalam merawat
klien halusinasi dan melatih mengontrol halusinasi klien dengan menghardik, strategi
pelaksanaan 2 keluarga melatih keluarga merawat partisipan halusinasi dengan enam
benar minum obat, strategi pelaksanaan 3 keluarga : melatih keluarga merawat
partisipan halusinasi dengan bercakap- cakap dan melakukan kegiatan, strategi
pelaksanaan 4 keluarga melatih keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk follow
up klien halusinasi.
Intervensi yang dilakukan pada diagnosa kedua isolasi sosial yaitu strategi
pelaksanaan 1 latih cara berkenalan dengan anggota keluarga/pasien/perawat, strategi
pelaksanaan 2 latih cara berkenalan 2-3 orang, strategi pelaksanaan 3 latih cara
berkenalan 4-5 orang, strategi pelaksanaan 4 latih cara berkenalan >5 orang. Tindakan
keperawatan tidak hanya ditunjukkan untuk partisipan tetapi juga diberikan kepada
keluarga. Strategi pelaksanaan 1 keluarga melatih cara berkenalan dan berbicara saat
melakukan kegiatan harian, strtegi pelaksaan 2 latih cara membimbing pasien berbicara
dan membri pujian, strategi pelaksanaan 3 latih keluarga mengajak klien berbelanja,
strategi pelakasanaan 4 anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberi pujian.
Intervensi yang dilakukan pada diagnosa ketiga defisit perawatan diri yaitu
membina hubungan saling percaya pada partisipan dan keluarga, identifikasi masalah
perawatan diri, kebersihan diri, berdandan, makan dan minum, BAB/BAK, pentingnya
kebersihan diri, melakukan strategi pelaksanaan dengan melatih klien cara
menjagakebersihan diri mandi, cuci rambut, gosok gigi, dan potong kuku, melatih cara
berdandan, melatih cara makan dan minum yang baik, serta melatih cara BAB/BAK
yang baik. Untuk keluarga intervensi yang dilakukan adalah diskusikan masalah yang
57
dirasakan keluarga dalam merawat klien, jelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses
terjadinya serta cara merawat kebersihan diri, serta melakukan, strategi pelaksanaan
pada keluarga dengan melatih keluarga untuk membimbing klien menjaga dan merawat
kebersihan diri, berdandan yang baik dan benar, makan dan minum yang baik, serta
BAB/BAK yang baik, dan follow up partisipan ke pelayanan kesehatan.
Kelompok melakukan intervensi sesuai dengan diagnosa yang ditemukan serta
sesuai dengan teori yang ada dan juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
beberapa ahli sebelumnya. Dan juga kelompok tidak menemukan kesenjangan antara
teori, hasil penelitian orang lain dan hasil pengkajian dari kelompok.
4. Implementasi
Berdasarkan hasil pengkajian pada kasus kelolaan implementasi keperawatan yang
telah dilakukan untuk diagnosa keperawatan pertama gangguan persepsi sensori:
halusinasi penglihatan yaitu membina hubungan saling percaya pada klien dan keluarga,
melakukan identifikasi halusinasi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus, perasaan,
respon partisipan serta masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.
Menurut Afnuhazi (2015) implementasi adalah pelaksanaan keperawatan oleh
klien. Hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah tindakan
keperawatan yang akan dilakukan implementasi pada klien dengan halusinasi dilakukan
secara interaksi dalam melaksanakan tindakan keperawatan, perawat harus lebih dulu
melakukan membina hubungan saling percaya, identifikasi waktu, frekuensi, situasi,
respon klien terhadap halusinasi, melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik, melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat, melatih
klien mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap, melatih klien mengontrol
halusinasi dengan cara melaksanakan kegiatan terjadwal.
Berdasarkan hasil penelitian Anggraini, dkk (2013) tentang Pengaruh Menghardik
Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi Dengar Pada Pasien Skizofrenia di RSJD Dr.
Amino gondohutomo Semarang, terapi menghardik dengan menutup telinga responden
mengalami penurunan tingkat halusinasi pendengaran , hal ini dikarenakan pada saat
responden menutup mata saat melakukan terapi menghardik responden menjadi lebih
fokus dan berkonsentrasi pada halusinasinya. Sehingga dianjurkan untuk para perawat di
rumah sakit agar menggunakan terapi menghardik dengan menutup telinga karena
hasilnya akan lebih baik.
Berdasarkan hasil kasus kelolaan kelompok tindakan keperawatan yang telah
dilakukan dan teori yang telah dijelaskan diatas, penulis beransumsi implementasi yang
58
harus dilakukan adalah membina hubungan saling percaya dengan klien, mengidentifikasi
halusinasi, isi, frekuensi dan situasi serta melakukan strategi pelaksanaan halusinasi untuk
mengontrol halusinasi. Oleh sebab itu apabila perawat melakukan implementasi
keperawatan pada klien dengan halusinasi harus sesuai seperti yang dijelaskan teori diatas.
Implementasi keperawatan yang telah dilakukan pada kasus kelolaan untuk
diagnose kedua isolasi sosial yaitu mengidentifikasi penyebab isolasi sosial, menjelaskan
keuntungan dan kerugian tidak memiliki teman dan tidak bercakap-cakap, melakukan
latihan strategi pelaksanaan 1 latih cara berkenalan dengan anggota
keluarga/pasien/perawat, strategi pelaksanaan 2 latih cara berkenalan 2-3 orang, strategi
pelaksanaan 3 latih cara berkenalan 4-5 orang, strategi pelaksanaan 4 latih cara berkenalan
>5 orang.
Implementasi keperawatan yang telah dilakukan untuk diagnosa ketiga defisit
perawatan diri yaitu membina hubungan saling percaya pada klien dan keluarga,
melakukan identifikasi masalah perawatan diri, kebersihan diri, berdandan, makan dan
minum, BAB/BAK, pentingnya kebersihan diri, serta masalah yang dirasakan keluarga
dalam merawat klien. Melakukan latihan strategi pelaksanaan 1 dengan melatih cara
menjaga kebersihan diri mandi, cuci rambut, gosok gigi, dan potong kuku pada klien dan
keluarga, melakukan latihan strategi pelaksanaan 2 dengan melatih cara berdandan pada
klien dan keluarga, melakukan latihan strategi pelaksanaan 3 dengan melatih cara makan
dan minum yang baik pada keluarga dan klien, melakukan latihan strategi pelaksanaan 4
dengan melatih cara BAB/BAK ynag baik pada klien.
Kelompok melakukan implementasi sesuai dengan intervensi yang ada serta sesuai
dengan teori yang ada dan juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh bebrapa ahli
sebelumnya. Dan juga kelompok tidak menemukan kesenjangan antara teori, hasil
penelitian orang lain dan hasil penelitian dari kelompok dalam memberikan implementasi.
5. Evaluasi
Berdasarkan hasil pengkajian untuk evaluasi keperawatan diagnosa pertama yaitu
gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran setelah dilakukan intervensi sebanyak
tujuh kali klien mampu membina hubungan saling percaya antara perawat dan klien, klien
bersedia menceritakan tentang masalah yang dialaminya, mulai dari penyebab, tanda dan
gejala yang dirasakan dan tindakan yang dilakukan klien untuk mengontrol suara yang
didengar, serta penyelesaian masalah keluarga dalam merawat klien, partisipan dan
keluarga mampu mengetahui obat- obatan dan kegunaan obat-obatan yang diminumnya
59
serta mengetahui cara minum obat yang benar dan melakukan minum obat secara teratur
dan dilakukan mandiri, klien dan keluarga mampu mendemonstrasikan cara menghardik,
klien mampu mengontrol halusinasinya dengan melakukan cara bercakap-cakap dengan
orang disekitarnya, partisipan mampu mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas
sehari-hari seperti menyapu, dan melakukan hobinya bernyanyi dilakukan secara mandiri
dan dimasukkan ke dalam jadwal harian.
Evaluasi pada diagnosa kedua yaitu isolasi sosial dimana setelah dilakukan
implementasi selama 9 hari klien dapat mengetahui keuntungan dan kerugian tidak
memiliki teman dan bercakakap-cakap, klien mampu berkenalan dengan perawat/pasien,
klien mampu berkenalan dengan 2-3 orang, klien mampu berkenalan dengan 4-5 orang
dan kelian mampu berkenalan dengan >5 dilakukan secara mandiri dan dimasukkan ke
dalam jadwal harian.
Evaluasi yang dilakukan untuk diagnosa ketiga yaitu defisit perawatan diri setelah
dilakukan 9x intervensi klien dan keluarga mampu menceritakan masalah perawatan diri,
kebersihan diri, berdandan, makan dan minum, BAB/BAK, pentingnya kebersihan diri,
serta penyelesaian masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien, klien mampu
mengetahui cara cara menjaga kebersihan diri mandi, cuci rambut, gosok gigi, dan potong
kuku dan melakukannya dengan baik dan benar, klien mampu mengetahui cara berdandan
yang baik dan melakukan berdandan dengan baik, partisipan mampu mengetahui cara
makan/minum yang baik serta mampu melakukan makan/minum yang baik, klien mampu
mengetahui cara BAB/BAK yang baik dan benar dan melakukannya dengan baik dan
benar dilakukan secara mandiri dan dimasukkan ke dalam jadwal harian.
Kelompok melakukan evaluasi sesuai dengan implementasi dan respon yang
diberikan oleh klien setelah dilakukan implementasi, dan juga sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh beberapa ahli sebelumnya. Dan juga kelompok tidak menemukan
kesenjangan antara teori, hasil penelitian orang lain dan hasil pengkajian dari kelompok
dalam menemukan evaluasi
60
BAB V PENUTUP
Berdasarkan hasil deskripsi asuhan keperawatan pada Tn. S dengan halusinasi yang
dilaksanakan pada tanggal 16 April 2022 sampai dengan 25 April 2022 maka dapat
disimpulkan :
A. Kesimpulan
1. Pengkajian keperawatan
Pada pengkajian menemukan keluhan klien yaitu klien mengatakan mendengar
suara bisikan terkadang suara menyuruh sholat. Klien mengatakan suara tersebut muncul
2x sehari yaitu pada pagi dan malam hari. Klien mendengar suara tersebut saat klien
bermenung dan menyendiri.
61
Faktor predisposisi klien dengan halusinasi adanya faktor biologis dari keluarga,
faktor psikologis dan sosial budaya seperti kegagalan dalam hubungan sosial. Pemeriksaan
fisik tidak ditemukan keluhan dan kelainan pada klien. Status mental klien mengalami
gangguan pada persepsi, isi pikir dan proses pikir. Terapi medis yang diberikan
antipsikotik seperti Risperidone dan triheyphenidyl dan lorazepam
2. Diagnosa keperawatan
3. Intervensi keperawatan
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah
dibuat sebelumnya untuk ketiga masalah keperawatan. Implementasi meliputi strategi
pelaksanaan halusinasi, isolasi sosial dan defisit perawatan. Dengan harapan hasil yang
dicapai sesuai dengan tujuan dan kriteria yang telah ditetapkan.
62
5. Evaluasi keperawatan
Pada evaluasi untuk masalah keperawatan sudah dapat teratasi. Dibuktikan dengan
klien mampu mengetahui dan melakukan latihan strategi pelaksanaan untuk mengontrol
halusinasi telah diajarkan dengan dilakukan secara mandiri dan dimasukkan ke dalam
jadwal harian. Klien mampu mengetahui dan melakukan latihan strategi pelaksanaan cara
berkenalan dengan beberapa orang yang telah diajarkan dengan dilakukan secara mandiri
dan dimasukkan ke dalam jadwal harian. Klien mampu menjaga kebersihan diri dengan
mandi, gosok gigi, cuci rambut, berdandan yang benar, makan/minum, BAB/BAK yang
benar dengan dilakukan secara mandiri dan dimasukkan ke dalam jadwal harian.
B. Saran
63
DAFTAR PUSTAKA
Direja, Ade Herman Surya, 2018. Buku ajar keperawatan jiwa. Nuha Medika : Jakarta
Elinafsiah. 2010. Modal praktik keperawatan jiwa. Jakarta : Trans Info Media
Hafnuhazi, (2015). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri rencana Asuhan & Medikasi
Psikotropik. Edisi 5. Jakarta: Penebit Buku Kedokteran EG
Keliat, Budi A, dkk (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN (Basic Couse).
Jakarta : EGC
Keliat, Budi Ana. 2015. Proses Keperawatan Jiwa. EGC : Jakarta
Keliat Budi, Anna. 2015. Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan
Jiwa, :EGC, 2015
64
Kusuma, Farida dan Hertono, Yudi. 2013. Buku ajar keperawatan jiwa. Kusumawati (2016).
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Medika
Nuha Nasir abdul dan abdul muhit. 2011. Dasar-dasar keperawatan jiwa : pengantar dan teori.
Salemba medika : Jakarta
Nursalam. 2020. Manajemen keperawatan : Aplikasi dalam praktik keperawatan professional.
Jakarta : Salemba Medika
Prabowo, Eko. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan. Yogyakarta : Nuha
Medika Videbeck, Sheila L. 2018. Buku ajar keperawatan jiwa. EGC : Jakarta
World health organization. (2019). Mental disorder. www.who.int diakses 27 Juni 2020.
Yosep, iyus. 2019. Keperawatan jiwa. PT Refika Aditama : Bandung
RISKESDAS, 2018
Surya 2015. Pengaruh Terapi Individu Generalis Dengan Pendekatan Strategi Pelaksanaan
Komunikasi Terhadap Frekuensi Halusinasi Pada Pasien Halusinasi. VOLUME 8, No
1, Juni 2012 : 1-6. 84-165-1-SM di peroleh pada tanggal 26 Januari 2020 dari
http://jurnal.andalas.ac.id/index.php/menarailmu/article/view/141.
Farida & Yudi (2016). Upaya penurunan intensitas halusinasi dengan cara mengontrol
halusinasi di rsjd arif zainudin surakarta.
Harwani (2015). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. S Dengan Gangguan Persepsi Sensori
Halusinasi Pendengaran di Ruang Srikandi Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta (Doctoral dissertation, Universitas Muhamadiyah Surakarta).
Farida & Yudi (2012). Tingkat Pengetahuan Pasien Dalam Melakukan Cara Mengontrol
Dengan Perilaku Pasien Halusinasi Pendengaran. Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan
Indonesia, 7(04), 306-312.
65
Nurarif, (2015). Efektifitas Terapi Musik Klasik terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi
pada Pasien Halusinasi Dengar di Rsj Tampan Provinsi Riau (Doctoral
dissertation, Riau University).
66