PROPOSAL
DISUSUN OLEH:
NIM : 1700001022
Bismillahirrohmanirahim
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang senantiasa memberikan
kenikmatan-kenikamatan-Nya yang agung, terutama kenikmatan iman dan islam.
Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi
Wasalam, segenap keluarga, para sahabat, dan seluruh umatnya yang konsistem
nenjalankan dan mendakwahkan ajaran-ajaran yang dibawanya.
Dengan tetap mengharap pertolongan, karunia dan hidayah-Nya, Alhamdulillah
penyusun mampu menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Riset Keperawatan, dengan judul “Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan
Gangguan Isolasi Sosial Akibat Skizofrenia”.
Meskipun demikian, penyusun adalah manusia biasa yang tentu banyak
kekurangan, semaksimal apapun usaha yang dilakukan tentunya tidak pernah lepas dari
kekurangan dan pastinya kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
dari berbagai pihak senantiasa diharapkan.
Namun, sebuah proses yang cukup panjang dalam penysusnan makalah ini
tidak lepas dari do’a, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan kali ini, penyusun haturkan rasa terimakasih kepada:
1. Ibu Idhfi Marpatmawati,S.Kep.,Ners. selaku Dosen Pengajar, dengan senantiasa
sabar dan tulus memberikan masukan-masukan kepda penyusun dalam penulisan
makalah ini.
Akhirnya, semoga Allah SWT memberikan imbalan yang berlipat ganda dan
meridhai semua amal baik yang telah diberikan. Penyusun sadar bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, sumbangan saran dan kritik yang
membangun sangat kami nantikan. Kami harap semoga makalah ini menjadi sesuatu
yang bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin.
Purwakarta, November 2019
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Isolasi social merupakan salah satu diagnosa keperawatan yang muncul pada klien
dengan skizofrenia dimana skizofrenia adalah suatu gangguan jiwa beraat yang ditandai
dengan penurunan atau ketidak mampuan berkomunikasi, gangguan realitas (halusinasi
atau waham), afek yang tidak wajar atau tumpul, gangguan kongnitif (tidak mampu
berpikir abstrak) serta mengalami kesukaran melakukan aktivitas sehari-hari. Salah satu
gejala negative skiofrenia adalah menarik diri dari pergaulan social (Isolasi Sosial),
(Surya,2012)
Salah satu gejala negatif skozofrenia adalah isolasi sosial :menarik diri ,isolasi
sosial : menarik diri adalah suatu keadaan diamana seorang individu terjadi penurunan
interaksi atau bahkan tidak bisa berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya .klien
mungkin merasa ditolak ,tidak diterima,kesepian dan klien tidak mampu berhubungan
dengan orang lain( Yosep,2009)
NANDA (2014), mendefinisikan isolasi social sebagai suatu pengalaman
menyendiri dan kesepian dari seseorang dan perasaan segan terhadap orang lain sebagai
sesuatu yang negative dan mengancam bagi dirinya (towsend,2014).
Isolasi social juga terjadi saat seseorang tidak mampu menjalin komunikasi yang
koofratif.
Isolasi sosial memiliki 2 faktor yaitu faktor ,adapun faktor dari presdisposisi
antara lain yaitu perkembangan dan sosial budaya.kegagalan dapat menyebabkan seorang
individu tidak percaya pada dirinya sendiri maupun orang lain ragu,takut salah, pesimis
pada dirinya sendiri, putus asa dan merasa tertekan keadaan ini menyebabkan klien tidak
ingin berinteraksi dengan orang lain, suka berdiam diri dan menghindari orang lain
(kusumawati & hartono,2010) dan faktor presipitasi yaitu stress sosiokultural dsn stress
psikologi (Prabowo,2014)
Berdasarkan catatan rekam medis Rumah Sakit Jiwa Cisarua bandung klien
mengalami isolasi social yaitu berjumlah 1.617 klien. Ditemukan masalah keperawatan
pada klien isolasi social tergolong tinggi yaitu 72% (Maramis,2010).
Peran perawat dalam penanggulangan klien dengan gangguan konsep diri : isolasi
social menarik diri meliputi peran promotif,preventif, kuratif dan rehabilitative. Pada
peran promotif,perawat meningkatkan dan memelihara kesehatan mental melalui
penyuluhan dan pendidikan untuk klien dan kluarga. Dari aspek preventif yaitu
meningkatkan kesehatan mental dan pencegahan gangguan menarik diri : isolasi social.
Sedangkan peran kuratif perawat merencanakan dan melaksanakan rencana tindakan
keperawatan untuk klien dan keluarga. Kemudian peran rehabilitative berperan pada
follow up perawat klien dengan gangguan menarik diri: isolasi social melalui pelayanan
dirumah atau home visite, dan keterlibatan keluarga dalam proses penyembuhan dan
perawatan pasien gangguan jiwa sangat penting, karena peran keluarga sangat
mendukung dalam proses pemulihan penderita gangguan jiwa. Keluarga dapat
mempengaruhi nilai, kepercayaan sikap dan prilaku anggota keluarga. Disamping itu
keluarga mempunyai fungsi dasar seperti memberi kasih sayang, rasa aman, rasa
memiliki dan menyiapkan peran dewasa individu dimasyarakat ( Nasir, 2011).
Berdasarkan fenomena tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian
berhubungan dengan studi kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada klien X
dengan diagnosa keperawatan menarik diri : isolasi social.
B. Rumusan Masalah
Berhubungan yang menjadi fenomena diatas maka yang menjadi rumusan
masalah pada kasus tersebut adalah sejauh mana “Asuhan keperawatan pada Tn.X
dengan diagnosa keperawatan menarik diri “ isolasi sosial
C. Tujuan
Adapun tujuannya adalah sebagai berikut :
1. Tujuan umum
Penulis mampu melakukan Asuhan Keperawatan secara komperhensif pada klien X
Dengan diagnosa keperawatan menarik diri : isolasi social.
2. Tujuan khusus
Berdasarkan rumusan masalah diatas, penyusun dalam membuat proposal penelitian
memiliki tujuan khusus, yaitu :
3. Manfaat penulisan
1. Manfaat teoritis
Hasil penulisan pada profosal ini dapat memberikan informasi dan pemecahan
masalah pada keperawatan menarik diri : isolasi sosial
2. Manfaat praktisi
a. Bagi penulis
Memberikan pengalaman dan situasi yang nyata bagi peneliti dalam
melaksanakan penelitian, sehingga dapat memberikan pengalaman dan gambaran
pada peneliti mengenai Asuhan Keperawatan Terhadap Klien Gangguan menarik
diri : Isolasi Sosial.
b. Bagi instasi pendidikan
Sebagai salah satu bahan referensi dan dokumentasi untuk perpustakaan
bagi institusi pendidikan mengenai Asuhan Keperawatan terhadap klien Menarik
Diri : Isolasi Sosial
4. Sistematika Penulisan
Dalam Penulisan makalah ini, terbagi dalam tiga BAB, yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN
TINJAUAN TEORI
A. Masalah Kesehatan
1. Skizofrenia
a. Definisi Skizofrenia
Skizofrenia adala sebagai penyakit neurologis yang mempengaruhi presepsi
klien, cara berpikir, bahasa, emosi, dan prilaku social (Yosep, 2014)
Skizofrenia adalah kelainan jiwa terutama menunjukan gangguan dalam fungs
kognitif (pikiran) berupa disorganisasi. Jadi gangguannya ialah mengenai
pembentukan arus serta isi pikiran. Di samping itu, juga ditemukan gangguan
presepsi, wawasan diri, perasaan dan keinginan (Nasir, 2011)
Skizofrenia merupakan sekelompok gangguan psikotik dengan gangguan
dasar pada kepribadian, terdapatnya waham, gangguan persepsi, afek abnormal
dan autism (ayub,2011).
b. Macam-macam Skizofrenia
Menurut Marmis (2010) macam-macam skizofrenia adalah :
1) Skizofrenia simplek
skizofrenia simplek adalah sering timbul pertama kli pada masa pubertas.
Gejala umumnya adalah kedangkalan emosi, kemunduran kemauan dan
timbulya perlahan-lahan sekali.
2) Skizofrenia akut
skizofrenia akut adalah timbul mendadak sekali dan pasien seperti keadaan
mimpi. kesadarannya mungki berkabut. Dalam keadan ini timbul perasaan
seakan dunia luar maupun dirinya berubah. semuanya seakan punya arti
khusus.
3) Skizofrenia hebefrenik
Skizofrenia hebefrenik adalah permulaanya perlahan-lahan dan sering timbul
pada masa remaja antara 15-25 tahun. Gejala yang mencolok adalah gangguan
proses pikir, gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi waham dan
halusinasi banyak sekali.
4) Skizofrenia paranoid
Skizofrenia paranoid adalah gejalanya di dominasi oleh waham yang relative
stabil, halusinasi, marah-marah, kekerasan dan selalu menganggap dirinya
benar.
5) Skizofrenia residual
Skizofrenia residual adalah keadaan skizofrenia dengan gejala primernya
tetapi idak jelas danya gejala sekunder.
6) jenis Skizo-efektif
jenis skizo-efektif adalah jenis ini cendrung untuk menjadi sembuh tanpa
efek, tetapi mungkin juga timbul lagi serangan
2. Isolasi Sosial
2) Faktor presipitasi
Menurut Herman Ade (2011) terjadinya gangguan hubungan
sosial juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal seseorang.
Faktor stressor presipitasi dapat dikelompokan sebagai berikut :
a) Faktor eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress
yangditimbulkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga
b) Factor internal
Contohnya adalah stressor psikologis yaitu stress yang terjadi akibat
kecemasan tau ansietas yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan
dengan keterbatasan kemampuan individu untuk mengatatasinya.
ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk berpindah dengan orang
terdekat atau tidak terpenuhi kebutuhan individu.
d. Rentang Respon
Menurut Stuart (2007). Gangguan kepribadian biasanya dapat dikenalipada
masa remaja atau lebih awal dan berlanjut sepanjang masa
dewasa.Gangguan tersebut merupakan pola respon maladaptive, tidak
fleksibel, danmenetap yang cukup berat menyababkan disfungsi prilaku atau
distress yang nyata.
Bagan 2.1
Rentang Respon
1) Manipulasi
Merupakan gangguan sosial dimana individu memperlakukan orang
lainsebagai objek, hubungan terpusat pada masalah mengendalikan orang
laindan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri. Tingkah
lakumengontrol digunakan sebagai pertahanan terhadap kegagalan
ataufrustasi dan dapat menjadi alat untuk berkuasa pada orang lain.
2) Impulsif
Merupakan respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai
subyekyang tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak
mampu merencanakan tidak mampu untuk belajardari pengalaman dan
miskinpenilaian.
3) Narsisisme
Respon social ditandai dengan individu memiliki tingkah laku ogosentris,
harga diri yang rapuh, terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan
mudah marah jika tidak mendapat dukungan dari orang lain.
e. Patofisiologi
Individu yang mengalami Isolasi Sosial sering kali beranggapan bahwa
sumber/penyebab Isolasi sosial itu berasal dari lingkunganya. Padahal rangsangan
primer adalah kebutuhan perlindungan diri secara psikologik terhadap kejadian
traumatik sehubungan rasa bersalah, marah, kesepian takut dengan orang yang
dicintai, tidak dapat dikatakan segala sesuatu yang dapat mengancam harga diri
(self estreem) dan kebutuhan keluarga dapat meningkatkan kecemasan. Untuk
dapat mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan ansietas diperlukan
suatu mekanisme koping yang adekuat Sumber-sumber koping meliputi
ekonomi, kemampuan menyelesaikan masalah, teknik pertahanan, dukunga social
dan motivasi. Sumber koping sebagai model ekonomi dapat membantu
seseorang mengintregrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan
mengadopsi strategi koping yangberhasil. Semua orang walaupun terganggu
prilakunya tetap mempunyai beberapa kelebihan personal yang mungkin
meliputi: aktivitas keluarga, hobi,seni, kesehatan dan perawatan diri, pekerjaan
kecerdasan dan hubunganinterpersonal. Dukungan sosial dari peningkatan
respon psikofisiologis yangadaptif, motifasi berasal dari dukungan keluarga
ataupun individu sendirisangat penting untuk meningkatkan kepercayaan diri
pada individu (Stuart &Sundeen, 1998).
f. Pohon Permasalahan
Bagan 2.2
Pohon Permasalahan Isolasi Sosial
Sensori/Presepsi : Halusinasi
Akibat
Masalah Utama
Penyebab
h. Mekanisme Koping
Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi ansietas
yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme
koping yang sering digunakan adalah proyeksi, splitting (memisah), dan isolasi
proyeksi merupakan keinginan yang tidak mampu ditoleransi dank lien
mencurahkan emosi kepada orang lain karena kesalahan sendiri. Splitting
merupakan kegagalan individu dalam menginterpretasikan dirinya dalam menilai
baik buruk. Sementar itu, Isolasi merupakan prilaku mengasingkan diri dari orang
lain maupun lingkungan (sutejo,2011).
i. Penatalaksanaan Medis
Menurut (D. Dermawan,2013).
1) Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai
realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat normal social dan tilik diri
terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental : paham halusinasi,
gangguan perasaan dan perilaku yang aneh dan tidak terkendali, berdaya berat
dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja, berhubungan social
dan melakukan kegiatan rutin. Mempunyai efek samping gangguan otonomi
(hypotensi) antikolinergik/parasimpatik, mulut kering kesulitan dalam miksi
hidung tersumbat mata kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama
jantung. gangguan ekstra pyramidal.
2) Haroperidol (HLP)
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi mental serta
dalam fungsi kehidupan seharai-hari. memiliki efeksamping seperti gangguan
miksi dan parasimpatik defeksi hidung tersuumbat, mata kabur ketekanan intra
meninggi gangguan irama jantung kontra indikasi terhadap penyakit hati,
penyakit darah,epilepsy, kelainan jantung.
3) Trihexyphenidil (THP)
Sebagai jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensioalitis dan idiopatik,
sindrom Parkinson akibat obat misalnya reserpine dan fentotiazine. memiliki
efek samping diantaranya mulut kering, penglihatan kabur pusing mual,
muntaah, binggung, agitasi, korstipasi, takikardi, dilatasi, ginjal, retensi urine.
Kontraindikasi terhadap hipersensitif trihexyphenidil, glukoma sudut sempit,
psikosis berat psikoneurosis (Andrey,2011).
4) Terapi Kelompok
terapi kelompok merupakan suatu psikotherapy yan dilakuka sekelompok
pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi atau sama lain yang dipimpin
atau diarahkan oleh seseorang therapist atau petugas kesehatan jiwa. therapy ini
bertujuan memberi stimulus bagi klien dengan gangguan intrapersonal.
5) Therapy Lingkungan
manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sehingga aspek lingkungan
harus medapatkan perhatian khusus dalam kaitanya untuk menjaga dan
memelihara kesehatan manusia. Lingkungan berkaitan erat dengan stimulus
psikologi seseorang yang akan berdampak pada kesembuhan, karena
lingkungan tersebut akan memberikan dampak baik pada kondisifisik maupun
psikologis seseorng (D. Dermawan,2013).
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Menurut Ernawati dalam et.all 2014 pengkajian merupakan awal dan dasar utama
dari proses keperawatan, tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan
perumusan masalah. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis,
social dan spiritual.
Data yang mungkin muncul pada klien isolasi social pada data subjektif dapat
ditemukan klien mengatakan malas berinteraksi, klien mengatakan orang lain tidak
mau menerima dirinya, klien tidak berguna. Pada data objektif yang mungkin timbul
adalah klien terlihat menyendiri klien tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain,
klien terlihat mondar-mandir tanpa tujuan, klien tidak berinisiatif berinteraksi dengan
orang lain, afek tumpul dan kontak mata kurang.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi Sosial
b. Harga Diri Rendah
c. Resiko Perubahan Sensori Presepsi halusinasi
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Keperawatan
Isolasi Sosial Pasien mampu : Setelah 1x SP 1
- menyadari pertemuan klien 1. Identifikasi penyebab
penyebab mampu : - siapa yang satu
isolasi social - membina rumah dengan
- berinteraksi hubungan saling pasien
dengan orang percaya - siapa yang dekat
lain - menyadari dengan pasien
penyebab isolasi - siapa yang tidak
social dekat dengan
keuntungan dan pasien
kerugian 2. tanyakan keuntungan
berinteraksi dan kerugian
dengan orang berinteraksi dengan
lain. oraang lain
- melakukan - tanyakan kebiasaan
interaksi dengan pasien tentang
orang lain kebiasaan
secara bertahap. berinteraksi dengan
orang lain
- tanyakan apa
penyebab pasien
tidak mau
berinteraksi dengan
orang lain
- diskusikan
keuntungan bila
pasien memiliki
banyak teman dan
bergaul akrab
dengan mereka
- diskusikan
kerugian bila
pasien hanya
mengurung diri dan
tidak bergaul
dengan oranglain
- jelaskan pengaruh
isolasi social
terhadap kesehatan
fisik pasien
3. latih berkenalan
- jelaskan kepada
klien cara
berinteraksi dengan
orang lain
- berikan contoh cara
berinteraksi dengan
orang lain.
- beri kesempatan
pasien
memperaktikan
cara berinteraksi
dengan orang lain
yang dilakukan
dihadapan perawat
- mulailah bantu
pasien berinteraksi
dengan satu orang
teman/ anggota
keluarga
- bila pasien sudah
menunjukan
kemajuan,
tingkatkan jumlah
interaksi dengan
2,3,4 orang dan
seterusnya.
- beri pujian setiap
kemajuan interaksi
yang telah
dilakukan oleh
pasien
- siap mendengarkan
ekspresi perasaan
pasien setelah
berinteraksi dengan
orang lain,
mungkin pasien
akan
mengungkapkan
keberhasilan atau
kegagalannya,
berikan dorongan
terus-menerus agar
pasien tetap
semangat
meningkatka
interaksinya.
4. masukan jadwal
kegiatan pasien.
SP 2
- Evaluasi SP 1
- latih berhubungan
sosial secara
bertahap
- masukan dalam
jadwal kegiatan
pasien
SP 3
- Evaluasi SP 1 dan
2
- latih cara
berkenalan dengan
2 oranf atau lebih
- masukan dalam
jadwal kegiata
pasien
Keluarga Setelah satu Sp 1
mampu merawat pertemuan keluarga - identifikasi
pasien isolasi mampu masalah yang
social dirumah menjelaskan dihadapi keluarga
tentang : dalam merawat
- maslah isolasi pasien
social dan - penjelasan isolasi
dampaknya social
pada pasien - cara merawat
- penyebab pasien isolasi
isolasi social social
- sikap keluarga - latih (stimulus)
untuk - RTL
membantu keluarga/jadwal
pasien keluargga untuk
mengatasi merawat pasien
isolasi SP 2
sosialnya - Evaluasi SP 1
- pengobatan - latih (langsung ke
yang pasien)
berkelanjutan - RTL keluarga/
dan mencegah jadwal keluarga
putus obat untuk merawat
- tempat rujukan pasien
dan fasiltas SP 3
kesehatan - Evaluasi SP 1 dan
yang tersedia 2
bagi pasien - latih (langsung ke
pasin)
- RTL keluarga/
jadwal keluarga
untk merawat
pasien
SP 4
- Evaluasi
kemampuan
keluarga
- evaluasi
kemampuan pasien
- rencana tindak
lanjut keluarga
- follow up
- rujukan
4. Implementasi
Sebelum tindakan keperawatan di implementasika perawat perlu memvalidasi
apakah rencana tindakan yang ditetapkan masih sesuai dengan kondisi klien saat ini
(here and now) perawat juga perlu mengevaluasi diri sendiri apakah mempunyai
kemampuan interpersonal, intelektual, dan tehnik sesuai dengan tindakan yang
dilakukan setelah tidak ada hambatan lagi, maka tindakan keperawatan bias di
implementasikan.
Saat memulai untuk diimplementasikan tindakan keperawatan. Perawat harus
membuat kontrak dengan klien dengan menjelaskan apa yang akan dikerjakan dan
peran serta klien yang diharapkan. Kemudian penting untuk diperlihatakan terkait
dengan standar tindakan yang telah ditentukan dan aspek legal yaitu
mendokumentasikan apa yang tela dilaksanakan.
5. Evaluasi
Menurut (Riyadi dan teguh,2009) evaluasi difokuskan pada perubahan perilaku klien
setelah diberikan tindakan keperawatan. Keluarga juga perlu di evaluasi karena
merupakan system pendukung klien sebagai contoh evaluasi pada klien dengan
isolasi social :
a. Evaluasi kemampuan klien
1) klien menjelaskan penyebab tidak bergaul dengan orang laian
2) klien menyebutkan keuntungan bergaul denga orang lain
3) klien menyebutkan kerugian tidak bergaul dengan orang lain
4) klien memperagakan cara berkenalan pada orang lain.
5) klien berinteraksi dengan perawat, keluarga dan tetangga.
b. Evaluasi kemampuan keluarga
1) Klien menyebutkan masalah isolasi social dan penyebabnya
2) keluarga menyebutkan penyebab dan proses terjadinya isolasi social
3) keluarga membantu klien berinteraksi dengan orang lain.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan
Penelitian studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan
jiwa dengan isolasi social. klien di observasi selama 1 minggu ( 3 kali pertemuan )
C. Metode Penelitian
Penelitian menggunakan satu pasien dibandingkan dengan hasil asuhan keperawatan
dengan masalah yang sama yang bersumber dari jurnal asuhan keperawatan.
D. Subjek penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mengambil kasus pada pasien dengan diagnosa medis
skizofrenia dengan masalah keperawatan isolasi social.
E. Pengumpulan data
Teknik pengambilan data merupakan cara mengumpulkan atau mengambil data yang
dilakukan dalam penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunkan data
primer dan data sekunder. Data primer yaitu jenis data yang diperoleh langsung dari
responden melalui pemberian kuesioner, sedangkan data sekunder yaitu data yang
diperoleh dari petugas kesehatan yang terkait (Hidayat,2007).
Dalam keperawatan data yang didapat biasa langsung dari pasien, keluarga maupun
tenaga kesehatan lain. Adapun teknik pengumpulan data yang diterapkan dalam
mengumpulkan data penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Wawancara
Wawancara yaitu melakukan Tanya jawab langsung yang dilakukan perawat kepada
pasien maupun keluarga untuk memenuhi tentang identitas pasien, keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang, dahulu dan keluarga dan lain-lain.
2. Observasi dan pemeriksaan fisik
Observasi yaitu melakukan pengamatan dan mencactat tindakan atau respon yang
terjadi pada diri pasien. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui sesuatu yang
normal maupun abnormal dari system tubuh dengan pendekatan IPPA
3. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data dari rumah sakit dan rekam
medis pasien atau dari puskesmas penelitian pun melakukan studi kepustakaa yang
dapat dipelajari dari sumber-sumber buku yang relevan dan jurnal, yang mana bias
mempermudah peneliti dalam memvalidasi penelitian.
F. Analisa Data
Analisa data adalah pengelolaan dan penganalisaan data dengan teknik teknik tertentu,
Adapun urutan dalam analisis adalah :
1. Pengumpulan data
pengelolaan data diambil dari hasil wawancara observasi dan dokumentasi yang
dilakukan kepada pasien. Pada wawancara ini hal yang ditanyakan pada pasien
meliputi identitas, keluhan , riwayat penyakit dan lain- lain. Pada saat observasi
peneliti melihat dan melakukan pemeriksaan fisik untuk mengethui sesuatu yang
normal dan abnormal dari system tubuh terkait dengan keluhan pasien kemudian di
dokumentasikan ke dalam lembar asuhan keperawatan
2. Mereduksi data dengan membuat koding dan kategori
Dalam studi kasus ini tidak perlu dilakukan pengkodingan karena hanya meneliti satu
kasus saja pada pasien.
3. Penyajian data
Dalam studi kaus ini data disajikan dalam bentuk teks (tekstular). Penyajian secara
tekstular biasanya digunakan untuk penelitian atau data kualitatif penyajian cara
tekstular adalah penyajian data hasil penelitian dalam bentuk uraian kalimat
(Notoatmodjo,2010 :188). Kerahasiaan dari responden dijamin dengan mengaburkan
identitas dari responden.
4. Kesimpulan
Dari data yang disajikan kemudian data dibhas dan dibandingkan dengan hasil-hasil
penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan
kesimpulan dilakukan dengan metode induksi.
G. Etika penelitian
Etika penelitian adalah suatu pedoman etik yang berlaku untuk setiap kegiatan penelitian
yang melibatkan antara pihak peneiti dan pihak yang diteliti (subjek penelitian) dan
masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil penelitia tersebut (Notoatmodjo,2010).
Sebelum melkukan penelitian peneliti terlebih dahulu mendapat rekomendasi dari
institusi untuk mengajukan permohonan ijin kepada lembaga tempat penelitian. Menurut
Hidayat (2008). Dalam penelitian ini sebelum peneliti melakukan tindakan keperawatan
kepada klien, peneliti harus memperhatikan etika-etika dalam melakukan penelitian
Menurut Hidayat (2008), Etika-etika dalam penelitian diantaranya adalah :
1. Lembar persetujuan (Informed consent)
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden
penelitian dengan memberikan lembar persetujuan Informed consent tersebut
diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan
untuk mejadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti
maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia mka
mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia
maka peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang harus ada
adalah informed consent tersebut antara lain : partisipasi responden, tujuan
dilakukanya tindakan jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan,
potensial yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi,
dan lain-lain (Hidayat,2018)
2. Anonimity (tanpa nama)
Anonimity merupakan etika dalam penelitian keperawatan. Masalah etika
keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan
subjek penelitian denga cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden
atau klien pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan (Hidayat,2008). Kerahasiaan
pada lembar asuhan keperawatan mengenai responden, penulis tidak mencantumkan
nama secara lengkap, cukup hanya dengan nama inisial saja.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Confidentiality merupakan etika dalam penelitian untuk menjamin kerahasiaan dari
hasil penelitian baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi
klien yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya ole peneliti, hanya kelompok
data tertentu yang dilaporkan pada hasil penelitian (Hidayat,2008). Penelitian
menjelaskan bahwa dan yang diperoleh dari responden akan dijaga kerahasiaannya
oleh peneliti.
DAFTAR PUSTAKA
Fitria.N (2009). Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba
Prabowo, E. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika
Sutejo.2011. Keperawatan Jiwa Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Jiwa dan
psikososial. Yogyakarta : Pustaka Baru Press
Yosep & Titian S.2014.Buku Ajar Keperawatan Jiwa .Bandung : Rafika Aditama.