Tugas Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Stase Keperawatan Jiwa
Dosen Pembimbing Kelompok I : Riza Arisanty Latifah, S.Kep., Ns., M.Kep
Disusun Oleh :
Alfiany Dzakiah Ri’fat Zaen NIM. 200721019
Diva Noviandari NIM. 200721032
Iin Indriani K NIM. 200721001
Indah Yulinda Pramesti NIM. 200721026
Lu’lu Najihah NIM. 200721028
Listia Agnes Sofyan NIM. 200721027
Mela Nopiyanti NIM. 200721020
Mohammad Jihad Faturrahman NIM. 200721031
Nur Fani Febriyanti NIM. 200721024
Noviani NIM. 200721029
Sumi’ah NIM. 200721023
Tria Utami Damayanti NIM. 200721025
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Keterangan :
1. Respon Adaptif adalah respon yang yang dapat diterima oleh norma-norma
sosial budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas
normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah
tersebut.
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu berupa kemantapan
perasaan jiwa yang timbul sesuai dengan peristiwa yang penuh di
alami.
4) Perilaku sesuai dengan kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan
dengan individu tersebut di wujudkan dalam bentuk gerak atau ucapan
yang bertentangan dengan moral.
5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.
2. Respon Psikososial, meliputi :
1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan
gangguan.
2) Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang
penerapan yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan
panca indera.
3) Emosi berlebihan atau berkurang.
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran.
5) Menarik diri yaitu percobaan untuk menghindar interaksi dengan orang
lain.
3. Respon Maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan,
adapun respon maladaptif ini meliputi :
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
kenyataan sosial.
2) Halusinasi merupakan gangguan yang timbul berupa persepsi yang
salah terhadap rangsangan.
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari
hati.
4) Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu perilaku yang tidak teratur.
5) Isolasi sosial adalah kondisi sendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan
yang negatif mengancam.
1. Pengkajian
Ruang Rawat : -
Tanggal dirawat : -
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. X (L / P)
Usia : 30 tahun
No. RM : -
Tanggal Pengkajian : Rabu, 27 Januari 2021
Informan : Tim Keperawatan
Aniaya Fisik - - - - - -
Aniaya Seksual - - - - - -
Ny. C dan
32 27 29 tahun,
Penolakan Tn. S Tn. X Ny. S
tahun tahun 35 tahun
(Keluarga)
Kekerasan dalam
- - - - - -
rumah tangga
Tindakan Calon 32 27 Tn. Ch
Tn. X 35 tahun
Kriminal Suami tahun tahun (Adik Ipar)
Diagnosa : Halusinasi visual, Isolasi sosial
Keperawatan
4. Adakah anggota
keluarga yang
( ) YA (√) TIDAK
mengalami gangguan
jiwa ?
Hubungan Gejala Riwayat Pengobatan/Perawatan
- - -
Diagnosa : -
Keperawatan
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Keluarga Tn. X mengatakan bahwa dulu Tn. X pernah mengalami gangguan jiwa
sejak Tn. X berusia 30 tahun yang disebabkan karena Tn. X pernah tertipu dan
seluruh hartanya kandas dibawa lari oleh calo rumah. Sejak saat itu Tn. X menjadi
sensitif ketika ia melihat laki-laki berbaju dinas, terkadang marah-marah dan
menuntut harta gono-gini dan bangunan rumahnya. Tn. X juga sempat tertipu oleh
calo rumah yang menyebabkan rumah yang ingin ia bangun disita oleh dinas karena
illegal.
IV. FISIK
1. Tanda Vital
120/80
TD : Nadi : 58x/menit RR : 24x/menit
mmHg
2. Antropometri
TB : 172 cm BB : 58 kg
3. Keluhan Fisik
Tn. X mengatakan lemas, sering tidak bisa tidur di malam hari, tidak nafsu makan.
Diagnosa : Insomnia
Keperawatan
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
:
Laki-laki
:
Perempuan
:
Ibu klien
:
Bapak klien
:
Klien
:
Bercerai
:
Meninggal
Salah satu keluarga Tn. X mengatakan bahwa Tn. X merupakan anak ke-3 dari 5
bersaudara. Keluaraga juga mengatakan Tn. X jarang kontrol untuk psikoterapi
dikarenakan semua anggota keluarganya sibuk bekerja, klien juga terkadang tidak
mau dibawa kontrol ke dokter karena tidak mau berhadapan dengan banyak orang,
sehingga proses pengobatan klien tidak terkontrol.
2. Konsep Diri
a Gambaran diri : Klien mengakatan bahwa dirinya tidak mau melihat
tubuhnya karena ia merasa dirinya tidak berdaya lagi.
b Identitas : Klien mengatakan sebelumnya ia hidup berkecukupan,
meskipun berpendidikan tinggi ia ramah dan bersyukur
karena bekerja kontraktor, klien juga aktif mengikuti
pengajian dikampung serta akrab dengan tetangga-
tetangganya. Namun sejak sakit ia sering menyendiri,
malu dengan keadaannya dan tidak pernah mengikuti
kegiatan di lingkungan rumahnya.
c Peran : Tn. X merupakan anak ke-3 dari 5 bersaudara, sebelum
direhabilitasi klien di asuh oleh ibunya, klien
menjalankan peran sebagai anak dan saudara bagi kakak
dan adiknya.
d Ideal diri : Tn. X berharap bahwa apa yang menjadi haknya kembali
pada dirinya, keluarganya juga berharap bahwa Tn. X
bisa sembuh seperti sedia kala.
e Harga diri : Tn. X mengatakan bahwa ia merasa tidak berdaya dan
malu untuk berinteraksi dengan orang lain, terkadang ia
juga sering menjadi pusat perhatian orang-orang karena
sering berbicara dan bercerita sendiri jika sedang
kambuh.
Diagnosa : Harga Diri Rendah
Keperawatan
3. Hubungan Sosial
a Orang yang : Tn. X mengatakan bahwa hal yang paling berarti dalam
berarti hidupnya adalah ibunya, ia tidak pernah bercerita
tentang kehidupannya selain kepada ibunya.
b Peran serta dalam : Sebelum penyakit gangguan jiwanya kambuh Tn. X biasa
kegiatan mengikuti kegiatan karang taruna dan pengajian
kelompok / kampung, namun saat ini Tn. X lebih sering menarik diri
masyarakat dari komunitas.
c Hambatan dalam : Sebelum kambuh Tn. X biasa berinteraksi dengan
berhubungan tetangga sekitar, namun sejak kambuh Tn. X cenderung
dengan orang lain menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang
lain.
Diagnosa : Isolasi Sosial
Keperawatan
4. Spiritual
a Nilai dan : Tn. X mengatakan bahwa ia beragama islam Keluarga
Keyakinan Tn. X mengatakan bahwa masyarakat sekitar terkadang
acuh pada orang yang gangguan jiwa bahkan ada
beberapa warga yang mengucilkan.
b Kegiatan ibadah : Selama kambuh gangguan jiwanya Tn. X tidak pernah
lagi melakukan kegiatan ibadah dan pengajian di tempat
tinggalnya.
Diagnosa Kep. : Distress Spiritual
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Tidak rapih Penggunaan Cara berpakaian seperti
() ( ) pakaian yang (√) biasanya
tidak sesuai
Penampilan Tn. X dalam berpakaian terlihat seperti biasanya, tampak menutup aurat
meskipun agak kurang rapih.
Diagnosa : -
Keperawatan
2. Pembicaraan
( ) Cepat ( ) Gagap ( ) Keras
(√) Inkoheren (√) Apatis ( ) Lambat
( ) Membisu (√) Tidak dapat memulai pembicaraan
Klien apatis, kurang konsentrasi, dan tidak mau berbicara atau mulai berbicara,
terkadan hilang kontak mata dan sering mengigau atau berbicara sendiri ia
mengatakan bahwa rumahnya disita oleh dinas karena IMB illegal.
3. Aktivitas Motorik
( ) Lesu ( ) Tegang (√) Gelisah
( ) Agitasi ( ) Grimasen ( ) Tremor
( ) TIK ( ) Komplusif
Klien tampak gelisah, selalu menyendiri dan tampak lemas seperti tidak bergairah.
Diagnosa : -
Keperawatan
4. Alam Perasaan
( ) Sedih ( ) Ketakutan (√) Putus asa
( ) Khawatir ( ) Euforia
Klien tampak putus asa, ia mengatakan bahwa tidak berdaya lagi, semuanya yang
menjadi hak untuk kehidupan masa depannya sudah direnggut, ia juga mengatakan
merasa tidak berarti terlebih lagi ketika ia dibentak oleh orang.
Diagnosa : -
Keperawatan
5. Afek
( ) Datar ( ) Tumpul (√) Labil ( ) Tidak sesuai
Klien juga tampak labil, cenderung moody, terkadang ia hanya mau melakukan
sesuatu sesuai dengan perasaannya.
Diagnosa : -
Keperawatan
7. Persepsi
(√) Penglihatan ( ) Pendengaran ( ) Penciuman
( ) Pengecapan ( ) Peraba
Klien memiliki masalah persepsi atau halusinasi. Ia sering melihat rumahnya ingin
disita oleh dinas sehingga rumahnya ia bungkus dengan plastik namun setelah
disiram air rumahnya hilang seketika, setelah itu emosi klien mendadak labil terlebih
ketika melihat orang berpakaian dinas. Halusinasi visual klien dirasakan pagi, siang
dan malam dengan durasi 20 menit.
8. Proses berpikir
( ) Sirkumtansial ( ) Tangensial ( ) Kehilangan asosiasi
(√) Flight of ideas ( ) Blocking ( ) Pengulangan pembicaraan
( ) Preservasi
Pada saat berkomunikasi klien terkdang berbicara meloncat pindah dari satu topik
ket topik yang lain atau tidak sesuai dengan topik pembicaraan.
Diagnosa : -
Keperawatan
9. Isi pikiran
(√) Obsesi ( ) Fobia ( ) Hiperkondria
(√) Dispersonalisasi ( ) Ide yang terkait ( ) Pikiran magis
Waham
( ) Agama ( ) Somatik ( ) Kebesaran
( ) Nihilistik ( ) Curiga ( ) Sisip piker
( ) Siar piker ( ) Kontrol piker
Klien sering mengingat kejadian di masalalu saat bangunan rumahnya disita, ia
mengakatan sudah berusaha melupakan tapi sering muncul tiba-tiba. Klien tampak
kebingungan tidak bergairah dan terkadang merasa aneh ketika melihat orang-orang
sekitar lingkugan rumahnya.
Diagnosa : -
Keperawatan
11. Memori
Gangguan daya ingat Gangguan daya ingat jangka pendek
() ()
jangka panjang
Gangguan daya ingat Konfabulasi
() (√)
saat ini
Pada saat dilakukan wawancara klien terkadang berbicara yang tidak sesuai topik
pembicaraan, mengada-ada dan terkadang merasa curiga. Hal ini dibenarkan oleh
pihak keluarga Tn. X.
Diagnosa : -
Keperawatan
Diagnosa : -
Keperawatan
Diagnosa : -
Keperawatan
2. BAB/BAK
(√) Bantuan minimal () Bantuan total
3. Mandi
(√) Bantuan minimal () Bantuan total
4. Berpakaian/Berhias
(√) Bantuan minimal () Bantuan total
5. Kebersihan diri
(√) Bantuan minimal ( ) Bantuan Total
Aktivitas harian Tn. X sebagian dibantu oleh keluarganya seperti jadwal makan dan
minum obat Tn. X serta memfasilitasi kebutuhan kebersihan diri klien, untuk
BAK/BAB dan mandi klien biasa melakukan sendiri termasuk juga berpakaian dan
berhias diri.
Diagnosa : -
Keperawatan
7. Penggunaan obat
( ) Bantuan minimal (√) Bantuan total
8. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan lanjutan ( ) Ya ( ) Tidak
System pendukung ( ) Ya ( ) Tidak
2. Analisa Data
No Data Fokus Diagnosa Keperawatan
1 Ds : Gangguan Persepsi Sensori :
- Klien mengatakan sering melihat Halusinasi Penglihatan
rumahnya ingin disita oleh dinas
sehingga rumahnya ia bungkus dengan
plastik namun setelah disiram air
rumahnya hilang seketika
- Klien mengatakan halusinasi visual
dirasakan pagi, siang dan malam
Do :
- Emosi klien tampak mendadak labil
terlebih ketika melihat orang
berpakaian dinas
- klien tampak lemas
- klien tampak kebingungan
- klien sering menyendiri
- pandangan mata klien kosong dan
mudah beralih
- klien tampak tertawa dan berbicara
sendiri
- isi pikir dispersonalisasi, obsesi
- proses pikir cenderung flight of idea
- konfabulasi
- reaksi lambat, cenderung menghindar,
koping maladaptif
2 Ds : Isolasi sosial
- Keluarga mengatakan sebelum
penyakit gangguan jiwanya kambuh
Tn. X biasa mengikuti pengajian
kampung, namun saat ini Tn. X lebih
sering menarik diri dari komunitas.
- Keluarga mengatakan sebelum kambuh
Tn. X biasa berinteraksi dengan
tetangga sekitar, namun sejak kambuh
Tn. X cenderung menyendiri dan tidak
mau berinteraksi dengan orang lain.
Do :
- Klien tampak menarik diri
- Klien tidak mau berinteraksi dengan
orang lain
- Konfabulasi
- Proses pikir cenderung flight of idea
- reaksi lambat, cenderung menghindar,
koping maladaptif
- isi pikir dispersonalisasi, obsesi
4 Ds : Insomnia
- Tn. X mengatakan lemas, sering tidak
bisa tidur di malam hari, tidak nafsu
makan.
- Keluarga Tn. X mengatakan bahwa Tn.
X sering tidak tidur di malam hari
biasanya ia tidur mulai dari jam 02.00
s/d jam 05.00, terkadang Tn. X sering
keluar ditengah malam sendiri.
Do :
- Aktivitas motorik ; klien tampak gelisah
- Alam perasaan ; klien tampak putus asa
- Kegiatan sebelum dan sesudah bangun
tidur ; melamun, dan biasanya
menyendiri di tempat yang sepi
- Keadaan fisik klien tampak lemas dan
pucat
- TD 1200/80 mmHg
- RR 24x/menit (cepat dangkal)
- Nadi 58x/menit (lambat dalam)
5 Ds : Distress spiritual
- Tn. X mengatakan bahwa ia beragama
islam Keluarga Tn. X mengatakan
bahwa masyarakat sekitar terkadang
acuh pada orang yang gangguan jiwa
bahkan ada beberapa warga yang
mengucilkan.
Do :
- Selama kambuh gangguan jiwanya Tn.
X tidak pernah lagi melakukan kegiatan
ibadah dan pengajian di tempat
tinggalnya.
- Afek labil
- Aktivitas motorik ; klien tampak gelisah
- Alam perasaan ; klien tampak putus asa
- Respon apatis
- Konfabulasi
- Tampak kebingungan
- Saat diwawancarai klien kehilangan
kontak mata, tidak kooperatif
- Proses berpikir cenderung flight of
ideas
- Dispersonalisasi (+)
- Isi pikiran lebih cenderung obsesi
- Self insight : sering menyalahkan hal-
hal diluar dirinya
3. Pohon Masalah
Gangguan psikososial ;
Isolasi sosial
Respon koping
maladaptif
Stressor
4. Daftar Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Paraf
1 Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Penglihatan TIM
2 Domain 12. Kelas 3. (00053). Isolasi Sosial b.d Kesulitan Membina TIM
Hubungan
3 Domain 6. Kelas 2. (00119). Harga diri rendah b.d koping TIM
terhadap kehilangan tidak efektif
4 Domain 4. Kelas 1. (00095) Insomnia b.d depresi TIM
5 Domain 10. Kelas 3. (00066). Distress spiritual b.d harga diri TIM
rendah d.d depresi
5. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan NIC Rasional
Kriteria Hasil (NOC)
1 DX 1 (3009). Perawatan (6510). Manajemen - Membina
Psikologis halusinasi hubungan saling
percaya dengan
Setelah dilakukan klien. kontak
proses interaksi - Bina hubungan saling
yang jujur,
selama 2X percaya dengan
pertemuan, singkat, dan
mengemukakan konsisten dengan
diharapkan
halusinansi prinsip komunikasi perawat dapat
penglihatan dapat terapeutik membantu klien
teratasi dan klien membina kembali
mampu mengatasi interaksi penuh
- Ucapkan salam
halusinansi
penglihatan sesuai terapeutik pada klien, percaya dengan
orang lain.
dengan strategi sapa klien dengan
- Dengan
pelaksanaan tindakan ramah baik verbal
keperawatan, dengan mengetahui
kriteria hasil : maupun non-verbal tanda dan gejala
- Pasien dapat halusinasi yang
berkomunikasi - Tanyakan nama muncul, perawat
dengan perawat, lengkap klien dan dapat
keluaraga dan menentukan
orang lain nama panggilan
langkah
- Pasien dapat kesukaan klien
intervensi
menjelaskan
selanjutnya.
frekuensi, waktu,
- Jelaskan tujuan - Memantau
situasi dan kondisi
serta isi dari pertemuan kondisi pasien
halusinasinya dengan cara
- Pasien mampu - Membuat kontrak melakukan
mengontrol observasi secara
halusinasinya topik, waktu dan
rutin
- Pandangan mata tempat setiap kali - Latihan atau
tidak kosong bertemu klien. aktivitas berbasis
- Tidak mudah
beralih realita dapat
- Konfabulasi (-) - Tunjukkan sikap mengalihkan
- Isi pikir terarah, perhatian pasien
dispersonalisasi (-), empati pada klien
saat mengalami
obsesi (-) dan menerima apa
halusinasi
- Proses pikir terarah, adanya
flight of idea (-) - Terapi musik,
- Pasien dapat mendengarkan
mengontrol emosi - Beri perhatian pada murottal dan
klien dan kebutuhan terapi zikir dapat
dasarnya. mengalihkan
halusinasi
- Diskusikan dengan dengan merespon
kemampuan
klien tentang
otak, dan
penyebab halusinasi merubah
(waktu, situasi dan frekuensi otak ke
kondisi, isi dan alpha-tetha. Pada
frekuensi) fase ini akan
menstimulasi sel
- Observasi perilaku otak mensekresi
pasien yang endorphin,
serotonin dan
menunjukkan
katekolamin 3
halusinasi regulasi hormone
ini dapat
- Libatkan pasien membuat pasien
dalam aktivitas dan menjadi lebih
rutinitas berbasis berkonsentrasi
realitas yang dapat dan relaks (M.
Aisyah, Jumaini
mengalihkan
& Safri, 2019)
perhatian dari - Mengekspresikan
halusinasi (bercakap- perasaan dapat
cakap, menghardik membantu pasien
halusinasi) memahami situasi
dan perilaku
- Latih pasien sehingga
mengurangi
melakukan terapi
frekuensi
aktivitas (terapi
negative, emosi
musik, yang
mendengarkan mengganggu dan
murottal, berdzikir) mengurangi
penurunan
- Dorong pasien untuk motivasi.
mengekspresikan - Meningkatkan
perasaannya dengan pengetahuan
tepat keluarga tentang
penyebab
- Berikan penjelasan halusinasi dan
cara merawat
pada keluarga
pasien dengan
tentang halusinasi
halusinasi
yang dialami pasien - Terapi farmakolgi
dapat membantu
- Diskusikan dengan kesembuhan
keluarga tentang cara pasien.
merawat pasien
dengan halusinasi
- Berikan motivasi
pada klien dan
keluaga.
- Kolaborasi dengan
dokter pemeberian
obat antipsikotik
secara konsisten
sesuai kebutuhan.
- Berikan motivasi
pada keluarga agar
membantu klien
untuk bersosialisasi
- Kolaborasi dengan
dokter pemeberian
obat antipsikotik
secara konsisten
sesuai kebutuhan.
- Berikan motivasi
pada keluarga dalam
merawat pasien
dengan harga diri
rendah
- Ungkapan
perasaan pasien
dapat dijadikan
system
pendukung
untuk
memotivasi
pasien
melakukan
kegiatan
keagamaan
- Terapi
mindfulness
dapat
merangsang
kemampuan sel
otak, merubah
frekuensi
gelombang di
otak dan
mensekresi
serotonin,
katekolamin, dan
endorphin yang
dapat membuat
pasien menjadi
lebih tenang
6. Strategi Pelaksanaan Tindakan Pada Klien dengan Isolasi Sosial
Tindakan Keperawatan
No Diagnosa
Pasien Keluarga
1. Gangguan SP 1 SP 1
persepsi 1. Mengidentifikasi halusinasi 1. Mendiskusikan masalah yg
sensori : pendengaran pada pasien dirasakan pasien keluarga
Halusinasi
meliputi isi, frekuensi, dalam merawat pasien
visual
waktu terjadi, situasi, 2. Menjelaskan pengertian,
pencetus, perasaan, dan tanda dan gejala halusinasi
respon pasien terhadap yang dialami pasien beserta
halusinasi proses terjadinya dan jenis
2. Melatih paasien cara halusinasi pasien
mengontrol halusinasi 3. Menjelaskan cara-cara
dengan cara menghardik merawat pasien halusinasi
“anjurkan pasien menutup
SP 2
telinga dan berkata suara-
1. Mengevaluasi kegiatan
suara pergilah, kamu tidak
keluarga dalam merawat
nyata”
atau melatih dan
3. Membantu pasien
menghardik halusinasi
memasukkan dalam jadwal
2. Menjelaskan cara bercakap-
kegiatan harian pasien
cakap dan melakukan
kegiatan untuk mengontrol
SP 2
halusinasi
1. Mengevaluasi latihan pasien
3. Melatih dan meluangkan
dalam mengontrol dan
waktu bercakap-cakap
menghardik halusinasi
dengan pasien terutama
2. Melaatih pasien cara
saat halusinasi
mengontrol halusinasi
4. Membantu keluarga
dengan bercakap-cakap
masukan dalam jadwal
“menganjurkan pasien
kegiatan harian pasien
untuk melakukan
komunikasi dengan teman SP 3
yang ada di panti pada saat 1. Mengevaluasi kegiatan
suara tersebut datang” keluarga dalam merawat
3. Membantu psien atau melatih pasien,
memasukkan dalam jadwal menghardik, dan bercakap-
kegiatan harian pasien cakap, dan beri pujian
2. Melatih keluarga cara
SP 3 merawat pasien dengan
1. Mengevaluasi latihan mengontrol halusinasi
mengontrol halusinasi,
menghardik, dan bercakap- melalui kegiatan sehari-hari
cakap dengan teman panti 3. Membantu keluarga
pada saat suara-suara masukan dalam jadwal
tersebut datang kegiatan harian pasien
2. Melatih pasien untuk
SP 4
melakukan aktivitas yang
1. Mengevaluasi kegiatan
disukai (menggambar,
keluarga dalam merawat
mendengarkan music,
atau melatih, menghardik,
mendengarkan murrotal,
bercakap-cakap, melakukan
beryanyi, dll)
aktivitas sehari-hari dan
3. Membantu pasien
beri pujian
memasukkan dalam jadwal
2. Menjelaskan pada keluarga
kegiatan harian pasien
pentingnya minum obat
secara teratur
SP 4
3. Membantu keluarga
1. Mengevaluasi latihan
masukan dalam jadwal
mengontrol halusinasi
kegiatan harian pasien
2. Menganjurkan pasien
minum obat secara teratur
dengan prinsip 6B (benar
obat, benar pasien, benar
dosis yang diberikan, benar
waktu ooemberian, benar
rute pemberian, dan benar
pendokumentasian)
3. Membantu pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian pasien
2. Isolasi sosial SP 1 SP 1
1. Membina hubungan saling 1. Mengidentifikasi masalah
percaya dengan yang dihadapi keluarga
menggunakan salam dalam menghadapi pasien
terapeutik isolasi sosial
2. Mengidentifikasi penyebab 2. Menjelaskan pada keluarga
isolasi sosial tentang konsep dasar isolasi
sosial seperti pengertian,
3. Mengidentifikasi
tanda dan gejala yang
keuntungan berteman dialami pasien beserta
4. Mengidentifikasi kerugian faktor penyebab dan proses
tidak mempunyai teman terjadinya masalah isolasi
sosial
5. Membimbing pasien 3. Menjelaskan pada
memasukan kedalam jadwal keluarga cara merawat
harian pasien isolasi sosial.
4. Membuat RTL untuk
SP 2 keluarga dalam merawat
1. Mengevaluasi masalah pasien isolasi sosial
sebelumnya, dan
memberikan pujian pada SP 2
pasien atas perkembangan 1. Mengevaluasi kemampuan
yang telah dicapainya dan pengetahuan keluarga
2. Melatih pasien cara sesuai dengan SP 1
berkenalan dengan orang 2. Melatih keluarga
yang pertama (perawat) mempraktekkan cara
merawat pasien dengan
3. Menganjurkan pasien isolasi sosial
memasukan kegiatan 3. Melatih keluarga
latihan kedalam jadwal melakukan cara merawat
hariannya. langsung pada pasien
dengan isolasi sosial
SP 3 4. Membuat RTL untuk
1. Mengevaluasi kegiatan keluarga dalam merawat
pasien isolasi sosial
sebelumnya, yaitu cara
berkenalan dengan satu
SP 3
orang (perawat) 1. Mengevaluasi kemampuan
2. Melatih pasien cara keluarga sesuai dengan SP 2
berkenalan dengan orang 2. Melatih keluarga membuat
kedua (pasien lain) jadwal kegiatan harian
pasien selama dirumah
3. Menganjurkan pasien seperti jadwal minum obat,
memasukkan kegitan berinteraksi dengan
latihan kedalam jadwal keluarga dan orang
hariannya. terdekat di lingkungan
rumah.
3. Membuat RTL untuk
SP 4 keluarga dalam merawat
1. Mengevaluasi kegiatan pasien isolasi sosial
sebelumnya (SP 1, SP 2)
yaitu cara berkenalan SP 4
1. Mengevaluasi kemampuan
dengan orang kedua keluarga sesuai dengan SP 3
(pasien). 2. Menjelaskan pada keluarga
2. Memberikan kesempatan dalam melakukan discharge
pada pasien berkenalan dan planning pada pasien secara
konsisten dan rencana
bercakap-cakap dengan dua follow up pasien setelah
orang atau lebih. pulang
3. Melatih pasien membuat
kegiatan dengan kelompok.
4. Menganjurkan pasien untuk
memasukan kedalam jadwal
kegiatan hariannya.
3. Harga diri SP 1 SP 1
rendah 1. Membina hubungan saling 1. Mendiskusikan masalah
percaya dengan teknik yang dihadapi keluarga
komunikasi terapeutik dalam merawat pasien
2. Mengidentifikasi 2. Menjelaskan pada keluarga
kemampuan dan aspek tentang pengertian, tanda
positif yang dimiliki pasien dan gejala harga diri rendah
3. Membantu pasien menilai serta faktor penyebab dan
kemampuan pasien yang proses terjadinya masalah
masih dapat digunakan tersebut
4. Membantu pasien memilih 3. Menjelaskan pada keluarga
kegiatan yang akan dilatih cara merawat pasien
sesuai dengan kemampuan dengan harga diri rendah
pasien 4. Membuat RTL untuk
5. Melatih pasien sesuai keluarga dalam merawat
dengan kemampuan yang pasien harga diri rendah
dipilih : merapikan kamar,
menyapu halaman SP 2
6. Memberikan pujian yang 1. Melatih keluarga
wajar terhadap keberhasilan mempraktekan cara
dan progress latihan pasien merawat pasien dengan
7. Menganjurkan pasien untuk harga diri rendah
memasukan kedalam jadwal 2. Melatih kelurga
kegiatan hariannya. menerapkan secara
langsung cara merawat
SP 2 pasien dengan harga diri
1. Mengevaluasi jadwal rendah
kegiatan harian pasien 3. Membuat RTL untuk
2. Melatih pasien kemampuan keluarga dalam merawat
yang kedua ; menyiram pasien harga diri rendah
tanaman.
3. Menganjurkan pasien untuk SP 3
memasukkan kedalam 1. Mengevaluasi kemampuan
jadwal kegiatan hariannya. keluarga sesuai dengan
tindakan SP 2
2. Membantu keluarga
membuat jadwal kegiatan
harian pasien selama
dirumah seperti jadwal
minum obat (discharge
planning)
3. Menjelaskan pada keluarga
dalam melakukan discharge
planning pada pasien secara
konsisten dan rencana
follow up pasien setelah
pulang
4. Insomnia SP 1 SP 1
1. Menentukan pola tidur 1. Membantu keluarga
/aktivitas pasien mengidentifikasi masalah
2. Mengidentifikasi faktor insomnia
penyebab insomnia pada 2. Membantu keluarga
pasien mengetahui proses
3. Memfasilitasi pasien terjadinya insomnia yang
lingkungan yang nyaman dihadapi pasien
(kebersihan tempat tidur, 3. Membuat RTL pada
hindari kebisingan, keluarga dalam merawat
pencahayaan, suhu) pasien dengan insomnia
SP 2 SP 2
1. Melatih pasien untuk tidak 1. Melatih keluarga tetang
mengkonsumsi banyak cara merawat pasien yang
cairan di malam hari mengalami masalah
2. Melatih pasien teknik insomnia
relaksasi otot autogenic
untuk memancing tidur.
3. Menganjurkan pasien untuk
mendengarkan murrotal
sebelum tidur
5. Distress SP 1 SP 1
spiritual 1. Membina hubungan saling 1. Membantu keluarga
percaya dengan pasien mengidentifikasi masalah
2. Mengidentifikasi faktor yang dihadapi dalam
penyebab gangguan merawat pasien
spiritual pada pasien 2. Membantu keluarga
3. Membantu pasien mengetahui proses
mengungkapkan perasaan terjadinya masalah spiritual
dan pikiran terhadap yang dihadapi pasien
spiritual yang diyakininya 3. Membuat RTL pada
4. Membantu klien keluarga dalam merawat
mengembangkan skill untuk pasien dengan masalah
mengatasi perubahan spiritual
spiritual dalam kehidupan
SP 2 SP 2
1. Memfasilitasi pasien dengan 1. Melakukan rujuakan pada
alat-alat ibadah yang sesuai tokoh agama
keyakinan atau agama yang 2. Melatih keluarga tetang
dianut oleh pasien cara merawat pasien yang
2. Memfasilitasi klien untuk mengalami masalah
menjalankan ibadah sendiri spiritual
atau dengan orang lain
3. Membantu pasien untuk
ikut serta dalam kegiatan
keagamaan
4. Membuat rencana tindak
lanjut terapi mindfulness
dengan psikiatri.
7. Evaluasi Keperawatan
No Tanggal Diagnosa Evaluasi
1 Kamis, Gangguan persepsi S;
28/01/21 sensori : Halusinasi - Klien mengatakan masih sering
visual melihat bayangan rumahnya yang
disita oleh dinas
- Klien mengatakan halusinasi visual
yang dirasakan sudah jarang terjadi
- Klien mengatakan sudah tahu cara
menghardik halusinasinya
- Keluarga klien mengatakan bahwa
ia sudah tahu tentang masalah
halusinasi yang diderta klien dan
keluarga juga tahu cara merawat
pasien halusinasi
O;
- Klien mampu mengontrol emosi,
meskipun masih labil
- Klien masih tampak lemas
- Inkoherens (+) meskipun sudah
jarang terjadi
- Klien sudah mau berinteraksi
- Klien sudah mampu berkonsentrasi
dan fokus meskipun terkadang
hilang kontak mata dan mudah
beralih
- Klien sudah jarang tertawa atau
berbicara sendiri
- Isi pikir dispersonalisasi, obsesi
- Proses pikir cenderung flight of idea
- Konfabulasi
- Reaksi masih lambat, cenderung
menghindar, koping masih
maladaptif meskipun sudah
mampu melakukan relaksasi
- Klien sudah mulai minum obat
secara teratur
- Keluarga melakukan discharge
planning yang sudah dibuat
bersama perawat
- Keluarga mengaplikasikan strategi
pelaksanaan yang disusun perawat
- Keluarga tampak memberikan
motivasi pada klien
A;
Masalah halusinasi visual klien belum
sepenuhnya teratasi.
P;
Tetap lakukan evaluasi SP 1 dan
berikan RTL sesuai dengan SP 2, SP 3
dan SP 4, lanjutkan intervensi.
O;
- Klien tampak kooperatif dan sediki-
sedikit sudah mau berbicara
dengan orang lain
- Afek masih labil
- Saat diwawancarai klien tampak
berusaha fokus,
- Proses berpikir sudah terarah
meskipun terkadang masih flight of
ideas
- Dispersonalisasi (+), meskipun
sudah jarang terjadi
- Isi pikiran masih cenderung obsesi
- Klien sudah mulai minum obat
secara teratur
- Keluarga melakukan discharge
planning yang sudah dibuat
bersama perawat
- Keluarga mengaplikasikan strategi
pelaksanaan yang disusun perawat
- Keluarga tampak memberikan
motivasi pada klien
A;
Masalah isolasi sosial klien belum
sepenuhnya teratasi.
P;
Tetap lakukan evaluasi SP 1 dan
berikan RTL sesuai dengan SP 2, SP 3
dan SP 4, lanjutkan intervensi.
O;
- Klien sudah mulai percaya diri
meskipun masih malu-malu
- Afek terkadang masih labil
- Aktivitas motorik ; klien terkdang
masih tampak gelisah
- Alam perasaan ; klien masih
tampak agak sedikit putus asa
- Dispersonalisasi (+), meskipun
jarang terjadi
- Klien sudah mau memulai
pembicaraan
- Saat diwawancarai klien berusaha
untuk fokus dan kooperatif
- Keluarga tampak memotivasi
dengan ikut serta dalam kegiatan
harian pasien yang sudah di
jadwalkan
- Keluarga melakukan discharge
planning yang sudah dibuat
bersama perawat
A;
Masalah harga diri rendah belum
sepenuhnya teratasi.
P;
Tetap lakukan evaluasi dan RTL,
lanjutkan intervensi : ulang SP1 dan
lakukan evaluasi SP1, jika SP1 sudah
terpenuhi lakukan SP2
A;
Masalah insomnia pasien masih belum
sepenuhnya teratasi.
P;
Tetap lakukan RTL sesuai dengan SP 1
dan 2, lanjutkan intervensi
O;
- Klien sudah mau mengikuti
kegiatan keagamaan seperti
mendengarkan cermah dan
murotal.
- Afek terkadang masih labil
- Aktivitas motorik ; klien masih
tampak gelisah
- Alam perasaan ; klien terlihat
sedikit putus asa
- Tampak sedikit kebingungan
- Saat diwawancarai klien fokus, dan
kooperatif
- Proses berpikir masih cenderung
flight of ideas
- Dispersonalisasi (+), meskipun
sudah jarang terjadi
- Isi pikiran lebih cenderung obsesi
- Klien sudah jarang menyalahkan
hal-hal diluar dirinya
A;
Masalah distress spiritual pasien masih
belum teratasi.
P;
Tetap lakukan evaluasi pada SP 1 dan
RTL, lanjutkan intervensi : jika SP 1
terpenuhi, lakukan SP 2, libatkan tokoh
agama disekitar rumah untuk
melakukan tindakan
O;
- Klien mampu mengontrol emosi,
meskipun masih labil
- Klien fisik klien bugar
- Inkoherens (+) meskipun sudah
jarang terjadi
- Klien sudah mau berinteraksi
- Klien sudah mampu berkonsentrasi
dan fokus meskipun terkadang
mudah beralih
- Klien sudah jarang tertawa atau
berbicara sendiri
- Isi pikir sudah lebih baik dan
terarah, dispersonalisasi – obsesi
sudah jarang terjadi
- Proses pikir sudah terarah
meskipun terkadang flight of idea
- Konfabulasi (-)
- Klien mampu melakukan relaksasi
dan aktif pada kegiatan yang
terjadwal
- Klien sudah mulai minum obat
secara teratur
- Klien sudah mampu menghardik
halusinasinya
- Keluarga melakukan discharge
planning yang sudah dibuat
bersama perawat
- Keluarga mengaplikasikan strategi
pelaksanaan yang disusun perawat
- Keluarga tampak memberikan
motivasi pada klien
A;
Masalah halusinasi visual klien belum
sepenuhnya teratasi.
P;
Tetap lakukan evaluasi kegiatan SP 1,
SP 2, SP 3 dan SP 4, jelaskan RTL,
lanjutkan intervensi : lakukan evaluasi
strategi pelaksanaan, jika sudah
terpenuhi monitor strategi
pelaksanaan secara konsisten hingga
pasien dan keluarga mandiri.
O;
- Klien tampak kooperatif dan sudah
mau berbicara dengan orang lain
disekitar rumahnya
- Afek sudah bagus meskipun
terkadang labil
- Saat diwawancarai klien tampak
berusaha fokus,
- Proses berpikir sudah sedikit
terarah namun seketika masih flight
of ideas
- Dispersonalisasi (-)
- Klien sudah mulai minum obat
secara teratur
- Klien tampak melakukan aktivitas
harian di luar rumah
- Keluarga melakukan discharge
planning yang sudah dibuat
bersama perawat
- Keluarga mengaplikasikan strategi
pelaksanaan yang disusun perawat
- Keluarga tampak memberikan
motivasi pada klien
A;
Masalah isolasi sosial klien belum
sepenuhnya teratasi.
P;
Tetap lakukan evaluasi kegiatan SP 1,
SP 2, SP 3 dan SP 4, jelaskan RTL,
lanjutkan intervensi : lakukan evaluasi
strategi pelaksanaan, jika sudah
terpenuhi monitor strategi
pelaksanaan secara konsisten hingga
pasien dan keluarga mandiri.
O;
- Klien sudah mulai percaya diri
meskipun masih malu-malu
- Afek sudah bagus meskipun
terkadang masih labil
- Aktivitas motorik ; Klien tampak
bersemangat
- Dispersonalisasi (-)
- Klien sudah mau memulai
pembicaraan
- Saat diwawancarai klien berusaha
untuk fokus dan kooperatif
- Aktivitas motorik ; klien terkadang
masih tampak gelisah
- Alam perasaan ; klien masih
tampak agak sedih dan sedikit
putus asa
- Proses berpikir sudah terarah
- Keluarga tampak memotivasi
dengan ikut serta dalam kegiatan
harian pasien yang sudah di
jadwalkan
- Keluarga melakukan discharge
planning yang sudah dibuat
bersama perawat
A;
Masalah harga diri rendah sebagian
sudah teratasi.
P;
Tetap lakukan evaluasi kegiatan SP 1
dan RTL, lanjutkan intervensi : ulang
SP 2, lakukan evaluasi 2, jika sudah
terpenuhi monitor strategi
pelaksanaan secara konsisten hingga
pasien dan keluarga mandiri.
A;
Masalah insomnia pasien sudah
teratasi.
P;
Tetap lakukan pemantauan RTL sesuai
dengan SP 1 dan 2 secara konsisiten.
O;
- Klien sudah mau mengikuti
kegiatan keagamaan seperti
mendengarkan cermah dan
murotal.
- Klien sudah mau belajar sholat
- Afek terkadang masih labil
- Aktivitas motorik ; klien masih
tampak gelisah
- Alam perasaan ; klien terlihat
sedikit bersemangat
- Tampa kebingungan
- Saat diwawancarai klien fokus, dan
kooperatif
- Proses berpikir sudah terarah
- Isi pikiran terkadang masih obsesi
namun klien berusaha melupakan
kejadian dimasa lalunya
- Klie sudah jarang menyalahkan hal-
hal diluar dirinya
A;
Masalah distress spiritual pasien
sebagian sudah teratasi.
P;
Tetap lakukan pemantauan RTL sesuai
dengan SP 1 dan 2, libatkan tokoh
agama disekitar rumah untuk
melakukan tindakan
REVIEW JURNAL KEPERAWATAN JIWA
3. Pengaruh Terapi Psikoreligius: Dzikir Pada Psien Halusinasi di RSJD dr. Arif
Zainudin Surakarta
P : Populasi dalam penelitian ini pasien halusinasi di
(Patient/population) RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta. Penelitian ini
menggunakan 8 pasien sebanyak 6 pasien berusia
antara 25 - 45 tahun yang dilakukan pada tanggal 30
Maret – 12 April 2017.
I (Intervention) : Peneliti memberikan tindakan Dzikir ketika pasien
mendengar suara-suara palsu, melihat sesuatu,
ketika waktu luang, dan ketika paisen selesai
melaksanakan sholat wajib. Responden
mengucapkan lafal dzikir Subhanallah,
Alhamdullilah, Allahuakbar, Lailaha illallah,
bismilahirohmanirohim. Peneliti memilih tindakan
aktifitas berbasis realita yang dapat mengalihkan
halusinasi dengan dzikir seperti yang dikemukakan
oleh Bulechek, Butcher, Dochterman (2016) yaitu
untuk mengalihkan halusinasi yang dialami oleh
pasien peneliti menggunakan tekhnik pengalihan
dengan cara dzikir agar responden dapat
mengalihkan halusinasi yang dialami sehingga
pasien merasakan ketentraman jiwa.
C (Comparison) : Menurut Fatihuddin (2010) dzikir adalah menjaga
dalam ingatan agar selalu ingat kepada Allah ta‟ala.
Dzikir dapat menyehatkan tubuh: hidup orang
shaleh lebih ceria, tenang, dan seolah-olah tanpa
masalah, karena setiap masalah disikapi dengan
konsep takwa. Fungsi dari dzikir antara lain dapat
mensucikan hati dan jiwa: berdzikir dapat
mengingatkan kita kepada Allah dan hanya
kepadaNya kita meminta pertolongan. Karena segala
bentuk masalah adalah dari-Nya, dan dengan
berdzikir dapat mengingatkan kita agar selalu
berfikir positif. Menurut Sulahyuningsih (2016)
terapi religius berdzikir efektif meningkatkan
kemampuan mengontrol halusinasi. Dengan
berdzikir hati seseorang akan lebih tentram dan
menurunkan gejala psikiatrik. Religius mampu
mencegah dan melindungi dari penyakit kejiwaan,
mengurangi penderitaan, dan meningkatkan proses
adaptasi.
O (Outcome) : Intervensi memberikan terapi psikoreligi berdzikir
pada pasien halusinasi menunjukkan hasil bahwa
sebesar 5 dari 8 responden mengatakan halusinasi
berkurang setelah melakukan dzikir, dan 3 dari 8
responden mengatakan masih mendengar halusinasi
setelah melakukan dzikir. Adapun kesimpulan: dari
terapi psikoreligi adalah berdzikir efektif untuk
mengurangi halusinasi.
T (Times) : Penelitian ini dilaksanakan di RSJD dr. Arif Zainudin
Surakarta pada tanggal 30 Maret – 12 April 2017.
4. Efektivitas Terapi Music Klasik Terhadap Penurunan Tanda Dan Gejala Pada
Pasien Halusinasi
P : Populasi dalam penelitian ini adalah adalah pasien
(Patient/population) jiwa dengan masalah keperawatan Gangguan Sensori
Presepsi: Halusinasi yang rawat di ruang rawat inap
di Merak, Perkutut dan Elang RSJ dr. Soeharto
Heerdjan Jakarta dengan jumlah 30 pasien, dilakukan
selama 14 hari pada tanggal 27 Desember 2015 - 09
januari 2016.
I (Intervention) : Semua responden tersebut diberikan terapi musik
klasik secara bersamaan di ruangan masing-masing
responden yaitu selama 10 menit. Terapi musik
sangat mudah diterima organ pendengaran dan
kemudian melalui saraf pendengaran disalurkan ke
bagian otak yang memproses emosi yaitu sistem
limbik. Pada sistem limbik di dalam otak terdapat
neurotransmitter yang mengatur mengenai stres,
ansietas, dan beberapa gangguan terkait ansietas.
Musik dapat mempengaruhi imajinasi, intelegensi,
dan memori, serta dapat mempengaruhi hipofisis di
otak untuk melepaskan endorphin. Musik klasik
Mozart mampu memperbaiki konsentrasi, ingatan
dan presepsi spasial. Pada gelombang otak,
gelombang alfa mencirikan perasaan ketenangan dan
kesadaran yang gelombangnya mulai 8 - 13 Hz.
Semakin lambat gelombang otak, semakin santai,
puas, dan damailah perasaan kita, jika seseorang
melamun atau merasa dirinya berada dalam suasana
hati yang emosional atau tidak terfokus, musik klasik
dapat membantu memperkuat kesadaran dan
meningkatkan organisasi metal seseorang jika
didengarkan selama sepuluh hingga lima belas
menit.
C (Comparison) : Gangguan halusinasi dapat diatasi dengan terapi
farmakologi dan nonfarmakologi. Salah satu terapi
nonfarmakologi yang efektif adalah mendengarkan
musik. Musik memiliki kekuatan untuk mengobati
penyakit dan meningkatkan kemampuan pikiran
seseorang. Ketika musik diterapkan menjadi sebuah
terapi, musik dapat meningkatkan, memulihkan, dan
memelihara kesehatan fisik, mental, emosional, sosial
dan spritual. Menurut Gold, dkk (2005) melakukan
penelitian mengenai efektifitas terapi musik sebagai
terapi tambahan pada pasien skizofrenia. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa terapi musik
yang diberikan sebagai terapi tambahan dapat
membantu meningkatkan kondisi mental pasien
skizofrenia. menurut Wayan Candra (2013) mengenai
pengaruh terapi musik klasik terhadap perubahan
gejala perilaku agresif pada pasien skizoprenia
memperoleh hasil penelitian bahwa perilaku agresif
pasien skizofrenia sebelum diberikan terapi musik
sebagian besar yaitu sebanyak 11 orang (73,3%)
dalam katagori sedang. Perilaku agresif pasien
skizofrenia setelah diberikan terapi musik sebagian
besar yaitu sebanyak 12 orang (80%) dalam katagori
ringan. Dari perspektif filsafat, musik diartikan
sebagai bahasa nurani yang menghubungkan
pemahaman dan pengertian antar manusia pada
sudut-sudut ruang dan waktu dimana pun kita
berada. Oleh karena itu Nietzsche, seorang filsuf
Jerman, meyakini bahwa musik tidak diragukan
dapat memberikan kontribusi yang positif bagi
kehidupan manusia.
O (Outcome) : Intervensi memberikan terapi nonfarmakologi
mendengarkan musik pada pasien halusinasi
menunjukkan hasil analisa statistik menunjukkan p
value sebesar 0,000 artinya terdapat efektivitas
pemberian terapi musik klasik terhadap penurunan
tanda dan gejala halusinasi.
T (Times) : Penelitian ini dilaksanakan di RSJ dr. Soeharto
Heerdjan Jakarta dengan jumlah 30 pasien, dilakukan
selama 14 hari pada tanggal 27 Desember 2015 - 09
januari 2016.
Sumber :
Safari., Jumaini., & Aisyah. (2019). Efektivitas Terapi Murottal Al-Qur’an Terhadap Skor
Halusinasi Pasien Halusinasi. JOM FKp. 6(1). [141 - 148]
Alifariki, & adius. (2019). Pengaruh Terapi Perilaku Kognitif Terhadap Tingkat
Kemampuan Interaksi Sosial Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa. Riset Informasi
Kesehatan. 8(2). [109-116] Dermawan,
Deden. (2017). Pengaruh Terapi Psikoreligius: Dzikir Pada Pasien Halusinasi di RSJD dr.
Arif Zainudin Surakarta. Media Publikasi Penelitian. 15(1). [70-74]
Agustina., & Wuri, T. W. (2017). Efektivitas Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan
Tanda Dan Gejala Pada Pasien Halusinasi. Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia.
7(1). [189-196]
DAFTAR PUSTAKA
Dalami E, dkk. (2014). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: CV.
Trans Info Media.
Muhith, A (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa (Teori dan Aplikasi). Yogyakara: ANDI.
Musmini, S (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa pada Klien Resiko Perilaku Kekerasan
Terintegrasi dengan Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Sempaja Samarinda. Karya
Tulis Ilmiah. Samarinda.
Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta:
EGC.
Rahayu, D.R. (2016). Asuhan Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi dengan
pasien Ny. S di ruang Bima Instalasi Jiwa Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas.
Universitas Muahammadiyah: Purwokerto.
Setiawan, R.I. (2017). Asuhan Keperawatan Jiwa pada Klien Skizofrenia Simplek dengan
masalah Gangguan Persepsi Sensori “Halusinasi Pendengaran” di Ruang Flamboyan
Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya. Karya Tulis Ilmiah : Studi Kasus. Surabaya.
Styani, S.D (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa pada Klien Halusinasi Pendengaran
Terintegrasi dengan Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Juanda. Karya Tulis
Ilmiah. Samarinda.
Trimeilia. (2011). Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Jakarta Timur: CV. Trans Info
Media.
WHO. (2016). The World Health Report: 2016: Mental Health: New Understanding : New
Hope. www.who.int/whr/2012/en/.
Yusuf, A.H, dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.