Anda di halaman 1dari 27

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Setelah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode discovery

learning melalui model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together pada kelas

eksperimen dan pembelajaran menggunakan metode discovery learning pada kelas

kontrol, selanjutnya dilakukan pengolahan data hasil penelitian. Adapun data tersebut

diperoleh dari data tes awal (pretes) dan tes akhir (postes) baik kelas eksperimen maupun

kelas kontrol. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan Microsoft Excel 2010, dan

Software SPSS (Statistika Product and Service Solution) Versi 22.

A. Hasil Penelitian

Pengolahan data dan analisis kemampuan komunikasi matematik bertujuan untuk

melihat ada tidaknya perbedaan rata-rata skor tes kemampuan komunikasi matematik

antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data diolah dengan menggunakan uji

perbedaan rat-rata kemampuan komunikasi matematik kelas eksperimen dan kelas

kontrol sebelum pembelajaran, serta uji perbedaan rata-rata N-gain kemampuan

komunikasi matematik setelah pembelajaran. Setelah data diolah, selanjutnya dilakukan

analisis data terhadap hasil yang diperoleh. Berikut tabel yang memuat nilai-nilai untuk

masing-masing kelas:

Tabel 4.1 Hasil Statistik Deskriptif Data Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kemampuan Komunikasi Matematik

Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


Kemampuan
Data Pretes Postes N-Gain Pretes Postes N-Gain
N 30 30 30 30 30 30
Xmax 28 32 0,41 25 29 0,28
Komunikasi
Xmin 11 18 0,16 8 15 0,14
Matematik
Rata-rata 18,97 27,70 0,42 16,70 21,33 0,14
S 4,85 4,36 0,08 4,04 3,81 0,03
% 45% 69% 1,04% 46% 53% 0,47%
*) Diperoleh dari pembagian antara rata-rata dengan skor maksimum ideal
dikali 100%.

Berdasarkan Tabel 4.1 diperoleh rata-rata pretes untuk kelas eksperimen yaitu

18,97 dan kelas kontrol yaitu 16,70. Selisih kedua kelas tidak begitu besar yaitu 2,27

dengan demikian dapat diduga bahwa kedua kelas memiliki kemampuan awal

komunikasi matematik yang tidak jauh berbeda.

Berdasarkan Tabel 4.1 diperoleh simpangan baku untuk kemampuan awal yaitu

pretes kelas eksperimen sebesar 4,85 dan kelas kontrol sebesar 4,04. Selisih simpangan

baku nilai pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar 0,81 artinya kemampuan

awal komunikasi matematik kelas kontrol lebih menyebar daripada kelas eksperimen.

Berdasarkan Tabel 4.1 diperoleh hasil dari rata-rata postes kelas eksperimen

sebesar 27,70 dan hasil rata-rata kelas kontrol sebesar 21,33. Selisih rata-rata nilai postes

kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar 6,37. Maka dari kedua kelas tersebut

memperlihatkan bahwa kemampuan komunikasi matematik akhir kedua kelas tersebut

ada perbedaan, terlihat dari hasil tersebut bahwa skor rata-rata hasil postes kelas

eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.

Berdasarkan Tabel 4.1 pada kelas eksperimen presentase siswa memperoleh

pretes kemampuan awal komunikasi matematik sebesar 45% dari rata-rata skor ideal dan

postesnya mengalami peningkatan menjadi 69%. Sedangkan pada kelas kontrol,

presentase siswa memperoleh pretes kemampuan awal komunikasi matematik sebesar

46% dari rata-rata skor ideal dan postesnya mengalami peningkatan menjadi 53%. Sama

halnya dengan hasil postes, hasil N-Gain juga menunjukkan adanya perbedaan, dapat

dilihat dari rata-rata sebesar 0,42, simpangan baku sebesar 0,08 dan presentase sebesar

1,04%, sedangkan kelas kontrol dari rata-rata sebesar 0,20, simpangan baku sebesar 0,03

dan presentase sebesar 0,47%.


Berdasarkan analisis data tersebut, dapat disimpulkan bahwa kedua kelas yaitu

kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan awal komunikasi matematik

yang tidak jauh berbeda. Setelah pembelajaran berlangsung kemampuan komunikasi

matematik untuk kelas eksperimen mengalami peningkatan yang lebih baik daripada

kelas kontrol, tetapi data tersebut belum begitu signifikan. Oleh karena itu, perlu

dilakukan analisis data pretes, postes dan N-Gain hasil penelitian dari kelas eksperimen

dan kelas kontrol.

1. Analisis Data Tes Awal (Pretes)

a. Uji Normalitas

Uji normalitas pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah data

tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak, maka akan

menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi α = 0,05

dan perumusan hipotesis untuk uji normalitas pretes adalah sebagai berikut:

Ho : Sampel berdistribusi normal

Ha : Sampel tidak berdistribusi normal

Kriteria pengujian:

Jika nilai signifikansi (Sig.) ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi (Sig.) < 0,05 maka Ho ditolak

Hasil uji normalitas data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan

software SPSS 22 diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Data Pretes Komunikasi Matematik

Kolmogrof-Smirnov
Kelas Interprestasi
Statistic Df Sig.
Eksperimen 0,014 30 0,200 Ho diterima
Kontrol 0,158 30 0,055 Ho diterima
Berdasarkan Tabel 4.2 dengan uji Kolmogrof-Smirnov diperoleh nilai

signifikansi kelas eksperimen adalah 0,200 dan kelas kontrol 0,055. Sehingga data pretes

pada kelas eksperimen berdistribusi normal dengan kriteria P-Value ≥ 0,05, begitu juga

pada data pretes kelas kontrol berdistribusi normal dengan kriteria P-Value ≥ 0.05, maka

selanjutnya dilakukan pengujian homogenitas varians.

b. Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas varians dilakukan setelah hasil uji normalitas menyatakan

kedua sampel berdistribusi normal. Bertujuan untuk mengetahui apakah varians data

pada tes awal dari kedua sampel yang berdistribusi normal itu homogen atau tidak.

Karena uji normalitas berdistribusi normal, maka selanjutnya dilakukan uji homogenitas

varians. Untuk melihat homogenitas varians, dilakukan uji homogenitas varians skor data

pretes dengan hipotesis sebagai berikut:

Ho : σ21 = σ22 (Varians kedua kelompok sama/homogen)

Ha : σ21 ≠ σ22 (Varians kedua kelompok tidak homogen)

Kriteria : Jika P ˃ 0,05 maka diterima

Hasil uji normalitas data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan

software SPSS 22 diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Varians Data Pretes Komunikasi


Matematik
Levence Statistic dfl df2 Sig.
1,796 1 58 0,185

Tabel 4.3 di atas menunjukan hasil perhitungan uji homogenitas varians nilai

pretes kelas eksperimen dan kontrol sebesar 0,185 ≥ 0,05. Yang artinya Ho

diterima dan varians kedua kelompok homogen. Langkah selanjutnya adalah

menghitung perbedaan rata-rata pretes dari kedua sampel dengan uji-t.


c. Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Setelah melakukan uji normalitas serta uji homogenitas, dapat disimpulkan

bahwa kedua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan memiliki

varians yang homogen. Maka dilanjutkan uji signifikan perbedaan dua rata-rata (uji-t)

menggunakan Independent Sample T-Test melalui software SPSS, dengan kedua varians

homogen equal varians assumed berpatokan pada signifikasi 0,05. Asumsi tersebut

dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistik, sebagai berikut:

Ho : µ1 = µ2 Tidak terdapat perbedaan kemampuan awal komunikasi matematik siswa

antara yang menggunakan metode discovery learning melalui model

pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together dengan yang

menggunakan metode discovery learning.

Ha : µ 1 ≠ µ 2 Terdapat perbedaan kemampuan awal komunikasi matematik siswa

antara yang menggunakan metode discovery learning melalui model

pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together dengan yang

menggunakan metode discovery learning.

Kriteria pengujiannya sebagai berikut:

Jika nilai signifikansi (Sig.) ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi (Sig.) < 0,05 maka Ho ditolak

Berikut ini hasil uji dua perbedaan rata-rata pada data pretes kelas eksperimen

dan kelas kontrol, terlihat dalam Tabel 4.4 sebagai berikut:

Tabel 4.4 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Pretes Komunikasi
Matematik
Uji Signifikan Perbedaan Dua Rata-rata
Kelas N Intrepetasi
Sig. Sig. (2-Tailed)
Eksperimen 30
0,185 0,083 Ho Diterima
Kontrol 30
Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa nilai Sig. (2-Tailed) kedua kelas adalah

0,083 ≥ 0,05. Maka Ho Diterima, atau dinyatakan tidak ada perbedaan yang signifikan

mengenai kemampuan awal siswa di kelas eksperimen dan siswa di kelas kontrol. Kedua

kelas tersebut dianggap seimbang ketika menjalani tes awal (pretes) sebelum kemudian

diberikan treatment yang berbeda.

2. Analisis Data Tes Akhir (Postes)

Tes akhir (postes) diadakan untuk mengetahui pengetahuan akhir siswa setelah

dilakukan perlakuan khusus berupa metode discovery learning melalui model

pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together pada kelas eksperimen, dan

metode discovery learning pada kelas kontrol setelah pembelajaran berlangsung. Agar

asumsi normalitas terpenuhi, maka dilakukan uji normalitas, uji homogenitas, serta uji-t.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov dengan

menggunakan taraf signifikansi 0,05 dan perumusan hipotesis untuk uji normalitas postes

adalah sebagai berikut:

Ho : Sampel berdistribusi normal

Ha : Sampel tidak berdistribusi normal

Kriteria pengujian:

Jika nilai signifikansi (Sig.) ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi (Sig.) < 0,05 maka Ho ditolak

Hasil uji normalitas data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan

software SPSS 22 diperoleh hasil sebagai berikut:


Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data Postes Komunikasi Matematik

Kolmogrof-Smirnov
Kelas Interprestasi
Statistic Df Sig.
Eksperimen 0,110 30 0,200 Ho diterima
Kontrol 0,087 30 0,161 Ho diterima

Dari tabel di atas dapat dilihat nilai Sig. kelas eksperimen baik pada tabel

Kolmogorov Smirnov menunjukan angka ≥ 0,05. Begitu pula hasil perhitungan kelas

kontrol yang memiliki nilai Sig. 0,161. Artinya kedua sampel tersebut dinyatakan

berdistribusi normal sehingga tidak perlu dilakukan uji Mann-Whitney sebelum dilakukan

uji homogenitas varians.

b. Uji Homogenitas Varians

Karena uji normalitas berdistribusi normal, maka selanjutnya dilakukan uji

homogenitas varians. Untuk melihat homogenitas varians, dilakukan uji homogenitas

varians skor data pretes dengan hipotesis sebagai berikut:

Ho : σ21 = σ22 (Varians kedua kelompok sama/homogen)

Ha : σ21 ≠ σ22 (Varians kedua kelompok tidak homogen)

Kriteria pengujian:

Jika nilai signifikansi (Sig.) ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi (Sig.) < 0,05 maka Ho ditolak

Adapun hasil uji homogenitas varians dari kedua sampel, sebagai berikut:

Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Varians Data Postes Komunikasi Matematik
Uji Homogenitas Varians
Kelas N Intrepetasi
Levene Statistic Sig.
Eksperimen 30
1,594 0,212 Ho Diterima
Kontrol 30
Tabel 4.6 di atas menunjukan hasil perhitungan uji homogenitas varians nilai

pretes kelas eksperimen dan kontrol sebesar 0,212 ≥ 0,05. Yang artinya Ho Diterima dan

varians kedua kelompok dinyatakan homogen. Maka dapat langsung dilanjutkan dengan

menghitung perbedaan rata-rata pretes dari kedua sampel dengan uji-t.

c. Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Setelah melakukan uji normalitas serta uji homogenitas, dapat disimpulkan

bahwa kedua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan memiliki

varians yang homogen. Maka dilanjutkan uji signifikan perbedaan dua rata-rata (uji-t)

menggunakan Independent Sample T-Test melalui software SPSS, dengan kedua varians

homogen equal varians assumed berpatokan pada signifikasi 0,05. Asumsi tersebut

dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistik, sebagai berikut:

Ho : µ1 = µ2 Tidak terdapat perbedaan kemampuan awal komunikasi matematik siswa

antara yang menggunakan metode discovery learning melalui model

pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together dengan yang

menggunakan metode discovery learning.

Ha : µ 1 ≠ µ 2 Terdapat perbedaan kemampuan awal komunikasi matematik siswa

antara yang menggunakan metode discovery learning melalui model

pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together dengan yang

menggunakan metode discovery learning.

Kriteria pengujiannya sebagai berikut:

Jika nilai signifikansi (Sig.) ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi (Sig.) < 0,05 maka Ho ditolak

Berikut ini hasil uji dua perbedaan rata-rata pada data pretes kelas eksperimen

dan kelas kontrol, terlihat dalam Tabel 4.4 sebagai berikut:


Tabel 4.7 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Postes Komunikasi
Matematik
Uji Signifikan Perbedaan Dua Rata-rata
Kelas N Intrepetasi
Sig. Sig. (2-Tailed)
Eksperimen 30
0,212 0,000 Ho Ditolak
Kontrol 30

Tabel 4.6 di atas menunjukan bahwa nilai Sig. (2-Tailed) kedua kelas berada di

bawah 0,05 sehingga Ho Ditolak. Hasil tersebut menyatakan bahwa terdapat perbedaan

yang cukup signifikan antara kedua sampel. Di mana perolehan rata-rata nilai (postes)

kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan metode discovery learning

melalui model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together dengan kelas

kontrol yang menggunakan metode discovery learning tidaklah sama.

3. Analisis Data N-Gain Kemampuan Komunikasi Matematik

Setelah dilakukan pengujian hipotesis terhadap pencapaian kemampuan

komunikasi matematik siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, hal yang dilakukan

selanjutnya adalah analisis data N-Gain. Data N-gain digunakan untuk melihat

peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa.

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa rata-rata dan simpangan baku

peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa kelas eksperimen yang

pembelajarannya menggunakan metode discovery learning melalui model pembelajaran

kooperatif tipe numbered heads together adalah 0,42 dan 0,09. Sedangkan rata-rata dan

simpangan baku peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang

menggunakan metode discovery learning adalah 0,14 dan 0,04. Untuk mengetahui

apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa kelas eksperimen dan

kelas kontrol berbeda secara signifikan atau tidak, maka dilakukan uji statistik sebagai

berikut:
a. Uji Normalitas

Uji normalitas pada data N-gain dalam penelitian ini juga menggunakan uji

Kolmogrov-Smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05. Adapun hipotesis yang

digunakan adalah sebagai berikut:

Ho : Sampel berdistribusi normal

Ha : Sampel tidak berdistribusi normal

Kriteria pengujian:

Jika nilai signifikansi (Sig.) ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi (Sig.) < 0,05 maka Ho ditolak

Hasil uji normalitas data postes kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan

software SPSS 22 diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Data N-Gain Komunikasi Matematik

Kelas Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Eksperimen .096 40 .200* .963 40 .216


N_Gain
Kontrol .097 40 .200* .958 40 .142

Dari tabel 4.8 diketahui nilai Sig. kelas eksperimen dan kontrol baik pada

tabel Kolmogorov Smirnov maupun Shapiro Wilk menunjukan angka ≥ 0,05. Oleh

karena itu kedua sampel tersebut dinyatakan berdistribusi normal, sehingga bisa

dilanjutkan uji homogenitas varians tanpa perlu melakukan uji Mann-Whitney

terlebih dahulu.
b. Uji Homogenitas Varians

Karena uji normalitas berdistribusi normal, maka selanjutnya dilakukan uji

homogenitas varians. Untuk melihat homogenitas varians, dilakukan uji homogenitas

varians skor data pretes dengan hipotesis sebagai berikut:

Ho : σ21 = σ22 (Varians kedua kelompok sama/homogen)

Ha : σ21 ≠ σ22 (Varians kedua kelompok tidak homogen)

Kriteria pengujian:

Jika nilai signifikansi (Sig.) ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi (Sig.) < 0,05 maka Ho ditolak

Adapun hasil uji homogenitas varians dari kedua sampel, sebagai berikut:

Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Varians Data N-Gain Komunikasi

Matematik

Uji Homogenitas Varians


Kelas N Intrepetasi
Levene Statistic Sig.
Eksperimen 40
3,892 0,052 Ho Diterima
Kontrol 40

Tabel 4.8 di atas menunjukan hasil perhitungan uji homogenitas varians

nilai pretes kelas eksperimen dan kontrol sebesar 0,052 ≥ 0,05. Yang artinya Ho

Diterima dan varians kedua kelompok dinyatakan homogen. Maka dapat langsung

dilanjutkan dengan menghitung perbedaan rata-rata pretes dari kedua sampel

dengan uji-t.

c. Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Setelah melakukan uji normalitas serta uji homogenitas, dapat disimpulkan

bahwa kedua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan memiliki
varians yang homogen. Maka dilanjutkan uji signifikan perbedaan dua rata-rata (uji-t)

menggunakan Independent Sample T-Test melalui software SPSS, dengan kedua varians

homogen equal varians assumed berpatokan pada signifikasi 0,05. Asumsi tersebut

dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistik, sebagai berikut:

Ho : µ1 = µ2 Tidak terdapat perbedaan kemampuan awal komunikasi matematik siswa

antara yang menggunakan metode discovery learning melalui model

pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together dengan yang

menggunakan metode discovery learning.

Ha : µ 1 ≠ µ 2 Terdapat perbedaan kemampuan awal komunikasi matematik siswa

antara yang menggunakan metode discovery learning melalui model

pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together dengan yang

menggunakan metode discovery learning.

Kriteria pengujiannya sebagai berikut:

Jika nilai signifikansi (Sig.) ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi (Sig.) < 0,05 maka Ho ditolak

Berikut ini hasil uji dua perbedaan rata-rata pada data N-gain kelas eksperimen

dan kelas kontrol, terlihat dalam Tabel 4.9 sebagai berikut:

Tabel 4.9 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Data N-Gain Komunikasi

Matematik

Uji Signifikan Perbedaan Dua Rata-rata


Kelas N Intrepetasi
Sig. Sig. (2-Tailed)
Eksperimen 40
0,052 0,000 Ho Ditolak
Kontrol 40

Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa nilai Sig. (2-Tailed) kedua kelas

berada di bawah 0,05 sehingga Ho Ditolak. Hasil tersebut menyatakan bahwa

terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara kedua sampel. Di mana


perolehan rata-rata nilai (postes) kelas eksperimen yang pembelajarannya

menggunakan metode discovery learning melalui model pembelajaran kooperatif tipe

numbered heads together dengan kelas kontrol yang hanya menggunakan metode

discovery learning tidaklah sama.

4. Analisis Data Hasil Skala Sikap tentang Kemandirian Belajar

Penentuan skor skala kemampuan diri menggunakan MSI (Method of Succesive

Interval) dengan bantuan program Micrososft Excel 2010 untuk mengolah data ordinal

menjadi data interval.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas pada data N-gain dalam penelitian ini juga menggunakan uji

Kolmogrov-Smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05. Adapun hipotesis yang

digunakan adalah sebagai berikut:

Ho : Sampel berdistribusi normal

Ha : Sampel tidak berdistribusi normal

Kriteria pengujian:

Jika nilai signifikansi (Sig.) ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi (Sig.) < 0,05 maka Ho ditolak

Hasil uji normalitas data postes kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan

software SPSS 22 diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Data Postes Kemandirian Belajar

Kolmogrof-Smirnov
Kelas Interprestasi
Statistic Df Sig.
Eksperimen 0,110 30 0,200 Ho diterima
Kontrol 0,087 30 0,161 Ho diterima
Dari tabel di atas dapat dilihat nilai Sig. kelas eksperimen baik pada tabel

Kolmogorov Smirnov menunjukan angka ≥ 0,05. Begitu pula hasil perhitungan kelas

kontrol yang memiliki nilai Sig. 0,161. Artinya kedua sampel tersebut dinyatakan

berdistribusi normal sehingga tidak perlu dilakukan uji Mann-Whitney sebelum dilakukan

uji homogenitas varians.

b. Uji Homogenitas Varians

Karena uji normalitas berdistribusi normal, maka selanjutnya dilakukan uji

homogenitas varians. Untuk melihat homogenitas varians, dilakukan uji homogenitas

varians skor data pretes dengan hipotesis sebagai berikut:

Ho : σ21 = σ22 (Varians kedua kelompok sama/homogen)

Ha : σ21 ≠ σ22 (Varians kedua kelompok tidak homogen)

Kriteria pengujian:

Jika nilai signifikansi (Sig.) ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi (Sig.) < 0,05 maka Ho ditolak

Adapun hasil uji homogenitas varians dari kedua sampel, sebagai berikut:

Tabel 4.11 Hasil Uji Homogenitas Varians Data Postes Kemandirian Belajar
Uji Homogenitas Varians
Kelas N Intrepetasi
Levene Statistic Sig.
Eksperimen 30
1,594 0,212 Ho Diterima
Kontrol 30

Tabel 4.11 di atas menunjukan hasil perhitungan uji homogenitas varians nilai

pretes kelas eksperimen dan kontrol sebesar 0,212 ≥ 0,05. Yang artinya Ho Diterima dan

varians kedua kelompok dinyatakan homogen. Maka dapat langsung dilanjutkan dengan

menghitung perbedaan rata-rata pretes dari kedua sampel dengan uji-t.

c. Uji Perbedaan Dua Rata-rata


Setelah melakukan uji normalitas serta uji homogenitas, dapat disimpulkan

bahwa kedua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan memiliki

varians yang homogen. Maka dilanjutkan uji signifikan perbedaan dua rata-rata (uji-t)

menggunakan Independent Sample T-Test melalui software SPSS, dengan kedua varians

homogen equal varians assumed berpatokan pada signifikasi 0,05. Asumsi tersebut

dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistik, sebagai berikut:

Ho : µ1 = µ2 Tidak terdapat perbedaan kemampuan awal kemandirian belajar siswa

antara yang menggunakan metode discovery learning melalui model

pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together dengan yang

menggunakan metode discovery learning.

Ha : µ 1 ≠ µ 2 Terdapat perbedaan kemampuan awal kemandirian belajar siswa antara

yang menggunakan metode discovery learning melalui model

pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together dengan yang

menggunakan metode discovery learning.

Kriteria pengujiannya sebagai berikut:

Jika nilai signifikansi (Sig.) ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi (Sig.) < 0,05 maka Ho ditolak

Berikut ini hasil uji dua perbedaan rata-rata pada data pretes kelas eksperimen

dan kelas kontrol, terlihat dalam Tabel 4.12 sebagai berikut:

Tabel 4.12 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Postes Kemandirian Belajar
Uji Signifikan Perbedaan Dua Rata-rata
Kelas N Intrepetasi
Sig. Sig. (2-Tailed)
Eksperimen 30
0,212 0,000 Ho Ditolak
Kontrol 30

Tabel 4.12 di atas menunjukan bahwa nilai Sig. (2-Tailed) kedua kelas berada

di bawah 0,05 sehingga Ho Ditolak. Hasil tersebut menyatakan bahwa terdapat perbedaan
kemandirian belajar siswa antara kelas yang pembelajarannya menggunakan metode

discovery learning melalui model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together

dengan kelas kontrol yang menggunakan metode discovery learning tidaklah sama.

B. Hasil Penelitian Komunikasi Matematik

Hasil penelitian ini diperoleh dari hasil pretes, postes N-Gain dan pengisian

angket skala sikap kemandirian belajar siswa. Skor pretes digunakan untuk mengetahui

kemampuan komunikasi pada tahap awal siswa dan skor postes digunakan untuk

mengetahui pencapaian kemampuan komunikasi matematik siswa setelah diadakan

perlakuan atau pembelajaran, sedangkan skor N-Gain ternormalisasi digunakan untuk

mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang diperoleh dari

selisih skor postes dan skor pretes dibagi dengan selisih Skor Maksimal Ideal (SMI)

komunikasi matematik dan skor pretes.

Pengolahan dari hasil penelitian tersebut menggunakan bantuan software

Microsoft Excel 2010 dan SPSS 22. Namun data yang diperoleh dari skor pretes dan

postes tersebut merupakan data ordinal. Sehingga data tersebut perlu dirubah ke dalam

data interval. Oleh karena itu, data pada tabel deskripsi statistik merupakan data yang

sudah dikonversi ke dalam bentuk data interval.

Pada penelitian diatas, hasil analisa data pretes menunjukkan bahwa uji normalitas

berdistribusi normal, uji homogenitas variansnya diterima dan uji perbedaan dua rata-rata

Ho diterima, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kedua kelas tersebut dianggap

seimbang ketika menjalani tes awal (pretes) sebelum kemudian diberikan treatment yang

berbeda.

Pada penelitian diatas, hasil analisa data postes menunjukkan bahwa uji

normalitas berdistribusi normal, uji homogenitas variansnya diterima dan uji perbedaan

dua rata-rata Ho ditolak, sehingga dapat ditarik kesimpulan akhir pada kemampuan
komunikasi matematik siswa yang menggunakan metode discovery learning melalui

model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together lebih baik daipada siswa

yang menggunakan metode discovery learning.

Pada hasil analisa data N-Gain menunjukkan bahwa uji normalitas berdistribusi

normal, uji homogenitas variansnya diterima dan uji perbedaan dua rata-rata H o ditolak,

sehingga hasil dari data N-Gain juga memperlihatkan peningkatan kelas eksperimen yang

menggunakan metode discovery learning melalui model pembelajaran kooperatif tipe

numbered heads together lebih baik daipada kelas kontrol yang menggunakan metode

discovery learning.

Pada hasil data angket skala sikap kemandirian belajar, menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan kemandirian belajar siswa antara kelas eksperimen yang

menggunakan metode discovery learning melalui model pembelajaran kooperatif tipe

numbered heads together dengan siswa kelas kontrol yang menggunakan metode

discovery learning.

C. Gambaran Implementasi Pembelajaran yang Menggunakan Metode Discovery

Learning Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

Together

Pengambilan data dengan metode discovery learning melalui model

pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together dan yang menggunakan metode

discovery learning dilaksnakan pada hari Selasa, 29 Januari 2019 sampai dengan 26

Maret 2019 yang bertempat di SMP Negeri 1 Jatisari. Penelitian ini dilakukan 10

pertemuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dua pertemuan digunakan untuk

pretes dan postes, serta 8 pertemuan digunakan untuk pembelajaran menggunakan

metode discovery learning melalui model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads

together untuk kelas eksperimen dan menggunakan metode discovery learning untuk
kelas kontrol. Selama melaksanakan penelitian, peneliti mengimplementasikan langkah-

langkah pembelajaran dengan metode discovery learning melalui model pembelajaran

kooperatif tipe numbered heads together pada kelas eksperimen.

Menurut Sinambela (2017), langkah-langkah dalam menyusun rencana

pembelajaran dengan metode discovery learning. Adapun langkah-langkah tersebut

sebagai berikut:

1. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan). Tahap awal dalam pembelajaran ini

siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian

dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan dari siswa untuk

menyelidiki sendiri. Selain itu guru sebagai fasilitator memulai pembelajarannya

dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya

yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.

2. Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah). Tahap kedua dari pembelajaran

ini adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak

mungkin kejadian-kejadian dari masalah yang relevan dengan bahan pelajaran,

kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban

sementara atas pertanyaan masalah).

3. Data collection (Pengumpulan Data). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab

pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan demikian siswa diberi

kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca sumber

belajar, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri

dan kegiatan lainnya yang relevan.

4. Data Processing (Pengolahan Data). Menurut Sinambela (Syah, 2004) pengolahan

data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa

baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai
hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak,

diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta

ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.

5. Verification (Pembuktian). Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat

untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan sebelumnya dengan

beberapa fenomena yang sudah diketahui, dihubungkan dengan hasil data processing

Sinambela (Syah, 2004).

6. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi). Tahap generalisasi/ menarik

kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip

umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan

memperhatikan hasil verifikasi Sinambela (Syah, 2004). Berdasarkan hasil verifikasi

maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi.

Tahapan dalam pembelajan NHT antara lain yaitu penomoran, mengajukan

pertanyaan, berfikir bersama, dan menjawab (Alie 2013 dalam Azizah 2007). Adapun

tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut:

1. Penomoran (Numbering). Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggotakan 4-

5 orang dan setiap anggota kelompok diberi nomor 1-5.

2. Mengajukan pertanyaan (Questioning). Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada

siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat spesifik dan dalam bentuk

kalimat tanya atau bentuk arahan.

3. Berpikir bersama (Heads Together). Siswa menyatukan pendapatnya terhadap

jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui

jawaban itu.
4. Menjawab (Answering). Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu, kemudian

siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab

pertanyaan untuk seluruh kelas.

Pembelajaran pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilaksanakan

dengan mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja

Siswa (LKS) yang telah disusun berdasarkan metode discovery learning melalui model

pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together dan metode discovery learning.

Pertemuan awal digunakan untuk mengerjakan soal pretes dengan tujuan mengetahui

kemampuan awal komunikasi matematik siswa antara kelas eksperimen dengan kelas

kontrol itu sama. 8 kali pertemuan selanjutnya untuk menambah wawasan dan

pengetahuan siswa dengan pemberian materi perbandingan dengan perlakuan yang

berbeda, kelas eksperimen menggunakan metode discovery learning melalui model

pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together dan kelas kontrol menggunakan

metode discovery learning. Sedangkan pertemuan terakhir kedua kelas mengerjakan soal

postes untuk mengetahui perkembangan pengetahuan siswa telah dilakukan perlakuan

pembelajaran.

Gambar 4.1 Pretes Kemampuan Komunikasi Matematik

Pada pertemuan pertama untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol dilaksanakan

pretes terlebih dahulu untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum pembelajaran

berlangsung. Pembelajaran diawali dengan guru mengucapkan salam, berdo’a bersama

dan mengecek kehadiran siswa. Kemudian guru menginformasikan apa yang menjadi

tujuan dari pembelajaran hari ini yaitu mengadakan pretes. Siswa mengerjakan soal

sesuai kemampuan dan pengetahuan yang dimilikinya. Hasil pretes menunjukkan

kemampuan kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan yang sama, maka
dilanjutkan pada pertemuan selanjutnya dengan memberikan perlakuan yang berbeda.

Kelas eksperimen menggunakan metode discovery learning melalui model pembelajaran

kooperatif tipe numbered heads together dan pada kelas kontrol menggunakan metode

discovery learning.

Pada pembelajaran untuk kelas eksperimen dilaksanakan dengan mengacu

pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun berdasarkan metode

discovery learning melalui model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together.

Kegiatan pembelajaran diawali dengan pembukaan, penyampaian tujuan dan motivasi

tentang materi yang akan dipelajari pada pertemuan tersebut. Dalam pembelajaran dengan

menggunakan metode discovery learning melalui model pembelajaran kooperatif tipe

numbered heads together, siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dengan

anggota 3-5 orang yang dibagi berdasarkan tingkat kemampuan siswa, jenis kelamin dan

suku. Saat guru selesai melakukan proses pembagian kelompok, seketika guru langsung

memberikan nomor kepada masing-masing siswa pada setiap kelompok. Pada tahap

berikutnya, siswa diberi Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk dipelajari dan dikerjakan

secara berkelompok. Sebelum siswa mengerjakan LKS, peneliti menyampaikan beberapa

hal terkait dengan petunjuk LKS ini menyajikan pengetahuan untuk dikonstruksi oleh

siswa dan pertanyaan yang dapat membimbing siswa memahami materi pembelajaran.

Selain itu LKS ini memfasilitasi siswa menemukan suatu pengetahuan dari permasalahan

yang disajikan dengan diskusi kelompok.

Gambar 4.2 Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)

Pada gambar 4.2 langkah kegiatan pada metode discovery learning melalui

model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together, guru melakukan

stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan). Tahap awal dalam pembelajaran ini siswa


dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan

untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan dari siswa untuk menyelidiki

sendiri. Selain itu guru sebagai fasilitator memulai pembelajarannya dengan mengajukan

pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada

persiapan pemecahan masalah.

Gambar 4.3 Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah)

Selanjutnya pada tahap problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah).

Tahap kedua dari pembelajaran ini adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk

mengidentifikasi sebanyak mungkin kejadian-kejadian dari masalah yang relevan dengan

bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis

(jawaban sementara atas pertanyaan masalah).

Gambar 4.4 Data Collection (Pengumpulan Data)

Pada gambar 4.4 yaitu tahap data collection (pengumpulan data) ini berfungsi

untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan

demikian siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang

relevan, membaca sumber belajar, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber,

melakukan uji coba sendiri dan kegiatan lainnya yang relevan.

Gambar 4.5 Data Processing (Pengolahan Data)

Pada gambar 4.5 yaitu tahap data processing (pengolahan data). Pengolahan

data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa.
Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah,

diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta

ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.

Gambar 4.6 Verification (Pembuktian)

Pada gambar 4.6 yaitu tahap verification (pembuktian). Pada tahap ini siswa

melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis

yang ditetapkan sebelumnya dengan beberapa fenomena yang sudah diketahui,

dihubungkan dengan hasil pengolahan data.

Gambar 4.7 Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)

Pada gambar 4.7 yaitu tahap generalization (menarik kesimpulan/generalisasi).

Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan ini merupakan proses menarik sebuah

kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau

masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.

Setelah pembelajaran selesai dari pertemuan pertama sampai pertemuan terakhir

pada kelas eksperimen, maka diadakan postes, untuk mengetahui sejauh mana

kemampuan komunikasi matematik siswa, setelah diberikan perlakuan saat pembelajaran.

Gambar 4.8 Postes Soal Kemampuan Komunikasi Matematik


Pada pertemuan terakhir (setelah 8 kali tatap muka pembelajaran), diadakan

postes untuk mengetahui kemampuan akhir komunikasi matematik siswa setelah

diadakan perlakuan/pembelajaran. Terlihat bahwa kemampuan akhir kelas eksperimen

lebih baik dari kelas kontrol dan mencapai rata-rata Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

yang ditetapkan di SMP Negeri 1 Jatisari.

Berdasarkan uraian diatas, pencapaian dan peningkatan kemampuan

komunikasi matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan metode discovery

learning melalui model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together lebih baik

daripada yang menggunakan metode discovery learning. Hal ini dikarenakan

pembelajaran yang menggunakan metode discovery learning melalui model pembelajaran

kooperatif tipe numbered heads together dapat merangsang siswa lebih bisa menganalisis

dan mendalami setiap persoalan, siswa dapat lebih mudah memahami dan mengingat

materi yang dipelajarinya, sehingga kemampuan representasi matematiknya semakin

meningkat. Selain itu siswa lebih mudah mengerti maksud dari pertanyaan dalam lembar

kerja siswa.

Siswa juga lebih kreatif dalam membuat gambar-gambar yang dimaksud, aktif

dalam menggunakan alat-alat bantu pelajaran matematika. Maka dari itu, diharapkan

siswa dapat menerapkan pengalamannya selama proses pembelajaran dalam kehidupan

sehari-hari.

Gambar 4.9 Siswa Mengerjakan Angket Kemandirian Belajar


Setelah postes kemampuan komunikasi matematik selesai, siswa juga diminta

untuk mengerjakan postes angket kemandirian belajar untuk mengetahui sisi afektif

siswa.

D. Kesulitan-kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Komunikasi Matematik

Kesulitan yang dihadapi siswa saat mengerjakan soal-soal kemampuan

komunikasi, diantaranya sebagai berikut:

1. Kemampuan menyusun konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan

generalisasi

Soal nomor

Perbandingan jumlah kelereng Beni dan Candra adalah 2 : 3. Sedangkan

perbandingan jumlah kelereng Candra dan Dodi adalah 5 : 4. Jika jumlah kelereng

ketiga anak tersebut adalah 246, maka berapakah selisih kelereng Dodi dan

Candra?

2. Kemampuan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol

matematika atau menyusun model matematika suatu peristiwa.

Soal nomor

Jumlah umur Lia dan Dea sekarang adalah 12 tahun. Jika umur Lia 2 tahun

lebih muda dari umur Dea, maka berapakah perbandingan umur Lia dan Dea dua

tahun mendatang?

Gambar 4.10 Hasil Jawaban Siswa

Siswa belum memahami maksud dari soal dan

E. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk menelaah kemampuan komunikasi matematik dan

kemandirian belajar siswa yang menggunakan metode discovery learning melalui model

pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together dibandingkan dengan yang

menggunakan metode discovery learning. Selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisis

data pretes, postes dan N-Gain kemampuan komunikasi matematik.

Pembahasan hasil penelitian ini berdasarkan data yang telah dianalisis pada sub

bab sebelumnya dan temuan-temuan di lapangan mengenai kemampuan komunikasi

matematik, kemandirian belajar, metode discovery learning melalui model pembelajaran

kooperatif tipe numbered heads together dan metode discovery learning.

1. Kemampuan Komunikasi Matematik

Adapun hasil penelitian ini diperoleh dari hasil pretes, postes, N-Gain, dan

pengisian angket skala sikap kemandirian belajar siswa. Skor pretes digunakan

untuk mengetahui awal siswa dan skor postes digunakan untuk mengetahui

pencapaian kemampuan komunikasi matematik siswa dan setelah diadakan

perlakuan atau pembelajaran, sedangkan skor N-Gain ternormalisasi digunakan

untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang

diperoleh dari selisih skor postes dan skor pretes dibagi dengan Skor Maksimum

Ideal (SMI) kemampuan komunikasi matematik dan skor pretes.

Pada penelitian diatas, hasil analisa data pretes menunjukkan bahwa uji

normalitas berdistribusi normal, uji homogenitas variansnya diterima dan uji

perbedaan dua rata-rata Ho diterima, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa

kedua kelas tersebut dianggap seimbang ketika menjalani tes awal (pretes) sebelum

kemudian diberikan treatment yang berbeda.

Selanjutnya berdasarkan analisa data postes menunjukkan bahwa uji normalitas

berdistribusi normal, uji homogenitas variansnya diterima dan uji perbedaan dua
rata-rata Ho ditolak, sehingga dapat ditarik kesimpulan akhir pada kemampuan

komunikasi matematik siswa yang menggunakan metode discovery learning

melalui model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together lebih baik

daipada siswa yang menggunakan metode discovery learning.

Berdasarkan analisis data N-Gain menunjukkan bahwa uji normalitas

berdistribusi normal, uji homogenitas variansnya diterima dan uji perbedaan dua

rata-rata Ho ditolak, sehingga hasil dari data N-Gain juga memperlihatkan

peningkatan kelas eksperimen yang menggunakan metode discovery learning

melalui model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together lebih baik

daipada kelas kontrol yang menggunakan metode discovery learning.

Anda mungkin juga menyukai