Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan
Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam menuntut ilmu.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
masih kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
2.3 Etiologi........................................................................................................................ 7
2.5 Klasifikasi................................................................................................................... 9
3.2. Saran......................................................................................................................... 31
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan pada masa
neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di
luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka
kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3 kematian bayi di bawah
umur satu tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke
ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia dan faali. Asfiksia
neonatus adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan dan
teratur dalam satu menit setelah lahir (Mansjoer, 2009).
Penilaian bayi pada kelahiran adalah untuk mengetahui derajat vitalitas fungsi
tubuh. Derajat vitalitas adalah kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang bersifat
essensial dan kompleks untuk kelangsungan hidup bayi seperti pernafasan, denyut
jantung, sirkulasi darah dan reflek-reflek primitif seperti menghisap dan mencari puting
susu. Bila tidak ditangani secara tepat, cepat dan benar keadaan umum bayi akan
menurun dengan cepat dan bahkan mungkin meninggal. Pada beberapa bayi mungkin
dapat pulih kembali dengan spontan dalam 10 – 30 menit sesudah lahir namun bayi
tetap mempunyai resiko tinggi untuk cacat.
1.2 Tujuan
1. Tujuan umum:
Mengetahui secara menyeluruh mengenai konsep teori dan konsep asuhan
keperawatan asfiksia.
2. Tujuan khusus
a. Memahami definisi asfiksia.
b. Mengetahui anatomi dan fisiologi asfiksia.
c. Mengetahui etiologi asfiksia.
d. Memahami patofisiologi dari asfiksia.
e. Memahami klasifikasi asfiksia.
f. Mengetahui tanda dan gejala dari asfiksia.
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Asfiksia
Asfiksia atau mati lemas adalah suatu keadaan berupa berkurangnya kadar
oksigen (O2) dan berlebihnya kadar karbon dioksida (CO2) secara bersamaan dalam
darah dan jaringan tubuh akibat gangguan pertukaran antara oksigen (udara) dalam
alveoli paru-paru dengan karbon dioksida dalam darah kapiler paru-paru. Kekurangan
oksigen disebut hipoksia dan kelebihan karbon dioksida disebut hiperkapnia.
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara
spontan dan teratur setelah lahir (Sarwono, 2007).
Asfiksia Neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan
teratur, sehingga dapat meurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang
menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (Manuaba, 2008).
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif karena gangguan pertukaran gas serta
transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan
kesulitan mengeluarkan CO2, saat janin di uterus hipoksia. . Apgar skor yang rendah
sebagai manifestasi hipoksia berat pada bayi saat lahir akan memperlihatkan angka
kematian yang tinggi.
Dalam kenyataan sehari-hari, hipoksia ternyata merupakan gabungan dari empat
kelompok, dimana masing-masing kelompok tersebut memang mempunyai ciri
tersendiri. Walaupun ciri atau mekanisme yang terjadi pada masing-masing kelompok
akan menghasilkan akibat yang sama bagi tubuh. Kelompok tersebut adalah :
a. Hipoksik-hipoksia
Dalam keadaan ini oksigen gagal untuk masuk ke dalam sirkulasi darah.
b. Anemik-hipoksia
Keadaan dimana darah yang tersedia tidak dapat membawa oksigen yang cukup
untuk metabolisme dalam jaringan.
c. Stagnan-hipoksia
Keadaan dimana oleh karena suatu sebab terjadi kegagalan sirkulasi.
5
d. Histotoksik-hipoksia
Suatu keadaan dimana oksigen yang terdapat dalam darah, oleh karena suatu hal,
oksigen tersebut tidak dapat dipergunakan oleh jaringan.
2.2 Anatomi Fisiologi
saluran yang sangat kecil disebut bronkiolus. Ujung bronkiolus berupa gelembung
kecil yang disebut gelembung paru-paru (alveolus).
d. Pangkal Tenggorokan (laring)
Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan. Laring
berada diantara orofaring dan trakea, didepan lariofaring. Salah satu tulang rawan
pada laring disebut epiglotis. Epiglotis terletak di ujung bagian pangkal
laring. Laring diselaputi oleh membrane mukosa yang terdiri dari epitel berlapis
pipih yang cukup tebal sehingga kuat untuk menahan getaran-getaran suara pada
laring. Fungsi utama laring adalah menghasilkan suara dan juga sebagai tempat
keluar masuknya udara.
e. Cabang Batang Tenggorokan (Bronkus)
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan
dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya
tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih
besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus
bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus.
Batang tenggorokan bercabang menjadi dua bronkus, yaitu bronkus sebelah
kiri dan sebelah kanan. Kedua bronkus menuju paru-paru, bronkus bercabang lagi
menjadi bronkiolus. Bronkus sebelah kanan(bronkus primer) bercabang menjadi
tiga bronkus lobaris (bronkus sekunder), sedangkan bronkus sebelah kiri bercabang
menjadi dua bronkiolus. Cabang-cabang yang paling kecil masuk ke dalam
gelembung paru-paru atau alveolus. Dinding alveolus mengandung kapiler darah,
melalui kapiler-kapiler darah dalam alveolus inilah oksigen dan udara berdifusi ke
dalam darah. Fungsi utama bronkus adalah menyediakan jalan bagi udara yang
masuk dan keluar paru-paru.
f. Paru-paru (Pulmo)
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping
dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang
berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang
terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus.
Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput
bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura
visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan
7
tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis). Paru-paru tersusun oleh
bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Bronkiolus tidak
mempunyai tulang rawan,tetapi ronga bronkus masih bersilia dan dibagian
ujungnya mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Setiap bronkiolus
terminalis bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus respirasi, kemudian menjadi
duktus alveolaris.Pada dinding duktus alveolaris mangandung gelembung-
gelembung yang disebut alveolus.
2.3 Etiologi
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi
plasenta, asfiksia janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada
plasenta, misalnya perdarahan plasenta, solusio plasenta.
3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam
pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin.
Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat yang tertekan,
menumbung,dll.
4. Faktor neonates
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa
hal yaitu pemakaian obat anestesi yang berlebihan pada ibu.
2.4 Patofisiologi
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan
terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika
kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi.
Timbulah kini rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat
akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan
bila kita periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru,
bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang.
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai
menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan bayi
memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan
yang dalam, denyut jantung terus menurun , tekanan darah bayi juga mulai menurun
dan bayi akan terluhat lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai
bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung,
tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak
bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara
spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian
tidak dimulai segera.
9
2.5 Klasifikasi
Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai
apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor
mencapai 7. Nilai apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir
dan menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai
30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor
apgar).
1) Penilaian apgar score
Penilaian apgar ini mempunyai hubungan yang bermakna dengan mortalitas
bayi baru lahir. Patokan klinik yang dinilai adalah :
a) Mengihitung frekuensi jantung
b) Melihat usaha bernafas
c) Melihat tinus otot
d) Melihat refleks terhadap rangsangan
2.9 Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :
1. Edema otak & Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut
sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan
menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang
berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan otak.
2. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia,
keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai
dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak
mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan
terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium dan ginjal yang
menyebabkan pengeluaran urine sedikit.
3. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran
gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan
pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena
14
1. Pengkajian
d. Identitas Klien
Nama : By. A
Tempat tgl lahir/usia : Purwakarta, 10 Maret 2019/ 0 tahun 1 hari
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan :-
Alamat : Jl. Laks. RE. Martadinata, Purwakarta
Tgl masuk : 10 Maret 2019
Tgl pengkajian : 10 Maret 2019
Diagnosa medic : Asfiksia neonatorum
e. Identitas Orang tua
1) Ayah
Nama : Tn. A
Usia : 35 tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan/Jumlah penghasilan : PNS/Rp. 2.000.000,-
Agama : Islam
Alamat : Jl. Laks. RE. Martadinata, Purwakarta
2) Ibu
Nama : Ny. A
Usia : 30 tahun
Pendidikan : SMA
15
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama :
Bayi baru lahir mengalami bradipneu, denyut jantung dan tekanan darah bayi
menurun, sianosis, gerakan ekstremitas fleksi sedikit, dan gerakan reflexs
sedikit.
b. Riwayat keluhan utama :
Seorang ibu prepartum masuk rumah sakit diantar oleh suaminya pada tanggal
22 mei 2011, sebelum melahirkan ibu tersebut pernah melakukan pemeriksaan
kehamilan dan anamnese didaptkan hasil bahwa ibu memiliki riwayat anemia
pada trimester ke 3. Setelah diberikan tindakan pengobatan berupa pemberian
tablet zat besi namun ibu tersebut kurang menunjukkan perbaikan akan kondisi
keadaannya. Kemudian pada tanggal 23 mei 2011 tepat pukul. 19.00 WITA
ibu tersebut melahirkan seorang bayi laki-laki dengan kondisi bradipneu:
25x/m, denyut jantung menurun: 90x/m, tekanan darah: 70/40mmHg, sianosis
dan gerakan ekstremitas dan reflexs sedikit.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang:
Bayi baru lahir mengalami bradipneu, denyut jantung bayi dan tekanan darah
menurun, bayi nampak sianosis dan gerakan ekstremitas fleksi sedikit dan
gerakan reflexs sedikit segera setelah bayi tersebut dilahirkan.
d. Riwayat Kesehatan dahulu:
1) Prenatal care
a) Pemeriksaan kehamilan : 3 kali
b) Keluhan selama hamil: sering pusing, cepat lelah, mata berkunang-
kunang, dan malaise.
16
1. BCG - -
2. DPT (I,II,III) - -
3. Polio (I,II,III,IV) - -
4. Campak - -
5. Hepatitis - -
6. Lain-lain - -
17
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum Klien : klien nampak bradipneu, denyut jantung dan
tekanan darah menurun, tampak sianosis, gerakan ekstremitas dan reflexs
sedikit.
b. Tanda-tanda vital
1) Suhu : 36,5o C
2) Nadi : 90 x/ mnt
3) Respirasi : 25 x/m
4) Tekanan darah : 70 / 40 mmHg
c. Antropometri
1) Tinggi badan : 40 cm
2) Berat badan : 2400 g
3) Lingkar lengan atas : 12 cm
4) Lingkar kepala : 30 cm
5) Lingkar dada : 28 cm
6) Lingkar perut : 50 cm
d. Penilaian Afgar Scor
1) Nilai afgar scor rendah
Tanda 0 1 2 Keterangan Scor
Frekwensi jantung √ <100 1
Usaha bernafas √ lambat 1
Tonus otot √ Ekstremitas fleksi 1
sedikit
Reflexs √ Gerakan sedikit 1
Warna kulit √ Seluruh tubuh biru 0
atau pucat
Jadi jumlah afgar scor pada bayi tersebut yaitu dengan skala 4 dimana bayi
mengalami asfiksia sedang.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem Pernapasan
Hidung: Simetris kiri – kanan,
Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar, tidak ada tomor
19
Dada :
Bentuk dada: tidak simetris
Gerakan dada: dada dan abdomen tidak bergerak secara bersamaan,
Ekspansi dada berkurang
Suara napas melemah
2) Sistem Cardio Vaskuler
Capillary Refilling Time: >2 detik
Denyut jantung : 110x/m
Tekanan darah menurun: 70/40mmHg
3) System Syaraf
Bayi mengalami penurunan kesadaran
4) System Muskulo Skeletal
Terjadi penurunan tonus otot bayi
Gerakan ekstremitas fleksi pada bayi sedikit
Bayi nampak lemas dan lemah
5) System Integumen
Bayi mengalami sianosis pada kulit dan kuku
CRT: > 3 detik
Bayi nampak pucat
6) System Endokrim
Kelenjar Thyroid : Tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid
7) System Perkemihan
Tidak ada edema
Tidak ada bendungan kandung kemih
8) System Reproduksi
Penis : Bersih
Tidak ada kelainan pada area genetalia
9. ANALISA DATA
Symptom Etiologi Problem
DS : ASFIKSIA POLA NAFAS
- INEFEKTIF
DO: Bayi kekurangan O2
- Bayi mengalami Takipnea
bradipneu : 25x/m POLA NAFAS INEFEKTIF
- Suara nafas melemah
20
Tinggikan memudahkan
kepala bayi pernafasan.
dan bantuMemaksimalkan
mengubah bernafas dan
posisi menurunkan kerja
nafas
Berikan
oksigen
tambahan
Gangguan Klien memperlihatkan perbaikan Kaji tanda Sebagai indicator
pertukaran ventilasi, pertukaran gas secara vital – adanya gangguan
gas berhubungan optimal dan oksigenasi jaringan pernafasan, dlm system
dengan paru-paru secara adekuat, dengan kriteria : nadi, tekanan pernafasan
bayi terendamo Nafas Bayi kembali normal darah.
cairan o
ditandai Bayi aktif.
dengan: o Pada pemeriksaan auskultasi tidak Berguna dalam
DS: ditemukan lagi bunyi tambahan evaluasi derajat
o - pernafasan Kaji distress
DO: frekwensi, pernafasan
o bayi mengalami kedalaman dan/atau
sianosis, pernafasan kronisnya proses
o CRT: > 3 detik, dan tanda- penyakit. Sianosis
o bayi mengalami tanda sianosis mungkin perifer
bradipneu : setiap 2 jam. (terlihat pada
25x/m. kuku) atau sentral
(terlihat sekitar
bibir dan atau
telinga). Keabu-
abuan dan
sianosis sentral
mengindikasikan
beratnya
hipoksemia.
Dorong
pengeluaran Kental, tebal dan
sputum, banyaknya
pengisapan sekresi adalah
(suction) bila sumber utama
diindikasikan. gangguan
pertukaran gas
pada jalan nafas
kecil, pengisapan
dibutuhkan bila
Lakukan batuk tidak
palpasi fokal efektif.
fremitus Penurunan
getaran vibrasi
24
diduga ada
Observasi pengumpulan
tingkat cairan atau udara
kesadaran, terjebak.
selidiki Gelisah dan
adanya ansietas adalah
perubahan manifestasi
umum pada
hipoksia, GDA
memburuk
disertai
bingung/somnole
Kolaborasi n menunjukkan
dengan tim disfungsi serebral
medis yang
pemberian berhubungan
O2 sesuai dengan
dengan hipoksemia.
indikasi Dapat
memperbaiki
/mencegah
memburuknya
hipoksia.
oksigen untuk
fungsi miokard
Evaluasi
keluhan lemas,
palpitasi,
Berikan
oksigen
suplemen
kelebihan cairan
ekstrasel
Kaji berat
kemungkinan
badan dengan
kehilangan 15%
menimbang
BB lahir. Bayi
berat badan
SGA mungkin
setiap hari,
telah mengalami
kemudian
penurunan berat
dokumentasik
badan dealam
an pada
uterus atau
grafik
mengalami
pertumbuhan
penurunan
bayi
simpanan
lemak/glikogen.
Memberikan
informasi tentang
masukan aktual
dalam
hubungannya
dengan perkiraan
kebutuhan untuk
digunakan dalam
penyesuaian diet.
Peningkatan
kebutuhan
Pantau metabolik dari
masukan dan bayi SGA dapat
pengeluaran. meningkatkan
Hitung kebutuhan cairan.
konsumsi Keadaan bayi
kalori dan hiperglikemia
elektrolit dapat
setiap hari mengakibatkan
diuresi pada bayi.
Pemberian cairan
intravena
mungkin
diperlukan untuk
memenuhi
peningkatan
Kaji tingkat
kebutuhan, tetapi
hidrasi,
harus dengan
perhatikan
hati-hati
fontanel,
ditangani untuk
turgor kulit,
menghindari
berat jenis
kelebihan cairan
28
Karena
urine, kondisi glukosa
membran adalah sumber
mukosa, utama dari bahan
fruktuasi bakar untuk otak,
berat badan. kekurangan dapat
menyebabkan
kerusakan SSP
permanen.hipogli
kemia secara
bermakna
meningkatkan
mobilitas
mortalitas serta
efek berat yang
lama bergantung
pada durasi
masing-masing
episode.
Kolaborasi :
Hipoglikemia
Kaji tanda- dapat terjadi pada
tanda awal 3 jam lahir
hipoglikemia; bayi SGA saat
takipnea dan cadangan
pernapasan glikogen dengan
tidak teratur, cepat berkurang
apnea, letargi, dan
fruktuasi glukoneogenesis
suhu, dan tidak adekuat
diaphoresis. karena penurunan
Pemberian simpanan protein
makan buruk, obat dan lemak.
gugup,
menangis, Mendeteksi
nada tinggi, perubahan fungsi
gemetar, mata ginjal
terbalik, dan berhubungan
aktifitas dengan
kejang. penurunan
simpanan nutrien
dan kadar cairan
akibat malnutrisi.
Ketidakstabilan
metabolik pada
bayi SGA/LGA
dapat
29
memerlukan
Kolaborasi : suplemen untuk
Pantau mempertahankan
pemeriksaan homeostasis.
laboratorium
sesuai
indikasi
Glukas
serum
Nitrogen
urea darah,
kreatin,
osmolalitas
serum/urine,
elektrolit
urine
Berikan
suplemen
elektrolit
sesuai
indikasi
misalnya
kalsium
glukonat 10%
Intoleransi Klien dapat menunjukkan toleransi Kaji tanda- Dapat digunakan
aktifitas berhubu aktifitas/penurunan tanda vital, sebagai dasar/
ngan dengan bayi kelemahan dengan criteria: misalnya: petunjuk
kekurangan o Tanda-tanda vital dalam rentang TD, nadi, terjadinya
O2 ditandai normal pernafasan. intoleransi
dengan: o Peningkatan tonus otot bayi Biasanya
DS: o Gerakan reflexs meningkat Kaji kelemahan terjadi
o - presipitator/ akibat
DO: penyebab ketidakseimbanga
o bayi nampak lemas terjadinya n antara suplai
dan lemah, kelemahan oksigen dengan
o terjadi penurunan kebutuhan
kekuatan otot, Untuk
o gerakan Berikan posisi meningkatkan
ekstremitas fleksi yang nyaman sirkulasi pada
sedikit, bagi bayi bayi
o gerakan reflex Untuk
sedikit. meningkatkan
Berikan suplai oksigen
tambahan dan menurunkan
oksigen kerja nafas.
sesuai
30
indikasi
Kecemasan Orang tua klien tidak mencemaskan Beri
orang tua keadaan anaknya dengan criteria: kesempatan
berhubungan o Orang tua klien tampak tenang orang tua
dengan stress klien untuk
o Orang tua klien menerima keadaan
psikologis orang mengungkapk
dan mengerti akan penyakit yang
tua ditandai an
dialami anaknya
dengan: perasaannya.
DS:
o orang tua
mengatakan
merasa cemas dan
kawatir mengenai
keadaan bayinya,
o orang tua selalu Jelaskan pada
menanyakan orang tua
apakah sakit tentang
bayinya dapat keadaan
sembuh, anak-nya saat
o orang tua berharap ini.
agar anaknya
cepat sembuh, HE pada
DO: orang tua
o orang tua nampak klien tentang
gelisah, penyakit
o cemas dan asfiksia
khawatir akan
kondisi bayinya
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Asfiksia Neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan
teratur, sehingga dapat meurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang
menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (Manuaba, 2008).
Asfiksia neonatorum diklasifikasikan sbb:
a. Asfiksia Ringan ( vigorus baby)
Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan
tindakan istimewa.
b. Asfiksia sedang ( mild moderate asphyksia)
Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih
dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak
ada.
c. Asfiksia Berat
Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang
dari 100 x permenit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat,
reflek iritabilitas tidak ada.
Gejala dan tanda pada asfiksia neunatorum yang khas antara lain meliputi
pernafasan cepat, pernafasan cuping hidung, sianosis, nadi cepat.
3.2. Saran
31
DAFTAR PUSTAKA
A. Aziz Alimul Hidayat, Pengantar Ilmu Keperawatan 1, Jakarta, 2009, Salemba Medika
Anik Maryunani, Asuhan Bayi Baru Lahir Normal, Jakarta, 2008, Trans Info Media, Jakarta
Ai Yeyeh Rukiah dan Lia Yulianti, Am. Keb,MKM, Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak
Balita, Jakarta, 2007, Trans Info Media Jakarta
Wong Donna L, dkk. Buku Ajar Keperawatan Pediatri, Edisi 6 vol 2; Jakarta, 2009.
Penerbit Buku Kedokteran ECG.
32