Anda di halaman 1dari 27

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN YANG

MENGALAMI ISOLASI SOSIAL AKIBAT SKIZOFRENIA

PROPOSAL

DISUSUN OLEH:

NENI UNAYAH MAULIDA

NIM : 1700001022

AKADEMI KEPERAWATAN RS. EFARINA PURWAKARTA


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
2019
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirahim
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang senantiasa memberikan
kenikmatan-kenikamatan-Nya yang agung, terutama kenikmatan iman dan islam.
Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi
Wasalam, segenap keluarga, para sahabat, dan seluruh umatnya yang konsistem
nenjalankan dan mendakwahkan ajaran-ajaran yang dibawanya.
Dengan tetap mengharap pertolongan, karunia dan hidayah-Nya, Alhamdulillah
penyusun mampu menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Riset Keperawatan, dengan judul “Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan
Gangguan Isolasi Sosial Akibat Skizofrenia”.
Meskipun demikian, penyusun adalah manusia biasa yang tentu banyak
kekurangan, semaksimal apapun usaha yang dilakukan tentunya tidak pernah lepas dari
kekurangan dan pastinya kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
dari berbagai pihak senantiasa diharapkan.
Namun, sebuah proses yang cukup panjang dalam penysusnan makalah ini
tidak lepas dari do’a, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan kali ini, penyusun haturkan rasa terimakasih kepada:
1. Ibu Idhfi Marpatmawati,S.Kep.,Ners. selaku Dosen Pengajar, dengan senantiasa
sabar dan tulus memberikan masukan-masukan kepda penyusun dalam penulisan
makalah ini.
Akhirnya, semoga Allah SWT memberikan imbalan yang berlipat ganda dan
meridhai semua amal baik yang telah diberikan. Penyusun sadar bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, sumbangan saran dan kritik yang
membangun sangat kami nantikan. Kami harap semoga makalah ini menjadi sesuatu
yang bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin.
Purwakarta, November 2019

Neni Unayah Maulida


DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Menurut UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan, tercantum bahwa kesehatan


adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental spiritual maupun social yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara social maupun ekonomis.
Pemerintahan Indonesia menegaskan perlunya upaya peningkatan kesehatan jiwa seperti
yang dituangkan dalam UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan Bab IX pasal 144 yang
menyatakan bahwa upaya kesehatan jiwa ditujukan untuk menjamin setiap orang dapat
menikmati kehidupan kejiwaan yang sehat bebas dari ketakutan, tekanan dan gangguan
lain yang dapat menganggu kesehatan jiwa. Ayat kedua upaya kesehatan jiwa
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 terdiri dari preventif, promotif, kuratif, rehabilitative
pasien gangguan jiwa dan masalah psikososial.
Kesehatan jiwa adalah suatu kesehatan kondisi sehat secara emosional, psikologi
dan social yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, prilaku dan
koping yang efektif, konsep diri yang positif dan kstabilan emosional (Ade,2011)
Kesehatan jiwa merupakan kondisi jiwa seseorang yang terus tumbuh
berkembang dan mempertahankan keselarasan dalam mengendalikan diri serta terbebas
dari stress berlebihan (Rosdahi dalam kusmawati dkk,2010)
Menurut American Nurses Association (ANA) tentang keperawatan jiwa,
keperawatan jiwa adalah area khusus dalam peraktik keperawatan yang menggunakan
ilmu dan tingkah laku manusia sebagai dasar menggunakan diri sendiri secara terapeutik
dalam meningkatkan mempertahankan serta memulihkan kesehatan mental klien dan
kesehatan mental masyarakat dimana klien berada.
World Health Organization (2016). orang dengan gangguan jiwa terdapat sekitar
35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia,
serta 47,5 juta terkena dimensia. WHO (2013). Memperkirakan sebanyak 450 juta orang
diseluruh dunia mengalami gangguan mental. Terdapat sekitar 10% orang dewasa
mengalami gangguan jiwa saat ini dan 25% penduduk diperkirakan akan mengalami
gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya. Ganggua jiwa mencapai 13% dari
penyakit secara keseluruhan dan kemungkinan akan berkembang menjadi 25% di tahun
2030.
Menurut Agung (2016) skizofrenia dialami lebih 21 juta jiwa di dunia umunya
banyak terjadi pada laki-laki(12 juta) sedangkan pada perempuan sekitar 9 juta jiwa
Di Indonesia pada tahun 2007 memiliki prevalensi sebesar 4,6 permil, artinya
bahwa dari 1000 penduduk Indonesia terdapat empat sampai lima diantaranya menderita
gangguan jiwa berat (puslitbang Depkes RI dalam wakhid dkk, 2013).
Prevalensi gangguan jiwa tertinggi di Indonesia terdapat di provinsi daerah
khusus ibu kota Jakarta (24,3%), di ikuti nangro aceh darusallam (18,5%), Sumatra
selatan (9,2%), dan jawa tengah (6,8%) (Depkes, RI, 2011).
Menurut Hasil Riskesdas (2018) yang dilakukan pada 300.000 sampel rumah
tangga (1.2 juta jiwa) dan 34 provinsi, 416 kabupaten dan 98 kota, menunjukan bahwa
prevalensi gangguan jiwa mengalami peningkatan proporsi yang cukup signifikan jika
dibandingkan dengan Riskesdas 2013 dari 1.7 persen menjadi 7 persen.
Dinas kesehatan provinsi jawa barat menunjukan jumlah penderita gangguan jiwa
di jawa barat melonjak tajam. Pada tahun 2014 tercatat 296.943 orang yang
mengalaminya sedangkan hasil pendataan tim dinkes jabar 2015, jumlah penderita
gangguan jiwa mencapai 465.975 orang.

Isolasi social merupakan salah satu diagnosa keperawatan yang muncul pada klien
dengan skizofrenia dimana skizofrenia adalah suatu gangguan jiwa beraat yang ditandai
dengan penurunan atau ketidak mampuan berkomunikasi, gangguan realitas (halusinasi
atau waham), afek yang tidak wajar atau tumpul, gangguan kongnitif (tidak mampu
berpikir abstrak) serta mengalami kesukaran melakukan aktivitas sehari-hari. Salah satu
gejala negative skiofrenia adalah menarik diri dari pergaulan social (Isolasi Sosial),
(Surya,2012)

Salah satu gejala negatif skozofrenia adalah isolasi sosial :menarik diri ,isolasi
sosial : menarik diri adalah suatu keadaan diamana seorang individu terjadi penurunan
interaksi atau bahkan tidak bisa berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya .klien
mungkin merasa ditolak ,tidak diterima,kesepian dan klien tidak mampu berhubungan
dengan orang lain( Yosep,2009)
NANDA (2014), mendefinisikan isolasi social sebagai suatu pengalaman
menyendiri dan kesepian dari seseorang dan perasaan segan terhadap orang lain sebagai
sesuatu yang negative dan mengancam bagi dirinya (towsend,2014).
Isolasi social juga terjadi saat seseorang tidak mampu menjalin komunikasi yang
koofratif.
Isolasi sosial memiliki 2 faktor yaitu faktor ,adapun faktor dari presdisposisi
antara lain yaitu perkembangan dan sosial budaya.kegagalan dapat menyebabkan seorang
individu tidak percaya pada dirinya sendiri maupun orang lain ragu,takut salah, pesimis
pada dirinya sendiri, putus asa dan merasa tertekan keadaan ini menyebabkan klien tidak
ingin berinteraksi dengan orang lain, suka berdiam diri dan menghindari orang lain
(kusumawati & hartono,2010) dan faktor presipitasi yaitu stress sosiokultural dsn stress
psikologi (Prabowo,2014)
Berdasarkan catatan rekam medis Rumah Sakit Jiwa Cisarua bandung klien
mengalami isolasi social yaitu berjumlah 1.617 klien. Ditemukan masalah keperawatan
pada klien isolasi social tergolong tinggi yaitu 72% (Maramis,2010).
Peran perawat dalam penanggulangan klien dengan gangguan konsep diri : isolasi
social menarik diri meliputi peran promotif,preventif, kuratif dan rehabilitative. Pada
peran promotif,perawat meningkatkan dan memelihara kesehatan mental melalui
penyuluhan dan pendidikan untuk klien dan kluarga. Dari aspek preventif yaitu
meningkatkan kesehatan mental dan pencegahan gangguan menarik diri : isolasi social.
Sedangkan peran kuratif perawat merencanakan dan melaksanakan rencana tindakan
keperawatan untuk klien dan keluarga. Kemudian peran rehabilitative berperan pada
follow up perawat klien dengan gangguan menarik diri: isolasi social melalui pelayanan
dirumah atau home visite, dan keterlibatan keluarga dalam proses penyembuhan dan
perawatan pasien gangguan jiwa sangat penting, karena peran keluarga sangat
mendukung dalam proses pemulihan penderita gangguan jiwa. Keluarga dapat
mempengaruhi nilai, kepercayaan sikap dan prilaku anggota keluarga. Disamping itu
keluarga mempunyai fungsi dasar seperti memberi kasih sayang, rasa aman, rasa
memiliki dan menyiapkan peran dewasa individu dimasyarakat ( Nasir, 2011).
Berdasarkan fenomena tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian
berhubungan dengan studi kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada klien X
dengan diagnosa keperawatan menarik diri : isolasi social.

B. Rumusan Masalah
Berhubungan yang menjadi fenomena diatas maka yang menjadi rumusan
masalah pada kasus tersebut adalah sejauh mana “Asuhan keperawatan pada Tn.X
dengan diagnosa keperawatan menarik diri “ isolasi sosial

C. Tujuan
Adapun tujuannya adalah sebagai berikut :

1. Tujuan umum
Penulis mampu melakukan Asuhan Keperawatan secara komperhensif pada klien X
Dengan diagnosa keperawatan menarik diri : isolasi social.

2. Tujuan khusus
Berdasarkan rumusan masalah diatas, penyusun dalam membuat proposal penelitian
memiliki tujuan khusus, yaitu :

a. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian keperawatan pada pasien yang


mengalami isolasi social
b. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa keperawatan pada pasien yang
mengalami isolasi social
c. Mahasiswa mampu merencanakan asuhan keperawatan pada pasien yang
mengalami isolasi social
d. Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan pada pasien yang
mengalami isolasi social
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien yang
mengalami isolasi sosial

3. Manfaat penulisan
1. Manfaat teoritis
Hasil penulisan pada profosal ini dapat memberikan informasi dan pemecahan
masalah pada keperawatan menarik diri : isolasi sosial
2. Manfaat praktisi
a. Bagi penulis
Memberikan pengalaman dan situasi yang nyata bagi peneliti dalam
melaksanakan penelitian, sehingga dapat memberikan pengalaman dan gambaran
pada peneliti mengenai Asuhan Keperawatan Terhadap Klien Gangguan menarik
diri : Isolasi Sosial.
b. Bagi instasi pendidikan
Sebagai salah satu bahan referensi dan dokumentasi untuk perpustakaan
bagi institusi pendidikan mengenai Asuhan Keperawatan terhadap klien Menarik
Diri : Isolasi Sosial

4. Sistematika Penulisan
Dalam Penulisan makalah ini, terbagi dalam tiga BAB, yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN

Meliputi latar belakang, Rumusan masalah, tujuan, manfaat penulisan dan


sistematika penulisan

BAB II : TINJAUAN TEORI

Meliputi definisi skizofrenia, macam-macam skizofrenia, tanda dan gejala


skizofrenia, definisi isolasi social, etiologi isolasi social, tanda dan gejala
isolasi social, rentang respon, patofisiologi isolasi social, pohon permasalahan
isolasi social,dampak isolasi social, mekanisme koping isolasi social,
penatalaksanaan medis isolasi social, Asuhan keperawatan pada isolasi social.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Meliputi pendekatan, Lokasi dan Waktu penelitian, metode penelitian,


subjek penelitian, pengumpulan data, analisa data, etika penelitian
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Masalah Kesehatan

1. Skizofrenia

a. Definisi Skizofrenia
Skizofrenia adala sebagai penyakit neurologis yang mempengaruhi presepsi
klien, cara berpikir, bahasa, emosi, dan prilaku social (Yosep, 2014)
Skizofrenia adalah kelainan jiwa terutama menunjukan gangguan dalam fungs
kognitif (pikiran) berupa disorganisasi. Jadi gangguannya ialah mengenai
pembentukan arus serta isi pikiran. Di samping itu, juga ditemukan gangguan
presepsi, wawasan diri, perasaan dan keinginan (Nasir, 2011)
Skizofrenia merupakan sekelompok gangguan psikotik dengan gangguan
dasar pada kepribadian, terdapatnya waham, gangguan persepsi, afek abnormal
dan autism (ayub,2011).

b. Macam-macam Skizofrenia
Menurut Marmis (2010) macam-macam skizofrenia adalah :

1) Skizofrenia simplek
skizofrenia simplek adalah sering timbul pertama kli pada masa pubertas.
Gejala umumnya adalah kedangkalan emosi, kemunduran kemauan dan
timbulya perlahan-lahan sekali.
2) Skizofrenia akut
skizofrenia akut adalah timbul mendadak sekali dan pasien seperti keadaan
mimpi. kesadarannya mungki berkabut. Dalam keadan ini timbul perasaan
seakan dunia luar maupun dirinya berubah. semuanya seakan punya arti
khusus.
3) Skizofrenia hebefrenik
Skizofrenia hebefrenik adalah permulaanya perlahan-lahan dan sering timbul
pada masa remaja antara 15-25 tahun. Gejala yang mencolok adalah gangguan
proses pikir, gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi waham dan
halusinasi banyak sekali.
4) Skizofrenia paranoid
Skizofrenia paranoid adalah gejalanya di dominasi oleh waham yang relative
stabil, halusinasi, marah-marah, kekerasan dan selalu menganggap dirinya
benar.
5) Skizofrenia residual
Skizofrenia residual adalah keadaan skizofrenia dengan gejala primernya
tetapi idak jelas danya gejala sekunder.
6) jenis Skizo-efektif
jenis skizo-efektif adalah jenis ini cendrung untuk menjadi sembuh tanpa
efek, tetapi mungkin juga timbul lagi serangan

c. Tanda dan Gejala Skizofrenia


berikut ini adalah tanda dan gejala skizofrenia menurut (marimis,2010)
diantaranya adalah :
1) mengalami perasaan untuk susah bersosialisasi dengan orang lain, serta
merasakan lebih nyaman sendiri dari pada berkumpul dengan orang banyak.
2) lenyapnya keinginan dan motivasi untuk menjalani hubungan dengan orang
lain.
3) konsentrasi yang semakin lemah yang mengakibatkan sering tidak focus
terhadap sesuatu
4) berubahnya dari pola tidur dari semula baik menjadi buruk
5) delusi yang kuat seakan bahwa apa yang dilihat dari dilakukannya itu benar.
6) mengalami perubahan prilaku yang terbalik 180 derajat bahkan sampai
menyalahi norma, misalnya suka berteriak.

2. Isolasi Sosial

a. Definisi Isolasi Sosial


Isolasi sosial menurut Townsend, dalam Kusumawati F dan Hartono Y
(2010) adalah suatu keadaan kesepian yang dirasakan seseorang karena orang lain
menyatakan negatif dan mengancam. Sedangkan Menarik diri adalah usaha
menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa kehilangan
hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi
perasaan,pikiran, prestasi atau kegagalanya (Depkes, 2006 dalam Dermawan
D dan Rusdi, 2013).
Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu yang mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
oranglain di sekitarnya. Pasin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan
tidakmampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain
disekitarnya(Keliat, 2011).
Jadi isolasi sosial Menarik diri adalah suatu keadaan kesepian yang
dialamiseseorang karena merasa ditolak, tidak diterima, dan bahkan pasien
tidakmampu berinteraksi untuk membina hubungan yang berarti dengan oranglain
disekitarnya.
b. Etiologi
1) Faktor Predisposisi
Menurut Fitria (2009) faktor predisposisi yang mempengaruhi
masalah isolasi sosial yaitu :
a) Faktor tumbuh kembang
Pada setiap tahap tumbuh kembang terdapat tugas
tugasperkembangan yang harus terpenuhi agar tidak terjadi gangguan
dalamhubungan sosial.Apabila tugas tersebut tidak terpenuhi maka
akan menghambat faseperkembangan sosial yang nantinya dapat
menimbulkan suatu masalah
b) Faktor komunikasi dalam keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor
pendukungterjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori
ini yangtermasuk masalah dalam berkomunikasi sehingga
menimbulkanketidakjelasan (double bind) yaitu suatu keadaan dimana
seoranganggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan
dalamwaktu bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga
yangmenghambat untuk hubungan dengan lingkungan diluar keluarga.
c) Faktor sosial budaya
Norma-norma yang salah didalam keluarga atau lingkungan
dapatmenyebabkan hubungan sosial, dimana setiap anggota keluarga
yangtidak produktif seperti lanjut usia, berpenyakit kronis dan
penyandangcacat diasingkan dari lingkungan sosialnya.
d) Faktor biologis
Faktor biologisjuga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhigangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh
yang dapatmempengaruhi gangguan hubungan sosial adalah otak,
misalnya padaklien skizfrenia yang mengalami masalah dalam
hubungan memilikistruktur yang abnormal pada otak seperti atropi
otak, serta perubahanukuran dan bentuk sel-sel dalam limbic dan daerah
kortikal.

2) Faktor presipitasi
Menurut Herman Ade (2011) terjadinya gangguan hubungan
sosial juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal seseorang.
Faktor stressor presipitasi dapat dikelompokan sebagai berikut :
a) Faktor eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress
yangditimbulkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga
b) Factor internal
Contohnya adalah stressor psikologis yaitu stress yang terjadi akibat
kecemasan tau ansietas yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan
dengan keterbatasan kemampuan individu untuk mengatatasinya.
ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk berpindah dengan orang
terdekat atau tidak terpenuhi kebutuhan individu.

c. Tanda dan Gejala


1) Gejala Subjektif
a) Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
b) Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c) Respon verbal kurang atau singkat
d) Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
e) Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
f) Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
g) Klien merasa tidak berguna
h) Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
i) Klien merasa ditolakb.
2) Gejala Objektif
a) Klien banyak diam dan tidak mau bicara
b) Tidak mengikuti kegiatan
c) Banyak berdiam diri di kamar
d) Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang
yangterdekat
e) Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
f) Kontak mata kurang
g) Kurang spontan
h) Apatis (acuh terhadap lingkungan)
i) Ekpresi wajah kurang berseri
j) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
k) Mengisolasi diri
l) Tidak atau kurang sadarterhadap lingkungan sekitarnya
m) Memasukan makanan dan minuman terganggu
n) Retensi urine dan feses
o) Aktifitas menurun
p) Kurang enenrgi (tenaga)
q) Rendah diri

d. Rentang Respon
Menurut Stuart (2007). Gangguan kepribadian biasanya dapat dikenalipada
masa remaja atau lebih awal dan berlanjut sepanjang masa
dewasa.Gangguan tersebut merupakan pola respon maladaptive, tidak
fleksibel, danmenetap yang cukup berat menyababkan disfungsi prilaku atau
distress yang nyata.

Bagan 2.1
Rentang Respon

Respon Adatif Respon Maladatif

menyendiri kesepian Manipulasi


otonomi Menari diri Impulsif
kebersamaan Ketergantungan Narisisme
saling ketergantungan

Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan


dengancara yang dapat diterima oleh norma-norma masyarakat. Menurut
Riyardi S dan Purwanto T. (2013) respon ini meliputi :
1) Menyendiri
Merupakan respon yang dilakukan individu untuk merenungkan apa yang
telah terjadi atau dilakukan dan suatu cara mengevaluasi diri dalam
menentukan rencana-rencana.
2) Otonomi
Merupakan kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide,
fikiran, perasaan dalam hubungan sosia, individu mampu menetapkan untuk
interdependen dan pengaturan diri.
3) Kebersamaan
Merupakan kemampuan individu untuk saling pengertian, saling member,dan
menerima dalam hubungan interpersonal.
4) Saling ketergantungan
Merupakan suatuhubungan saling ketergantungan saling tergantung
antarindividu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.

Respon maladaptive adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah


dengn cara-cara yang bertentangan dengan norma-norma agam dan masyarakat.
Menurut Riyardi dan Purwanto (2013) respon maladaptive tersebut adalah :

1) Manipulasi
Merupakan gangguan sosial dimana individu memperlakukan orang
lainsebagai objek, hubungan terpusat pada masalah mengendalikan orang
laindan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri. Tingkah
lakumengontrol digunakan sebagai pertahanan terhadap kegagalan
ataufrustasi dan dapat menjadi alat untuk berkuasa pada orang lain.
2) Impulsif
Merupakan respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai
subyekyang tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak
mampu merencanakan tidak mampu untuk belajardari pengalaman dan
miskinpenilaian.
3) Narsisisme
Respon social ditandai dengan individu memiliki tingkah laku ogosentris,
harga diri yang rapuh, terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan
mudah marah jika tidak mendapat dukungan dari orang lain.

e. Patofisiologi
Individu yang mengalami Isolasi Sosial sering kali beranggapan bahwa
sumber/penyebab Isolasi sosial itu berasal dari lingkunganya. Padahal rangsangan
primer adalah kebutuhan perlindungan diri secara psikologik terhadap kejadian
traumatik sehubungan rasa bersalah, marah, kesepian takut dengan orang yang
dicintai, tidak dapat dikatakan segala sesuatu yang dapat mengancam harga diri
(self estreem) dan kebutuhan keluarga dapat meningkatkan kecemasan. Untuk
dapat mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan ansietas diperlukan
suatu mekanisme koping yang adekuat Sumber-sumber koping meliputi
ekonomi, kemampuan menyelesaikan masalah, teknik pertahanan, dukunga social
dan motivasi. Sumber koping sebagai model ekonomi dapat membantu
seseorang mengintregrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan
mengadopsi strategi koping yangberhasil. Semua orang walaupun terganggu
prilakunya tetap mempunyai beberapa kelebihan personal yang mungkin
meliputi: aktivitas keluarga, hobi,seni, kesehatan dan perawatan diri, pekerjaan
kecerdasan dan hubunganinterpersonal. Dukungan sosial dari peningkatan
respon psikofisiologis yangadaptif, motifasi berasal dari dukungan keluarga
ataupun individu sendirisangat penting untuk meningkatkan kepercayaan diri
pada individu (Stuart &Sundeen, 1998).
f. Pohon Permasalahan

Bagan 2.2
Pohon Permasalahan Isolasi Sosial

Sensori/Presepsi : Halusinasi

Akibat

Isolasi Sosial : Menarik Diri

Masalah Utama

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

Penyebab

g. Dampak Isolasi Sosial


Menurut Abraham Maslow kebutuhan dasar manusia terdiri dari lima
hirarki kebutuhan rasa aman dan keselamatan, kebutuhan untuk dicintai dan rasa
saling dicintai dan rasa saling memiliki, kebutuhan harga diri dan kebutuhan
aktualisasi diri.
1) Kebutuhan fisiologi
a) Oksigen
klien dengan isolasi social biasanya tidak mengalami peningkatan
kebutuhan oksigen karena klien yang menarik diri lebih jarang
melakukan aktivitas yang memerlukan banyak oksigen.
b) Nutrisi
Pada klien dengan isolasi social sering ditemukan penurunan aktivitas
termasuk juga dalam makan dan minum sehingga masukan makanan dan
minum terganggu.
c) Istirahat tidur
klien dengan menarik diri lebih sering menyendiri dan cendrung
menghabiskan waktunya ditempat tidur sehingga tidurnya berlebihan.
2) Kebutuhan Rasa Aman dan Keselamatan
Klien dengan isolasi social tidak mudah percaya dn curiga kepada orang lain,
sehingga membuat ia merasa tidak nyaman berhubungan dengan orang lain
dan lebih senang menyendiri.
3) Kebutuhan Cintai Mencintai
klien dengan isolasi social mengalami gangguan dalam hubungan
interpersonal, sehingga sulit memenuhi kebutuhan mencintai dan dicintai
lingkungannya.
4) Kebutuhan Harga Diri
Perasaan rendah diri atau harg diri rapuh banyak ditemukan pada klien
dengan isolasi social.
5) Kebutuhan Aktualisasi Diri
Isolasi social merupakan hubungan interpersonal dimana klien tidak mampu
membina interaksi dengan orang lain, sehingga tidak bias mencapai
aktualisasi karena koping yang digunakan maladaftif (Herdiansyah,2011).

h. Mekanisme Koping
Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi ansietas
yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme
koping yang sering digunakan adalah proyeksi, splitting (memisah), dan isolasi
proyeksi merupakan keinginan yang tidak mampu ditoleransi dank lien
mencurahkan emosi kepada orang lain karena kesalahan sendiri. Splitting
merupakan kegagalan individu dalam menginterpretasikan dirinya dalam menilai
baik buruk. Sementar itu, Isolasi merupakan prilaku mengasingkan diri dari orang
lain maupun lingkungan (sutejo,2011).

i. Penatalaksanaan Medis
Menurut (D. Dermawan,2013).
1) Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai
realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat normal social dan tilik diri
terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental : paham halusinasi,
gangguan perasaan dan perilaku yang aneh dan tidak terkendali, berdaya berat
dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja, berhubungan social
dan melakukan kegiatan rutin. Mempunyai efek samping gangguan otonomi
(hypotensi) antikolinergik/parasimpatik, mulut kering kesulitan dalam miksi
hidung tersumbat mata kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama
jantung. gangguan ekstra pyramidal.
2) Haroperidol (HLP)
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi mental serta
dalam fungsi kehidupan seharai-hari. memiliki efeksamping seperti gangguan
miksi dan parasimpatik defeksi hidung tersuumbat, mata kabur ketekanan intra
meninggi gangguan irama jantung kontra indikasi terhadap penyakit hati,
penyakit darah,epilepsy, kelainan jantung.
3) Trihexyphenidil (THP)
Sebagai jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensioalitis dan idiopatik,
sindrom Parkinson akibat obat misalnya reserpine dan fentotiazine. memiliki
efek samping diantaranya mulut kering, penglihatan kabur pusing mual,
muntaah, binggung, agitasi, korstipasi, takikardi, dilatasi, ginjal, retensi urine.
Kontraindikasi terhadap hipersensitif trihexyphenidil, glukoma sudut sempit,
psikosis berat psikoneurosis (Andrey,2011).
4) Terapi Kelompok
terapi kelompok merupakan suatu psikotherapy yan dilakuka sekelompok
pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi atau sama lain yang dipimpin
atau diarahkan oleh seseorang therapist atau petugas kesehatan jiwa. therapy ini
bertujuan memberi stimulus bagi klien dengan gangguan intrapersonal.
5) Therapy Lingkungan
manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sehingga aspek lingkungan
harus medapatkan perhatian khusus dalam kaitanya untuk menjaga dan
memelihara kesehatan manusia. Lingkungan berkaitan erat dengan stimulus
psikologi seseorang yang akan berdampak pada kesembuhan, karena
lingkungan tersebut akan memberikan dampak baik pada kondisifisik maupun
psikologis seseorng (D. Dermawan,2013).

j. Data focus pengkajian sesuai teori


1) Objektif
a) Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
b) Menghindari orang lain, tampak menyendiri dan memisahkan diri dari
orang lain.
c) Komunikasi kurang/ tida, pasien tidak tampak bercakap-cakap dengan
orang lain.
d) Tidak ada kontak mata dan sering menunduk.
e) Berdiam diri di kamar
f) Menolak berhubungan dengan orang lain, memutuska pembicaraan, atau
pergi saat bercakap-cakap
g) Tidak tampak melakukan kegiatan sehari-hari, perawatan diri kurang, dan
kegiatan rumah tangga tidak dilakukan.
h) Posisi janin pada saat tidur
2) Subjektif
a) Pasien menjawab dengan singkat “ ya”, “tidak tahu”.
b) Pasien tidak menjawab sama sekali.
c) Recana keperawatan sesuai teori
d) Tindakan keperawatan untuk pasien
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien mampu :
(1) Menghindari penyeimbangan isolasi social
(2) Berinteraksi dengan orang lain
3) Apakah anggota keluarga ada yang mengalami gangguan jiwa
4) Pengalaman klien yang tidak menyenangkan (kegagalan yang terulang lagi,
penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis) atau factor lain
5) Aspek fisik atau biologis, observasi tanda-tanda vital (TD, RR, Nadi, Suhu),
ukur tinggi badan dan berat badan.
6) Psikososial, membuat genogram minimal tiga generasi yang dapat
mengambarkan hubungan klien dengan keluarga. Masalah yang terkait
dengan komunikasi pengambilan keputusan dan pola asuh.
7) Status mental meliputi pembicaraan, penampilan, aktivitas motoric, alam
perasaan, afek, iteraksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir,
tingkat kesadaran, emosi, tingkat konsentrasi dan berhitung,
kemampuanpenilaian dan daya titik diri.
8) Kebutuhan persiapan pulang, kemampuan klien dengan alam makan,
BAB/BAK, mandi berpakaian, istirahat tidur, penggunaan obat, pemeliharaan
kesehatan, aktivitas di dalam rumah dan diluar rumah, mekaisme koping, di
dapat melalui wawancara pada klien keluarga baik adaftif maupun maladaftif.
9) Masalah psikososial dan lingkunga,didapat dari klien atau keluarga
bagaimana tentang keadaan lingkungan klien, masalah pendidikan dan
masalah pekerjaan.
10) Pengetahuan, apakah klien mengetahui tentang kesehatan jiwa

B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan
Menurut Ernawati dalam et.all 2014 pengkajian merupakan awal dan dasar utama
dari proses keperawatan, tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan
perumusan masalah. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis,
social dan spiritual.
Data yang mungkin muncul pada klien isolasi social pada data subjektif dapat
ditemukan klien mengatakan malas berinteraksi, klien mengatakan orang lain tidak
mau menerima dirinya, klien tidak berguna. Pada data objektif yang mungkin timbul
adalah klien terlihat menyendiri klien tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain,
klien terlihat mondar-mandir tanpa tujuan, klien tidak berinisiatif berinteraksi dengan
orang lain, afek tumpul dan kontak mata kurang.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi Sosial
b. Harga Diri Rendah
c. Resiko Perubahan Sensori Presepsi halusinasi

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Keperawatan
Isolasi Sosial Pasien mampu : Setelah 1x SP 1
- menyadari pertemuan klien 1. Identifikasi penyebab
penyebab mampu : - siapa yang satu
isolasi social - membina rumah dengan
- berinteraksi hubungan saling pasien
dengan orang percaya - siapa yang dekat
lain - menyadari dengan pasien
penyebab isolasi - siapa yang tidak
social dekat dengan
keuntungan dan pasien
kerugian 2. tanyakan keuntungan
berinteraksi dan kerugian
dengan orang berinteraksi dengan
lain. oraang lain
- melakukan - tanyakan kebiasaan
interaksi dengan pasien tentang
orang lain kebiasaan
secara bertahap. berinteraksi dengan
orang lain
- tanyakan apa
penyebab pasien
tidak mau
berinteraksi dengan
orang lain
- diskusikan
keuntungan bila
pasien memiliki
banyak teman dan
bergaul akrab
dengan mereka
- diskusikan
kerugian bila
pasien hanya
mengurung diri dan
tidak bergaul
dengan oranglain
- jelaskan pengaruh
isolasi social
terhadap kesehatan
fisik pasien
3. latih berkenalan
- jelaskan kepada
klien cara
berinteraksi dengan
orang lain
- berikan contoh cara
berinteraksi dengan
orang lain.
- beri kesempatan
pasien
memperaktikan
cara berinteraksi
dengan orang lain
yang dilakukan
dihadapan perawat
- mulailah bantu
pasien berinteraksi
dengan satu orang
teman/ anggota
keluarga
- bila pasien sudah
menunjukan
kemajuan,
tingkatkan jumlah
interaksi dengan
2,3,4 orang dan
seterusnya.
- beri pujian setiap
kemajuan interaksi
yang telah
dilakukan oleh
pasien
- siap mendengarkan
ekspresi perasaan
pasien setelah
berinteraksi dengan
orang lain,
mungkin pasien
akan
mengungkapkan
keberhasilan atau
kegagalannya,
berikan dorongan
terus-menerus agar
pasien tetap
semangat
meningkatka
interaksinya.
4. masukan jadwal
kegiatan pasien.
SP 2
- Evaluasi SP 1
- latih berhubungan
sosial secara
bertahap
- masukan dalam
jadwal kegiatan
pasien
SP 3
- Evaluasi SP 1 dan
2
- latih cara
berkenalan dengan
2 oranf atau lebih
- masukan dalam
jadwal kegiata
pasien
Keluarga Setelah satu Sp 1
mampu merawat pertemuan keluarga - identifikasi
pasien isolasi mampu masalah yang
social dirumah menjelaskan dihadapi keluarga
tentang : dalam merawat
- maslah isolasi pasien
social dan - penjelasan isolasi
dampaknya social
pada pasien - cara merawat
- penyebab pasien isolasi
isolasi social social
- sikap keluarga - latih (stimulus)
untuk - RTL
membantu keluarga/jadwal
pasien keluargga untuk
mengatasi merawat pasien
isolasi SP 2
sosialnya - Evaluasi SP 1
- pengobatan - latih (langsung ke
yang pasien)
berkelanjutan - RTL keluarga/
dan mencegah jadwal keluarga
putus obat untuk merawat
- tempat rujukan pasien
dan fasiltas SP 3
kesehatan - Evaluasi SP 1 dan
yang tersedia 2
bagi pasien - latih (langsung ke
pasin)
- RTL keluarga/
jadwal keluarga
untk merawat
pasien
SP 4
- Evaluasi
kemampuan
keluarga
- evaluasi
kemampuan pasien
- rencana tindak
lanjut keluarga
- follow up
- rujukan
4. Implementasi
Sebelum tindakan keperawatan di implementasika perawat perlu memvalidasi
apakah rencana tindakan yang ditetapkan masih sesuai dengan kondisi klien saat ini
(here and now) perawat juga perlu mengevaluasi diri sendiri apakah mempunyai
kemampuan interpersonal, intelektual, dan tehnik sesuai dengan tindakan yang
dilakukan setelah tidak ada hambatan lagi, maka tindakan keperawatan bias di
implementasikan.
Saat memulai untuk diimplementasikan tindakan keperawatan. Perawat harus
membuat kontrak dengan klien dengan menjelaskan apa yang akan dikerjakan dan
peran serta klien yang diharapkan. Kemudian penting untuk diperlihatakan terkait
dengan standar tindakan yang telah ditentukan dan aspek legal yaitu
mendokumentasikan apa yang tela dilaksanakan.

5. Evaluasi
Menurut (Riyadi dan teguh,2009) evaluasi difokuskan pada perubahan perilaku klien
setelah diberikan tindakan keperawatan. Keluarga juga perlu di evaluasi karena
merupakan system pendukung klien sebagai contoh evaluasi pada klien dengan
isolasi social :
a. Evaluasi kemampuan klien
1) klien menjelaskan penyebab tidak bergaul dengan orang laian
2) klien menyebutkan keuntungan bergaul denga orang lain
3) klien menyebutkan kerugian tidak bergaul dengan orang lain
4) klien memperagakan cara berkenalan pada orang lain.
5) klien berinteraksi dengan perawat, keluarga dan tetangga.
b. Evaluasi kemampuan keluarga
1) Klien menyebutkan masalah isolasi social dan penyebabnya
2) keluarga menyebutkan penyebab dan proses terjadinya isolasi social
3) keluarga membantu klien berinteraksi dengan orang lain.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan
Penelitian studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan
jiwa dengan isolasi social. klien di observasi selama 1 minggu ( 3 kali pertemuan )

B. Lokasi dan Waktu peneliti


1. Lokasi penelitian
Penelitian ini akan dilakukan Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.
2. Waktu penelitian
Kegiatan penelitian ini akan dilakukan pada bulan… tahun 2019 selama 1 minggu (3
kali pertemuan)

C. Metode Penelitian
Penelitian menggunakan satu pasien dibandingkan dengan hasil asuhan keperawatan
dengan masalah yang sama yang bersumber dari jurnal asuhan keperawatan.

D. Subjek penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mengambil kasus pada pasien dengan diagnosa medis
skizofrenia dengan masalah keperawatan isolasi social.

E. Pengumpulan data
Teknik pengambilan data merupakan cara mengumpulkan atau mengambil data yang
dilakukan dalam penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunkan data
primer dan data sekunder. Data primer yaitu jenis data yang diperoleh langsung dari
responden melalui pemberian kuesioner, sedangkan data sekunder yaitu data yang
diperoleh dari petugas kesehatan yang terkait (Hidayat,2007).
Dalam keperawatan data yang didapat biasa langsung dari pasien, keluarga maupun
tenaga kesehatan lain. Adapun teknik pengumpulan data yang diterapkan dalam
mengumpulkan data penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Wawancara
Wawancara yaitu melakukan Tanya jawab langsung yang dilakukan perawat kepada
pasien maupun keluarga untuk memenuhi tentang identitas pasien, keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang, dahulu dan keluarga dan lain-lain.
2. Observasi dan pemeriksaan fisik
Observasi yaitu melakukan pengamatan dan mencactat tindakan atau respon yang
terjadi pada diri pasien. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui sesuatu yang
normal maupun abnormal dari system tubuh dengan pendekatan IPPA
3. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data dari rumah sakit dan rekam
medis pasien atau dari puskesmas penelitian pun melakukan studi kepustakaa yang
dapat dipelajari dari sumber-sumber buku yang relevan dan jurnal, yang mana bias
mempermudah peneliti dalam memvalidasi penelitian.

F. Analisa Data
Analisa data adalah pengelolaan dan penganalisaan data dengan teknik teknik tertentu,
Adapun urutan dalam analisis adalah :
1. Pengumpulan data
pengelolaan data diambil dari hasil wawancara observasi dan dokumentasi yang
dilakukan kepada pasien. Pada wawancara ini hal yang ditanyakan pada pasien
meliputi identitas, keluhan , riwayat penyakit dan lain- lain. Pada saat observasi
peneliti melihat dan melakukan pemeriksaan fisik untuk mengethui sesuatu yang
normal dan abnormal dari system tubuh terkait dengan keluhan pasien kemudian di
dokumentasikan ke dalam lembar asuhan keperawatan
2. Mereduksi data dengan membuat koding dan kategori
Dalam studi kasus ini tidak perlu dilakukan pengkodingan karena hanya meneliti satu
kasus saja pada pasien.
3. Penyajian data
Dalam studi kaus ini data disajikan dalam bentuk teks (tekstular). Penyajian secara
tekstular biasanya digunakan untuk penelitian atau data kualitatif penyajian cara
tekstular adalah penyajian data hasil penelitian dalam bentuk uraian kalimat
(Notoatmodjo,2010 :188). Kerahasiaan dari responden dijamin dengan mengaburkan
identitas dari responden.
4. Kesimpulan
Dari data yang disajikan kemudian data dibhas dan dibandingkan dengan hasil-hasil
penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan
kesimpulan dilakukan dengan metode induksi.

G. Etika penelitian
Etika penelitian adalah suatu pedoman etik yang berlaku untuk setiap kegiatan penelitian
yang melibatkan antara pihak peneiti dan pihak yang diteliti (subjek penelitian) dan
masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil penelitia tersebut (Notoatmodjo,2010).
Sebelum melkukan penelitian peneliti terlebih dahulu mendapat rekomendasi dari
institusi untuk mengajukan permohonan ijin kepada lembaga tempat penelitian. Menurut
Hidayat (2008). Dalam penelitian ini sebelum peneliti melakukan tindakan keperawatan
kepada klien, peneliti harus memperhatikan etika-etika dalam melakukan penelitian
Menurut Hidayat (2008), Etika-etika dalam penelitian diantaranya adalah :
1. Lembar persetujuan (Informed consent)
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden
penelitian dengan memberikan lembar persetujuan Informed consent tersebut
diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan
untuk mejadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti
maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia mka
mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia
maka peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang harus ada
adalah informed consent tersebut antara lain : partisipasi responden, tujuan
dilakukanya tindakan jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan,
potensial yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi,
dan lain-lain (Hidayat,2018)
2. Anonimity (tanpa nama)
Anonimity merupakan etika dalam penelitian keperawatan. Masalah etika
keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan
subjek penelitian denga cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden
atau klien pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan (Hidayat,2008). Kerahasiaan
pada lembar asuhan keperawatan mengenai responden, penulis tidak mencantumkan
nama secara lengkap, cukup hanya dengan nama inisial saja.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Confidentiality merupakan etika dalam penelitian untuk menjamin kerahasiaan dari
hasil penelitian baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi
klien yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya ole peneliti, hanya kelompok
data tertentu yang dilaporkan pada hasil penelitian (Hidayat,2008). Penelitian
menjelaskan bahwa dan yang diperoleh dari responden akan dijaga kerahasiaannya
oleh peneliti.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Nasir.2011. Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa Pengantar dan Teori.


Salemba

Ade Hermawan.2011.Asuhan Keperawatan Jiwa. Trans info Media :


Jakarta

Deden Dermawan & Rusdi.2013.Keperawatan Jiwa Konsep dan Kerangka Kerja


Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing

Dermawan,D.,& (2013), Konsep dan Kerangka Asuhan Keperawatan Jiwa


(1ed).(T.Rahayuyunengsih,ed). Yogyakarta : Gosyen

Dinkes (2012).Profil Kesehatan Jawa Barat.

Fitria.N (2009). Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba

Herman Ade,dkk.2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha


Medika

Kusumawati, Farida Yudi Hartono.(2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Salemba


Medika : Jakarta

Kusumawati, F. & H. Y. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba


medika

Marmis,F,W (2010).Ilmu Kesehatan Jiwa.Edisi ketujuh,Airlangga University


Press : Surabaya

Marimis 2010. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University


Press

NANDA.2014. Definisi dan Klasifikasi. Penerbit Buku : Prima Medika Jakarta

Prabowo, E. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika

Riset Kesehatan Desa, Kementrian kesehatan badan penelitian dan pengembangan


kesehatan 2018 : Indonesia

Riskesdas.2018. Profil Kesehatan Indonesia

RSJ Cisarua,(2018).10 maret


Riyadi, Sujono & Teguh. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Graha Ilmu

Stuart, G. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC

Sutejo.2011. Keperawatan Jiwa Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Jiwa dan
psikososial. Yogyakarta : Pustaka Baru Press

World Health Organization(WHO).2016. Prevalensi gangguan jiwa

Yosep,iyus.S.kep,M,Si.(2009).Keperawatan Jiwa,edisi revisi.Bandung : PT.Refika


aditama

Yosep & Titian S.2014.Buku Ajar Keperawatan Jiwa .Bandung : Rafika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai